• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DI JAWA TIMUR."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

i

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Sektor Industri Dan Perdagangan Di Jawa Timur”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada.Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Drs. Ec. Wiwin Priana, MT, Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(2)

ii

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik cabang Kota Surabaya (BPS) , Bank Indonesia (BI) cabang Kota Surabaya, dan Deprtemen Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Provinsi Jawa Timur, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusuna skripsi ini. 6. Ayahanda, ibunda, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan

motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

(3)

iii

rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, Juli 2010

(4)

iv

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

ABSTRAKSI... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.... ... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.1.1. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Investasi ... 10

2.2.1.1. Pengertian Investasi ... 10

(5)

v

2.2.2.1. Definisi Industri ... 19

2.2.2.2. Klasifikasi Industri ... 20

2.2.3. Sektor Perdagangan ... 24

2.2.3.1. Pengertian Sektor Perdagangan ... 24

2.2.3.2. Karakteristik Usaha Sektor Perdagangan ... 25

2.2.3.3. Klasifikasi Umum Sektor Perdagangan ... 25

2.2.4. Inflasi ... 26

2.2.4.1. Pengertian Inflasi ... 26

2.2.4.2. Efek Inflasi ... 27

2.2.4.3. Jenis-jenis Inflasi ... 28

2.2.4.4. Dampak Inflasi ... 32

2.2.4.5. Teori-teori Inflasi ... 33

2.2.4.6. Cara Mengatasi Inflasi ... 35

2.2.4.7. Hubungan Inflasi Dengan Investasi Sektor Industri Perdagangan ... 38

2.2.5. Pertumbuhan Ekonomi ... 39

2.2.5.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 39

(6)

vi

Dengan Investasi Sektor Industri

Dan Sektor Perdagangan ... 61

2.2.6. Pendapatan Perkapita ... 62

2.2.6.1. Pengertian Pendapatan Perkapita ... 62

2.2.6.2. Teori Pendapatan ... 66

2.2.6.3. Kegunaan Pendapatan Perkapita ... 67

2.2.6.4. Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 67

2.2.6.5. Hubungan Pendapatan Perkapita dengan Investasi Sektor Industri Dan Perdagangan ... 67

2.3. Kerangka Pikir ... 68

2.4. Hipotesis ... 71

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 73

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 73

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 74

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 75

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 75

3.4.1. Teknik Analisis Data ... 75

(7)

vii

4.1.1. Kondisi Geografis Di Jawa Timur ... 87

4.1.2. Kondisi Perkembangan Investasi Di Jawa Timur ... 88

4..2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 90

4.2.1. Perkembangan Investasi Sektor Industri Dan Perdagangan ... 90

4.2.2. Perkembangan Inflasi ... 91

4.2.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... 92

4.2.4. Perkembangan Pendapatan Perkapita ... 93

4.3. Hasil Analisis Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator ... . 94

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 98

4.3.2. Uji Hipotesis ... 99

4.3.2.1. Uji Hipotesis Secara Simultan ... Sektor Industri ... 99

4.3.2.2. Uji Hipotesis Secara Parsial ... Sektor Industri ... 102

(8)

viii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 116 5.1. Kesimpulan ... 116 5.2. Saran ... . 118 DAFTAR PUSTAKA

(9)

ix

Gambar 1. Marjinal Efficiency Of Investmen ... 14

Gambar 2. Terjadinya Demand Pull Inflation ... 29

Gambar 3. Terjadinya Cost Push Inflation ... 31

Gambar 4. Kerangka Pikir ... 71

Gambar 5. Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis secara Simultan ... 78

Gambar 6. Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis secara Parsial ... 80

Gambar 7. Kurva Durbin -Watson ... 82

Gambar 8. Kurva Statistik Durbin –Watson ... 96

Gambar 9. Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan ... 101

Gambar 10. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Tingkat Inflasi Terhadap Sektor Industri ... 103

Gambar 11. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Sektor Industri ... 104

(10)

x

Terhadap Sektor Perdagangan... 110 Gambar 15. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Sektor Perdagangan ... 111 Gambar 16. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Pendapatan

(11)

xi

Tabel 1. Autokorelasi Durbin –Watson ... 84 Tabel 2. Perkembangan Sektoral Industri Dan Perdagangan

di Jawa Timur ... 91 Tabel 3. Perkembangan Inflasi di Jawa Timur Tahun 1994-2008 ... 92 Tabel 4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

di Jawa Timur Tahun 1994-2008... 93 Tabel 5. Perkembangan Pendapatan Perkapita Tahun 1994-2008

di Jawa timur ... 94 Tabel 6. Tes Autokorelasi ... 96 Tabel 7. Tes Multikolinier... 97 Tabel 8. Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi

Rank Spearman ... 98 Tabel 9. Analisis Varian (ANOVA) ... 100 Tabel 10. Hasil Analisis Variabel X Terhadap

Variabel Y ... 102 Tabel 11. Analisis Varian (ANOVA) ... 107 Tabel 12. Hasil Analisis Variabel X Terhadap

(12)

xii Lampiran 2 : Regression

Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel ANOVA Lampiran 3

Tabel Collinearity Diagnostics : Tabel Coefficients

Lampiran 4 : Tabel Residuals Statistics

Tabel Nonparametric Correlations Lampiran 5 : Regression

Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel ANOVA Lampiran 6 : Tabel Coefficients

Tabel Collinearity Diagnostics Lampiran 7 : Tabel Residuals Statistics

Tabel Nonparametric Correlations Lampiran 8 : Tabel Pengujian Nilai F

Lampiran 9 : Tabel Pengujian Nilai t

(13)

xiii ABSTRAKSI

Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap daerah senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya, Bank Indonesia (BI) cabang Kota Surabaya dan Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Provinsi Jawa Timur yang diambil selama kurun waktu 15 tahun mulai dari tahun 1994-2008. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji F dan uji t statistik.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas inflasi, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita terhadap investasi sektor industri dan investasi sektor perdagangan, dan secara parsial variabel pendapatan perkapita (X3) berpengaruh terhadap investasi sektor industri dan investasi sektor perdagangan dan variabel inflasi (X1), variabel pertumbuhan ekonomi (X2) secara parsial tidak mempengaruhi

terhadap investasi sektor industri dan investasi sektor perdagangan.

