• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang termaktub dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Negara Republik. Indonesia. yang mempunyai Cita-cita bahwa Negara hukum di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang termaktub dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Negara Republik. Indonesia. yang mempunyai Cita-cita bahwa Negara hukum di Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah Satu upaya Konsepsi suatu Negara Hukum atau Recht Staat yang termaktub dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Negara Republik Indonesia. yang mempunyai Cita-cita bahwa Negara hukum di Indonesia dalam kacamata Romli Atmasasmita adalah terwujudnya masyarakat adil makmur sebagaimana terurai dalam Preambule UUD 1945. Maka dari itu negara indonesia perlu untuk menkontruksi ulang konsep dalam hal memberantas korupsi, tujuanya adalah supaya tidak mengutamakan pada pemberantasan pelaku, akantetapi juga berfokus pada pemulihan keuangan negara (stabilisai perekonomian) sebagai syarat utama dalam mewujudkan Negara Kesejahteraan (welfarestate) selaras dengan makna konstitusi. Hal ini sesuai dengan tujuan hukum yang kemukaakan Satjipto Rahardjo yang menyatakan “hukum bertujuan bukan untuk berada pada status a quo melainkan bergerak untuk menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia”1.

Indonesia saat ini Kasus korupsi sudah banyak bahkan menyeluruh mulai ditingkat nasional sampai kedaerah daerah. kekhilafan kasus korupsi tersebut bukan hanya menghabiskan keuangan negara, tetapi juga menghambat pembangunan skala nasional maupun daerah. Maka dari itu, baik secara langsung ataupun tidak langsung tindakan korupsi sudah

1 Yunus, Nur Rohim. "Menciptakan Budaya Hukum Masyarakat Indonesia Dalam Dimensi Hukum Progresif," Jurnal Su- premasi Hukum, Volume 1 No. 11 (2015), pp.39-57

(2)

2 melukai hak-hak masyarakat secara nasional, karena keuangan negara yang sebagaiman mestinya dikhususkan untuk kesejahteraan kemakmuran rakyat indonesia , akan tetapi faktnya uang negara habis dimakan oleh perilaku koruptor.

Apabila kita meninjau hasil survey yang dilakukan oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) pada tahun 2017 terdapat sebanyak 576 kasus korupsi dengan total kerugian negara sebesar Rp. 6,5 triliun dan case suap Rp.211miliar (www.republika.co.id)2. Namun saat ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hanya berhasil mengumpulkan kerugian negara dari hasil Tipikor hanya sebesar Rp 2,9 triliun selama 2017 (www.kompas.com). Terlebih dari pada itu dalam pembentukannya, KPK juga telah banyak mengeluarkan anggaran untuk pemberantasan korupsi dalam setiap tahunnya. Jika kita hitung dengan angka atau secara matematik, sehingga ikhtiar dalam pemberantasan korupsi faktanya tidak berhasil mengembalikan sepenuhnya kerugian keuangan negara. Padahal, bahwa awal tujuan utama dari adanya pemberantasan korupsi adalah untuk mengembalikan kerugian negara.

Salah satu perwujudan dari terbentuknya Produk hukum yaitu Undang-Undang yang mempunyai Tujuan dari adanya pemberantasan korupsi di Indonesia dapat kita tinjau dalam poin menimbang huruf a dan b

2 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Selama 2017, KPK Selamatkan Uang Negara Rp 2,9 Tri- liun", https://nasional.kompas.com/, https://nasional.kompas.com/

https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/18/02/19/p4e90f382-icw-kerugian-negara- akibat-korupsi- meningkat diakses pada tanggal 18 juni 2019 pukul 16.00

(3)

