• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai desa wisata yang sudah beroprasi lebih dari 10 tahun, Desa Wisata Brayut memiliki jumlah wisatan asing dan lokal yang terus meningkat setiap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sebagai desa wisata yang sudah beroprasi lebih dari 10 tahun, Desa Wisata Brayut memiliki jumlah wisatan asing dan lokal yang terus meningkat setiap"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa secara etimologi diartikan sebagai kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan. Desa yang dipandang sebagai lawan kota diartikan sebagai keadaan yang asri, sejuk dan hijau. Secara administratif, desa tersusun dari gabungan dusun-dusun. Dusun Brayut, Kelurahan Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, DIY merupakan salah satu dusun yang memiliki banyak keunikan.

Dusun yang terletak di ibu kota Kabupaten Sleman ini terletak tidak jauh dari Kota Yogyakarta. Akses dan jalannya pun baik dan mudah dijangkau.

Keunikan yang pertama adalah Dusun Brayut memiliki lingkungan yang khas yaitu sabuk inten. Sabuk inten adalah sebutan bagi kawasan yang dikelilingi oleh sawah. Zaman dahulu, pertanian adalah mata pencaharian utama masyarakat Dusun Brayut sehingga sawah merupakan intan bagi mereka.

Keunikan yang kedua ada pada bangunan yang terdapat didalam Dusun Brayut. Dusun Brayut memiliki banyak bangunan tradisional dengan kondisi yang terawat. Bangunan tradisional yang terdapat di Dusun Brayut mulai dari sinom, limasan, kampung dan joglo. Keunikan yang ketiga ada pada sejarah peperangan yang pernah terjadi disana. Dusun Brayut pernah menjadi markas tentara pelajar ketika terjadi Agresi Militer Belanda II dan karenanya sempat terjadi baku tembak tentara Belanda di Dusun Brayut. Dari kejadian tersebut kini Dusun Brayut memiliki sebuah monumen berupa tugu perjuangan yang terletak di depan Dusun Brayut. Selain itu terdapat juga bungker yang dulu digunakan sebagai lokasi persembunnyian warga.

Keunikan Dusun Brayut tersebut berhasil dipandang positif oleh warga Brayut. Hal ini terbukti dengan berdirinya Desa Wisata Brayut pada tanggal 14 Agustus 1999 (SD, wawancara 5 Maret 2014). Dengan begitu Desa Wisata Brayut menjadi desa wisata pertama di Kabupaten Sleman (Jogja.antaranews.com, 2012).

Desa Wisata Brayut dengan luas 35 hektar ini kini sudah tergolong sebagai desa wisata mandiri.

(2)

2 Sebagai desa wisata yang sudah beroprasi lebih dari 10 tahun, Desa Wisata Brayut memiliki jumlah wisatan asing dan lokal yang terus meningkat setiap tahunnya. Desa Wisata Brayut juga memiliki beberapa prestasi, salah satu yang membanggakan adalah Juara I Festival Desa Wisata Se-Kabupaten Sleman (Dalam Rangka Hari Jadi Kabupaten Sleman yang ke-95) pada tahun 2011.

Eksistensi Desa Wisata Brayut sejak tahun 1999 hingga kini tahun 2014 tidak dapat dipungkiri salah satu faktornya adalah adaptasi penyediaan fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung.

Pertumbuhan desa wisata yang pada awalnya ingin mengangkat nilai budaya lokal, pada akhirnya berkembang menjadi sektor yang berprofit ekonomi.

Ketika pembangunan pariwisata mempertimbangkan profit ekonomi maka pembangunan akan mengedepankan kenyamanan pengunjung. Pengunjung yang terdiri dari wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara memiliki standar fasilitas yang berbeda. Perbedaan ini membuat desa wisata harus beradaptasi dengan kebutuhan pengunjung.

Adaptasi secara sengaja maupun tidak sengaja membuat beberapa perubahan spasial desa wisata. Dengan begitu, desa wisata yang memiliki tujuan sebagai pariwisata budaya berbasis lingkungan asli pedesaan setempat dapat mengalami perubahan. Jika desa wisata mengalami banyak perubahan spasial maka hilanglah suasana pedesaannya. Padahal suasana alami pedesaanlah yang dicari oleh wisatawan.

Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui perubahan spasial di Dusun Brayut antara sebelum dengan sesudah berfungsi menjadi desa wisata dan faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan spasial tersebut. Perubahan spasial akan dijelaskan dalam bentuk periodisasi. Sebagai desa wisata yang sudah berdiri sejak 1999 diharapkan perubahan spasial yang terjadi dapat menjadi pembelajaran bagi desa wisata lain untuk mencegah terjadinya perubahan spasial di desa wisata pada umumnya.

