• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHATANI KEDELAI DI DESA WONOKALANG KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHATANI KEDELAI DI DESA WONOKALANG KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHATANI KEDELAI

DI DESA WONOKALANG KECAMATAN WONOAYU

KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

AHMAD IRDHONI

NPM : 0624010030

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHATANI KEDELAI

DI DESA WONOKALANG KECAMATAN WONOAYU

KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agribisnis

Oleh :

AHMAD IRDHONI

NPM : 0624010030

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHATANI KEDELAI DI DESA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur pada 15 Juni 2010

Telah disetujui oleh :

Pembimbing : 1. Pembimbing Utama

Ir. INDRA TJAHAJA AMIR, MP

Tim Penguji : 1. Ketua

Dr. Ir. SUDIYARTO, MM 2. Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. EKO NURHADI, MS

2. Sekretaris

Ir. SRI WIDAYANTI, MP

3. Anggota

Ir. INDRA TJAHAJA AMIR, MP Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MSi

Ketua Program Studi Agribisnis

(4)

RINGKASAN

Ahmad irdhoni, NPM : 0624010030 Judul Skripsi : Analisis Keunggulan Kompetitif Usahatani Kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Dosen Pembimbing Utama: Ir. Indra Tjahaja Amir, MP. Dosen Pendamping: Dr.Ir.Eko Nurhadi,MS.

Kedelai di Indonesia merupakan komoditas publik yang memiliki nilai strategis, baik dari segi ekonomi, lingkungan hidup, sosial maupun politik. Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia. Oleh karena itu, upaya untuk berswasembada kedelai tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk mendukung agroindustri dan menghemat devisa serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan impor.

Penelitian tentang analisis keunggulan kompetitif usahatani kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo bertujuan : (1) Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap produksi kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. (2) Menganalisis keunggulan kompetitif usahatani kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang didapat dari wawancara serta pengisian kuisioner langsung oleh responden dan data sekunder yang berasal dari laporan pembukuan petani / kelompok tani serta publikasi dari lembaga-lembaga pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan kantor kepala Desa.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap produksi kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo maka digunakan analisis fungsi produksi Cobb – Douglass.

2. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu untuk menganalisis keunggulan kompetitif usahatani kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo maka digunakan analisis Privat Cost Ratio (PCR).

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT, yang mana telah memberikan berkah rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Keunggulan Kompetitif Usahatani Kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo “ Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Manajemen Agribisnis UPN “Veteran” Jawa Timur.

Dengan telah tersusunnya penelitian ini, penulis menyadari sepenuhnya akan keterlibatan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati maka penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Ir. Indra

Tjahaja Amir, MP selaku Dosen Pembimbing Utama dan Bapak Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Dosen Pembimbing Pendamping. Selain itu dalam kesempatan ini

penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr.Ir.Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir,. Indra Tjahaja Amir, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Papi M. Syafi,i yang tercinta, yang selalu memberi doa serta dukungan baik moral

maupun materil.

4. Mami Nur Chanifah (Alm) tercinta, yang selalu memberi dukungan dan doa serta harapan untuk saya jadi lebih baik di masa beliau hidup.

(6)

6. Buat rekan dan teman – teman seperjuangan terima kasih atas semangat dan partisipasinya.

7. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu – per satu.

Penulis menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki masih terbatas dan sedikit sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat obyektif dan membangun.

Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surabaya, Juni 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

      1.5. Pembatasan Masalah……… 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Usahatani Kedelai... 13

2.3. Konsep Daya Saing ... 26

2.3.1. Keunggulan Komparatif ... 26

2.3.2. Keunggulan Kompetitif ... 30

2.4. Fungsi Produksi Cobb - Douglass ... 32

2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian………... 36

2.6. Hipotesis………. 39

(8)

3.1. Penentuan Lokasi Penelitian ... 40

3.2. Penentuan Sampel ... 41

3.3. Pengumpulan Data ... 41

3.4. Metode Analisis ... 42

3.5. Definisi Operasional ... 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah …………...……… 50

4.2. Karakteristik Petani di Desa Wonokalang .………... 53

4.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kedelai di Desa wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo………...……….. 56

4.4. Keunggulan Kompetitif Usahatani Kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo……… 65

4.5. Hubungan Fungsi Cobb – Douglass Dengan Privat Cost Ratio (PCR) Usahatani Kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo………... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……… 74

5.2. Saran ………. 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(9)

DAFTAR TABEL

2. Data Hipotesis Cost Comparative (Sumber: Ekonomi Internasional

Dr. Hamdy Hady)... 28

 

3. Data Perhitungan Cost Comparative (Labor Efficiency) (Sumber: Ekonomi Internasional Dr. Hamdy Hady)... ... 29

 

4. Stategi Genetik Dari Porter (Sumber: E:/ Porter’s Generic Strategies.htm)... 31 5. Realisasi Luas Tanam dan Panen Palawija Menurut Desa / Kelurahan (Dalam Ha) Kecamatan Wonoayu Tahun 2008... 40 9. Pengalaman Usahatani Kedelai di DesaWonokalang

Tahun 2010 ……….……… 54 10. Karakteristik Pendidikan Responden di Desa Wonokalang Tahun

2010……… 55 11. Analisis cob – Douglass Usahatani Kedelai Di Desa

(10)

12. Rasio NPM Usahatani Kedelai di Desa Wonokalang Tahun

2010………..……… 64 13. Harga Privat Usahatani Kedelai di Desa Wonokalang

Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo……….. 67 14. Budget Privat Usahatani Kedelai di Desa Wonokalang

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Judul

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Judul

1. Kuesioner Petani Kedelai di Desa Wonokalang Tahun 2010...

... 77 2. ... Hasil Analisis Regresi Kedelai Desa Wonokalang Tahun 2010

... 86 3. Penggunaan Input Usahatani Kedelai di Desa Wonokalang

Tahun 2010 ... 90

 

4. Hasil Perhitungan NPM Usahatani Kedelai di Desa wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten SidoarjoTahun 2010 ... 92

(13)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia. Oleh karena itu,

upaya untuk berswasembada kedelai tidak hanya bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan pangan, tetapi juga untuk mendukung agroindustri dan menghemat

devisa serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan impor Baharsjah (

2004 ). Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan kedelai adalah konsumsi yang terus meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai industri yang menggunakan bahan baku kedelai., sejak tahun 2000, impor kedelai meningkat secara drastis seiring dengan signifikansinya penurunan produksi pada tahun tersebut. Impor selama periode 2000-2003 meningkat dengan laju 14.03 persen per tahun, disamping itu volume impor yang meningkat ini disebabkan pula oleh rendahnya tingkat efisiensi di dalam negeri, sementara subsidi ekspor di Negara eksportir tetap tinggi (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005).

Permintaan kedelai terus meningkat, namun peningkatan kebutuhan

tersebut belum diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi. Pertumbuhan

produksi lebih lambat dibanding konsumsi sehingga untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri dilakukan impor. Kesenjangan produksi dan konsumsi ini makin

nyata karena kedelai juga merupakan bahan baku industri dan pakan. Goenadi

(14)

program peningkatan produksi kedelai menuju swasembada sejak tahun 1996.

Namun implementasinya sering tergeser oleh prioritas lain, khususnya beras.

Tingkat kebutuhan kedelai dalam negeri yang mencapai 1,9 juta - 2 juta ton per tahun Seputar Indonesia, 16 januari (2008), maka sekitar 70 % kebutuhan kedelai bergantung pada impor dari luar negeri. Hal ini menyebabkan naiknya harga kedelai dunia yang saat ini mencapai 100 % dari 300 dolar AS per ton meningkat tajam menjadi 600 dolar AS per ton, memberikan dampak yang cukup signifikan bagi harga kedelai nasional Afandi, (2008).

