• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

(Survei pada Mebel Sektor Informal di Kampung Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2014)

Indri Hikmalia

Sri Maywati dan Yuldan Faturahman

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Siliwangi (indrihikmalia@ymail.com)

Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Industri pengolahan kayu merupakan salah satu industri yang pertumbuhannya terus meningkat. Industri-industri tersebut berpotensi untuk menimbulkan kontaminasi di udara tempat kerja berupa debu kayu. Debu yang berukuran antara 5–10 mikron akan ditahan oleh jalan pernapasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3–5 mikron sampai dipermukaan alveoli. Pekerja yang bekerja di tempat yang mengeluarkan debu sebagai hasil sampingnya mempunyai resiko masuknya debu ke dalam paru-paru pekerja terjadi karena proses pernafasan. Paparan debu yang terhirup secara terus-menerus dan berlangsung dalam waktu yang lama oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas paru berupa restriktif, obstruktif dan mixed. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kapasitas fungsi paru yang meliputi FVC, FEV₁ dan %FEV₁/FVC pada pekerja mebel sektor informal di Kampung Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel sebanyak 30 orang diambil secara purposive sampling dari populasi 57 orang. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran langsung dan kuesioner. Hasil pengukuran kapasitas paru didapat nilai FVC rata-rata74,01%, FEV₁ rata-rata 84,99% dan %FEV₁/FVC rata-rata 122,93% dari keseluruhan pengukuran yang mengalami gangguan restriktif sebanyak 17 orang. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji Pearson didapatkan hasil, ada hubungan antara masa kerja dengan FVC (p=0,001) dan ada hubungan antara masa kerja dengan FEV₁ (p=0,001) serta tidak ada hubungan antara masa kerja dengan %FEV₁/FVC (p=0,671) pada α=5%. Disarankan agar pekerja menggunakan alat pelindung diri masker dan tidak merokok saat bekerja.

Kata Kunci : Kapasitas Fungsi Paru, Debu, Mebel Sindanggalih Kepustakaan : 29 (1992-2013)

(2)

ABSTRACT

The Relationship Between The Period Of Employment With The Capacity Of Pulmonary Function On Furniture Workers (Informal Sector Furniture Survey in

Sindanggalih Village, Kahuripan Tawang Sub-district of Tasikmalaya 2014 Timber processing is a growing industry. The industry has the potential to cause air contamination in the work place in the form of wood dust. The dust which has size between 5-10 microns will be retained by the upper airway, whereas the size of 3-5 microns reaches the surface of the alveoli. The workers who work in dusty area have a risk of entry of dust into the lungs of workers occurs due to respiratory process. Exposure to respirable dust continuously and lasts for a long time by labor can cause dysfunction of lung capacity in the form of restrictive, obstructive and mixed. The purpose of this research was to know the relationship between the period of employment with the capacity of lung function included FVC, FEV₁, %FEV₁/FVC that suffered the furniture workers at the informal sector in Sindanggalih village, Kahuripan Tawang Sub-district of Tasikmalaya. The method of this research is the cross sectional survey. The sample were 30 people taken by purposive sampling from a population of 57 people. The data were collected by direct measurement and questionnaire. The results measurements of lung capacity obtained an average of FVC 74.01%, FEV₁ 84.99% and % FEV₁/FVC 122.93% of the overall measurement impaired restrictive as many as 17 people. Based on Pearson Analysis, there was a relationship between the period of employment with FVC (p = 0.001) and FEV₁ (p = 0.001), and there was no relationship between the period of employment with FEV₁% / FVC ( p = 0.671) at α = 0,05. The workers were recommended to use personal protective equipment like mask and they do not smoking while working.

Keywords: Lung Function Capacity, Dust, Furniture Sindanggalih Bibliography: 29 (1992-2013)

A. PENDAHULUAN

Proses pembangunan di bidang industri merupakan perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap rakyat Indonesia. Konsekuensi dari proses pembangunan industri ini adalah meningkatnya limbah yang dikeluarkan oleh industri tersebut, termasuk limbah udara yang dapat merubah kualitas udara ambien dan bisa juga merubah udara di dalam ruangan (indoor) limbah cair dan limbah bahan berbahaya dan beracun (Mukono, 2002:93).

