• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Usia Dewasa Di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Usia Dewasa Di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH

PADA USIA DEWASA DI BANJAR KERTASARI

KELURAHAN PEGUYANGAN

DENPASAR UTARA

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

I MADE ERIS SETIAWAN

NIM. 1102105024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN

DARAH

PADA USIA DEWASA DI BANJAR KERTASARI

KELURAHAN PEGUYANGAN

DENPASAR UTARA

OLEH:

I MADE ERIS SETIAWAN

NIM: 1102105024

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI : SELASA

TANGGAL : 23 JUNI 2015

TIM PENGUJI :

1. Ns. Made Oka Ari Kamayani, S.kep, M. Kep

2. Ns. I Komang Widarma Atmaja, S. Kep

3. Ns. I Wayan Sukawana, S.Kep. M.Pd

(Ketua)

FK UNIVERSITAS UDAYANA PSIK FK UNIVERSITAS

(3)

Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M. Kes Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF

(4)

ABSTRAK

Setiawan, I Made Eris. 2015.Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada Usia Dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ners. Made Oka Ari Kamayani, S. Kep, M. Kep. (2) Ners. I Komang Widarma Atmaja, S. Kep.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu secara global. Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan tekanan darah pada usia dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada usia dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan rancangan crossectional. Pengambilan sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 92 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Proses pengambilan dan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner PSQI dan Sphygmomanometer Digital Omron. Dari hasil penelitian menggunakan uji statistik non parametrikRank Spearmandidapatkan nilai p yaitu 0,001(<0,05) pada masing masing tekanan darah sistolik dan diastolik yang menunjukan ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada usia dewasa. Analisa penelitian ini ditemukan nilai Correlation Coefficient kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik r=0,346 dan hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah diastolik r=0,333. Arah hubungan pada penelitian ini positif dan rendah.

(5)

ABSTRACT

Setiawan, I Made Eris. 2015. The Relationship between the Sleeping Quality with the Blood Preasure for the Adult People in Banjar Kertasari, Peguyangan subdistrict northen Denpasar. Final Assigment, Nursing Science Departement, Medical Faculty, Udayana University of Denpasar. Advisor (1) Ners. Made Oka Ari Kamayani, S. Kep, M. Kep. (2) Ners. I Komang Widarma Atmaja, S. Kep.

Hypertension is one of the number one cause of death globally. Poor sleep quality associated with blood pressure in adulthood. This study aims to investigate the relationship between sleep quality with the blood pressure in adulthood people in Banjar Kertasari Peguyangan Denpasar Utara. The study is descriptive correlational cross-sectional design. Sampling method nonprobability sampling with purposive sampling technique. The number of samples in this research are 92 people who met the inclusion criteria. The process of taking and collecting data in this study using a questionnaire instruments PSQI and Digital Omron Sphygmomanometer. From the results of studies using non-parametric statistical test Spearman Rank p value is 0.001 (<0.05) in each systolic and diastolic blood pressure that showed no relationship between sleep quality with the blood pressure in adulthood. Analysis of this study found the value Correlation Coefficient sleep quality with systolic blood pressure of r = 0.346 and sleep quality relationship with diastolic blood pressure r = 0.333. The correlation is significan and relationship strength is low.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada Usia Dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M. Kes., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF., sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan pengarahan dalam proses pendidikan.

3. Ns. Made Oka Ari Kamayani, S.Kep, M. Kep., sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

4. Ns. I Komang Widarma Atmaja, S. Kep., sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

(7)

6. Orang tua dan rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Ilmu Keperawatan, atas dukungan dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan masukan yang membangun.

Denpasar , 23 Juni 2015 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 9

(9)

2.1.1 Definisi Tekanan Darah ... 9

2.1.2 Pengukuran Tekanan Darah... 10

2.1.3 Tekanan Darah Rendah... 11

2.1.4 Tekanan Darah Tinggi ... 12

2.1.5 Klasifikasi Tekanan Darah ... 13

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah . 15

2.1.7 Penatalaksanaan Hipertensi .. 16

2.2 Kualitas Tidur ... 18

2.2.1 Definisi Kualitas Tidur... 18

2.2.2 Tisiologi Tidur ... 19

2.2.3 Tidur Berkualitas ... ... 20

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur... 22

2.2.5 Mekanisme Tidur Pola Tidur Normal... 24

2.2.6 Pola Tidur Normal .... 26

2.2.7 Siklus Tidur .. . ... 27

2.2.8 Cara Mengkaji Kualitas Tidur . .. 28

2.3 Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah... ... 29

BAB III KERANGKA KONSEP ... 33

3.1 Kerangka Konsep ... 33

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 34

(10)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 384.1 JenisPenelitian ... 38 4.2

