1. Manajemen Sumber Daya Manusia
2. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia
Di era globalisasi saat ini perkembangan pengetahuan dan teknologi sangat pesat sehingga membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Dimana fungsi manajemen tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Disamping itu perubahan menuntut para karyawan untuk mengubah sistem kerja yang sesuai dengan zaman sekarang. Jika karyawan tidak dapat menyesuaikan diri maka banyak mengalami kesulitan yang dihadapi oleh para karyawan dan perusahaannya. Sumber daya manusia merupakan asset besar untuk kelangsungan hidup perusahaan saat ini maupun di masa yang akan datang. Berikut ini beberapa pengertian manajemen sumber daya manusia:
Manajemen sumber daya manusia adalah proses untuk memperoleh, menilai, melatih dan mengoperasikan karywan dan untuk mengurus kesehatan dan keselamatan tenagakerja dalam hal yang berhubungan dengan keadilan (Gary Dessler, 2015). Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio, rasa, dan karsa) (Sutrisno, 2010). Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2011). Manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan, dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu, karyawan, dan masyarakat (Edwin dalam Hasibuan, 2011).
Sedangkan menurut John dan Miner dalam Hasibuan (2011) manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai suatu proses pengembangan, menerapkan, menilai kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, metode-metode, dan program-program yang berhubungan dengan individu karyawan dalam organisasi.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2012), fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu meliputi sebagai berikut:
1) Perencanaan (planning)
Perencanaan (human resource planning) adalah merencanakan tenaga kerja efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
2) Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk pengorganisasian semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisai (organization chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
3) Pengarahan.
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
4) Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
5) Pengadaan.
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
6) Pengembangan.
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang
diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7) Kompensasi.
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi. 8) Pengintegrasian.
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaanya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam manajemen sumber daya manusia, karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang. 9) Pemeliharaan.
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang
berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
10) Kedisiplinan.
Kedisiplinan merupakan fungsi manajmen sumber daya manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.
11) Pemberhentian.
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang-undang No. 12 Tahun 1964.
4. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Cushway dalam Sutrisno (2011), menjelaskan tentang tujuan dari manajemen sumber daya manusia, sebagai berikut:
1) Memberi pertimbangan manajemen dalam membuat kebijakan sumber daya manusia untuk memastikan bahwa organisasi memiliki pekerja yang bermotivasi dan berkinerja yang tinggi, memiliki pekerja yang selalu siap mengatasi perubahan dan memenuhi kewajiban.
2) Pekerjaan secara legal.
3) Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur sumber daya manusia yang memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya.
4) Membantu pengembangan arah keseluruhan organisasi dan strategi, khususnya yang berkaitan dengan implikasi sumber daya manusia.
5) Memberi dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer lini mencapai tujuannya.
6) Menangani berbagai krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pekerja untuk meyakinkan bahwa mereka tidak menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya.
7) Menyediakan media komunikasi antara pekerja dan manajemen organisasi.
8) Bertindak sebagai pemelihara standar organisasional dan nilai dalam manajemen sumber daya manusia.
A. Lingkungan Kerja
1. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja sangatlah perlu untuk diperhatikan karena merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan kinerja karyawan. Dengan lingkungan kerja yang baik, para karyawan dapat terpacu untuk melaksanakannya dengan baik. Mereka akan lebih merasa senang dan lebih mudah untuk berkonsentrasi dalam bekerja sehingga kinerjanya tinggi. Menurut Yunanda (2012) mengemukakan lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dalam bekerja meliputi pengaturan penerangan, pengontrolan suara gaduh, pengaturan kebersihan tempat kerja dan pengaturan keamanan tempat kerja. Sedangkan menurut Rahayu (2013), menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan fisik dan lingkungan kerja non fisik.
Menurut Sunyoto (2015) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik, penerangan dan lain-lain. Adapun lingkungan kerja menurut Nitisemito dalam Sunyoto (2015) adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
2. Jenis-jenis Lingkungan Kerja
Jenis-jenis lingkungan kerja menurut Rahayu (2013) sebagai berikut:
a) Lingkungan kerja fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik dibagi menjadi 2 kategori, yakni:
1) Lingkungan yang langsung berhubungan langsung dengan karyawan (seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya) .
2) Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna dan lain-lain.
b) Lingkungan kerja non fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang terkaitkan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan non fisik merupakan juga kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Beberapa faktor yang berkaitan dengan lingkungan kerja perusahaan menurut Nitisemito (dalam Sunyoto 2015):
a) Hubungan karyawan
Dalam hubungan karyawan ini terdapat dua hubungan, yaitu hubungan sebagai individu dan hubungan sebagai kelompok. Hubungan sebagai individu, motivasi yang diperoleh seorang karyawan datangnya dari rekan-rekan kerja maupun atasan. Menjadi sebuah motivasi, jika hubungan karyawan dengan rekan kerja maupun atasannya berlangsung harmonis. Begitu juga dengan sebaliknya, jika hubungan di antara mereka tidak harmonis, maka akan mengakibatkan kurangnya atau tidak ada motivasi di dalam diri karyawan yang bekerja.
Sedangkan untuk hubungan kelompok, maka seseorang karyawan akan berhubungan dengan banyak orang, baik secara individu maupun secara kelompok. Dalam hubungan ini ada beberapa yang mendapatkan perhatian agar keberadaan kelompok ini menjadi lebih produktif, yaitu:
1) Kepemimpin yang baik
Gaya kepemimpinan seseorang akan sangat berpengaruh pada baik dan tidaknya dalam pengembangan sumber daya manusia untuk waktu yang akan datang. Seorang pemimpin yang baik harus benar-benar mengerti lingkungan
sekitarnya, termasuk didalamnya apa yang diperlukan oleh para karyawan, agar mereka termotivasi untuk lebih giat bekerja.
2) Distribusi informasi yang baik
Distribusi dan pendistribusian informasi yang baik akan dapat memperlancar arus informasi yang baik akan dapat memperlancar arus informasi yang diperlukan oleh organisasi atau perusahaan. Kecepatan melakukan tindakan akan tergantung dari informasi yang diperoleh, maka akan semakin cepat pula dilakukan tindakan dan bahkan mempercepat pengambilan keputusan.
3) Kondisi kerja yang baik
Kondisi kerja yang baik adalah kondisi yang dapat mendukung dalam penyelesaian pekerjaan oleh karyawan. Segenap fasilitas yang diperlukan dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan bagi karyawan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh perusahaan atau organisasi. Tentu saja dengan harapan semakin lengkap fasilitas yang dimiliki, akan semakin baik kinerja dan produktivitasnya pun mengalami peningkatan yang berarti.
4) Sistem pengupahan yang jelas
Seluruh karyawan mengerti dan jelas berapa upah yang akan diterima. Para karyawan dapat menghitung sendiri
jumlah upah yang akan diterima dengan mudah. Sehingga ini akan menambah tingkat keyakinan para karyawan terhadap pihak perusahaan dengan demikian akan dapat menimbulkan saling percaya di antara mereka.
b) Tingkat kebisingan lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang tidak tenang atau bising akan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik, yaitu adanya ketidaktenangan dalam bekerja. Bagi para karyawan tentu saja ketenangan lingkungan sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan dan ini dapat meningkatkan produktivitas kerja.
a) Peraturan kerja
Peraturan kerja yang baik dan jelas dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kepuasan dan kinerja para karyawan untuk mengembangkan karir di perusahaan tersebut. Dengan perangkat peraturan tersebut karyawan akan dituntut untuk menjalankan aktivitasnya guna mencapai tujuan perusahaan maupun tujuan individu dengan pasti. Disamping itu karyawan akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih baik.
b) Penerangan
Dalam hal ini, penerangan bukanlah terbatas pada penerangan listrik, tetapi termasuk juga penerangan matahari. Karyawan memerlukan penerangan yang cukup, apalagi jika pekerjaan yang dilakukan menuntut ketelitian. Untuk melaksanakan penghematan
biaya maka dalam usaha penerangan hendaknya diusahakan dengan sinar matahari. Jika suatu ruangan memerlukan penerangan lampu maka ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu biaya dan pengaruh lampu tersebut terhadap karyawan yang sedang bekerja. c) Sirkulasi Udara
Untuk sirkulasi atau pertukaran udara yang cukup maka pertama yang harus dilakukan yakni pengadaan ventilasi. Ventilasi harus cukup lebar terutama pada ruangan-ruangan yang dianggap terlalu panas. Bagi perusahaan yang merasa pertukaran udaranya kurang atau kepengapan masih dirasakan, dapat mengusahakan pengaturan suhu udara.
d) Keamanan
Lingkungan kerja dengan rasa aman akan menimbulkan ketenangan dan kenyamanan, dimana hal ini akan dapat memberikan dorongan semangat untuk bekerja, keamanan yang dimaksudkan kedalam lingkungan kerja adalah keamanan terhadap milik pribadi karyawan.
