PEMUNGUTAN SENYAWA FENOL DARI LIMBAH CAIR
INDUSTRI TEKSTIL DENGAN PROSES EKSTRAKSI
SKRIPSI
Diajukan kepada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Teknik (S.T)
Oleh:
Hermawan NIM. 5213412005
Lelita Sakina Sari NIM. 5213412040
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
A
b
so
rb
a
n
si
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Kandungan Total Fenol pada Limbah Cair Industri Tekstil
Hasil analisis kandungan total fenol pada limbah cair industri tekstil dengan menggunakan uji Folin-Ciocalteu (FC) yang dilakukan di Lab. Kimia Analitik Jurusan FMIPA Undip, didapatkan hasil bahwa limbah cair industri tekstil mengandung total fenol sebesar 10 ppm. Pemungutan senyawa fenol dilakukan dengan proses Ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut anatara lain larutan aseton dan larutan metanol.
4.2 Ekstraksi Senyawa Fenol
4.2.1 Penentuan Waktu Kesetimbangan pada Ekstraksi Senyawa Fenol dari
Limbah Cair Industri Tekstil.
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
Fenol-Acetone
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)
R
Gambar 4.2 Hubungan Absorbansi & Waktu Kesetimbangan di Fase Rafinat pada Ekstraksi Senyawa Fenol dari Limbah Cair Industri Tekstil
Dari data percobaan diatas dapat dilihat, bahwa konsetrasi fenol konstan tanpa adanya perubahan terjadi pada waktu 70 menit, hal ini menunjukkan bahwa waktu kesetimbangan terjadi pada waktu 70 menit karena konsentrasi fenol yg terekstrak sudah tidak mengalami perubahan terhadap waktu. Dengan data kesetimbangan tersebut didapat waktu kesetimbangan ekstraksi cair-cair senyawa fenol dari limbah cair industri tekstil yaitu selama 70 menit, waktu kesetimbangan ini nantinya digunakan sebagai dasar untuk percobaaan semua variabel.
4.2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Rendemen pada Ekstraksi Fenol dari Limbah
Cair Industri Tekstil.
Gambar 4.3 Hubungan Rendemen & Suhu Terhadap Kecepatan Pengadukan pada Ekstraksi Fenol dengan Pelarut Aseton (Hitam) dan
digunakan terhadap rendemen pada ekstraksi fenol dengan menggunakan pelarut aseton konsentrasi 70 % dan pelarut metanol konsentrasi 70%. Nilai rendemen ekstraksi fenol menggunakan pelarut aseton yang paling besar yaitu pada kondisi suhu 40oC dengan nilai rendemen sebesar 91,87%. Sedangkan nilai rendemen yang paling kecil yaitu pada kondisi tanpa pemanasan (28oC) sebesar 4,375%. Sedangkan nilai rendemen fenol pada ekstraksi fenol menggunakan pelarut metanol paling besar yaitu pada suhu 50oC dengan nilai rendemen sebesar 80.43%. Sedangkan nilai rendemen yang paling kecil terjadi pada kondisi tanpa pemanasan (28oC) sebesar 28,63%.
Kenaikan suhu operasi menunjukkan peningkatan rendemen fenol, akan tetapi pada suhu 50oC nilai rendemen mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pada suhu 50oC sudah mendekati titik didih dari pelarut aseton sehingga ada beberapa molekul dari pelarut yang berubah menjadi fase uap yang dapat menurunkan kemampuan pelarut untuk mengikat solut, selain itu senyawa fenol yang terekstrak sudah mendekati jenuh sehingga penambahan suhu sudah tidak effisien lagi (Tiara Febriyanti,2004). Hal ini menunjukkan bahwa suhu paling optimum yang digunakan pada ekstraksi fenol dengan menggunakan pelarut aseton konsentrasi 70% yaitu pada suhu 40oC.
Rende
m
en
(
%)
4.2.3 Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Randemen pada Ekstraksi
Fenol dari Limbah Cair Industri Tekstil.
