• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh sedikit orang. Ini adalah pandangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh sedikit orang. Ini adalah pandangan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Banyak orang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan abstrak, membosankan, menakutkan, hanya ada jawaban tunggal untuk setiap permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh sedikit orang. Ini adalah pandangan lama tentang matematika yang menganggap matematika bersifat absolut.

Pandangan ini diperkuat lagi karena matematika diajarkan sebagai produk jadi yang siap pakai (rumus, algoritma) dan guru mengajarkannya secara mekanistis dan siswa hanya pasif (Wahidin, 2009:1).

Keberhasilan pembelajaran matematika di SD dapat dipengarui oleh beberapa faktor, yaitu: guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih metode dan media pelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan pandangan Purwanto (Purwanto 2007:104) yang menjelaskan bahwa guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

Secara umum matematika di kelas IV SDN Kedungmaling II Sooko, Kab.

Mojokerto masih merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dan Observasi yang dilakukan tanggal 4 April 2012 dengan guru kelas IV di SDN Kedungmaling II. Sedangkan

(2)

hasil ujian dari 45 siswa, yang belum mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 28 siswa. Besarnya jumlah siswa yang belum dapat mencapai KKM tersebut dapat dikatakan masih sangat tinggi sedangkan KKM untuk pelajaran matematika materi KPK dan FPB kelas IV yaitu 67. Hal ini disebabkan karena siswa kelas IV di SDN Kedungmaling II Sooko, Kab.

Mojokerto belum begitu paham dengan materi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan FPB dan KPK. Selain itu, siswa juga kurang aktif pada saat pembelajaran berlangsung, baik itu dalam bertanya, mencatat materi yang disajikan maupun pada saat diskusi kelompok. Mereka sering terlihat mengantuk dan ramai sendiri.

Sejauh ini pelajaran matematika di kelas IV SDN Kedungmaling II masih harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan ceramah masih menjadi pilihan utama sebagi strategi belajar yang efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut diperlukan sebuah strategi belajar yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di pikiran mereka sendiri sehingga dapat mengatasi rendahnya aktivitas dan hasil belajar.

Berkaitan dengan hal tersebut, guru dapat mengajar menggunakan beberapa model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Teams Games Tournament (TGT). Dalam metode ini terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam suatu permainan, sehingga pembelajaran tidak

(3)

membosankan. Pembelajaran kooperatif tipe TGT juga membuat siswa aktif mencari penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain, sehingga masing-masing siswa lebih menguasai materi. Dalam pembelajaran tipe TGT, guru berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar kelompok. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru. Dengan mendekati siswa, diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau berpendapat kepada guru. Penelitian terdahulu mengenai TGT yang dilakukan oleh Hamidah (2010), diketahui bahwa melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe TGT hasil belajar siswa mengalami peningkatan rata-

rata skor siswa dari suatu siklus I ke siklus berikutnya dan 82,86% siswa memberikan respon yang positif.

Penggunaan model pembelajaran tipe TGT dalam pembelajaran matematika dapat juga dikombinasikan dengan metode problem solving.

Penggunaan metode problem solving dapat melatih siswa berfikir dan bertindak kreatif dalam mengerjakan soal-soal cerita. Pada penelitian terdahulu tentang metode problem solving yang dilakukan oleh Saputra (2009), diketahui bahwa melalui kombinasi model pembelajaran koopratif tipe TGT (dengan pendekatan pembelajaran Berbasis Masalah prestasi belajar siswa pada tiap siklus mengalami peningkatan nilai rata-rata yaitu pada siklus 1 nilai rata-rata 69,74 dengan ketuntasan individu sebanyak 25 siswa dan ketuntasan klasikal sebesar 74,57%, sedangkan nilai rata-rata siklus 2 sebesar 92,37 dengan ketuntasan individu sebanyak 34 siswa dengan ketuntasan klasikal sebesar 97,41%. Hasil angket menunjukan bahwa siswa yang sangat tertarik sebesar 28,57% dan yang tertarik sebesar 71,43%.