Kata Kunci : Investasi Sektor Industri (Y1), Investasi Sektor Perdagangan (Y2) di

Jawa Timur, Inflasi (X1), Pertumbuhan Ekonomi (X2), dan

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jawa timur sebagai propinsi berkembang dalam menyelenggarakan pembangunan nasional membutuhkan dana yang cukup besar. Pembangunan nasional merupakan salah satu pencerminan untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Jawa timur. Dewasa ini kesempatan untuk berinvestasi di Jawa timur semakin terbuka dalam rangka menghadapi perdagangan bebas yang akan di hadapi mulai tahun 2020 mendatang.

Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam ini investasi pada hakekat nya juga merupakan langkah awal kegiatan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap Negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tetapi juga investor asing. (Anonim, 2005:15)

(15)

sumber daya yang tersedia dapat dialokasikansecara efektif dan efisien. Hal ini dapt dikembangkan dengan adanya peran pemerintah ikut campur dalam meningkatkan produktifitas, efisiensi, dan kapabilitas nasional. (Porter, 2000 : 15)

Untuk mengalokasikan modal lebih dahulu harus diadakan kriteria untuk arah investasi. Pemilihan kriteria tidaklah mudah sebab mungkin kriteria yang satu memaksimumkan totalktu untuk suatu waktu tertentu, sedangkan kriteria yang lain mungkin lebih baik untuk memaksimumkan output pada waktu yang lain, Disamping itu, alokasi tidak saja mempengaruhi total output saja, tetapi juga distribusi. (Rosyidi, 2006 : 185)

Investasi di suatu daerah tidak bisa terlepas dari peranan pemerintah setempat karena peranan pemerintah dalam pembangunan ekonomi sangat besar. Bahwa peranan pemerintah dalam inisiatif dan memajukan perekonomian serta hubungan antara sektor pemerintah dan swasta adalah tergantung pada lingkungan sosial, tingkat perkembangan ekonomi, keadaan politik, serta tersedianya private manajemen, pengalaman-pengalaman dalam perusahaan negara dan efisiensi administrasi. Jadi peranan pemerintah dalam investasi tidak sama tetapi tergantung pada keadaan sosial dan politik daerah setempat. (Suparmoko, 1999 : 97)

(16)

investasi dalam negeri perkembangan tertinggi terdapat pada tahun 2000 dengan jumlah proyek 392 dan jumlah investasi sebesar Rp.93.897,1 miliar. Antara tahun 2003 – 2007, jumlah investasi (PMDN) sebesar Rp.1,3 Triliun. Perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah proyek 2065 dengan nilai Rp.536.664,9 miliar. Sektor industri merupakan sektor yang paling banyak menarik investasi,sedangkan sektor kehutanan merupakan sektor yang paling sedikit menarik investasi. (Anonim, 2005 : 501).

Peranan sektor perdagangan termasuk hotel dan restoran terhadap perekonomian tahun 2003 sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 1998 yakni dari 15,3 % menjadi 16,51 %. Kontribusi dari sektor perdagangan yang terbesar adalah dari sub sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 12,89 %, kemudian diikuti sub sektor restoran sebesar 3,07 % dan hotel sebesar 0,55 %. Sementara itu, peranan sektor perdagangan termasuk hotel dan restoran pada tahun 2004 sedikit menurun menjadi 16,17 %. Hal ini sejalan dengan menurunnya peranan sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor restoran masing-masing sebesar 12,63 % dan 2,98 %. (Anonim, 2005 : 1-3).

Berdasarkan fakta – fakta diatas, maka perlu diadakan penelitian dimana pengaruh Inflasi, Tingkat Pertumbuhan ekomomi dan Pendapatan Perkapita berpengaruh terhadap perkembangan investasi di sektor industri dan perdagangan di Jawa Timur

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Setelah memperhatikan uraian dalam latar belakang, maka dapat disusun suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pendapatan Perkapita mempunyai pengaruh terhadap Investasi Sektor Industri Dan Perdagangan Di Jawa Timur ?

2. Diantara Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pendapatan Perkapita manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Investasi Sektor Industri Dan Perdagangan Di Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah variabel Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pendapatan Perkapita mempunyai pengaruh terhadap Investasi sektor industri dan perdagangan di Jawa Timur

(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak antara lain:

a. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

b. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan terhadap Pemerintah daerah Jawa Timur dan pihak pengusaha untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan yang berhubungan dengan investasi, khususnya disektor industri dan perdagangan

c. Bagi Peneliti

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang

dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang

berkaitan dengan analisis beberapa faktor yang mempengaruhi investasi

sektor industri perdagangan di Jawa Timur, antara lain :

a. Ardriana ( 2000 : X ), dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi Swasta Di Jawa

Timur”. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara simultan

menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel Indeks

Harga Saham Gabungan (X1), PDRB Jawa Timur (X2), tingkat suku

bunga kredit investasi (X3), dan inflasi (X4) terhadap investasi

swasta (PMA dan PMDN) (Y). Hal ini diketauhi dari uji F yaitu

diperoleh F hitung sebesar 7,790 dan F tabel sebesar 3,48. Sedangkan

secara parsial variabel indeks harga saham gabungan (X1)

berpengaruh nyata terhadap investasi swasta (PMA dan PMDN) (Y)

dengan menggunakan uji t dimana t hitung sebesar 2,514 < t tabel

sebesar -2,228. Variabel PDRB di Jawa Timur (X2) berpengaruh

nyata terhadap investasi swasta (PMA dan PMDN) (Y) dimana t hitung

(20)

berpengaruh terhadap investasi swasta (PMA danPMDN) (Y)dasar

pegujian uji t dimana t hitung sebesar –0,4944 t tabel sebesar 2,228

b. Manoarfa (2001 : X), dengan judul penelitian “Pengaruh Investasi Swasta Dan Pemerataan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa

Timur”. Dari hasil penelitian ini adalah secara simultan terhadap

hubungan antara variabel bebas investasi swasta (X1) dan investasi

pemerintah (X2) terhadap variabel terikat pertumbuhan ekonomi (Y)

dengan F hitung sebesar 11,07 > F tabel 3,41,sedangkan secara parsial

variabel investasi swasta (X1) berpengaruh terhadap variabel terikat

pertumbuhan ekonomi (Y) dengan t hitung sebesar 2,2831 > t tabel

2,228 dan variabel bebas investasi pemerintah (X2) berpengaruh

terhadap variabel terikat pertumbuhan ekonomi (Y) dengan t hitung

sebesar 3,576 > t tabel 2,228

c. Parwanti (2004), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Jawa Timur”.