Menurut Sam Hadi, (2008), kacang kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang mengalami fluktuasi harga dalam dua tahun terakhir ini, karena penurunan produksi, gangguan pasokan dan distribusi, lonjakan harga pasar dunia dan faktor lainnya. Kasus yang dialami komoditas kacang kedelai menunjukkan pentingnya ketahanan dan kemantapan pangan serta mengingatkan betapa bahayanya ketergantungan pada bahan pangan impor. Meskipun kacang kedelai bukan bahan pangan pokok namun sudah sangat melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak ratusan tahun. Tahu dan tempe menjadi sumber utama protein nabati dan merupakan menu makanan yang hampir setiap hari hadir diantara salah satu hidangan makanan andalan keluarga.

(15)

berbagai komoditas pangan masih akan berlanjut, target swasembada kacang kedelai yang di tetapkan pada tahun 2015, tidak akan tercapai jika melihat implementasi di lapangan saat ini, masih jauh dari harapan.

Harga kedelai impor yang lebih murah dibanding kedelai dalam negeri

menyebabkan upaya peningkatan produksi kedelai agak terabaikan. Kebutuhan

kedelai dalam negeri dipenuhi melalui impor yang volumenya terus meningkat.

Padahal ketergantungan yang makin besar pada impor dapat menjadi musibah

terutama jika harga pangan dunia sangat mahal akibat stok menurun (Baharsjah

2004). Persoalannya, petani selalu kalah karena pasar internasional tidak adil.

Pakpahan (2003) menyatakan promosi impor bertentangan dengan jaminan

keberlanjutan kehidupan bangsa dan negara karena akan mematikan kehidupan

petani serta kehidupan bangsa dan negara.

Kedelai memiliki potensi pasar yang luas di dalam negeri untuk memenuhi

kebutuhan pangan dan pakan. Namun, potensi pasar yang besar dan terus

berkembang tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal melalui

pengembangan produksi dalam negeri. Pengembangan kedelai menghadapi

persoalan teknis, sosial, dan ekonomi. Jika kondisi sosial ekonomi kondusif maka

secara teknis pengembangan kedelai memiliki potensi dan peluang yang memadai

Sudaryanto et al. ( 2004).

Untuk mendorong peningkatan produktivitas dan efisiensi, selain

memberikan insentif jaminan harga dasar juga perlu didukung oleh penyuluhan,

penciptaan teknologi, dan pengembangan infrastruktur (fisik dan kelembagaan)

(16)

tersedia dan pemerintah menyediakan modal, petani kurang tertarik menanam

kedelai jika harga tidak menguntungkan petani. Dengan jaminan harga yang layak,

petani dapat melakukan analisis usaha taninya.

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai nasional, pemerintah telah

menggulirkan Program Bangkit Kedelai. Program ini akan berhasil bila tujuan

yang bersifat makro (peningkatan produksi) sejalan dengan tujuan petani dalam

berusahatani, yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Dengan kata

lain, tujuan yang bersifat makro harus sejalan dengan harapan petani dalam

berusaha tani. Dalam hal ini, keserasian langkah-langkah penyelenggaraannya

(kebijakan, penggerakan, pembinaan, pelayanan, dan pengendalian) yang

memungkinkan kedua tujuan tersebut tercapai secara simultan diperlukan untuk

mewujudkan partisipasi petani dalam menanam kedelai.

Kondisi yang sangat mempengaruhi keputusan petani berpartisipasi dalam

peningkatan produksi kedelai adalah iklim ekonomi yang menguntungkan dan

juga secara sosial dapat diterima. Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan

dalam sesuatu yang ditawarkan. Tindakan petani untuk berpartisipasi tidak lepas

dari kemampuan diri serta perhitungan untung rugi. Dalam keadaan sewajarnya,

petani tidak akan melakukan hal-hal di luar kemampuannya atau yang merugikan

dirinya. Kemampuan petani berkaitan dengan situasi lingkungan serta keadaan

yang melekat pada dirinya Warsito (2007).

(17)

satunya kedelai dengan harga terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian, guna menghindari kelaparan serta gejolak ekonomi dan politik Sudaryanto et al. (1999).

1.2. Perumusan Masalah

Menurut Tahlim et al. (2003) pengembangan produksi kedelai dalam negeri masih menghadapi beberapa permasalahan, antara lain; (1) Usaha perluasan areal pada lahan bukaan baru pada umumnya menghadapi kendala kemasaman tanah yang tinggi; (2) Lahan bukaan baru berkontur bergelombang/berbukit sehingga rentan terhadap erosi; (3) Terbatasnya ketersediaan benih unggul bermutu baik dari segi jumlah maupun kualitas saat diperlukan; (4) Terbatasnya ketersediaan teknologi yang yang bersifat spesifik lokasi; (5) Rendahnya adopsi teknologi di tingkat petani; dan (6) Rendahnya tingkat harga yang diterima petani yang direfleksikan makin menurunnya nilai tukar petani.

(18)

Tabel 1.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai Tahun 2005 - 2009 Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas

(000 ha) (000 Ton) (Kuintal / ha)

2005 621,5 808,4 13,01

2006 580,5 747,6 12,88

2007 459,1 592,5 12,91

2008 591,0 775,7 13,13

2009 701,4 924,5 13,18

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Dari tabel diatas dari tahun 2005 sampai 2009 produksi kedelai stabil dan produktivitas juga tidak menunjukkan tidak mengalami penurunan yang drastis, walau demikian kebutuhan kedelai dalam negeri masih belum bisa terpenuhi dan masih tergantung pada Negara lain yaitu impor. Tingkat kebutuhan kedelai dalam negeri yang mencapai 1,9 juta - 2 juta ton per tahun Seputar Indonesia, 16 januari ( 2008 ), maka sekitar 70 % kebutuhan kedelai bergantung pada impor dari luar negeri. Pada hal budidaya tanaman kedelai sangat menjanjikan mengingat kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun meningkat, dan industri rumah tangga seperti pabrik kecap, pabrik tahu dan tempe tumbuh sangat subur.

Sehubungan dengan uraian latar belakang dan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani kedelai?

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan penjelasan di atas, maka tujuan penelitian tersebut adalah:

1. Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap produksi usahatani kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

2. Menganalisis keunggulan kompetitif usahatani kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi bagi peneliti untuk dapat mengetahui keunggulan kompetitif usahatani kedelai.

2. Sebagai informasi dan pengetahuan peneliti untuk dapat mengetahui keunggulan kompetitif usahatani kedelai.

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan produksi masa mendatang serta mengetahui keunggulan kompetititf kedelai di perdagangan bebas. 4. Sebagai pembanding dan sumbang pikiran agar penelitian dapat bermanfaat

bagi petani atau konsumen kedelai.

1.5. Pembatasan Masalah

1. Usahatani kedelai yang di teliti hanya di desa wonokalang kecamatan wonoayu kabupaten sidoarjo.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini sedikit banyak didasari oleh beberapa penelitian terdahulu.

Penelitian yang mendukung terhadap daya saing dan dampak kebijakan pemerintah

terhadap komoditi pertanian, antara lain adalah:

Menurut Saptana, et al., 2009, dengan penelitiannya yang berjudul

“Analisis Daya Saing Komoditi Tembakau Rakyat di Klaten Jawa Tengah”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: (1) Usahatani komoditi tembakau asepan dan

tembakau rajangan menunjukkan bahwa komoditi tembakau memiliki keunggulan

komparatif yang ditunjukkan oleh nilai DRCR = 0,42 untuk usahatani tembakau

asepan pada desa contoh irigasi teknis; untuk usahatani tembakau yang sama pada

desa contoh irigasi setengah teknis diperoleh koefisien DRCR = 0,45; dan untuk

usahatani tembakau rajangan pada desa contoh irigasi sederhana diperoleh nilai

DRCR = 0,65; (2) Hasil analisis untuk komoditi tembakau asepan di desa contoh

irigasi teknis dan semi teknis masing-masing diperoleh nilai PCR 0,62 dan 0,67,

sedangkan untuk tembakau rajangan di desa contoh irigasi sederhana diperoleh nilai

PCR sebesar 0,55. Hal tersebut menunjukkan bahwa komoditi tembakau

mempunyai keunggulan kompetitif; (3) Kebijakan insentif dan struktur proteksi

diukur melalui transfer output, transfer input, transfer faktor dan transfer bersih. (a)

Proteksi input menunjukkan nilai NPCI > 1 yaitu 1,00-1,06 untuk Urea; 1,02-1,03

untuk TSP; 1,16 untuk KCL, serta 1,01-1,10 untuk ZA. Hal ini memberikan

gambaran bahwa petani mengalami disinsentif dalam mengusahakan usahatani

(21)

Proteksi output menunjukkan nilai NPCO untuk tembakau asepan adalah 0,74.