100
80
27 60
40
50 40
27
20 40 50
0
0 100 200 300 400
Kecepatan Pengadukan (rpm)
Gambar 4.4 Hubungan Rendemen & Kecepatan Pengadukan Terhadap Suhu pada Ekstraksi Fenol dengan Pelarut Aseton (Hitam) dan Pelarut
Metanol (Putih)
Gambar 4.4 menunjukkan pengaruh kecepatan pengadukan (100 rpm, 200 rpm, 300 rpm) yang digunakan terhadap rendemen pada ekstraksi fenol dengan menggunakan pelarut aseton konsentrasi 70% dan pelarut metanol konsentrasi 70%. Nilai rendemen pada ekstraksi fenol menggunakan pelarut aseton yang paling besar yaitu pada kondisi kecepatan pengadukan sebesar 300 rpm. Nilai rendemen mengalami peningkatan seiring dengan semakin besar kecepatan pengadukan yang digunakan, Sedangkan untuk ekstraksi fenol menggunakan pelarut metanol sama seperti ekstraksi fenol dengan menggunakan pelarut aseton nilai rendemen ekstraksi fenol dengan menggunakan pelarut metanol yang paling besar yaitu pada kondisi kecepatan pengadukan sebesar 300 rpm.
Ko
4.2.4 Pengaruh Pelarut Terhadap Randemen pada Ekstraksi Fenol dari
Limbah Cair Industri Tekstil.
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa ekstraksi fenol dengan menggunakan pelarut aseton konsentrasi 70%, didapatkan nilai rendemen ekstraksi fenol dari limbah cair industri tekstil yang paling optimum sebesar 91,87%, dengan kondisi operasi kecepatan pengadukan 300 rpm dan suhu 40oC, sedangkan pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa ekstraksi fenol dengan menggunakan pelarut metanol konsentrasi 70%, didaptkan nilai rendemen fenol dari limbah cair industri tekstil yang paling optimum sebesar 80.43 %, dengan kecepatan pengadukan 300 rpm dan suhu 50oC. Dari penjelasan diatas dapat dsimpulkan bahwa pelarut yang paling optimum yang dapat digunakan untuk ekstraksi senyawa fenol dari limbah cair industri tekstil yaitu aseton.
4.2.5 Pengaruh Suhu Terhadap Koefisien Distribusi pada Ekstraksi Fenol dari
Limbah Cair Industri Tekstil.
240
Gambar 4.5 Hubungan Koefisien Distribusi & Suhu Terhadap Kecepatan Pengadukan pada Ekstraksi Fenol dengan Pelarut Aseton (Hitam) dan
Pelarut Metanol (Putih)
dengan nilai Ki sebesar 189,529. Sedangkan nilai Ki yang paling rendah terjadi pada kondisi operasi tanpa pemanasan (28oC) sebesar 0,122. . Hal ini menunjukkan bahwa kondisi operasi paling optimum yaitu pada suhu 40oC. Sedangkan Nilai Ki ekstraksi fenol menggunakan pelarut metanol paling besar terjadi pada kondisi operasi dengan suhu 50oC dengan nilai Ki sebesar 216,334. Sedangkan nilai Ki yang paling rendah terjadi pada kondisi operasi tanpa pemanasan (28oC) sebesar 0,6845. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi paling optimum yaitu suhu 50oC.
K
o
ef
is
ie
n
Di
st
ri
bus
i
(K
i)
4.2.6 Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Koefisien Distribusi pada
Ekstraksi Fenol dari Limbah Cair Industri Tekstil.
250
200
28 150
40
50 100 28 40 50 50
0
0 100 200 300 400
Kecepatan Pengadukan (rpm)
Gambar 4.6 Hubungan Koefisien Distribusi & Kecepatan Pengadukan Terhadap Suhu pada Ekstraksi Fenol dengan Pelarut Aseton (Hitam) dan
Pelarut Metanol (Putih)
4.2.7 Pengaruh Pelarut Terhadap Koefisien Distribusi pada Ekstraksi Fenol
dari Limbah Cair Industri Tekstil.
4.2.8 Pemodelan Kesetimbangan Cair-cair pada Ekstraksi Fenol dari
Limbah Cair Industri Tekstil dengan Pelarut Aseton.