Kerangka Kerja ... 39

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

4.4 Populasi Penelitian... 40

4.5 Sampel Penelitian ... 40

4.6 Teknik Sampling Penelitian ... 41

4.7 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data .. ... 42

4.8 Etika Penelitian ... 44

4.9 Pengolahan dan Analisis Data .. ... 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . 48 5.1 Hasil Penelitian 48

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 48

5.1.2 Karakteristik Responden . 48

5.1.3 Karakteristik Variabel Penelitian .. 49

5.1.4 Hubungan antara variabel ... 49

5.1.5 Hasil Analisa Data 50

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian . 53

5.2.1 Kualitas Tidur pada Usia Dewasa di Banjar Kertasari 53

5.2.2 Tekanan Darah pada Usia Dewasa di Bnjar Kertasari... 54

5.2.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah . 55

5.3 Keterbatasan Penelitisn .. 56

BAB VI PENUTUP . . 57

(11)

6.2 Saran .. 57

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Umur………..…

13

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah………..………

13

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Umur………..…....

13

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian………..…….

36

Tabel 4.1 Kuat Lemahnya Hubungan Antar Variabel ………..….…

47

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur………..………

49

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan………

49

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur………...…….

50

Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik ……

51

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik……

51

Tabel 5.6CrosstabulationKualitas Tidur dengan Tekanan Darah Sistolik.. 51

Tabel 5.7CrosstabulationKualitas Tidur dengan Tekanan Darah Diastolik... 52

Tabel 5.8 Uji Normalitas Data denganKolmogorov Smirnov………..

(13)

Tabel 5.9 Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik……...……..

54

Tabel 5.10 Hubungan kualitas tidur dengantekanan darah diastolik……...…..

55

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuisioner Kualitas Tidur

Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : Penjelasan Penelitan

Lampiran 5 : Rencana Anggaran Penelitian

Lampiran 6 : Prosedur Pengukuran Tekanan Darah Lampiran 7 : Distribusi Responden

Lampiran 8 : Hasil Analisa Variabel Univariat Lampiran 9 : Hasil Uji Tidak Berdistribusi Normal Lampiran 10 : Hasil Analisa Data Bivariat

Lampiran 11 : Master Tabel

Lampiran 12 : Rekapitulasi Skor Kualitas Tidur Lampiran 13 : Hasil Pengukuran Tekanan Darah Lampiran 14 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 15 : Surat Ijin Penelitian dari Badan Penanaman Modal Dan Perizinan Prov. Bali

Lampiran 16 : Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar

(15)

DAFTAR SINGKATAN

JNC VII :Joint National Committee

WHO :World Health Organization

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

O² : Oksigen

RAS :Reticular Activating System

NREM :Non Rapid Eye Movement

REM :Rapid Eye Movement

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PSQI :Pitsburgh Sleep Quality Index

BSR :bulbar synchronizing regional

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Agrina. (2011).Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet Hipertensi. ISSN 1907- 364X (online), 6 (1): 46-45,

(http://unri.ac.id/index.php/JS/article/download/7/6,diakses 3 januari 2015 Amir, N. (2008) Gangguan tidur pada lanjut usia diagnosis dan penatalaksanaan

(http://www.critpathcardio.com/pt/re/cpcardio/abstract.00004268 200312000- 00022.htm), diunduh tanggal 2 Februari 2010.

Apriany. (2012). Asupan Protein, Lemak Jenuh, Natrium, Serat dan IMT Terkait dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang (http://eprints.undip.ac.id/38392/1/440_RISTA_EMIRIA_AFRIDA_APRIA NY_G2C008061.pdf diakses tanggal 13 Juli 2014)

Arifin, A.R. (2009). Fisiologi Tidur dan Pernapasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Asmadi. (2008).Konsep Keperawatan Dasar.Jakarta: EGC.

Bakri, S., dan Lawrence, G. S. (2008).Genetika hipertensi. Dalam : Lubis, H.R., et al. (2008).Hipertensi dan ginjal : dalam rangka purna bakti Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH.Medan : USU Press

Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta, . Jakarta.

Buysse, D.J. (2008).Chronic Insomnia. AM J Psychiatry. 165 (6) : 678-686. Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta :

EGC

Corwin, E. j. (2009).Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi3. Jakarta : EGC

Depkes. (2007). Pedoman-Pengendalian-Penyakit-Jantung-dan-pembuluh-darah-1 ( online ). (https://id.scribd.com/doc/117903519), diakses pada 25 desember 2014.