(3)

3 1.2 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Perkembangan desa wisata di Indonesia tergolong sangat pesat. Dalam lima tahun perkembangan desa wisata mencapai 980 desa wisata se-Indonesia.

Pemerintah pun mentargetkan pada tahun 2014 pertumbuhan desa wisata mencapai 2.000 desa. Target tersebut didukung pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.26/UM.001/MKP/2010 tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyaraat (PNPM) Mandiri Pariwisata Melalui Desa Wisata.

Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta yang saat ini memiliki jumlah desa wisata terbanyak se-Indonesia memiliki desa wisata yang sudah bertahan sangat lama yaitu Desa Wisata Brayut. Desa Wisata Brayut yang terletak di Kelurahan Pandowoharjo, Kabupaten Sleman diresmikan pada tanggal 14 Agustus 1999 merupakan desa wisata pertama di Kabupaten Sleman. Desa Wisata Brayut dengan segala potensi yang dimiliki, awalnya ingin mengangkat nilai budaya lokal tetapi akhirnya berkembang menjadi sektor yang berprofit ekonomi. Ketika pembangunan pariwisata mempertimbangkan profit ekonomi maka pembangunan akan mengedepankan kenyamanan pengunjung.

Demi menciptakan kenyamanan pengunjung, Desa Wisata Brayut membuat beberapa perubahan spasial desa wisata. Dengan begitu, desa wisata yang memiliki tujuan sebagai pariwisata budaya berbasis lingkungan asli pedesaan mengalami perubahan. Jika desa wisata mengalami banyak perubahan spasial maka hilanglah suasana pedesaannya. Hilangnya suasana alami pedesaan yang dicari wisatawan dapat mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung.

Upaya pencegahan perubahan spasial desa wisata tidak dapat dilakukan sebelum peneliti mengetahui perubahan spasial dan faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Maka dari itu peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan spasial yang terjadi di Dusun Brayut, Kabupaten Sleman dalam konteks desa wisata?

2. Apa faktor-faktor perkembangan spasial yang terjadi di Dusun Brayut, Kabupaten Sleman dalam konteks desa wisata?

(4)

4 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perkembangan spasial yang terjadi di Dusun Brayut, Kabupaten Sleman dalam konteks desa wisata secara periodikal.

2. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkembangan spasial yang terjadi di Dusun Brayut, Kabupaten Sleman dalam konteks desa wisata.

1.4 Batasan Penelitian

Batasan analisis penelitian ini akan difokuskan pada identifikasi periodisasi perubahan spasial dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan spasial tersebut. Perubahan spasial yang dimaksud disini adalah perubahan pada guna bangunan dan prasarana lingkungan secara periodik.

Periodisasi akan menggunakan rentang waktu menurut kejadian penting terjadinya perubahan spasial.

Peneliti memilih untuk menjelaskan perubahan spasial Desa Wisata Brayut secara periodikal karena perubahan spasial membutuhkan proses tahap demi tahap. Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan hasil periodisasi perubahan spasial dapat memberi gambaran tahap-tahap perubahan yang terjadi di Desa Wisata Brayut. Penjelasan perubahan spasial akan diperkuat dengan peta beberapa tahun sebagai perbandingan perubahan spasial di Dusun Brayut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan spasial didapatkan peneliti dari perubahan fisik yang terjadi disingkronkan dengan hasil analisis wawancara narasumber. Faktor-faktor perubahan spasial bersifat terbuka atau dapat dikarenakan berbagai hal. Misal, faktor perubahan spasial dapat dikarenakan faktor peristiwa, sosial, ekonomi, budaya, kebijakan, dan lain sebagainya. Hal ini karena peneliti ingin mengetahui faktor perubahan yang terjadi secara alami di Desa Wisata Brayut.

(5)

5 1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dengan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjadi sebuah pertimbangan tersendiri bagi desa yang ingin mengembangkan program desa wisata terkait perubahan spasial yang akan terjadi.

2. Mengetahui perubahan spasial secara periodik sehingga mengetahui tahap demi tahap perubahan spasial.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan spasial yang terjadi bila suatu desa difungsikan menjadi desa wisata, sehingga desa yang ingin mengembangkan diri menjadi desa wisata dapat mengantisipasinya.

4. Sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya bagi lembaga terkait dan pihak- pihak lain yang berkepentingan.