Pada percobaan yang telah dilakukan didapat data kesetimbangan cair-cair sistem terner pada ekstraksi cair-cair limbah industri tekstil yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Kesetimbangan Cair-cair Ekstraksi Fenol di Fase Ekstrak No Fraksi mol fenol (Xa) Fraksi mol Air (Xc) Fraksi mol Aseton (Xb)
Pada data kesetimbangan cair-cair yang sudah didapat dari hasil eksperimen dengan menggunakan pelarut aseton selanjutmya di korelasikan ke dalam pemodelan Three-Suffix Margulles. Gambar 4.7 menunjukkan bahwa perbandingan hasil perhitungan dan eksperimental fraksi mol dalam fase ekstrak dan fase rafinat, dari hasil korelasi data kesetimbangan cair-cair model Three-
Suffix Margulles memberikan korelasi yang baik terhadap data kesetimbangan cair-
cair. Hal tersebut ditunjukkan dengan grafik hasil korelasi yang dapat mem-fitting data kesetimbangan cair-cair dengan baik, maka model Three-Suffix Margulles cocok untuk memprediksi kesetimbangan cair-cair pada proses ekstraksi fenol dengan menggunakan pelarut aseton 70%.
Tabel 4.3 Koefisien Aktifitas Hasil Perhitungan dengan Model Three-Suffix Margulles Untuk Ekstraksi Fenol Menggunakan Pelarut Aseton
Suhu
ᵞ
XA
ᵞ
XBᵞ
XCᵞ
YAᵞ
YBᵞ
YD27 1.143 1.292 2.132 1.158 4.711 0.871
40 1.181 1.105 2.464 1.222 5.718 0.801
50 1.197 1.091 2.546 1.225 5.861 0.795
Tabel 4.4 Parameter Interaksi dengan Model Three-Suffix Margulles Untuk Ekstraksi Fenol Menggunakan Pelarut Aseton
Pe
Gambar 4.7 Hubungan antara Data Hitung dan Data Eksperimen untuk Ekstraksi Fenol Menggunakan Pelarut Aseton Pada Suhu (A) 27oC, (B) 40oC,
4.2.9 Pemodelan Kesetimbangan Cair-cair pada Ekstraksi Fenol dari
Limbah Cair Industri Tekstil dengan Pelarut Metanol.
Tabel 4.5 Data Kesetimbangan Cair-cair Ekstraksi Fenol di Fase Ekstrak No Fraksi Mol Fenol
Pada data kesetimbangan sistem terner yang sudah didapat dari hasil eksperimen dengan menggunakan pelarut metanol selanjutmya di korelasikan kedalam pemodelan Three-Suffix Margulles. Gambar 4.8 menunjukkan bahwa perbandingan hasil perhitungan dan eksperimental fraksi mol dalam fase ekstrak dan fase rafinat. Pada korelasi sistem terner, sistem terner dapat diprediksi berdasarkan parameter interaksi biner yang didapatkan dari hasil korelasi model terhadap data kesetimbangan cair-cair, dari hasil korelasi data kesetimbangan cair- cair model Three-Suffix Margulles memberikan korelasi yang baik terhadap data kesetimbangan cair-cair system pelarut metanol . Hal tersebut ditunjukkan dengan Gambar 4.8 grafik hasil korelasi yang dapat mem-fitting data kesetimbangan cair- cair dengan baik, maka model Three-Suffix Margulles cocok untuk memprediksi kesetimbangan cair-cair pada proses ekstraksi fenol dengan menggunakan pelarut metanol 70 %.
