• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab;

b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka ketentuan di bidang Retribusi Daerah di Kabupaten Banyuwangi perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1950, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 19) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1965, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 3817);

1

(2)

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 3821);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 3851);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 5073);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 4548);

9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 132);

10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 4966);

11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 5015);

(3)

12. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 5025);

13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

14. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 5049);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4230);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 4578);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

(4)

22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

24. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;

25. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 26/M-DAG/PER/6/2007 tentang Barang yang dapat disimpan di Gudang;

26. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;

27. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13/PERMENTAN/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan unit penanganan daging (Meat Cutting Plant);

28. Keputusan Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri Nomor:

KM 200/HK.044/PHB/1985 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1985 dan Penataan Kembali Fungsi Terminal;

29. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan;

30. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 1999 tentang Pedoman Pengelolaan Terminal Angkutan Penumpang;

31. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum;

32. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:

650/MPP/KEP/10/2004 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pasar Lelang Dengan Penyerahan Kemudian (

Forward

) Komoditi Agro;

33. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi Nomor 4 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi (Lembaran Daerah Tahun 1988 Nomor 3/C);

34. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2007 tentang Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2007 Nomor 11/E);

35. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi (Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 Nomor 1/D.

(5)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan

BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Banyuwangi.

2. Kepala Daerah adalah Bupati Banyuwangi.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kabupaten Banyuwangi.

5. Kas Umum Daerah adalah Kas Umum Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

6. Pejabat yang ditunjuk adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi yang membidangi.

7. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial atau Organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk usaha lainnya.

8. Kekayaan Daerah adalah semua kekayaan yang berwujud, yang dimiliki dan atau dikuasai Daerah, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian- bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat berharga lainnya yang selanjutnya disebut kekayaan daerah.

9. Tanah adalah tanah yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi;

10. Gedung adalah keseluruhan bangunan termasuk halaman dan segala perlengkapan yang disediakan didalamnya yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi;

11. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat pemakaian Kekayaan Daerah antara lain pemakaian tanah dan bangunan, pemakaian ruangan pesta dan rapat, pemakaian kendaraan/alat-alat milik Daerah dan lain sebagainya.

(6)

12. Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar atau pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan atau diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan oleh Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

13. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

14. Retribusi Tempat Pelelangan adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha penggunaan Tempat Pelelangan beserta sarana dan prasarana yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

15. Tempat Pelelangan adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan Pelelangan termasuk jasa pelelangan lainnya yang disediakan ditempat pelelangan termasuk tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari Pihak lain untuk dipakai sebagai tempat pelelangan.

16. Bakul/Pedagang ikan adalah orang yang pekerjaan sehari-harinya membeli ikan hasil tangkapan dari nelayan di Tempat Pelelangan (TPI).

17. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.

18. Retribusi Terminal adalah retribusi Daerah sebagai pembayaran atas pemberian pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, kendaraan angkutan barang, tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya dilingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

19. Parkir adalah memberhentikan dan menempatkan kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor dalam satu waktu tertentu ditempat parkir yang telah disediakan untuk itu.

20. Pelayanan parkir ditepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umumm yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

21. Jalan adalah jalan dalam bentuk apapun yang terbuka untuk lalu lintas umum.

22. Tempat khusus parkir adalah penyediaan pelayanan ditempat parker yang khusus disedikan, dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan dan dikelolas oleh badan usaha milik Daerah dan pihak swasta.

23. Pelataran parkir adalah penyediaan pelayanan tempat parkir yang disediakan oleh pihak ketiga dengan memungut bayaran.

24. Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas rumah potong hewan meliputi pemakaian kandang (karantina), pemeriksaan hewan sebelum dipotong, pemeriksaan daging dan pemakaian tempat pemotongan, serta pemakaian tempat pelayuan daging. Fasilitas rumah potong hewan termasuk pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah pemotongan hewan, yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(7)

25. Hewan Potong adalah jenis hewan potong yang di manfaatkan untuk dikonsumsi, meliputi sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi dan unggas.

26. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi Daerah.

27. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan.

28. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati.

29. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi.

30. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

31. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

32. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

33. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah.

34. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang Retribusi Daerah serta menemukan tersangkanya.

BAB II JENIS RETRIBUSI

Pasal 2 Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.

b. Retribusi Tempat Pelelangan Ikan;

c. Retribusi Terminal;

d. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

e. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

f. Retribusi Rumah Potong Hewan;

g. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

h. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

(8)

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 3

Retribusi Jasa Usaha termasuk golongan retribusi Jasa Usaha.

BAB IV

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH Bagian Kesatu

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Pasal 4

Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian aset yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 5

(1) Objek retribusi adalah pemakaian kekayaan daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten meliputi:

a. tanah;

b. penggunaan alat berat;

c. penggunaan tanah lapang di sebelah barat Stadion Diponegoro;

d. penggunaan Gesibu beserta peralatannya;

e. penggunaan Gedung Wanita Paramita Kencana;

f. pemakaian rumah dinas; dan g. pemakaian jasa laboratorium.

(2) Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah antara lain pencanangan tiang listrik/telepon atau penanaman/ pembentangan kabel listrik/telepon di tepi jalan umum;

(3) Dikecualikan sebagai objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah penggunaan tanah lapang di sebelah barat Stadion Diponegoro untuk:

a. rapat-rapat, pertemuan dan upacara yang bersifat resmi yang diselenggarakan oleh instansi Pemerintah;

b. keperluan keagamaan, sosial dan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah- sekolah Negeri dan Swasta.

Pasal 6

Subjek retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/memakai Kekayaan Daerah yang dimiliki Pemerintah Daerah.