Dinkes. (2014). Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas. Denpasar: Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

(17)

Epstein & Lawrence. (2008).Kasiat Tidur. (http//cihuy.net/2008/05).

Emzir. (2010).Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan KualitatifJakarta: Rajagrafindo Persada

Gardner, F. S. (2007).Smart Treatment for High Blood Pressure. Jakarta :

Gottlieb, D.J. (2006). Association of Usual Sleep Duration with Hypertension.

The Sleep Heart Health Study.126:1-6. Available from : www.journalsleep.org/articles/290803.pdf [ Accessed :3 januari 2015] Ganong, W. (2005).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Petrus Adrianto

dkk. Textbook of Medical Physiology. Jakarta.EGC

Hidayat, A. A. (2006).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta. Salemba Medika

Javaheri. (2008). Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah New, di publikasikan oleh: Ahdiyat 13 maret 2012.

Julius, S. 2008.Clinical Implications of Pathophysiologic Changes in the Midlife Hypertensive Patients. American Heart Journal, 122: 886-891.

Kozier, B., et al. (2005). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb.

Jakarta: EGC.

Legramante, J.M., dan Galante. A. (2005). Sleep and Hypertension: A Challenge for the Autonomic Regulation of Cardiovaskular System

(http://circ.ahajournals.org/content/112/6/786), di unduh pada 22 oktober 2014

Lenny. (2008).Darah Tinggi atau Hipertensi. Diambil pada bulan April 2009 dari http://infohidupsehat.com/?p=91

Lumbantobing. (2004). Gangguan tidur. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mardjono, M. (2008).Neurologis Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat

Martuti, A. (2009). Merawat dan menyembuhkan hipertensi. Penyakit tekanan darah tinggi. Bantul: Kreasi Wacana.

Maulida. 2011. Test Reliabilitas dan Validitas Indeks Kualitas Tidur Dari Pittsburg (PSQI) Versi Bahasa Indonesia Pada Lansia.

(18)

Mubarak. (2007).http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 20II.pdf. 28 juni 2012 Notoatmodjo, S. (2005).Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Nova, A.Y dan Bebasari, E. (2012) Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan

Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

Puspitasari, N. (2011). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Banjar Karang Suwung Sading. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Palmer & Williams. (2007).Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga

Patlak, M. (2005). Your Guide to Healthy Sleep. U. S. Department of Health and Human

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Buku satu. Edisi ketujuh. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, Patricia, A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume II. Jakarta: EGC.

Rafiudin & Rahmat. (2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta : Gramedia

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar, (online)

(https://drive.google.com/file/d/0BxMqKGS9XxLqWHN3VFdPdEgtUmc/ edit?pli=1).

Ruhyanudin. (2007) , Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Kardiovaskuler,Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Saputri, D. (2009). Hubungan antara Sleep Hygiene dengan Kualitas Tidur pada Lanjut Usia di Dusun Sendowo, Kelurahan sinduadi, Mlata, Sleman, Yogyakarta(skripsi). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sarah, Y. M. (2014). Hubungan Tekanan Darah Sistolik dengan Kualitas Tidur Pasien Hipertensi di Puskesmas Bahu Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.

(19)

Setiati S., Sutrisna B., Prodjosudjadi W. The Prevalence of Orthostatic Hypotensionand Its Risk Factors Among 40 Years and Above Adult Population in Indonesia.MedJ Indone 2004;13:180-9

Sheps, M. D & Sheldon, G. (2005). Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan darah Tinggi. Jakarta: PT Duta Prima.

Smith. M & Segal. (2010). How Much Sleep Do You Need? Sleep Cycles & Stage, Lack of Sleep, and Getting The Hours You Need. http://helpguide.org/life/sleeping.htm.

Soeharto, I. (2004). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengn Lemak & Kolesterol Edisi 2.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian pendidikan. Bandung. Alfabeta

Sugiarto, A ( 2007 ).Faktor-faktor Resiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat.

http://www.Eprints.Undip.ac.id/165523/1/arifsugiarto.pdf

Sustrani & Lanny. (2004).Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sutaryo. (2011). Bagaimana Menjaga Kesehatan Jantung A To Z Tentang

Jantung. Yogyakarta: Cinta Buku

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Wavy. W. (2008).The Relationship between Time Management, Perceived Stress, Sleep Quality and Academic Performance among University Students. http://libproject.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/06636306.pdf

Wendy, M. (2007). Material Quality and Material Bed: Examining The Convariation Between Relationship Quality and Sleep. NIHPA Author Manuscirpts. 389-404. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17854738, di akses 13 desember 2014.