3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang kalau disingkat (UU Tipikor) yang berbunyi, pemberantasan korupsi dilakukan untuk memulihkan keuangan dan perekonomian Negara. Adapun salah satu solusi untuk pemulihan keuangan dan perekonomian negara tersebut, dengan pengembalian kerugian keuangan Negara yang termaktub dalam Pasal 4 Jo. Pasal 18 (1) huruf b UU No. 31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun 2001. Namun, masih banyak Problematika dan permasalahan dalam konsep pemidanaan dalam pemberantasan korupsi tersebut. Bisa kita analisa dalam rumusan pasal 4 UU Tipikor yang pada pokoknya menyatakan bahwa, “pengembalian kerugian keuangan Negara atau perekonomian Negara tidak menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana muatan pada Pasal 2 dan Pasal 3 UU Pemberantasan Tipikor”. Pemberlakukan dan pelaksanaan pasal tersebut menjadi argumen yang bertentangan dari tujuan awal dari pemberantasan korupsi dalam UU Tipikor tersebut. Jika kita meminjam prespektif oleh Romli Atmasasmita bahwa “Pasal tersebut justru menjadikan para koruptor tidak memiliki iktikad baik untuk mengembalikan keuangan Negara karena pemidanaan baginya tetap berujung pada pemenjaraan”.

Beberapa permasalahan diatas samapi melahirkan sebuah gagasan peniadaan / Penghapusan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yang telah mengembalikan kerugian keuangan negara sebagai upaya restorative dari kerugian yang sebabkan oleh perilaku buruk korupsi. Hal ini tentunya akan menjadi ratio legis lahirnya beberapa peraturan perundang-undangan

(4)

4 yang tidak menjadikan kerugian negara sebagai alasan untuk diterapkannya pidana penjara. Seperti dalam rumusan Pasal 20 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan yang mengkategorikan pertanggungjawaban dalam hal kerugian negara menjadi 2 (dua), yaitu pertanggungjawaban pidana dan pertanggungjawaban administratif, yakni pertanggungjawaban administratif dilakukan dengan Menganti kerugian keuangan Negara paling lama 10 hari kerja tanpa perlu adanya kurungan pidana penjara.

Peraturan diatas didukung dan diperkuat dengan lahirnya MoU antara Kemendagri, Kepolisian, dan Kejaksaan tentang aduan nomor 119- 49 tahun 2018 tentang Kordinasi Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dengan Aparat Penegak Hukum (APH) dalam penangan Laporan atau Pengaduan Mayarakat yang berindikasi Tindak Pidana Korupsi pada Penyelenggara Pemerintah. Pada Pasal 7 MoU tersebut dikatakan bahwa APIP atau Inspektorat Jenderal /Daerah dapat menentukan suatu laporan terindikasi adanya akibat kesalahan administrasi, hanya perlu diproses dengan ketentuan tuntutan ganti rugi paling lambat 60 hari. Artinya adalah bahwa dalam hal adanya bentuk kesalahan tindak pidana korupsi harus mengembalikan keuangan kerugian negara dengan jangka waktu paling lama 60 hari.

Beberapa ketentuan Peratuan diatas dapat dimaknai bahwa tidak semua permasalahan adanya kerugian negara harus dihukum pada pemenjaraan, sebab belum tentu konsep pemidanan penjara tersebut selaras

(5)

5 dengan tujuan awal pengembalian kerugian negara. Toh saat ini sistem pidana penjara dalam tindak pidana korupsi tidak berjalan efektif dibuktikan dengan semakin banyak kasus korupsi diindonesia. Lain daripada itu dalam menyeimbangkan tuntutan hak asasi manusia, apabila terjadinya tindak pidana korupsi karena kesalahan prosedur administrasi3

Melihat permasalahan diatas maka penulis mempunyai keingin untuk mengahadirkan gagasan dan solusi baru untu menyelasaikan masalah ini sekaligus menjadi opsi baru dalam mejudkan Indonesia bersih dari korupsi sehingga penulis gagasan yang berjudul “PENGHAPUSAN PIDANA PENJARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN

GANTI KERUGIAN NEGARA DEMI TERWUJUDNYA

RESTORATIVE JUSTICE DI INDONESIA”.