4. Indikator-Indikator Lingkungan Kerja
Menurut Sunyoto (2015) lingkungan kerja dapat diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut:
1) Temperatur di tempat kerja 2) Sirkulasi udara di tempat kerja
3) Penerangan atau cahaya di tempat kerja 4) Tingkat kebisingan suara di tempat kerja 5) Fasilitas kerja 6) Hubungan karyawan 7) Peraturan kerja 8) Rasa aman B. Kompensasi 1. Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 2011). Kompensasi menurut Panggabean (dalam Sutrisno 2010) adalah sebagai bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi. Kompensasi dibedakan menjadi dua yaitu: kompensasi langsung (direct compensation) berupa gaji, upah, dan upah insentif. Kompensasi tidak langsung (indirect compensation atau employee welfare atau kesejahteraan karyawan).
Kompensasi meliputi bentuk pembayaran tunai langsung, pembayaran tidak langsung dalam bentuk manfaat karyawan, dan insentif untuk memotivasi karyawan agar bekerja keras untuk mencapai produktivitas yang semakin tinggi Menurut Martoyo (2007), kompensasi adalah pengaturan keseluruhan pemberian balas jasa bagi “employers” maupun “employees” baik yang langsung berupa uang (finansial) maupun yang tidak langsung berupa non uang (non financial). Sedangkan Mathis dan Jackson (2006 : 419) menjelaskan bahwa kompensasi merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang yang memilih untuk bekerja disebuah organisasi dari pada organisasi yang lain.
2. Tujuan Kompensasi
Menurut Hasibuan (2011) tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara lain sebagai berikut:
a) Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Sedangkan pengusaha atau majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati. b) Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
c) Pengadaan Efektif
d) Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah. e) Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.
f) Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover relatif kecil.
g) Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
h) Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik berpengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
i) Pengaruh Pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi
Menurut Hasibuan (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi, yaitu:
1) Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan pekerjaan (permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif semakin besar.
2) Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang maka tingkat kompensasi relatif kecil.
3) Serikat Buruh/Organisasi karyawan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan kurang berpengaruh maka tingkat kompensasi relatif kecil.
4) Produktivitas Kerja Karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya kalau produktivitas kerjanya buruk serta sedikit maka kompensasinya kecil.
5) Pemerintah dengan Undang-undang dan Keppres
Pemerintah dengan undang-undang dan keppres menetapkan besarnya batas upah/balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting supaya pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan besarnya balas jasa bagi karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dari tindakan sewenang-wenang.
6) Biaya Hidup/Cost of Living
Apabila biaya hidup didaerah itu tinggi maka tingkat kompensasi/upah semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup didaerah itu rendah maka tingkat kompensasi/upah relatif kecil. Seperti tingkat upah di Jakarta lebih besar dari di Bandung, karena tingkat biaya hidup di Jakarta lebih besar daripada di Bandung.
7) Posisi Jabatan karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji/kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan yang lebih rendah akan memperoleh gaji/kompensasi yang
kecil. Hal ini wajar karena seseorang yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab yang besar harus mendapatkan gaji/kompensasi yang lebih besar pula.
8) Pendidikan dan Pengalaman Kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan seerta keterampilannya lebih baik. Sebaliknya, karyawan yang pendidikan rendah dan pengalaman kerja yang kurang maka tingkat gaji/kompensasinya kecil.
9) Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju (boom) maka tingkat upah/kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati kondisi full employment. Sebaliknya, jika kondisi perekonomian kuramg maju (depresi) maka tingkat upah rendah, karena terdapat banyak pengangguran (disqueshed unemployment).