(9)

Bagian Kedua

Cara Pengukuran Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 7

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jangka waktu, frekuensi dan jenis Pemakaian Kekayaan Daerah.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Pasal 8

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang berorientasi secara efisian dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 9

(1) Penetapan besarnya tarif retribusi ditentukan menurut jenis kekayaan Daerah dengan memperhatikan tingkat/derajat jasa yang diberikan, jangka waktu pemakaian serta berorientasi pada harga pasar;

(2) Besarnya tarif retribusi pemakaian kekayaan daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Cara Penghitungan Retribusi Pasal 10

Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara jenis barang bergerak atau tidak bergerak, jangka waktu dengan tarif retribusi.

Bagian Keenam

Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang Pasal 11

Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya dihitung berdasarkan jangka waktu pemakaian kekayaan daerah.

Pasal 12

Retribusi terutang terjadi sejak menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah atau sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(10)

BAB V

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN Bagian Kesatu

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pelelangan Pasal 13

Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 14

Objek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan ditempat pelelangan.

Pasal 15

Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan tempat pelelangan ikan dari Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Cara Pengukuran Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 16

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, jenis fasilitas dan prosentase dari nilai harga jual hasil lelang pada waktu tersebut.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Pasal 17

Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi didasarkan pada prosentase nilai ikan yang dijual.

Bagian Keempat

Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 18

Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Cara Penghitungan Retribusi Pasal 19

Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara nilai lelang dengan tarif retribusi.

(11)

Pasal 20

Rincian penggunaan hasil retribusi dari tempat pelelangan milik Pemerintah Kabupaten ditetapkan sebagai berikut:

a. Sebesar 50% (lima puluh persen) untuk Pemerintah Kabupaten;

b. Sebesar 50% (lima puluh persen) untuk penyelenggaraan dan pembinaan pelelangan.

Bagian Keenam

Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang Pasal 21

Masa retribusi tempat pelelangan adalah batas waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu pemanfaatan tempat lelang ikan.

Pasal 22

Saat retribusi terutang terjadi pada saat pemanfaatkan tempat lelang ikan atau sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB VI

RETRIBUSI TERMINAL Bagian Kesatu

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Terminal Pasal 23

Dengan nama retribusi terminal dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penyediaan fasilitas terminal oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 24

(1) Objek Retribusi adalah Pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat parkir dan bongkar muat barang untuk kendaraan angkutan barang, dan tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;

(2) Dikecualikan dari Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah/Pemerintah Propinsi, BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Pasal 25

Subjek Retribusi Terminal adalah Orang Pribadi atau Badan yang menggunakan/

memanfaatkan pelayanan penyediaan fasilitas terminal yang disediakan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

(12)

Bagian Kedua

Cara Pengukuran Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 26

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan luas, jangka waktu, frekwensi, jenis pelayanan dan jenis kendaraan/fasilitas terminal.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Pasal 27

(1) Prinsip penetapan tarif retribusi adalah didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak;

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pengelolaan jasa penyediaan fasilitas terminal dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 28

Struktur dan besarnya tarif retribusi terminal sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Cara Penghitungan Retribusi Pasal 29

Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara jenis kendaraan, jangka waktu dengan tarif retribusi.

Bagian Keenam

Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang Pasal 30

Masa Retribusi adalah lamanya pemakaian/penggunaan fasilitas Terminal.

Pasal 31

Retribusi terutang terjadi pada saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB VII

RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR Bagian Kesatu

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir Pasal 32

Dengan nama retribusi tempat khusus parkir dipungut retribusi, sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat khusus parkir oleh Pemerintah Daerah.

(13)

Pasal 33

(1) Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan Pihak swasta.

Pasal 34

Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan/

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Cara Pengukuran Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 35

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan pada jangka waktu penggunaan fasilitas dan jenis kendaraan.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Pasal 36

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif tempat khusus parkir didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak atas penyediaan tempat khusus parkir yang dikelola secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 37

Struktur dan besarnya tarif retribusi tempat khusus parkir untuk setiap kendaraan di tempat khusus parkir sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Cara Penghitungan Retribusi Pasal 38

Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara lamanya parkir, jenis kendaraan, frekuensi, biaya operasional dengan tarif retribusi.

(14)

Bagian Keenam

Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang Pasal 39

Masa retribusi Tempat Khusus Parkir adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu lamanya pemakaian Tempat khusus parkir

Pasal 40

Saat Retribusi terutang terjadi sejak pemanfaatan fasilitas tempat khusus parkir atau sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB VIII

RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA Bagian Kesatu

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 41

Dengan nama Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa dipungut retribusi atas pelayanan Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 42

(1) Objek Retribusi tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 43

Subjek retribusi Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menikmati pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Cara Pengukuran Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 44

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis fasilitas dan jangka waktu pemakaian penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(15)

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Pasal 45

Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 46

Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang Pasal 47

Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya permalam

Pasal 48

Saat Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX

RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN Bagian Kesatu

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan Pasal 49

Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut retribusi, atas pelayanan penyediaan fasilitas Rumah Potong Hewan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 50

(1) Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

(16)

Pasal 51

Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan dan/atau menikmati/memakai fasilitas rumah potong hewan ternak yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Kabupaten.

Bagian Kedua

Cara Pengukuran Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 52

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis hewan, jenis pemeriksaan, volume dan jenis pelayanan.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Pasal 53

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 54

Struktur besarnya tarif retribusi Potong Hewan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Cara Penghitungan Retribusi Pasal 55

Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara jenis hewan, jenis layanan dengan tarif Retribusi.

Bagian Keenam

Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang Pasal 56

Masa retribusi Rumah Potong Hewan adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu lamanya pemanfaatan Rumah Potong Hewan.

Pasal 57

Saat Retribusi terutang terjadi sejak pemanfaatkan fasilitas Rumah Potong Hewan atau sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(17)

BAB X

RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA Bagian Kesatu

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 58

Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan tempat rekreasi, pariwisata dan olah raga yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 59

(1) Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga meliputi:

a. Gelanggang Olahraga Tawangalun;

b. Lapangan Taman Blambangan;

c. Stadion Diponegoro.

