• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMA NEGERI 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMA NEGERI 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS

DI SMA NEGERI 1 PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

TESIS

Oleh :

HAHOLONGAN SIMANJUNTAK

NIM: 8126132051

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Konsentrasi Kepengawasan

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS

DI SMA NEGERI 1 PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

TESIS

Oleh :

HAHOLONGAN SIMANJUNTAK

NIM: 8126132051

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Konsentrasi Kepengawasan

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

Haholongan Simanjuntak. NIM: 8126132051. Improving Ability of Chemistry Teacher Cooperative Learning Model In Implementing Jigsaw Type Through Clinical Supervision in SMA Negeri 1 Pangururan Samosir regency. Thesis: Education Administration Program, Graduate State University of Medan, 2014.

(6)

ABSTRAK

Haholongan Simanjuntak. NIM: 8126132051. Meningkatkan Kemampuan Guru Kimia Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Supervisi Klinis Di SMA Negeri 1 Pangururan Kabupaten Samosir. Tesis: Program Studi Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat dan Rahmat-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan tesis ini merupakan kewajiban mahasiswa pascasarjana Unimed dalam menyelesaikan perkuliahan program pascasarjana. Tesis ini berjudul

“Meningkatkan Kemampuan Guru Kimia Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Supervisi Klinis Di SMA Negeri 1 Pangururan Kabupaten Samosir”

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis melaksanakan dengan baik, namun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi penulisan, isi materi maupun penggunaan bahasa yang kurang tepat pemakaiannya, oleh karena itu sangat mengharapkan masukan dari para pembaca berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tesis ini dikemudian hari.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd selaku dosen Pembimbing I dan Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan petunjuk serta membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yaitu:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

3. Dr. Ir. Darwin, M.Pd selaku Ketua Prodi Administrasi Pendidikan dan Dr. Paningkat Siburian, M.Pd selaku Sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan. 4. Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, Dr. Irsan Rangkuti, M.Si ,M.Pd dan Dr.

Yasaratodo Wau, M.Pd selaku nara sumber dan penguji yang sangat banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

(8)

6. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dirjen P2TK yang memberikan kesempatan dan beasiswa untuk penulis dapat menempuh studi S2 ini.

7. Bapak Ir. Mangindar Simbolon, MM selaku Bupati Kabupaten Samosir yang telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan Program Pascasarjana di Universitas Negeri Medan.

8. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Samosir yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Pangururan.

9. Oldes Sinurat, M.Pd selaku Pengawas Sekolah di Kabupaten Samosir sekaligus observer penulis dalam penelitian ini.

10. Bapak Marhuasas Simbolon, ST, MM selaku kepala sekolah yang memberikan izin penelitian dan Bapak/Ibu guru kimia SMA Negeri 1 Pangururan selaku subyek penelitian.

11. Orangtua tercinta Alm. St. P. Simanjuntak dan Alm. T. Br. Pasaribu dan Mertua tercinta St. A. Hutasoit dan Alm. I. Br. Hutagalung, Abanganda serta Kakanda yang selalu mendoakan dan memberikan kekuatan, dukungan dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini.

12. Istriku terkasih Pdt. Nortima Hutasoit, S.Th, dan anak-anakku tersayang Alvin Emanuel Ronihut dan Adventri Daniel yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan maupun penulisan tesis ini.

13. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Administrasi Pendidikan konsentrasi kepengawasan angkatan pertama yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual saat perkuliahaan maupun penulisan tesis ini.

14. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata Penulis sampaikan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan. Terima kasih.

Medan, 6 Juni 2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Hasil penelitian ... 13

BAB II. KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis ... 15

1. Hakikat Kemampuan Guru ... 15

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

(10)

e. Hakikat Belajar Dalam Pembelajaran Kooperatif ... 28

f. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif ... 30

g. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ... 34

3. Supervisi Klinis ... 40

a. Pengertian Supervisi Klinis ... 40

b. Tujuan Supervisi Klinis ... 43

c. Kegunaan Supervisi Klinis ... 46

d. Fungsi Supervisi Klinis ... 46

e. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis ... 47

f. Prosedur Supervisi Klinis ... 49

g. Kriteria dan Teknik Supervisi Klinis dalam Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 51

