• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM KELUARGA DALAM AL-QUR AN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PANDANGAN QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM KELUARGA DALAM AL-QUR AN SKRIPSI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM KELUARGA DALAM AL-QUR’AN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

FUAD ALI FIKRI NIM: 11140440000121

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H / 2019 M

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PANDANGAN QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM KELUARGA DALAM AL-QUR’AN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

FUAD ALI FIKRI NIM: 11140440000121

Di Bawah Bimbingan:

Dr. Hj. Azizah, MA NIP. 196304091989022001

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2019 M

(3)

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PANDANGAN QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM KELUARGA DALAM AL-QUR’AN” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 Januari 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal al-Syakhsiyyah).

Jakarta, 21 Januari 2019 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Phil. H. Asep Saepudin Jahar, MA NIP. 196912161996031001 PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Dr. Abdul Halim, M.Ag (..……….) NIP. 196706081994031005

Sekretaris : Indra Rahmatullah, SH, MH (...……….) NIP.

Pembimbing : Dr. Hj. Azizah, MA (...………) NIP. 196304091989022001

Penguji I : Dr. Mesraini, M.Ag (..……….) NIP. 197602132003122001

Penguji II : Hj. Hotnidah Nasution, MA (..……….) NIP. 197101311997032010

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 01 Januari 2019

FUAD ALI FIKRI

NIM: 11140440000121

(5)

v

ABSTRAK

Fuad Ali Fikri. NIM 11140440000121. PANDANGAN QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM KELUARGA DALAM AL- QUR’AN. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. xiv+85 halaman dan lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran Quraish Shihab mengenai masalah-masalah hukum keluarga. Pembahasan dalam skripsi ini menguraikan tentang komparasi pemikiran Quraish Shihab dan fuqaha mengenai jenis-jenis atau instrumen yang ada dalam hukum keluarga guna untuk mempertajam bagaiamana pemikiran Quraish Shihab tersebut, serta menggali metode istinbath hukum yang digunakan oleh Quraish Shihab. Karena sebagai seorang mufassir beliau dituntut untuk dapat menguasai seluruh cabang ilmu termasuk yang berkaitan dengan hukum keluarga. Dengan meneliti pemikiran- pemikirannya, diharapkan akan tergambar tentang bagaimana hukum keluarga perspektif ahli tafsir.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan normatif (normatif-yuridis), karenanya tehnik pengumpulan datanya menggunakan data kepustakaan (library research). Objek penelitian ini adalah Quraish Shihab namun hanya terbatas pada pandangannnya tentang menafsirkan ayat-ayat hukum keluarga dalam Al-Qur‟an. Sumber primer (primary resources) penelitian ini adalah buku-buku karya Quraish Shihab yang relevan dengan pembahasan, adapun sumber skunder dalam penelitian ini adalah buku- buku, jurnal, artikel, skripsi, tesis, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran Quraish Shihab mengenai permasalahan dalam hukum keluarga seperti Nusyuz, isteri bekerja, Poligami, batas minimal mahar, status kawin hamil, Aborsi, nikah beda agama, dan keluarga berencana(KB) masih relevan dengan pemikiran dan pandangan- pandangan fuqaha klasik. Hanya saja pemikiran Quraish Shihab terlihat lebih kontemporer dan berada pada posisi tengah-tengah atau bahkan keluar dari pendapat jumhur ulama sehingga terlihat adanya perbedaan pandangan dengan para fuqaha dalam memahami makna ayat-ayat hukum keluarga dalam al-Qur‟an.

Akan tetapi pemaknaan itu lebih bersandar pada konsep kemaslahatan dan kehati- hatian dan tidak keluar dari esensi dan koridor ajaran-ajaran syariat Islam. Oleh karena itu pendapat-pendapatnya dapat dijadikan sebagai pilihan atau alternatif bagi masyarakat luas tetapi dengan tidak meninggalkan pendapat-pendapat ulama yang lain.

Kata kunci :Quraish Shihab, Pandangan, Hukum Keluarga, Ahli Tafsir Pembimbing : Dr. Hj. Azizah, MA

Daftar Pustaka : 1939-2017 Tahun

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala yang telah memberikan beribu nikmat, rahmat, taufik, hidayah dan „inayah-Nya, sehingga tiada lain kata yang pantas terucap secara tulus kecuali hanya dengan kalimat Alhamdulillahi Rabbil‟alamin. Sungguh hanya dengan pertolongan dan petunjuk-Nya lah akhir nya skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Kedua kalinya tak lupa shalawat teriring salam senantiasa tercurah limpahkan kepada manusia terbaik, manusia pemimpin ummat yaitu Baginda Nabi Muhammd Shallallahu „Alaihi Wasallam dengan mengucapkan Allahumma Shalli „Ala Sayyidina Muhammad beserta para keluarga, sahabat dan tabi‟in serta umatnya. Aamiin.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Namun demikian, skripsi ini adalah hasil usaha dan upaya yang maksimal dari penulis. Masih banyak hal yang tidak dimuat oleh penulis dalamnya karena keterbatasan pengetahuan penulis. Namun disamping kekurangan tersebut, penulis mendapat banyak pengalaman dalam penulisan skripsi ini.Kemudian penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah semata-mata hasil usaha sendiri, akan tetapi sampai terbentuknya skripsi ini banyak pihak yang membantu dan memotivasi serta membimbing penulis dalam menulis skripsi ini dari semua pihak. Oleh karena itu penulis secara khusus ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Phil. Asep Saifudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta wakil-wakil Dekan termasuk para pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Abdul Halim, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga serta Bapak Indra Rahmatullah S.H, M.H., selaku Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga yang telah bekerja dengan maksimal.

3. Ibu Dr. Hj. Mesraini, M.A., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis yang selalu mendukung penulis dalam menulis.

(7)

vii

4. Ibu Dr. Hj. Azizah, M.A., selaku Dosen pembimbing skripsi yang selalu bersedia menyisihkan waktunya untuk membimbing penulis, mengarahkan penulis, memberi saran dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan ilmunya serta mengajarkan akhlaknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Zainal Abidin dan Ibunda Nur Hidayati yang telah mendoakan penulis siang malam, yang telah bekerja siang malam demi membiayai kuliah penulis, dan yang selalu memberikan penulis motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini. Semoga Allah selalu memberi kesehatan pada keduanya dan Allah ampuni segala kesalahan mereka.

7. Kiyai sekaligus guru yang luar biasa, KH. Bahruddin, S.Ag, yang telah menunjukkan kami untuk mempelajari ajaran-ajaran islam dan yang selalu menanamkan ahlak yang baik pada kami. Semoga senantiasa dirahmati Allah dunia dan akhiratnya.

8. Teman-temanku seperjuangan (Arianto Saiful Hak, Muklis Sah, Fadilah Hakim, Wahyudin Sidik, Miftahul Huda, Amza Maulana) yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Kepada Sholihati, Karina Izza Nabila, Abda Ilma Rodiana, Mutiara Abdussalam, sebagai sahabat-sahabat terbaik yang pernah singgah dihati dan selalu menyemangati penulis.

10. Seluruh teman-teman yang tergabung dalam organisasi HIKMAT (Himpunan Keluarga Mahasiswa Alumni Tebuireng) JABODETABEK, organisasai yang telah menyediakan wadah bagi penulis untuk pertama kalinya studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Seluruh Pengurus ISDAH 2017 yang telah membimbing dan membantu penulis hingga akhirnya selesai.