Tabel 4.7 Koefisien Aktifitas Hasil Perhitungan dengan Model Three-Suffix Margulles Untuk Ekstraksi Fenol Menggunakan Pelarut Metanol
Suhu
ᵞ
XA
ᵞ
XBᵞ
XCᵞ
YAᵞ
YBᵞ
YD27 1.53 0.924 4.978 1.623 48.84 0.931
40 1.519 0.933 4.769 1.472 21.55 0.924
50 1.511 0.932 4.812 1.505 23.93 0.931
Tabel 4.8 Parameter Interaksi dengan Model Three-Suffix Margulles Untuk Ekstraksi Fenol Menggunakan Pelarut Metanol
Pe
Gambar 4.8 Hubungan antara Data Hitung dan Data Eksperimen untuk Ekstraksi Fenol Menggunakan Pelarut Metanol Pada Suhu (A) 27oC, (B) 40oC, (C) 50oC
Tabel 4.3 dan Tabel 4.7 menunjukkan nilai koefisien aktivitas proses ekstraksi fenol menggunakan pelarut metanol dan pelarut aseton yang diperoleh dari perhitungan dengan model Three-Suffix Margules, dari nilai koefisien aktifitas pada masing-masing komponen menunjukan komponen fenol, aseton dan metanol pada fase ekstrak bernilai satu, hal ini menunjukkan komponen fenol, aseton dan metanol berada dalam keadaan ideal dalam sistem ini, tetapi nilai koefisien aktifitas komponen air pada fase ekstrak bernilai lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa komponen air berada dalam keadaan tidak ideal dalam sistem ini. Sedangkan nilai koefisien aktifitas pada masing-masing komponen menunjukan komponen fenol dan kerosen pada fase rafinat bernilai satu, hal ini menunjukkan komponen fenol dan kerosen berada dalam keadaan ideal dalam sistem ini, tetapi nilai koefisien aktifitas komponen aseton dan metanol pada fase rafinat bernilai lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa komponen air berada dalam keadaan tidak ideal dalam sistem.
Tabel 4.4 dan Tabel 4.8 menunjukkan optimasi parameter Three-Suffix Margules untuk ekstraksi fenol menggunakan pelarut aseton dan ekstraksi fenol menggunakan pelarut metanol, parameter interaksi model Three-Suffix Margules tidak menunjukkan perubahan yang cukup signifikan dengan adanya perubahan suhu pada proses ekstraksi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa parameter Three-
Suffix Margules untuk Ekstraksi fenol menggunakan pelarut aseton dan ekstraksi
fenol menggunakan pelarut metanol tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Gambar 4.7 dan gambar 4.8 menunjukkan bahwa antara data eksperimen dan data hasil perhitungan untuk ekstraksi fenol menggunakan pelarut aseton dan pelarut metanol dengan model Three- Suffix Margulles telah mem-fitting data kesetimbangan dengan baik. Data kesetimbangan hasil eksperimen ekstraksi fenol menggunakan pelarut metanol dengan model Three-Suffix Margulles dapat
mem-fitting data kesetimbangan lebih baik jika dibandingkan dengan data kesetimbangan
Pembimbing Dr. Dewi Shelvia Fardhyanti, S.T., M.T.
Limbah cair industri tekstil mempunyai karakteristik berwarna, pH tinggi, kadar BOD, COD, suhu, padatan terlarut dan tersuspensi tinggi. Limbah industri tekstile mengandung senyawa fenol yang sukar diuraikan secara alami. Hasil pengujian limbah tekstil memiliki kandungan fenol sebesar 10 ppm, senyawa fenol ini dapat dikatakan aman jika masih memenuhi persyaratan perairan dengan kadar fenol maksimum sebesar 0,2 ppm. Senyawa fenol yang dibuang ke perairan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi dalam air limbah tanpa pengolahan yang baik sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air dan akan menyebabkan kerusakan
lingkungan karena bersifat karsinogenik. Fenol sebenarnya mempunyai nilai ekonomis bisa
berfungsi sebagai zat disenfektan.
Pemisahan senyawa fenol tersebut menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan bantuan solven atau pelarut, dimana pemisahan fasa cair ini memanfaatkan perbedaan kelarutan zat yang akan dipisahkan yaitu antara larutan asal dan pelarut (solven). Limbah cair industri tekstil diekstraksi dengan menggunakan pelarut metanol dan aseton dengan kadar 70%. Ekstraksi dilakukan selama 70 menit. Sampel kemudian dipisahkan untuk membentuk dua lapisan yaitu lapisan ekstrak dan rafinat. Ekstrak dan rafinat kemudian diuji menggunakan spektrofotometer UV-Vis sehingga diperoleh data kesetimbangan cair-cair.
Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh suhu, kecepatan pengadukan, dan solven yang digunakan terhadap koefisen distribusi (Ki) dan rendemen pada ekstraksi cair-cair, dan mengkorelasikan model kesetimbangan cair-cair Three-Suffix Margules terhadap data kesetimbangan.
Hasil menunjukkan, koefisien distribusi dan rendemen pada ekstraksi dengan menggunakan solven metanol 70% tertinggi didapat dalam suhu 50oC, kecepatan pengadukan 300 rpm sebesar 216,334 dan 80,43%, sedangkan pada ekstraksi menggunakan solven aseton 70% hasil tertinggi didapatkan pada suhu 40 oC dengan kecepatan pengadukan 300 rpm dengan nilai koefisien distribusi (Ki) 189,529 dan rendemen sebesar 91,87%. Pada hasil korelasi dapat disimpulkan bahwa model Three-Suffix Margules cocok untuk memprediksi kesetimbangan cair-cair pada sistem fenol.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muhammad Irfan., 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi
Senyawa Fenol Dari Limbah Cair Industri Kertas. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Aryani, Yanu, Sunarto, Tetri Widiyani., 2004. Toksisitas Akut Limbah Cair
Pabrik Batik CV. Giyant Santoso Surakarta dan Efek Sublethalnya terhadap Struktur Mikroanatomi Branchia dan Hepar Ikan Nila(Oreochromis niloticus T.). Surakarta:Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Badan Pusat Statistik Indonesia, www.BPS.co.id diakses pada 12 September 2015 pukul 11.43 WIB
Cahyono, Rachman., 2007. Dampak Limbah Cair PT.Kertas Basuki Rachmat
Banyuwangi Terhadap Kesehatan Masyarakat. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Darsono, N., Chalid M., Saksono N., dan Adiwar. 2005. Studi Pengaruh
Magnetisasi Sistem Dipol Terhadap Karakteristik Kerosin. Jurnal Makara,
Teknologi, Vol.8, No.1, hal. 36-42.
Dewi J.R., Estiasih T., dan Murtini, E.S. 2007. Aktivitas Antioksidan Dedak
Sorgum Lokal Varietas Coklat (Sorghum bicolor) Hasil Ekstraksi Ekstraksi Berbagai Pelarut. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 8, No. 3, hal 188-197.
Dewi, Yusriani Sapta. 2009. Efektivitas Filtrasi Membran Selulosa dalam
Pengolahan Limbah Tekstil. Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Satya
Negara Indonesia.
Fardhyanti, D.S. 2014. Model Kesetimbangan Termodinamis Dalam Rangka
Pemungutan Komponen-Komponen Utama Tir Batu bara Dengan Proses Cair-Cair. Disertasi, Teknik Kimia Universitas Gajah Mada.
Fardhyanti, D.S., Megawati., Sri Wahyuni., dan Mukhlisin Hidayat., 2013.
Ekatraksi Senyawa Fenol Dari Tir Batubara Kalimantan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Antiseptik Triklorofenol. Universitas Negeri Semarang
Fardhyanti, D.S., Mulyono M., Sediawan W.B., Hidayat M. 2012. Separation of
henolic Compunds from Coal Tar. Journal 3rd International Confrence on
Chemistry and Chemical Engineering Vol. 38, hal. 145-149.
Hamamah, Fatin dkk., 2008. Penyisihan Fenol Pada Limbah Industri Dari PT
XYZ Dengan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes). Surabaya: Program
Pasca Sarjana ITS.
Hart, Harold, Leslie E, Craine., Davis J. Hart. 2003. Kimia Organik, Suatu Kuliah
Hudiyono, Maryani dan M.Harini. 1999. Kajian Kualitas dan Kuantitas
Pseudomonas Aeruginosa yang Terdapat dalam Limbah Industri Batik.
Laporan Penelitian. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Jiao, T., Zhuang X., He H., Li C., Chen H., dan Zhang S. 2015. Separation of
henolic Compunds from Coal Tar via Liquid-Liquid Extraction Using Amide Comounds. Journal Industrial & Engineering Chemistry Research DOI:
10.1021/ie504892g.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/MEN-LH/10/1.