World Health Organization (WHO). 2005.Deaths from Coronary Heart Disease. Available from :

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_14_deathHD.pd f. Di akses pada 25 desember 2014.

(20)

Hanns, W. P. (2006), Pengaruh Terapi Relaksasi Senam Tera Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Bareng Kota Malang, https://id.scribd.com/doc/156343829/Bab-1-bner#download Universitas Brawijaya

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis di dalam tubuh (Palmer, 2007). Menurut Shep (2005), tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya.

Terdapat dua macam kelainan pada tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai hipotensi atau tekanan darah rendah dan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah rendah adalah kondisi abnormal dimana tekanan darah seseorang jauh lebih rendah dari pada biasanya yang dapat menyebabkan gejala seperti pusing atau pingsan. Tiga tipe hipotensi yang sering terjadi yaitu: hipotensi ortostatik, hipotensi terkait saraf (Neurally Mediated Hypotension) dan hipotensi berat yang terkait dengan syok. Tekanan darah dapat diukur dengan

(22)

2

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi mempunyai komplikasi pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke dan gagal ginjal. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak serta dapat mengakibatkan kelumpuhan. Hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian individu di indonesia, yaitu hipertensi 6,8% dan penyakit jantung 4,6% (Depkes RI, 2007).

Hipertensi merupakan penyakit yang menjadi perhatian di banyak negara di dunia, karena hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu secara global. Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah, pada tahun 2025 mendatang diproyeksikan untuk pria 26,6% dan wanita sekitar 26,1 % (Apriany, 2012).

(23)

3

Denpasar Utara mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu pada bulan Desember tahun 2013 kunjungan pasien dengan hipertensi yaitu 232 kunjungan sedangkan pada bulan Agustus tahun 2014 yaitu 279 kunjungan (Dinkes, 2014).

Hipertensi jika tidak diatasi dapat menyebabkan beberapa gangguan, salah satunya adalah gangguan kualitas tidur. Berdasarkan hasil penelitian Legramante dan Galante (2005), kualitas tidur yang buruk dapat membuat sistem saraf berada pada keadaan hiperaktif yang kemudian mempengaruhi sistem seluruh tubuh termasuk jantung dan pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Javaheri dan Redline (2008) dari Case Western Reverse School of Medicine Cleveland yang menyatakan, bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur yang buruk dengan prahipertensi pada orang dewasa dan dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada orang dewasa yang memiliki kualitas tidur buruk.

(24)

4

gaya hidup, stres psikologis, alkohol, diet, merokok, motivasi dan keadaan sakit (Hidayat, 2006).

Salah satu faktor dari kualitas tidur yang kurang baik yaitu kebiasaan durasi tidur yang pendek, dimana durasi tidur yang pendek sering dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah terutama pada kalangan orang dewasa (Amir, 2008). Berdasarkan penelitian dari Gottlieb (2006), menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami tidur kurang dari enam sampai tujuh jam setiap malamnya ternyata memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit darah tinggi atau hipertensi. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20–50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17 % mengalami gangguan tidur yang serius. Orang dewasa atau usia lanjut yang mempunyai riwayat depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang.

(25)

5

Kelurahan Peguyangan mengatakan kalau kualitas tidur mereka kurang baik, mereka sering mengatakan terbangun tengah malam dan sering mengeluh sakit kepala pada malam hari.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “ Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Usia

Dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: “Adakah Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Usia Dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara“.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.3.1 Tujuan umum:

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada orang dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara.

1.3.2 Tujuan khusus:

a. Mengidentifikasi kualitas tidur pada usia dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara.

(26)

6

c. Menganalisis hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada usia dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis.

1.4.1 Manfaat secara praktis

Bagi perawat sebagai bahan masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada orang dewasa yang mengalami gangguan tidur dan hipertensi.

1.4.2 Manfaat secara teoritis

a. Bagi ilmu keperawatan diharapakan dapat menambah wawasan kepada masyarakat mengenai pencegahan hipertensi dengan memperbaiki kualitas tidur setiap individu.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya terkait kualitas

tidur dan tekanan darah.

1.5 Keaslian Penelitian

Deshinta (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Kualitas

Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Remaja Usia 15-17 Tahun Di SMA Negeri 1

Tanjung Morawa”. Rancangan penelitian kolerasi dengan pendekatan cross

sectional, sampel yang digunakan sebanyak 287 siswa yang berdasarkan kriteria

(27)

7

hasilnya bahwa tidak ada perbedaan kualitas tidur yang baik maupun buruk

dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik (p<0,05). Perbedaan dengan

penelitian ini antara lain sampel dan lokasi yang diteliti, pada penelitian Deshinta

(2009) menggunakan sampel pada usia 15-17 tahun, sedangkan penelitian ini

menggunakan sampel pada usia 40-60 tahun.