B. Penelitian yang Relevan ... 53

C. Kerangka Berpikir ... 55

D. Hipotesis Tindakan ... 56

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

B. Subyek Penelitian ... 57

C. Defenisi Operasional ... 57

D. Desain Penelitian Tindakan ... 58

E. Prosedur Tindakan Penelitian ... 60

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 65

1. Teknik ... 65

2. Alat Pengumpulan Data ... 66

G. Teknik Analisa Data ... 68

(11)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 72

1. Deskripsi Awal Penelitian ... 72

2. Siklus I ... 74

a. Perencanan Tindakan I ... 74

b. Pelaksanaan Tindakan I ... 75

c. Observasi I ... 76

d. Refleksi I ... 77

3. Siklus II ... 80

a. Perencanan Tindakan II ... 80

b. Pelaksanaan Tindakan II ... 81

c. Observasi II ... 82

d. Refleksi II ... 83

B. Pengujian Keberartian Peningkatan Antar Praobservasi, Siklus I dan Siklus II dari Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran Koooperatif Tipe Jigsaw Melalui Supervisi Klinis ... 90

C. Pembahasan ... 94

D. Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 100

B. Implikasi ... 100

C. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 26 Tabel 3.1 Skenario Pelaksanaan Supervisi Klinis ... 60 Tabel 4.1 Nilai Kemampuan Guru Kimia Dalam Proses Pembelajaran

Pra Siklus ... 73 Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 78 Tabel 4.3 Nilai Kemampuan Guru Kimia Dalam Proses Pembelajaran

Siklus I ... 79 Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ... 84 Tabel 4.5 Nilai Kemampuan Guru Kimia Dalam Proses Pembelajaran

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ... 36 Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan ... 59 Gambar 4.1 Diagram Batang Kemampuan Guru Kimia Dalam Proses

Pembelajaran Pra Siklus ... 73 Gambar 4.2 Diagram Batang Rata-rata Kemampuan Guru Kimia Dalam Proses Pembelajaran Pra Siklus ... 74 Gambar 4.3 Diagram Batang Kemampuan Guru Kimia Dalam Proses

Pembelajaran Siklus I ... 79 Gambar 4.4 Diagram Batang Rata-rata Kemampuan Guru Kimia Dalam Proses Pembelajaran Siklus I ... 80 Gambar 4.5 Diagram Batang Kemampuan Guru Kimia Dalam Proses

Pembelajaran Siklus II ... 85 Gambar 4.6 Diagram Batang Rata-rata Kemampuan Guru Kimia Dalam Proses Pembelajaran Siklus II ... 85 Gambar 4.7 Diagram Batang Kemampuan Guru Kimia (G1) Dalam Proses

Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 88 Gambar 4.8 Diagram Batang Kemampuan Guru Kimia (G2) Dalam Proses

Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 88 Gambar 4.9 Diagram Batang Kemampuan Guru Kimia (G3) Dalam Proses

Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 89 Gambar 4.10 Diagram Batang Kemampuan Guru Kimia (G4) Dalam Proses

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Telaah RPP ... 106

Lampiran 2. Lembar Observasi kegiatan Guru Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 109

Lampiran 3. Lembar Penilaian Tampilan Supervisor Dalam Supervisi Klinis .. 113

Lampiran 4. Rekapitulasi Telaah RPP Pada Pra Siklus ... 115

Lampiran 5. Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pra Siklus ... 116

Lampiran 6. Rekapitulasi Telaah RPP Pada Siklus I ... 117

Lampiran 7. Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siklus I ... 118

Lampiran 8. Lembar Penilaian Tampilan Supervisor Dalam Supervisi Klinis Pada Siklus I ... 119

Lampiran 9.a Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X Unggulan Siklus I ... 121

Lampiran 9.b Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA Unggulan Siklus I ... 122

Lampiran 9.c Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 Siklus I ... 123

Lampiran 9.d Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X-5 Siklus I ... 124

Lampiran 10. Rekapitulasi Telaah RPP Pada Siklus II ... 125

Lampiran 11. Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siklus II ... 126

Lampiran 12. Lembar Penilaian Tampilan Supervisor Dalam Supervisi Klinis Pada Siklus II ... 127

(15)

Lampiran 13.b Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA Unggulan

Siklus II ... 130

Lampiran 13.c Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 Siklus II ... 131

Lampiran 13.d Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X-5 Siklus II ... 132

Lampiran 14. Perhitungan Uji-t ... 133

Lampiran 15. RPP Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 135

Lampiran 16. Rencana Kegiatan Penelitian (RKP)... 158

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah utama dalam pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang rendah. Proses pembelajaran di sekolah pada umumnya belum menampakkan sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif berpikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang relatif lebih sukar. Hal ini secara tidak langsung sangat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Keadaan ini merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak mengajak siswa untuk bersikap lebih aktif selama proses pembelajaran. Dalam arti substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan kurang memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

(17)

2

ada pokok bahasan yang memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih efektif melalui metode lain.