(3)

Dampak pencemaran udara yaitu dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru (Soedomo, 2001:7).

Industri pengolahan kayu merupakan salah satu industri yang pertumbuhannya terus meningkat, hal ini berkaitan dengan penggunaan hasil hutan yang mencapai 33 juta m³ per tahun. Penggunaan hasil hutan yang sedemikian besar itu antara lain diserap oleh industri plywood, sawmill, furniture, partikel board dan pulpkertas. Industri-industri tersebut berpotensi untuk menimbulkan kontaminasi di udara tempat kerja berupa debu kayu. Karena sekitar 10 sampai 13% dari kayu yang digergaji akan berbentuk debu kayu. (Kumaidah, 2009:1)

Pekerja yang bekerja di tempat yang mengeluarkan debu sebagai hasil sampingnya mempunyai resiko masuknya debu ke dalam paru-paru pekerja terjadi karena proses pernafasan.Masa kerja mempunyai kecenderungan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya penurunan kapasitas paru pada industri berdebu. Masa kerja menentukan lama paparan seseorang untuk terpapar debu.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada bulan November 2013 terhadap 14 orang pekerja diperoleh hasil 57% pekerja mengalami keluhan kesehatan (seperti batuk-batuk, bersin, dan iritasi kulit) dan 43% tidak mengalami keluhan kesehatan. Keluhan yang dirasakan berbeda-beda setiap orang, diantaranya 80% mengalami gangguan pernafasan, 80% mengalami batuk-batuk, dan 60% pekerja mengalami iritasi kulit. Masa kerja rata-rata di mebel sektor informal ini yaitu 1 sampai lebih dari 10 tahun. Hasil pengukuran kadar debu kayu yang dilakukan pada bulan November 2012 oleh Satria Dimas Aji di 14 mebel yaitu diperoleh rata-rata diatas Nilai Ambang Batas dengan nilai 1,848 Mg/m³.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan studi observasional sehingga pelaksanaan penelitian menggunakan metode survey dan analisa laboratorium dengan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.

(4)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu masa kerja. Masa kerja adalah lama kerja responden bekerja terhitung mulai pertama bekerja sampai penelitian berlangsung. Variabel terikatnya yaitu kapasitas paru yang meliputi FVC, FEV₁ dan %FEV₁/FVC. Kapasitas paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan kedalam tubuh atau paru-paru seseorang secara maksimal. Kapasitas fungsi paru diukur menggunakan Spirometer, pengukuran dilaksanakan pada saat proses produksi berlangsung. Interpretasi nilai kapasitas fungsi paru yaitu Normal apabila nilai %FVC ≥ 80% dan %FEV₁/FVC ≥ 75%, Restriktif apabila nilai %FVC ≤ 80% dan nilai %FEV₁/FVC ≥ 75%, Obstruktif apabila nilai %FVC ≥ 80% dan nilai %FEV₁/FVC ≤ 75%, dan Mixed apabila nilai %FVC ≤ 80% dan nilai %FEV₁/FVC ≤ 75% (gabungan restriktif dan obstruktif)

Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja mebel sektor informal di Kampung Sindaggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya yang berjumlah 57 orang dan sampel yang diambil sebanyak 30 orang secara purposive sampling dengan kriteria responden berumur kurang dari 50 tahun, responden dalam keadaan sehat saat penelitian, responden tidak memiliki riwayat penyakit paru (TBC/Asma) dan responden bersedia dilakukan wawancara dan pengukuran kapasitas paru pada saat penelitian.Data yang didapat dianalisis menggunakan SPSS dengan uji pearson. Kadar debu sebagai salah satu faktor resiko diukur menggunakan Haz-Dust pada 2 titik tempat kerja.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kapasitas Fungsi Paru

Berdasarkan hasil pengukuran, didapat nilai FVC rata-rata adalah 74,01% dan SD 1,87 dimana nilai berkisar antara minimal 47,42% dan nilai maksimal 129%. Untuk nilai standar FVC normal yaitu ≥80%, didapatkan 13 orang dengan nilai FVC memenuhi standar, dan 17 orang dibawah nilai standar. Nilai FEV₁ rata-rata adalah 84,99% dan SD 12,28 dimana nilai berkisar antara minimal 44,53% dan nilai maksimal 140,08%. Nilai %FEV₁/FVC rata-rata adalah 119,04% dan SD 3,24 dimana nilai berkisar antara minimal 116% dan nilai maksimal 130%. Untuk standar %FEV₁/FVC normal yaitu ≥ 75% dan semua responden mendapatkan nilai diatas standar atau normal.