Nova & Bebasari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Hubungan

Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Riau Angkatan 2012”. Analisa data yang digunakan adalah uji

Chi-Square dan uji alternatif Uji-Fisher dengan banyak sampel 115 orang. Penelitian

ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur yang buruk

dengan peningkatan tekanan darah diastolik (p=0.05). Perbedaan penelitian ini

sampel dan lokasi yang diteliti, pada penelitian Nova & Bebasari (2012)

menggunakan sampel pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Riau Angkatan

2012 dan lokasi penelitian dilakukan di Universitas Riau sedangkan pada

penelitian ini menggunakan sampel pada orang dewasa yang berusia 40-60 tahun

di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara.

Sarah (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Tekanan

Darah Sistolik dengan Kualitas Tidur Pasien Hipertensi Di Puskesmas Bahu

Manado”. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional, sampel

yang digunakan sebanyak 44 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah Accidental Sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel

berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dan memenuhi kriteria inklusi dan

(28)

8

adalah terdapat hubungan tekanan darah sistolik dengan kualitas tidur pada pasien

hipertensi di Puskesmas Bahu Manado (p=0,001). Perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada teknik pengambilan sampel, pada penelitian yang dilakukan oleh

Sarah (2014) menggunakan teknik pengambilan sampel dengan Accidental

Sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan,

sedangkan penelitian ini menggunakan Purposive Sampling yaitu memilih sampel

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah

2.1.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah (Potter & Perry 2005). Menurut Soeharto (2004), yang mendefinisikan tekanan darah sebagai kekuatan yang dihasilkan oleh darah saat dipompa dari jantung keseluruh pembuluh jaringan, fungsi tekanan darah untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh dengan demikian semua organ-organ penting mendapatkan oksigen ( O2) dan gizi yang dibawa oleh darah.

2.1.2 Pengukuran Tekanan Darah

(30)

10

menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang diukur dalam satuan millimeter air raksa (mmHg) serta memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Menurut Yogiantoro (2006), pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan Sphygmomanometer dan stetoskop. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis.

Cara mengukur tekanan darah yaitu dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg di atas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi (Brunner & Suddarth, 2005). Menurut (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat satu dan hipertensi derajat dua.

2.1.3 Tekanan Darah Rendah

(31)

11

penurunan tekanan darah diastolik ≥10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk atau berdiri. Penurunan harus ada dalam waktu tiga menit setelah perubahan posisi (Martuti, 2009).

Penyebab hipotensi meliputi: penyakit sistem saraf, seperti neuropati, istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, irama jantung yang tidak teratur, penyakit kencing manis, dimana kerusakan saraf mengganggu refleks yang mengontrol tekanan darah. Penyebab tekanan darah rendah lainnya adalah dehidrasi (kekurangan cairan), reaksi tubuh terhadap panas, sehingga darah berpindah ke pembuluh kulit, sehingga memicu dehidrasi, gagal jantung, serangan jantung, perubahan irama jantung, pingsan (stres emosional, takut, rasa tidak aman/nyeri), anafilaksis (reaksi alergi yang mengancam jiwa), donor darah, perdarahan di dalam tubuh, kehilangan darah, kehamilan, arteriosklerosis (pengerasan dinding arteri), pelebaran pembuluh darah (dilatasi) yang dapat menyebabkan menurunnya tekanan darah, hal ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas, diare, obat-obat vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE) (Yugiantoro, 2006).

2.1.4 Tekanan Darah Tinggi

(32)

12

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).

Menurut Sustrany (2004), hipertensi atau yang sering disebut dengan tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh dimana tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi sering juga disebut dengan pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai gejala-gejala dahulu sebelum serangan. Menurut Corwin (2009), hipertensi merupakan keadaan tekanan darah seseorang yang abnormal yaitu tekanan darahnya lebih tinggi dari tekanan darah normal. Menurut Hanns (2006), mengatakan beberapa penyebab hipertensi dikarenakan asupan makanan yang tinggi sodium, stres psikilogi, kegelisahan dan

hiperaktivitas. Sekitar 20% dari semua orang dewasa yang menderita hipertensi

dan menurut statistik angka ini terus meningkat. Sekitar 40% dari semua kematian

di bawah usia 65 tahun adalah akibat hipertensi.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan (Ruhyanudin, 2007), yaitu:

a. Hipertensi Esensial

(33)

13

b. Hipertensi Sekunder yang telah diketahui penyebabnya.