Menyimpulkan secara simultan bahwa menunjukkan hubungan

secara nyata antara variabel bebas nilai investasi (PMDN) (X1),

jumlah tenga kerja (X2), dan jumlah industri kecil (X3) terhadap

variabel terikat pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y). Hal ini

diketahui oleh uji F yaitu diperoleh F hitung = 7,401 > F tabel = 3,59.

sedangkan secara parsial nilai investasi (PMDN) (X1) berpengaruh

secara nyata terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y),

(21)

variabel parsial jumlah tenga kerja (X2) tidak berpengaruh secara

nyata terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y), dimana

t hitung = 0,960 < t tabel = 2,201. dan variabel jumlah industri kecil

(X3) berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan industri kecil di

Jawa Timur (Y) dimana t hitung = - 2,225 < t tabel = - 2,201.

d. Basuki (2007), dengan judul penelitian “Analisis Beberapa faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pada Industri Kecil Di Kabupaten

Gresik”. Berdasarkan hasil dari penelitian ini secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas

jumlah industri kecil (X1), tingkat suku bunga (X2), kredit modal

kerja (X3), produk domestik regional bruto(X24), dan investasi

terhadap investasi industri kecil di kabupaten Gresik (Y). hal ini

diketahui dari uji F yaitu diperoleh F hitung = 4,687 > F tabel = 4,12.

sedangkan secara parsial tingkat suku bunga (X2), kredit modal kerja

(X3), dan produk domestik regional bruto (X4) berpengaruh nyata

terhadap investasi industri kecil di kabupaten Gresik (Y). Jumlah

industri kecil (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap investasi

industri kecil di kabupaten Gresik (Y). Hal tersebut dikarenakan

perkembangan industri kecil pada masa mendatang tidak menentu,

sehingga para investor ragu untuk melakukan investasi pada industri

kecil yang prospek kedepannya tidak menentu. Inflasi tidak

berpengaruh secara nyata terhadap investasi industri kecil di

(22)

beli masyarakat. Jika inflasi naik akan berpengaruh terhadap daya

beli masyarakat meskipun pendapatan naik sehingga kecenderungan

untuk melakukan investasi kecil karena digunakan untuk konsumsi.

e. Desi (2000 : 111) dengan judul penelitian “Pengaruh Penyaluran Kredit Perbankan Terhadap Sektor Perdagangan Di Jawa Timur”.

Menyimpulkan bahwa hasil pengujian secara simultan menunjukkan

variabel terikat (Y) yaitu PDRB sektor perdagangan dan ada tiga

variabel bebas yaitu : Jumlah kantor bank (X1), Tingkat Suku Bunga

(X2), dan nilai tukar (X3). Dari hasil penelitian ini dengan Fhitung

(71,797) > Ftabel (3,59) diperoleh kesimpulan bahwa ketiga variabel

bebas tersebut secara bersama- sama berpengaruh terhadap PDRB

sektor perdagangan. Dari pengolahan data tersebut diperoleh Thitung

variabel jumlah kantor bank = 0,840 berarti tidak berpengaruh

terhadap PDRB sektor perdagangan dan variabel tingkat suku bunga

kredit = -4,724 berarti berpengaruh positif tetapi hubungannya

negatif terhadap PDRB sektor perdagangan sedangkan variabel

penyaluran kredit = 3,187 berpengaruh posiif terhadap PDRB sektor

perdagangan. Dan diketahui nilai R² (koefisien determinan) sebesar

95,1% yang berarti besarnya ketiga variabel bebas dapat

(23)

2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini

berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan

sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingkup, tempat penelitian dan

jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan penelitian

terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar

acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Beberapa Faktor

Yang Mempengaruhi Investasi Sektor Industri Dan Perdagangan”, dengan

variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Investasi

Industri (Y1) dan Investasi Perdagangan (Y2), sedangkan variabel bebas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi (X1), Pertumbuhan

Ekonomi (X2), dan Pendapatan Perkapita (X3).

2.2. Landasan Teori 2.2.1 . Investasi

2.2.1.1 Pengertian Investasi

Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”, apabila dalam bahasa Indonesia investasi adalah “penanaman modal”

investasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan

hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor

penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

(24)

Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman

Rosyidi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi

mengatakan bahwa investasi itu penambahan barang-barang

modal baru, sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah

investasi (Rosyidi, 1994: 158).

Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk

meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal. Stok barang

modal terdiri dari pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang

digunakan dalam proses produksi. (Dornbusch dan Fischer, 1995: 46).

Menurut Sukirno, investasi diartikan sebagai pengeluaran atau

pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah

kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia

dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat

nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang

digolongkan sebagai investor (atau pembentukan modal atau penanaman

modal), meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut:

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan

peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis

industri dan perusahaan.

b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan

(25)

c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan

mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir

tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2001: 107).

Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi investasi tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang

disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang

modal, selain itu bisa diartikan sebagai uasaha membina industri supaya

dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi

kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam

memperlancar proses produksi.

2.2.1.2. Teori Investasi

Menurut suparmoko, masalah investasi adalah suatu masalah

yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan

dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang

menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi dan terdapat 2

teori, yaitu:

a. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori

produktivitas batas (marginal productivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan

dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya

(26)

ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi

itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya

bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi

oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip

maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab

suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu

persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya

sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan

harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa :

1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari

investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari

investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima

setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam

produksi.

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya

ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang

diharapkan dari investasi itu.

b. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan

untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep

(27)

akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi dari pada tingkat suku

bunga.

