• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang

Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Oleh :

Anna Lusiana Kuswardhani S830809004

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang

Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun Oleh:

Anna Lusiana Kuswardhani, S.P. S 830809004

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal

………..

Jabatan Nama Tanda Tangan

Pembimbing I Prof.Drs.H.Sutarno, M.Sc. Ph,D

NIP. 19600809 198612 1

………..

Pembimbing II Drs. Haryono, M.Pd

NIP 19520423 197603 1 002

………..

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun Oleh:

Anna Lusiana Kuswardhani, S.P. S 830809004

Telah disahkan oleh Tim Penguji pada tanggal

………..

Dewan Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

NIP 19520116 1998003 1 001 ………

Sekretaris Dra. Suparmi, MA, Ph.D

NIP 19520915 197603 2 001 ... Anggota Penguji 1 Prof.Drs.H.Sutarno, M.Sc. Ph,D

NIP. 19600809 198612 1 001 ... 2 Drs. Haryono, M.Pd

NIP 19520423 197603 1 002 ...

Mengetahui

Direktur Ketua

Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. PhD Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Anna Lusiana Kuswardhani

NIM : S 830809004

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus pada Materi

Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011)

adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini

diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Pebruari 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tesis yang berjudul "Pembelajaran Biologi Model

Jigsaw II dan Student Teams Achievement Division (STAD) Ditinjau Dari Motivasi Belajar Dan Kreativitas Siswa" (Penelitian Pembelajaran Materi Ekosistem Kelas X

SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011), dapat terselesaikan.

Selama proses penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, masukan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, MSc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengijinkan penyusunan penelitian ini.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

memberikan wawasan, motivasi, dan bimbingan hingga selesainya tesis ini.

3. Prof. Drs.Sutarno, M.Sc. Ph.D, selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dengan kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

4. Drs. Haryono, M.Pd, selaku Pembimbing yang dengan kesabaran membimbing,

memberi arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

khususnya pada Program Studi Pendidikan Sains yang telah memotivasi dan

memberikan wawasan keilmuan selama penulis menempuh studi pada Program

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

kelancaran penulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan pahala atas jasa-jasa dan kebaikan mereka.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, penulis mengharapkan saran

yang membangun dari pembaca.

Amin.

Surakarta, Pebruari 2011

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“ Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”

” Akar pendidikan memang rasanya pahit, namun buahnya manis”

( Aristoteles )

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada:

Ibunda Hj. Sri Hajutri dan Ayahanda H. Kusworo WH (Alm) tersayang Suamiku tercinta Mas Sri Widodo, terima kasih untuk segalanya Buah hatiku Rhapsody Dini W, Rhapsody Dwiki W, Rhapsody Diva W,

Kakak dan Adikku tersayang,

Mbak Yoen dan Mas Eko, Mbak Wari dan Mas Jeta, Mas Hans dan Mbak Ning, Mbak Lala dan Mas Agung, Diana dan Wawan, Toni dan Mamik.

Semua Keponakan yang kusayangi,

Wiku, Henu,Yudha, Nana, Selvi, Devi, Mery, Abi, Dipta,Ive, Nida,Oval Kelurga Besar

Bapak Suwardi dan ibu Supatmi ( Almh )

Mbak Sri Endang Mulyaningsih , Heni dan Dwi serta Ester Keluarga Besar

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 14 1. Landasan Teori ... 14

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. STAD ... 35

5. Pengertian Motivasi ... 38

6. Kreativitas ... 42

7. Prestasi Belajar ………. 48

8. Materi Ekosistem ………. 51

2. Penelitian Yang Relevan ... 69

3. Kerangka Berpikir ... 72

4. Hipotesis ... 76

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 78

A. Tempat Penelitian ... 78

B. Waktu Penelitian ... 78

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 78

D. Metode Penelitian ... 79

E. Rancangan Penelitian ... 79

F. Variabel Penelitian ... 79

G. Teknik Pengumpulan Data ... 81

H. Instrumen Penelitian ... 81

I. Uji coba Instrumen Pengambilan Data ... 82

J. Teknik Analisa Data ... 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 94

A. Deskripsi Data ... 94

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Keterbatasan Penelitan ... 122

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Implikasi ... 125

C. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1. Periode-Periode Perkembangan Secara Umum ... 23

Tabel 2.2. Tingkat Trofik ... 57

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 78

Tabel 3.2. Kualifikasi Validitas ... 83

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Pengambilan Data ... 84

Tabel 3.4. Kualifikasi Reliabilitas Tes ... 86

Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data ... 86

Tabel 3.6. Kualifikasi Indeks Kesukaran ... 87

Tabel 3.7. Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes

... 87

Tabel 3.8. Indeks Diskriminasi ... 89

Tabel 3.9. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes ... 89

Tabel 3.10. Desain Faktorial ... 91

Tabel 4.1. Deskripsi Data Motivasi Belajar ... 94

Tabel 4.2. Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar Model JigsawII ... 95