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, BUMN, BUMD, pihak swasta dan yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga.

Pasal 60

Subjek adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga dari Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 61

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi, jenis dan jangka waktu pelayanan Tempat Rekreasi dan Olahraga.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Pasal 62

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efesien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 63

Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(18)

Bagian Kelima

Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang Pasal 64

Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya dihitung berdasarkan jangka waktu pemanfaatan sarana dan prasarana tempat rekreasi dan olahraga.

Pasal 65

Saat Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XI

RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH Bagian Kesatu

Nama, Obyek, Subyek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Pasal 66

Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut retribusi, atas penjualan hasil produksi usaha daerah.

Pasal 67

(1) Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah;

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penjualan produksi yang disediakan dan/atau dimiliki oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 68

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang membeli hasil produksi usaha daerah.

Bagian Kedua

Cara Pengukuran Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 69

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis produksi, mutu, ukuran dan volume hasil usaha daerah.

Bagian Ketiga

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Pasal 70

Prinsip yang dianut dalam penetapan besarnya retribusi didasarkan atas tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisiensi dan berorientasi pada harga pasar.

(19)

Bagian Keempat

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 71

Besarnya Tarip Retribusi Penjualan Hasil Produksi Usaha Daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Cara Penghitungan Retribusi Pasal 72

Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara volume penjualan dengan tarif Retribusi.

Bagian Keenam

Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang Pasal 73

Masa retribusi adalah jangka waktu lamanya sama dengan jangka waktu pemanfaatan penjualan produksi usaha daerah.

Pasal 74

Saat Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 75

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah.

BAB XIII

PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 76

(1) Pemungutan retribusi dilarang diborongkan;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan;

(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

(20)

BAB XIV

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 77

(1) Setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran, pejabat dapat mengeluarkan surat teguran/peringatan lain/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi;

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud ayat (1) Wajib Retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang;

(3) Tunggakan retribusi yang terutang ditagih dengan menggunakan STRD;

(4) Bentuk, jenis dan isi Surat Teguran serta penerbitan STRD diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB XV

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 78

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua per seratus) setiap bulan dari Retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XVI

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 79

(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi;

(2) Pemberian pengurangan, keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada masyarakat/Wajib Retribusi dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi antara lain untuk mengangsur;

(3) Pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada masyarakat/Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam, pailit dan atau kerusuhan;

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan diatur dalam Peraturan Kepala Daerah.

BAB XVII

KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 80

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi;

(21)

(2) Kadaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan hutang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung;

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut;

(4) Pengakuan hutang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai hutang retribusi dan belum melunasinya.

(5) Pengakuan hutang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

BAB XVIII

INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 81

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak dan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu;

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB XIX

KETENTUAN PIDANA Pasal 82

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar;

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XX P E N Y I D I K A N

Pasal 83

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

(22)

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang-orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaimana tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikan kepada Penuntut Umumm melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Indonesia sesuai Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XXI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 84

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

1. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 4 Tahun 2002 tentang Retribusi Terminal, Kendaraan Bermotor Angkutan Penumpang Umum;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2002 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

3. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Rumah Potong Hewan (RPH);

4. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 41 Tahun 2002 tentang Retribusi Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 33 Tahun 2003 tentang Retribusi Tempat Pelelangan di Kabupaten Banyuwangi;

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

(23)

(2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 85

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi.

Ditetapkan di Banyuwangi

Pada tanggal 12 September 2011 BUPATI BANYUWANGI,

ttd.

H. ABDULAH AZWAR ANAS

Diundangkan di Banyuwangi Pada tanggal 12 September 2011 SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN BANYUWANGI ttd.

H. Ec. SUKANDI, M.M.

Pembina Utama Madya

NIP. 19560225 198212 1 002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2011 NOMOR 2/C

Sesuai dengan aslinya,

a.n. Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Asisten Administrasi Pemerintahan

u.b.

Kepala Bagian Hukum,

Drs. WIYONO, M.H.

Pembina Tingkat I

NIP 19590920 198603 1 011

(24)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA USAHA

A. PENJELASAN UMUM

Dalam rangka lebih memantapkan pendapatan asli daerah khususnya yang bersumber dari retribusi daerah, maka dipandang perlu Pemerintah Daerah untuk mencari atau menciptakan pendapatan yang bersumber dari daerah sendiri.

Kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan Pemerintahan di daerah dapat terlaksana apabila upaya untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan sesuai dengan cita-cita otonomi daerah.

Disamping itu dengan semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan, kegiatan jasa pelayanan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan umumm diarahkan agar tidak menghambat bahkan sebaliknya dapat menunjang usaha peningkatan pertumbuhan perekonomian daerah. Langkah-langkah ini diharapkan akan meningkatkan efektifitas dan efesiensi pemungutan retribusi daerah serta meningkatkan mutu dan jenis pelayanan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat dengan mudah memahami dan memenuhi kewajiban retribusinya.

Untuk lebih meningkatkan operasional dalam rangka menutupi pembiayaan belanja daerah maka perlu ditingkatkan pemungutan retribusi terhadap jasa pelabuhan, karena hal tersebut sangat membantu dalam proses pembangunan dareah khususnya berkaitan dengan pendapatan asli derah.

Peraturan Daerah ini ditetapkan untuk mengatur lebih lanjut beberapa hal yang diperlukan, dalam rangka Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam peraturan daerah ini, Retribusi yang diatur adalah retribusi dalam golongan Retribusi Jasa Usaha yang meliputi:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Tempat Pelelangan Ikan;

c. Retribusi Terminal;

d. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

e. Retribusi Rumah Potong Hewan;

f. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Hal-hal pokok yang diatur dalam peraturan daerah ini sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah meliputi nama, objek, besar dan cara pengukuran tarif serta cara pemungutannya.