Gambar 1 : Marginal Efficiency of Investment

Tingkat Pengembalian

Sumber : Sukirno , 1995, Pengantar Ekonomi Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 112

Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal

dan sumbu data menunjukkan jumlah investasi yang akan

dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) ditunjukkan tiga buah titik : A, B dan C menggambarkan bahwa

tingkat pengembalian modal adalah R0 dan investasi adalah I0. Ini

berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat

kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian

modal sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan

(28)

dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B

menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi

dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih, dan mod al yang

diperlukan adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk

mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat modal sebanyak atau

lebih, diperlukan modal sebanyak I2. Menurut garis MEI ini antara

lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu :

1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam

masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi

itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan

ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor

sehingga MEI menurun.

2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang

modal menjadi lebih tinggi. (Suparmoko, 1992 : 84).

2.2.1.3. Macam-Macam Investasi

Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang

pembagiannya sebagai berikut:

1. Autonomous Invesment dan Induced Investment

Autonomous Investment ( investasi otonomi ) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat

(29)

pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang

mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat

teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan

sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau investasi terimbas adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Public

investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal,

investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang

akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan

peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi.

Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu

lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan

bagi rakyat banyak.

3. Domestik Investment dan Foreign Investment

Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri, sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam

atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor

(30)

sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar

sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4. GrossInvestment dan Net Investment

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan

demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada

atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai

negatif. Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya

investasi bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan

yang terjadi selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta,

maka itu berarti bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar

Rp.15 juta. (Rosyidi, 1994 : 161).

2.2.1.4. Faktor – Faktor Yang Menentukan Investasi

a. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang

barang-barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan

apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada

waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan

barang dan jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik

modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa

(31)

yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau

menimbulkan kerugian, maka para pemilik modal harus membuat

ramalan-ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang.

b. Tingkat bunga.

Bagi perusahaan yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan

memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang

perkembangan tingkat bunga yang dapat mempengaruhi

beroperasinya setiap perusahaan oleh karena itu tingkat bunga dapat

digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan

menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para

pengusaha.

c. Perubahan dan perkembangan teknologi.

Kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha

lain, maka hal demikian itu ditanamkan mengadakan pembaharuan.

Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan teknologi,

maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang

dilakukan oleh para pengusaha.

d. Tingkat pendapatan Nasional dan perubahan-perubahannya.

Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa

akhir-akhir ini berbagai penemuan dan pembaharuan sangat besar

peranannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan

antara pendapatan nasional dan investasi merupakan cenderung

(32)

nasional semakin besar jumlahnya. Demikian pula sebaliknya,

apabila pendapatan nasional rendah biasanya nilai investasinya juga

rendah.

e. Keuntungan yang dicapai perusahaan.Setiap perusahaan yang

sangat berkembang salah satu faktor penting yang dapat

menentukan untuk kegiatan atau pengembangan investasi adalah

keuntungan yang diperolehnya. Apabila perusahaan-perusahaan itu

melakukan investasi dengan menggunakan tabungannya atau modal

kas, maka perusahaan yang harus dibayar untuk jangka waktu

berikutnya. Ini berarti disamping mengurangi biaya investasi yang

akan dilakukan secara otomatis akan menambah modal atau

keuntungan perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. (Rosyidi, 1994: 165).

2.2.2. Pengertian Umum Industri 2.2.2.1. Definisi Industri

Industri adalah usaha produktif terutama dalam bidang

produksi atau perusahaan tertentu untuk menyelenggarakan jasa-jasa

misalnya transportasi dan peralatan perhubungan yang menggunakan

(33)

Industri adalah tiap usaha yang merupakan unit produksi yang

membuat barang atau mengerjakan suatu barang atau bahan untuk

masyarakat disuatu tempat tertentu. (Arsyad, 1992 : 57).

Menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 1984 pasal 1 tentang

perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,

bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang yang

bernilai lebih tinggi, untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang

bangun dan perekayasa industri. (Anonim, 1994 : 21).

Berdasarkan pengertian tersebut diatas ternyata ada suatu

kesamaan yaitu mengenai proses produksi yang merupakan rangkaian

kegiatan dalam meningkatkan guna atau manfaat dari suatu bahan baku.

Industri juga berarti sebagai keseluruhan dari perusahaan-perusahaan

yang menghasilkan.

2.2.2.2. Klasifikasi Industri

Aktivitas yang dijalankan industri sangat beraneka ragam.

Apabila digolongkan akan diperoleh delapan kelompok utama yaitu :

a. Industri perburuan

b. Industri pengumpulan bahan dari hutan

c. Industri penambangan mineral

d. Industri peternakan

e. Industri pertanian

(34)

g. Industri perdagangan

h. Industri jasa. (Kuncoro, 2001 : 195).

Kemudian oleh Kuncoro macam-macam industri utama

tersebut diatas dikelompokkan berdasarkan fungsi industri yang terdiri

dari empat kelas yaitu :

a. Industri Ekstratif

Yaitu kegiatan ekonomi yang berurusan dengan pengurusan

sumber daya alam yang cadangannya tidak diusahakan atau tidak

mungkin diusahakan pembaharuannya misal perburuan

pengumpulan bahan, pertambangan dan bentuk-bentuk pertanian.

b. Industri Reproduktif

Yaitu yang produksinya tidak akan habis, terus mengalir karena

barang-barang yang dihasilkan dan dipungut akan diganti dengan

yang baru.

c. Industri Manufaktur

Yaitu industri yang memproduksi barang-barang dagang dari

bahan–bahan industri lain, misalnya produk peleburan,

penyulingan makanan kaleng dan lain-lain.

d. Industri Fasilitas

Yaitu industri yang menangani urusan-urusan yang berhubungan

dengan perdagangan dan jasa seperti transportasi, penyuluhan,

(35)

Menurut Winardi, macam-macam industri terdiri dari:

a. Industri muda

b. Industri yang sedang tumbuh

c. Industri yang stabil

d. Industri tua

e. Industri yang sedang mengalami kemunduran. (Winardi, 1993 : 119).