Terdapat sekitar 5-10% kasus. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakain obat-obatan tertentu. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder yaitu kelainan ginjal, sumbatan pada arteri ginjal, koarktasio aorta, feokromositoma, hipertiroidisme, hipotiroidisme, sindrom Chusing, aldosteronisme, penggunaan obat-obatan (Ruhyanudin, 2007). Menurut Susantry (2004) hipertensi sekunder atau hipertensi renal terjadi pada 5-10% yang penyebab fisiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau juga berhubungan dengan kehamilan.

2.1.5 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut (JNC VII) terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat satu dan dua.

Tabel 2.1Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Umur

Kelompok Umur Hipertensi Bermakna Hipertensi Berat

(34)

14

Tabel 2.3Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Umur

Kelompok usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)

Bayi

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and

treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi. Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah (Bakri, 2008).

2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

(35)

15

a. Umur

Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tingkat tekanan darah pada anak-anak atau remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh dan usia. Sedangkan tekanan darah orang dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Penyakit jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun (Wiryowidagdo, 2002 dalam Agrina, 2011).

b. Jenis kelamin

Hipertensi banyak diderita pada jenis kelamin laki-laki dikarenakan laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon seks dapat mempengaruhi sistem renin angiotensin. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Julius, 2008). c. Aktivitas fisik

(36)

16

d. Kualitas tidur

Kualitas tidur juga dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah, karena kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan aktivitas dalam korteks otak dan menyebabkan otot-otot menjadi berkontraksi. Pada saat seseorang mengalami gangguan tidur, jantung akan berdetak lebih cepat dan pembuluh darah akan mengalami vasokontriksi sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Epstein, 2008).

2.1.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis dan penatalaksanaan non farmakologis.

a. Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis, yaitu:

1) Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan (Dalimartha 2008). 2) Penghambat adrenergik(β-bloker)

(37)

17

gangguan pernapasan seperti asma bronkial karena pada pemberian β -bloker dapat menghambat reseptor beta dua di jantung lebih banyak dibandingkan reseptor beta dua di tempat lain (Lenny, 2008).

3) Vasodilator

Agen vasodilator bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah. Contoh yang termasuk obat jenis vasodilator adalah Prasosin dan Hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing (Dalimartha, 2008).

4) Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzym). Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah (Yogiantoro, 2006).

5) Antagonis Kalsium

(38)

18

b. Penatalaksanaan non farmakologis

Menurut Dalimartha (2008), upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup yang tidak sehat. Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri.

2.2 Kualitas Tidur

2.2.1 Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu untuk mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur yang buruk sering dikaitkan dengan kesehatan yang buruk (Buysse, 2008).

Menurut American Psychiatric Association (2000) dalam Wavy (2008), kualitas tidur didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun, dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur.

(39)

19

2.2.2 Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang menghubungkan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem pengaktivasi retikularis mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalamReticular Activating System (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin (Hidayat, 2006). Tidur diatur oleh tiga proses, yaitu: mekanisme homeostasis, irama sirkadian dan irama ultradian.

a. Mekanisme homeostasis

Mekanisme homeostasis merupakan sebuah mekanisme yang menyebabkan seseorang terjaga dalam tidurnya (Potter & Perry, 2005).

b. Irama Sirkadian

Irama sirkadian adalah pola bioritme yang berulang selama rentang waktu 24 jam. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian dalam 24 jam (Potter & Perry, 2005).

c. Irama Ultradian

(40)

20

2.2.3 Tidur Berkualitas

Menurut Lumbantobing (2004) mengatakan tidur berkualitas merupakan kebutuhan dasar manusia sama halnya dengan makanan bergizi dan olahraga. Selama tidur, di dalam tubuh terjadi berbagai aktivitas yang akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. Menurut LeBourgeois (2005) dalam Saputri (2009) mengatakan kualitas tidur yang baik diperlihatkan dengan mudahnya seseorang memulai tidur saat jam tidur, mempertahankan tidur, menginisiasi untuk tidur kembali setelah terbangun di malam hari, dan peralihan dari tidur ke bangun di pagi hari dengan mudah. Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan PSQI yang terdiri dari tujuh komponen yaitu:

1 Kualitas tidur subyektif

Kualitas tidur subyektif merupakan evaluasi singkat terhadap tidur seseorang tentang apakah tidurnya sangat baik atau sangat buruk.