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Model STAD ... 95

Tabel 4.4. Deskripsi Data Kreativitas Siswa ... 96

Tabel 4.5. Dristribusi Frekuensi kreativitas siswa kelas Jigsaw II ... 97

Tabel 4.6. Dristribusi Frekuensi Kreativitas Kelas Model STAD ... 98

Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa ... 98

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa Kelas Jigsaw II ... 99

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa Kelas STAD ... 100

(12)
(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1. Aliran Energi ... 56

Gambar 2.2. Piramida Jumlah Individu ... 59

Gambar 2.3. Piramida Biomassa ... 60

Gambar 2.4. Piramida Energi ... 61

Gambar 2.5. Skema Daur Biogeokimia ... 62

Gambar 2.6. Siklus Nitrogen Di Alam... 65

Gambar 2.7. Daur Karbon Dan Oksigen ... 66

Gambar 2.8. Daur Sulfur ... 68

Gambar 2.9. Daur Fosfor ... 69

Gambar 4.1. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Model Jigsaw II 95 Gambar 4.2. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Model STAD .... 96

Gambar 4.3. Histogram Frekuensi Kreativitas Siswa Model Jigsaw II ... 97

Gambar 4.4. Histogram Frekuensi Kreativitas Siswa Model STAD ... 98

Gambar 4.5. Histogram Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw II ... 100

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 1. Silabus ... 132

Lampiran 2. RPP Model Jigsaw II ... 133

Lampiran 3. RPP Model STAD ... 136

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa ... 139

Lampiran 5. Kisi-kisi Motivasi Belajar ... 142

Lampiran 6 . Angket Motivasi Belajar Siswa ... 143

Lampiran 7. Kisi-kisi Tes Kreativitas Verbal ... 156

Lampiran 8. Angket Kreativitas ... 158

Lampiran 9. Kisi-kisi Aspek Kognitif ... 168

Lampiran 10. Soal Uji Coba Prestasi Belajar Biologi ... 170

Lampiran 11. Data Induk ... 182

Lampiran 12. Uji Normalitas ... 183

Lampiran 13. Uji Homogenitas ... 190

Lampiran 14. Uji Hipotesis ... 194

Lampiran 15. Uji Lanjut Anava ... 195

Lampiran 16. Analisa Daya Pembeda, Indeks Kesukaran Dan Validitas ... 196

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

II dan Student Team Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa (Studi Kasus Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D. 2) Drs. Haryono, MPd.

Pembelajaran biologi menuntut adanya peran aktif siswa secara individu dan kooperatif. Untuk itu dalam pembelajaran biologi perlu penerapan model pembelajaran kooperatif dengan mempertimbangkan karakteristik siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh antara pembelajaran kooperatif model

Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar siswa, (2) Pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi, (3) Pengaruh antara kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi , (4) Interaksi antara pembelajaran model Jigsaw II dan STAD dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi , (5) Interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi , (6) Interaksi antara motivasi belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi , (7) Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi .

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Sumberlawang tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 5 kelas. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen pertama dengan model

Jigsaw II dan satu kelas ekperimen kedua dengan model STAD. Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk prestasi belajar, angket untuk motivasi belajar dan angket untuk kreativitas siswa. Uji hipotesis penelitian dengan menggunakan anava tiga jalan sel 2 x 2 x 2 yang kemudian dilanjutkan uji Scheffe.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh metode belajar kooperatif Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar siswa, Jigsaw II lebih baik dari STAD 2) tidak ada pengaruh antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan rendah, terhadap prestasi belajar biologi dengan materi ekosistem 3) tidak ada pengaruh antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah, terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 4) tidak ada interaksi antara metode belajar kooperatif Jigsaw II dan STAD dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 5) tidak ada interaksi antara metode belajar kooperatif

Jigsaw II dan STAD dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 6) tidak ada interaksi motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 7) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD, motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

and Student Team Achievement Divisions (STAD) overviewed from Student Motivation and Students Creativity (A case Study on Ecosystem for Xth Grade Student, SMA N 1 Sumberlawang in 2010/2011 Academic Year). Thesis, Surakarta, 2011. Science Education program Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Advisor: 1) ) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D. 2) Drs. Haryono, MPd .