10) Jenis dan Sifat Pekerjaan
Kalau jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai risiko (finansial, keselamatan) yang besar maka tingkat upah/balas jasanya semakin besar karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya. Tetapi jika jenis dan sifat pekerjaannya mudah dan risiko (finansial, kecelakaannya) kecil, tingkat upah/balas jasanya relatif rendah.
4. Jenis-Jenis Kompensasi
Kompensasi/balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya secara umum dapat digolong menjdi dua yaitu kompensasi langsung biasanya terdiri dari upah, gaji, dan insentif serta kompensasi tidak langsung atau lebih dikenal dengan program kesejahteraan karyawan/program tunjangan karyawan. Dalam penjelasan lain, menurut Panggabean dalam Sutrisno (2010) kompensasi adalah hak-hak karyawan yang harus diterima sebagai imbalan atau kompensasi setelah mereka menjalankan kewajibannya. Kompensasi dibagi menjadi dua yaitu:
a) Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial adalah kompensai yang diterima dalam bentuk uang dan dapat diuangkan, yang terdiri dari kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung.
Menurut Hasibuan (2014) kompensasi fiansial dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Kompensasi Langsung
Menurut Hasibuan (2014) Kompensasi finansial langsung adalah kompensasi yang diberikan langsung berhubungan dengan hasil kerja karyawan yang bersangkutan dalam bentuk gaji/upah, bonus dan komisi. Sedangkan menurut Simamora (2006) menyatakan hal-hal yang termasuk dalam kompensasi langsung yaitu (a) bayaran pokok terdiri dari gaji dan upah (b)
bayaran prestasi (c) Bayaran insentif terdiri dari bonus, komisi, pembagian laba, dan pembagian saham (d) bayaran tertangguh merupakan program tabungan anuitas pembelian saham.
2) Kompensasi Tidak Langsung
Menurut Hasibuan (2014) kompensasi finansial tidak langsung dapat dikatakan juga sebagai pelengkap karena diberikan kepada karyawan hanya untuk melengkapi kompensasi yang telah diberikan oleh perusahaan. Wujud dari kompensasi finansial tidak langsung yaitu fasilitas kesehatan, tunjangan-tunjangan, serta transportasi. Sedangkan menurut Simamora (2006) menjelaskan bahwa kompensasi tidak langsung atau tunjangan sebagai pembayaran dan jasa yang melindungi serta melengkapi gaji pokok dan perusahaan membayar semua atau sebagian dari tunjangan seperti ini.
a) Program perlindungan terdiri atas asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi tenaga kerja.
b) Bayaran diluar jam kerja terdiri atas liburan, cuti tahunan, dan libur hari besar.
c) Fasilitas terdiri atas kendaraan, tempat parkir, kantin, dan tempat ibadah.
b) Kompensasi Non Financial
Kompensasi non financial menurut Simamora (2006) terdri atas kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri dan lingkungan psikologis atau fisik dimana orang itu bekerja. Sedangkan menurut Samudra et al. (2014) kompensasi non financial merupakan bentuk kompensasi yang diberikan kepada karyawan selain bentuk uang.
5. Dimensi Kompensasi
a) Dimensi Kompensasi Finansial
Menurut Panggabean dalam Sutrisno (2010), menyatakan bahwa dimensi kompensasi finansial berupa :
1) Gaji: merupakan imbalan finansial yang dibayarkan kepada pegawai secara teratur menurut ukuran waktu tertentu seperti tahunan, caturwulan, bulanan dan merupakan jenis penghargaan yang penting dan strategis dalam organisasi.
2) Tunjangan: pemberian kesejahteraan dan penciptaan kondisi kerja sehingga pekerja menjadi lebih merasa nyaman dan merasa mendapat perhatian atasan.
3) Insentif: imbalan langsung yang dibayarkan kepada pegawai, karena pegawai yang bersangkutan memiliki kinerja yang melebihi standar yang telah ditentukan. Adapun maksudnya adalah untuk meningkatkan kinerja pegawai
4) Fasilitas: pemberian fasilitas berupa kendaraan, sarana olahraga, dan sarana peribadatan.
b) Dimensi Kompensasi Non Financial
Menurut Panggabean dalam Sutrisno (2010), menyatakan bahwa dimensi kompensasi non financial berupa :
1) Pekerjaan: berupa pekerjaan yang menarik kesempatan untuk berkembang, program pelatihan, wewenang, dan tanggung jawab.