Salah satu keharusan yang wajib dimiliki guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu kemampuan menerapkan model pembelajaran. Kemampuan seorang guru merencanakan atau memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat pada saat melaksanakan pembelajaran terhadap peserta didik, memiliki peranan dalam meningkatkan hasil belajar, terutama pencapaian tujuan pembelajaran secara terperinci. Istarani (2011:1) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya Soekamto, dkk (Trianto, 2011: 22) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. Model pembelajaran melingkupi strategi, pendekatan, metode, teknik dan taktik pembelajaran.

(18)

3

tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Di antara enam model yang diutarakan diatas, model cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan model yang sudah diterapkan dan banyak manfaatnya untuk keberhasilan pembelajaran. Artz dan Newman (Trianto, 2011:56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompok. Menurut Johnson dan Johnson (Isjoni, 2009:17) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2006:239).

Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama

dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.

(19)

4

mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dampak penyerta, yaitu sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain.

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual; (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar; (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri; (4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa; (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan (Rusman, 2012:206).

(20)

5

Adapun asumsi yang mendasari pengembangan model cooperative

learning yaitu: (1) sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerja sama akan

meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada dalam bentuk lingkungan kompetitif individual; (2) anggota-anggota kelompok kooperatif dapat saling belajar satu sama lain; (3) interaksi antar anggota akan menghasilkan aspek kognitif seperti kompleksitas sosial dan menciptakan aktifitas intelektual untuk mengembangkan pembelajaran; (4) kerja sama dapat meningkatkan perasaan positif satu sama lain, menghilangkan pengasingan dan penyendirian, membangun sebuah hubungan dan memberikan penilaian positif terhadap orang lain; (5) kerja sama dapat meningkatkan penghargaan diri, tidak hanya melalui pembelajaran yang terus berkembang tetapi juga melalui perasaan dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam sebuah lingkungan; (6) peserta didik yang mengalami dan menjalani tugas serta merasa harus bekerjasama dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bekerjasama secara produktif; dan (7) peserta didik bisa belajar sambil melatih diri untuk meningkatkan kemampuan dalam bekerjasama (Joyce dkk, 2011: 302)

(21)

6

cooperative learning tidak diterapkan maka akan muncul sikap bosan dalam diri

siswa karena kemungkinan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) saja, aksi atau partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat sedikit sehingga mudah lupa akan materi yang telah dipelajari.

Ada beberapa variasi atau tipe dalam model cooperative learning antara lain: (1) Jigsaw; (2) Student Team Achievement Division (STAD; (3) Group

Investigation (GI); (4), Teams Games Tournament (TGT); (5) Number Head

Togather (NHT); dan (6) Two Stay Two Stray (TSTS).

Keragaman tipe dalam cooperative learning ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga rasa bosan tersingkirkan. Masing-masing tipe memiliki tahap-tahap tertentu dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, alangkah baiknya bila guru menguasai model cooperative learning ini. Menguasai model cooperative

learning dalam artian guru memahami, mampu menjelaskan dan mampu

menerapkannya dalam pembelajaran terhadap peserta didik.

(22)

7

tidak adanya persaingan antar siswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikiran yang berbeda. Siswa dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang lain. Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan dari guru serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi. Dengan demikian, jika model ini diterapkan dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi pembelajaran student

center, bukan teacher center.