(8)

viii

12. Seluruh Santri-santri Daar- el Hikam yang telah menambah motivasi penulis dalam belajar ilmu agama dan memperbaiki diri.

13. Teman- teman organisasi PMII Komfisip dan PMII Komfaksyahum serta KBPA(Keluarga Besar Peradilan Agama) UIN Jakarta.

14. Seluruh teman-teman SAS 2014 yang telah menambah warna dalam hidup penulis selama studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga akhirnya selesai penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya, penulis mengucapkan banyak terimakasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya serta menjadi amal kebaikan tersendiri di sisi Allah, akhirnya semoga setiap bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb.

Jakarta, 09 Januari 2019

Fuad Ali Fikri

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

………...

xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

E. Kajian Terdahulu ... 8

F. Metode Penelitian ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II HUKUM KELUARGA DAN PANDANGAN ULAMA MAZHAB MENGENAI HUKUM KELUARGA A. Pengertian Hukum Keluarga ... 13

B. Sejarah Perkembangan Hukum Keluarga ... 18

C. Pandangan Ulama Mazhab Mengenai Hukum Keluarga ... 22

1. Nusyuz ... 22

2. Isteri Bekerja ... 23

3. Poligami. ... 25

4. Mahar ... 26

5. Status Kawin Hamil ... 29

6. Aborsi ... 30

7. Pernikahan Beda Agama ... 31

8. Keluarga Berencana(KB) ... 33

(10)

x

BAB III BIOGRAFI SINGKAT DAN PEMIKIRAN QURAISH SHIHAB MENGENAI HUKUM KELUARGA

A. Biorgafi Quraish Shihab...36

1. Kehidupan Quraish Shihab ... 36

2. Guru-guru Quraish Shihab ... 39

3. Karya-karya Quraish Shihab ... 41

B. Pemikiran Quraish Shihab Mengenai Hukum Keluarga. ... 45

1. Nusyuz. ... 45

2. Isteri Bekerja ... 47

3. Poligami. ... 49

4. Mahar ... 51

5. Status Kawin Hamil ... 52

6. Aborsi ... 53

7. Pernikahan Beda Agama ... 54

8. Keluarga Berencana(KB) ... 56

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PANDANGAN QURAISH SHIHAB DAN ULAMA MAZHAB A. Analisis Pemikiran ... 57

1. Nusyuz ... 57

2. Isteri Bekerja ... 59

3. Poligami. ... 62

4. Mahar ... 65

5. Status Kawin Hamil ... 67

6. Aborsi ... 69

7. Pernikahan Beda Agama ... 71

8. Keluarga Berencana(KB) ... 73

B. Bagan Perbandingan Antara Pemikiran Quraish Shihab dan Ulama Mazhab Mengenai Hukum Keluarga ... 75

A. Corak Pemikiran Quraish Shihab ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

1

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Di dalam skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab dengan tulisan huruf Latin. Pedoman Transliterasi yang digunakan dalam skripsi ini sebagai berikut:

a. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا tidak dilambangkan

ب B Be

ت T Te

ث Ts te dan es

ج J Je

ح H ha dengan garis bawah

خ Kh ka dan ha

د D De

ذ Dz de dan zet

ر R Er

ز Z Zet

س S Es

1 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h., 66-69

(12)

xii

ش Sy es dan ye

ص S es dengan garis bawah

ض D de dengan garis bawah

ط T te dengan garis bawah

ظ Z zet dengan garis bawah

ع „ koma terbalik di atas hadap

kanan

غ Gh ge dan ha

ف F Ef

ق Q Qo

ك K Ka

ل L El

م M Em

ن N En

و W We

هـ H Ha

ء Ap

ي Y Ya

b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf. Untuk

(13)

xiii

Transliterasi vokal tunggal atau monoftong dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf sebagai berikut:

Sedangkan Transliterasi vokal rangkap atau diftong dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf sebagai berikut:

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

ـا

ـــــ Â a dengan topi di atas

ــي

ــــــ Î i dengan topi di atas

ــو

ـــــ Û u dengan topi di atas

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan lam ( لا ), dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah atau huruf qamariyyah. Misalnya:

داهتجلإا = al-ijtihâd

ةصخرلا = al-rukhsah, bukan ar-rukhsah Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

ـــــــــــ A Fathah ـــــــــــ I Kasrah ـــــــــــ U Dammah

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

ي ـــــــــــ Ai a dan i

و ـــــــــــ Au a dan u

(14)

xiv

e. Ta‟ Marbutah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri atau diikuti oleh kata sifat (na„t) maka huruf ta marbûtah tersebut transliterasinya dalam tulisan Latin menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut transliterasinya dalam tulisan Latin menjadi huruf “t” (te)

f. Tasydîd (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

لاشفعة = al-syuf„ah, tidakditulis asy-syuf„ah

No Kata Arab Alih Aksara

1

تعيسش

syarî„ah

2

تيملاسالإ تعيسشلا

al-syarî„ah al-islâmiyyah

3

بهارلما ثاهزاقم

muqâranat al-madzâhib

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat sehingga hukum sangat dibutuhkan oleh suatu kelompok manusia, baik yang primitif maupun modern untuk mengatur kehidupan mereka agar terciptanya keamanan dan ketertiban. Tidak dapat dibayangkan bagaimana perkumpulan atau suatu kelompok manusia tanpa adanya hukum yang mengatur tata kehidupan1

Hukum keluarga adalah hukum yang paling awal dikenal oleh manusia , khususnya hukum perkawinan yang ditandai dengan perkawinan Adam Alaihi Salam dengan isterinya, Hawa. Hukum pernikahan atau hukum keluarga dilaksanakan oleh keturunan Adam dan Hawa secara terus menerus dari dulu hingga sekarang dengan berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi didalamnya.2

Di negara-negara yang penduduknya tergolong heterogen semacam Indonesia dan Malaysia misalnya, berlakunya hukum yang pluralis merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Sebagaimana sistem-sistem hukum lain yang berlaku di negara manapun, sistem hukum keluarga Islam masih tetap eksis dan terus berlaku di Dunia Islam. Dari sekian banyak negara Islam, atau negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim umumnya dan bahkan di negara-negara berpenduduk muslim minoritas sekalipun, hukum keluarga Islam benar-benar menjadi hukum yang hidup (living law) dan diamalkan oleh keluarga-keluarga Muslim.3

1 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2004), h. 2

2 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, h. 5

3 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam , h. 9

(16)

Fenomena yang muncul pada dunia islam di abad ke-20 adalah adanya usaha pembaruan hukum keluarga di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.

Misalnya Turki sebagai Negara pertama yang melakukan pembaruan hukum keluarga yaitu pada tahun 1917, kemudian diikuti oleh Mesir pada tahun 1920, Iran pada tahun 1930, Syiria pada tahun 1953, Tunisia pada tahun 1956, Pakistan pada tahun 1961, dan Indonesia pada tahun 1974.4 Adapun bentuk pembaharuannya berbeda antara satu negara dengan yang lainnya, ada yang melakukan pembaharuan berdasarkan taqnin(pengundangan), putusan(dekrit), kepala negara(raja dan presiden), maupun ketetapan-ketetapan hakim.5

Adanya pengundangan hukum islam tersebut hakikatnya bertujuan untuk mempersatukan hukum islam atau biasa disebut unifikasi hukum. Dalam perkembangannya, pengundangan yang dilakukan di negara-negara muslim sebagian besar hanya terjadi dalam bidang hukum keluarga, karena bidang tersebut dianggap bagian dari substansi dalam hukum islam, Penerapan hukum keluarga yang tidak jauh dari adanya unsur hukum adat dan hukum yang berkembang di masyarakat menjadikan hukum keluarga sensitif untuk dilakukannya perubahan.6 Oleh karena itu hukum keluarga yang diadobsi dari hukum islam diberlakukan secara universal di dalam negara Muslim.