(5)

Hasil pengukuran kapasitas paru menggunakan spirometri pada 30 pekerja, bahwa sebagian besar yaitu 56,7% didapat mengalami penurunan kapasitas paru dan sisanya 43,3% atau 13 orang dengan kapasitas paru normal. Kondisi ini disebabkan karena aktivitas mebel seperti pemotongan, pengetaman dan pengampelasan saling berdekatan sehingga menyebabkan debu berterbangan dilingkungan kerja dan terhisap oleh pekerja. Menurut Yunus (2006), debu yang masuk ke dalam saluran napas, menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin, gangguan transportmukosilier dan fagositosis oleh makrofa, partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis khronis, emfisema paru, asma bronchial dan bahkan kanker paru.

Usia rata-rata pekerja yaitu 36 tahun, sebagian besar pekerja adalah perokok dan didapat 40,0% merupakan perokok berat. Tenaga kerja yang perokok yang berada di lingkungan yang berdebu cenderung mengalami gangguan saluran pernapasan dibanding dengan tenaga kerja yang berada pada lingkungan yang sama tetapi tidak merokok (Dhaise, Rabi & Zwary dalam Anonim 2012). Debu yang masuk ke saluran nafas, menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan non spesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag dan hasil wawancara kepada pekerja, yang mengalami keluhan batuk-batuk 16 orang (53,3%), bersin-bersin 17 orang (56,7) dan sesak napas 6 orang (20%). Data ini digunakan untuk melihat pengaruh debu secara langsung terhadap paru pekerja ditempat kerja. 2. Masa Kerja

Masa kerja responden bervariasi mulai dari 1 tahun sampai 16 tahun dengan rata-rata 7,47 tahun. Masa kerja merupakan lama kerja responden sejak mulai bekerja di mebel sampai saat penelitian berlangsung. Menurut Suma’mur (1996:193) lamanya seseorang bekerja sehari pada umumnya 8 – 10 jam dan sisanya digunakan untuk kehidupan keluarga dan masyarakat, istirahat tidur dan lain-lain.

Seseorang yang bekerja di lingkungan industri yang menghasilkan debu akan memiliki resiko gangguan kesehatan. Makin lama seseorang bekerja pada tempat yang mengandung debu semakin tinggi resiko gangguan kesehatan,

(6)

terutama gangguan saluran pernafasan. Pekerja pada lokasi debu tinggi dengan masa kerja diatas 5 tahun mempunyai resiko 1,77 kali lebih besar terkena kelainan faal paru daripada pekerja dengan masa kerja kurang dari 5 tahun (Lestari, 2000:44).

3. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kapasitas Fungsi Paru

Hasil analisis data menggunakan SPSS dengan Uji Pearson menunjukan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan FVCdan FEV₁dengan nilai probabilitas yang sama yaitu masing-masing p-value : 0,001 pada α = 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kapasitas fungsi paru FVC dan FEV₁.Hal ini terjadi karena responden mempunyai masa kerja diatas 5 tahun, berdasarkan teori masa kerja mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya obstruksi pada karyawan di industri yang berdebu lebih dari 5 tahun. Keadaan ini diperparah dengan kebiasaan pekerja yang tidak memakai APD, selain itu ditambah dengan kebiasaan merokok saat bekerja dan 40% atau 12 dari 30 orang pekerja merupakan perokok berat. Tenaga kerja perokok yang berada di lingkungan berdebu cenderung mengalami gangguan saluran pernapasan dibanding dengan tenaga kerja yang berada pada lingkungan yang sama tetapi tidak merokok.