Melalui model pembelajaran jigsaw diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan pengalaman belajar dengan konsep baru. Pembelajaran jigsaw membawa konsep inovatif, dan menekankan keaktifan siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

(23)

8

juga didukung dengan uraian kegiatan pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru-guru kimia SMA Negeri 1 Pangururan, proses pembelajaran yang direncanakan masih bersifat klasikal. RPP yang disusun belum memuat langkah-langkah pembelajaran dengan model

cooperative learning. Memang pada RPP yang disusun guru, umumnya dituliskan

model pembelajaran kooperatif, tetapi langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tidak memuat tentang tahapan pembelajaran berdasarkan fase-fase pembelajaran model cooperative learning. Kemudian berdasarkan hasil rata-rata raport nilai kimia kelas XI IA pada SMA Negeri 1 Pangururan adalah 74,50 dengan nilai kiteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa guru dengan menggunakan metode yang selama ini digunakan belum dapat menghasilkan nilai rata-rata yang sangat menggembirakan.

Masalah lainnya adalah frekuensi kunjungan pengawas sekolah ke SMA Negeri 1 Pangururan masih jarang. Pengawas sekolah hanya datang berkunjung dan bertemu dengan kepala sekolah. Pengawas sekolah jarang mengadakan observasi ke kelas apalagi memberikan umpan balik terhadap kinerja guru. Metode supervisi yang dilakukan pengawas sekolah hanya terbatas pada supervisi umum dan menyampaikan informasi melalui rapat guru.

(24)

9

berkesinambungan. Dalam hal ini terutama dalam membina guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Munculnya permasalahan pembelajaran tersebut tentu saja disebabkan berbagai hal misalnya pembinaan yang kurang efektif dari supervisor, rendahnya hubungan kolegial guru melakukan tukar pengalaman mengenai pembelajaran, terlalu sedikitnya informasi baru mengenai pembelajaran yang bisa diakses oleh guru-guru. Semua permasalahan tersebut sebetulnya tidak perlu terjadi, jika profesionalisme yang tinggi ada pada supervisor dan juga pendidik. Jika ada kemauan bersama untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, maka permasalahan kesulitan mengajar bagi guru akan teratasi melalui kegiatan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh pengawas sekolah, kepala sekolah, dan teman sejawat guru melalui kegiatan supervisi.

(25)

10

penting di papan tulis; (9) menghubungkan apa yang diajarkan dengan kehidupan nyata; dan (10) memberikan pertanyaan untuk mengetahui apakah siswa telah mengerti atau belum mengerti apa yang diajarkan pada mereka.

Melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh supervisor, maka kondisi nyata di kelas tentang rendahnya mutu layanan belajar dapat dilihat bersama. Rendahnya mutu layanan belajar di kelas dapat saja sebagai akibat antara lain dari tata kelola sekolah yang tidak baik, pengawasan sekolah yang kurang berkualitas, rendahnya kualitas guru dalam mengajar, minimnya fasilitas pembelajaran, yang kesemuanya itu berdampak negatif terhadap keberhasilan sekolah.

Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka perlu ada upaya yang sungguh-sungguh membantu guru menggunakan strategi dan model pembelajaran serta keterampilan mengajar yang sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran. Salah satu caranya adalah melalui kegiatan supervisi dengan pendekatan klinis menggunakan fungsi sebagai pendiagnostik. Pendekatan klinis menggambarkan unsur-unsur dari sebuah pertemuan antara supervisor dengan guru yang bersepakat berencana untuk melakukan observasi saat mengajar.

Supervisi klinis merupakan suatu proses bimbingan bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru dalam penampilan mengajar berdasarkan obeservasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku tersebut. Dengan supervisi klinis

diharapkan jurang yang tajam antara “perilaku nyata” dengan “perilaku ideal

(26)

11

Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan mampu melakukan persiapan pembelajaran, baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada dasarnya kegiatan merencanakan dapat meliputi: penentuan tujuan/kompetensi/indikator yang diharapkan, menentukan materi/bahan pelajaran, model, menentukan media, metode, alat pembelajaran, dan merencanakan penilaian pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tindakan sekolah berupa meningkatkan kemampuan guru kimia dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui supervisi klinis di SMA Negeri 1 Pangururan Kabupaten Samosir.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu sebagai berikut: (1) Dalam pembelajaran di kelas guru masih belum mampu menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif; (2) Kemampuan guru melaksanakan model pembelajaran kooperatif masih rendah; (3) Minimnya pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran seperti pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah; dan diskusi kelas; (4) Penerapan model pembelajaran masih teacher center, bukan student center; (5) Beberapa variasi atau tipe dalam model cooperative learning antara lain: Jigsaw, Student

