• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA KONTRAK ATAS DASAR KEBUTUHAN PADA DINAS PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN BADUNG DALAM HAL MENJAMIN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA SAAT BERTUGAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA KONTRAK ATAS DASAR KEBUTUHAN PADA DINAS PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN BADUNG DALAM HAL MENJAMIN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA SAAT BERTUGAS."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap manusia berhak untuk

mendapatkan sebuah pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini

dipertegas dalam ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yang menyatakan

bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan”. Oleh karena itu Negara mempunyai kewajiban untuk dapat

memfasilitasi warga negaranya agar memperoleh pekerjaan yang layak, untuk

mewujudkan kewajiban tersebut, Negara memerlukan perencanaan yang matang

dalam segala aspek.

Selain itu pekerjaanjuga merupakan kodrat dari manusia itu sendiri, karena

saat manusia tersebut mampu bekerja keras, ia dapat dikatakan sebagai manusia yang

mempunyai martabat. Pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu:

a. Pekerjaan dalam arti umum yaitu pekerjaan yang mengutamakan kemampuan pisik, baik sementara atau tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan. b. Pekerjaan dalam arti tertentu yaitu pekerjaan yang mengutamakan

kemampuan pisik atau intelektual baik sementara maupun tetap dengan tujuan pengabdian.

c. Pekerjaan dalam arti khusus yaitu pekerjaan yang mengutamakan kemampuan pisik dan intelektual di bidang tertentu, sifatnya tetap dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan.1

1Abdulkadir Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, Cetakan Ketiga, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad I), h. 58.

(2)

Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat

disebut tenaga kerja, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut

Undang-Undang Ketenagakerjaan). Tenaga kerja meliputi pegawai negeri, pekerja formal,

pekerja informal, dan orang yang belum bekerja atau pengangguran.2

Selain itu tenaga kerja memiliki peranan yang sangat penting dalam

pembangunan nasional,menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan,

pemerintah dan masyarakat, makaperlu dilakukan keselamatan dan kesehatan kerja

karena mengingat dalam menjalankan pekerjaan itu memiliki resiko yang sangat

berbahaya seperti kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja telah diatur

dalam Undang-UndangNomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (selanjutnya

disebut Undang-Undang Keselamatan Kerja). Setiap tenaga kerja berhakmendapat

perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas.

Secaramakro berkaitan dengan JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja).

Setiap perusahaan wajib menjamin keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga

kerjanya berupa alatproduksi yang aman, dan bagi tenaga kerja yang bersangkutan

harus menggunakan alat-alat perlindungan diri, alat pemadam kebakaran/tangga

darurat, obat-obatan dan fasilitas medis, mesin-mesin produksi harus

(3)

sesuai.Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi dalampekerjaan yang

sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaanmaupun bagi masyarakat dan

lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerjatersebut.

Berdasarkan Pasal86 ayat (1) huruf aUndang-Undang Ketenagakerjaan, setiap

tenaga kerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan

kesehatan kerja oleh perusahaan yang mempekerjakannya. Perlindungan tersebut

dapat dikatakan telah terlaksana apabila keselamatan dan kesehatan kerja dari setiap

tenaga kerja telah terjamin. Perlindungan terhadap tenaga kerja dapat dibagi menjadi

tiga macam yaitu pertama adalah perlindungan ekonomis yang berupa perlindungan

dalam bentuk penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk

dirinya dan keluarganya, kedua adalah perlindungan sosial yang berupa perlindungan

yang berkaitan dengan jaminan kesehatan kerja dan kebebasan berserikat dan hak

berorganisasi yang tujuannyaadalah agar memungkinkan tenaga kerja tersebut

mengenyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagai anggota masyarakat,

dan yang ketiga adalah perlindungan teknis yaitu perlindungan tenaga kerja dalam

bentuk keamanan dan keselamatan kerja yang berkaitan dengan usaha untuk menjaga

pekerja dari kecelakaan kerja.

Salah satu jenis pekerjaan yang mempunyai resiko kecelakaan kerja yang

tinggi bagi pekerjanya khususnya pekerja kontrak yaitu pekerjaan Pemadam

Kebakaran. Pemadam Kebakaran adalah petugas yang dilatih dan bertugas untuk

menanggulangi kebakaran. Selain itu petugas juga dilatih untuk menyelamatkan

(4)

runtuhdan sebagainya. Pemadam kebakaran sendiri memiliki dinas yang dapat

disebut dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) sebagai unsur

pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas

penanganan masalah kebakaran dan bencana yang termasuk dalam dinas gawat

darurat seperti Ambulans dan Badan SAR Nasional.3

Didalam melaksanakan tugasnya sebagai pemadam kebakaran terdapat dua

jenis pekerja yaitu pekerja kontrak (non PNS) dan pekerja tetap (PNS). Pekerja

kontrak adalah pekerja yang bekerja hanya untuk waktu tertentu berdasarkan

kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan pemberi kerja.Hubungan kerja antara

perusahaan dan pekerja kontrak dituangkan dalam “Perjanjian kerja waktu tertentu

(PKWT)”. Sedangkan pekerja tetap adalah pekerja yang bekerja untuk waktu tidak

tertentuberdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan pemberi

kerja.Hubungan kerja antara perusahaan dan pekerja tetap dituangkan dalam

“Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)”.