Sementara untuk tembakau rajangan diperoleh nilai NPCO sebesar 1,17; (c) Proteksi

efektif menunjukkan nilai EPC < 1 hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya

perlidungan atau proteksi pemerintah terhadap produsen atau petani tembakau

Besarnya nilai PC di lokasi penelitian diperoleh positif < 1. Artinya petani dirugikan

karena petani memperoleh keuntungan jauh lebih rendah dari seharusnya; Dan

Subsidy Ratio to Producer (SRP). Untuk komoditi tembakau asepan diperoleh nilai

koefisien SRP negatif, yaitu -0,28, sedangkan untuk tembakau rajangan bernilai

positif, yaitu 0,15. Artinya secara umum kebijaksanaan pemerintah atau distorsi

pasar yang ada memberikan dampak yang merugikan bagi petani tembakau asepan

dan menguntungkan bagi tembakau rajangan.

Menurut Arga Tunggul, 2008, dengan penelitiannya yang berjudul

“Analisis Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Sistem Usahatani

Kedelai di Jawa Timur Kabupaten tuban”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

sistem usahatani kedelai di Kabupaten nganjuk tahun 2007 menguntungkan (BC

rasio = 0,71) dan memiliki keunggulan kompetitif (PCR = 0,4491) tapi tidak

memiliki keunggulan komparatif (DRCR = 1,4768); (2) Kebijakan pemerintah yang

diberlakukan terhadap sistem usahatani kedelai di Kabupaten nganjuk tahun 2007

bersifat protektif terhadap output (NPCO = 0,9653) dan menunjukkan adanya

subsidi terhadap input tradable (NPCI = 0,8351), hal itu menunjukkan bahwa

kebijakan pemerintah bersifat protektif terhadap output dan input (EPC = 0,9892),

(22)

Menurut Muhammad Firdaus, 2007, dengan penelitiannya yang berjudul

“Analisis Daya Saing Kedelai di Jawa Timur”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: (1) Persamaan garis regresi linier luas panen adalah Y’ = 309.362,27 –

20.596,26X. Dari persamaan ini diketahui luas panen kedelai di Jawa Timur setiap

tahunnya mengalami penurunan sebesar 20.596,26 ha; Persamaan garis regresi linier

produksi adalah Y’ = 43.920.269,49 – 21.759,95X. dari persamaan ini diketahui

bahwa produksi kedelai di Jawa Timur setiap tahunnya mengalami penurunan

sebesar 21.759,95 ton; Persamaan garis regresi linier produktivitas adalah Y’ = 1,23

+ 0,0123X. Persamaan tersebut memberikan informasi bahwa perkembangan

produktivitas kedelai di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 0,0123 ton/ha

setiap tahunnya; (2) Keunggulan komparatif kedelai di Jember ditunjukkan dengan

nilai DRC sebesar 0,9477, hal ini menunjukkan bahwa usahatani kedelai di Jember

secara ekonomi masih efisien dalam menggunakan sumberdaya domestik,

sedangkan untuk usahatani kedelai di Banyuwangi diperoleh nilai DRC 1,3731, hal

ini menunjukkan bahwa usahatani kedelai di Banyuwangi tidak efisien dalam

menggunakan sumberdaya domestik. Keunggulan kompetitif diketahui melalui nilai

PCR yang menunjukkan bahwa usahatani kedelai di Jember dan Banyuwangi

sama-sama memiliki keunggulan kompetitif dengan nilai 0,8733 untuk Jember dan 0,9621

untuk Banyuwangi; (3) Dampak kebijakan pemerintah (i) Dampak kebijakan

pemerintah terhadap output. Nilai NPCO untuk usahatani Jember adalah sebesar

1,1405 artinya petani memperoleh harga 14,05% lebih mahal daripada harga

internasional. Sedangkan untuk usahatani Banyuwangi nilai NPCO sebesar 1,3070

(23)

internasional. Sehingga dapat dikatakan terdapat kebijakan pemerintah yang

memproteksi output usahatani kedelai di Jember dan Banyuwangi; (ii) Dampak

kebijakan pemerintah terhadap input. Nilai NPCI usahatani kedelai di Jember

sebesar 0,8453, yang berarti bahwa petani membeli input tradable dengan harga

15,47% lebih murah daripada harga input sosialnya. Sedangkan usahatani kedelai di

Banyuwangi memiliki nilai NPCI sebesar 0,8358yang artinya petani membeli input

tradable dengan harga 16,42% lebih murah daripada harga input sosialnya; (iii)

Dampak kebijakan pemerintah terhadap input-output. (a) EPC digunakan untuk

mengetahui dampak dari keseluruhan kebijakan pemerintah dan mekanisme pasar

input output. Nilai EPC di Jember adalah sebesar 1,1986 yang berarti pemerintah

memberikan insentif secara efektif kepada petani, sedangkan di Banyuwangi nilai

EPC adalah sebesar 1,5475 yang artinya pemerintah memberikan insentif secara

efektif kepada petani dengan nilai tambah yang dinikmati petani sebesar 54,75%

lebih tinggi dari nilai tambah sosialnya. (b) NPT merupakan nilai yang

menggambarkan bertambah atau berkurangnya surplus produsen yang diakibatkan

oleh kebijakan pemerintah. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani kedelai di

Jember dan Banyuwangi mendapatkan dampak positif dari kebijakan pemerintah

dengan nilai NPT sebesar Rp 360.705,88 di Jember dan Rp 1.128.853,61 di

Banyuwangi. (c) Nilai PC digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan tingkat

keuntungan privat dan keuntungan sosial. Berdasarkan hasil analisis diketahui

bahwa nilai PC untuk usahatani kedelai di Jember dan Banyuwangi memiliki

keuntungan privat yang lebih tinggi daripada keuntungan sosialnya. (d) SRP

(24)

bahwa terdapat proteksi positif dari pemerintah terhadap usahatani kedelai di Jember

dan Banyuwangi, hal ini dibuktikan dengan nilai SRP yang positif yaitu 0,0831 di

Jember dan 0,2858 di Banyuwangi.

Berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah disajikan di atas,

penelitian kali ini untuk mengetahui daya saing kedelai baik secara kuantitas

maupun kualitas, serta untuk mengetahui cara berusahatani kedelai dan keunggulan

– keunggulan yang dimiliki petani.

2.2. Usahatani Kedelai

Usahatani menurut Kadarsan adalah suatu tempat dimana seseorang atau

sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga

kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan memproduksi untuk menghasilkan

sesuatu di lapangan pertanian. Sedangkan menurut Mosher, usahatani adalah suatu

tempat atau sebagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan

seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang

digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang

diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang

dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas

tanah itu dan sebagainya (Agustina Shinta, 2009). Maka dapat disimpulkan

usahatani kedelai adalah kegiatan di sebagian permukaan bumi yang dilakukan oleh

petani untuk berusaha mengelola unsur-unsur produksi dengan tujuan memproduksi

kedelai.