(25)

A. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 - 3

Cukup jelas Pasal 4

Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Kekayaan daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah Mall Sri Tanjung.

Pasal 5

Ayat (1)

huruf a s/d huruf e cukup jelas huruf f

Rumah dinas diklasifikasikan sebagai berikut:

1. B1 (rumah instansi/rumah dinas untuk pejabat eselon II/anggota DPRD):

- Luas bangunan 150 m2 - Luas tanah 350 m2

2. B2 (rumah instansi/rumah dinas untuk pejabat eselon III):

- Luas bangunan 70 m2 - Luas tanah 200 m2

3. B3 (rumah instansi/rumah dinas untuk pejabat eselon IV):

- Luas bangunan 54 m2 - Luas tanah 150 m2

4. C1 (rumah instansi/rumah dinas untuk golongan IV):

- Luas bangunan 70 m2 - Luas tanah 200 m2

5. C2 (rumah instansi/rumah dinas untuk pejabat eselon V):

- Luas bangunan 45 m2 - Luas tanah 120 m2

6. C3 (rumah instansi/rumah dinas untuk staf):

- Luas bangunan 36 m2 - Luas tanah 100 m2

7. D1 (rumah instansi/rumah dinas untuk golongan III):

- Luas bangunan 54 m2 - Luas tanah 150 m2

8. D2 (rumah instansi/rumah dinas untuk golongan II):

- Luas bangunan 45 m2 - Luas tanah 120 m2

9. D3 (rumah instansi/rumah dinas untuk golongan I):

- Luas bangunan 36 m2 - Luas tanah 100 m2 huruf g

cukup jelas

(26)

Pasal 6 - 62 Cukup jelas Pasal 63

Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Tempat rekreasi yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah Daerah Wisata Osing (DWO).

Pasal 64 - 82 Cukup jelas

==================

(27)

LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 13 TAHUN 2011 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH I. TANAH:

a. Untuk pemakaian tempat dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten dan dipergunakan bagi kegiatan pertanian sebagai berikut:

1. Sawah:

- Kelas I per Ha/tahun, sebesar Rp6.000.000,00 - Kelas II per Ha/tahun, sebesar Rp5.000.000,00 - Kelas III per Ha/tahun, sebesar Rp4.000.000,00 2. Kebun/Perkarangan:

- Kelas I per Ha/tahun, sebesar Rp2.000.000,00 - Kelas II per Ha/tahun, sebesar Rp1.500.000,00 - Kelas III per Ha/tahun, sebesar Rp750.000,00

(SKPD pemungut adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) b. Untuk pemakaian bagi pemasangan reklame:

1. Yang terletak diwilayah Ibukota Kabupaten, sebesar Rp1.000,00 (Seribu Rupiah) per m² lari sehari;

2. Yang terletak diwilayah Ibukota Kecamatan, sebesar Rp750,00 (Tujuh Ratus Lima Puluh Rupiah) per m² lari sehari;

3. Yang terletak diluar wilayah Ibukota Kabupaten atau Ibukota Kecamatan, sebesar Rp500,00 (Lima Ratus Rupiah) per m² lari sehari.

(SKPD pemungut adalah Dinas Pendapatan) c. Pemakaian Tanah:

- Untuk Usaha, sebesar Rp300,00 (Tiga Ratus Rupiah) per m² per hari;

- Untuk Usaha Mikro/Kecil Rp100,00 (seratus Rupiah) per m² per bulan.

(SKPD pemungut adalah Dinas Pendapatan)

d. Pemakaian tanah di Lingkungan Wilayah Pelabuhan dan Penyeberangan, sebesar Rp5.000,00 (Lima Ribu Rupiah)/ per m² per bulan.

(SKPD pemungut adalah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika)

e. Pemakainan tanah di wilayah pelabuhan khusus Tempat Pelelangan Ikan sebesar Rp2.000,00 (Dua Ribu Rupiah) per m² perbulan.

(SKPD pemungut adalah Dinas Kelautan dan Perikanan) f. Pemakaian tanah pengairan/stren untuk pertanian:

a. dengan masa tanam 1 kali sebesar Rp100,00 setiap meter persegi (m²) setahun.

b. Dengan masa tanam lebih dari satu kali Rp150,00 setiap meter persegi (m²) setahun.

(SKPD pemungut adalah Dinas PU Pengairan)

(28)

II. PENGUNAAN ALAT-ALAT BERAT:

Untuk pemakaian perhari dihitung 8 jam:

1 Wheel Loader Rp260.000,00

2 Dump Truck Rp197.000,00

3 Mesin Pemecah Batu Rp414.500,00

4 Mesin Gilas Getar Rp177.000,00

5 Mesin Pengaduk Beton Rp76.500,00

6 Compressor Atlas Rp141.000,00

7 Tangki / Truck Rp197.000,00

8 Aspal Sprayer Rp59.500,00

9 Concrete Vibrator Rp30.000,00

10 Mesin Pemadat tanah/Stamper/ Compector Rp33.500,00

11 Pompa Air Rp29.500,00

12 Asphalt Mixing Plant Rp4.178.000,00

13 Finisher Rp673,500.00

14 Mesin Gilas Kapasitas 6 - 8 Ton Rp193.500,00 15 Mesin Gilas Kapasitar 8-10 Ton Rp193.500,00 16 Mesin Gilas Kapasitas 10-12 Ton Rp193.500,00 (SKPD pemungut adalah Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang)

III. PENGGUNAAN TANAH LAPANG DI SEBELAH BARAT STADION DIPONEGORO

1. Untuk keperluan rapat-rapat dan atau pertemuan yang diselenggarakan oleh partai politik dan organisasi massa, sebesar Rp500.000,00 (lima Ratus Ribu Rupiah) sehari .