2) Lingkungan pekerjaan: lingkungan yang kondusif, sehat, aman, dan nyaman serta hubungan antara sesama rekan kerja dan atasan.
D. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Setiap individu dalam suatu organisasi dituntut berupaya semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin. Sebagai karyawan yang profesional hendaknya berusaha selalu meningkatkan kinerja yang
merupakan modal bagi keberhasilan sebuah organisasi. Menurut Mathis dan Jackson (2006) kinerja karyawan adalah suatu kegiatan yang dilakukan karyawan yang dipengaruhi oleh kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang dilakukan karyawan, dan hubungan karyawan dengan perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2011) pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kemudian menurut Hasibuan (2012) kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Sedangkan menurut Wibowo (2011), berpendapat bahwa kinerja adalah hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.
2. Tujuan Manajemen Kinerja
Tujuan manajemen kinerja menurut Mangkunegara (2011) adalah:
a) Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.
b) Mencatat dan mnegakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.
c) Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.
d) Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
e) Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhanpelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Menurut Simamora dalam Hasibuan (2011), ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu:
a) Faktor individual yang terdiri dari 1) Kemampuan dan keahlian 2) Latar belakang
3) Demografi
b) Faktor psikologis yang terdiri dari: 1) Persepsi
3) Personality 4) Pembelajaran 5) Motivasi
c) Faktor organisasi yang terdiri dari: 1) Sumber daya
2) Kepemimpinan 3) Penghargaan 4) Struktur
5) Job design
4. Indikator-Indikator Kinerja Karyawan
Menurut Gomez dalam Mustawan (2014), indikator dalam pengukuran kinerja karyawan dapat ditentukan sebagai berikut:
1) Quality of work, kualitas yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya dari karyawan itu sendiri.
2) Quantitiy of work, jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode tertentu dan waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
3) Job knowledge, pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.
4) Creativeness, gagasan yang berasal dari pemikirannya sendiri, lalu dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5) Cooperation, kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain.
6) Dependability, kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.
7) Initiative, semangat untuk menyelesaikan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya.
8) Personal qualities, kepemimpinan dan integritas pribadi terhadap perusahaan.
E. Penelitian Terdahulu
Penggalian dari wacana penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya memperjelas tentang variabel-variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Umumnya kajian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan akademis dan telah mempublikasikannya pada beberapa jurnal cetakan dan jurnal online (internet). Penelitian mengenai lingkungan kerja, kompensasi dan kinerja yang dilakukan penelitian terdahulu antara lain:
1) Penelitian yang dilakukan Rahayu et al. (2013), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Di PT. PLN Cabang Madiun" dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai, untuk mengetahui adanya pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja pegawai, adanya pengaruh kompensasi terhadap kinerja pegawai, dan adanya pengaruh yang saling berkaitan antara kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, dan kompensasi terhadap kinerja pegawai. Populasi penelitiannya adalah seluruh karyawan PT. PLN Cabang Madiun. Jumlah sampel adalah 70 karyawan tetap. Metode sampling menggunakan kuisioner. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, lingkungan kerja fisik berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, dan adanya keterkaitan dan berpengaruh positif diantara kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, kompensasi, terhadap kinerja pegawai.
2) Penelitian yang dilakukan Surjosuseno (2015), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Produksi UD Pabrik Ada Plastic” dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, dan untuk mengetahui
adanya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Populasi penelitiannya adalah karyawan bagian produksi di UD Pabrik Ada Plastic. Jumlah sampel adalah 33 orang. Metode sampling menggunakan sampel Jenuh. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dan motivasi kerja tidak berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. 3) Penelitian yang dilakukan Frianto dan Dewi (2013), melakukan
penelitian dengan judul“Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi" dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan , dan untuk mengetahui adanya lingkungan kerja terhadap motivasi. Populasi penelitiannya adalah karyawan pada Dinas Apron Move Control PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara Internasional Juanda. Jumlah sampel adalah 38 orang. Metode sampling menggunakan sampel jenuh. Metode analisis data menggunakan statistik inferensial parametrik analisis kausalitas dengan SEM (Structural Equation Modelling). Hasil penelitian membuktikan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dan lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap motivasi.