Kedelai yang dibudidayakan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih

(25)

kegiatan yang menunjang. Ada beberapa tahapan yang dilakukan para petani

dalam melakukan budidaya kedelai diantaranya yaitu: pemilihan varietas,

persemaian atau pembenihan, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan,

penyiangan, pengendalian hama dan panen.

2.2.1. Pemilihan Varietas

Tujuan pembentukan varietas unggul kedelai ini yaitu untuk meningkatkan

produktivitas kedelai yang tidak dapat dipecahkan melalui pendekatan agronomi.

Ada beberapa aspek yang dapat dicapai melalui pembentukan varietas unggul ini,

antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan potensi daya hasil biji

2. Memperpendek umur masak atau panen

3. Memperbaiki sifat ketahanan terhadap serangan penyakit utama kedelai, yaitu

karat daun dan virus

4. Menambah sifat ketahanan terhadap hama utama, yaitu lalat kacang

(Agromyza), ulat pemakan daun (Lamprosema litura), wereng kedelai

(Phaedonia inclusa), pengisap polong (Riptortus linearis), penggerek polong

(Etiella zinckenella), serta pengisap dan penggerek polong (Nezara viridula).

5. Toleransi terhadap abiotik, meliputi tanah masam, kahat unsure hara, tanah

basa, tanah jenuh air, dan pengaruh naungan.

6. Peningkatan mutu biji, khususnya kandungan protein, lemak, dan unsur kimia

lainnya.

Pendukung utama dalam pengembangan kedelai melalui perakitan paket

(26)

1918 – 2004 telah berhasil dilepas sebanyak 60 varietas kedelai. Upaya-upaya

pengembangan varietas unggul tanaman kedelai sebenarnya sudah dimulai sejak

tahun 1916 dengan cara memasukkan varietas dari luar negeri, antara lain Cina,

Taiwan,Manchuria, dan Amerika Serikat, namun demikian kegiatan hibridisasi

atau persilangan-persilangan baru dimulai pada tahun 1930. Beberapa varietas

yang berasal dari introduksi yaitu Otan, No. 27 (1918), dan No. 29 (1924) yang

berasal dari Taiwan. Umumnya varietas ini berumur panjang, sekitar 100-110 hari,

dan berbiji kecil (7 – 8 g/100 biji). Sementara beberapa varietas hasil persilangan

antara lain Ringgit (1925), Sumbing (1937), Merapi (1938) dan Shakti serta

Davros (1965). Pada tahun 1974 dilepas varietas baru dengan nama Orba,

kemudian diikuti oleh varietas Galunggung (1981), Lokon (1982), dan Wilis

(1983). Dari keempat varietas tersebut, potensi daya hasilnya mencapai rata-rata

1,50 ton/ha dengan kisaran kadar protein 30,5 – 44,4%, kadar minyak 15,8 –

19,9%, serta umur panen 81 hari. Dilihat dari data statistik yang ada, ternyata

produksi kedelai selama periode tahun 1974 -1983 hanya mencapai rata-rata 0,83

ton/ha atau baru mencapai sekitar 61% dari potensi varietas kedelai yang telah

dianjurkan.

Selama periode tahun 1984 – 1993, proses pembentukan varietas kedelai

unggul baru menunjukkan jumlah yang cukup banyak, sebanyak 21 varietas

kedelai unggul baru. Rata-rata produktivitas varietas tersebut lebih tinggi

dibandingkan varietas Orba (1974), Galunggung (1981), Guntur (1982), Lokon

(1982), dan Wilis (1983), yaitu 2,04 ton/ha. Disamping itu, kadar protein dan

(27)

protein tertinggi dicapai varietas Merbabu, yaitu 45%, sedangkan kadar minyak

terendah pada varietas Tengger, yaitu 12,8%. Umur panen yang paling pendek

yaitu varietas Malabar (70 hari), sedangkan umur panen paling lama yaitu varietas

Dempo (92 hari). Potensi daya hasil tertinggidicapai oleh varietas

Jayawijaya, sebanyak 2,50 ton/ha, diikuti oleh vareitas Dieng (2,30ton/ha). Selama

periode 10 tahun terakhir, dari tahun 1995 - 2004, terjadi lonjakan pelepasan

varietas unggul baru, sebanyak 25 varietas Pada periode ini tidak terjadi

perubahan umur panen, sekitar 85 – 86 hari. Akan tetapi, potensi hasilnya cukup

menonjol, yaitu lebih dari 2,0 ton/ha dan tertinggi dicapai varietas Baluran (3,50

ton/ha). Ada perkembangan yang menarik dari proses pembentukan varietas

unggul baru ini, yaitu toleransi terhadap kondisi lahan masam dan serangga

penggerek polong.

2.2.2. Pembenihan

Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai. Pada

penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung, sehingga apabila

kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi per satuan luas akan berkurang.

Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga apabila benih

tidak tumbuh, tidak dapat ditutup oleh tanaman yang ada. Oleh karena itu, agar

dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas kedelai yang

sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi lapang, dan

(28)

dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat

adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi.

a. Umur panen

Varietas yang akan ditanam harus mempunyai umur panen yang cocok

dalam pola tanam pada agroekosistem yang ada. Hal ini menjadi penting untuk

menghindari terjadinya pergeseran waktu tanam setelah kedelai dipanen.

b. Ukuran dan warna biji

Ukuran dan warna biji varietas yang ditanam harus sesuai dengan

permintaan pasar di daerah sekitar sehingga setelah panen tidak sulit dalam

menjual hasilnya.

c. Bersifat aditif

Untuk daerah sentra pertanaman tertentu, misalnya di tanah masam,

hendaknya memilih varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi

tinggi terhadap tanah masam sehingga akan diperoleh hasil optimal, contohnya

varietas Tanggamus.

Demikian pula bila kedelai ditanam di daerah banyak terdapat hama ulat

grayak maka pemilihan varietas tahan ulat grayak amat menguntungkan,

contohnya varietas Ijen. Selain itu, varietas yang ditanam tersebut harus sudah

bersifat aditif dengan kondisi lahan yang akan ditanami sehingga tidak mengalami

hambatan dalam pertumbuhannya.

2.2.3. Pengolahan Lahan

Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau tanah

(29)

dilakukan pada akhir musim kemarau, sedangkan pada lahan sawah, umumnya

dilakukan pada musim kemarau. Persiapan lahan penanaman kedelai di areal

persawahan dapat dilakukan secara sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa

dibersihkan, kemudian dikumpulkan, dan dibiarkan mengering. Selanjutnya,

dibuat petak-petak penanaman dengan lebar 3 m - 10 m, yang panjangnya

disesuaikan dengan kondisi lahan. Diantara petak penanaman dibuat saluran

drainase selebar 25 cm - 30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Setelah didiamkan

selama 7-10 hari, tanah siap ditanami.

Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau

tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul

atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit selebar 40

cm dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-petakan dengan

panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar antara 3 cm – 10 cm, dan tinggi 20 cm – 30

cm. Antara petakan yang satu dengan yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit

selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan satu dengan petakan di belakangnya

dibuat parit selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap

ditanami benih.

Apabila lahan yang digunakan termasuk tanah asam (memiliki pH < 5,0),

bersamaan dengan pengolahan tanah dilakukan pengapuran. Dosis pengapuran

disesuaikan dengan pH lahan. Lahan sawah supra insus dianjurkan diberi kapur

sebanyak 300 kg/ha. Kapur disebarkan merata, kemudian tanah dibalik sedalam 20

(30)

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi pupuk dasar.

Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg – 200 kg/ha, KCl 50 kg – 100

kg/ha, dan Urea 50 kg/ha. Dosis pupuk dapat pula disesuaikan dengan anjuran

petugas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) setempat. Pupuk disebar

secara merata di lahan, atau dimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri

lubang tanam sedalam 5 cm.