2. Untuk keperluan Pertandingan Pacuan Kuda atau Karapan Sapi dan pertunjukan lainnya yang dikomersilkan sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) sehari.

3. Untuk keperluan Pertunjukan hiburan musik band dll yang dikomersilkan, sebesar Rp5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah) sehari.

4. Untuk keperluan latihan sepak bola atau pertunjukan yang tidak dikomersilkan sebesar Rp100.000,00(Seratus Ribu Rupiah) 4 kali/bulan.

(SKPD pemungut adalah Dinas Pendapatan)

(29)

IV. PENGGUNAAN GESIBU BESERTA PERALATANNYA (Untuk setiap kali pertunjukan).

1. Penggunaan Gelanggang untuk:

- Non Komersil, sebesar Rp500.000,00 (Lima Ratus Ribu Rupiah) - Komersil, sebesar Rp1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah).

2. Penggunaan MCK sebesar Rp1.000,00 (Seribu Ribu Rupiah) sekali Pemakaian;

3. Penggunaan Peralatan :

- Kursi Lipat Vernekel, sebesar Rp1.500,00 (Seribu Lima Ratus Rupiah) per buah;

- Kursi Plastik, sebesar Rp1.500,00 (Seribu Lima Ratus Rupiah) per buah - Lampu tambahan (Fallow Sport), sebesar Rp150.000,00 (Seratus Lima

Puluh Ribu Rupiah);

- Sound System, sebesar Rp350.000,00 (Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah)

- Stand, sebesar Rp1000,00 (Seribu Rupiah) per m2 perhari;

- Listrik siang hari, sebesar Rp100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah);

- Listrik Malam hari, sebesar Rp200.000,00 (Dua Ratus Ribu Rupiah) (SKPD pemungut adalah Dinas Pendapatan)

V. PENGGUNAAN GEDUNG WANITA PARAMITA KENCANA 1. Untuk Petunjukan, setiap hari:

- Non Komersial, sebesar Rp350.000,00 (Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) - Komersial, sebesar Rp1.500.000,00 (Satu Juta Lima Ratus Rupiah).

2. Untuk Resepsi, setiap hari :

- Dengan Hiburan/Kesenian, sebesar Rp1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah);

3. Penggunaan Perlengkapan/Peralatan:

a. Lampu Listrik untuk malam hari, sebesar Rp150.000,00 (Seratus Lima Puluh Rupiah) sekali kegiatan;

AC sebesar Rp200.000,00 ( Dua Rastus Ribu Rupiah)

b. Lampu Listrik untuk siang hari, sebesar Rp100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah) sekali Kegiatan;

AC sebesar Rp200.000,00 (Dua Ratus Ribu Rupiah )

c. Sound System, sebesar Rp350.000,00 (Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) sekali kegiatan;

d. Ruang terbuka teras Gedung Wanita, sebesar Rp150.000,00 (Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah);

(30)

e. Kursi, Per hari:

- Kursi Utama, sebesar Rp25.000,00 (Dua Puluh Lima Ribu Rupiah) 1 set;

- Kursi Biasa Vernekel, sebesar Rp1500,00 (Seribu Lima Ratus Rupiah) per-buah;

- Meja Rp7.500,00 (Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah) per buah.

(SKPD pemungut adalah Dinas Pendapatan)

VI. PEMAKAIAN RUMAH DINAS

1. Di Lingkungan Sekretariat Daerah, Eks Pembantu Bupati dan Kecamatan:

- B1 tiap bulan, sebesar Rp60.000,00 (Enam Puluh Ribu Rupiah);

- B2 tiap bulan, sebesar Rp60.000,00 (Enam Puluh Ribu Rupiah);

- B3 tiap bulan, sebesar Rp60.000,00 (Enam Puluh Ribu Rupiah);

- C1 tiap bulan, sebesar Rp50.000,00 (Lima Puluh Ribu Rupiah);

- C2 tiap bulan, sebesar Rp50.000,00 (Lima Puluh Ribu Rupiah);

- C3 tiap bulan, sebesar Rp50.000,00 (Lima Puluh Ribu Rupiah);

- D1 tiap bulan, sebesar Rp40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah);

- D2 tiap bulan, sebesar Rp40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah);

- D3 tiap bulan, sebesar Rp40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah).

2. Dilingkungan RSUD dan Dinas Kesehatan:

- B1 tiap bulan, sebesar Rp60.000,00 (Enam Puluh Ribu Rupiah);

- B2 tiap bulan, sebesar Rp60.000,00 (Enam Puluh Ribu Rupiah);

- B3 tiap bulan, sebesar Rp60.000,00 (Enam Puluh Ribu Rupiah);

- C1 tiap bulan, sebesar Rp50.000,00 (Lima Puluh Ribu Rupiah);

- C2 tiap bulan, sebesar Rp50.000,00 (Lima Puluh Ribu Rupiah);

- C3 tiap bulan, sebesar Rp50.000,00 (Lima Puluh Ribu Rupiah);

- D1 tiap bulan, sebesar Rp40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah);

- D2 tiap bulan, sebesar Rp 40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah);

- D3 tiap bulan, sebesar Rp 40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah).

3. Di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Olahraga:

- D1 (Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA) tiap bulan, sebesar Rp11.000,00 (sebelas ribu rupiah);

- D2 (Guru SD, SMP dan SMA) tiap bulan, sebesar Rp9.000,00 (sembilan ribu rupiah);

- D3 (Penjaga Sekolah) tiap bulan, sebesar Rp7.000,00 (tujuh ribu rupiah).