Dalam pengelompokan jenis industri nasional menurut

Departemen Perindustrian secara garis besar maka industri dapat

digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Industri Dasar

Yaitu meliputi dua sub kelompok. Sub kelompok pertama adalah

industri mesin dan logam dasar serta elektronik. Sedangkan sub

kelompok kedua adalah industri kimia dasar yang mempuyai dua

misi yaitu pertumbuhan ekonomi dan penguat struktur. Teknologi

yang dipergunakan adalah teknologi maju dan teruji serta tidak

padat karya.

b. Industri Hilir

Yaitu aneka industri, dengan misi pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan. Sedangkan teknologi yang dipergunakan adalah

(36)

c. Indutri Kecil

Yaitu dengan misi pemerataan dengan menggunakan teknologi

madya atau sederhana serta padat karya. (Anonim, 1994 : 56).

Ada beberapa kriteria dalam penggolongan industri yang

berdasarkan jumlah orang yang bekerja serta jumlah investasi yang

ditanamkan diantaranya yaitu :

a. Industri Besar

Yaitu kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

mempekerjakan lebih dari 100 orang, pada umumnya industri

yang dapat modal atau capital intensive serta menggunakan teknologi tinggi dan kurang menyerap tenaga kerja. Sasaran

utama yang ingin dicapai adalah peningkatan pertumbuhan

ekonomi dalam jangka panjang dan mempunyai investasi lebih

dari Rp.100.000.000,00

b. Industri Menengah

Yaitu perusahaan-perusahaan industri yang mempekerjakan

sekitar 20 sampai dengan 99 orang yang pada umumnya investasi

antara Rp.70.000.000,00 sampai dengan Rp.100.000.000,00

c. Industri Kecil Yaitu

Kumpulan dari unit–unit perusahaan yang mempekerjakan antara

(37)

mempunyai investasi maksimal tidak boleh lebih dari Rp.

70.000.000,00. (Arsyad, 1992 : 306).

2.2.3. Sektor Perdagangan

2.2.3.1. Pengertian Sektor Perdagangan

Perdagangan adalah usaha melakukan penjualan kembali

barang-barang baru maupun bekas tanpa mengalami perubahan teknis. Peraturan

daerah kota Surabaya nomor 3 tahun 2002 menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan perdagangan adalah kegiatan usaha jual beli barang

atau jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan

hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi.

(Anonim, 2008 : 224).

Perdagangan merupakan segala transaksi yang dilakukan oleh

suatu negara dalam hubungan ekonominya denga negara lain baik berupa

barang maupun jasa. Hal ini meliputi:

a. Hotel, mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang merupakan

sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan, yang

terbuka untuk umum atau hanya anggota suatu organisasi terbuka

atas dasar suatu pembayaran , penyediaan penginapan yang

diusahakan atas perkumpulan, yayasan atau pemerintahan.

b. Restoran, kegiatan yang mencakup usaha penjualan untuk

(38)

dikonsumsi di tempat penjualan, catering yang diusahakan secara

berdiri sendiri, kantin di pabrik atau kantor (Dumairy, 1997 : 90).

2.2.3.2. Karakteristik Usaha Sektor Perdagangan

Karakteristik Usaha Sektor Perdagangan yaitu:

1. Kegiatan usaha terbatas hanya melakukan jual-beli barang,tanpa

memberikan nilai tambah.

2. Barang dagangan berasal dari daerah setempat (regional) maupun

dalam negeri (nasional).

3. Kegiatan jual-beli ditujukan untuk memperoleh keuntungan

(komersialisasi).

4. Operasi usaha lebih bersifat padat karya dengan jumlah pegawai

tidak lebih dari 99 orang.

5. Pembeli barang dagangan adalah penduduk sekitar lokasi usaha.

2.2.3.3. Klasifikasi Umum Sektor Perdagangan

Usaha perdagangan dapat dibedakan menjadi dua(2) macam yaitu :

1. Perdagangan besar

usaha perdagangan dalam partai besar kepada pedagang

eceran,industri,kantor,rumah sakit,restoran dan jasa akomodasi.

2. Perdagangan eceran

usaha perdagangan dalam partai kecil yang umumnya langsung

(39)

2.2.4. Inflasi

2.2.4.1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu kondisi, ketika tingkat harga (agregat)

meningkat secara terus-menerus dan mempengaruhi individu, dunia

usaha dan pemerintah.(Puspopranoto, 2004 : 38).

Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang dan jasa

secara terus-menerus pada suatu periode tertentu. (Nopirin, 2000 : 25).

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk kenaikkan

secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua jenis

barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas

kepada sebagian besar dari harga-harga yang lain. (Boediono, 2001 : 161).

Definisi inflasi

a. Gejala kenaikan harga barang – barang yang bersifat umum dan

terus menerus. (Rahardja dan Manurung, 2000 : 155)

b. Inflasi dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan harga – harga

umum mengalami kenaikan secara terus menerus dan menyeluruh.

(Yuliati, 2001 : 98)

c. Inflasi dapat didefinisikan sebagai proses kenaikan harga – harga

yang berlaku dalam suatu perekonomian.(Sukirno, 2002 : 15)

d. Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus

(40)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah

proses kenaikan harga - harga umum barang – barang secara terus

menerus, ini tidak berarti bahwa harga – harga berbagai macam barang

itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan

tersebut tidaklah bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga umum

secara terus menerus selama satu periode tertentu.

2.2.4.2. Efek inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan. Alokasi

faktor produksi serta output. Dibawah ini ke tiga nya akan dibahas satu

demi satu :

a. Efek terhadap pendapatan (equity effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang

dirugikan ada pula yang diuntungkan. Demikian juga orang yang

menempuh kekayaan dalam bentuk uang kas akan menderita

kerugian karena adanya inflasi. sebaliknya pihak – pihak yang

mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka

yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan presentase lebih

besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat

menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian

kekayaan masyarakat. Inflasi seolah-olah merupakan pajak bagi

(41)

b. Efek terhadap Efisiensi (efficiency effect)

Inflasi dapat pula merubah pola alokasi faktor – faktor

produksi, perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan

karena berbagai macam barang yang kemudian mendorong

terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Hal

ini akan menyebabkan kenaikan produksi barang sehingga akan

merubah pola produksi lebih efisien.

c. Efek terhadap output (output effect)

Efek terhadap output mempertanyakan bagaimana efek

inflasi terhadap produksi. Artinya apakah akan mengakibatkan

kenaikan atau menurunkan output. Inflasi dapat menyebabkan

kenaikan produksi alasan nya dalam keadaan inflasi biasanya

kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga

keuntungan pengusaha baik. Kenaikan keuntungan ini akan

mendorong kenaikan produksi. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi

dengan output. Inflasi bisa dibarengi dengan punurunan output.