Meskipun para petugas pemadam kebakaran telah dilengkapi dengan fasilitas

berupa pakaian anti-panas atau anti-api dan juga helm serta boot/sepatu khusus dalam

melaksanakan tugas, dan biasanya pakaianya dilengkapi dengan scotlight reflektor

berwarna putih mengkilat agar dapat terlihat pada saat pelaksanaan tugas. Namun

tidak menutup kemungkinan, masih tingginya resiko yang akan didapat oleh para

petugas pemadam kebakaran dalam menjalankan tugas. Seperti dalam kasus Mobil

3Wikipedia, 2015, Pemadam Kebakaran, URL:

(5)

Pemadam Kebakaran yang terguling di ujung barat Jalan Bypass Soekarno sekitar

100 meter barat patung Adipura, mobil pemadam kebakaran ini terguling pada saat

akan menolong korban kebakaran di daerah Tabanan. Tidak ada korban jiwa dalam

peristiwa tersebut, namun delapan personel pemadam kebakaran termasuk sopir

mengalami luka ringan dan dilarikan ke BRSUD Tabanan.4Berkaitan dengan latar

belakang masalah tersebut di atas maka sangat menarik untuk dituangkan dalam

skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Kontrak Atas

Dasar Kebutuhan Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung Dalam

Hal Menjamin Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Apabila Terjadi Kecelakaan

Kerja Saat Bertugas”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka diangkatlah permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar

kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi

kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten

Badung?

2. Apakah faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum terhadap

pekerja kontrak atas dasar kebutuhandalam hal keselamatan dan kesehatan

(6)

kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam

Kebakaran Kabupaten Badung?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang penulis uraikan dalam skripsi

ini, maka perlu kiranya ditentukan ruang lingkup permasalahannya, yaitu:

1. Mengenai bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar

kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi

kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten

Badung.

2. Mengenai faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum terhadap

pekerja kontrak atas dasar kebutuhandalam hal keselamatan dan kesehatan

kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam

Kebakaran Kabupaten Badung

1.4 Orisinalistas Penelitian

Penelitian Hukum dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja

Kontrak Atas Dasar Kebutuhan Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung

Dalam Hal Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Apabila Terjadi Kecelakaan

Kerja Saat Bertugas” merupakan hasil karya asli penulis. Sejauh observasi yang

penulis lakukan baik di ruang koleksi Skripsi Fakultas Hukum Universitas Udayana

maupun di internet, tidak terdapat penelitan yang sama yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan baik di Fakultas Hukum Universitas Udayana dan juga

(7)

penelitian ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Untuk penelitian sejenis yang

serupa dengan penelitian yang diajukan, dapat dijabarkan sebagai berikut :

NOMOR PENELITI JUDUL RUMUSAN MASALAH

(8)
(9)

X Sidoarjo terhadap

pelanggaran tenaga kerja

dengan peraturan

keselamatan dan

kesehatan

kerja?

1.5. Tujuan Penelitian

Agar penulisan ini memiliki suatu maksud yang jelas, maka harus memiliki tujuan

sehingga dapat mencapai target yang dikehendaki. Adapun tujuannya digolongkan menjadi

dua bagian, yaitu:

1.5.1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak

atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila

terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran

Kabupaten Badung.

2. Untuk mengetahui faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum

terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan

kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas

(10)

1.5.2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendalami / memahami bentuk perlindungan hukum terhadap

pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan

kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam

Kebakaran Kabupaten Badung.

2. Untuk memahami faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum

terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan

kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas

Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian harus ada manfaat yang dapat diambil baik dari

manfaat teoritis maupun manfaat praktis karena manfaat penelitian berkaitan erat

dengan hasil penelitian yang ingin dicapai atau pihak-pihak yang akan

memanfaatkannya. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dibidang hukum

yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya dalam disiplin

ilmu hukum ketenagakerjaan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi mahasiswa

(11)

dalam penegakan perlindungan hukumbagi pekerja kontrak atas dasar

kebutuhan dalam hal menjamin keselamatan dan kesehatan kerja apabila

terjadi kecelakaan kerja saat bertugas yang diberikan oleh Dinas Pemadam

Kebakaran Kabupaten Badung.

b. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau

masukan bagi pemerintah dalam membuat peraturan dibidang

ketenagakerjaan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran

bagi pekerja kontrakatas dasar kebutuhan mengenai bentuk perlindungan

hukum dan faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum dalam hal

keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja saat

bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

1.7. Landasan Teoritis

Sebelum membahas permasalahan dalam penelitian ini secara lebih

mendalam, maka terlebih dahulu akan diuraikan beberapa teori atau

landasan-landasan yang dimungkinkan untuk menunjang pembahasan permasalahan yang ada.

Dengan adanya teori-teori yang menunjang, diharapkan dapat memperkuat,

memperjelas, dan mendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan

(12)

a. Teori efektivitas hukum

Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 menyatakan Negara Indonesia

merupakan negara hukum. Secara sederhana yang dimaksud negara hukum adalah

negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Di

dalamnya negara dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun

harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dalam

negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum

(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. Tetapi

tetap dalam penyelenggaraannya tersebut tidak boleh bertentangan dengan Pancasila

dan UUD NRI 1945.

Efektivitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui apabila

seseorangmenyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai

tujuannya, maka hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya berhasil

mengatursikap tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuannya atau

tidak. Efektivitas hukum artinya efektivitas hukum yang akan disoroti dari tujuan

yang ingin dicapainya. Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar masyarakat

mematuhi kaidah hukum adalah dengan mencantumkan sanksi-sanksinya. Dengan

sanksi-sanksi tersebut maka akan terlihat apakah hukum tersebut dapat diterapkan

dan ditegakan dalam masyarakat atau tidak. Penegakan hukum adalah proses

dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara

nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum

(13)

Masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang

mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral,

sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut.

Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor hukumnya sendiri;

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.5

Faktor-faktor tersebut saling berkaitan erat, karena faktor- faktor ini merupakan

hakikat dan juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum itu

sendiriyang dalam hal ini juga jika hukum dapat berlaku efektif, maka akan

menimbulkan perubahan di dalam masyarakat yang berdampak baik seperti taat

terhadap hukum yang berlaku.6

b. Teori perlindungan hukum

Kata perlindungan merupakan upaya menempatkan seseorang untuk diberikan

kedudukan istimewa. Perlindungan hukum adalah melindungi hak setiap orang untuk

mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan

undang-undang, maka oleh karena itu untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan

5Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h. 8.

(14)

padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak pula untuk mendapatkan

hukuman yang diperlukan sesuai dengan asas hukum.