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Jakarta: Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan.
Khafilzadeh, F., Mohammad S., Farhangdoost, Yaghoob, T. 2010. Isolation and
Identification of Phenol Degrading Bacteria from Lake Parishan and Their Growth Kinetic Assay. African Journal of Biotechnology Vol:9.
Kondepudi., 2008. Introduction to Modern Thermodynamics, John Wiley & Sons, Ltd., England
Martunus & Helwani, Z. 2004. Ekstraksi Senyawa Aromatis dari Heavy Gas Oil
(HGO) dengan Pelarut Dietilen Glikol (DEG). J. Si. Tek. 3[2]: 46-50.
Martunus dan Helwani Z. 2007. Ekstraksi Doiksin dalam Limbah Air Buangan
Industri Pulp dan Kertas dengan Pelarut Toluene. Jurnal Sains dan
Teknologi Vol. 6, No. 1, hal 1-4.
Metcal and Eddy. 1991. Waste Water Engineering. New York: Mcgraw Hill.
Mu’nisa, A., Wresdiyati T., Kusumorini N. Manalu W. 2012. Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Cengkeh. Jurnal Veteriner Vol. 13, No. 3, hal.
272-277.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Patrick, G.L. 2004. Organic Chemistry. London: Bios Scientific.
Putranto, Agus M.H., 2011. Metoda Ekstraksi Cair-Cair Alternatif untuk
Pembersihan Lingkungan Perairan dari Limbah Cair Industri Kelapa Sawit. Bengkulu: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Bengkulu.
Rahmawati, Anita., 2009. Analisis Kandungan Fenol. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Samin, Adi Ahmas dkk., 2011. Penentuan Kandungan Fenoli Total dan Aktivitas
Antioksidan Dari Rambut Jagung (Zea Mays L.) yang Tumbuh di Daerah Gorontalo. Gorontalo: Jursusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri
Santi, Devi Nuraini., 2004. Pengelolaan Limbah Cair Pada Industri Penyamakan
Kulit Industri Pulp dan Kerta Industri Kelapa Sawit. Sumatera
Utara:Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Saputro, Yoga dkk., 2009. Pengambilan Asam Phosphat Dalam Limbah Sintesis
Secara Ekstraksi Cair-Cair Dengan Solvent Campuran IPA dan n-Heksan.
Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Sastrawidana, I.D.K. 2011. Studi Perombakan Zat Warna Tekstil Remazol Red RB
Secara Aerob Menggunakan Bakteri Enterobacter Aerogenes yang Diisolasi dari Lumpur Limbah Tekstil. Jurnal Kimia, Vol:5(2),
hal:117-124.
Setiawan, Wahyudi Budi., 1998. Berbagai Teknologi Proses Pemisahan. Yogyakarta:Jurusan Teknik Kimia UGM.
Shi, Z., Fang M., Zhou C., Wang S., dan Luo Z. 2012. Studies on the extraction of
phenols from coal tar produced in multi-generation system. Journal
Advance Material Research Vols. 347-353 hal. 673-677.
Smith, J.M, Van Ness, H.C., and Abbot, M.M., 2001. Chemical Engineering
Thermodynamics 6th ed. Singapore: McGraw-Hill International Edition.
Subari, D dkk., 2012. Efektivitas Pengelolaan Limbah Cair Pada Industri Kayu
Lapis Kalimantan Selatan. Malang
Sukma, Indra W.D. Ekstraksi Cair-Cair. Lampung: Teknik Kimia Universitas Lampung.
Suryani, Ch Lilis., 2012. Optimasi Metode Ekstraksi Fenol Dari Rimpang Jahe
Emprit (Zingiber Officinalle Var. Rubrum). Yogyakarta:Fakultas
Agroindustri Universitas Mercu Buana.
Villasenor, Jorge, Patrio, Gina Pecchi. 2002. Catalityc and Photocatalityc
Ozonation of Phenol on MnO2 Supported Catalysts. Catalysis Toay, 76.