4) Penelitian yang dilakukan Arianto (2013), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan
Budaya Kerja terhadap Kinerja Tenaga Pengajar”dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh kedisiplinan terhadap kinerja tenaga pengajar, untuk mengetahui adanya pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja tenaga pengajar, dan adanya pengaruh budaya kerja terhadap kinerja tenaga pengajar. Populasi penelitiannya adalah seluruh tenaga pengajar di Yayasan Pendidikan Luar Biasa Kabupaten Demak. Jumlah sampel adalah 30 orang. Metode sampling menggunakan teknik sampel jenuh. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa kedisiplinan tidak berpengaruh terhadap kinerja tenaga pengajar, lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja tenaga pengajar, dan budaya berpengaruh positif terhadap kinerja tenaga pengajar.
5) Penelitian yang dilakukan Samudra, et al. (2014), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompensasi Finansial terhadap Kinerja (Studi pada Karyawan PT. Bank Jatim Cabang Malang) "dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh kompensasi finansial langsung terhadap kinerja karyawan, untuk mengetahui adanya pengaruh kompensasi finansial tidak langsung terhadap kinerja karyawan, dan adanya pengaruh yang saling berkaitan antara kompensasi finansial langsung dan kompensasi finansial tidak langsung terhadap kinerja karyawan. Populasi penelitiannya adalah karyawan tetap PT. Bank Jatim Cabang Malang. Jumlah sampel
adalah 89 karyawan tetap. Metode sampling menggunakan teknik penelitian penjelasan (explanatory research). Metode analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Hasil penelitian membuktikan bahwa kompensasi finansial langsung berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, kompensasi finansial tidak langsung berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dan adanya keterkaitan dan berpengaruh positif diantara kompensasi finansial langsung dan kompensasi finansial tidak langsung, terhadap kinerja karyawan.
6) Penelitian yang dilakukan Hameed (2014), melakukan penelitian dengan judul “Impact of Compensation on Employee Performance (Empirical Evidence fromBanking Sector of Pakistan)" dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh gaji terhadap kinerja karyawan, untuk mengetahui adanya pengaruh penghargaan terhadap kinerja karyawan, dan adanya pengaruh kompensasi tidak langsung terhadap kinerja karyawan. Populasi penelitiannya adalah 45 bank di Pakistan dipilih secara acak. Jumlah sampel adalah 200 orang. Metode sampling menggunakan teknik kuisioner. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa gaji berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, penghargaan berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan, dan kompensasi tidak langsung berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
7) Penelitian yang dilakukan Naharudin dan Sadegi (2013), melakukan penelitian dengan judul “Factor of Workplace Environment That Affect Employee Performance: a case study of Miyazu Malaysia” dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh job aid (pekerja pembantu) terhadap kinerja karyawan, untuk mengetahui adanya pengaruh dukungan atasan terhadap kinerja karyawan, dan adanya pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan. Populasi penelitiannya adalah karyawan di tiga tempat di Miyazu Malaysia. Jumlah sampel adalah 139 orang. Metode sampling menggunakan teknik kuisioner. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa job aid (pekerja pembantu) berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dukungan atasan berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan, dan adanya lingkungan kerja fisik berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
8) Penelitian yang dilakukan Gohari, et al. (2014), melakukan penelitian dengan judul “The Relationship between Rewords and Employee Performance” dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh demografi terhadap kinerja karyawan, untuk mengetahui adanya pengaruh rewarding instrinsic terhadap kinerja karyawan, dan adanya pengaruh financial reward (extrinsic reward) terhadap kinerja karyawan. Populasi penelitiannya adalah karyawan di dua perusahaan termasuk Persian Sdn dan Scicom. Jumlah sampel adalah
100 karyawan. Metode sampling menggunakan teknik survey kuisioner. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa demografi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, rewarding instrinsic berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dan financial reward (extrinsic reward) berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. 9) Penelitian yang dilakukan Golung (2013), melakukan penelitian