Meskipun telah dilakukan pengundangan, namun dinamika terhadap pemikiran dan penafsiran tentang nilai-nilai hukum keluarga berikut perdebatannya masih terbuka di kalangan para ulama. Apalagi nilai-nilai tersebut terambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang masih mungkin mengandung makna yang umum, sehingga dapat menimbulkan berbagai interpretasi dikalangan masyarakat maupun ulama.

Salah satu ulama yang intens mengkaji tentang hukum islam adalah Quraish Shihab. Bahkan ia juga masuk ke dalam ranah pembahasan mengenai masalah-

4 Atho Muzdhar dan Khaeruddin Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, (Jakarta: Ciputat Pers, 2003), h. 1

5 Hilal Malarangan, Pembaruan Hukum Islam dalam Hukum Keluarga di Indonesia, Jurnal Hunafa Vol. 5 No. 1, April 2008, h. 39.

6 Ahmad tholabi Karlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 13

(17)

3

masalah yang ada dalam hukum keluarga. Ia tercatat sebagai penulis yang sangat profilik. Buku-buku yang ia tulis antara lain berisi sekitar kajian epistimologi al- Qur'an yang menyentuh permasalahan kehidupan dalam konteks masyarakat Indonesia kontemporer7. Terlebih, ia adalah cendekiawan muslim yang termasuk menjunjung tinggi hak-hak perempuan yang ditandai dengan adanya tulisan- tulisan dan pemikirannya yang membahas tentang persamaan kedudukan laki-laki dan perempuan. Hal ini sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh tujuan dari adanya pembaruan hukum keluarga itu sendiri yaitu pengangkatan status wanita.

Penulis tertarik untuk menggali pemikirannya karena ia merupakan ulama ahli tafsir yang sangat mumpuni keilmuannya dan terbilang produktif dalam mengarang buku. Ia memiliki beberapa pandangan terhadap masalah hukum keluarga kontemporer. Oleh karenanya, penulis ingin mengetahui bagaimana perspektif secara umum tentang permasalahan hukum keluarga menurut ulama tafsir melalui pemikiran Quraish Shihab. Mengingat ia adalah seorang cendekiawan muslim yang telah banyak menyumbangkan pikirannya terhadap masalah-masalah hukum islam melalui buku-bukunya.

Salah satu karya beliau tentang penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an (baik yang ahkam maupun yang mutasyabih) ia jadikan satu dalam sebuah karya fenomenalnya yang diberi judul Tafsir Al-Misbah, yang berjumlah lima belas jilid dan selesai diterbitkan pada tahun 2003. Total karyanya secara keseluruhan hingga saat ini yang telah dibukukan setidaknya sudah mencapai 50 buku lebih.

Sehingga hal ini yang membuat penulis tertarik untuk mengkajinya lebih jauh.

Diantara penjelasannya dalam kitab Tafsir Al-Misbah yang terkait dengan masalah hukum keluarga adalah penafsirannya terhadap salah satu ayat tentang nusyuz. Ia menjelaskan bahwa yang berhak melakukan pemukulan terhadap isteri yang membangkang adalah pemerintah. Perintah pemukulan tersebut kewenangannya tidak ditujukan pada suami, melainkan pemerintah yang berhak

7 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2005), h. 365

(18)

melakukan pemukulan dengan segenap kebijakannya.8 Ayat tersebut menurutnya turun berkaitan dengan pengaduan seorang perempuan kepada Rasulullah yang baru saja dipukul oleh suaminya. Lalu rasul menyuruh untuk membalas pukulan suaminya tersebut dengan pukulan yang sama.

Padahal telah disebutkan dengan jelas dalam surat An-Nisa‟ ayat 34 bahwa tindakan pertama yang boleh dilakukan suami terhadap isterinya adalah menasehatinya, dengan tetap mengajaknya tidur bersama. Apabila tindakan pertama ini tidak membawakan hasil, boleh diambil tindakan kedua, yaitu berpisah ranjang . Apabila dengan tindakan kedua isteri masih tetap tidak mau berubah juga, suami diperbolehkan melakukan tindakan ketiga yaitu memukulya.9 Bagi penulis hal ini menarik untuk digali karena ketika ayat muhkam yang telah jelas-jelas menunjukkan bahwa perintah memukul isteri yang nusyuz merupakan kewenangan suami akan tetapi ditafsirkan berbeda oleh Quraish Shihab bahwa kewenangan itu ada pad pemerintah.

Quraish Shihab juga mengatakan bahwa Islam tidak merinci pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya tugas pokok seorang suami adalah mencari nafkah, dan tugas pokok seorang isteri adalah mengatur rumah tangga.

Namun dengan demikian tidak menutup kemungkinan bahwa seorang suami boleh melakukan pekerjaan rumah tangga, dan seorang isteri bekerja mencari nafkah, terutama bila penghasilan seorang suami tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga10 itu artinya Quraish Shihab memperbolehkan perempuan untuk beraktifitas diluar rumah bahkan memperbolehkan untuk seorang isteri bekerja mencari nafkah untuk keluarganya.

Sedangkan menurut KH. Hasyim Asy‟ari dalam kitabnya, menyebutkan diantara adab-adab seorang perempuan diantaranya: berdiam dirumahnya,

8 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta:Lentera Hati, 2000), vol 1, h. 412

9 Amir syarifuddin, Hukum Perkainan Islam di Indonesia ( Jakarta: Kenacana, 2006), h.

192.

10 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, vol 1 (Jakarta:Lentera Hati, 2000), h. 459

(19)

5

menetap dengan kesibukan rumahnya, tidak banyak bicara dan mengunjungi tetangga kecuali karena ada kepentingan, menghormati suami ketika ada atau tidak adanya, yang mencari kebahagiaan suaminya dalam segala hal dan tidak keluar rumah tanpa seizin suaminya”11 lalu Rasulullah pernah bersabda pada putrinya yaitu Fatimah r.a :”apa saja perkara yang baik bagi perempuan? Fatimah r.a menjawab : “Tidak memandang laki-laki dan membiarkan laki-laki memandangnya” lalu Rasulullah SAW memeluknya yang artinya Rasulullah membenarkannya. Jelas hal ini menggambarkan ada sedikit penafsiran berbeda dari Quraish Shihab terhadap kedudukan seorang perempuan.

Selain itu, pandangan Quraish Shihab terhadap hukum berpoligami yang berlandaskan surat an-Nisa‟ ayat 3 menurutnya ayat tersebut bukanlah berisi tentang peraturan poligami, karena poligami sudah dulu dilakukan oleh masyarakat jauh sebelum turunnya ayat tersebut. Ayat tersebut menurutnya hanya menunjukkan sebatas pembolehan poligami dan bukan berisi tentang perintah maupun anjuran untuk berpoligami.12 Itupun merupakan pintu kecil yang hanya dapat dilalui oleh yang membutuhkan dan dengan syarat yang tidak ringan.

