• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Serangan Serangga Perusak Kulit Pohon Indarbela Acutistriata Mell (Lepidoptera:Indarbelidae) Pada Tegakan Sengon (Paraserianthes Falcataria (L) Nielsen).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perkembangan Serangan Serangga Perusak Kulit Pohon Indarbela Acutistriata Mell (Lepidoptera:Indarbelidae) Pada Tegakan Sengon (Paraserianthes Falcataria (L) Nielsen)."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN SERANGAN SERANGGA PERUSAK

KULIT POHON Indarbela acutistriata Mell

(Lepidoptera:Indarbelidae) PADA TEGAKAN SENGON

(Paraserianthes falcataria (L) NIELSEN)

(STUDI KASUS DI KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR)

Oleh :

SRI HARTATI, SP. MSi. MUSTIKA DEWI, Ir. MSi. DONAL ADE PUTRA, S.Hut.

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan menempati urutan ketiga dari negara Brasil dan Republik Demokrasi Kongo (dulu Zaire), sehingga memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan dan perekonomian nasional. Sejak tahun 1996, Indonesia kehilangan hutan setiap tahunnya seluas 2 juta hektar. Hal ini disebabkan karena pembalakan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat, para pejabat yang korupsi, militer, para operator liar, kebakaran, perkebunan kelapa sawit, dan kelompok perusahaan kayu (HPH) yang resmi (Holmes, 2000). Dampak dari hal ini, pada masa yang akan datang hutan alam tidak dapat sepenuhnya diandalkan untuk memenuhi kebutuhan akan hasil hutan. Sedangkan permintaan akan kayu setiap tahunnya meningkat.

Pada tahun 1997 sektor kehutanan dan pengolahan kayu menyumbang 3,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan ekspor kayu lapis, pulp, dan kertas senilai 5,5 miliar (Bank of Indonesia, 1999). Dalam memenuhi permintaan kayu maka dilakukan penanaman jenis-jenis pohon yang berkualitas tinggi dan cepat tumbuh, kegiatan penanaman ini sering mengarah ke pembentukan tegakan-tegakan monokultur yaitu dalam rangka pembangunan HTI (Hutan Tanaman Industri).

(4)

2 Jenis pohon yang dapat tumbuh secara cepat diantaranya adalah sengon (Paraserianthes falcataria). Namun, dalam pengelolaan hutan tanaman jenis ini, sering mendapatkan kendala akibat adanya serangan hama. Berbagai hama dapat dibedakan berdasarkan bagian pohon yang diserang. Salah satu jenis hama yang menyerang dan merusak kulit pohon sengon adalah Indarbela acutistriata.

Pada saat ini, hama Indarbela acutistriata belum banyak dikenal dan keberadaannya dianggap belum berarti, karena serangannya tidak sampai mematikan pohon inang. Namun, ditinjau dari segi fisiologis sangat mengganggu pertumbuhan pohon sengon dan tanaman lain yang diserangnya, selain itu akibat serangannnya dapat menurunkan kualitas pohon. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan berbahayanya serangan hama ini di masa yang akan datang, maka perlu diketahui perkembangan serangannya terhadap tegakan sengon. Dengan demikian, usaha pengendalian secara efektif dapat ditentukan dan persediaan kayu semakin meningkat.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan serangan hama perusak kulit pohon oleh Indarbela acutistriata pada tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) di Jalan Agathis Kampus IPB Darmaga

Manfaat Penelitian

(5)
(6)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa tercurah ke hadirat Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat dan hidayahNya Laporan Penelitian dengan judul

”Perkembangan Serangan Serangga Perusak Kulit Pohon Indarbela acutistriata

Mell (Lepidoptera:Indarbelidae) pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria

(L) Nielsen) (Studi Kasus di Kampus IPB Darmaga Bogor) ” dapat terselesaikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan serangan

hama perusak kulit pohon oleh Indarbela acutistriata pada tegakan sengon

(Paraserianthes falcataria) di Jalan Agathis Kampus IPB DarmagaKami berharap

bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik untuk dunia keilmuan maupun

untuk kegiatan praktek dan aplikasi di lapangan. Namun demikian, kami

menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini baik isi

maupun bahasannya, sehingga saran dan kritik yang membangun demi

penyempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini sampai terselesaikannya laporan ini.

Bandung, September 2006

(7)

DAFTAR ISI

Paraserianthes falcataria (L) Nielsen. ... 3

Indarbela acutistriata... 7

Daerah Penyebaran Dan Tanaman Inang ... 7

Morfologi I. acutistriata... 8

Biologi I. acutistriata... 8

Aspek-Aspek Serangan... 9

Pengendalian ... 10

Kerusakan Tegakan Akibat Hama ... 10

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perkembangan Populasi Serangga ... 11

METODE PENELITIAN... 14

Tempat dan Waktu Penelitian... 14

Bahan dan Alat... 14

Metode Penelitian ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN... 22

Serangan I. acutistriata Mell. pada Sengon di Petak I... 22

Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif... 22

Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon oleh I. acutistriata di Petak I ... 27

Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak I ... 30

Serangan I. acutistriata Mell. pada Sengon di Petak II ... 33

Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif... 33

Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh I. acutistriata di Petak II ... 37

(8)

iii Perkembangan Serangan Serangga I. acutistriata Setiap Hektar ... 46

Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh

(I. acutistriata) dalam Hektar... 48 Persentase Serangan I. acutistriata dalam Hektar... 49 Rata-Rata Serangan I. acutistriata dalam Hektar... 52 Keadaan Suhu Harian Dan Kelembaban Harian Tegakan

Sengon Suhu Udara... 52

KESIMPULAN DAN SARAN... 55

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara

Kumulatif Pada Petak I. (N = 72) ... 23

2. Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak I ... 31

3. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara

Kumulatif Pada Petak II. (N = 76) ... 35

4. Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak II... 40

5. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara

Kumulatif Setiap Hektar... 46

(10)

v DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Serangan Aktif ... 22

2. Serangan Tidak Aktif ... 22

3. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif Petak I... 28

4. Hama Lain Penyerang Pohon Sengon (P. falcataria) ... 30

5. Serangan Aktif ... 40

6. Serangan Tidak Aktif ... 40

7. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif Petak II... 38

8. Larva (I. acutistriata) ... 43

9. Pupa... 43

10. Imago... 43

11. Grafik Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif dalam Hektar... 48

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Tally Sheet Serangan Aktif dan Tidak Aktif Petak I ... 65

2.. Tally Sheet Serangan Aktif dan Tidak Aktif Petak II... 79

3. Rata-Rata Kelembaban Relatif (%), Suhu Bola Kering dan Suhu Bola Basah... 95

4. Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Harian ... 97

5. Peta Lokasi Penelitian di Kampus IPB Bogor... 99

6. Struktur dan komposisi Pohon Sengon Petak I ... 100

(12)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di areal tegakan sengon seluas 0,2 ha, berumur ± 6

tahun dikampus IPB Darmaga Bogor, tepatnya di jalan Agathis. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2006.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan

sengon berumur ± 6 tahun dengan luasan 0,2 ha, sedangkan alat yang digunakan

dalam melakukan penelitian ini adalah pita ukur, cat, tally sheet, tambang, alat

tulis, kalkulator, kamera digital, termometer bola basah dan bola kering.

Metode Penelitian

Dalam melakukan identifikasi dan perbandingan perkembangan serangga

I. acutisriata pada tegakan sengon, metode yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Pembuatan petak ukur dan penomoran

Sebelum dilakukan pengamatan, terlebih dahulu dibuat 2 buah

petak ukur berbentuk lingkaran dengan luas masing-masing petak 0,1 ha

(jari-jari 17,8 m). Kedua petak ukur tersebut diletakkan secara acak pada

tegakan sengon. Intensitas sampling penarikan contoh adalah 10 %.

Selanjutnya pohon-pohon yang berada di dalam petak ukur di beri

nomor dengan menggunakan cat putih. Penomoran dimulai dari titik pusat

(13)

2. Pengamatan serangan pada tegakan sengon

Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung jumlah pohon

secara keseluruhan (jumlah total pohon sengon) dalam tiap petak ukur.