Hubungan masa kerja dengan %FEV₁/FVC didapatkan nilai probabilitas (p : 0,671) pada α = 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas fungsi paru %FEV₁/FVC. Hal ini dikarenakan rata-rata konsentrasi debu pada mebel masih memenuhi standar atau masih dibawah nilai ambang batas dan sebagian besar status gizi pekerja normal yaitu sebanyak 23 orang, dimana status gizi dapat mempengaruhi nilai kapasitas fungsi paru. Selain itu, nilai %FEV₁/FVC adalah untuk menunjukan adanya obstruksi paru, dan pada penelitian ini tidak didapatkan responden yang mengalami obstruksi paru.

(7)

D. PENUTUP 1. Kesimpulan

Rata-rata pekerja mebel memiliki masa kerja 1 tahun sampai 16 tahun dengan rata 7 tahun. Hasil pengukuran dari 30 responden, nilai FVC rata-rata 74,01% dengan kisaran antara 47,42% sampai 129%. Nilai FEV₁ rata-rata-rata-rata 84,99% berkisar antara 44,53% sampai 140,08% dan nilai %FEV₁/FVC rata-rata 122,93% dengan kisaran 116% sampai 130%. Dari keseluruhan pengukuran sebanyak 13 orang (43,3%) dengan kapasitas fungsi paru normal dan 17 orang (56,7%) dengan kapasitas fungsi paru mengalami restriktif.

Ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan FVC (p = 0,001) dan FEV₁ (p = 0,01) pada α = 5%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan FEV₁/FVC (p = 0,671) pada α = 5%

2. Saran

Disarankan kepada pemilik mebel untuk selalu menyediakan APD seperti masker dan pekerja agar tidak merokok pada saat bekerja. Selain itu, kepada Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya agar aktif mensosialisasikan kesehatan dan keselamatan kerja, memberikan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pekerja mengenai pentingnya penggunaan APD serta menyarankan agar tenaga kerja rutin melakukan pemeriksaan kesehatan khususnya bagi tenaga kerja informal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Hubungan antara Karakteristik Individu, Riwayat Pekerjaan, Perilaku Merokok dan Olahraga dengan Gangguan Fungsi Paru pada Karyawan Bagian Printing dan Laminasi PT ICBP Sukses Makmur Tbk, Universitas Pembangunan Nasional, Tangerang, 2012.

Kumaidah, Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Milonggo Kabupaten Jepara. Tesis Magister Kesehatan Lingkungan, Program

(8)

Pascasarjana, Universitas Dipenogoro, Semarang, 2009. (Akses 11 Desember 2013).

Lestari, Pengaruh Paparan Debu Terhadap Fungsi Ventilasi Paru Tenaga Kerja Plywood, Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja XXXIII (2); 2000.

Mukono, H.J, Epidemiologi Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya, 2002.

Soedomo, Moestikahadi., Pencemaran Udara, ITB, Bandung, 2001.

Suma’mur, Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, PT Toko Gunung Agung, Jakarta, 1996.

Yunus, F. Dampak Debu Industri Pada Pekerja ,FKUI,Bagian Pulmonologi FKUI / Unit Paru RSUP Persahabatan , Cermin Dunia Kedokteran Respir, Jakarta, 2006. (http://www.cermin dunia kedokteran.com/)

Referensi

Dokumen terkait

Early (1987) dalam Wasisto (2004) menemukan bahwa keadilan prosedural. berkorelasi positif dengan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa (1) Berdasarkan analisis kualitatif yang melingkupi materi, kontruksi

Sebuah graf disebut graf lengkap apabila setiap simpul pada graf tersebut berhubungan dengan semua simpul lainnya. Setiap jumlah simpul yang dimiliki graf, memiliki

Ditegaskan oleh Mahmud Ismail Assinni bahwa materi ajar yang didapatkan dari dirasah taqabuliyah antara satu bahasa dengan bahasa lainnya dapat dijadikan satu bahan ajar yang

Seperti yang telah digambarkan di atas bahwa peranan kepemimpinan camat dalam implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Kecamatan

(2) SIP bagi dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran pada suatu fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk membuat Website T-BLACK JUVENTUS FANS CLUB INDONESIA yang dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi pecinta sepakbola umumnya dan

The writer will focus on analyzing the motives underlying the great mission of Rizwan Khan as the major character in the movie based on humanistic