(Nopirin 1993 ; 32-33)

2.2.4.3. Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi bisa ditinjau dari tiga segi. Pertama, berdasarkan tingkat

keparahannya. Kedua, berdasarkan penyebabnya, yang sangat berkaitan

(42)

a. Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dibedakan atas beberapa

macam, yaitu :

• Inflasi ringan (dibawah 10% setahun).

• Inflasi sedang (antara 10-30% setahun).

• Inflasi berat (antara 30-100% setahun).

• Hiperinflasi (diatas 100% setahun).

b. Berdasarkan Penyebab

Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu :

1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan

berbagai barang bertambah terlalu kuat akibat tingkat harga

umum naik (misalnya karena bertambahnya pengeluaran

perusahaan).

Gambar 2 : Terjadinya Demand Pull Inflation

Harga D2 S

P2 D1

P1 D2

D 1

Q1 Q2 Output

(43)

Sebagaimana dalam gambar perekonomian dimulai

pada P1 dan tingkat output riil dimana (P1,Q1) berada pada

perpotongan antara kurva permintaan D1 dan kurva

penawaran S. Kurva permintaan bergeser keluar D2

pergeseran seperti itu dapat berasal dari faktor kelebihan

pengeluaran permintaan.

Pergeseran kurva permintaan menaikkan output riil (dari Q1 ke Q2) dan tingkat harga (dari P1 ke P2) maka inilah

yang disebut demand pull inflation (inflasi tarikan

permintaan) yang disebabkan penggeseran kurva

permintaan menarik keatas tingkat harga dan menyebabkan

inflasi.

2. Inflasi Dorongan Penawaran (Cost Push Inflation)

Inflasi yang timbul karena kenaikkan biaya produksi

biasanya ditandai dengan kenaikkan harga barang serta

turunnya produksi (misalnya kenaikkan harga barang baku

yang didatangkan dari luar negeri, kenaikkan harga harga

(44)

Gambar 3 :Terjadinya Cost Push Inflation

Harga S2

P2 S1

P1

D

Q1 Q2 Output

Sumber :Boediono, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 157.

Pada gambar diatas bahwa bila ongkos produksi naik

(misalnya kenaikan sarana produksi naik dari luar negeri

atau karena harga bahan bakar minyak) maka kurva

penawaran masyarakat bergeser dari S1 ke S2, harga tentu

saja naik dan menyebabkan inflasi dorongan biaya.

c. Berdasarkan Asal dari Inflasi

Dari segi asalnya, inflasi dapat dibedakan atas :

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena

defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan

(45)

2. Inflasi yang berasal dari luar negri (Imported Inflation)

Inflasi yang berasal dari luar negri adalah inflasi yang timbul

karena kenaikan harga-harga yaitu inflasi diluar negri atau di

negara-negara langganan berdagang negara kita.

2.2.4.4. Dampak inflasi

Menurut Sukirno, akibat buruk dari inflasi dapat dibedakan

menjadi dua aspek :

a. Akibat Buruk pada Perekonomian

Inflasi yang sangat tinggi dan tidak terkendali dapat mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi negara, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor

berikut :

1. Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif

kepercayaan pada nilai uang yang semakin turun

menyebabkan masyarakat pemilik modal menanamkan

uangnya pada investasi yang bersifat spekulatif, misal : tanah,

bangunan dan benda berharga.

2. Tingkat bunga meningkatkan dan akan menggurangi investasi,

untuk menghindari merosotnya nilai modal yang dipinjamkan

perbankan kepada debitur, maka institusi perbankan akan

meningkatkan bunga kreditnya sehingga akan mempengaruhi

(46)

3. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan

ekonomi dimasa yang akan datang

4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran, inflasi

menyebabkan harga barang impor lebih murah dibandingkan

dengan barang produksi dalam negeri.

b. Akibat Buruk pada Individu dan Masyarakat

1. Memperburuk distribusi pendapatan

Dalam masa inflasi nilai harga tetap seperti rumah, tanah dan

bangunan akan meningkat pesat, sedangkan bagi masyarakat

yang tidak memiliki harta pendapatan riilnya akan semakin

merosot.

2. Pendapatan riil merosot bagi penduduk yang berpenghasilan

tetap, daya beli mereka akan menurun akibat kenaikan harga

barang yang selalu mendahului peningkatan pendapatan

masyarakat. (Sukirno, 2002 : 307).

2.2.4.5. Teori-Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi,

masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu yang mencakup semua

aspek penting dari proses inflasi atau kenaikan harga. Teori-teori inflasi

(47)

a. Teori Kuantitas

adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, inti dari teori ini

adalah sebagai berikut :

1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume

uang yang beredar (apakah berupa penambahan uang kartal

atau uang giral tidak menjadi soal). Bila jumlah uang tidak

ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun

sebab musabab awal dari kenaikan harga tersebut.

2. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang

beredar dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan

harga-harga di masa mendatang.

b. Teori Keynesian

Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup

diluar batas kemampuan ekonominya. Teori ini juga menyoroti

bagaimana perebutan rezeki antar golongan masyarakat akan bisa

menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah

barang yang tersedia yaitu I > S.

c. Teori Strukturalis

Teori ini disebut juga teori jangka panjang adalah teori yang

menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur

ekonomi, khususnya ketegaran supply bahan makan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi

(48)

kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan

kalangan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga

barang lain, sehingga terjadi inflasi yang relative berkepanjangan

bila pembangunan sektor penghasilan bahan pangan dan industri

barang ekspor tidak dibenahi atau ditambah. (Putong, 2003 : 261).