(31)

4. Di Lingkungan Dinas Pengairan:

- B1 tiap bulan, sebesar Rp40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah);

- C1 tiap bulan, sebesar Rp20.000,00 (Dua Puluh Ribu Rupiah);

- C3 tiap bulan, sebesar Rp15.000,00 (Lima Belas Ribu Rupiah).

5. Di Lingkungan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura:

- B1 tiap bulan, sebesar Rp40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah);

- C2 tiap bulan, sebesar Rp18.000,00 (Delapan Belas Ribu Rupiah);

- C3 tiap bulan, sebesar Rp15.000,00 (Lima Belas Ribu Rupiah).

6. Di Lingkungan Dinas / Unit Kerja Komponen

- B1 tiap bulan, sebesar Rp40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah).

(SKPD pemungut adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah)

VII. PEMAKAIAN JASA LABORATORIUM JALAN

a. Test Kepadatan Tanah/ untuk Pekerjaan Jalan:

1. Penyondiran ringan, sebesar Rp125.000,00 (Seratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah);

2. DCP, sebesar Rp27.500,00 (Dua Puluh Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah) setiap titik;

3. Benklemen beam, sebesar Rp10.000,00 (Sepuluh Ribu Rupiah) setiap titik;

4. Test pit ( CBR ) lapangan, sebesar Rp50.000,00 (Lima Puluh Ribu Rupiah);

5. Kepadatan Lapangan ( Sound cane ), sebesar Rp17.500,00 (Tujuh Belas Ribu Lima Ratus Rupiah) setiap titik;

6. Pemboran Mesin Tanah, sebesar Rp28.000,00 (Dua Puluh Delapan Ribu Rupiah)

7. Pemboran Mesin Batu, sebesar Rp42.000,00 (Empat Puluh Dua Ribu Rupiah) setiap meter;

8. CBR lapangan, sebesar Rp30.000,00 (Tiga Puluh Ribu Rupiah) setiap titik 9. Kadar air dengan karkit ( alat speady ), sebesar Rp15.000,00 (Lima Belas Ribu

Rupiah) setiap uji.

b. Pengujian Beton/Test Benda Uji Beton:

1. Kuat tekan kubus, sebesar Rp4.000,00 (Empat Ribu Rupiah) setiap uji;

2. Kuat tekan cylinder, sebesar Rp4.500,00 (Empat Ribu Lima Ratus Rupiah) setiap uji;

3. Kuat tekan dengan hamer tes, sebesar Rp2.000,00 (Dua Ribu Rupiah) setiap titik;

4. Core boning beton, sebesar Rp150.000,00 (Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah) setiap uji.

c. Pengujian Penetrasi (Aspal Keras):

1. Penetrasi, sebesar Rp10.000,00 (Sepuluh Ribu Rupiah) setiap uji;

2. Titik Lembek, sebesar Rp7.500,00 (Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah) setiap uji;

3. Daktalitas, sebesar Rp9.000,00 (Sembilan Ribu Rupiah) setiap uji;

4. Titik Nyala, sebesar Rp9.000,00 (Sembilan Ribu Rupiah) setiap uji;

(32)

5. Berat Jenis, sebesar Rp4.650,00 (Empat Ribu Enam Ratus Lima Puluh Rupiah) setiap uji;

6. Perekatan Aspal terhadap agregat, sebesar Rp7.000,00 (Tujuh Ribu Rupiah) setiap uji;

7. Kehilangan Berat, sebesar Rp10.000,00 (Sepuluh Ribu Rupiah) setiap uji;

8. Penetrasi setelah kehilangan berat, sebesar Rp10.000,00 (Sepuluh Ribu Rupiah) setiap uji;

9. Vis kositas, sebesar Rp15.000,00 (Lima Belas Ribu Rupiah) setiap uji;

10. Kelarutan, sebesar Rp8.000,00 (Delapan Ribu Rupiah) setiap uji.

d. Pengujian Aspal Beton:

1. Ekstrasi, sebesar Rp25.000,00 (Dua Puluh Lima Ribu Rupiah) setiap uji;

2. Core Driil, sebesar Rp27.500,00 (Dua Puluh Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah) setiap uji;

3. Berat isi campuran, sebesar Rp5.500,00 (Lima Ribu Lima Ratus Rupiah) setiap uji;

4. Uji Basah dan Kering campuran tanah dan semen yang dipadatkan, sebesar Rp20.000,00 (Dua Puluh Ribu Rupiah) setiap uji.

e. Pengujian Kualitas Tanah dan Bahan/Analisa Ayakan:

1. Kadar Air, sebesar Rp4.000,00 (Empat Ribu Rupiah) setiap uji;

2. Berat jenis, sebesar Rp6.000,00 (Enam Ribu Rupiah) setiap uji;

3. Atter berg LL / PL / PI, sebesar Rp10.000,00 (Sepuluh Ribu Rupiah) setiap uji;

4. Analisa Saringan, sebesar Rp7.500,00 (Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah) setiap uji;

5. Pemadatan Standart, sebesar Rp26.000,00 (Dua Puluh Enam Ribu Rupiah) setiap uji;

6. Pemadatan Modified, sebesar Rp35.000,00 (Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah) setiap uji;

7. CBR Standart, sebesar Rp25.000,00 (Dua Puluh Lima Ribu Rupiah) setiap uji;

8. CBR Modified, sebesar Rp37.000,00 (Tiga Puluh Tujuh Ribu Rupiah) setiap uji;

9. Kuat Geser Langsung, sebesar Rp15.000,00 (Lima Belas Ribu Rupiah) setiap uji;

10. Kuat Tekan Bebas, sebesar Rp15.000,00 (Lima Belas Ribu Rupiah) setiap uji;

11. Kelulusan Air (Tekan Konstan), sebesar Rp20.000,00 (Dua Puluh Ribu Rupiah) setiap uji;

12. Konsolidasi Tanah satu dimensi, sebesar Rp35.000,00 (Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah) setiap uji;

13. Sumur Uji / Parit Uji, sebesar Rp175.000,00 (Seratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah) setiap meter;

14. Klasifikasi Tanah dan mengandung agregat untuk konstruksi jalan raya, sebesar Rp10.000,00 (Sepuluh Ribu Rupiah) setiap uji.