Menurut Philipus M. Hadjon perlindungan hukum dapat dibagi menjadi dua,

yaitu:

1. Perlindungan hukum preventif, bahwa perlindungan ini bertujuan

mencegah terjadinya sengketa.

2. Perlindungan hukum represif, bahwa perlindungan hukum ini bertujuan

menyelesaikan sengketa.7

Keselamatan dan kesehatan kerja haruslah diterapkan dan dilaksanakan di

setiap tempat kerja. Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat tiga

unsur yaitu adanya suatu usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial, adanya sumber

bahaya dan adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus menerus

maupun sewaktu-waktu.8Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu

usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat

mengakibatkan kecelakaan. Undang-Undang Keselamatan Kerja mengatur dengan

jelas tentang kewajiban perusahaan untuk menyediakan tempat kerja dan pekerja

dalam melaksanakan pekerjaan terlindungi dalam keselamatan kerjanya.

Terdapat beberapa norma dasar dalam perlindungan tenaga kerja diantaranya

ialah sebagai berikut:

7Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, h.2.

(15)

1. Norma keselamatan kerja yaitu keselamatan kerja yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.

2. Norma kesehatan kerja yaitu berkaitan dengan pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, dilakukan dengan mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit.

3. Norma kerja yang berupa perlindungan kepada tenaga kerja yang berkaitan dengan waktu kerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan ibadah menurut agama keyakinan masing-masing yang diakui oleh pemerintah, kewajiban sosial kemasyarakatan guna memelihara gairah dan menjaga perlakuan sesuai dengan martabat manusia dan moral.

4. Terhadap tenaga kerja yang mengalami kecelakaan dan/atau menderita penyakit kuman akibat perkerjaan berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan dan/atau penyakit akibat pekerjaan, ahli warisnya berhak mendapatkan ganti kerugian.9

Saat ini negara telah memiliki program jaminan sosial yang diperuntukkan

kepada tenaga kerja guna memberikan perlindungan sosial ekonomi. Pengertian

Jaminan Sosial berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut Undang-Undang Sistem

Jaminan Sosial Nasional) ialah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Hal

tersebut sejalan dengan amanat UUD NRI 1945 Pasal 34 ayat (2) yang pada

pokoknya menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai

dengan martabat kemanusiaan.

Dasar hukum jaminan sosial tenaga kerja saat ini masih menggunakan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(16)

(selanjutnya disebut Undang-Undang Jamsostek). PT. Jamsostek merupakan badan

yang menyelenggarakan jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995. PT. Jamsostek telah bertransformasi menjadi

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan setelah PT. Jamsostek

berubah menjadi badan hukum publik berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut

Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).

Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Jamsostek, program jamsostek

meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan

pemeliharaan kesehatan. Kecelakaan kerja adalah resiko yang harus dihadapi oleh

tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. Kecelakaan kerja berdasarkan Pasal 1

ayat (6) Undang-Undang Jamsostek adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan

dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,

kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari arah menuju ke tempat kerja,

dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa.

1.8. Metode Penelitian

Penelitian (research) merupakan upaya pencarian yang amat benilai edukatif,

melatih untuk selalu sadar bahwa di dunia ini banyak yang tidak di ketahui.10Dalam

melakukan penelitian tentu saja harus menggunakan metode penelitian agar penelitian

menjadi sistematis. Metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam

(17)

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Oleh karena itu, penelitian

bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan

konsisten.11

Kemudian penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu

hukum yang dihadapi.12 Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1.8.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam skipsi ini bersifat yuridis empiris, dengan kata lain

penelitian yuridis empiris mengkaji permasalahan berdasarkan pendekatan

perundang-undangan dan berdasarkan pendekatan fakta yaitu berdasarkan praktek/

atau kenyataan yang ada di masyarakat. Dalam bukunya, Peter Mahmud Marzuki

juga menyatakan bahwa penelitian hukum empiris merupakan data yang diperoleh

langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian

lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan, wawancara, ataupun penyebaran

kuisioner.13

1.8.2. Jenis Pendekatan

Penelitian ini mengunakan penelitian deskriptif yang penelitiannya secara

umum yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengungkap

11H. Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 17.

12Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, (selanjutnya disingkat Peter Mahmud Marzuki I) h. 35.

(18)

fakta secara mendalam berdasarkan karakteristik ilmiah dari individu atau kelompok

untuk memahami dan mengugkap sesuatu di balik fenomena. Dengan demikian,

tidak hanya sebatas mempelajari ketentuan-ketentuan dalam peraturan hukum tetapi

juga melihat bagaimana fakta yang terjadi di masyarakat.

1.8.3. Sifat penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian hukum empiris dikaji dari segi

sifatnya dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Penelitian hukum eksploratori (penjelajahan)

b. Penelitian hukum deskriptif; dan

c. Penelitian hukum eksplanatori.14

Adapun sifat penulisan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum yang bersifat

deskriptif yaitu penelitian yang bersifat pemaparan dan bertujuan untuk mendapat

gambaran (deskripsi) lengkap mengenai keadaan hukum yang berlaku disuatu tempat

tertentu, ataupun mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum yang terjadi

di masyarakat.15

Dengan demikian, penelitian yang telah dilakukan akan dipaparkan berdasarkan

pada hasil yang telah didapat di lapangan dan berdasarkan pada pengkajian

bahan-bahan hukum yang digunakan dalam meneliti Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja

Kontrak Atas Dasar Kebutuhan Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung

14Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 50.

(19)

Dalam Hal Menjamin Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Apabila Terjadi Kecelakaan

Kerja Saat Bertugas.

1.8.4. Data dan Sumber Data

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data

primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu

baik dari responden maupun informan16 dari Dinas Pemadam Kebakaran

Kabupaten Badung.

2. Data sekunder atau data kepustakaan merupakan data-data yang telah

terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum dan literatur yang di

kelompokan dalam :

a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang terdiri atas

peraturan perundang-undangan, yurisprudensi atau keputusan

pengadilan dan perjanjian internasional (traktat).17Adapun

bahan-bahan hukum yang digunakan adalah :

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional

16Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Udayana, Denpasar, h. 81.