Selain itu pohon-pohon sengon yang berada dalam petak diamati untuk

mengetahui berapa banyak pohon yang terserang hama I. acutisriata

adanya serangan ditandai dengan serbuk gerek berwarna coklat yang

dijalin dengan benang-benang yang terdapat pada permukaan kulit pohon.

Dalam satu pohon kemungkinan terdapat lebih dari satu lokasi

serangan, untuk itu diamati pula jumlah lokasi serangannya pada setiap

pohon. Karena hama I. acutisriata sifat penyerangannya tidak selalu di

batang saja, maka bagian dahan dan ranting juga diamati.

Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali selama 3 bulan atau

selama lebih kurang empat puluh lima hari pengamatan. Tiap dua hari

dicatat pertambahan serangannya untuk tiap pohon. Pertambahan serangan

dihitung secara kumulatif.

Serangan hama I. acutisriata dibedakan menjadi dua macam

serangan, yaitu serangan aktif dan serangan tidak aktif. Serangan aktif

adalah serangan dimana larvanya (ulat) masih hidup dan aktif makan serta

merusak pohon. Sedangkan serangan tidak aktif adalah bila larvanya telah

berubah menjadi pupa atau imago (ngengat) atau mati. Cara membedakan

serangan aktif dan tidak aktif adalah dengan melihat serbuk gerek yang

ada. Jika serbuk gerek masih berwarna coklat muda dan terlihat agak

(14)

16 bahkan kadang-kadang sudah tidak ada serbuk gereknya sehingga kulit

batang bagian dalam kelihatan, termasuk kedalam serangan yang sudah

lampau atau tidak aktif lagi.

3. Menentukan banyaknya pohon terserang dalam setiap hektar.

Setelah diketahui jumlah total pohon sengon pada setiap petak

ukur, maka dapat ditentukan banyaknya pohon sengon yang terserang tiap

hektarnya, yaitu dengan menjumlahkan pohon sengon pada petak ukur 1

dan petak ukur 2 kemudian dibagi dengan luas kedua petak, seperti pada

Sumber : Andrewartha, H. G (1961)dalamTarlinawati (1997).

Keterangan :

X = Jumlah pohon sengon terserang perhektar

X1 = Jumlah pohon sengon terserang pada petak ukur 1

X2 = Jumlah pohon sengon terserang pada petak ukur 2

L = Luas petak ( 0.2 ha)

4. Menghitung pertambahan jumlah pohon terserang

Untuk mengetahui perkembangan atau kenaikan jumlah pohon

sengon yang terserang hama I. acutisriata, terlebih dahulu dihitung

banyaknya pohon terserang setiap 2 harinya secara kumulatif. Selanjutnya

dihitung pertambahan jumlah pohon terserang selama 46 hari

pengamatan, yaitu dengan menghitung selisih antara jumlah pohon

(15)

pohon terserang dua hari pertama. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

S = Xt - Xa

Sumber : Tarumingkeng, R. C (1994).

Keterangan :

S = Total pertambahan jumlah pohon terserang

Xt = Jumlah pohon terserang pada dua hari terakhir (t2)

Xa = Jumlah pohon terserang pada dua hari pertama (t1)

5. Mengetahui perkembangan jumlah serangan hama I.acutisriata pada tegakan sengon.

Berdasarkan data kumulatif setiap dua hari selama 46 hari

pengamatan, dapat diketahui bagaimana perkembangan jumlah serangan

hama I. acutisriata pada tegakan sengon, yaitu dengan menghitung

pertambahan serangan pada setiap pengamatan. Dalam perkembangan

serangan ini, ada dua macam perubahan serangan yaitu serangan aktif dan

serangan yang menjadi tidak aktif. Adanya serangan aktif pada dua hari

pengamatan dapat dilihat dari selisih jumlah serangan aktif pada dua hari

pengamatan dengan jumlah serangan aktif pada dua hari sebelum

pengamatan, dengan rumus seperti :

B = Tt – T(t-1)

Sumber : Tarumingkeng, R. C (1994).

Keterangan :

B = Banyaknya serangan aktif pada dua hari pengamatan (t)

(16)

18 Dari banyaknya serangan aktif setiap dua hari pengamatan, dapat

dijumlahkan secara keseluruhan untuk mengetahui berapa banyak total

serangan aktif selama 46 hari pengamatan.

Demikian halnya dengan serangan yang menjadi tidak aktif,

dihitung dengan selisih jumlah serangan tidak aktif pada dua hari

pengamatan dengan jumlah serangan tidak aktif pada dua hari sebelum

pengamatan, dengan rumus seperti di bawah ini :

L = Lt – L(t-1)

Sumber : Tarumingkeng, R. C (1994).

Keterangan :

L = Jumlah serangan tidak aktif pada dua hari pengamatan (t)

Lt = Jumlah serangan tidak aktif pada dua hari pengamatan (t)

L(t-1) = Jumlah serangan tidak aktif sebelum dua hari pengamatan (t-1)

Total jumlah serangan menjadi tidak aktif dihitung dari

penjumlahan setiap 2 hari selama 3 bulan.

Tiga Kemungkinan Pertambahan Populasi, yaitu meningkat (r

> 0 ), mendatar (r = 0) dan menurun (r < 0), akhirnya punah, r adalah laju

pertambahan (Tarumingkeng, R. C. 1994).

6. Menentukan persentase serangan

Pada petak pengamatan yang telah dibuat, dapat ditentukan

besarnya persentase serangan, yaitu dengan membandingkan antara jumlah

pohon sengon yang terserang hama I. acutisriata dengan total jumlah

(17)

sebagai berikut :

Sumber : Andrewartha, H. G (1961)dalamTarlinawati (1997).

Keterangan :

P = Besarnya persentase pohon terserang

Ps = Jumlah pohon terserang

Pt = Jumlah pohon total

Selain juga ditentukan besarnya persentase jumlah serangan, baik

yang masih aktif maupun serangan tidak aktif, yaitu dengan

membandingkan antara jumlah serangan aktif ataupun jumlah serangan

tidak aktif dengan serangan totalnya, seperti pada rumus di bawah ini :

100%

Sumber : Andrewartha, H. G (1961)dalamTarlinawati (1997).

Keterangan :

P1 = Besarnya persentase serangan aktif

P2 = Besarnya persentase serangan tidak aktif

Pa = Jumlah serangan aktif

Pb = Jumlah serangan tidak aktif

Pr = Jumlah serangan total

Jika besarnya persentase serangan aktif (P1) sudah deketahui, maka

(18)

20 mengurangkan besarnya persentase serangan aktif dari seratus persennya,

yaitu :

P2 = 100% - P1

Sumber : Andrewartha, H. G (1961)dalamTarlinawati (1997).

7. Menentukan rata-rata serangan

Untuk mengetahui jumlah serangan hama I. acutisriata pada setiap

pohon sengon yang terserang, maka dapat diketahui dari rata-rata

serangannya. Dalam menentukan rata-rata serangan ini, serangan aktif dan

serangan tidak aktif tidak dapat dibedakan, melainkan hanya dilihat dari

jumlah serangan totalnya. Dengan demikian rata-rata serangan dapat

diketahui dengan membandingkan antara jumlah serangan total dengan

jumlah pohon terserang.

Sumber : Andrewartha, H. G (1961)dalamTarlinawati (1997).

Keterangan :

R = Rata-rata serangan

Pr = Jumlah serangan total

Ps = Jumlah pohon terserang

Rata-rata serangan menunjukkan jumlah adanya serangan, jadi

hasil perhitungannya tidak mengunakan angka desimal. Jika hasilnya

mempunyai angka desimal lebih dari atau sama dengan 0.5, maka

dilakukan pembulatan keatas, sedangkan hasil perhitungannya kurang dari

(19)

8. Mengukur Suhu Udara Dan Kelembaban Udara

Pengukuran dilakukan pada pukul 06.10 WIB, 12.10 WIB dan

16.10 WIB. Dan menghitung suhu udara harian dan kelembaban udara

harian dari tanggal 13 Mei sampai tanggal 11 Agustus, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

4

Sore T Siang T Pagi T x 2 Harian RH

dan

Suhu Udara = + +

Serta menghitung kelembaban udara dengan menggunakan tabel

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Serangan I. acutistriata Mell pada Sengon di Petak I

Jumlah Pohon Terserang (Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif)

I. acutistriata merupakan salah satu hama kulit pohon sengon, yang

menyerang pohon-pohon hutan, juga menyerang tanaman buah-buahan dan

tanaman perkebunan. Stadium I. acutistriata yang menyerang kulit pohon sengon

adalah stadium larva atau biasa disebut ulat. Sejak telur menetas menjadi ulat, ulat

tersebut langsung memakan kulit pohon sengon dengan membuat lubang

semacam terowongan berwarna coklat, terbuat dari serbuk gerek kotorannya, yang

dijalin dengan benang-benang sutera yang dihasilkan larvanya. Setiap satu lubang

gerekan berisi satu ekor larva I. acutistriata, hal ini menunjukkan jumlah populasi

larva I. acutistriata pada pohon sengon (Gambar 1).