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasam latar belakang di atas, maka penulis mengabil beberapa masalah yang dititikberatkan pada pembahasan sebagai berikut:

1. Apa Urgensi Penghapusan Pidana Penjara dalam Tindak Pidana Korupsi?

2. Bagaimana Konsep Penghapusan Pidana Penjara dalam Tindak Pidana Korupsi Dengan Ganti Kerugian Negara?

C. Tujuan Penelitian

3 Aji, Ahmad Mukri. "Hak dan Kewajiban Asasi Manusia Dalam Perspektif Islam,"

SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Volume 2, Nomor 2, (2015).

(6)

6 Didasarkan pada latar belakang dan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan penulis dari penelitian hukum ini adalahl:

a. Untuk mendeskripsikan dan mengkaji urgensi Pentingnya penghapusan pidana Penjara dalam Tindak Pidana Korupsi.

b. Untuk menemukan rekonstruksi yang ideal terhadap permasalahan Tindak pidana korupsi di indonesia.

c. Untuk memberikan Formulasi baru Penegakan Hukum bagi tindak Pidana Korupsi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian hukum ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Penelitian ini selain dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan baru untuk penulis terkait konsep penghapusan tindak pidana Korupsi dengan Pengembalian kerugian Negara dan juga sebagai bahan kajian tentang efektifitas hukum di indonesia. Di samping itu, manfaat penelitian secara subyektif yaitu sebagai syarat untuk Penulisan Tugas Akhir dan menyelesaikan studi Strata-1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang dengan gelar Sarjana Hukum.

b. Bagi Mahasiswa

Memberikan tambahan pengetahuan mengenai konsep Penghapusan Pidana Penjara dalam Tindak Pidana Korupsi Dengan Ganti Kerugian Negara Demi Terwujudnya Restorative Justice Di Indonesia.

(7)

7 c. Manfaat untuk Masyarakat umum

Adapun manfaatnya sebagai salah satu bentuk informasi pengetahuan dan bentuk edukasi pengetahuan hukum terkait dengan konsep Penghapusan Pidana Penjara dalam Tindak Pidana Korupsi Dengan Ganti Kerugian Negara.

d. Manfaat untuk Pemerintah

Manfaat dari penelitian sebagai bentuk refrensi, rekomendasi dan upaya penegakan Hukum yang mengedepankan kesadaran hukum.

E. Fungsi/Kegunaan Penelitian

Penulis dalam penelitian ini diniatkan kegunaannya sebagai berikut, pertama, dapat menjadi dasar atau referensii dalam khazanah dalam mengebangkan hukum dam hukum pidana, khususnya tentang korupsi, berkaitan Penghapusan Pidana Penjara dalam Tindak Pidana Korupsi Dengan Ganti Kerugian Negara. Lain dari pada itu, penulis berharap hasil penulisan skripsi ini dapat bermanfaat teruntuk para praktisi maupun teoritisi hukum serta masyakarakat indonesia.

F. Metode Penelitian

Adapun definisi Metode penelitian, Menurut Peter Mahmud Marzuki, “penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi”.4

4 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta, Prenada Media, hal. 35.

(8)

8 1. Metode Pendekatan

Metode Pendekatan masalah adalah sebuah proses untuk memecahkan maslaah dengan tahaapan yang telah ditentukan agar mencapai tujuan penelitian atau penulisan.5 Berdasarkan ruang lingkup serta identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan, dalam hal menelaah secara menyeluruh dan holistik pada pokok permasalahan, adapun metodenya menggunakan penelitian yuridis normatif (normatif legal research) yaitu dengan metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneleaah bahan perundang-undangan, dan juha didukung dengan literatur yang ada mengenai pokok permasalahan yang dibahas.