(20)

d) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja

e) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

f) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara

g) Undang-UndangNomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan

Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

h) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

i) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor

KEP/100/MEN/IV/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian

Kerja Waktu Tertentu.

3. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang,

hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar hukum.18

Adapun bahan

hukum sekunder yang digunakan adalah berupa literatur-literatur yang

memuat mengenai pandangan dari beberapa ahli, buku-buku yang

menunjang penelitian ini, serta bahan-bahan internet yang mendukung.

4. Bahan hukum tersier (bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder).19

Adapun

bahan hukum tersier yang digunakan adalah Kamus Hukum, Kamus

(21)

Besar Bahasa Indonesia, Kamus Umum Bahasa Indonesia, dan

sumber-sumber lain yang dapat menunjang penelitian ini.

1.8.5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh data

dalam penelitian yang mendukung dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti

dalam penulisan hukum ini. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu:

1. Studi Dokumen

Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari,

membaca serta mencatat buku-buku ataupun bahan-bahan hukum yang

relevan dengan permasalahan penelitian yang dibahas.

2. Teknik Wawancara

Menurut M. Mochtar, teknik wawancara adalah teknik atau metode

memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan

tanya jawab secara langsung (tatap muka), antara pewawancara dengan

responden.20Informasi yang di peroleh dalam penulisan Skripsi ini adalah

melalui wawancara dengan Kasubag Kepegawaian Dinas Pemadam

Kebakaran Kabupaten Badung, beberapa pekerja kontrak atas dasar

kebutuhan pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

3. Teknik observasi/pengamatan

(22)

Teknik observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu teknik observasi

langsung dan teknik observasi tidak langsung.Adapun teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung dimana

dalam pengumpulan data peneliti mengadakan pengamatan secara

langsung atau tanpa alat terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki baik

pengamatan dilakukan dalam situasi buatan, yang khusus diadakan.21

1.7.5. Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data dalam suatu penelitian merupakan hal yang penting untuk

menguraikan dan memecahkan suatu masalah yang diteliti berdasarkan pada

data-data yang sudah dikumpulkan. Pengolahan dan analisis data-data yang digunakan dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif, artinya menguraikan

data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang

tindih, dan efektif. Sehingga dapat mempermudah pemahaman dan interprestasi

data.22Dalam penelitian ini data primer dan data sekunder yang telah didapatkan

melalui hasil dari wawancara maupun studi dokumen akan diolah secara kualitatif.

Selanjutnya data yang telah dianalisis secara kualitatif dianalisis secara deskriptif

kualitatif, artinya menggambarkan secara jelas dan sistematis kemudian akan

diperoleh kesimpulan dari permasalahan yang akan dibahas.

(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERKAIT PERLINDUNGAN HUKUMPEKERJA

KONTRAK ATAS DASAR KEBUTUHAN DALAM HAL KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA

2.1. Pengertian Perlindungan Hukum

Menurut Philipus perlindungan hukum yaitu selalu berkaitandengan kekuasaan. Ada dua kekuasaan pemerintah dan kekuasaanekonomi. Dalam hubungan dengan kekuasaan pemerintah,permasalahan perlindungan hukum bagi rakyat (yang diperintah),terhadap pemerintah (yang memerintah). Dalam hubungan dengankekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan hukum adalahperlindungan bagi si lemah terhadap si kuat,misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap pengusaha.23

Maksud dari penjelasan tersebut bahwa rakyat mempunyaihak, kewajiban dan

kedudukan yang memerlukan perlindungan hukumbaik dalam hubungan kekuasaan

pemerintah, permasalahanperlindungan hukum maupun dalam hubungan dengan

kekuasaanekonomi.

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak

sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman

sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.24

Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep

rule of law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan

23

Asri Wijayanti, op.cit. h. 10.

24Setiono, 2004, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h. 3.

(24)

memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, konsep

rechtstaat muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl.Pada

saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule of Law) yang

dipelopori oleh A.V.Dicey.

Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

dengan negara hukum adalah negara yang menyelenggarakan kekuasaan

pemerintahannya didasarkan pada hukum. Konsep negara hukum atau rechtstaat

menurut Julius Stahl mencakup 4 (empat) elemen, yaitu :

1. Perlindungan hak asasi manusia;

2. Pembagian kekuasaan;

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;

4. Peradilan tata usaha negara.25

Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting dalam kehidupan

dimana hukum dibangun dan dijiwai oleh moral konstitusionalisme. Hak-hak asasi

warga harus dihormati dan ditegakkan oleh pengembang kekuasaan negara

dimanapun dan kapanpun, ataupun juga ketika wargamenggunakan kebebasannya

untuk ikut serta atau untuk mengetahui jalannya proses pembuatan kebijakan

publik.26

25Philipus M. Hadjon, op.cit. h. 2

(25)

Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan

hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah yang dilandasi oleh dua prinsip

negara hukum, yaitu perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan yang

diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya

pelanggaran dan perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa

sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah

terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.27

Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan jujur

serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa keadilan dan hukum

harus ditegakkan berdasarkan hukum positif untuk menegakkan keadilan dalam

hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya masyarakat

yang aman dan damai.Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita hukum (Rechtidee)

dalam negara hukum (Rechtstaat), bukan negara kekuasaan (Machtsstaat). Hukum

berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, penegakkan hukum harus

memperhatikan 4 unsur yaitu:

1. Kepastian hukum (Rechtssicherkeit)

2. Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit)

3. Keadilan hukum (Gerechtigkeit)

4. Jaminan hukum (Doelmatigkeit).28

27ZahirinHarahap,2001, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 2.