Gambar 1. Serangan Aktif Gambar 2. Serangan Tidak Aktif

I. acutistriata merupakan ordo dari Lepidoptera, ordo ini mengalami

metamorfosa sempurna yang makanannya berbeda pada stadium larva dan imago

(21)

sifat adaptasi ini menyebabkan keberhasilan eksistensi ordo Lepidoptera dan ordo

yang lain (Price, 1975).

Tinggi rendahnya derajat kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh suatu

serangga perusak hutan terutama ditentukan oleh jumlah individunya atau

populasi serangga (Suratmo, 1974). Didasari hasil pengamatan pada pohon

sengon selama 3 bulan, 46 hari pengamatan, di dua petak ukur ditemukan adanya

pertambahan jumlah pohon terserang pada setiap petak ukur (Tabel 1). Adapun

jumlah pohon sengon yang berada pada petak I sebanyak 72 pohon dan petak II

sebanyak 76 pohon.

Tabel 1. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Pada Petak I. (N = 72)

Jumlah Serangan Pengamatan

Ke -

Jumlah Pohon

Terserang Aktif Tidak Aktif Total

(22)

24

Terserang Aktif Tidak Aktif Total

17 31 88 54 142

Jumlah total pohon terserang selama 46 hari di petak I berkisar antara 17

sampai 40 pohon dengan rata-rata pohon terserang 0,87 pohon. Penambahan dan

pengurangan jumlah pohon terserang dimulai sejak hari pertama, dengan jumlah

pohon terserang adalah 17 pohon, pada hari kedua menjadi bertambah menjadi 20

(23)

karena dipengaruhi oleh pada awal pengamatan tidak ditemukannya larva lagi dan

tidak ada lagi serbuk gerek yang ditinggalkan pada pohon sengon, pada hari ke

enam sampai hari ke - 10 serangan pada pohon menjadi bertambah. Pertambahan

jumlah pohon terserang tinggi pada saat hari ke tujuh dan kedelapan dengan

penambahan mencapai 3 pohon sehingga menjadi 24 dan 27 pohon, pada hari ke -

11 sampai hari ke - 15 serangan menjadi tetap dengan jumlah pohon terserang

adalah 28 pohon, jumlah serangan meningkat pada hari ke - 16 dan ke - 17,

setelah itu kembali tetap. Penambahan jumlah pohon terserang pada pohon sengon

oleh I. acutistriata pada hari ke - 18 sampai hari ke - 22 tetap sama dengan

jumlah pohon terserang adalah 31 pohon, meningkat pada hari ke - 23 pengamatan

dengan nilai 36 pohon, penambahan jumlah yang cukup tinggi dengan nilai

penambahannya adalah 5 pohon, pada hari ke - 24 sampai hari ke - 27 masih

tetap sama dengan jumlah pohon terserang 37 pohon, pada hari ke - 28 dan ke - 29

meningkat menjadi 38 dan 39 pohon dengan penambahan jumlah pohon terserang

masing-masing 1 pohon, pada hari ke - 34 sampai hari ke - 46 tidak ada

penambahan jumlah pohon terserang masih tetap dengan nilai 40 pohon terserang

(Tabel 1).

Penambahan dan pengurangan jumlah pohon terserang dikarenakan oleh

faktor-faktor biotik, seperti daya reproduksi dan daya survival dari I. acutistriata,

kualitas dan kuantitas makanannya dan parasit dan predator. Faktor-faktor fisik

seperti temperatur, sinar matahari, hujan, kelembaban, dan angin. Pada saat

pengamatan adalah musim kemarau, hal ini mempengaruhi daya reproduksi, dan

(24)

26 dipengaruhi oleh predator I. acutistriata seperti burung-burung, semut hitam dan

rayap yang memakan telur dan larva. Jenis burung yang berada di tegakan sengon

adalah kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan cipou (Aegithina viridissima).

Sedangkan pada saat hujan, serangan menjadi bertambah dengan cepat.

Berbedanya jumlah serangan, baik serangan aktif atau serangan tidak aktif

dikarenakan adanya selang pengamatan dan perubahan serangan aktif menjadi

serangan tidak aktif, matinya larva karena dimakan oleh burung pemakan

serangga, diserang oleh semut, faktor iklim dan mati.

Jumlah serangan aktif berkisar antara 20 sampai 171 serangan, dengan

puncak serangan terjadi pada hari ke - 43 dengan jumlah serangan 171 serangan

larva dari I. acutistriata dan rata-rata serangannya pada pohon sengon pada

petak I adalah 3,25 serangan, sedangkan serangan tidak aktif mempunyai nilai

yang berkisar antara 18 sampai 86 serangan I. acutistriata, pengurangan jumlah

serangan aktif menjadi serangan tidak aktif adalah pada hari terakhir pengamatan

dengan jumlah serangan 86 serangan. Rata-rata serangan tidak aktif mencapai

1,87 serangan selama 46 hari pengamatan, serangan tidak aktif meningkat setiap

dua hari, hal ini berbeda dengan serangan aktif yang berfluktuasi atau

berubah-ubah jumlah serangannya.

Jumlah serangan total oleh I. acutistriata pada sengon selama 46 hari

pengamatan berkisar antara 38 sampai 248 serangan pada 40 pohon. Ini

menyatakan bahwa populasi total dari serangga I. acutistriata adalah 248 ekor

didalam 40 pohon sengon. Bentuk serangan serangga I. acutistriata adalah secara

(25)

terbang serangga I. acutistriata tidak jauh. Sehingga pohon yang terserang akan

menyerang pohon yang berada disekitar pohon yang tidak terserang.

Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon oleh I. acutistriata di Petak I

Pertambahan atau proses turun naiknya jumlah serangan berlangsung terus

menerus sepanjang waktu pengamatan, perubahan yang berlangsung terus

menerus ini merupakan proses dinamis, dengan tingkat serangan dari I.

acutistriata berlangsung relatif sedang.

Pertambahan jumlah pohon terserang oleh I. acutistriata berkisar antar

0 sampai 5 pohon terserang dengan jumlah serangan sebanyak 23 serangan selama

46 hari pengamatan. Sedangkan rata-rata jumlah serangan pada pohon sengon

adalah 0,50 serangan.

Jumlah serangan aktif berubah-ubah setiap hari pengamatan dengan

kisaran antara 0 serangan sampai 14 serangan. Pada serangan aktif mengalami

penambahan dan pengurangan jumlah, hal ini disebabkan oleh serangan aktif

menjadi serangan tidak aktif dimana larva telah menjadi imago dan adanya

faktor-faktor interaksi dalam populasi seperti predator, penyakit, persaingan makanan,

perebutan ruang dan lain-lain. Pengurangan jumlah serangan aktif menjadi

serangan tidak berkisar antara 1 serangan sampai 9 serangan, hal ini tejadi pada

tujuh hari pengamatan.

Jumlah pertambahan serangan aktif dari serangga I. acutistriata adalah

142 serangan, dengan rata-rata serangannya adalah 3,09 serangan setiap satu

(26)

28 Puncak perkembangan serangan hama I. acutistriata pada petak I adalah

pada hari ke tujuh dan hari ke sembilan dengan kenaikan jumlah serangan

sebanyak 14 serangan, (Gambar 3) Selama tujuh hari tidak terjadi penambahan

jumlah serangan aktif.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031323334353637383940414243444546

PENGAMATAN

KE-Gambar 3. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif di Petak I.