dengan judul “Relationship between Compensation, Work Environment, Oraganizational Culture, and Employee Performance at Hotel Sedona Manado” dengan tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja karyawan tinggi dan kinerja karyawan rendah diHotel, pengaruh kompensasi, lingkungan kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Dan variabel yang mana kompensasi, lingkungan kerja, dan budaya organisasi yang memiliki paling signifikan pengaruh terhadap kinerja karyawan di Hotel Sedona Manado. Populasi penelitiannya adalah karyawan di Hotel Sedona Manado. Jumlah sampel adalah 60 karyawan tetap. Metode sampling menggunakan teknik sensus. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelompok kinerja tinggi dan kinerja rendah di Hotel Sedona Manado, hal ini dibuktikan dalam Wilks'Lambdates, Hasil berdasarkan data diolah menggunakan discrimininat analisis model,
menunjukkan bahwa semua variabel independen dapat digunakan untuk membedakan/diskriminasi kinerja karyawan yang bekerja di Hotel Sedona Manado, dan kompensasi adalah variabel yang paling dominan dalam kinerja karyawan diskriminatif, diikuti lingkungan kerja, budaya organisasi, kepemimpinan, terhadap kinerja karyawan. 10) Penelitian yang dilakukan Rizal, et al. (2014), melakukan penelitian dengan judul “Effect of Compensation on Motivation, Organizational Commitment and Employee Performance (Studies at Local Revenue Management in Kendari City)"dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh kompensasi terhadap motivasi, adanya pengaruh kompensasi terhadap komitmen berorganisasi, kompensasi terhadap kinerja karyawan, motivasi berpengaruh terhadap komitmen berorganisasi, motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan, komitmen berpengaruh terhadap kinerja karyawan, kompensasi berpengaruh terhadap komitmen berorganisasi dan motivasi sebagai variabel intervening, kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan motivasi sebagai variabel intervening, kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan komitmen berorganisasi sebagai variabel intervening, kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan, motivasi dan komitmen berorganisasi sebagai variabel intervening, dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan, komitmen berorganisasi sebagai variabel intervening. Populasi penelitiannya adalah
manajemen pendapatan daerah di Kendari sebanyak 1.394 orang yang tersebar dibeberapa Lawu. Jumlah sampel adalah 126 responden. Metode sampling menggunakan teknik random. Metode analisis data menggunakan SEM uji asumsi. Hasil penelitian membuktikan bahwa kompensasi berpengaruh positif terhadap motivasi, kompensasi berpengaruh positif terhadap komitmen berorganisasi, kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, motivasi berpengaruh positif terhadap komitmen berorganisasi, motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, komitmen berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, kompensasi berpengaruh positif terhadap komitmen berorganisasi dan motivasi sebagai variabel intervening, kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dan motivasi sebagai variabel intervening, kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dan komitmen berorganisasi sebagai variabel intervening, kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, motivasi dan komitmen berorganisasi sebagai variabel intervening, dan motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, komitmen berorganisasi sebagai variabel intervening.
F. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Lingkungan kerja menciptakan hubungan kerja yang mengikat pekerja dalam lingkungannya. Lingkungan kerja yang baik adalah lingkungan yang aman, tentram, bersih, tidak bising, terang dan bebas dari segala macam ancaman dan gangguan yang dapat menghambat kinerja karyawan. Menurut Lewa dan Subawo (2005) berpendapat bahwa lingkungan kerja fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Frianto dan Dewi (2013) serta Rahayu, et al. (2013) menemukan bahwa lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disajikan sebuah hipotesis sebagai berikut:
H1 : lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
2. Pengaruh pemberian kompensasi terhadap kinerja karyawan
Pemberian kompensasi yang memadai akan dapat mempertahankan maupun meningkatkan kinerja. Menurut teori vroom dalam Samudra el al (2014) yang menyebutkan bahwa performance adalah fungsi perkalian antara motivation dengan ability. Maka
imbalan atau kompensasi dapat menjadi motivasi yang mampu menggerakkan manusia dalam berkarya dan kompensasi yang layak akan mengarahkannya kepada perilaku untuk mencapai hasil kerja yang baik serta akhirnya dapat meningkatkan kinerjanya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samudra, et al. (2014) serta Rizal, et al. (2014) menemukan bahwa pemberian kompensasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disajikan sebuah hipotesis sebagai berikut:
H2 : kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan
Dari rerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis di atas, maka dapat digambarkan model penelitian pada Gambar 2.1.
H1
H2
Gambar 2.1
Model Rerangka Konseptual Penelitian
Lingkungan Kerja (X1)
Kompensasi (X2)