Ia tidak terlalu keras dalam menentang poligami, namun ia juga tidak menganjurkan untuk poligami, menurutnya poligami boleh dilakukan siapapun jika kondisinya memang darurat. Sebagaimana pernyataan yang disampaikannya ketika ditanya oleh wartawan republika. ''Poligami itu bukan anjuran, tetapi salah satu solusi yang diberikan kepada mereka yang sangat membutuhkan dan memenuhi syarat-syaratnya. Poligami mirip dengan pintu darurat dalam pesawat terbang yang hanya boleh dibuka dalam keadaan emergency tertentu,'' tandas Quraish kepada Damanhuri Zuhri wartawan dari Republika di ruang kerjanya Pusat Studi al Quran (PSQ) Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (5/12/2017)13

11 Hasyim Asy‟ari, Dau‟u Al-Misbah Fi Bayani Ahkami Al-Nikah,(Jombang: Maktabah Turats Al-Islami, 2010), h. 21

12 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, vol 2 h.

324

13 https://www.republika.co.id/amp/23350. Diakses hari Minggu 23 September 2018 pukul 14:25

(20)

Menurut penulis hal ini menarik ketika fi‟l amar (perintah) yang tertera di dalam surat An-Nisa‟ ayat 3 dipandang oleh Quraish Shihab bukan lah suatu anjuran atau bahkan perintah, akan tetapi hanya menjadi sebuah dalil kebolehan berpoligami saja, itupun menurutnya pembolehan tersebut hanya bersifat darurat, dan ketika suatu ayat menggunakan fi‟l amar(perintah) hanya dipandang sebagai hukum rukhsah(keringanan) karena adanya hal yang darurat maka ini menjadi menarik untuk diteliti.

Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui lebih lanjut bagaiamana pemikiran- pemikiran hukum keluarga Quraish Shihab, pendekatan metode istinbath hukumnya, dan faktor yang mempengaruhi pemikirannya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pemikiran M. Quraish Shihab sebagai suatu karya ilmiah dengan judul: “PANDANGAN QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM KELUARGA DALAM AL-QUR’AN”

B. Identifikasi Masalah

D

ari uraian latar belakang masalah di atas penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang ada dalam bahasan ini. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah :

1.

Bagaimana pemikiran Hukum Keluarga perspektif Quraish Shihab?

2.

Bagaimana metode istibath hukum Islam Quraish Shihab?

3.

Apa corak atau aliran pemikiran Hukum Islam Quraish Shihab?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.

Pembatasan Masalah

Batasan masalah berfungsi sebagai pijakan awal dan landasan penelitian.

Batasan masalah dapat mempermudah peneliti dalam penelitian agar tetap fokus terhadap penelitianya. Maka, masalah harus sudah diidentifikasi, dibatasi dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas saat memulai memikirkan penelitian.14 Adapun fokus penelitian ini hanya terbatas pada masalah-masalah

14 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), h. 93

(21)

7

hukum keluarga seperti Nusyuz, isteri bekerja, Poligami, Mahar, kawin hamil, Aborsi, nikah beda agama, dan Keluarga Berencana (KB).

2. Perumusan Masalah

Dari pemaparan identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas maka fokus dalam pembahasan ini adalah :

a. Bagaimana metode istinbath hukum Quraish Shihab dalam masalah hukum keluarga?

b. Bagaimana perbandingan pemikiran Quraish Shihab dan fuqaha klasik dalam masalah hukum keluarga?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1.

Mengetahui dan menjelaskan metode istinbath hukum menurut Quraish Shihab dalam masalah hukum keluarga

2.

Mengetahui dan menjelaskan perbandingan pemikiran Quraish Shihab terhadap fuqaha klasik dalam masalah hukum keluarga

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam melaksanakan penelitian ini adalah::

1. Bagi peneliti

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya dapat digunakan oleh peneliti ketika sudah berada dilingkungan akademisi dan lingkungan masyarakat.

2. Bagi Masyarakat

Dapat bermanfaat sebagai pengetahuan bagi masyarakat tentang pemikiran Hukum Keluarga oleh Quraish Shihab

3. Bagi Lembaga

Sebagai masukan yang konstruktif dan merupakan dokumen yang bisa dijadikan kerangka acuan dalam penelitian selanjutnya

(22)

E. Kajian Terdahulu

Kajian tentang pemikiran dan pandangan-pandangan Quraish Shihab terhadap Ayat-ayat Hukum Keluarga penulis belum pernah menemukannya. Yang ada hanyalah beberapa kajian yang membahas satu tema khusus yang ada dalam Hukum Keluarga, sebagaimana yang telah penulis temukan sebagai berikut:

1. Karya Yulia Baidar dengan judul “PERKAWINAN AHLUL KITAB MENURUT PEMIKIRAN QURAISH SHIHAB”, Prodi Ilmu Syari‟ah STAIN Zawiyah cot kala Langsa pada tahun 2013 dengan temuan penelitiannya yaitu pemikiran Muhammad Quraish Shihab yang membolehkan perkawinan beda agama, tetapi dengan catatan laki-laki muslim boleh menikah dengan perempuan ahli kitab sesuai dengan al Quran surat al-Maidah ayat 5, karena memang al-Quran tidak memberikan pelarangan yang tegas mengenai hal tersebut, tetapi wanita muslimah tidak boleh menikah dengan laki-laki Ahli kitab sesuai dengan al Quran surat al Baqarah 221.

2. Karya Taufik Mubarok dengan judul “STUDI ANALISIS TERHADAP PENDAPAT QURAISH SHIHAB TENTANG TIDAK ADA EWAJIBAN SUAMI MEMBAYAR MAHAR TERHADAP ISTRI TALAK QOBLA DUKHUL”, Prodi Ahwal Syahsiyah Fakultas Syariah IAIN Semarang, pada tahun 2009 dengan temuan penelitiannya yaitu pendapat Quraish Shihab yang mengatakan suami tidak berkewajiban membayar mahar terhadap isteri disebabkan karena ketika terjadi perceraian isteri dalam keadaan qabla dukhul dan mahar belum juga ditentukan tapi suami menggantinya dengan membayar mut‟ah.

3. Karya Nurul Irfan dengan judul “PERSPEKTIF M. QURAISH SHIHAB TERHADAP WANITA PEKERJA”, Prodi Ahwal Syahsiyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010 dengan temuan penelitiannya yaitu Skripsi ini membahas tentang pandangan Quraish Shihab terhadap wanita pekerja baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam hasil pembahasannya beliau memperbolehkan seorang wanita bekerja ketika penghasilan seorang suami tidak mencukupi.

(23)

9

4. Karya Rivaldi Fahlepi dengan judul “FATWA M. QURAISH SHIHAB DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM (Studi Terhadap Metode Istinbath Hukum dalam Bukunya M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Macam Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui)”, Prodi Ahwal Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2016 dengan temuan penelitiannya yaitu Pemahaman hukum Islam Muhammad Qurasih Shihab dalam menjawab problematika hukum keluarga Islam, selain dengan pemahaman terhadap tafsir ayat-ayat al-Qur‟an dan Hadits adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip ushul fiqh yang telah dirumuskan dan dikodifikasi oleh para ushuliyyin serta menggunakan prinsip- prinsip Maqashid asy-Syari‟ah, yang biasa disebut dengan metode Bayani, Ta‟lili, Istishlahi.