2.2.4.6. Cara Mengatasi Inflasi

Inflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat

dilakukan pemerintah dengan cara melakukan beberapa kebijakan yang

menyangkut bidang moneter, fiskal dan non moneter. Adapun penjelasan

kebijakan tersebut akan diuraikan di bawah ini.

a. Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah

uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang

beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan

jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal.

Untuk menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia menjalankan

beberapa politik/kebijakan yaitu politik diskonto, politik pasar

terbuka dan menaikan cash ratio.

1. Politik Diskonto ditujukan untuk menaikan tingkat bunga

(49)

yang menggunakan dana pinjaman akan tertahan karena

modal pinjaman menjadi mahal.

2. Politik Pasar Terbuka dilakukan dengan cara menawarkan

surat berharga ke pasar modal. Dengan cara ini diharapkan

masyarakat membeli surat berharga tersebut seperti SBI

yang memiliki tingkat bunga tinggi, dan ini merupakan

upaya agar uang yang beredar di masyarakat mengalami

penurunan jumlahnya.

3. Cash Ratio artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung

kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan

jalan menaikan perbandingan antara uang yang beredar

dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan

kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang

sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang.

b. Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan

finansial pemerintah. Bentuk kebijakan ini antara lain :

1. Pengurangan pengeluaran pemerintah, sehingga

pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa

dikendalikan.

2. Menaikkan pajak, akan mengakibatkan penerimaan uang

(50)

masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan

barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya

berkurang.

c. Kebijakan Non Moneter

Kebijakan non moneter dapat dilakukan dengan cara menaikan

hasil produksi, kebijakan upah dan pengawasan harga dan

distribusi barang.

1. Menaikan hasil produksi, cara ini cukup efektif mengingat

inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi

tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh

karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau

memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan

bakar, produksi beras.

2. Kebijakan upah, tidak lain merupakan upaya menstabilkan

upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering

dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan

dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan

meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara

keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.

3. Pengawasan harga dan distribusi barang dimaksudkan agar

harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan

pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran

(51)

berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang baik

biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk

menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat

dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah

melalui Bulog atau KUD.

2.2.4.7. Hubungan Inflasi Dengan Investasi Sektor Industri Dan Perdagangan

Inflasi merupakan salah satu penyakit perekonomian suatu

negara. Agar inflasi dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur

perekonomian secara umum, karna angka inflasi ini mencerminkan

kondisi stabilitas perekonomian suatu negara. Angka laju inflasi yang

tinggi menunjukkan bahwa suatu perekonomian mengalami gangguan,

baik berupa ekspor yang menurun karena turunnya daya saing,

menurunnya tabungan dan investasi maupun gangguan – gangguan

lainnya (Sukendar, 2000 : 166)

Pada saat tingkat inflasi tinggi, maka kondisi perekonomian

menjadi lesu. Hal ini secara otomstis akan berpengaruh terhadap

kegairahan usaha diberbagai bidang. Pelaksanaan investasi menjadi

terhambat, sehingga produksi nasional akan menurun. Menurunnya

produksi secara nasional dapat menurunkan pendapatan nasional.

(52)

perkembangan ekonomi Negara tersebut mengalami penurunan. Oleh

karena itu, pada tingkat inflasi tinggi, maka pemerintah harus cepat

tanggap dalam menentukan kebijakan dalam melakukan pengendalian

tingkat inflasi. Hal ini harus dilakukan pemerintah, agar investasi yang

sudah berlangsung diberbagai bidang tidak mengalami penurunan

khususnya investasi disektor industri dan perdagangan.

2.2.5. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.5.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan

dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

(Sukirno, 2004 : 9).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka

panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 2004 : 99).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional

secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu

periode perhitungan tertentu. (Putong, 2003 : 252).

Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi

diatas, pertumbuhan ekonomi mempunyai tiga komponen yaitu :

a. Pertumbuhan suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus

(53)

b. Teknologi maju merupakan faktor-faktor dalam pertumbuhan

ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan

dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.

c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya

penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi dengan inovasi

yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat

dimanfaatkan secara tepat. (Jhingan, 1991 : 72).

2.2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi, yaitu :

a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya

Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan

tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan

hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang

tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah

usaha untuk mengembangkan perekonomian sesuatu negara,

terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan

ekonomi. Di dalam setiap negara di mana pertumbuhan ekonomi

baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan

berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan

pertambangan) yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat

(54)

pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan

ekonomi modern di satu pihak.

Terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi

(sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang sangat rendah) di

lain pihak, membatasi kemungkinan untuk mengembangkan

berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila negara tersebut

mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan

menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat

diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat.

b. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah

tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu

menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan,

latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu

bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas

bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi

yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya

perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari penduduk.

Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sesuatu negara

juga bergantung kepada jumlah pengusaha dalam sejumlah

penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak kegiatan

(55)

Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk

terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan

itu kepada luas pasar. Perkembangan penduduk menyebabkan

besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor

perusahaan akan bertambah pula. Karena peranannya ini maka

perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada

pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.

c. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi

keefisienan pertumbuhan ekonomi. Didalam masyarakat yang sangat

kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar perannya

dalam kegiatan ekonomi. Tanpa adanya alat-alat untuk menangkap

ikan dan berburu, alat-alat untuk bercocok tanam dan mengambil

hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan mengalami

kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari makanannya

sehari-hari.

Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai

tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang

dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang.

Barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan

teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan

yang penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang

(56)

sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami perkembangan,

kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih rendah daripada yang

dicapai pada masa kini. Tanpa adanya perkembangan teknologi,

produktivitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan

dan tetap berada pada tingkat yang sangat rendah. Oleh karena itu

pendapatan perkapita hanya mengalami perkembangan yang sangat

kecil. Kemajuan ekonomi yang berlaku di berbagai negara terutama

ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi

menimbulkan beberapa efek yang positif dalam pertumbuhan

ekonomi, dan oleh karenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih

pesat.

d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya

dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis

mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara

berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem

sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius

kepada pembangunan.

Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat

masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern

dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan

ekonomi tidak dapat dipercepat. Juga di dalam sistem sosial dimana

(57)

yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis, pembangunan

ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang diharapakan. Sikap

masyarakat juga dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan

ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap

masyarakat yang dapat memberikan dorongan yang besar kepada

pertumbuhan ekonomi. Sikap yang sedemikian itu antara lain adalah

sikap berhemat yang bertujuan untuk mengumpulkan lebih banyak

uang untuk investasi, sikap yang sangat menghargai kerja keras dan

kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan usaha, dan sikap yang

selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan.

Apabila di dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam

sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat

pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha untuk

menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Perombakan dalam

sistem sosial, seperti misalnya menghapuskan kekuasaan tuan tanah

dan memberikan tanah kepada para petani yang tidak memiliki

tanah, adalah suatu langkah yang perlu dilakukan.

Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan.

Perubahan itu terutama harus ditujukan agar masyarakat bersedia

bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan

yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan

(58)

pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.

(Sukirno, 2004 : 430-432).

2.2.5.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai

oleh suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk

Nasional Bruto Riil atau Produk Domestik Riil. Untuk menentukan

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, dihitung berdasarkan

laju perubahan Pendapatan Nasional riil per tahun dalam persentase

atau besarnya pertambahan riil Pendapatan Nasional riil tahun t

(sekarang) dikurangi tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dikalikan 100 %

atau dengan rumus persamaan sebagai berikut :

Gt = PNB rt - PNB rt-1 X 100 % ...(Ritonga, 2003 : 159).

PNB rt-1

Dimana:

Gt = Pertumbuhan Ekonomi pada tahun t

PNB rt = Pendapatan Nasional riil pada tahun t

PNB rt-1 = Pendapatan Nasional riil pada tahun t-1

Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain :

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan

(59)

tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto

ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan

alat pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan

kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.

b. Produk Domestik Bruto Perkapita

Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur

pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan

penduduk suatu negara dari pada Produk Domestik Bruto (PDB)

saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk

domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

c. Pendapatan Perjam Kerja

Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat

untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu

negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih

tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang

sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan

lebih maju dari negara lain. (Suparmoko, 2000 : 205).

2.2.5.4. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow

Profesor Walt Whitman Rostow mengajukan teorinya

pertama kali dalam Economic Journal dan kemudian

(60)

Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap

dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu dari tahap

tersebut. Kelima tahap pertumbuhan ekonomi itu adalah :

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

3. Lepas landas (the take-off)

4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption). Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi

tersebut diatas sebagai berikut.

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang

dalam kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang

sangat sederhana dan telah berlaku secara turun-temurun,

baik dalam berproduksi maupun dalam tata cara / adat

istiadat. Tingkat produktivitas mereka masih sangat terbatas

karena sebagian besar sumber daya masyarakat hanya

digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Struktur

sosial bersifat hierarkis, maksudnya kedudukan seseorang

dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan ayahnya,

kakeknya, dan kakek moyangnya. Dalam masyarakat ini

(61)

petani biasa untuk menjadi tuan tanah atau kelas

masyarakat lainnya yang lebih tinggi dari petani.

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

Masa selanjutnya adalah masa ketika masyarakat

telah mulai sadar terhadap pentingnya pembangunan

ekonomi. Ide-ide baru telah mulai diterima untuk mencapai

kemajuan hidup mereka. Masa ini disebut sebagai masa

peralihan atau prasyarat untuk landas.

Ciri-ciri penting dalam masyarakat ini adalah

adanya perubahan sistem politik, struktur sosial, nilai-nilai

masyarakat, dan struktur kegiatan ekonominya mulai

bergerak dinamis, industri-industri bermunculan,

perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga keuangan

resmi sabagai penggerak dana masyarakat mulai

bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama

pada industri manufaktur. Bila perubahan-perubahan seperti

itu timbul, yang menyebabkan pertumbuhan selalu terjadi,

maka proses pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah

mulai berlangsung. Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih

sering terjadi, suatu negara sudah dapat dianggap berada

(62)

3. Lepas landas (the take-off)

Dalam tahap ini pertumbuhan ekonomi merupakan

peristiwa yang selalu berlangsung. Pada permulaannya

terjadi perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat

seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat

dalam inovasi, dan terbukanya pasar-pasar baru. Akibat dari

perubahan ini akan tercipta pembaruan-pembaruan secara

teratur dan terjadi peningkatan penanaman modal.

Penanaman modal yang tinggi akan meningkatkan

pendapatan nasional yang melebihi tingkat pertambahan

penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita

semakin lama akan semakin bertambah besar.

Terdapat tiga ciri untuk mengetahui apakah suatu

negara sudah mencapai tahap lepas landas atau belum,

yakni :

a. Kenaikan penanaman modal yang produktif

meningkat dari 5% atau kurang menjadi 10% dari

Produk Nasional Netto.

b. Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor

industri dengan tingkat laju perkembangan yang

tinggi.

c. Segera tercipta suatu kerangka dasar politik, sosial,

Gambar

Gambar 1 : Marginal Efficiency of Investment
Gambar 2 : Terjadinya Demand Pull Inflation
Gambar 3 :Terjadinya Cost Push Inflation
Gambar 4 : Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh   Terhadap Pendapatan Industri Perdagangan  di Jawa timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat

[r]

Kedua, reaksi yang dilakukan mayarakat Desa Cangkringsari ketika adanya calon bupati mantan koruptor yaitu tidak memilihnya karena jika masyarakat tetap memilih

Pada tahap akhir, setelah data hasil analisis yang berisi jawaban atas rumusan masalah penelitian kualitatif yang diuraikan secara singkat, penulis dapat

It may not feel like it, but we’ve covered a lot of ground in this chapter. We installed FXRuby and ensured that it’s working properly. We also developed a simple but functional

Tentu tidak, namun pertanyaan yang lebih mendasar dan perlu dipikirkan terkait dengan aspek memori kolektif masyarakat adalah: “Apakah sebagai bangsa harus terpenjara

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul: “ PELAKSANAAN PENGAWASAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

eksekusi obyek hak tanggungan dengan perantaraan Balai Lelang Swasta. Wawancara dilakukan secara langsung dengan para narasumber yang telah dipilih,.