Pada saat hujan bekas gerekannya akan hilang karena terbawa oleh air

hujan, tetapi akan muncul kembali dengan bekas gerekan baru dengan serangan

yang lebih parah hingga mengelilingi batang dan cabang pohon, hal ini karena

kulit sengon menjadi lebih lunak dan mudah untuk di makan. Serangga I.

acutistriata memakan kulit dan kambium dari pohon sengon, hal ini yang bisa

menyebabkan kematian pada pohon sengon, sehingga mudah diserang oleh hama

dan penyakit yang lain seperti rayap, semut dan cendawan.

Jumlah serangan tidak aktif merupakan bekas serangan aktif yang telah

ditinggalkan oleh serangga I. acutistriata, karena perubahan stadium larva

(27)

atau perubahan pupa menjadi imago. Jumlah pertambahan serangan tidak aktif

dari serangga I. acutistriata adalah 68 serangan, dengan rata-rata serangannya

adalah 1,48 serangan setiap satu pohon sengon.

Penambahan serangan tidak aktif tidak secepat penambahan serangan

aktif, karena masa staduim larva atau ulat selama 6 bulan dan stadium kepompong

selama 1 bulan, masa hidupnya sekitar 7 bulan (Tjoa tjien mo, 1956). Hanya

pada hari-hari tertentu saja jumlah serangannya meningkat seperti pada hari kedua

dengan jumlah serangan tidak aktif 9 serangan, hari kedua merupakan

pengurangan jumlah serangan serangga I. acutistriata yang cukup tinggi, diikuti

pada hari ke - 44 dengan jumlah serangan tidak aktif 8 serangan, dan pada hari ke

- 22 dan 42 dengan jumlah serangan tidak aktif sebanyak 6 serangan.

Serangan tidak aktif ditandai dengan berubahnya warnanya serbuk gerek

dari warna coklat muda dan terlihat agak basah menjadi warna hitam dan kering,

menghilangnya serbuk gerek, dan rusaknya serbuk gerek. Hal ini disebabkan larva

dari serangga I. acutistriata telah menjadi imago atau ngengat, mati karena

dimakan oleh burung, di hanyutkan oleh air hujan sampai ke tanah dan diserang

oleh rayap. Setelah lubang gerek tidak aktif merupakan masa rentan bagi pohon

sengon P. falcataria, karena lubang gerek yang ditinggalkan akan menjadi busuk

apabila terkena air hujan dan akan mudah diserang baik oleh hama lain dan

penyakit.

Serangga I. acutistriata merupakan perintis bagi datangnya hama dan

penyakit yang lainnya, karena serangga I. acutistriata hanya menimbulkan

(28)

30 Gambar 4. Hama Lain Penyerang Pohon Sengon (P. falcataria) (Sumber :

Penelitian 2006)

Persentase Serangan I. Acutistriata pada Petak I

Didasari pada Tabel 1, dapat diketahui besarnya persentase serangan baik

besarnya persetase pohon terserang, serangan aktif dan serangan tidak aktif,

seperti pada Tabel 2. persentase serangan menunjukkan seberapa besar serangan

I. acutistriata pada pohon sengon yang berada pada petak I.

Selama 46 hari pengamatan, besarnya persentase pohon terserang berkisar

antara 23,61 % sampai 55,56 %, hal ini menunjukkan bahwa persentase kenaikan

pohon terserang tergolong sedang, hanya mencapai nilai 31,95 %, sedangkan

rata-rata serangan setiap hari pengamatan adalah 45,50 %, seperti terlihat pada

Tabel 2.

(29)
(30)

32

Besarnya persentase serangan aktif berubah-ubah karena dipengaruhi oleh

berubahnya larva menjadi imago, dimangsa oleh predator seperti burung kutilang,

burung cipau, semut hitam dan rayap yang merusak sumberdaya makanan dari

I. acutistriata, karena terjadi persaingan makanan dimana rayap memakan pohon

sengon dan hama I. acutistriata juga memakan bagian dari kulit sengon.

Kisaran besarnya persentase serangan aktif adalah 43,28 % sampai 70,64

%, dengan rata-rata serangan sebanyak 61,73 %. Sedangkan persentase kenaikan

serangan aktif adalah 27,36 % tergolong sedang. Persentase serangan aktif

tertinggi terjadi pada hari pengamatan ke empat puluh satu dengan besarnya

(31)

hari pengamatan ke enam dengan nilai 43,28 %. Persentase serangan tidak aktif

merupakan kebalikan dari persentase serangan aktif, dengan kisaran persentasenya

adalah 29,36 % sampai 50,94 %, rata-rata persentase serangan tidak aktif adalah

38,37 %.

Serangan I. acutistriata Mell pada Sengon di Petak II Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif

Pada petak II total pohon sengon yang diamati adalah 76 pohon, dengan

jumlah pohon terserang berkisar antara 8 serangan sampai 38 serangan, dan

rata-rata jumlah pohon terserang adalah 0,83 serangan per hari pengamatan (Tabel 3).

Jumlah pohon terserang pada petak II berbeda dengan jumlah pohon terserang

pada petak I, dengan jumlah pohon petak I lebih sedikit tetapi daya serangnya

lebih cepat. Hal ini disebabkan pada petak II jarak tanamnya lebih rapat yaitu 4 m

x 3 m. Keliling batang hampir merata dengan nilai rata-rata keliling 45,38 cm,

nilai rata-rata diameter 14,45 cm, rata-rata nilai tinggi total mencapai 15,29 m dan

nilai rata-rata tinggi bebas cabang 7,05 cm, serta kondisi kulit batang yang keras.

Sehingga penyebaran serangan dari serangga I. acutistriata jadi lebih sedikit,

serangan serangga I. acutistriata pada petak II lebih banyak di bagian

dahan-dahan pohon sengon.

Jumlah serangan serangga I. acutistriata yang aktif pada petak II berkisar

antara 3 serangan sampai 129 serangan, dengan rata-rata jumlah serangan aktif

adalah 0,83 serangan. Jumlah serangan serangga I. acutistriata terus meningkat,

puncak serangan terjadi pada hari terakhir pengamatan dengan jumlah serangan

(32)

34

Gambar 5. Serangan Aktif Gambar 6. Serangan Tidak Aktif

Serangan tidak aktif terus meningkat dari jumlah 8 serangan menjadi 36

serangan dan rata–rata serangan 0,78 serangan. Tetapi hal ini tidak sebanding

dengan jumlah serangan aktif yang terus bertambah setiap dua hari pengamatan

sekali. Total jumlah serangan serangga I. acutistriata pada pohon sengon berkisar

antara 11 serangan sampai 165 serangan, serangan terus bertambah sampai akhir

pengamatan, rata-rata serangan total serangga I. acutistriata pada pohon sengon

adalah 3,59 serangan. Petak II memiliki jumlah pohon yang lebih banyak

dibandingkan dengan petak I yaitu sebanyak 76 pohon dengan jumlah pohon

terserang 38 pohon, sedangkan petak I jumlah pohon 72 dengan jumlah pohon

terserang 40 pohon. Total Jumlah serangan pada petak II lebih sedikit

dibandingkan dengan petak I, dengan total jumlah serangan pada petak II 165

(33)

Tabel 3. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Pada

Terserang Aktif Tidak Aktif Total

(34)

36

Terserang Aktif Tidak Aktif Total

30 32 83 32 115

diserang oleh serangga I. acutistriata dengan jumlah yang banyak, karena bentuk

penyerangan dari serangga I. acutistriata adalah berkelompok, sehingga bagian

batang dan dahan menjadi rentan. Pertambahan jumlah serangan pada setiap dua

hari pengamatan di petak II dapat dilihat pada (Gambar 7).

Pada petak II serangan serangga I. acutistriata masih tergolong baru,

karena jumlah pohon yang terserang masih sedikit, dengan life cycle atau panjang

umur pada stadium larva dari serangga I. acutistriata selama 10 sampai 11 bulan

yang tergolong waktu yang lama, maka di prediksi petak II akan mengalami

serangan yang cukup berarti dengan rata-rata serangan perdua hari adalah 1

(35)

cycle serangga I. acutistriata sangat panjang hal ini disebabkan kandungan dari

makanannya dan kadar air dari makanan sangat tidak menguntungkan untuk

mendukung kehidupannya (Suratmo, 1974).

Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh I. acutistriata di Petak II

Jumlah perkembangan serangan serangga I. acutistriata pada pohon

sengon di petak II berfluktuasi atau berubah-ubah, pada jumlah pohon terserang

0 sampai 4 serangan, dengan rata-rata serangan 0,65 serangan perhari

pengamatan, total pertambahan jumlah pohon terserang selama empat puluh enam

hari pengamatan adalah 30 serangan. Kenaikan jumlah pohon terserang terjadi

pada hari ke enam dan hari ke tujuh dengan jumlah kenaikan 4 serangan, diikuti

oleh hari ke sepuluh dengan jumlah kenaikan jumlah 3 serangan, penambahan

jumlah pohon terserang tidak terjadi pada 28 hari pengamatan.

Penambahan Jumlah serangan aktif pada petak II mempunyai nilai yang

berkisar antara 0 sampai 15 serangan serangga I. acutistriata, dengan rata-rata

serangan perhari adalah 2,74 serangan, sedangkan total pertambahan jumlah

serangan aktif adalah sebanyak 126 serangan. Puncak serangan serangga I.

acutistriata terjadi pada hari ke - 23 dengan jumlah serangan aktif mencapai 16

serangan, diikuti pada hari ke - 29 dengan jumlah kenaikan sebanyak 15 serangan,

dan pada hari ketujuh dengan jumlah kenaikan serangan aktif mencapai 8

(36)

38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223 2425262728293031323334353637383940414243444546

PENGAMATAN KE

-Jumlah Pohon Te rse rang Aktif Tidak Aktif

Gambar 7. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif Petak II .

Serangan serangga I. acutistriata pada awal pengamatan meningkat

menjadi 5 serangan dari 0 serangan, kemudian menjadi turun jumlah serangan

selama 2 hari pengamatan, dan terus berkembang, pada hari terakhir pengamatan

tidak terjadi kenaikan jumlah serangan aktif dengan jumlah penambahan serangan

0 serangan. Kenaikan jumlah serangan aktif tidak terjadi selama 14 hari

pengamatan.

Total pertambahan jumlah serangan tidak aktif adalah 28 serangan,

serangan tidak aktif terus berkembang dengan nilai yang berbeda-beda dengan

kisaran nilai serangan antara 0 sampai 5 serangan, dengan rata-rata serangan tidak

aktif adalah 0,61 serangan perhari, puncak penurunan jumlah serangan aktif

terjadi pada hari ke tiga belas dengan jumlah serangan tidak aktif mencapai 5

serangan. Serangan aktif berkurang menjadi serangan tidak aktif terjadi juga pada

(37)

jumlah hari pengurangan serangan aktif menjadi serangan tidak aktif sebanyak 15

hari dan pengurangan jumlah serangan aktif menjadi serangan tidak aktif tidak

terjadi selama 31 hari (Gambar 7). Rendahnya pengurangan jumlah serangan aktif

ini, menunjukkan lamanya masa serangan aktif dan lamanya serangga I.

acutistriata menyerang pohon sengon.

Pada pohon sengon yang berdiameter besar serangan I. acutistriata tidak

sampai mengelilingi batang pohon sengon, tetapi pada dahan yang kecil serangga

I. acutistriata dapat memakan kulit pohon sengon, ini mengakibatkan banyaknya

batang dan dahan yang menjadi mati dengan gejala daun menjadi layu karena

kambium dari dahan pohon sengon ikut dimakan oleh serangga I. acutistriata.

Persentase Serangan I. Acutistriata pada Petak II

Didasari pada Tabel 3, dapat diketahui besarnya persentase serangan baik

besarnya persentase pohon terserang, serangan aktif dan serangan tidak aktif pada

petak II (Tabel 4).

Selama 46 hari pengamatan, besarnya persentase pohon terserang berkisar

antara 10,53 % sampai 50,00 %. Persentase pohon terserang terus meningkat

sampai akhir pengamatan, dengan persentase kenaikan pohon terserang mencapai

nilai 39,47 %, persentase serangan ini masih tergolong sedang. Sedangkan

rata-rata serangan setiap hari pengamatan adalah 35,27 %, seperti terlihat pada Tabel

(38)

40 Tabel 4. Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak II

(39)

Tabel 4. Lanjutan

Kisaran besarnya persentase serangan aktif adalah 27,27 % sampai 78,40

%, dengan rata-rata serangan sebanyak 65,62 %. Sedangkan persentase kenaikan

serangan aktif adalah 47,13 % masih tergolong sedang. Persentase serangan aktif

tertinggi terjadi pada hari pengamatan ke empat puluh empat dengan besarnya

persentase 78,40 %, sedangkan persentase serangan aktif terendah terjadi pada

hari pengamatan ke satu dengan nilai 27,27 %. Persentase serangan I. acutistriata

pada petak II lebih tinggi di bandingkan dengan petak I. Petak II persentase

tertingginya adalah 78,40 %, sedangkan petak I persentase tertinggi adalah 70,64

%. Persentase serangan tidak aktif merupakan kebalikan dari persentase serangan

aktif, dengan kisaran persentasenya adalah 21,60 % sampai 72,73 %, rata-rata

persentase serangan tidak aktif adalah 38,37 %.

(40)

42 pengurangan jumlah serangan aktif tidak terlalu besar, sehingga pada akhir

pengamatan persentase serangan tetap tinggi dibandingkan dengan petak I,

dimana pengurangan jumlah serangan aktif lebih besar dua kali pengurangan

jumlah serangan tidak aktif pada petak II yaitu sebanyak 68 serangan, dari 28

serangan pada petak II (Tabel 4).

Hal yang mempengaruhi serangan terus bertambah adalah periode larva

selama 10 sampai 11 bulan, berkembang dari bulan Juni sampai April

(Hutacharern,1993), sedangkan pengamatan dilakukan pada pertengahan bulan

Mei sampai pertengahan bulan Agustus 2006, bertepatan dengan ulat atau larva

sedang berkembang.

Didasari perhitungan pertambahan jumlah serangan I. acutistriata

diketahui bahwa dengan adanya penambahan jumlah pohon sengon diserang,

maka jumlah serangan pasti akan bertambah, tetapi jika jumlah serangan

bertambah, belum tentu jumlah pohon yang diserang akan bertambah.

Serangan hama I. acutistriata tidak hanya menyerang pohon yang

berdiameter besar tetapi juga menyerang pohon sengon yang berdiameter kecil, ini

menunjukkan bahwa serangan hama I. acutistriata menyerang pohon berumur

muda sampai berumur tua dengan penyebaran di batang dan di percabangan,

dengan syarat kulit pohon sengon masih muda dan mudah untuk dimakan,

dikarenakan memudahkan larvanya untuk menggerek dan melakukan

(41)

Gambar 8. Larva Indarbela acutistriata

Gambar 9. Pupa Gambar 10. Imago

Serangan yang tidak digunakan akan meninggalkan bekas pada pohon

sengon, bekas serangan akan berupa serbuk gerek yang sudah menghitam, kulit

sengon yang terluka tanpa kulit luar, dan lubang gerek (Gambar 1 dan 2). Semakin

lama keaktifan dari larva serangga hama I. acutistriata menyerang pohon sengon,

maka akan menimbulkan kerusakan yang berarti dengan kerusakan cabang pecah,

patah, mati, akan tumbang apabila ditiup angin kencang, dan merusak nilai

ekonomis dari kayu sengon serta hilangnya keindahan dari kayu sengon.

Bentuk serangan yang berkelompok, sehingga serangan dapat merata

(42)

44 Kesembuhan dari pohon sengon oleh hama I. acutistriata yang mengakibatkan

luka memakan waktu yang cukup lama. Kondisi yang seperti ini sangat merugikan

karena memperpendek umur dari pohon sengon.

Perkembangan serangan serangga I. acutistriata yang begitu cepat, perlu

diwaspadai keberadaannya bagi tegakan sengon. Didalam pertumbuhan dan

perkembangan, serangga I. acutistriata sangat dipengaruhi oleh kondisi pohon

inang dan kondisi iklim mikro yang sesuai. Dimana kondisi pohon inang berkaitan

dengan faktor biotik untuk mendukung pertumbuhan sengon, dengan kondisi

sengon yang sehat pertumbuhan baik akan membuat kualitas dan kuantitas

makanan dari serangga lebih baik, karena bagian pohon yang menjadi makanan

serangga I. acutistriata, keadaanya sesuai dengan yang disukai oleh hama I.

acutistriata serta banyaknya pohon yang ada per hektar didalam kawasan

perkebunan pohon sengon. Sedangkan kondisi iklim mikro berkaitan dengan

faktor fisik yang membentuknya seperti temperatur, sinar, hujan, kelembaban

udara dan angin disekitar tempat hidup. Kondisi iklim mikro yang disukai oleh

serangga I. acutistriata, yaitu kelembaban dan curah hujan yang cukup tinggi,

karena mendukung bagi perkembangan hidup serangga I. acutistriata.