Perbedaannya dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian penulis lebih difokuskan pada pandangan-pandangan Quraish Shihab tentang Hukum Keluarga yang dibatasi pada pembahasannya yang meliputi jenis-jenis Hukum Keluarga seperti Nusyuz, Isteri bekerja, Poligami, Aborsi, Nikah Beda Agama, Kawin Hamil, dan Keluarga Berencana (KB) dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perspektif ahli tafsir dalam memahami ayat-ayat tentang Hukum Keluarga dan untuk mempertajam pembahasan, maka penulis membandingkannya dengan pemikiran ulama mazhab.

Dari sekian judul skripsi terdahulu tentang pemikiran Quraish Shihab belum ada yang membahas penelitian dengan judul : “PANDANGAN QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM KELUARGA DALAM AL- QUR’AN”.

F. Metode Penelitian

Untuk membahas masalah-masalah dalam penelitian ini, maka dibutuhkan metode untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas dengan baik, benar, dan tepat. Berikut beberapa metode yang digunakan oleh penulis antara lain:

(24)

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.15 Karenanya penelitian ini dalam proses pengumpulan datanya menggunakan data kepustakaan ( library research ), yaitu sebuah penelitian yang analisanya didasarkan pada sumber- sumber pustaka seperti buku, makalah, artikel, jurnal dan bahan bahan lain yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti16

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam skripsi ini adalah dengan melakukan pendekatan normatif-yuridis. Pendekatan normatif adalah pendekatan dengan cara mendekati masalah yang akan diteliti dengan memperhatikan dan melihat apakah sesuatu itu lebih baik atau buruk, benar atau salah berdasarkan norma-norma agama dan norma yang berlaku di masyarakat.

3. Sifat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan normatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu metode yang menggambarkan dan memberikan analisa terhadap pemikiran tokoh.17

4. Objek Penelitian

Objek penelitian penulis dalam skripsi ini adalah pemikiran tokoh, yaitu pemikiran Quraish Shihab dalam memahami ayat-ayat Hukum Keluarga dalam al- Qur‟an melalui karyanya tafsir al-Misbah.

5. Analisis Data

Data yang diperoleh dari studi pustaka tersebut diuraikan secara logis dan sistematis selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah dengan cara berfikir deduktif, yaitu mengumpulkan dan mengolah data yang bersifat umum yang kemudian untuk diambil kesimpulan yang khusus.

15 Penelitian Kualitatif merupakan suatu strategi penelitian yang menekankan pada pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, symbol, gejala, maupun deskripsi tentang suatu fenomena yang kemudian disajikan secara naratif.

Lihat: Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:

Kencana, 2014), Cet. 1, h. 329

16 Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah (Yogyakarta : IKFA PRESS, 1998), h. 7

17 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), h.

38

(25)

11

6. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka sumber data yang penulis gunakan yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asal, yang dalam hal ini data primer penulis adalah buku Tafsir Al Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran karya Prof. M. Quraish Shihab.

b. Data Sekunder adalah semua bahan yang memberikan penjelasan mengenai sumber data primer, Diantaranya:

1) Perempuan, dari cinta sampai seks, dari nikah mut‟ah sampai nukah sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru karya Prof. M. Quraish Shihab 2) M. Quraish Shihab menjawab: 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda

Ketahui karya Prof. M. Quraish Shihab

3) M. Quraish Shihab menjawab: 101 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui karya Prof. M. Quraish Shihab

4) Cahaya, Cinta, dan Canda M. Quraish Shihab karya Mauluddin Anwar, dkk

5) Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq

6) Al-fiqhul Islam wa Adillatuhu karya Wahbah az-Zuhaili 7) Undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

7. Teknik Penulisan

Tehnik penulisan studi ini, merujuk pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertai dengan buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta 2017.

(26)

G. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini lebih terarah penulis menjadikan sistematika penulisan menjadi lima bab yang terdiri dari sub-sub bab pada masing-masing bab.

Sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I, merupakan bab pendahuluan yang meliputi : Latar belakang masalah, Pembatasan masalah, dan Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Metode penelitian, Studi review terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II, merupakan bab yang membahas landasan teori yang meliputi:

Pengertian Hukum Keluarga, Sejarah Perkembangan Hukum Keluarga, dan Hukum Keluarga perspektif ulama‟ mazhab.

BAB III, merupakan bab yang menjelaskan Profil Quraish Shihab yang meliputi: Biografi siangkat Quraish Shihab, guru-guru Quraish Shihab, karya- karya Quraish Shihab dan Pemikiran Quraish Shihab terhadap jenis-jensi Hukum Keluarga.

BAB IV, merupakan bab yang memaparkan tentang perbandingan Hukum Keluarga menurut Quraish Shihab dan ulama mazhab yang meliputi: Komparasi pemikiran ulama mazhab dan Quraish Shihab terhadap ayat-ayat Hukum Keluarga serta analisis penulis.

BAB V, merupakan bab terakhir yang membahas penutup yang meliputi ; Kesimpulan dan Saran

(27)

13

BAB II

HUKUM KELUARGA DAN PANDANGAN ULAMA MAZHAB MENGENAI HUKUM KELUARGA

A.

Pengertian Hukum Keluarga

Istilah Hukum Keluarga terdiri dari dua kata yaitu Hukum dan Keluarga.

Secara penggunaannya hukum terbagi menjadi dua jenis yaitu hukum konvensional dan hukum syara‟. Adapun definisi hukum yang pertama adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau timbul berdasarkan adat yang berlaku bagi suatu masyarakat (Negara). Sedangkan hukum syara‟ secara sin gkat biasa disebut dengan hukum islam.1

Namun penggunaan istilah hukum yang dikehendaki dalam pembahasan hukum keluarga disini adalah hukum syara‟ yang memiliki definisi yang berbeda dengan hukum umum. Hukum syara‟ adalah hukum yang bersumber langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk mengatur kehidupan manusia di muka bumi. Menurut ahli fiqih, hukum syara‟ adalah efek yang dikehendaki oleh khitab syari‟ dalam hal perbuatan seperti wajib, haram, dan mubah.2 Hukum secara bahasa artinya menetapkan sesuatu di atas sesuatu yang lain

( ٍٍء ْي ش ى َ َ ِِا

ل َع ٍئْي َش ُثاَبْث ).

3 Sedangkan definisi hukum syara‟

menurut ahli ushul fiqh diartikan :

ٍَنْي ِف ّ

ِل َكُلمْا ِلاَعْفَاِب ُقِّلَعَخُْلمَا ىَلاَعَح ِالله ُباَط ِخ

ٍ ءا َضِخ ْ ق ِإ

ٍْو َ ا رْيِي ْخَج أ

ٍْو َ أ ا ع ْض َو

Artinya: “Perintah Allah yang berhubungan dengan perbuatan seorang mukallaf (orang yang sudah dibebani hukum atau cakap hukum baik berupa tuntutan(iqtidha‟), kebebasan memilih untuk bertindak(takhyir), maupuan dalam bentuk ketetapan(wadha‟)”4.

1 Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 314

2 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 2014), h. 173

3 Moh. Rifa‟i, Ushul Fiqh, Edisi Revisi, (Bandung: PT Alma‟arif, 1973), cet. 1, h. 11

4 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), h. 26

(28)

Sedangkan istilah Keluarga itu sendiri mengandung pengertian yang beragam. Diantaranya pengertian berdasarkan UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera pasal 1 ayat 10 yang menyebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Dalam undang-undang ini keluarga masih didefinisikan dalam arti sempit.

Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi.5 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keluarga merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.