Untuk jenis kedelai manis (edamame), jarak tanam 40 cm x 40 cm.

Tanaman kedelai edamame dan koratame diberi pupuk dasar berupa Urea

sebanyak 600 kg – 800 kg, TSP 600 kg – 800 kg, dan KCl 400 kg per hektar.

Pupuk disebar merata pada lahan tanam. Untuk menghindari hama lalat bibit,

sebaiknya pada saat penanaman benih diberikan pula Furadan, Curater, atau

Indofuran ke dalam lubang tanam.

2.2.4. Penanaman

Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu

dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 – 2

cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan diupayakan 2 biji yang bisa

tumbuh. Observasi di lapangan dijumpai bahwa setiap lubang tanam diisi 5 biji,

bahkan ada yang sampai 7 – 9 biji sehingga terjadi pemborosan benih yang cukup

banyak. Di sisi lain, pertumbuhan tanaman mengalami etiolisasisehingga dapat

mengakibatkan tanaman menjadi mudah roboh. Kebutuhan benih yang optimal

dengan daya tumbuh lebih dari 90% yaitu 50 – 60 kg/ha. Penanaman ini dilakukan

(31)

dapat diperjarang menjadi 15 – 20 cm. Populasi tanaman yang optimal berkisar

400.000 – 500.000 tanaman per hektar.

Penempatan arah tanam di daerah tropik tidak menunjukkan perbedaan

antara ditanam arah timur-barat dengan utara-selatan. Hal yang terpenting yaitu

arah tanam harus sejajar dengan arah saluran irigasi atau pematusan sehingga air

tidak menggenang dalam petakan.

2.2.5. Penyulaman, Penyiangan dan Pemupukan

Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan mulsa

berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat penanaman benih

dengan ketebalan antara 3 cm – 5 cm. Satu minggu setelah penanaman, dilakukan

kegiatan penyulaman. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih kedelai yang

mati atau tidak tumbuh. Keterlambatan penyulaman akan mengakibatkan tingkat

pertumbuhan tanaman yang jauh berbeda. Tanaman kedelai sangat memerlukan

air saat perkecambahan (0 – 5 hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15 – 20

hari), masa pembungaan dan pembentukan biji (35 – 65 hari). Pengairan sebaiknya

dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan menggenangi

saluran drainase selama 15 – 30 menit. Kelebihan air dibuang melalui saluran

pembuangan. Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau bahkan kekeringan.

Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam, dilakukan kegiatan

penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan

pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai

(32)

menggunakan tangan atau kored. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah.

Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.

Pemberian pupuk susulan dilakukan saat tanaman berumur 20 – 30 hari

setelah tanam. Pemberian pupuk susulan hanya dilakukan pada tanah yang kurang

subur saja. Pupuk yang digunakan berupa Urea sebanyak 50 kg/ha. Pupuk

diberikan dalam larikan di antara barisan tanaman kedelai, selanjutnya ditutup

dengan tanah. Bagi kedelai Jepang, pupuk susulan yang digunakan adalah Urea,

TSP, dan KCl masingmasing sebanyak 200 kg/ha. Untuk meningkatkan hasil

produksi kedelai, dapat digunakan pula ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan PPC

(Pupuk Pelengkap Cair). Dosis yang digunakan disesuaikan dengan dosis anjuran.

2.2.6. Perlindungan Tanaman

Pertumbuhan tanaman kedelai yang optimal tidak akan mempunyai

produktivitas yang baik bila hama dan penyakit tidak dikendalikan dengan baik.

Oleh karena itu perlindungan tanaman sangat diperlukan dengan cara disemprot

dengan spayer.

2.2.7. Panen dan Pascapanen

Salah satu faktor penting yang dapat menentukan produktivitas kedelai

yaitu penanganan panen dan pascapanen. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan

antara lain saat dan umur panen, penjemuran, pembijian, pembersihan biji, dan

penyimpanan.

a. Panen

(33)

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,

tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah

warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retakretak, atau polong sudah

kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang

terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering,

sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan.

Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari

cabangnya.

Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75- 110

hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai

yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari,

sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan

biji betul-betul sempurna dan merata.

2. Cara Panen

Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya

segera dapat dijemur.

a) Pemungutan dengan cara mencabut

Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu.

Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara

pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi

tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan

dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh

(34)

b) Pemungutan dengan cara memotong

Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup

tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu

dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan

jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara

memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan

bintil-bintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi

tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara

mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.

3. Periode Panen

Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah

yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara

bertahap, beberapa kali.

4. Prakiraan Produksi

Produksi kedelai yang dihasilkan para petani Indonesia rata-rata 600- 700

kg/ha.

b. Pasca panen

1. Pengumpulan dan Pengeringan

Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera

dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu,

atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong

kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai

(35)

berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan

banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji

masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan

polong sudah cukup kering.

Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah.

Biji tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan

dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air

10-15 %. Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00

hingga 12.00 siang.

2. Penyortiran dan Penggolongan

Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan.

Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara

langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukulpukul dimasukkan

ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji

terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar

terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji

yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji

yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau

disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan

diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.

3. Penyimpanan dan pengemasan

Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu

(36)

Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak

langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu

lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar

9-11 %.

2.3. Konsep Daya Saing

Daya saing suatu bangsa bukanlah suatu proses yang terbentuk dalam

jangka waktu pendek. Karenanya daya saing dapat dikatakan sebagai produk

budaya yang berkembang dari waktu ke waktu secara dinamis.

Definisi daya saing (competitiveness) oleh Alfred Pakasi (2008) adalah the

set of institutions, policies and factors that determine the level of productivity of a

country/region atau kumpulan dari kelembagaan, kebijakan dan faktor yang

mempengaruhi tingkat produktivitas suatu negara atau daerah. Definisi lain

disebutkan adalah keunggulan yang tercipta dari perjalanan suatu bangsa yang

memungkinkannya untuk bertahan atau memenangkan persaingan. Dengan

demikian daya saing suatu bangsa mempengaruhi pula ketahanan nasionalnya

(Rusti Prastiningsih, 2003).

Dalam perekonomian, daya saing dihasilkan melalui peningkatan

produktivitas dan efisiensi. Produktivitas erat kaitannya dengan kualitas sumber

daya manusia dan teknologi. Efisiensi akan dicapai apabila banyak aspek yang

menunjang. Upaya peningkatan daya saing juga dapat ditempuh dengan cara

meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya produksi sehingga harga jual

(37)

2.3.1. Keunggulan Komparatif

Pengertian keunggulan komparatif dapat dilihat pada Kamus Bahasa

Indonesia, oleh Badudu-Zain, 1994, dalam Anonymous, 2008, dimana komparatif

diartikan bersifat perbandingan atau menyatakan perbandingan. Jadi keunggulan

komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk

dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Dengan mengacu arti tersebut,

keunggulan komparatif adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh

organisasi seperti SDM, fasilitas dan kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk

mencapai tujuan organisasi atau perpaduan keunggulan beberapa organisasi untuk

mencapai tujuan bersama.

Menurut Faisal afif, ( 1994 ), keunggulan komparatif dapat diartikan

sebagai suatu keunggulan yang diperoleh suatu Negara dengan melakukan

spesialisasi terhadap barang – barang yang menetapkan harga relatif lebih murah

dari Negara lain.

Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang

pertama kali dikenal dengan model Ricardian. Hukum keunggulan komparatif

(The Low of Comparative Advantage) dari Ricardo menyatakan bahwa sekalipun

suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis

komoditas jika dibandingkan negara lain, namun perdagangan yang saling

menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio harga antar negara masih

berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan.

Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara

(38)

spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat

berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut

berproduksi relatif kurang atau tidak efisien.

Berdasarkan contoh hipotesis di bawah ini maka dapat dikatakan bahwa

teori comparative advantage dari David Ricardo adalah cost comparative

advantage.

Tabel 2.1: Data Hipotesis Cost Comparative

Produksi Negara

1 kg gula 1 m kain

Indonesia 3 hari kerja 4 hari kerja

Cina 6 hari kerja 5 hari kerja

Sumber : Ekonomi Internasional (Buku 1 Edisi Revisi), Dr. Hamdy Hady

Berdasarkan data hipotesis di atas, jika ditinjau dari keunggulan mutlak

atau absolute advantage Adam Smith maka Indonesia unggul mutlak karena labor

cost-nya lebih efisien dibandingkan dengan Cina, baik dalam produksi 1 kg gula

maupun 1 m kain. Dengan demikian tentu tidak akan terjadi perdagangan antara

kedua negara jika didasarkan pada teori Adam Smith.

Akan tetapi, berdasarkan teori David Ricardo, walaupun Indonesia

memiliki keunggulan absolute dibandingkan Cina untuk kedua produk di atas,

maka tetap dapat terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan kedua

negara melalui spesialisasi jika negara-negara tersebut memiliki cost comparative

(39)

Tabel 2.2. Data Perhitungan Cost Comparative (Labor Efficiency)

Perhitungan Cost Comparative Advantage

(Labor Efficiency)

Perbandingan Cost 1 kg gula 1 m kain

Sumber : Ekonomi Internasional (Buku 1 Edisi Revisi), Dr. Hamdy Hady

Ket : HK = Hari Kerja

Berdasarkan perbandingan cost comparative advantage atau labor

efficiency di atas, dapat dilihat bahwa tenaga kerja Indonesia lebih efisien

dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi 1 kg gula (3/6 atau ½ hari kerja)

daripada produksi 1 meter kain (4/5 hari kerja). Hal ini akan mendorong Indonesia

melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula. Sebaliknya tenaga kerja Cina

ternyata lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam produksi 1 meter

kain (5/4 hari kerja) daripada produksi 1 kg gula (6/3 atau 2/1 hari kerja). Hal ini

mendorong Cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain.

Menurut Simatupang (1991) serta Sudaryanto dan Simatupang (1993)

dalam Saptana (2009) konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya

saing (keunggulan) potensial dalam artian daya saing yang akan dicapai apabila

perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Komoditas yang memiliki

keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi.

(40)

pertanian dapat dilakukan dengan strategi pengembangan agribisnis melalui

koordinasi vertikal sehingga produk akhir dapat dijamin dan disesuaikan

preferensi konsumen akhir.

2.3.2. Keunggulan Kompetitif

Didalam teori persaingan kita mengenal ada suatu teori dari Michael Porter

yg sangat terkenal pada saat menganalisis persaingan atau competition analysis.

Teori tersebut sangat sangat terkenal dengan istilah Porter Five Forces Model.

Intinya sebenarnya Porter menilai bahwa perusahaan secara nyata tidak hanya

bersaing dengan perusahaan yang ada dalam industri saat ini…. Kita biasanya

hanya menganalisis siapa pesaing langsung kita dan akhirnya kita terjebak dalam

”competitor oriented ” , sehingga tidak mempunyai visi pasar yang jelas. Dalam

five forces model digambarkan bahwa kita juga bersaing dengan pesaing potensial

kita, yaitu mereka yang akan masuk, para pemasok atau suplier,para pembeli atau

konsumen, dan produsen produk-produk pengganti. Dengan demikian. kita harus

mengetahui bahwa ada lima kekuatan yg menentukan karakteristik suatu industri

yaitu intensitas persaingan antar pemain yg ada saat ini, ancaman masuk

pendatang baru, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar pembeli, dan

ancaman produk pengganti. Sebenarnya ada kekuatan lain yg sangat penting yaitu

kekuatan regulatif yg dimiliki pemerintah. Kekuatan tersebut bukan menjadi

kekuatan keenam tetapi sebagai kekuatan yg mempengaruhi kelima kekkuatan

lainnya.

Menurut Porter (1980), suatu perusahaan memposisikan dirinya di suatu

(41)

dalam satu dari dua aspek berikut: keunggulan biaya dan diferensiasi. Dengan

mengaplikasikan kekuatan-kekuatan tersebut baik dalam jangkauan yang luas

maupun yang sempit akan menghasilkan apa yang disebut oleh Porter sebagai tiga

strategi generik: keunggulan dalam biaya (atau cost leadership), diferensiasi, dan

fokus. Ketiga strategi generik ini diterapkan di tingkat unit bisnis atau perusahaan.

Disebut strategi generik karena mereka tidak tergantung pada perusahaan atau

industri. Tabel 2.3. mengilustrasikan tiga strategi generik tersebut:

Tabel 2.3: Stategi Genetik dari Porter

Keunggulan Jangkauan Target

Biaya Rendah Keunikan Produk

Luas (Industry) Strategi Cost

Leadership

Sumber: E:\Porter's Generic Strategies.htm

Dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Badudu-Zain, 1994, dalam

Anonymous, 2008, dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi

dan bersifat persaingan. Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, bahwa

keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana

keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi

lainnya, untuk mendapatkan sesuatu.

Secara operasional keunggulan kompetitif dapat didefinisikan sebagai

(42)

diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun internasional pada harga

yang sama atau lebih baik dari yang ditawarkan pesaing untuk memperoleh laba

paling tidak sebesar ongkos penggunaan (opportunity cost) sumberdaya.

Agribisnis dan pembangunan pertanian yang berorientasi pada pertanian yang

berwawasan produk sudah tidak sesuai dengan keadaan pasar saat ini. Oleh karena

itu, untuk mengantisipasi keadaan pasar tersebut, usaha komoditas pertanian harus

lebih berorientasi kepada keinginan konsumen atau lebih berwawasan menjual

(Simatupang 1995).

Terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah kelayakan ekonomi,

dan terkait dengan keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial dari suatu

aktivitas. Sudaryanto dan Simatupang (1993) dalam Saptana (2009)

mengemukakan bahwa konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan

finansial adalah keunggulan kompetitif atau revealed competitive advantage yang

merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian

aktual.

Perbedaan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif terletak pada

penetuan dasar perhitungan harga input output ditentukan berdasarkan harga

social, sedangkan pada analisis keunggulan kompetitif harga dasar ditentukan

pada harga aktulnya (Asian Development Bank, 1992).

Keunggulan kompetitif adalah alat untuk mengukur kelayakan aktivitas

atau keuntungan privat yang dihitung berdasarkan harga pasar nilai uang resmi

yang berlaku (berdasar analisis finansial). Komoditi yang memiliki keunggulan

(43)

Efisiensi finansial atau keunggulan kompetitif dapat diketahui dengan

menggunakan Rasio Biaya Privat / Private Cost Ratio (PCR).

dimana: A = pendapatan privat

B = biaya privat untuk input tradable

C = biaya privat untuk faktor domestik

Sistem usahatani bersifat kompetitif jika PCR < 1. Semakin kecil nilai

PCR berarti semakin kompetitif.

PCR merupakan rasio antara input domestik dengan nilai tambah output

dari biaya input asing pada biaya finansial. Suatu aktifitas dikatakan efisien secara

finansial jika nilai PCR kurang dari satu, karena untuk meningkatkan nilai tambah

satu satuan tambahan biaya input domestik diharapkan kurang dari satu. Pelaku

usaha akan terus memperkecil nilai PCR dengan meminimumkan biaya input

domestik atau memaksimalkan nilai tambah sehingga diperoleh keuntungan

maksimal.

2.4. Fungsi Produksi Cobb - Douglas

Teken ( 1977 ) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik

antara sejumlah input yang dipakai dengan jumlah produksi yang dihasilkan

persatuan waktu tanpa memperhatikan tingkat harga, baik harga input yang

dipakai maupun harga produk yang dihasilkan.

Mc Alexander dalam salman ( 1993 ) menyatakan bahwa fungsi produksi

Cobb-Douglas dengan mudah dapat digunakan sebagai metode penggunaan

(44)

berdasarkan prinsip – prinsip ekonomi, sebab fungsi produksi ini memiliki

kemampuan dalam menjelaskan secara spesifik dan praktis faktor – input yang

digunakan petani. Selain itu fungsi produksi Cobb – Douglas dapat diterapkan

untuk menguji efisiensi alokasi dan efisiensi ekonomi input faktor yang digunakan

dalam suatu sistem usahatani.

Soekartawi (1990) menyatakan bahwa fungsi Cobb - Douglass adalah

suatu fungsi atau persamaan yangmelibatkan dua atau lebih variabel, di mana

variabel yang satu disebut variabel indipenden, yang menjelaskan atau dengan

simbol x sedangkan variabel dependen atau variabel yang dijelaskan dengan

simbol y. Fungsi produksi Cobb-Douglas sebagai berikut: Y = a X1 b1 X2 b2 . X3

b3

. X4 b4 . X5b5 en

Untuk memudahkan perhitungan dari masing-masing variabel ke dalam

analisa non linear berganda, maka persamaan ini diubah menjadi satu bentuk

persamaan dengan cara ditrans-logaritmakan persamaan tersebut :

Ln Y = ln b0 + ln b1 X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + e

Dimana : Y = Produksi Kedelai (kg)

X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Benih (kg)

X3 = Pupuk (kg)

X4 = Pestisida (ml)

X5 = Tenaga Kerja (HKP)

b0 = Konstanta.

(45)

e = Eror.

Karena penyelesaian fungsi Cobb Douglas harus diubah bentuk fungsinya

menjadi fungsi linier, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum

menggunakan persamaan tersebut :

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol adalah

suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui

2. Dalam fungsi produksi,perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi

dalam setiap pengamatan, ini artinya kalau fungsi produksi yang dipakai dalam

pengamatan memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan tersebut

terletak pada intersep dan bukan pada kemiringan (slope) model tersebut.

3. Tiap variabel x adalah perfect competition.

4. Perbedaan lokasi seperti iklim adalah tercakup pada faktor kesalahan u

(disturbance term).

5. Data, data yang dipakai mempunyai limitasi yang penting dalam penggunaan

fungsi cob douglas antara lain :

a) data harga yang dipakai pada fungsi cobb douglas apabila menggunakan

data cross section harus mempunyai nilai variasi yang cukup. Kenyataan

data harga input didasarkan pada harga pemerintah yang cenderung

konstan dan variasinya kecil

b) pengukuran data yang dilakukan agak sulit seperti upah tenaga kerja

apakah upah riil atau diluangkan

c) data tidak boleh ada nilai nol atau negatif karena nilai logaritma dari nol

(46)

6. Asumsi, penggunaan asumsi harus tepat dan sesuai seperti asumsi penggunaan

tehnologi dianggap netral yang artinya intercept bisa berbeda, tetapi slope

garis penduga cobb douglas dianggap sama padahal belum tentu tehnologi

didaerah penelitian sama.

Soekartawi (1993) menyatakan Return to scale (RTS) digunakan untuk

mengetahui apakah kegiatan dari usahatani tersebut mengalami kaidah increasing,

constan atau decreasing return to scale serta dapat menunjukkan efisiensi produksi

secara tehnis.Ada tiga alternatif yang bisa terjadi dalam RTS, yaitu :

a) Decreasing return to scale, apabila (b1 + b2) < 1, artinya bahwa proporsi

penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi

b) Constant return to scale, apabila (b1 + b2) = 1, artinya bahwa proporsi

penambahan faktor produksi akan sama dengan proporsi penambahan

produksi

c) Increasing return to scale, apabila (b1 + b2) > 1, artinya bahwa proporsi

penambahan produksi melebihi proporsi penambahan faktor produksi.

Untuk melihat pengaruh secara keseluruhan variabel independen (Xi)

terhadap variabel dependen (Y) maka digunakan uji-F (F-test) pada taraf

kepercayaan 95 % (α=0.05) Jika F hitung > Ftabel maka secara serempak variabel

independen yang diamati memberikan pengaruh nyata terhadap produksi kedelai,

sebaliknya jika F hirung < Ftabel maka keseluruhan penggunaan variabel

independen tidak memberikan pengaruh terhadap produksi kedelai.

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen (Xi) terhadap

(47)

(α=0,05) Jika t hitung > t tabel maka variabel independen (Xi) berpengaruh nyata

terhadap produksi kedelai, dan sebaliknya jika t hitung < t tabel maka setiap

variabel independen (Xi) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produksi

kedelai.

2.5. Kerangka Pemikiran

Usahatani kedelai adalah suatu kegiatan mengelola unsur-unsur produksi

yang dilakukan oleh petani untuk menghasilkan kedelai. Input usahatani kedelai

adalah modal, lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, obat-obatan dan

peralatan. Output usahatani kedelai adalah kedelai.

Daya saing usahatani kedelai adalah kumpulan dari kelembagaan,

kebijakan dan faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas produksi kedelai.

Daya saing dapat dihasilkan melalui melalui peningkatan produktivitas dan

efisiensi. Upaya peningkatan daya saing usahatani kedelai juga dapat ditempuh

dengan cara meningkatkan kualitas kedelai dan menekan biaya usahatani sehingga

harga jual kedelai mampu bersaing di pasaran.

Keunggulan kompetitif usahatani kedelai adalah keunggulan yang dimiliki

suatu sistem usahatani, dimana keunggulan tersebut digunakan untuk berkompetisi

dan bersaing dengan sistem usahatani lain untuk mendapatkan keuntungan. Sistem

usahatani yang memiliki keunggulan kompetitif dikatakan memiliki efisiensi

finansial.

Metode analisis yang digunakan untuk mengukur keunggulan kompetitif

sistem usahatani kedelai adalah Private Cost Ratio (PCR). PCR dapat memberikan

(48)

terhadap setiap komoditas pertanian yang menjadi semakin penting untuk melihat

kemungkinan apakah produksi komoditas di dalam negeri dapat bersaing di dalam

pasar global. Dalam PCR ada 2 macam biaya yaitu biaya tradable ( biaya yang

diperdagangkan ) yaitu pupuk kimia, pestisida, dan benih. Biaya domestik ( biaya

dalam negeri ) yaitu pupuk kandang, modal, pajak dan tenaga kerja.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor produksi yang

berpengaruh dalam produksi kedelai adalah fungsi produksi Cobb – Douglas.

fungsi produksi Cobb-Douglas dengan mudah dapat digunakan sebagai metode

penggunaan berdasarkan prinsip – prinsip ekonomi, sebab fungsi produksi ini

memiliki kemampuan dalam menjelaskan secara spesifik dan praktis faktor – input

yang digunakan petani. Selain itu fungsi produksi Cobb – Douglas dapat

diterapkan untuk menguji efisiensi alokasi dan efisiensi ekonomi input faktor yang

digunakan dalam suatu sistem usahatani.

Berdasarkan teori dan beberapa hasil penelitian terdahulu akan dibuat

suatu kerangka pemikiran sehingga dapat dianalisis beberapa variabel yang

menjadi tujuan untuk diuji pada penelitian ini, secara diagram dapat digambarkan

(49)
(50)

2.6. Hipotesis

Berdasarkan pada permasalahan dan bagan alur pikir pada kerangka

pemikiran, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Di duga variabel lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida berpengaruh

nyata terhadap produksi kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu

Kabupaten Sidoarjo.

2. Diduga usahatani kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu

(51)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa wonokalang, Kecamatan wonoayu,

Kabupaten Sidoarjo. Penentuan daerah penelitian ini ditentukan secara sengaja

dengan pertimbangan bahwa Desa Wonokalang merupakan salah satu daerah

sentra produksi kedelai di Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.

Tabel.3.1: Realisasi Luas Tanam dan Panen Kedelai Menurut Desa / Kelurahan (dalam Ha ) di Kecamatan Wonoayu Tahun 2008

No Desa / Kelurahan Kedelai

Sumber : Kantor Kecamatan Wonoayu. Tahun 2009

Dari tabel 3.1. diatas terlihat bahwa rencana tanam kedelai berhasil

samapai panen tidak ada yang gagal panen. Dari sepuluh Desa di Kecamatan

Wonoayu terlihat Desa Wonokalang realisasi tanam dan panennya paling banyak

(52)

Wonoayu yaitu 3 hektar, maka Desa Wonokalang disebut Desa sentra produksi

kedelai di Kecamatan Wonoayu karena jumlah realisasi tanamnya paling banyak

di banding dengan Desa yang lainnya se -Kecamatan Wonoayu.

3.2 Penentuan Sampel

sampel yang diambil haruslah cukup representative, yaitu dapat mewakili

populasi dalam arti semua ciri dan karakteristik yang ada pada populasi dapat

tercermin dari sample yang diambil. Dari jumlah populasi sebanyak 140 petani

kedelai diambil sebagai sampel sebanyak 30 petani kedelai.

Pengambilan contoh dilakukan secara sengaja dengan metode purposive

Random sampling terhadap 30 petani dari jumlah 140 petani. Sampel petani yang

diambil adalah petani dengan kriteria sistem usahatani yang status lahannya

pemilik, penyakap dan penyewa. Pemilihan sampel dilakukan dengan

pertimbangan berdasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian untuk

memperoleh informasi yang lengkap dan mendalam. 3.3 Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari petani, kelompok tani,

pedagang saprodi, pedagang kedelai. Data yang dikumpulkan adalah data harga

maupun jumlah input maupun output yang berhubungan dengan sampel usahatani

serta yang berhubungan dengan data pemasaran pasca usahatani.

(53)

Yaitu data yang berasal dari laporan pembukuan petani/kelompok tani,

serta publikasi dari lembaga-lembaga pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik

(BPS). Data yang diperlukan adalah: data luas arel tanam dan panen kedelai dan

daftar harga kedelai lokal dan berkaitan dengan kebijakan pemerintah.

3.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk mengukur keunggulan kompetitif

sistem usahatani kedelai adalah Private Cost Ratio (PCR) dan Cobb – Douglas.

PCR dan Cobb - Douglas dapat memberikan kerangka analisis yang cukup

komprehensif mengenai keunggulan kompetitif, terhadap setiap komoditas

pertanian yang menjadi semakin penting untuk melihat kemungkinan apakah

produksi komoditas di dalam negeri dapat bersaing di dalam pasar global.

Menghitung keuntungan privat juga digunakan untuk mengetahui

keunggulan kompetitif usahatani kedelai. Langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut:

a. Membuat tabel hubungan input-output fisik. Nilai-nilai yang menerangkan

fungsi produksi ini juga mencerminkan tingkat teknologi yang digunakan.

b. Membuat tabel harga privat (harga aktual) untuk setiap input yang digunakan

serta output yang dihasilkan. Harga-harga yang digunakan harus sesuai dengan

waktu penelitian dilakukan.

c. Membuat tabel privat budget, dengan mengalikan jumlah fisik yang disajikan

pada tabel input-output dengan nilai-nilai pada tabel harga privat.

Untuk menjawab tujuan penelitian, maka analisis yang dilakukan adalah

(54)

1) Untuk menjawab tujuan pertama yaitu menganalisis fungsi produksi kedelai,

maka analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:

fungsi produksi Cobb-Douglas dengan mudah dapat digunakan sebagai

metode penggunaan berdasarkan prinsip – prinsip ekonomi, sebab fungsi produksi

ini memiliki kemampuan dalam menjelaskan secara spesifik dan praktis faktor –

input yang digunakan petani. Selain itu fungsi produksi Cobb – Douglas dapat

diterapkan untuk menguji efisiensi alokasi dan efisiensi ekonomi input faktor yang

digunakan dalam suatu sistem usahatani.

Fungsi produksi Cobb-Douglas dengan dengan analisa regresi non linear

berganda dengan model sebagai berikut :

Y = a X1b1 X2b2 . X3 b3. X4 b4. X5b5 en

Untuk memudahkan perhitungan dari masing-masing variabel ke dalam

analisa non linear berganda, maka persamaan ini diubah menjadi satu bentuk

persamaan dengan cara ditrans-logaritmakan persamaan tersebut :

Ln Y = ln b0 + ln b1 X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + e

Dimana : Y = Produksi Kedelai (kg)

X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Benih (kg)

X3 = Pupuk (kg)

X4= Pupuk Organik (Kg)

X5 = Pestisida (ml)

X6 = Tenaga Kerja (HKP)

(55)

b1...6 = Koefisien untuk masing-masing variabel independen X1...X6.

e = Eror.

Uji efisiensi alokatif dimaksudkan untuk mengetahui rasionalitas petani

dalam melakukan kegiatan usahatani dengan tujuan mencapai keuntungan

maksimal. Keuntungan maksimal akan tercapai jika semua faktor produksi telah

dialokasikan secara optimal. Situasi yang diharapkan terjadi kalau petani mampu

membuat suatu upaya kalau nilai produk marginalnya (NPM) untuk suatu input

sama dengan harga input tersebut.

Penggunaan input optimum dicari dengan melihat nilai tambahan dari satu

satuan biaya dari input yang digunakan dengan satu satuan output yang dihasilkan.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

NPM = PX atau NPM = 1

PX

Dimana : NPM = Nilai produk marginal

PX = Harga faktor produksi

Suatu usahatani akan menguntungkan apabila setiap penambahan nilai

output selalu lebih besar daripada setiap penambahan nilai input atau ▲Y.Py >

▲X.Px . Dan keuntungan akan berhenti pada saat garis harga menyinggung garis

TPP atau ▲Y.Py = ▲X.Px (Soekartawi,1993).

Atau dapat pula menggunakan kriteria pengujiannya untuk melihat

efisiensi harganya, sebagai berikut :

Artinya pada harga yang berlaku saat penelitian, 1

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.3. : Karakteristik Umur Responden (Petani) Desa Wonokalang
Tabel 4.4. : Pengalaman Usahatani Kedelai (Petani) Desa Wonokalang Tahun
Tabel 4.6. Analisis Fungsi Cobb-Douglass

Referensi

Dokumen terkait

lahan rumah plastik yang dimiliki lebih kecil dari rata-rata luas lahan rumah plastik. seluruh petani

Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masukan yang digunakan pada usahatani kedelai untuk satu kali musim tanam, yang berupa masukan luas lahan,

Penelitian bertujuan untuk menganalisis bagaimana tingkat produksi usahatani kedelai, menganalisis tingkat pendapatan usahatani kedelai, dan menganalisis tingkat efisiensi

Penelitian bertujuan untuk menganalisis bagaimana tingkat produksi usahatani kedelai, menganalisis tingkat pendapatan usahatani kedelai, dan menganalisis tingkat efisiensi

Pengembangan areal tanam kedelai merupakan salah satu strategi peningkatan produksi kedelai menuju swasembada. Pengembangan kedelai dapat diarahkan pada lahan sawah

Tabel 3 berikut menunjukkan hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier usahatani kedelai yang menggunakan 5 variabel independen, yang menunjukkan bahwa lahan dan

Tabel 3 berikut menunjukkan hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier usahatani kedelai yang menggunakan 5 variabel independen, yang menunjukkan bahwa lahan dan

Pada fungsi produksi usahatani kedelai, cara tanam berpengaruh siknifikan dengan nilai koefisien regresi negatif -46,982. sehingga dapat disimpulkan penggunaan cara