(SKPD pemungut adalah Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang)

(33)

VIII. TARIF UJI LABORATORIUM

(SKPD pemungut adalah Badan Lingkungan Hidup)

NO. JENIS SAMPEL HARGA

1 Kertas Rp175.000,00

2 Ethanol Rp200.000,00

3 MSG Rp200.000,00

4 Gula Rp250.000,00

5 Elektroplating Rp150.000,00

6 Penyamakan kulit Rp300.000,00

7 Caustik soda Rp125.000,00

8 Karet Rp200.000,00

9 Tekstil Rp300.000,00

10 Pupuk Rp200.000,00

11 Baterai basah Rp225.000,00

12 Baterai kering Rp225.000,00

13 Cat Rp200.000,00

14 Industri Pestisida Rp150.000,00

15 Kayu lapis Rp250.000,00

16 Asam citrat Rp175.000,00

17 Ternak Sapi Perah & Babi Rp225.000,00

18 Rumah Potong Hewan Rp250.000,00

19 Kelapa sawit Rp250.000,00

20 Minyak nabati, sabun Rp250.000,00

21 Pengalengan / Pengolahan Ikan Rp225.000,00

22 Cold Storage Rp225.000,00

23 Bir Rp175.000,00

24 Susu Rp175.000,00

25 Minuman Ringan Rp225.000,00

26 Kopi / Coklat Rp225.000,00

27 Kembang gula Rp225.000,00

28 Mie & Krupuk Rp225.000,00

29 Tahu & Kecap / Tempe Rp175.000,00

30 Pengolahan Buah & Sayuran Rp175.000,00

31 Tepung Tapioka Rp200.000,00

(34)

32 Farmasi Rp175.000,00

33 Pengilangan minyak bumi Rp250.000,00

34 Inosine Mono Phospat Rp200.000,00

35 Pengolahan Daging Rp225.000,00

36 Karton Box Rp200.000,00

37 Sorbitol Rp200.000,00

38 Penyulingan pelumas bekas Rp275.000,00

39 Keramik Rp125.000,00

40 Tanah Pemucat Rp150.000,00

41 Peleburan tembaga Rp125.000,00

42 Water glass Rp50.000,00

43 Pickling Rp125.000,00

44 Tepung Ikan Rp225.000,00

45 Agar-agar Rp225.000,00

46 Pencucian Kendaraan Bermotor Rp250.000,00

47 Korek api Rp250.000,00

48 Industri Saos Rp175.000,00

49 Tepung silica Rp50.000,00

50 Kawasan industri Rp450.000,00

51 Air Badan Air Rp475.000,00

52 Air laut Rp475.000,00

53 Udara Ambient Rp500.000,00

54 Udara Emisi per Parameter Rp350.000,00

BUPATI BANYUWANGI, ttd

H. ABDULLAH AZWAR ANAS Sesuai dengan aslinya

a.n. Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Asisten Administrasi Pemerintahan

u.b.

Kepala Bagian Hukum,

Drs. W I Y O N O, M.H.

Pembina Tingkat I NIP 19590920 198603 1 011

(35)

LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 13 TAHUN 2011 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN

Pelayanan penyediaan fasilitas pelelangan dipungut retribusi yang besarnya ditetapkan sebesar 4% (empat pesen) dari harga transaksi penjualan ikan hasil lelang pada saat itu, dengan ketentuan:

a. Sebesar 2% (dua persen) dipungut dari nelayan/petani ikan/penjual;

b. Sebesar 2% (dua persen) dipungut dari pedagang/bakul/pembeli ikan.

BUPATI BANYUWANGI, ttd

H. ABDULLAH AZWAR ANAS

Sesuai dengan aslinya

a.n. Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Asisten Administrasi Pemerintahan

u.b.

Kepala Bagian Hukum,

Drs. W I Y O N O, M.H.

Pembina Tingkat I NIP 19590920 198603 1 011

(36)

LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 13 TAHUN 2011 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011

RETRIBUSI TERMINAL

No Jenis Kegiatan Besarnya Retribusi

1 2 3

A.

1 2 3 4 5

TERMINAL KENDARAAN ANGKUTAN PENUMPANG Bus Non Ekonomi

Bus Ekonomi

Non Bus Antar Kota (MPU/ Angkutan Pedesaan) Non Bus Dalam Kota (Angkutan Kota)

Taxi Argo Meter

Rp1.000,00/masuk Rp600,00/masuk Rp400,00/masuk Rp200,00/masuk Rp500,00/masuk B.

1 2

TEMPAT PARKIR DALAM TERMINAL Sepeda Motor

Bagi yang bermalam Mobil pribadi

Bagi yang bermalam

Rp200,00/unit Rp500,00/unit Rp500,00/unit Rp1.000,00/unit C.

1

PEMAKAIAN TEMPAT-TEMPAT Toilet

Kamar mandi dan wc

Tempat Istirahat bagi awak kendaraan

Rp500,00/pakai Rp1.000,00/pakai Rp1.000,00/jam D.

1.

2.

3.

PEMAKAIAN KIOS DALAM TERMINAL Diterima Tipe A

a. Retribusi Izin

b. Retribusi pemakaian Diterminal tipe B a. Retribusi izin

b. Retribusi pemakaian Diterminal tipe C

a. Retribusi Izin

b. Retibusi Pemakaian

Rp300.000,00/2 tahun Rp200,00/m2/hari Rp250.000,00/2 tahun Rp150,00/m2/hari Rp200.000,00/2 tahun Rp100,00/m2 /hari BUPATI BANYUWANGI,

ttd

H. ABDULLAH AZWAR ANAS Sesuai dengan aslinya

a.n. Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Asisten Administrasi Pemerintahan

u.b.