Tegakan sengon di areal pengamatan, berumur 6 tahun. Sedangkan larva

I. acutistriata mulai menyerang pohon yang berumur lebih dari 2 tahun

(Hutacharen, 1993). Dengan semakin besarnya pohon sengon maka makin banyak

bagian yang berpotensi untuk menjadi serangannya untuk dimakan.

Kenaikan serangan I. acutistriata yang masih tergolong sedang, di

pengaruhi oleh faktor-faktor ketersedian sumberdaya makanan dan ruang tempat

(43)

sumberdaya (penyebaran, pemencaran dan kemampuan mencari makanan, dan

yang terakhir faktor waktu atau kesempatan untuk memanfaatkan iklim yang

menguntungkan untuk perkembangbiakan (Andrewartha dan Birch, 1961).

Rata-Rata Serangan I. acutistriata

Rata-rata serangan merupakan perbandingan antara jumlah serangan total

dengan jumlah pohon terserang. Dengan mengetahui rata-rata serangan, maka

akan dapat diketahui jumlah serangan hama I. acutistriata yang terdapat pada

setiap pohon sengon.

Rata-rata serangan yang terjadi pada setiap pohon sengon pada petak I

adalah 6 serangan. Jadi setiap hari pengamatan terjadi penambahan jumlah

serangan pada setiap pohon sengon sebanyak 6 serangan.

Rata-rata serangan yang terjadi pada setiap pohon sengon pada petak II

adalah 4 serangan. Jadi setiap hari pengamatan terjadi penambahan jumlah

serangan pada setiap pohon sengon sebanyak 4 serangan.

Dengan rata-rata serangan per dua hari selama tiga bulan pengamatan

sebesar 6 serangan pada petak I dan 4 serangan pada petak II, dapat diprediksi

bahwa perkembangan serangannya sangat cepat dan hal ini akan mengancam

kesehatan dari pohon sengon, karena akan mengakibatkan pohon menjadi sakit.

Pengendalian yang pernah digunakan pada tahun 1956 oleh Tjoa tjien mo

adalah dengan membuang serbuk gerek. Ulat dikeluarkan dari lubang dengan

menggunakan kawat yang bengkok ujungnya, atau dimasukkan kedalam lubang

(44)

46 Pengendalian secara alami dengan mengembangbiakan pemangsa dari I.

acutistriata seperti rayap, burung kutilang, cipaou dan semut hitam, tetapi alam

memiliki keseimbangan sendiri untuk mengendalikan perkembangan hama I.

acutistriata ini.

Perkembangan Serangan Serangga I. acutistriata Setiap Hektar Didasari oleh perhitungan pada dua petak ukur, ternyata banyaknya pohon

sengon adalah sebanyak 74 pohon per 0,1 hektar atau 740 pohon sengon per

hektar. Pertambahan serangan serangga I. acutistriata setiap hari pengamatan

dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada Tabel 5. diketahui bahwa perkembangan jumlah pohon sengon

terserang serangga I. acutistriata selama 46 dalam hektar berkisar antara 125

pohon sampai 390 pohon sengon per hektar atau 13 pohon sampai 39 pohon per

0,1 hektar, dengan rata-rata pohon terserang adalah 8,48 pohon per hektar. Jadi

penambahan pohon sengon terserang adalah 265 pohon per hektar, 26 pohon per

0,1 hektar.

(45)

Jumlah Serangan (Ha)

Perkembangan jumlah serangan aktif terus bertambah selama empat 46

(46)

48 nilai antara 115 serangan sampai 1.455 serangan, dengan rata-rata serangan 31,63

serangan.

Serangan tidak aktif juga bertambah setiap dua hari pengamatan tetapi

jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan penambahan jumlah serangan aktif,

nilai serangan tidak aktif berkisar antara 130 serangan sampai 610 serangan hama

I. acutistriata pada pohon sengon dengan rata-rata serangan tidak aktif adalah

13,26 serangan. Total serangan aktif dan serangan tidak aktif pada sengon

adalah 2.065 serangan, dengan nilai serangan dari hari pertama sampai hari

terakhir berkisar antara 245 serangan sampai 2.065 serangan per hektar. Rata-rata

total serangan aktif dan serangan tidak aktif adalah 44,89 serangan.

(47)

PERKEMBANGAN SERANGAN SERANGGA

I. acutistriata PADA POHON SENGON (HA)

-40

Gambar 11. Grafik Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif dalam Hektar

Penambahan jumlah pohon terserang perhektar bekisar antara 0 sampai 35

pohon, total jumlah pohon terserang adalah 265 pohon, dengan rata-rata serangan

sebanyak 5,76 serangan. Puncak serangan terjadi pada hari ke tujuh dan hari ke -

23 dengan jumlah pohon terserang 35 pohon, diikuti pada hari ke dua dan hari

keenam dengan jumlah pohon teserang 25 pohon, penambahan pohon terserang

terjadi selama 22 hari, dan penambahan jumlah pohon terserang terjadi selama 24

hari.

Perkembangan serangan aktif setiap hektar berkisar antara 0 sampai 145

serangan, dengan total jumlah serangan aktif 1340 serangan dan rata-rata serangan

per hari pengamatan sebanyak 29,13 serangan. Selain penambahan terjadi

(48)

50 antara 10 sampai 25 serangan. Puncak pengurangan jumlah serangan aktif terjadi

pada hari pengamatan ke - 22.

Jumlah serangan tidak aktif memiliki nilai yang tidak terlalu tinggi yang

berkisar antara 0 sampai 45 serangan, total jumlah serangan tidak aktif adalah 480

serangan, dengan rata-rata serangan tidak aktif adalah 10,38 serangan per hari

pengamatan. Pengurangan jumlah serangan aktif menjadi tidak aktif banyak

terjadi pada hari ke dua, ke enam, dan hari ke - 13 dengan jumlah 45 serangan

(Gambar 11).

Persentase Serangan I. acutistriata dalam Hektar

Berdasarkan perhitungan persentase serangan larva I. acutistriata pada

setiap hari pengamatan selama 46 hari pengamatan (Tabel 6). Besarnya persentase

pohon terserang berkisar antara 16,89 % sampai 52,70 %, dengan nilai rata-rata

persentasenya adalah 40,25 %, hal ini menunjukkan bahwa persentase kenaikan

pohon terserang hama I. acutistriata sedang, dengan nilai mencapai 33,81 %

selama 46 hari pengamatan.

Persentase serangan aktif berkisar antara 45,16 % sampai 73,18 %, dengan

nilai rata-rata serangan adalah 63,31 %, persentase serangan aktif mencapai 28,02

% ini berarti persentase kenaikan serangan aktif masih tergolong sedang.

Persentase kenaikan serangan aktif cukup tinggi pada hari ke - 41 dengan nilai

persentase serangan sebesar 73,18 %, diikuti oleh hari ke - 40 dengan persentase

serangan aktif sebesar 72,58 %, sedangkan persentase terendah pada hari ke enam

(49)

dan belum berubah menjadi pupa atau imago.persentase serangan tidak aktif

merupakan kebalikan dari serangan aktif.

(50)

52

perubahan serangan aktif menjadi serangan tidak aktif berubah-ubah, persentase

kenaikan jumlah serangan tidak aktif cukup tinggi terjadi pada hari ke enam

dengan nilai persentase pengurangannya adalah 54,84 %, sedangkan persentase

terendah terjadi pada hari ke empat puluh satu. Apabila serangan aktif ditambah

dengan serangan tidak aktif akan mempunyai nilai 100 %.

Rata-Rata Serangan I. acutistriata dalam Hektar

Rata-rata serangan hama I. acutistriata untuk setiap pohon yang terserang

dari awal pengamatan sampai hari terakhir pengamatan adalah 4 serangan.