Selain itu keluarga juga merupakan suatu struktur yang bersifat khusus, dimana antara satu sama lain memiliki ikatan, baik melalui hubungan darah maupun pernikahan, dan masing-masing individu saling mempunyai ikatan batin.6 Pengertian dari kata keluarga pada umumnya dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu keluarga kecil dan keluarga besar. Keluarga kecil juga biasa disebut dengan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Sedangkan keluarga besar mencakup seluruh anggota keluarga yang bertambah sebagai akibat dari hubungan perkawinan yang meliputi ayah, ibu, dan mertua.

Adapun ayat tentang keluarga dalam Al-Qur‟an sebagai berikut:

ٍ َ

أ ْن ِم ا َنَل ْبَه اَنَّبَز َنىُلىُقَي َني ِرَّلاَو

ٍ اما َم ِإ َنيِقَّخُمْلِل اَنْلَعْجاَو ٍنُيْعَأ َةَّسُق اَنِجاَّيِّزُذَو اَن ِجاَوْش

Artinya: “Dan orang orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”.

(Qs.Al-Furqon : 74)7

5 Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, Jurnal Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia- Institut Pertanian Bogor, 2013, h. 1

Lihat juga sumber Herien Puspitawati, Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. (Bogor: PT IPB Press, 2012)

6 Hammudah „Abd. Al-Ati, The Family Structure in Islam (Keluarga Muslim), (Surabaya:

Bina Ilmu, 1984), h. 29

7 Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid VII, h. 45

(29)

15

ٍ ة َّد َى َم ْم ُكَنْيَب َلَع َجَو اَهْي َ

ل ِإ اى ُنُك ْسَدِل ا جا َوْشَأ ْمُك ِسُفْهَأ ْنِم ْمُكَل َقَلَخ ْنَأ ِهِجاَيآ ْنِمَو ت َم ْح َز َو

ٍَنوُس َّك َفَخَي ٍمْى َقِل ٍثاَيلآ َكِلَذ يِف َّنِإ

) /موسلا . ٣ : ١٢ (

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesara)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (Qs.Ar-Ruum : 21)8

Suami dan isteri adalah dua manusia yang telah Allah pasangkan. Dengan adanya manusia yang berpasang-pasangan, maka Allah akan mendatangkan ketenteraman, rasa cinta, kasih-sayang, anugerah, karunia dan rahmat dalam suatu binaan rumah tangga Islam.

Berdasarkan pemaparan definisi kedua istilah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi Hukum Keluarga adalah ketentuan Allah yang bersumber dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang berhubungan dengan mukallaf untuk mengatur perkara-perkara yang berkaitan dengan hubungan kekeluaragaan baik dari adanya hubungan darah maupun hubungan ikatan perkawinan.

Istilah Hukum Keluarga yang biasa digunakan di Indonesia antara lain hukum perkawinan, hukum keluarga, hukum kekeluargaan dan hukum perorangan.9 Menurut Asep Saepudin Jahar, yang disebut keluarga adalah sanak saudara, kaum kerabat, kaum saudara atau satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Sementara kekeluargaan adalah sesuatu yang bersifat keluarga yang berkaitan dengan sebagai anggota dalam satu keluarga. Kedua istilah tersebut digunakan untuk menamai aturan yang berkaitan dengan masalah keluarga, yaitu hukum keluarga dan hukum kekeluargaan, meski memiliki definisi yang sama namun kata hukum keluarga lebih tepat pemakaiannya dalam hal ini.10

8 Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Tafsirnya, jilid VII, h. 477

9 Khoirudin Nasution, Pengantar dan Pemikiran Hukum Keluarga Perdata Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Academia & Tazzafa, 2007), h. 7

10 Asep Saepudin Jahar, Hukum Keluarga, Pidana, dan Bisnis, (Jakarta: Kencana, Cet,1,2013), h. 10

(30)

Beberapa pakar hukum mendefinisikan istilah Hukum Keluarga secara berbeda-beda namun maksudnya sama. Diantaranya Musthafa Hasan yang mendefinisikan Hukum keluarga sebagai keseluruhan ketentuan yang mengatur hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan karena adanya perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami-istri11. Menurut Subekti, Hukum Keluarga merupakan hukum yang mengatur tentang hubungan-hubungan hukum yang timbul dari adanya hubungan kekeluargaan, yaitu perkawinan beserta hubungan dalam lingkup hukum kekayaan antara suami dan istri, hubungan orang tua dan anak, perwalian, serta curatele.12

Menurut Abdul Wahhab Khallaf hukum keluarga adalah hukum yang berkaitan dengan keluarga yang meliputi hubungan suami istri dan karib kerabat. Dalam Al-qur‟an kira-kira ada 70 ayat dalil tentang hukum keluarga.13 Menurut Wahbah Zuhaili dalam kitabnya Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu mengatakan bahwa hukum keluarga adalah hukum yang mengatur hubungan keluarga sejak dimasa-masa awal pembentukannya hingga dimasa- masa akhir atau berakhirnya (keluarga) berupa nikah, talak, nasab, nafkah, dan kewarisan.14

Dengan melihat beberapa definisi tersebut, maka dapat diketahui ruang lingkup hukum keluarga diantaranya adalah mengatur tentang pembentukan sebuah keluarga melalui akad nikah, hubungan dalam kekeluargaan, hak dan kewajiban suami-istri dalam keluarga, hak dan kewajiban orang tua dan anak, putusnya hubungan perkawinan, Keturunan (nasab), dan Kewarisan.

Hukum keluarga menjadi penting karena manusia tidak dapat hidup menyendiri, manusia bersifat saling bergantung antara satu sama lain, sama halnya dengan pria dan wanita. Oleh karena itu hukum keluarga menjadi

11 Musthafa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),h. 4

12 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT Internasa, 1991), h. 16

13 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016), cet. I, h. 4

14 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h. 19

(31)

17

penting untuk mengatur bagaimana hubungan kekeluargaan dalam berumah tangga seorang pria dan wanita dapat hidup rukun sebagai suami istri.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya muslim. Oleh karena itu, hukum keluarga yang diterapkan di Indonesia adalah hukum keluarga islam. Yang mana hukum keluarga islam memiliki definisi tersendiri yaitu hukum yang mengatur hubungan internal anggota keluarga dalam suatu keluarga muslim yang berkaitan dengan masalah- masalah tertentu. Sedangkan menurut Amin Summa, Hukum Keluarga Islam adalah seperangkat kaidah undang-undang yang mengatur hubungan personal anggota keluarga dalam konteksnya yang khusus/spesifik dalam hubungan hukum suatu keluarga muslim.15

Keluarga muslim yang dimaksud adalah keluarga yang anggota-anggota keluarganya muslim atau paling tidak pemimpin keluarganya itu muslim meski ada anggota keluarga yang lain yang bukan muslim. Apabila dalam keluarga tersebut memenuhi kriteria sebagai keluarga muslim maka aturan hukum keluarga yang berlaku baik itu dalam hal pernikahan, perceraian, nafkah, kewarisan dan lain sebagainya adalah mengikuti pada aturan hukum keluarga islam yang berlaku. Maka ruang lingkup dalam hukum keluarga islam mencakup perkawinan (munakahat dan yang berkaitan dengannya), perwalian, wasiat, dan kewarisan.