(26)

Penegakan hukum dan keadilan harus menggunakan jalur pemikiran yang

tepat dengan alat bukti dan barang bukti untuk merealisasikan keadilan hukum dan isi

hukum harus ditentukan oleh keyakinan etis, adil tidaknya suatu perkara. Persoalan

hukum menjadi nyata jika para perangkat hukum melaksanakan dengan baik serta

memenuhi, menepati aturan yang telah dibakukan sehingga tidak terjadi

penyelewengan aturan dan hukum yang telah dilakukan secara sistematis,

artinyamenggunakan kodifikasi dan unifikasi hukum demi terwujudnya kepastian

hukum dan keadilan hukum.29

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar

kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional.

Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, dan tertib. Hukum yang telah

dilanggar harus ditegakkan melalui penegakkan hukum. Penegakan hukum

menghendaki kepastian hukum, kepastian hukum merupakanperlindungan terhadap

tindakan sewenang-wenang. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum

karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tertib, aman dan damai.

Aturan hukum baik berupa undang-undang maupun hukum tidak tertulis,

dengan demikian, berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang menjadi pedoman

bagi individu bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat, baik dalam hubungan

dengan sesama maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu

menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan

(27)

terhadap individu. Adanya aturan semacam itumaka akanmenimbulkan kepastian

hukum. Dengan demikian, kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu

pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan

apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan kedua, berupa keamanan hukum bagi

individu dari kesewenangan pemerintah karenadengan adanya aturan yang bersifat

umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan

oleh negara terhadap individu.30

Peran pemerintah dan pengadilan dalam menjaga kepastian hukum sangat

penting. Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan pelaksanaan yang tidak diatur

oleh undang-undang atau bertentangan dengan undang-undang. Apabila hal itu

terjadi, pengadilan harus menyatakan bahwa peraturan demikian batal demi hukum,

artinya dianggap tidak pernah ada sehingga akibat yang terjadi karena adanya

peraturan itu harus dipulihkan seperti sediakala. Akan tetapi, apabila pemerintah tetap

tidak mau mencabut aturan yang telah dinyatakan batal itu, hal itu akan berubah

menjadi masalah politik antara pemerintah dan pembentuk undang-undang.31

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa perlindungan hukum

adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta

pengakuan terhadap hak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip perlindungan hukum

bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep negara hukum, kedua

30Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, (selanjutnya disingkat Peter Mahmud Marzuki II) h. 157.

31

(28)

sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan

martabat manusia.

1.2. Pekerja Kontrak

1.2.1. Pegertian pekerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan,

pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan

dalam bentuk lain.Pekerja sendiri diartikan secara umum yakni orang yang bekerja

pada satu perusahaan/instansi mendapat tugas/pekerjaan serta upah sebagai

imbalannya.Secara prinsip tidak ada perbedaan antara buruh,pekerja, karyawan,

pegawai dan kuli.Perbedaaannya hanya pada istilah saja, dan semua istilah tersebut

secara prinsip mempunyai persamaan, yakni setiap orang yang bekerja dengan

menerima upah atau imbalan. Namun dalam kultur Indonesia, buruh berkonotasi

sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, tenaga

kerja dan karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan

cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja.

Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu

pekerja. Hal ini terutama merujuk pada Undang-Undang Ketenagakerjaan, yang

berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.

1.2.2. Pengertian kontrak

Berdasarkan Bab II Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(selanjutnya disebut KUHPerdata) Indonesia menyamakan kontrak dengan perjanjian

(29)

KUHPerdata, yakni “Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Persetujuan”. Pasal 1313

KUHPerdata mendefinisikan perjanjian sebagai suatu perbuatan yang terjadi antara

satu atau dua orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain.

Perjanjian kerja dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu

sebagai berikut :

1. Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT)

Didalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor Kep. 100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah perjanjian kerja antara

pekerja/buruh dan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam

waktu tertentu dan untuk pekerjaan tertentu.32 Syarat-syarat yang harus

dipenuhi dalam pembuatan perjanjian kerja waktu tertentu terdapat

didalam Pasal 56-58 Undang-Undang Ketenagakerjaan.

2. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)

Menurut Kep. 100/Men/VI/2004 pada Pasal 1 angka 2 adalah perjanjian

kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha untukmengadakan hubungan

kerja yang bersifat tetap. PKWTT ini dapat mensyaratkan masa percobaan

kepada pekerja asalkan hal tersebut dituangkan didalam perjanjian kerja

tertulis bila perjanjian kerjanya secara lisan masa percobaan harus

(30)

dicantumkan didalam surat pengangkatan. Pengaturan mengenai PKWTT

terdapat didalam Pasal 60-63 Undang-Undang Ketenagakerjaan.

3. Perjanjian kerja dengan perusahaan pemborong pekerjaan

Perjanjian kerja dengan perusahaan pemborong pekerjaan dalam hal ini

memang kurang bisa ntuk dipahami tetapi untuk lebih mepercepat suatu

pekrjaan terkait dengan deatlinedimungkinkan saja pengusaha dalam hal

ini mengadakan kerja sama denganperusahaan lain yang berbadan hukum

dimana perjanjian tersebut dibuat secara tertulis.33 Syarat-syarat

penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain

berdasarkan Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjan jo Pasal 3

ayat (2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 yaitu:

a. Harus terpisah dengan kegiatan utama perusahaan

b. Adanya perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi kerja

c. Secara keseluruhan merupakan kegiatan penunjang diperusahaan

tersebut

d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung.

4. Perjanjian kerja dengan perusahaan penyedia jasa pekerja

Perusahaan penyedia jasa pekerja harus berbadan hukum dan memiliki

izin dari instansi ketenagakerjaan. Dimana pada Pasal 66 ayat (1)

(31)

Undang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pekerja/buruh dari

perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi

kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang

berhubungan dengan proses produksi kecuali untuk kegiatan jasa

penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses

produksi. Pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja hanya

dipekerjakan pada kegiatan penunjang seperti usaha-usaha pelayanan

kebersihan, usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh, usaha tenaga

pengamanan, usaha jasa penunjang dipertambangan dan perminyakan

serta uaha penyediaan angkutan pekerja/buruh.34

1.2.3. Pengertian pekerja kontrak

Pekerja kontrak adalah pekerja dengan status bukan pekerja tetap atau dengan

kalimat lain pekerja yang bekerja hanya untuk waktu tertentu berdasarkan

kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan pemberi kerja. Dalam istilah hukum

pekerja kontrak sering disebut “Pekerja PKWT”, maksudnya pekerja dengan

perjanjian kerja waktu tertentu. Salah satu hal yang sangat penting yang harus

diperhatikan oleh pekerja kontrak adalah harus memiliki/mendapatkan surat

perjanjian kerja yang ditandatangani oleh pengusaha dan pekerja yang bersangkutan.