Dengan rata-rata serangan per dua hari selama tiga bulan pengamatan sebesar 4

serangan, dapat di prediksi bahwa perkembangan serangannya sangat cepat dan

hal ini akan mengancam kesehatan dari pohon sengon, karena akan

(51)

Keadaan Suhu Harian Dan Kelembaban Harian Tegakan Sengon

Suhu Udara

Faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga

adalah suhu udara, sinar matahari, presipitasi, kelembaban udara dan angin dan

termasuk iklim dan cuaca. Iklim atau cuaca suatu daerah dapat menyeleksi

serangga yang dapat hidup di daerah tersebut, karena menyebabkan musnahnya

atau tidak dapatnya hidup spesies-spesies serangga tertentu, tetapi dapat pula

menyebabkan timbulnya epidemi suatu hama (Suratmo, 1974).

Serangga adalah binatang yang berdarah dingin, artinya bahwa suhu tubuh

adalah sama dengan suhu udara di sekitarnya, karena temperatur serangga

tergantung pada suhu udara disekitarnya maka untuk dapat hidup tumbuh

berkembang dari telur sampai dewasa maka suhu udara disekitarnya harus berada

pada daerah yang suhu udaranya cocok untuk perkembangan hidup serangga atau

disebut efektive temperatures, yang biasanya diantara 15 0 C sampai 45 0 C

(Suratmo, 1974).

Rata-rata suhu udara harian ditegakan sengon berkisar antara 26 0 C

sampai 29 0 C, hal ini cocok untuk perkembangan hama I. acutistriata, karena

termasuk dalam kategori sedang, suhu udara di tegakan sengon selama empat

puluh enam hari relatif sama. Suhu udara bagi hama I. acutistriata di tegakan

sengon tidak menjadi faktor pembatas, karena suhu udaranya mendukung untuk

perkembangannya.

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan satwa selain dipengaruhi

oleh radiasi surya dan suhu udara juga dipengaruhi oleh kelembaban udara.

(52)

54 udara akan lebih kecil bila suhu meningkat dan sebaliknya kelembaban udara

semakin tinggi bila suhu udara lebih rendah (Badriyah, 2002).

Nilai rata-rata kelembaban harian tegakan sengon selama empat puluh

enam hari pengamatan berkisar antara 65 % sampai 82 %, dan termasuk dalam

kategori sedang. Rata-rata suhu udara harian ditegakan sengon berkisar antara 26

0

C sampai 29 0 C, hal ini cocok untuk perkembangan hama I. acutistriata, karena

termasuk dalam kategori sedang, suhu udara di tegakan sengon selama empat

puluh enam hari relatif sama (Gambar 12).

RATA-RATA SUHU DAN KELEMBABAN UDARA HARIAN

faktor pembatas, karena suhu udaranya mendukung untuk perkembangannya.

Serangga sangat rentan apabila kelembaban udara terlalu rendah karena akan

terjadi penguapan air yang tinggi di tubuhnya atau kelembaban udara terlalu tinggi

akan menimbulkan penderitaan terhadap serangga I. acutistriata, dan ini dapat

(53)

harian seperti ini tidak mempengaruhi perkembangan hama I. acutistriata, dan

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perkembangan serangan serangga I. acutistriata perusak kulit pohon

sengon tergolong cepat dilihat dari jumlah serangan yang terus bertambah.

2. Pada petak I jumlah pohon terserang adalah 40 pohon, rata-rata jumlah

pohon terserang adalah 0,87 serangan, rata-rata jumlah serangan aktif

adalah 3,52 serangan, sedangkan rata-rata serangan tidak aktif 1,87

serangan. Total jumlah serangan adalah 248 serangan. Rata-rata

pertambahan jumlah pohon terserang adalah 0,5 serangan, jumlah

pertambahan sebanyak 23 serangan, jumlah serangan aktif adalah 142

serangan, dengan rata-rata 3,09 serangan, sedangkan rata-rata serangan

tidak aktif adalah 1,48 serangan, dengan jumlah penambahan sebanyak 68

serangan.

3. Rata-rata persentase pohon terserang pada petak I adalah 45,50 %, dan

rata-rata persentase serangan aktif adalah adalah 61,73 %, rata-rata

persentase serangan tidak aktif adalah 38,27 %.

4. Pada petak II jumlah pohon terserang adalah 38 pohon, dengan rata-rata

0,83 serangan, rata-rata jumlah serangan aktif 2,80 serangan, sedangkan

rata-rata jumlah serangan tidak aktif 0,78 serangan. Rata-rata pertambahan

jumlah pohon terserang adalah 0,65 serangan, total pertambahan adalah 30

serangan. Rata-rata serangan aktif adalah 2,74 serangan, sedangkan total

pertambahan sebanyak 126 serangan, Total pertambahan jumlah serangan

(55)

5. Rata-rata besarnya persentase pohon terserang adalah 35,27 %, rata-rata

persentase serangan aktif adalah 65,62 %, sedangkan rata-rata serangan

tidak aktif adalah 34,38 %.

6. Rata-rata serangan per dua hari pengamatan selama tiga bulan pengamatan

sebesar 6 serangan pada petak I dan 4 serangan pada petak II.

Saran

Keberadaan hama I. acutistriata belum menimbulkan kerusakan yang

cukup berarti pada saat ini, tetapi dengan jumlah serangan yang terus meningkat

setiap dua hari dan serangannya tergolong cepat serta berkelompok, disarankan

kepada semua pihak yang menanam jenis pohon sengon secara monokultur untuk

dapat mewaspadai serangan hama I. acutistriata, karena dapat menurunkan nilai

ekonomi dari kayu sengon.

(56)

RINGKASAN

Jenis pohon yang dapat tumbuh secara cepat diantaranya adalah sengon (P. falcataria), namun dalam pengelolaan hutan tanaman jenis ini, sering mendapatkan kendala akibat adanya serangan hama. Berbagai hama dapat dibedakan berdasarkan bagian pohon yang diserang. Salah satu jenis hama yang menyerang dan merusak kulit pohon sengon adalah I. acutistriata.

Pada saat ini, hama I. acutistriata belum banyak dikenal dan keberadaannya dianggap belum berarti, karena serangannya tidak sampai mematikan pohon inang. Namun ditinjau dari segi fisiologis sangat menggangu pertumbuhan pohon sengon dan tanaman lain yang diserangnya, selain itu akibat serangannnya dapat menurunkan kualitas pohon. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan berbahayanya serangan hama ini di masa yang akan datang, maka perlu diketahui perkembangan serangannya terhadap tegakan sengon. Dengan demikian usaha pengendalian secara efektif dapat ditentukan dan persediaan kayu semakin meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perkembangan serangan hama perusak kulit pohon oleh I. acutistriata pada tegakan sengon (P. falcataria).

Penelitian dilakukan di areal tegakan sengon seluas 0,2 ha, berumur ± 6 tahun dikampus IPB Darmaga Bogor, tepatnya di jalan Agathis. Penelitian berlangsung selama 3 bulan yaitu dari Mei sampai Agustus 2006.

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan sengon berumur ± 6 tahun dengan luasan 0,2 ha, sedangkan alat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pita ukur, cat, tally sheet, tambang, alat tulis, kalkulator, kamera digital, termometer bola basah dan bola kering.

Dalam melakukan identifikasi dan perbandingan perkembangan serangga

I. acutisriata pada tegakan sengon, metode yang digunakan adalah pembuatan petak ukur dan penomoran, pengamatan serangan pada tegakan sengon, menentukan banyaknya pohon terserang dalam setiap hektar, menghitung pertambahan jumlah pohon terserang, mengetahui perkembangan jumlah serangan hama I. acutisriata pada tegakan sengon, menentukan presentase serangan menentukan rata-rata serangan dan mengukur suhu udara dan kelembaban udara.