Dalam perkembangannya, negara-negara muslim melakukan unifikasi hukum atau qanunisasi hukum yang sebagian besar hanya terjadi dalam bidang hukum keluarga, karena bagian tersebut adalah bagian dari substansi hukum islam.16 Seperti di Indonesia saja, perundang-undangan yang sudah dipositifkan menjadi peraturan universal dan berlaku untuk seluruh masyarakat Indonesia, tetapi dasar pembentukan hukum keluarganya lebih banyak diambil dari aturan-aturan hukum islam seperti berlakunya undang- undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Itu artinya Indonesia telah

15 M. Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 13

16 Ahmad Tholabi Karlie, Hukum Keluarga Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.13

(32)

melakukan pembaharuan hukum sebagai mana yang di lakukan oleh Turki sebagai negara yang pertama kali memperbarui hukum keluarganya.

Tujuan dari adanya pembaharuan hukum keluarga adalah sebagai unifikasi hukum, pengangkatan status wanita, dan merespon perkembangan zaman. Hasil dari pembaharuan hukum islam tersebut antara lain adanya pencatatan pernikahan, pembatasan hak talak sepihak oleh suami, keharusan pencatatan nikah, jaminan hak istri, dan jaminan hak anak yang orang tuanya bercerai.17 Salah satu pembaruan itu diantaranya adalah pencatatan pernikahan di Indonesia sejak diberlakukannya uu no 1 tahun 1974 tentang perkawinan, sehingga pernikahan yang tidak dicatatkan dianggap tidak sah oleh Negara. Seperti yang tertera dalam pasal 2 ayat 2 : “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”18

B. Sejarah Perkembangan Hukum Keluarga

Hukum keluarga adalah hukum yang paling awal dikenal oleh manusia , khususnya masalah hukum perkawinan yang ditandai dengan adanya perkawinan Adam a.s dengan isterinya, Hawa. Hukum pernikahan atau hukum keluarga dilaksanakan oleh anak, cucu, cicit nabi Adam dan Hawa secara terus menerus dari dulu hingga sekarang dengan berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi di dalamnya.19 Sehingga dengan begitu hukum keluarga sering mengalami perubahan legalisasi yang berlaku di masing-masing daerah maupun negara.

Di negara-negara yang penduduknya tergolong heterogen semacam Indonesia dan Malaysia misalnya, berlakunya hukum yang pluralis merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Sebagaimana sistem-sistem hukum lain yang berlaku di belahan bumi manapun, sistem hukum keluarga Islam masih tetap ada dan terus berlaku di Dunia Islam. Dari sekian banyak negara Islam, atau negara-negara berpenduduk mayoritas muslim dan bahkan

17Atho Mudzhar dan Khaeruddin Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, (Jakarta: Ciputat Pers, 2003), h. 10-11

18 Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta, 1975), h. 42

19 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, h. 5

(33)

19

di negara-negara berpenduduk muslim minoritas sekalipun, hukum keluarga Islam benar-benar menjadi hukum yang hidup (living law) dan diamalkan oleh keluarga-keluarga Muslim.20

Sesuai dengan sifatnya, hukum bisa berubah sesuai tuntutan zaman dan keadaan dimana hukum itu berlaku. Sehingga di beberapa Negara yang memberlakukan hukum keluarga melakukan pembaharuan hukum tersebut agar sesuai dengan tuntutan zaman dan keadaan. Meskipun hasil penalaran fuqaha dimasa lampau yang sesuai dan memenuhi kebutuhan masyarakat muslim pada masa itu, tetapi tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat muslim sekarang.21 Isi dan kandungannya berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya karena adanya perbedaan pengetahuan diantara fuqaha sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum dan membuat masyarakat muslim tidak puas dengan hal itu.

Oleh karena itu banyak fenomena yang muncul pada dunia islam di abad ke-19 diantaranya adalah adanya usaha pembaruan hukum keluarga di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Misalnya Turki yang melakukan pembaruan di tahun 1917, Mesir pada tahun 1920, Iran pada tahun 1930, Syiria pada tahun 1953, Tunisia pada tahun 1956, Pakistan pada tahun 1961, dan Indonesia pada tahun 1974.22 Adapun bentuk pembaharuannya berbeda antara satu negara dengan yang lainnya, ada yang melakukan pembaharuan berdasarkan taqnin, putusan(dekrit), kepala negara(raja dan presiden), ada pula dengan ketetapan-ketetapan hakim.23 Dari situ kita bias melihat bahwa yang melakukan pembaharuan hukum pertama kali adalah Turki.

20 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, h. 9

21 Kurniati, Hukum Keluarga di Mesir, Jurnal Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, h. 26

22 Atho Muzdhar dan Khaeruddin Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, (Jakarta: Ciputat Pers, 2003), h. 1

23 Hilal Malarangan, Pembaruan Hukum Islam dalam Hukum Keluarga di Indonesia, Jurnal Hunafa, Vol. 5 No. 1, April 2008, h. 39.

(34)

Negara yang memiliki peranan penting dalam proses pembaharuan hukum keluarga di Negara-negara muslim lainnya adalah Turki dan Mesir.24 Turki merupakan Negara yang pertama kali melakukan pembaharuan hukum keluarga pada tahun 1917, sedangkan mesir merupakan Negara Arab yang pertama kali melakukan pembaharuan hukum keluarga sekaligus Negara kedua yang melakukan pembaharuan tersebut yaitu pada tahun 1920. Dengan diadakannya pembaharuan tersebut, maka kedua Negara ini telah membuka pintu perubahan sistem hukum keluarga yang dipakai untuk Negara-negara muslim lainnya, diantara bentuk pembaharuannya adalah meninggalkan kebiasaan lama yang selalu merujuk pada kitab fikih klasik setiap ada permasalahan yang kemudian menggunakan peraturan yang sudah diundangkan misalnya Turki dengan lahirnya the Ottoman Law Of Family Rights pada tahun 1917 maka dari yang awalnya masih berbentuk kitab fikih klasik menuju format baru yang berupa perundang-undangan.

The Ottoman Law Of Family Rights adalah kitab undang-undang yang dipakai Turki sebagai rujukan dalam masalah hukum keluarga. Sebagai tonggak awal yang menandai adanya pembaharuan hukum islam di Dunia Islam, maka the Ottoman Law Of Family Rights tercatat pernah diadopsi oleh Lebanon, Yordania, dan Syiria. Oleh karena itu setidaknya Turki telah memberi pengaruh dan inspirasi terhadap Negara muslim lainnya yang menerapkan legalitas hukum keluarga. Mesir termasuk negara kedua yang melakukan pembaharuan hukum keluarga pada tahun 1920 yang ikut terisnpirasi oleh pembaharuan yang dilakukan oleh Turki. Salah satu contoh pembaharuan hukum keluarga yang kerap mengalami amandemen di Turki adalah aturan-aturan tentang perceraian. Di Turki aturan-aturan tentang perceraian mengalami perkembangan yang cukup pesat jika dibandingkan dengan fikih konvensional.

24 Syaiful Bahri, Kontribusi Pemikiran Qasim Amin Dalam Pembaruan Hukum Keluarga Islam, Jurnal Al-Ahwal, Vol. 6 No. 1, 2013, h. 20

(35)

21

Menurut Taheer Mahmud ada empat konsep dan metode pembaharuan hukum Islam di Negara-negara muslim antara lain:25

1. Intra-doctrinal Reform

Merupakan pembaharuan hukum Islam yang didasarkan pada mazhab hukum Islam (fiqh), yang dianut oleh masyarakat disuatu Negara. Seperti Indonesia yang menganut mazhab Sunny dan lebih banyak mengambil doktrin Imam Syafi‟i, kemudian Mesir yang semula menganut Syafi‟iyyah, kemudian setelah penyebaran melalui Dinasti Usmani beralih kepada mazhab Hanafiyyah hingga sekarang, Saudi Arabia yang menganut mazhab Hanbali, Yaman dengan mazhab Zaidi.

2. Extra-doctrinal Reform

Merupakan pembaharuan hukum Islam di beberapa Negara muslim yang keluar dari pendapat-pendapat mazhab fiqh yang dianut oleh masyarakatnya. Seperti adanya ijtihad hukum islam yang baru yang mereka lakukan. Diantara ijtihad dalam pembaharuan itu contohnya adalah tentang wasiat wajibah dalam hukum kewarisan, pelarangan poligami dan sebagainya. Seperti yang dilakukan oleh Mesir, Turki dan Albania.

3. Regulatory Reform

Merupakan pembaharuan hukum Islam yang dipengaruhi oleh berbagai prosedur hukum barat karena adanya perkembangan masyarakat muslim yang bersentuhan dengan barat seperti adanya system legislasi dan administrasi modern. Contoh Negara yang melakukan pembaharuan ini antara lain Pakistan, Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan lain sebagainya.

4. Codification

Merupakan pembaharuan hukum Islam dengan cara pembukuan materi hukum secara lengkap dan sistematis yang dikenal dari hukum barat terutama sistem eropa continental.

25 Syaiful Bahri, Kontribusi Pemikiran Qasim Amin Dalam Pembaruan Hukum Keluarga Islam, Jurnal Al-Ahwal, Vol. 6 No. 1, 2013, h., 213

(36)

Dalam perkembangannya, pengundangan yang dilakukan di negara- negara muslim sebagian besar hanya terjadi dalam bidang hukum keluarga, karena bidang tersebut dianggap bagian dari substansi dalam hukum islam, Penerapan hukum keluarga yang tidak jauh dari adanya unsur hukum adat dan hukum yang berkembang di masyarakat menjadikan hukum keluarga sensitif untuk dilakukannya perubahan.26 Sehingga hukum keluarga mampu bertahan ditengah-tengah hempasan gelombang westernisasi (barat) karena masyarakat muslim yang lebih tertarik untuk menggunakan hukum adat yang turun temurun berlaku di masyarakat dan berpaling dari system hukum barat yang telah disusun secara sistematis. Adanya pengundangan hukum islam tersebut bertujuan untuk mempersatukan hukum islam atau yang biasa disebut unifikasi hukum dan menghasilkan kepastian hukum.

C. Pandangan Ulama Mazhab Mengenai Hukum Keluarga 1. Nusyuz

Menurut kesepakatan para ulama pukulan oleh suami terhadap isteri yang nusyuz diperbolehkan bagi suami jika nasihat dan pisah ranjang tidak berfaidah baginya.27 Berdasarkan surah An-nisa‟ ayat 34, suami boleh memberlakukan sanksi dan hukuman terhadap istrinya yang berbuat nusyuz, yaitu melalui tahap-tahap persuasif, menasihati dan pisah ranjang, yang selanjutnya al-dharb atau memukul. Mengenai pemukulan ini para mufassir dan fuqaha‟ telah menyepakati bahwa pukulan yang diberikan adalah pukulan yang lemah dan tidak sampai melukainya.28 Dari keterangan tersebut bisa dipahami bahwa menurut para ulama mazhab, suami tetap memiliki hak untuk memukul isteri yang nusyuz.

Mazhab Syafi‟i berpendapat bahwa jika isteri benar-benar nusyuz maka suami boleh memukul isterinya. Tetapi meskipun boleh memukul tetapi

26 Ahmad tholabi Karlie, Hukum Keluarga Indonesia, h. 13

27 Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, diterjemahkan oleh Darwis Dkk, Shahih Fikih Sunnah, (Jakarta: Darus Sunnah, 2017), h. 259

28 Muhammad Kamil Hasan Al Mahami, Wanita Dimata Dunia dan Al-Qur‟an, (Jakarta:

Mustaqim, 2004), h. 98

(37)

23

hendaknya bagi suami tidak memukul dengan pukulan yang melukai atau mengeluarkan darah, tidak boleh berulang-ulang, dan hindarkan pemukulan pada wajah.. Imam Syafi‟i juga mengatakan: “Aku lebih suka tidak memukulnya, karena Nabi Muhammad SAW bersabda: “lan yadhriba khiyarukum (orang yang baik di antara kalian tidak akan memukul istri).

Dalam kesempatan lain sesudah Nabi mendengar ada tujuh puluh orang perempuan yang mengadukan perlakuan kasar suami mereka, beliau mengatakan :”wa ma tajiduna ula-ika bikhiyarikum (kalian perlu ketahui bahwa mereka para suami yang berlaku kasar terhadap istri bukan orang- orang yang baik di antara kalian)”.29

Mazhab Hanafi berpendapat suami boleh memukul istri dengan pukulan yang ringan dan tidak melukai. Disini Syariat islam membatasi dengan memberikan kriteria pemukulan tersebut yang diperbolehkan adalah memukul selain muka, perut atau bagian tubuh lain yang dapat menyebabkan kematian atau kemudharatan, tidak memukul pada satu tempat, serta tidak memukul dengan alat yang bisa melukai.30

Sedangkan Mazhab Hanbali berpendapat suami tidak boleh memukul lebih dari 10 kali pukulan. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Tak boleh memukul melebihi sepuluh kali kecuali pada saat hukuman had yang Allah tetapkan.31

2. Isteri Bekerja

Berbicara masalah hak dan kewajiban suami isteri, penulis hanya membatasi pada pembahasan tentang kewajiban memberi nafkah oleh suami.

Alasan yang sering dikemukakan ulama mengenai wajibnya suami menafkahi isteri adalah karena terbatasnya ruang gerak bagi isteri yang telah menikah

29 Al- Nawawi, al-Majmu‟ Syarah al-Muhazzab. (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah , 2007), Cet. VI, h. 325

30 MD. Nor Bin Muhammad, Skripsi tentang Konsep Nusyuz (Studi Komperatif Antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi‟i), (Riau: UIN Sultan Syarif Kasim, 2011), h. 58

31 Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, diterjemahkan oleh Darwis Dkk, Shahih Fikih Sunnah, h. 260

Referensi

Dokumen terkait

Agar tidak terjadi benturan antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaan pengawasan terhadap bank, perlu adanya kejelasan mengenai pembagian

Napomena 1.4.2. Primijetimo da se graf na slici 1.3 sastoji od ulaznog sloja te potpuno povezanih slojeva, odnosno, na njemu nisu prikazani aktivacijski slojevi. Aktivacijski

Pertama, langkah yang diambil oleh para pelaksana program Pemberdayaan Bagi Penyandang Disabilitas Wanita di Dinas Sosial dengan mengganti peserta pelatihan setiap

Salah satu implementasi dari Sistem Pendidikan Nasional adalah pembentukan lembaga pendidikan dalam rangka melakukan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Dari grafik indek diversitas Shannon-Wiener (Gambar 4) terlihat adanya penurunan yang drastis setelah St 1 (G. Wayang) yang mencapai nilai 0 pada St. 2 Nanjung mulai menunjukkan

Kuartal II / Second Quarter Period of financial statements submissions Tanggal awal periode berjalan January 01, 2020 Current period start date Tanggal akhir periode berjalan June

Data analisa dari hasil skala sikap perilaku sosial yang disebarkan kepada responden antara kelompok anak penonton berat/sering dan kelompok anak penonton

Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini yaitu mengenai distribusi peluang peubah acak kontinu, ekspektasi dan variansi,