1.2.4. Hak-hak pekerja kontrak

a. Berhak mendapat upah minimum

(32)

Pekerja PKWT / pekerja kontrak berhak mendapat upah minimum sesuai

dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur. Upah yang diperoleh

pekerja kontrak tidak boleh lebih rendah dari upah minimum yang terdiri

dari UMP, UMK, UMS Provinsi, maupun UMS Kabupaten /Kota. Upah

pekerja kontrak serendah-rendahnya adalah sama dengan upah minimum

diperusahaan tempat ia bekerja. Upah yang diperhitungkn yaitu upah

pokok dan tunjangan tetap. Namun tunjangan tetap tiak menjadi dasar

perhitungan upah minimum.

b. Berhak atas ganti rugi jika PHK diluar perjanjian kerja

Berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Ketenagakerjaan apabila salah

satu pihak didalam perjanjian kerja mengakhiri hubungan kerja sebelum

berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu

tertentu, maka berlaku ketentuan pihak yang menghentikan perjanjian

kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah

pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

c. Berhak atas THR

Berdasarkan Pasal 6 ayat 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4

Tahun 1994 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan menyatakan bahwa

pekerja waktu tertentu juga berhak untuk mendapatkan THR. Pemberian

(33)

d. Berhak atas tunjangan-tunjangan

Segala macam tunjangan baik tunjangan tetap maupun tunjangan tidak

tetap, wajib dibayarkan kepada pekerja kontrak. Besarnya tunjangan

mengikuti perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja

bersama. Macam-macam tunjangan ini berlaku sama cengan peraturan

yang dikenakan pada pekerja kontrak.

e. Berhak atas jaminan sosial tenaga kerja

Pekerja kontrak juga berhak atas jaminan kesejahteraan yang diberikan

oleh perusahaan. PT JAMSOSTEK sebagai badan penyelenggara jaminan

sosial tenaga kerja memberi nomor induk bagi pekerja yang terdaftar

didalamnya. Sehingga menyebabkan hak-hak pekerja kontrak atas jaminan

kesejahteraan tidak hilang walaupun ia berpindah tempat kerja karena

berakhirnya kontrak kerja.

f. Berhak atas masa istirahat dan cuti

Pekerja kontrak juga behak atas masa istirahat dan cuti seperti halnya

pekerja tetap. Akan tetapi terbatas pada masa kerja terus menerus yang

kerap diisyaratkan. Masa istirahat ini juga berlaku bagi pekerja kontrak

perempuan.

g. Berhak atas perlindungan hukum

LPPHI merupakan lembaga yang dapat memfasilitasi penyelesaian

perselisihan antara pekerja dengan pengusaha yang tidak terbatas hanya

(34)

hak-haknya serta memperjuangkan melalui lembaga-lembaga atau instansi

yang berwenang.

h. Hak-hak lain yang sama dengan pekerja tetap

1. Hak mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa

diskriminasi dalam memperoleh pekerjaan;

2. Mendapat hak yang sama dalam berpindah kerja, memperoleh

pekerjaan, damn mendapat penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.

3. Memperoleh pengakuan dan penghargaan atas kompetensi kerja,

prestasi, dan kemampuanya.

4. Memperoleh upah yang layak, upah lembur, tunjangan-tunjangan,

waktu istirahat, cuti dan sebagainya;

5. Pekerja kontrak perempuan berhak atas cuti haid, cuti hamil, cuti

keguguran, dan waktu menyusui anak di jam kerja.

6. Hak atas jaminan sosial tenaga kerja;

7. Hak atas keselamatan kerja;

8. Hak-hak lain seperti mengajukan gugatan ke LPPHI, melaporkan

pengusaha ke instansi terkait atau pihak berwajib hak berserikat dan

berkumpul serta hak untuk menyuarakan pendapat, termasuk hak

melakukan mogok kerja.35

(35)

1.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1.3.1. Keselamatan kerja

Keselamatan Kerja diatur dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. K

eselamatan dan kesehatan kerja;

b. M

oral dan kesusilaan;

c. P

erlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama

Mengenai perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek yang salah

satunya mengenai perlindungan keselamatan. Perlindungan tersebut sebagai upaya

agar tenaga kerja merasa aman pada saat akan bekerja sehari-hari dan untuk dapat

meningkatkan produktivitas karyawan. Selain itu keselamatan juga telah menjadi

salah satu hak asasi manusia yang harus dilindungi oleh pemerintah dan dihargai oleh

anggota masyarakat lainnya. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari

berbagai persoalan yang ada disekitarnya dan pada dirinya sendiri yang bisa saja

dapat menimpa atau mengganggu dirinya sendiri serta pelaksanaan pekerjaannya.36

Dengan majunya industrialisasi dan modernisasi, maka dalampeningkatan

intensitas kerja operasional dan tempat kerja para pekerja. Hal ini memerlukan

pengarahan tenaga kerja secara intensif dari para pekerja. Kelelahan, kurang

perhatian, kehilangan keseimbangan danlain-lain merupakan akibat dan sebab

terjadinya kecelakaan, maka dari itu perlu dipahami adanya pengetahuan keselamatan

(36)

kerja yang tepat selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan

yang baik dan realistis yang merupakan faktor penting dalam memberikan rasa

tenteram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga kerja yang bersangkutan untuk

dapat mempertinggi mutu pekerjaan, peningkatan produksi dan produktivitas kerja.