Pada pokonya metode pakai melalui konsep pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konsep (conceptual approach) dan pendekatan perbandingan (Comparative Approach).

a. Pendekatan Perundang-Undangan

Konsep Pendekatan perundangan-undangan (statute approach) meliputi 2 hal yakni metode pembentukan hukum dan metode penafsiran hukum. Jan Gijssels dan Marck van Hoeve menyatakan berkaitan tentang metodesleer van het recht atau ajaran-ajaran tentang metode hukum, wilayah kawasan teori hukum dan pada dasarnya dibedakan antara metode-metode

5 Abdulkadir Muhammad, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Citra Aditya Bakti. Hal.112

(9)

9 pembentukan hukum (metodes van de rechtsvorming) dan metode-metode pelaksanaan hukum (metodes van de rechtstoepassing).6 1. (satu), dengan teknik perundang-undangan (wetgevingstechniek), selanjutnya 2. (kedua), menyangkut metode-metode penafsiran undang-undang.7 Penulis berharap dari metode penafsiran perundang-undangan ini nantinya akan memperoleh Granddesign konsep hukum mengenai prinsip- prinsip dan peraturan hukum yang berkorelasi Tindak Pidana Pidana Korupsi.

langkah yang dilakukan penulis dengan pendekatan sebagai berikut: (1) mengadakan inventarisasi mengenai perundang- undangan yang berkaitan dengan Pemidanan dalam tidak pidana Korupsi di Indonesia; (2) deferensiasi (membedakan) peraturang perundang-undangan; dan (3) analsis peraturan perundang- undangan. Serta menganalisa, terhadap penemuan pada prinsip- prinsip, role of law bidang Pidana, perundang-udangan dan juga harmonisasi antara perundang-undangan tersebut.

b. Tehnik Pendekatan Konseptual

Secara konseptual pendekatan ini melaui pandangan atau doktrin para ilmuan hukum baik di indonesia maupun luar negeri, dan penulis berusaha meneglurakan ide-ide yang akan menghasilkan

6 Peter Mahmud Marzuki, Op Cit., Hal 93

7 Ibid

(10)

10 sebuah definisi hukum, asas-asas dan konsep-konsep hukum sesuai dengan pembahasan berkaitan korupsi. Pemahamann berkatan perspektif dan doktrin-doktrin tersebut merupakan dasar utama bagi peneliti/penulis dalam merekonstruksi suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.8 c. Pendekatan Perbandingan

Adapun metodemya dengan studi perbandingan hukum. Studi perbandingan hukum adalah suatu kegiatan yang bertujaun membandingkan hukum di suatu negara dengan sistem hukum yanga ada dinegara lain. Perbandingan hukum dapat dilakukan tanpa melihat sistem hukum maupun tingkat ekonomi, melainkan hanya melihat substansinya yang merupakan kebutuhan secara umum9. olehkarenya, penelitian ini akan melakukan perbandingan dengan negara Singapura.

2. Jenis Bahan Hukum

Konsep penyusunan penelitian ini penulis menggunakan 3 (tiga) jenis bahan hukum10 yaitu :

8 Peter Mahmud Marzuki, 2015. Penelitian Hukum (Edisi Revisi). Jakarta. Penerbit Kencana, Hal. 177

9 Ibid, hal 172

10 Dalam penelitian ini tidak digunakan istilah “data”, tapi istilah “bahan hukum”, karena dalam penelitian normatif tidak memerlukan data, yang diperlukan adalah analisis ilmiah terhadap bahan hukum. Dalam Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, hal. 268-269.

(11)

11 a. Sumber Bahan Primer(utama) untuk penelitian adalah berupa peraturan perundang-undangan(UU) dan juga turunan secara hirarki, sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945)

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tantang Keuangan Negara.

3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999/ jo Undang- Undang No. 20/2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi 4. UU No. 15 Tahun 2016 Tentang Badan Pemeriksa

Keuangan.

5. Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.

b. Sumber hukum bahan sekunder, yakni bahan pustaka yang berisikan tentang pengetahuan ilmiah yang baru atau mutakhir, ataupun pengetahuan baru tentang fakta dilapangan yang diketahui maupun mengenai solusi yang terbarukan. Bahan sekunder ini mencakup:11 buku/tekstual, artikel ilmiah internet, jurnal-jurnal, doktrin, atau sumber-

11 Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hal.

51.