Perkembangan serangan serangga I. acutistriata perusak kulit pohon sengon tergolong cepat dilihat dari jumlah serangan yang terus bertambah. Dengan adanya penambahan jumlah pohon sengon diserang, maka jumlah serangan pasti akan bertambah tetapi jika jumlah serangan bertambah, belum tentu jumlah pohon yang diserang akan bertambah, hal ini terjadi pada petak I dengan jumlah pohon sengon sebanyak 72 dan petak II sebanyak 76. Perkembangan jumlah pohon terserang selama 46 hari di petak I berkisar antara 17 sampai 40 pohon dengan rata-rata pohon terserang 0,87 serangan. Jumlah serangan aktif berkisar antara 20 sampai 171 serangan, rata-rata serangan 3,52 serangan, dan serangan tidak aktif antara 18 sampai 86 serangan, dengan rata-rata serangan 1,87 serangan. Total jumlah serangan adalah 248 serangan.

(57)

68 serangan dengan rata-rata serangannya adalah 1,48 serangan. Besarnya persentase pohon terserang pada petak I berkisar antara 23,61 % sampai 55,56 %, persentase kenaikan pohon terserang tergolong sedang, hanya mencapai nilai 31,95 %, sedangkan rata-rata serangan setiap hari pengamatan adalah 45,50 %, Kisaran besarnya persentase serangan aktif adalah 43,28 % sampai 70,64 %, dengan rata-rata serangan sebanyak 61,73 %, dan persentase serangan tidak aktif berkisar antara 29,36 % sampai 50,94 %, dengan rata-rata persentase serangan adalah 38,37 %

Pada petak II jumlah pohon terserang adalah 38 pohon, dan rata-rata pohon terserang adalah 0,83 serangan, Jumlah serangan aktif berkisar antara 3 sampai 129 serangan dengan rata-rata serangan 2,80 serangan sedangkan jumlah serangan tidak aktif dari jumlah 8 serangan menjadi 36 serangan dengan rata-rata

serangan 0,78 serangan. Pertambahan jumlah pohon terserang 0 sampai 4 serangan, dengan rata-rata serangan 0,65 serangan, total adalah 30 serangan,

jumlah serangan aktif berkisar antara 0 sampai 15 serangan, rata-rata serangan adalah 2,74 serangan, sedangkan total pertambahan jumlah serangan aktif adalah sebanyak 126 serangan, Total pertambahan jumlah serangan tidak aktif adalah 28 serangan, kisaran nilai serangan tidak aktif antara 0 sampai 5 serangan, dengan rata-rata serangan tidak aktif adalah 0,61 serangan.

Besarnya persentase pohon terserang berkisar antara 10,53 % sampai 50,00 %. rata-rata serangan adalah 35,27 %, persentase serangan aktif adalah 27,27 % sampai 78,40 %, dengan rata-rata serangan sebanyak 65,62 %, serangan tidak aktif berkisar antara 21,60 % sampai 72,73 %, dengan rata-rata persentase serangan adalah 38,37 %. Rata-rata serangan per dua hari selama tiga bulan pengamatan sebesar 6 serangan pada petak I dan 4 serangan pada petak II.

(58)

TINJAUAN PUSTAKA

Paraserianthes falcataria (L) Nielsen

P. falcataria termasuk kedalam famili Leguminosae, adalah salah satu

jenis pohon cepat tumbuh yang sudah lama dikenal masyarakat luas, terutama di

Jawa dan sekitarnya. Di Indonesia P. falcataria dikenal dengan nama sengon laut,

di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebut sengon sebrang, di Jawa Barat disebut

jeunjing dan di Madura dikenal dengan nama jing laut, di Ambon disebut seja,

sikat di Banda, tawa di Ternate, dan gosui di Tidore. sedangkan di Malaysia dan

Brunei dikenal dengan nama batai atau kayu macis (Alrasjid, 1972).

Pohon dapat mencapai tinggi 45 meter dengan diameter lebih dari 100 cm.

Batang tidak berbanir, kulit licin berwarna kelabu muda, bulat memanjang, agak

lurus dengan batang bebas cabang mencapai 20 meter. Tajuk berbentuk perisai,

jarang dan selalu hijau (Departemen Kehutanan, 1976). Menurut Alrasjid (1972)

perakarannya terbentang melebar dan disamping susunan akar yang berkembang

masuk agak dalam. Hadi dan Suharyanto (1982) menyatakan bahwa pohon ini

umumnya berbunga sepanjang tahun, terutama di bulan Juni – Desember. Berat

jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.

Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun

yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan

anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus,

berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan

karbon dioksida dari udara bebas (Lablink, 2006).

Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam

(59)

kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen,

sehingga tanah disekitar pohon sengon menjadi subur (Lablink, 2006).

Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar

0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum

bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan

yang dibantu oleh angin atau serangga (Lablink, 2006).

Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12

cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji seperti perisai kecil dan

jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman, agak keras dan berlilin

(Lablink, 2006 ).

P. falcataria ditemukan di Maluku dan pada tahun 1871 dimasukkan ke

Jawa. Selain itu, di Toampala (Sulawesi Selatan), Irian, Serawak, Brunei, Kepong

(Malaysia), Srilangka dan India (Departemen Kehutanan, 1976).

Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan

latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan

kemasaman tanah sekitar pH 6-7 (Lablink, 2006 ).

Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m

dpl. Tetapi, tanaman sengon masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di

atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk

tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C (Lablink, 2006 ).

Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya

sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam

(60)

5 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki

curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm (Lablink, 2006 ).

Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman

terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon

membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75% (Lablink, 2006 ).

Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon

Menurut Lablink (2006) Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna.

Mulai dari daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam

keperluan.

A. Daun

Daun Sengon, sebagaimana famili Leguminosae lainnya merupakan pakan

ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak yang

menyukai daun sengon seperti sapi, kerbau dan kambing.

B. Perakaran

Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil

simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan

sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan

penyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat

membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat

ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan

(61)

C. Kayu

Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon

adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup tinggi pada saat ini sengon

banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa

papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat,

pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel,

bahan baku industri pulp kertas dan lain lain.

Nariodirejo (1959) mengemukakan bahwa kayu sengon dapat digunakan

untuk berbagai keperluan seperti :

1. konstruksi bangunan di bawah atap

2. berbagai macam peti dan perkakas rumah

3. kayu lapis dan korek api

4. sirap, pulp dan kertas.

Hama dan Penyakit pada Tanaman Sengon

Beberapa jamur kadang-kadang menyerang pohon ini, seperti jamur akar

merah (Ganoderma pseudoferum), Ustulina sp., Diplodia sp. dan Rosselina sp.

Sedangkan jenis hama yang paling berbahaya adalah Xystrocera festiva Pascoe

yang menyerang bagian kulit dan batang pohon sengon (Alrasjid, 1972).

Disamping itu, menurut Natawiria (1973) ada beberapa hama sekunder

yang menyerang tanaman sengon, yaitu diantaranya X. globosa yang merusak

kulit pohon dan Eurema sp. yang dapat menggundulkan daun. Sedangkan menurut

Gambar

Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan
Tabel 1. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Pada    Petak I. (N = 72)
Tabel 1. Lanjutan
Gambar 3. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif di Petak I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan selama lima kali pengamatan setiap dua minggu sekali dapat diperoleh bahwa tanaman sengon dari berbagai provenan dengan kondisi pohon

Hasil yang terlihat dari parameter pertumbuhan berupa tinggi tanaman, diameter umbi, berat basah, dan biomassa, menunjukkan bahwa porang tumbuh dengan baik pada tegakan

Sedangkan untuk pengujian dengan menggunakan enzim alami dari pencernaan larva boktor, rata-rata aktivitas α-amylase inhibitor tertinggi terdapat pada batang pohon

INHIBITOR PAD A POHON SENGON ( Paraserianthes falcataria ) YANG TAHAN TERHADAP SERANGAN HAMA BOKTOR ( Xystrocera festiva ) (RAPD Pattern, Trypsin and α -Amylase Inhibitor

Hasil yang terlihat dari parameter pertumbuhan berupa tinggi tanaman, diameter umbi, berat basah, dan biomassa, menunjukkan bahwa porang tumbuh dengan baik pada tegakan

Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kondisi pohon sehat dan pohon sakit berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas α-amylase inhibitor (AIA), begitu

Sedangkan untuk pengujian dengan menggunakan enzim alami dari pencernaan larva boktor, rata-rata aktivitas α-amylase inhibitor tertinggi terdapat pada batang pohon

Penelitian dilakukan menjadi tiga tahap; tahap pertama, pembuatan media dan inokulasi bibit; tahap kedua, pengamatan pertumbuhan pada media serbuk gergajian kayu sengon untuk