Menurut Rivai keselamatan kerja adalahsuatu perlindungan karyawan dari

cedera yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan.37 Selain

itu menurut Swasto keselamatan kerja menyangkut segenapproses perlindungan

tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan

pekerjaan.38Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja

adalah suatu bentuk perlindungan yang berkaitan dengan upaya pencegahan

kecelakaan kerja maupun lingkungan kerja serta tindakan pekerja sendiri.

Undang-UndangKeselamatan Kerja yang menyatakan bahwa setiap tenaga

kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas

nasional. Setiap pekerja/buruh yang berada di tempat kerja terjamin pula

keselamatannya. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman

dan efisien. Perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma

perlindungan kerja. Pembinaan norma-norma perlu diwujudkan dalam

undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang

37Ibid, h. 413.

(37)

sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi teknik danteknologi.Adapun

syarat-syarat keselamatan kerja antara lain :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

4. Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja;

7. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

8. Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

2.3.2. Kesehatan kerja

Kesehatan Kerja diatur dalam Pasal 86 ayat (1) huruf aUndang-Undang

Ketenagakerjaan yang merupakan salah satu hak pekerja untuk memperoleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu pengusaha wajib

melaksanakan secara sistematis dan terintegrasi dengan sistem manajemen

perusahaan.

Upaya kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerjaan atau buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal dengan cara pencegahan kecelakaan

dan penyakit akibat kerja pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan,

pengobatan,dan rehabilitasi. Dengan demikian tujuan kesehatan kerja adalah:

(38)

2. Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja atau buruh;

3. Agar pekerja atau buruh dan orang-orang disekitarnya

terjaminkesehatannya;

4. Menjamin agar produksi dipelihara dan dipergunakan secara amandan

berdaya guna.

Menurut Mathis dan Jackson kesehatan kerja merujuk pada kondisi fisik,

mental dan stabilitas emosi secara umum. Individu yang sehat adalah yang bebas dari

penyakit, cedera serta masalah mental dan emosi yang bisa mengganggu aktivitas

manusia normal umumnya.39

Menurut Swasto kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental.

Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan manusiatermasuk lingkungan

kerja.Swasto juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan kerja antara lain:

1. Kondisi lingkungan tempat kerja meliputi:

a. Kondisi fisik yaitu berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan

tempat kerja, tingkat kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan

udara;

b. Kondisi fisiologis, yaitu dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan,

sikap badan dan cara kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang

(39)

dapat menimbulkan kelelahan fisik dan bahkan dapat mengakibatkan

perubahan fisik tubuh karyawan.

c. Kondisi khemis yaitu dapat dilihat dari uap gas, debu, kabut, asap, awan,

cairan dan benda padat.

2. Mental psikologis yaitu meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman

sekerja, hubungan kerja antara bawahan dan atasan dan sebaliknya, suasana

kerja, dan lain-lain.40

1.3.3. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang dibuat bagi pekerja/buruh maupun pengusaha sebagaiupaya pencegahan (preventif) bagi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja akibat dari hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal yang demikian.41

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor yang penting dalam

terlaksananya kegiatan perusahaan. Adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan kepada para

karyawannya. Menurut Rivai keselamatan dan kesehatan kerja merujuk kepada

kondisi-kondisi fisiologis fiskal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh

lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.42

Dari penjelasan mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja yang

telah disebutkan maka dapat disimpulkan bahwa pengertian keselamatan dan

40Swasto Bambang, op.cit. h. 110. 41Adrian Sutedi, op.cit, h. 170

(40)

kesehatan kerja merupakan salah satu cara untuk melindungi para karyawan dari

bahaya atauancaman kecelakaan kerja selama bekerja yang bertujuan untuk

menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat yang mendukung pencapaian

tujuan perusahaan.

1.4. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1.4.1. Pengertian jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Jamsostek

merupakan hak setiap tenaga kerja yang merupakan kewajiban dari pengusaha. Pada

hakikatnya program jamsostek dimaksudkan untuk memberikan kepastian

berlangsungnyaarus penerimaanpenghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian

penghasilan yang hilang.Disamping itu program jamsostek mempunyai beberapa

aspek antara lain:

a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhanhidup

minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.

b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang menyumbangkan

tenaga serta pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.43

1.4.2. Jenis – jenis jaminan sosial tenaga kerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Jamsostek ruang

lingkup program Jamsostek meliputi:

1) Jaminan kecelakaan kerja

(41)

Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan resiko yang

dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk

menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilannya yang

diakibatkan oleh kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik

maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja. Jaminan

kecelakaan kerja ini diatur dalam Pasal 8 sampai dengan 11

Undang-Undang Jamsostek. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak

mendapatkan jaminan kecelakaan kerja, yang termasuk tenaga kerja dalam

jaminan kecelakaan kerja adalah :

a. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan, baik yang

menerima upah maupun tidak;

b. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong

adalah perusahaan;

c. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.44

2) Jaminan kematian

Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan

mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada

kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena

itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban

keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa

(42)

uang. Jaminan kematian diberikan kepada tenaga kerja yang telah

meninggal dunia. Santunan kematian diberikan langsung kepada keluarga

yang ditinggalkan tenaga kerja yang diatur dalam Pasal 12

Undang-Undang Jamsostek.45

3) Jaminan hari tua

Jaminan hari tua dapat mengkibatkan terputusnya upah karena tidak lagi

mampu bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan

kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenagakerjaan sewaktu

masih bekerja, terutama bagi mereka yang penghasilannya rendah.

Jaminan hari tua diberikan kepada tenaga kerja yang telah mencapai usia

55 (lima puluh lima) tahun. Jaminan hari tua dapat diberikan kepada

tenaga kerja yang putus hubungan kerja dengan minimal masa kepersetaan

5 (lima) tahun terhitung dari masa pendaftaran. Jaminan hari tua diatur

dalam Pasal 14 Undang-Undang Jamsostek.46

4) Jaminan pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas

pekerja sehingga dapat melaksankan rugas sebaik-baiknya dan merupakan

upaya kesehatan dibidang penyembuhan (kuratif). Upaya penyembuhan

diperlukan setap orang maka sudah selayaknya diupayakan

penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial

(43)

tenaga kerja. Jaminan pemeliharaan kesehatan diatur dalam Pasal 16

Undang-Undang Jamsostek.47

1.5. Kecelakaan Kerja

1.5.1. Pengertian kecelakaan kerja

Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula

tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia dan atau harta benda. Sedangkan

kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak

terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang

maupun lingkungan.

Bagian mesin, alat kerja, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh

kecelakaan. Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi (biasanya pada proses

produksi), orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan

keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati, kecelakaan tidak jarang

berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat, bahkan tidak jarang

kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian.

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Karena

ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar dapat dicegah

dengan upaya preventif dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali. Kecelakaan

kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang

(44)

dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Kecelakaan kerja adalah suatu

kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Berdasarkan

Undang-UndangKeselamatan Kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang

tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah

diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia

maupun harta benda.

2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja

Lalu Husni mengklasifikasikan ada empat faktor penyebab kecelakaan kerja

yaitu sebagai berikut:

a. Faktor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau pengetahuan

tentang industri dan kesalahan penempatan tenaga kerja.

b. Faktor material atau peralatannya, misalnya bahan yang seharusnya dibuat

dari besi dibuat dengan bahan lain yang lebih murah sehingga

menyebabkan kecelakaan kerja.

c. Faktor sumber bahaya yang meliputi metode kerja yang salah, sikap kerja

yang teledor serta tidak memakai alat pelindung diri. Kondisi/keadaan

bahaya misalnya lingkungan kerja yang tidak aman serta pekerjaan yang

(45)

d. Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya kurangnya cahaya,

ventilasi, pergantian udara yang tidak lancar dan suasana yang sumpek.48 Dari beberapa faktor tersebut, Suma’mur menyederhanakan faktor penyebab

kecelakaan kerja menjadi dua yaitu:

a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human act atau human error).

b. Keadaan lingkungan yang tidak aman.49

1.6. Gambaran Umum Mengenai Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten

Badung

Menurut Ida Bagus Putu Kusumajaya sebagai Kasubag Kepegawaian di Dinas

Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung yang menyatakan bahwa Dinas Pemadam

Kebakaran Kabupaten Badung adalah sebuah dinas yang berbentuk instansi struktural

pemerintah yang berada dibawah pemerintah daerah Kabupaten Badung, yang

terletak di Jalan Kebo Iwa Nomor 39 Denpasar. Jumlah seluruh pekerja pada tahun

2016 di Dinas ini adalah 313 orang, yang terdiri dari staf administrasi sebanyak 67

orang, staf operasional sebanyak 146 orang, dan pekerja kontrak atas dasar kebutuhan

sebanyak 100 orang, yang dimana jumlah pekerja laki-laki sebanyak 293 orang dan

jumlah pekerja perempuan sebanyak 20 orang. Dari 313 pekerja pada Dinas

48Lalu Husni, 2003, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disebut Lalu Husni III), h. 142.

(46)

Pemadam Kebakaran Kabupatn Badung tercatat 213 pekerja tetap (PNS) dan 100

orang pekerja kontrak atas dasar kebutuhan sebanyak 100 orang (non PNS).

Selain itu, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung memiliki 15

armada. Jumlah personel di setiap kendaraan bervariasi tergantung pengaturan di

kantor dan kepala Unit Pelaksana Teknis (selanjutnya disebut UPT) yang disiagakan

dalam tiga shift per hari. Di kantor induk ditempatkan lima kendaraan pemadam, UPT

tiga kendaraan pemadam, dan di setiap pos dua kendaraan pemadam. Hingga saat ini

Kabupaten Badung memiliki dua UPT, Badung Utara dan Badung Selatan.

Masing-masing UPT membawahi beberapa pos pemadam kebakaran. UPT Badung utara

membawahi tiga pos yaitu Pos Puspem, Pos Utara Terminal Mengwi, Pos Petang.

Untuk UPT Badung selatan juga membawahi tiga pos yaitu Pos di Jalan Kunti, Pos di

Jalan Lotring dan Pos di Pecatu.Dinasini merupakan unsur pelaksana pemerintah

daerah di bidang penanggulangan kebakaran yang dipimpin oleh seorang Kepala

Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui

Sekretariat Daerah. Dinas ini juga mempunyai tugas untuk melaksanakan

usaha-usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta pertolongan atau

Referensi

Dokumen terkait

Dari data pada Gambar 3 tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan proses menggunakan algoritma k-means sehingga akan didapatkan hasil nilai yang masuk dalam kriteria baik..

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya adalah fenomen ENSO (El Nino Southern Oscilation) dan MJO (Maden

Uji fisik (aroma) yoghurt teh hijau berlemak 10% pada penyimpanan 10 hari yang lebih baik dibandingkan dengan yoghurt teh hijau skim, kemungkinan disebabkan oleh pembentukan

Kesesuaian dengan Tahap Perkembangan Sosial Emosional Peserta Didik. Rangkuman dan

Debitur yang beritikad tidak jujur atau debitur beritikad buruk, dan berbagai sebutan lainnya dengan mana yang sama, adalah debitur yang telah melakukan perbuatan

Dari hasil penelitian disimpulkan teknik HS-SDME- GC-FID dapat digunakan untuk menganalisis senyawa karsinogenik N- nitrosodipropilamin (NDPA) yang terdapat pada daging

• Daya masukan ke prosesor daya biasanya sumber dari PLN (tidak selalu) dengan frekuensi jala-jala 50 Hz, satu fasa atau tiga fasa. • Sudut fasa antara arus dan tegangan

Pengerjaan dari suatu produk yang syarat dengan makna dan melekat dengan budaya masyarakat dibutuhkan kajian ilmu multidisiplin untuk mencapai validitas hasil darai