(4)

Guru seringkali menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan materinya agar pembelajaran mudah dipahami oleh siswa. Salah satu media pembelajaran yang sesuai dengan materi KPK dan FPB yaitu media pohon matematika. Menurut Subanji (Subanji 2007:6), media pohon matematika merupakan balikan dari masalah-masalah yang biasa diberikan di kelas. Dalam hal ini siswa menumbuhkan daun dengan membangun masalah atau konsep matematika dari suatu pohon yang berupa pokok bahasan yang diberikan. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rifhani (2012), diketahui bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media pohon matematika terjadi peningkatan prosentase ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa dari nilai awal ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 10% dan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II secara berurutan adalah 49% dengan rata-rata tes siswa 70 dan 84% dengan rata-rata tes siswa 77, mengalami peningkatan sebesar 35%.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian yang berjudul penerapan kombinasi model pembelajaran TGT dan metode problem solving dengan menggunakan media pohon matematika untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar matematika di Kelas IV SDN Kedungmaling II Sooko Mojokerto.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, yaitu:

1) pelajaran matematika masih harus dihafal,

(5)

2) kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, 3) ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar,

4) siswa belum begitu paham dengan materi penyelesaian masalah.

C. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang terdapat pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimana proses penerapan kombinasi model pembelajaran TGT dan metode problem solving dengan menggunakan media pohon matematika untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV di SDN Kedungmaling II Sooko Mojokerto?

2) Bagaimana hasil penerapan kombinasi model pembelajaran TGT dan metode problem solving dengan menggunakan media pohon matematika dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV di SDN Kedungmaling II Sooko Mojokerto?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses penerapan kombinasi model pembelajaran TGT dan metode problem solving dengan menggunakan media pohon matematika untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV di SDN Kedungmaling II Sooko Mojokerto.

(6)

2. Mendeskripsikan hasil penerapan kombinasi model pembelajaran TGT dan metode problem solving dengan menggunakan media pohon matematika untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV di SDN Kedungmaling II Sooko Mojokerto.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang kontekstual. Secara rinci manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Bagi siswa

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika siswa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan, sehingga siswa lebih semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam mengembangkan kombinasi model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) dan metode problem solving dengan menggunakan media

pohon matematika sebagai upaya untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.

(7)

4. Bagi sekolah

Sebagai masukan untuk mengatasi permasalahan siswa yang aktivitas siswa dan hasil belajarnya kurang.

F. Batasan Istilah

Agar terhindar dari salah penafsiran pada kata yang digunakan dalam penelitian ini, terhadap definisi sebagai berikut.

1. Teams Games Tournament (TGT) adalah metode yang menerapkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement) (Kiranawati, 2007:1),

2. Metode problem solving adalah sebagai pencarian beberapa tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang jelas dipahami, tetapi tidak segera dicapai (Polya dalam Docktor, 2009:2)

3. Media pohon matematika adalah media pembelajaran dimana siswa merangkai daun dengan membangun masalah atau konsep matematika dari suatu pohon yang berupa pokok bahasan yang diberikan.(Subanji, 2007:6), 4. Aktivitas terdiri atas Visual activities, Oral Activities, Listening activities,

Writing activities, Drawing activities, Motor activities, Mental activities

(Sardiman, 2007:100-101),

5. Hasil belajar adalah kemempuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya(sudjana, 2008:22).

6. Materi yang diajarkan adalah KPK, FPB dan satuan kuantitas

Referensi

Dokumen terkait

Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Pembuatan Film Animasi 2 Dimensi “ Legenda Jaka Linglung ”

Beberapa hal yang harus dilakukan praktikan dalam PPL 1 adalah melaksanakan observasi dan orientasi berkaitan dengan kondisi fisik sekolah latihan, struktur organisaasi sekolah,

By tying the production of Petrarchan lyric poetry to the development of reformed currents of thought in Italy in the early decades of the sixteenth- century, as the preceding

Namun dengan tercapainya pamudharan, yang memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kehidupan dunia kebendaan, orang itu juga tidak terbebas dari

Dan program aplikasi ini digunakan untuk membantu Sales dalam pembuatan laporan kepada Manajer dan Customer dalam rangka mengefektifkan pekerjaan dan

5) melaporkan hasil pelaksanaan wasrik yang menjadi tugas dan kewajibannya kepada Irjen TNI; dan.. 6) Irops dibantu oleh empat orang Inspektur Utama yang

Untuk itu perlu adanya proses penyajian data dan informasi serta sistem penjualan yang baru pada Toko Bintang Collection yaitu Web E- commerce. Adapun sistem DAD

Lebih lanjut Entus menuturkan bahwa, kenaikan laba bersih didorong oleh peningkatan penjualan perseroan pada tahun ini yang juga ditargetkan dapat meningkat