Kepala Bagian Hukum,

Drs. W I Y O N O, M.H.

Pembina Tingkat I NIP 19590920 198603 1 011

(37)

LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 13 TAHUN 2011 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011

RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

No Jenis Kendaraan Bermotor Tarif Keterangan

1 2 3 4

1. Jenis Kendaraan Bermotor : a. Truck diatas 2 (dua) sumbu b. Truck dan Bus Besar

c. Bus kecil, Mobil Pribadi, Mobil Penumpang Umum, Pick Up.

d. Sepeda Motor (Roda 2 dan 3).

Rp 4.000,00 Rp 2.000,00 Rp 1.500,00

Rp 1.000,00

Per 3 jam Per 3 jam Per 3 jam

Per 3 jam

2. Biaya Kelebihan Waktu Parkir

a. Kendaraan Bermotor Roda 4 keatas b. Kendaraan Bermotor (Roda 2 dan 3)

Rp 1,000.00 Rp 500.00

Per Jam Per Jam

BUPATI BANYUWANGI, ttd

H. ABDULLAH AZWAR ANAS

Sesuai dengan aslinya

a.n. Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Asisten Administrasi Pemerintahan

u.b.

Kepala Bagian Hukum,

Drs. W I Y O N O, M.H.

Pembina Tingkat I NIP 19590920 198603 1 011

(38)

LAMPIRAN V PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 13 TAHUN 2011 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011

RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA

Penginapan Wisma Blambangan

KELAS FASILITAS TARIF

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

AC, TV, kamar mandi dalam AC, TV, kamar mandi luar

Kipas angin, TV, kamar mandi luar Kipas angin, kamar mandi luar

Rp60.000,00/malam/orang Rp50.000,00/malam/orang Rp40.000,00/malam/orang Rp30.000,00/malam/orang

BUPATI BANYUWANGI, ttd

H. ABDULLAH AZWAR ANAS

Sesuai dengan aslinya

a.n. Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Asisten Administrasi Pemerintahan

u.b.

Kepala Bagian Hukum,

Drs. W I Y O N O, M.H.

Pembina Tingkat I NIP 19590920 198603 1 011

(39)

LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 13 TAHUN 2011 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011

RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

No OBJEK RETRIBUSI BESARNYA TARIF

1 2

1. Sapi/kerbau/kuda Rp27.000,00/ekor

2. Kambing/domba Rp2.500,00/ekor

3. Babi Rp15.000,00/ekor

4. Unggas Rp150,00/ekor

BUPATI BANYUWANGI, ttd

H. ABDULLAH AZWAR ANAS

Sesuai dengan aslinya

a.n. Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Asisten Administrasi Pemerintahan

u.b.

Kepala Bagian Hukum,

Drs. W I Y O N O, M.H.

Pembina Tingkat I NIP 19590920 198603 1 011

(40)

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 13 TAHUN 2011 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011

RETRIBUSI TEMPAT OLAHRAGA

I. SARANA/OLAHRAGA/KESENIAN DAN GEDUNG PERTEMUAN:

A. Penggunaan Gelanggang Olah Raga Tawang Alun Banyuwangi:

No. JENIS PELAYANAN

a. Bulu Tangkis

1. Siang hari:

a. Pemakaian 1 lapangan

selama 2 jam, 4 kali pakai Rp50.000,00 per bulan

b. Pemakaian 2 lapangan

selama 3 jam, 4 kali pakai Rp100.000,00 per bulan

c. Pemakaian 3 lapangan

selama 3 jam, 4 kali pakai Rp150.000,00 per bulan

d. Pemakaian 4 lapangan

selama 3 jam, 4 kali pakai Rp200.000,00 per bulan

2. Malam hari:

a. Pemakaian 1 lapangan

selama 3 jam, 4 kali pakai Rp75.000,00 per bulan

b. Pemakaian 2 lapangan

selama 3 jam, 4 kali pakai Rp125.000,00 per bulan

c. Pemakaian 3 lapangan

selama 3 jam, 4 kali pakai Rp200.000,00 per bulan

d. Pemakaian 4 lapangan

selama 3 jam, 4 kali pakai Rp250.000,00 per bulan

Untuk Pertandingan:

1. Siang hari:

a. Komersial Rp250.000,00 1 kali main

b. Non Komersial Rp150.000,00 1 kali main

2. Malam hari:

a. Komersial Rp400.000,00 1 kali main

b. Non Komersial Rp200.000,00 1 kali main

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan populasi 8 gulma E.crus-galli yang ditanam bersama padi menekan bobot kering total E.crus-galli sebesar 45.7% dibandingkan terhadap perlakuan 8 E..

(1) Objek Retribusi adalah Pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat parkir dan bongkar muat barang untuk kendaraan

(1) Objek Retribusi Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan

memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan keluar bayi. Sectio Caesaria ismika atau profunda yaitu dengan melakukan sayatan/insisi melintang dari kiri ke Sectio Caesaria

Kemiringan lereng di sepanjang Jalan Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon cukup bervariasi, yaitu sebagai berikut (Anonim (2003) dalam Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Mikrokontroller Arduino menerima pembacaan umpan balik dari sensor rotary encoder, kemudian motor servo akan bergerak hingga sesuai dengan referensi yang

Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tepung ampas kelapa memiliki kandungan serat yang sangat tinggi sehingga penambahan substitusi tepung ampas kelapa

Pariwisata menurut undang-undang nomor 09 tahun 1990 adalah kegiatan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk