UNIVERSITAS UDAYANA
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA
BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR
OLEH:
IDA BAGUS GDE BAYU BELAYANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA
BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR
OLEH:
IDA BAGUS GDE BAYU BELAYANA
1420015025
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
iii
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA
BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR
Skripsi ini diajukansebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
OLEH:
IDA BAGUS GDE BAYU BELAYANA
1420015025
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena berkat karunia-Nya sehingga penelitian ini selesai tepat pada
waktunya. Penulis juga mengucapkan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan penelitian ini kepada:
1. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan doa restu, dorongan serta
menjadi semangat penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. I Gede Herry Purnama, ST., MT., MIDEA, selaku Kepala Bagian Kesehatan
Lingkungan pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universidas Udayana.
3. Sang Gede Purnama, S.KM, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Mahasiswa matrikulasi angkatan 2014.
5. Seluruh pegawai dan staf pada bidang Operasional Kebersihan DKP Kota
Denpasar.
6. Dan semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung telah
memberikan dukungan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum dapat dikatakan sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan penelitian ini.
Denpasar, Juli 2016
vii
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR
ABSTRAK
Kota Denpasar merupakan kota terpadat di Bali. Pada tahun 2016, Kota Denpasar telah menetapkan 62 bank sampah sebagai motivator masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Selama ini belum pernah dilakukannya evaluasi program bank sampah khususnya mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota Denpasar sehingga perlu kajian lebih lanjut pada kinerja bank sampah untuk mengetahui permasalahan dan menemukan solusi yang tepat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Bila dilihat dari waktu penelitian maka penelitian ini termasuk Crossesctional Study dengan jumlah sampel 10 bank sampah dan 100 responden. Analisis data digunakan dengan metode matriks SWOT dan uji Litmus.
Hasil penelitian yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja bank sampah di Kota Denpasar adalah meningkatkan komitmen pemilik bank sampah dengan mengoptimalkan dukungan dari pemerintah, memaksimalkan kegiatan mengolah sampah anorganik menjadi barang yang lebih memiliki nilai ekonomis dengan meningkatkan kerjasama antar bank sampah, melaksanakan pelatihan pada SDM bank sampah, menambah sarana dan prasaranan dengan mealaksanakan penggalian dana atau mohon bantuan (subsidi) dari pemerintah, memaksimalkan pelayanan terhadap masyarakat guna miningkatkan keaktipan masyarakat menjadi nasabah bank sampah dan perlu dibuatkan pararem (peraturan adat) untuk mengarahkan warganya menjual sampah anorganiknya ke bank sampah. Berdasarkan uji litmus, strategi yang paling strategis untuk meningkatkan kinerja bank sampah di Kota Denpasar ialah memaksimalkan pelayanan terhadap masyarakat guna miningkatkan keaktipan masyarakat menjadi nasabah bank sampah.
viii
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM MEDICAL SCHOOL UNIVERSITY UDAYANA
SPECIALISATION ENVIRONMENTAL HEALTH Thesis, July 2016
Ida Bagus Gde Bayu Belayana
FACTORS AFFECTING PERFORMANCE BANK SAMPAH IN DENPASAR ABSTRACT
Denpasar City is the most populous city in Bali. In 2016, the city of Denpasar has set 62 as a motivator community bank sampah in maintaining the cleanliness of the environment. During this time she had never done a program evaluation bank sampah in particular regarding the factors - factors that affect the performance of the garbage bank in Denpasar thus requiring further investigation on the bank's performance bins to determine the problem and find the right solution to solve the problems faced.
This research is quantitative. When viewed from the time of the study, this study included Crossesctional Study with a sample of 10 bank sampah and 100 respondents. Analysis of the data used by the SWOT matrix method and Litmus test.
Results of the study were found in the field indicate that the strategies that can be done to improve the performance of bank sampah in Denpasar is to increase the commitment of bank sampah owners by optimizing the support of the government, making the most of treating inorganic waste into goods more economic value by improving cooperation between the bank sampah, training on human bank sampah, add facilities and infrastructure with fundraising or help (subsidies) from the government, to maximize service to the community in order to increase the role of the community become bank customers rubbish and need to be made Pararem (customs regulations) to direct citizens selling junk anorganiknya to bank sampah. Based on a litmus test, the most strategic strategy to improve the performance of bank sampah in Denpasar is maximizing service to the community in order to increase the role of the community into the bank sampah customers.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii
x
2.2. Pengertian Bank Sampah ... 10
2.3. Kinerja Bank Sampah... 11
2.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Sampah ... 12
2.4.1. Pendanaan atau pembiayaan ... 12
2.4.2. Komitmen pemilik bank sampah ... 13
2.4.3. Sumber Daya Manusia... 13
2.4.4. Partisipasi masyarakat ... 13
2.4.5. Promosi ke masyarakat ... 14
2.4.6. Dukungan pemerintah dan pimpinan wilayah ... 15
2.4.7. Kemitraan atau Kerjasama antar bank sampah ... 16
BAB III KERANGKA KONSEP ... 17
3.1. Kerangka Konsep ... 17
3.2. Variabel Penelitian ... 18
3.3. Definisi Operasional... 19
3.4. Hipotesis Penelitian ... 21
BAB IV METODE PENELITIAN ... 22
4.1. Disain Penelitian ... 22
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
4.2.1.Tempat penelitian ... 22
4.2.2.Waktu penelitian ... 22
4.3. Populasi dan Sampel ... 23
4.3.1.Populasi penelitian ... 23
xi
4.3.3.Teknik pengambilan sampel ... 23
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25
4.4.1.Data primer ... 25
4.4.2.Data sekunder ... 25
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 25
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
5.1. Hasil Penelitian ... 27
5.1.1. Gambaran umum objek penelitian ... 27
5.1.2. Data hasil penelitian ... 28
5.1.3. Distribusi data hasil penelitian... 31
5.2. Pembahasan ... 36
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 49
6.1 Simpulan ... 49
6.2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 19
Tabel 5.1. Gambaran Umum Bank Sampah ... 27
Tabel 5.2. Frekuensi Data Hasil Penelitian ... 29
Tabel 5.3. Distribusi Data Hasil Penelitian Pemilik Bank Sampah ... 32
Tabel 5.4. Distribusi Data Hasil Penelitian Terhadap Masyarakat Disekitar Bank Sampah ... 34
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Penelitian ... 55
Lampiran 2. SK Penetapan Bank Sampah ... 56
Lampiran 3. SK Pemberian Penghargaan Kepada Bank Sampah ... 62
Lampiran 4. Formulir Persetujuan ( Informed Consent ) ... 66
Lampiran 5. Kuesioner ... 67
Lampiran 6. Ethical Clearance ... 72
Lampiran 7. Data Hasil Penelitian ... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan merupakan persoalan yang sangat serius yang dapat
menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia jika tidak dirawat dengan baik.
Persoalan kesehatan lingkungan yang sulit ditangani adalah sampah. Menurut Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
menyebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari – hari manusia dan atau proses
alam yang berbentuk padat.
Indonesia merupakan negara dengan banyak pulau yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke juga mengalami kesulitan dalam mengelola sampah. Hampir semua
kota besar di Indonesia kesulitan dalam mengelola sampahnya. Semakin padat penduduk
di suatu daerah semakin banyak sampah yang akan dihasilkan. Berbagai cara telah
dilaksanakan oleh pemerintah tetapi persoalan sampah belum selesai sampai sekarang.
Bali yang merupakan daerah wisata dengan jumlah penduduk yang padat,
memiliki banyak kegiatan seperti pasar dan industri serta hotel-hotel membuat timbunan
sampah semakin bertambah. Jumlah sampah ini setiap tahun terus meningkat seiring
bertambahnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat atau manusianya
dan disertai juga kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang menghasilkan pula
pergeseran pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif (Yansen & Arnatha,
2
Kota Denpasar merupakan kota terpadat di Bali. Dengan berbagai persoalan yang
serba kompleks, peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat menyebabkan
peningkatan volume sampah serta pengelolaan sampah yang belum dapat diselesaikan
oleh pihak Pemerintah Kota Denpasar. Dalam hal pengelolaan kebersihan Kota
Denpasar ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) Kota Denpasar.
Adapun teknis operasional pengelolaan sampah di DKP Kota Denpasar ialah penyapuan,
pengumpulan, pengangkutan dan pemprosesan akhir. Jumlah sampah yang ditangani
oleh DKP Kota Denpasar + 2.500 – 2.700 m3 (DKP Kota Denpasar).
Dengan ini diperlukan strategi yang tepat untuk menanggulangi persoalan
persampahan di Kota Denpasar, peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap sampah dapat membantu kinerja pemerintah dalam menangani persoalan
tersebut. Salah satu upaya pengurangan volume sampah adalah dengan cara
pengurangan sampah dari sumbernya sesuai dengan Arah Kebijakan (Perda dan
Peraturan Walikota Denpasar) dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan melalui program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta pengelolaan sampah
berbasis masyarakat.
Pada tahun 2016, Kota Denpasar telah menetapkan 62 bank sampah sebagai
motivator masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Bank sampah
merupakan salah satu solusi kreatif dalam mengatasi peningkatan jumlah volume
sampah di Kota Denpasar. Konsep bank sampah ialah pengumpulan sampah kering dan
dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tapi yang ditabung bukan uang
3
diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk peduli memilah sampah sejak dari rumah dengan
manajemen bank sampah sehingga sampah dapat menghasilkan nilai tambah. Dari ke 62
bank sampah tersebut tidak semua dapat berperan aktif dan berkembang. Tentu saja
banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi baik di internal atau pun eksternal terlihat
dari ada beberapa bank sampah yang kurang aktif.
Hasil observasi pada Kantor DKP Kota Denpasar ditemukan sebanyak 15 bank
sampah yang memperoleh penghargaan dari Pemerintah Kota Denpasar pada Tahun
2015. Pemberian penghargaan tersebut berdasarkan observasi dan survei dari petugas
DKP Kota Denpasar terhadap bank sampah. Hanya bank sampah yang aktif,
berkembang dan sering berpartisipasi dalam kegiatan kebersihan yang dilaksanakan oleh
pihak Pemerintah Kota Denpasar yang berhak memperoleh penghargaan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengetahui apakah penyebab 15 bank sampah
tersebut berhasil menjalankan program bank sampahnya sehingga mampu memperoleh
penghargaan dari Pemerintah Kota Denpasar Tahun 2015.
Selama ini belum pernah dilakukannya evaluasi program bank sampah
khususnya mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota
Denpasar sehingga perlu kajian lebih lanjut pada kinerja bank sampah untuk mengetahui
permasalahan dan menemukan solusi yang tepat dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi, hal ini berguna dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah, pengelola
4
1.2. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, batasan masalah dari penelitian ini ialah faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah yaitu faktor internal (Pendanaan,
komitmen pemilik bank sampah, sumber daya manuasia (SDM)) dan faktor eksternal
(Partisipasi masyarakat, promosi ke masyarakat, dukungan pimpinan wilayah, kerjasama
antar bank sampah, dan dukungan pemerintah).
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang serta rumusan masalah diatas maka didapatkan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
“Apakah faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota Denpasar?”
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1.4.1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota Denpasar.
1.4.2. Tujuan Khusus
1.4.2.1. Untuk mengetahui faktor internal yang mempengaruhi kinerja bank
sampah di Kota Denpasar.
1.4.2.2. Untuk mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja bank
sampah di Kota Denpasar.
1.4.2.3. Untuk mengetahui strategi yang dapat meningkatkan kinerja bank
5
1.4.2.4. Untuk mengetahui strategi yang paling strategis dilakukan dalam
meningkatkan kinerja bank sampah di Kota Denpasar.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat praktis dan
manfaat teoritis ialah sebagai berikut :
1.5.1. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan bagi pihak
yang berkaitan untuk meningkatkan kinerja bank sampah dalam meningkatkan
kebersihan lingkungan.
1.5.2. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai pengembangan teori dalam ilmu
pengetahuan khususnya mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank
sampah.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas pada :
1.6.1. Bank sampah yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini adalah bank
sampah yang terdapat di Kota Denpasar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sampah
Sampah ialah suatu bahan yang terbuang atau dibuang, merupakan hasil aktivitas
manusia maupun alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil unsur atau
fungsi utamanya, Sejati (2009).
Dalam Sumantri (2010) menyatakan bahwa penggolongan sampah menurut
sumbernya yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut
ini:
1. Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga
yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis
sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan
makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa
tumbuhan.
2. Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan
melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan
dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage) , sampah kering,
7
3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain: tempat hiburan dan
umum, jalan umum, tempat parker, tempat layanan kesehatan (misal: rumah sakit atau
puskesmas), kompleks militer,gedung pertemuan, pantai tempat berlibur dan sarana
pemerintah yang lain. Tempat ini biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah
kering.
4. Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu,
industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum dan kegiatan
industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memprosesbahan mentah saja.
Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa
bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.
5. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun,
latang atau pun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah
membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
Notoatmodjo, 2007 menyatakan sampah dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu:
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi:
a. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya:
8
2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas
dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng – kaleng bekas, besi atau
logam, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.
3. Berdasarkan karakteristik sampah
a. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan yang
umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan
sebagainya.
b. Rabish yaitu sampah yang bersalah dari perkantoran, perdagangan baik yang
mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya, maupun yang tidak
mudah terbakar seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya.
c. Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan – bahan yang mudah terbakar
termasuk abu rokok.
d. Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan
jalan yang terdiri dari campuran bermacam – macam sampah, daun – daunan,
kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.
e. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik – pabrik.
f. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena alam,
ditabrak kendaraan atau dibuang oleh orang.
g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda
9
h. Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses
pembangunan gedung, rumah dan sebagainya yang berupa puing – puing,
potongan – potongan kayu, besi beton, bamboo dan sebaginya.
Menurut Syafrudin (2004) dalam Dwiyanto (2011) menyatakan sistem
pengelolaan sampah terpadu (Integrated Solid Waste management) didefinisikan sebagai
pemilihan dan penerapan program teknologi dan manajemen untuk mencapai sistem
yang tinggi, dengan hirarki sebagai berikut:
1. Source Reduction, yaitu proses minimalis sampah di sumber dalam hal kuantitas
timbulan dan kualitas timbulan sampah, terutama reduksi sampah berbahaya.
2. Recyclling, yaitu proses daur ulang yang berfungsi untuk mereduksi kebutuhan
sumberdaya dan reduksi kuantitas sampah ke TPA.
3. Waste Transformation, yaitu proses perubahan fisik, kimia dan biologis perubahan
sampah. Dimana ketiga komponen itu akan menentukan: Perubahan tingkat efesiensi
yang diperlukan di dalam sistem pengelolaan; Perlunya proses reduce, reuse, dan
recycle sampah; Proses yang dapat menghasilkan barang lain yang bermanfaat seperti
pengomposan.
4. Landfilling, sebagai akhir dari suatu pengelolaan sampah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali.
Menurut penelitian Hokkanen & Salminen (1997) menyatakan bahwa solusi yang
direkomendasikan untuk sistem pengelolaan sampah adalah penimbunan menengah,
kompos dan RFD-pembakaran. Pada penelitian Kinnaman (2000) diperoleh dengan
10
didaur ulang oleh seseorang dapat mengurangi jumlah sampah yang akan
ditimbulkannya. Namun, untuk terus mengurangi jumlah sampah yang setiap tahunnya
dialihkan ke tempat pembuangan sampah, daur ulang harus diperluas untuk mencakup
keragaman yang lebih besar (Kock & Domina, 2009). Pada penelitian Beccali, dkk
(2001) juga menekankan pada daur ulang sampah untuk mengurangi volume sampah
perkotaan. Ketidakpastian yang melekat dalam persepsi baik prioritas dan skala
tujuan-tujuan ekonomi dan lingkungan dapat menghasilkan kesulitan tambahan dalam
pengambilan keputusan manajemen (Chang, 1997).
2.2. Pengertian Bank Sampah
Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah
yang sudah dipilah – pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan
disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah.
Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankan. Penyetor adalah warga
yang tinggal disekitar lokasi bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti
menabung di bank (Rozak, 2014).
Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut jenis
sampah. Sampah yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang mempunyai
nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan bank
lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila
dalam bank yang biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi
dalam bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis,
11
jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem kerja bank
sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan
penghargaan kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah. Konsep
bank sampah mengadopsi menajemen bank pada umumnya. Selain bisa sebagai sarana
untuk melakukan gerakan penghijauan, pengelolaan sampah juga bisa menjadi sarana
pendidikan gemar menabung untuk masyarakat dan anak-anak. Metode bank sampah
juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat agar peduli terhadap kebersihan
(Novianty, 2012).
2.3. Kinerja Bank Sampah
Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan
mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. kinerja (prestasi kerja)
dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar) dimana kualitas adalah berkaitan
dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kwantitas adalah jumlah hasil kerja yang
dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu
yang telah direncanakan. Karakteristik yang membedakan kinerja auditor dengan kinerja
manajer adalah pada output yang dihasilkan (Trisnaningsih, 2007).
Menurut Indra Bastian, kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic
12
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Denpasar Nomor
188.45/195/HK/2015 tentang Penetapan Bank Sampah di Kota Denpasar Tahun 2015
memutuskan bahwa tugas dan tanggung jawab bank sampah adalah sebagai berikut yaitu
Melaksanakan usaha penanganan tata kelola sampah dan kebersihan di wilayah masing –
masing; Memilah dan mengolah sampah organik dan non organik menjadi barang yang
memiliki nilai ekonomis dan berdaya guna dalam upaya pengurangan beban sampah di
tempat pembuangan akhir (TPA); Melayani, menyiapkan dan menampung sampah
masyarakat di wilayahnya untuk di daur ulang; Menerima sampah masyarakat yang
dapat dikonversi dalam bentuk uang yang dapat ditabung dan dibukukan pada buku
tabungan; Melaksanakan kegiatan pembelajaran kebersihan lingkungan kepada
masyarakat; dan Menyiapkan tenaga, sarana dan prasaranayang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan swakelola kebersihan.
2.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Sampah
2.4.1. Pendanaan atau pembiayaan
Menurut Muhammad (2002) dalam Rimadhani (2011), pembiayaan secara luas
berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dijalankan oleh orang lain.
Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan. Pandangan pertama
dikenal dengan pandangan tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal
mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan tradisional diwakili oleh dua teori yaitu
13
(1958) yang menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan
(Wijaya, 2010).
2.4.2. Komitmen pemilik bank sampah
Komitmen pemilik bank sampah dapat diartikan tekad atau keinginan yang kuat
dari pemilik bank sampah dalam mengembangkan dan memajukan bank sampahnya
untuk dapat berkesinambungan serta selalu berperan aktif sehingga menghasilkan
kinerja bank sampah yang baik dalam mewujudkan tujuan, visi dan misi yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini ditekankan bahwa komitmen adalah unsur
perilaku sebagi upaya untuk mempertahankan dan menjaga hubungan jangka panjang
antara kedua belah pihak agar hubungan ini lebih bermakna (Setiawan, 2007).
2.4.3. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam pembangunan. Menurut Simanjuntak (1985) dalam Ali (1998) pengertian SDM
ada dua macam yaitu :
1. Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang atau jasa.
2. Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi baik barang
atau jasa.
2.4.4. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat ialah pengambilan bagian atau keikutsertaan masyarakat
menjadi nasabah pada bank sampah. Masyarakat yang menjadi nasabah terlihat dari
14
banyak masyarakat yang ikut serta dan berperan aktif dalam menabung sampahnya pada
bank sampah maka akan membuat bank sampah tersebut menjadi lebih berkembang
serta mampu beroprasi dengan baik. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Partisipasi langsung adalah
keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan masyarakat, mulai dari gagasan, perumusan
kebijakan hingga pelaksanaan operasional program. Sedang partisipasi tidak langsung
adalah berupa keterlibatan dalam masalah keuangan, pemikiran dan material
(Yuliastuti,dkk).
Dalam penelitian Chrysantin (2013) yang berjudul “ Strategi Public Relations PT
PJB (Pembangkitan Jawa-Bali) Dalam Program CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Sampah” menyatakan bahwa penelitian ini menunjukkan public relations PT PJB
memiliki model cooperative grand strategy dalam perumusan strategi kegiatan CSR
bank sampah, sehingga penetapan isu, sasaran hingga tim pelaksana di lapangan
memiliki kedekatan dengan mitra kerja yang bersangkutan, dan membuat proses setiap
tahapan berjalan dengan baik hingga mampu merubah perilaku masyarakat.
2.4.5. Promosi ke masyarakat
Menurut Green (1984) dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan definisi sebagai berikut: “Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”.
Promosi ke masyarakat merupakan suatu metode pengenalan bank sampah
15
dan wawasan masyarakat terhadap bank sampah guna meningkatkan minat dan
partisipasi masyarakat ke bank sampah. Metode tersebut dapat berupa penyebaran
brosur, spanduk, presentasi, iklan di televise, radio, dan yang lainnya (Juliandoni, 2013).
2.4.6. Dukungan pemerintah dan pimpinan wilayah
Koryati, dkk (2005) dalam Galileo (2012) menyebutkan kebijakan seringkali
dikaitkan dengan keputusan pemerintah yang menjadi pedoman untuk mengatasi
berbagai masalah publik dan mempunyai tujuan rencana dan program yang akan
dijalankan secara jelas. Ada beberapa makna tentang kebijakan pemerintah yakni:
1. Kebijakan Pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan
yang berorientasi pada tujuan.
2. Kebijakan itu merupakan apa yang benar benar dilakukan pemerintah, jadi bukan
merupakan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah melakukan
sesuatu.
3. Kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam arti merupakan keputusan pemerintah
untuk melakukan sesuatu atau tindakan melakukan.
4. Kebijakan pemerintah dalam arti positif didasarkan atau selalu dilandaskan pada
peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa (otoritatif).
Dalam penelitian Joliandoni (2013) yang berjudul “Pelaksanaan Bank Sampah
Dalam Sistem Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan”
menyatakan bahwa masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam
16
kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah untuk mengelola sampah di
lingkungan tersebut.
2.4.7. Kemitraan atau kerjasama antar bank sampah
Menurut Sulistiyani (2014) dalam penelitian Fahmi dkk, Kemitraan secara
etimologis berasal dari kata partnership yang berasal dari suku kata partner yang berarti
kawan, sekutu atau mitra. Secara definisi, maka kemitraan adalah suatu bentuk kerja
sama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga
memperoleh hasil yang lebih baik.
Kemitraan atau kerjasama antar bank sampah merupakan hubungan antara bank
sampah dengan bank sampah lainnya yang bertujuan saling membantu dan memotivasi