Team Achievement Division (STAD, Group Investigation (GI), Teams Games

Tournament (TGT), (5) Number Head Togather (NHT), dan Two Stay Two Stray

(27)

12

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan guru sekaligus solusi terhadap permasalahan adalah motivasi internal, watak, konsep diri, pendidikan, pengalaman mengajar, lamanya mengajar, lingkungan, workshop, magang, kepemimpinan, bakat, latihan dan supervisi klinis. Tujuan supervisi klinis adalah agar guru memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Supervisi klinis adalah bantuan profesional yang diberikan kepada seseorang guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan denga proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah terungkap bahwa terdapat masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugasnya diantaranya melaksanakan model pembelajaran kooperatif. Pada penelitian ini masalah dibatasi pada supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D. Rumusan Masalah

(28)

13

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru kimia dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui supervisi klinis di SMA Negeri 1 Pangururan Kabupaten Samosir.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah:

1. Manfaat secara teoretis, yaitu menambah khasanah dan pengetahuan tentang pentingnya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

2. Manfaat secara praktis, antara lain :

a. Bagi kepala sekolah, dapat memecahkan masalah guru dalam meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dengan demikian pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pengajaran dan berdampak pada peningkatan mutu sekolah.

b. Bagi guru, dapat lebih memahami cara melaksanakan model pembelajaran kooperatif sehingga akan menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.

c. Bagi siswa, dapat meningkatkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran serta memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik.

(29)

14

e. Bagi Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota sebagai bahan masukan dalam membuat rencana kegiatan terkait dengan peningkatan profesionalitas guru.

(30)

100

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Pada siklus pertama rata-rata nilai kemampuan guru kimia dalam menyusun RPP adalah 79,86 dalam kategori cukup dan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe jigsaw adalah 78,98 dalam kategori cukup. Pada siklus kedua rata-rata nilai kemampuan guru kimia dalam menyusun RPP adalah 96,30 dalam kategori amat baik dan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe jigsaw adalah 94,31 dalam kategori amat baik.

2. Tampilan supervisor dalam melaksanakan penelitian, melakukannya sesuai dengan tahapan supervisi klinis dengan nilai 100 adalah dalam kategori amat baik sesuai dengan penilaian observer supervisor.

3. Hasil penelitian tindakan ini menemukan bahwa supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia secara singnifikan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui supervisi klinis.

B. Implikasi

(31)

101

guru dengan memberikan bimbingan dan perhatian bagaimana menyusun RPP dan menerapkan model-model pembelajaran kooperatif khususnya tipe jigsaw.

Dalam pelaksanaan supervisi klinis, supervisor harus mampu menciptakan hubungan yang baik, akrab dan bersifat kolegial dengan guru sehingga mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Untuk melaksanakan supervisi klinis dengan tepat, supervisor juga harus menguasai kompetensi pengawas sekolah sesuai dengan Permendiknas No. 12 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas sekolah khususnya kompetensi supervisi akademik.

C. Saran

Mengacu pada hasil penelitian tindakan diatas, maka perlu disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Kepada guru agar terus meningkatkan kemampuanya dalam ilmu pengetahuan dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai alternatif dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta tetap terbuka dan bersedia menerima terhadap setiap pembaharuan dan perkembangan terkait dengan model-model pembelajaran.

2. Kepada kepala sekolah supaya menghimbau guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran. 3. Kepada pengawas sekolah di Kabupeten Samosir dalam melaksanakan tugasnya,

supervisi klinis sebagai alternatif dalam membimbing dan membina guru.

(32)

102

kepada pengawas sekolah dan guru sehingga dalam melaksanakan tugasnya mampu membuat perubahan peningkatan pendidikan dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Acheson, Keith A dan Damien Gall, Meredith. 1987. Techiques in the Clical

Supervision of Teachers: Preservice and Inservice Aplications. New York and

London: Pitman Publishing and Longman.

Ali Gocer. 2010. A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning

Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres. From Educational

Research and Reviews, Vol. 5 (8). August. P.442

Ali, M. 2006. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Arends, R.I. 2001. Learning to Teach. New York: McGraw Hill Companies.

Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Clifford, J. R. 2005. A Model of Clinical Supervision for Preservice Professionals in

Early Intervention and Early Childhood Special Education. Proquest Education

Journal, Topics in Early Childhood Special Education, (Online), Vol. 25 No. 3, (http://proquest.umi.com/,diakses pada 23 September 2013).

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Danim, S. 1994. Transformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Depdikbud, 1986. Kurikulum. Pedoman Proses Belajar Mengajar. Jakarta

Huang, Yueh-Min and Tieng-Chi Huang. 2008. Using Annotation Services in

Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning Environment. Taken from Journal

fromEducational Technology and Society, 11(2), 3-15.

Ibrahim, M. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Imron, 1995. Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. Jakartat: Gaung Persada Press.

Joyce, Bruce. dkk. 2011. Models of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(34)

Lucio. 1978. Supervision in Thought and Action. Third Education, New York: McGraw-Hill Book Company.

Lundgren, L. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. GLENCOE Macmillan/ McGraw-Hill.

Marno dan Idris. 2008. Strategi dan Metode Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Meng, Jing. 2010. Jigsaw Coopertaive Learning in English Reading. Taken from

Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4. July. P.502

Mengduo, Qiao and Jing Xiaoling. 2010. Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning

Technique: Focusing on the Language Learners. Taken from Chinese Journal of

Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4. August. P.114 Miftahul H. 2011. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moeheriono. 2009. Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia. Mukhtar & Iskandar. 2013. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung

Persada Press Group.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Pidarta, M. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta

Purwanto, M.N. 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rusman. 2012. Model Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Perss. Sagala, S. 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

_______, 2012. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sahertian, P.A. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka

Pengembangan SDM. Jakarta: Rineka Cipta

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana.

Sinurat, S. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika (Penelitian Tindakan Kelas dengan Topik Penerapan Konsep Listrik Arus Searah di Kelas XI SMK Swasta GKPS 1 Raya).

(35)

Simangunsong, N. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII-1 MTsN 1 Model Medan.

Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Medan. Medan. Siregar, Y. 2010. Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Supervisi Klinis di SMP

Negeri Kecamatan Medan Deras Kabupaten Batubara. Tesis, Program Studi

Administrasi Pendidikan, Universitas Negeri Medan. Medan.

Slavin, R.E. 2010. Cooperative Learning. Diterjemahkan oleh: Narulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Soewarno. 1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Gunung Agung

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.

Subroto, S. 1984. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta: Bina Aksara.

Sudjana, N. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru. _________, 2011. Supervisi Pendidikan. Bekasi: Binamitra Publishing.

Sugyono. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Panitia Sertifikasi Guru.

Suriyadi. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Seni Rupa di Kelas XI Akuntasi 2 SMK

Negeri 1 Stabat Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Medan.

Medan.

Sutrisno, E, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media Group. Syah, M. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Taib, M. 2005. Standar Supervisi dan Evaluasi Pendidikan pada Madrasah Aliyah. Jakarta: Dikmapenda.

Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

_______, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 2.1  Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif  .............................

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah Dasar diharapkan berlangsung secara aktif dalam melibatkan semua ranah pendidikan baik afektif (sikap), psikomotorik (keterampilan fisik), maupun kognitif

Penelitian penurunan yang umum di teknik lingkungan seperti: penurunan BOD dan COD dari limbah cair dengan menggunakan eceng gondok; penurunan konsentrasi logam dalam limbah

Peran orang tua sangatlah penting dalam proses perawatan anak tunagrahita, karena antara orang tua dan anak mempunyai ikatan emosional yang lebih besar

Hasil pada asuhan kebid anan secara komprehensif pada Ny “P” selama kehamilan trimester III dengan nyeri punggung, pada persalinan nifas, BBL , neonatus dan

kepada apotek. Tugas akhir ini dibuat untuk membantu pasien dalam menyalurkan resep obat secara cepat kepada apotek. Tugas akhir ini bertujuan membuat suatu prototype

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN DIREKTORAT JENDERAL. GURU DAN

Ujian Akhir Nasional SMP/MTS/Program Paket B untuk 4 (empat) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA dan Nilai Piagam Prestasi

phage particles during centrifugation. The second method was Scraping Plaque method. In this method, overlay plaques were scraped and collected in SM buffer to get phage