5. Memperkaya khazanah ilmu perencanaan terkait dengan desa wisata, khususnya spasial desa wisata.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian yang membahas tentang desa wisata memang sudah cukup banyak dan mudah ditemukan. Penelitian tentang desa wisata kebanyakan memiliki fokus masalah mengenai ekonomi maupun keadaan sosial budaya setempat. Namun, penelitian tentang desa wisata yang menitik beratkan pada spasial masih jarang ditemukan. Hal ini dikarenakan konsep desa wisata yang baru berkembang beberapa tahun belakangan ini. Sedangkan penelitian tentang perubahan spasial sendiri baru dapat dilakukan setelah lebih dari lima (5) tahun umur desa wisata agar sudah terlihat perubahan spasialnya. Penelitian mengenai desa wisata yang pernah dilakukan yaitu:

:

(6)

6 Table 1. Daftar Penelitian tentang Spasial dan Desa Wisata

Peneliti Program Judul Metode Fokus Lokus

Agus Nurdiyanto (2007)

Skripsi PWK UGM

Kajian pengaruh siklus kehidupan mall terhadap perubahan

pemanfaatan ruang dan aktivitas masyarakat

Deskriptif induktif kualitatif

Pengaruh siklus kehidupan mall terhadap pemanfaatan ruang dan aktivitas serta faktor yang mempengaruhi

Matahari Singosaren Plaza di Kawasan Coyudan Kota Surakarta

Titik Kurniawati (2009)

Skripsi PWK UGM

Pemanfaatan ruang di kawasan wisata Dieng dan

pengaruhnya terhadap spasial objek dan daya tarik wisata

Deduktif kualitatif

Pemanfaatan ruang dan Pengaruhnya terhadap Spasial dan daya tarik

Kawasan wisata Dieng, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara Abdul Hadi

(2011)

Skripsi PWK UGM

Kajian

pengembangan destinasi wisata baru kasus Desa Wisata Pentingsari, Kecamatan

Cangkringan, Kabupaten Sleman

Studi kasus

Konsep pengembangan dan faktor perkembangan desa wisata

Desa Wisata Pentingsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman

Candra Restu Wihasta (2012)

Skipsi Geografi

UGM

Perkembangan desa wisata kembang arum dan dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Donokerto Kecamatan Turi

Deskriptif kuantitatif

Perkembangan desa wisata dan dampak

terhadap masyarakat

Desa Wisata Kembang Arum, Kecamatan Turi, Sleman

Rahadian Megaputra (2012)

Skripsi PWK UGM

Pergeseran kehidupan sosial budaya dan spasial masyarakat Kampung Arab Pekojan

Induktif kualitatif

Pergeseran kehidupan Sosial Budaya dan Spasial Masyarakat

Kampung Arab Pekoja, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat Anggun H.

(2014)

Tesis Ketahanan

Nasional UGM

Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desa Wisata dan Implikasinya terhadap Ketahanan Sosial Budaya

Deskriptif kualitatif

Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata

Desa Wisata Brayut, Kecamatan Sleman

Sumber: Analisis peneliti, 2013

(7)

7 Melihat penelitian-penelitian yang dikemukakan di atas, penelitian tentang perubahan spasial pernah dilakukan oleh Titik Kurniawati sebagai skripsi PWK UGM tahun 2009 tetapi kawasan yang dianalisis adalah wisata Dieng. Penelitian tentang periodisasi pernah terdapat pada skripsi PWK UGM oleh Agus Nurdiyanto membahas tentang siklus kehidupan mall. Sedangkan penelitian tentang desa wisata sudah banyak dilakukan di berbagai desa wisata seluruh Indonesia. Penelitian di Desa Wisata Brayut juga pernah dilakukan dengan fokus pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata. Namun, penelitian tentang perubahan spasial Desa Wisata Brayut belum pernah dilakukan sehingga keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan mutu sirup pala yang dijual oleh DP Segar Sari dengan cara memperpanjang umur simpan sirup pala dan menurunkan

Hasil hipotesis menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel maka, dapat dinyatakan Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan

Bagian lain dari usus halus juga merupakan tempat terjadinya pelintasan membran dengan intensitas yang besar, dan disini lebih banyak terjadi difusi pasif.. Difusi pasif

Farida Rosiana Suwari. PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN TEKNIK PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DAN SIKAP POSITIF SISWA TERHADAP MATERI

3.$.. Menggunakan koordinat Kartesius untuk menentukan posisi garis yang sejajar Menggunakan koordinat Kartesius untuk menentukan posisi garis yang sejajar dengan sumbu-x, garis

Untuk itu dilakukan pra penelitian untuk memilih lima ob- yek yang paling dikenal dari masing- masing elemen mental map kota yaitu paths, edges, districts, nodes dan land- marks

Pelaksanaan pendidikan karakter disiplin siswa dalam pembelajaran PKn di SDN 4 Suru Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan yaitu mengaplikasikan 7 karakter disiplin yang

Kegiatan keagamaan dapat digunakan sebagai wahana menumbuhkan spiritual peserta didik, dikarenakan kegiatan keagamaan yang ada di lembaga pendidikan tersebut