2 Latensi tidur

Latensi tidur adalah durasi mulai dari tidur hingga tertidur. Seseorang dengan kualitas tidur baik menghabiskan waktu kurang dari 15 menit untuk dapat memasuki tahap tidur selanjutnya secara lengkap.

3 Durasi tidur

Durasi tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai terbangun di pagi hari tanpa menyebutkan terbangun pada tengah malam.

4 Efisiensi kebiasaan tidur

(41)

21

5 Gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan kondisi terputusnya tidur yang mana pola tidur bangun seseorang berubah dari pola kebiasaannya, hal ini menyebabkan penurunan baik kuantitas maupun kualitas tidur seseorang

6 Penggunaan obat

Penggunaan obat-obatan yang mengandung sedative mengindikasikan adanya masalah tidur. obat-obatan mempunyai efek terhadap terganggunya tidur pada tahap REM.

7 Disfungsi di siang hari

Seseorang dengan kualitas tidur yang buruk menunjukkan keadaan mengantuk ketika beraktivitas di siang hari, kurang antusias atau perhatian, tidur sepanjang siang, kelelahan, depresi, mudah mengalami distres, dan penurunan kemampuan beraktivitas.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur diantaranya yaitu penyakit, stress emosional, obat-obatan, lingkungan, makanan minuman, dan gaya hidup (Potter & Perry, 2005).

a. Penyakit

(42)

22

posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.

b. Stres Emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi dapat mempengaruhi situasi tidur. Stres menyebabkan seseorang mencoba untuk tidur, namun selama siklus tidurnya klien sering terbangun atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat mempengaruhi kebiasaan tidur yang buruk (Potter & Perry, 2005). Stres emosional dapat menyebabkan tekanan yang seringkali menimbulkan frustasi sehingga individu akan mengalami kesulitas untuk memulai tidur atau sebaliknya pada beberapa individu yang stres akan menyebabkan individu cenderung lebih banyak tidur.

c. Obat-obatan

Obat tidur seringkali membawa efek samping. Pada usia dewasa dapat mengalami ketergantungan obat tidur untuk mengatasi stressor gaya hidup. Obat tidur juga seringkali digunakan untuk mengontrol atau mengatasi sakit kroniknya. Beberapa obat juga dapat menimbulkan efek samping penurunan tidur REM (Potter & Perry, 2005).

d. Lingkungan

(43)

23

atau tetap menyala. Suhu yang panas atau dingin menyebabkan klien mengalami kegelisahan. Beberapa orang menyukai kondisi tenang untuk tidur dan ada yang menyukai suara untuk membantu tidurnya seperti dengan musik yang lembut (Potter & Perry, 2005).

e. Gaya hidup

Seseorang yang sering berganti jam kerja dapat menyebabkan terganggunya pola tidur, sebaiknya aktivitas tersebut diatur agar tidur bisa pada waktu yang tepat (Mubarak, 2007). Menurut Rafiudin (2004), kebiasaan mengkonsumsi kafein dan alkohol juga mempunyai efek insomnia. Makan dalam porsi besar, berat dan berbumbu pada makan malam juga menyebabkan makanan sulit dicerna sehingga dapat mengganggu tidur.

2.2.5 Mekanisme Tidur

Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat (REM) dan tidur dengan gerakan bola lambat (NREM). Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai dengan adanya gerakan bola mata yang cepat dan tonus otot yang sangat rendah (Potter, 2005). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar empat sampai enam siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005).

(44)

24

a. Tidur stadium satu

Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005). Menurut Potter & Perry (2005) pada tahap ini akan terjadi pengurangan aktivitas fisiologis yang dimulai dengan penurunan tanda-tanda vital dan metabolisme secara bertahap.

b. Tidur stadium dua

Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Menurut Patlak (2005), pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti.

c. Tidur stadium tiga

Tahap tiga merupakan tahap awal tidur yang dalam, yang berakhir 15 hingga 30 menit. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010).

d. Tidur stadium empat

(45)

25

2.2.6 Pola Tidur Normal

Tidur dengan pola yang teratur ternyata lebih penting jika dibandingkan dengan jumlah jam tidur itu sendiri. Pada beberapa orang, mereka merasa cukup dengan tidur selama lima jam saja pada tiap malamnya (Kozier, 2005). Menurut Hidayat (2006), kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan seseorang.

a. Bayi

Pada bayi baru lahir membutuhkan tidur selama 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan terbagi dalam tujuh periode (Asmadi, 2008).