(12)

12 sumber lain baik cetak maupun online yang sangat berhubungan dengan penulisan skripsi ini agar skripsi ini sangat komprehensif dan mempunyai banyak pandangan dari segala sisi dan juga segala aspek.

c. Bahan Hukum Tersier adalah suatu bahan penelitian hukum dengan penjelasan-penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Adapun bahan hukum tersier ini berupa sebuah kamus dan ensiklopedia hukum dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Study kepustakaan (library research) adalah metode pengumpulan dalam penelitian ini, dengan mengkaji informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif,12 dalam kepenulisan kali ini juga didasarkan kepada data data yang faktual dan terpercaya yang didasarkan pada sumber yang jelas yang kemudian disusun dan dikaji secara komprehensif.

4. Teknik dalam Mengalisis Bahan Hukum

Mengingat bahwa dalam teknik analisa bahan hukum yang digunakan oleh penulis ini merupakan penelitian hukum normative atau penelitian pustaka (Library Research), maka penulis menaganalisis data dengan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif

12 Jhony Ibrahim, Op Cit, hal 392

(13)

13 kualitatif dimaksudkan teruntuk menjelaskan apa-apa yang menjadi pembahasan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan.13

G. Sistematika Penulisan

Penulis dalam kepenulisan ini, dengan menyusun dan membahas 4 bab yang didalamnya ada sub-sub bab, sistematika penulisannya secara singkat adalah sebagai beikut:

BAB I : PENDAHULUAN

dalam bab ini penulis menjelsakan alasan mengangkat topik/ isu hukum dari peneletiian skripsi dan menjadi suatu pengantar awal dalam memahami yang terdiri dari, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat dari kepenulisan, Kegunaan penulisan, metode penelitian, dan sistematika kepenulisan dalam skrips ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

pada bab ini penulis memaparkan beberapa dasar teori ataupun kajian-kajian teori yang akan menghasilkan sebuah penelitian untuk memecahkan permasalahan yang

13 Nana Syaodih Sukmadinata 2013, Metode Penelitian, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal 73

(14)

14 didapatkan penulis, yaitu, Teori Penghapusan Pindana Penjara, Teori Restorative Justice.

BAB III : PEMBAHASAN

adapun bab ini akan membedah dan membahas berkaitam jawaban terhadap permasalahan yang berhubungan dengan objek yang diteliti oleh Penulis yakni:

Penghapusan Pidana Penjara dalam Tindak Pidana Korupsi Dengan Ganti Kerugian Negara Demi Terwujudnya Restorative Justice Di Indonesia.

BAB IV : PENUTUP

Bab penutup merupakan bagian bab terakhir yang berisikan intisari dan memberikan suatu kesimpulan dan saran daripada hasil penelitian hukum dalam Pembahasan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada sambutannya ia berharap bahwa dengan terbitnya tafsir al-Huda ini akan berguna bagi masyarakat dalam membina kehidupan beragama dan bermasyarakat serta dapat mendorong

108/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah (Studi Kasus Di Kampung Coklat Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Kabupaten

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan pada hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jadi, hipotesis pertama menyatakan bahwa variabel Actual atau

Respon udang pasca adaptasi terhadap cekaman salinitas rendah ditunjukkan dengan tingkat sintasan dari yang tertinggi ke rendah berturut-turut ditunjukkan pada

Segi produk dapat dilihat dari kandungan gizi yang dimiliki susu sapi tersebut, kualitas gizi yang baik, memiliki varians rasa yang banyak, pengemasan yang menarik

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh penggantian Bovine Serum Albumin (BSA) dengan putih telur dalam pengencer dasar CEP-2 terhadap kualitas

Dalam mengkonsumsi kentang dianjurka untuk tidak mengelupas kulit kentangnya, karena di bawah kulit kentang memiliki kandungan gizi yang penting dan bermanfaat bagi tubuh sehingga

  peserta didik dapat Mempersiapkan pertunjukkan tari Nusantara di sekolah  memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik . dengan