b. Anak

Kebutuhan tidur pada anak menurun menjadi 10-12 jam sehari. Tidur siang dapat hilang pada usia tiga tahun karena sering terbangun pada malam hari yang menyebabkan mereka tidak ingin tidur pada malam hari (Asmadi, 2008). Menurut Potter & Perry (2005), pada tahap ini biasanya anak tidur sekitar 11-12 jam/hari, tidur REM, tidur sepanjang malam dan tidur siang. c. Pra sekolah

(46)

26

d. Anak usia sekolah

Anak usia sekolah tidur antara 8-12 jam semalam tanpa tidur siang. Anak usia delapan tahun membutuhkan waktu kurang lebih 10 jam setiap malam (Asmadi, 2008).

e. Remaja

Kebanyakan remaja memerlukan waktu tidur sekitar 8-10 jam tiap malamnya untuk mencegah terjadinya kelemahan dan kerentanan terhadap infeksi. Tidur pada usia ini 20% adalah REM (Potter & Perry 2005).

f. Dewasa muda

Pada masa ini umumnya mereka sangat aktif dan membutuhkan waktu tidur antara tujuh sampai delapan jam dalam semalam. Kurang lebih 20% tidur mereka dalam REM. Dewasa muda yang sehat membutuhkan cukup tidur untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktifitas karena jarang sekali mereka tidur siang (Asmadi, 2008).

g. Dewasa tengah

Pada masa ini mungkin akan mengalami insomnia atau sulit tidur, mungkin disebabkan oleh perubahan gaya hidup atau stres. Mereka biasanya tidur selama enam sampai delapan jam semalam (Asmadi, 2008).

h. Dewasa akhir

(47)

27

2.2.7 Siklus Tidur

Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak empat sampai enam kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka besok harinya dia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi lemah (Mardjono, 2008).

Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut:

Tahap pratidur

NREM tahap I NREM tahap II NREM tahap III NREM tahap IV

Tidur REM

NREM tahap IV NREM tahap III

Gambar 2.1Tahap-tahap siklus tidur normal (Potter & Perry, 2005).

2.2.8 Cara Mengkaji Kualitas Tidur

(48)

28

yang kedua menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), yang terdiri dari 7 (tujuh) komponen, yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi aktivitas siang hari.

2.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah

Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah ketika individu sedang terjaga, pompa jantung akan lebih cepat untuk mengalirkan. Selama tidur, tubuh tidak mengalirkan darah yang banyak, sehingga denyut jantung melambat dan hati mendapat waktu istirahat yang sangat dibutuhkan. Tanpa waktu istirahat yang cukup otot jantung akan lelah. Karena jantung harus bekerja keras sehingga dapat menyebabkan tekanan darah atau mungkin penebalan otot jantung, yang dapat menyebabkan masalah jantung yang serius. Kualitas dan kuantitas tidur dapat mempengaruhi proses homeostasis dan bila proses ini terganggu, dapat menjadi salah satu faktor meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler (Wendy, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Javaheri dan Redline (2008), dari Case Western Reverse School of Medicine Cleveland, diketahui bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur yang buruk dengan prehipertensi pada orang dewasa dan dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada orang dewasa yang memiliki kualitas tidur buruk.

(49)

29

kualitas tidur yang buruk mempengaruhi peningkatan tekanan diastolik, namun penelitian Javaheri tersebut lebih dari setengahnya terdiri atas sampel laki-laki sementara dalam penelitian yang dilakukan oleh Nova dan Bebasari ini melibatkan laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deshinta (2009), dari fakultas kedokteran universitas Sumatra Utara, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan antara kualitas tidur yang baik maupun buruk dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik.

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Umur
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah
Gambar 2.1 Tahap-tahap siklus tidur normal (Potter & Perry, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik pada mahasiswa kedokteran semester III dan V Universitas

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA STAMBUK 2012.. Nama :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis diterima terdapat hubungan yang signifikan antara mindfulness dengan kuali - tas hidup lanjut usia di Kelurahan Tuah Karya

Dari hasil penelitian ini, juga membuktikan bahwa memang benar adanya hubungan antara rasio lingkar pinggang panggul dengan tekanan darah utamanya dengan tekanan

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tujuan: Penelitian ini dirancang bertujuan menganalisis hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun

Hasil penelitiannya menunjukan terdapat hubungan bermakna antara kelelahan dengan kecelakaan pada pengemudi bus G et al., 2016 Penelitian yang dilakukan oleh Agustina & Lupita, 2020

Selain itu terdapat hubungan yang kuat p < 0.05 antara peningkatan level asam urat, glukosa dalam darah serta usia pada responden wanita dewasa-tua, dengan rentang indeks korelasi