Biology learning requires the active role of students individually and cooperatively. Therefore, in biology learning is necessary to apply cooperative learning model by considering the characteristics of students. The purposes of the research is to know the effect of STAD and Jigsaw II learning model, students motivation and students creativity toward student achievement. The purposes of the research that: 1) There was correlation of cooperative learning using STAD and

Jigsaw IItoward students achievement, Jigsaw II is better than STAD. 2) There was no effect motivated students toward students achievement in Biology . 3) there was no effect of the students creativity toward students achievement in Biology . 4) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students motivation toward students achievement . 5) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students creativity toward students achievement. 6) There was no interaction between students motivation with students creativity toward students achievement. 7) There was no interaction STAD and Jigsaw II, students motivation, students creativity toward students achievement.

This research used experimental methods. The population was the first semester student grade X SMA Negeri 1 Sumberlawang academic year 2010/2011, consisted 5 classes. The research sample wias taken using cluster random sampling technique consisted of two classes. First experiment class was treated using STAD model while the second experiment class was treated using Jigsaw II model. The data was collected using test method for student achievement and questionnaire for students motivation and students creativity. The hypothesis was tested using three-ways cell Anova : 2 x 2 x 2 continued using Scheffe test.

The data analysis showed that: 1) There is an effect of cooperative learning using STAD and Jigsaw II toward students achievement, Jigsaw II is better than STAD. 2) There was no effect motivated students toward students achievement in Biology . 3) there was no effect of the students creativity toward students achievement in Biology . 4) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students motivation toward students achievement. 5) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students creativity toward students achievement. 6) There was no interaction between students motivation with students creativity toward students achievement. 7) There was no interaction between STAD and Jigsaw

II, students motivation with students creativity toward students achievement.

Keywords: Biology Learning, Cooperative Approach, Jigsaw II, STAD, Students

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Cita-cita bangsa Indonesia sungguh mulia sebagaimana dalam Pasal 1 ayat 1

Bab I Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional bahwa :”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Tujuan pendidikan nasional secara terinci tertuang dalam Pasal 3 Bab I

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional bahwa : “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara

yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional masih belum optimal

seperti yang diharapkan, walaupun faktanya kita mampu bersaing secara kompetitif

dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Ini terbukti pada berbagai

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

siswa Indonesia memperoleh medali emas, perak dan perunggu, karena mendapat

predikat terbaik dalam Olimpiade Biologi, Fisika, Kimia, Matematika, Astronomi dan

bidang . Kenyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia tidak tertinggal

dari negeri tetangga. Namun di sisi lain, kita tidak dapat memungkiri bahwa

pendidikan di Negara kita menjumpai banyak permasalahan yang menjadi kendala

dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sebagai contoh di SMA Negeri 1

Sumberlawang pada awal berdirinya masih kekurangan sumber daya manusia ( guru

dan siswa ), sumber daya alam ( infrastruktur, sarana prasarana ) dan sumber dana.

Belum terpenuhinya tenaga pendidik dan kependidikan merupakan hambatan dalam

proses kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga pencapaian prestasi belajar kurang

memuaskan. Dari segi sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Sumberlawang masih

minim, hal ini bisa dimaklumi karena SMAN 1 Sumberlawang merupakan sekolah

menengah di tingkat kecamatan dengan usia yang masih sangat muda karena baru 4

kali meluluskan siswanya. Walaupun sudah tersedia OHP, VCD Player,namun belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena jumlahnya sedikit. Baru pada tahun

pelajaran 2009/2010 mendapat bantuan alat bahan untuk laboratorium IPA, Laptop

dan LCD. Dari segi penilaian berbasis portofolio kita juga tertinggal . Karena di setiap tempat yang kosong seharusnya dimanfaatkan untuk memajang hasil kerja dan

karya siswa yang telah dinilai oleh para guru. Sementara di sekolah kita ada namun

hanya untuk memenuhi persyaratan, tanpa penggunaan yang intensif dan maksimal.

Sumber dana juga masih terbatas sehingga kurang dapat menunjang pelaksanaan

KBM secara optimal.

Hasil belajar mata pelajaran Ujian Nasional maupun Ujian Sekolah secara

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tahun kedua (untuk mata pelajaran biologi baru tahun kedua diuji) 2007/2008

rata-rata 6,65 sedang pada tahun pelajaran 2008/2009 dengan rata-rata-rata-rata yang lebih rendah

yaitu 4,68 . Hal ini memperkuat data bahwa prestasi belajar siswa secara umum

memang masih rendah. Rendahnya perolehan nilai ulangan harian, ulangan akhir

semester, ujian Nasional dan Ujian Sekolah merupakan fenomena unik dan selalu

terulang. Ini merupakan gejala awal bahwa ada indikasi penguasaan materi esensial

atau konsep-konsep urgen yang diserap siswa masih rendah. Termasuk di dalamnya

adalah hasil belajar mata pelajaran Biologi.

Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan

berbagai cara, antara lain : Program peningkatan sumber daya manusia (SDM Guru)

melalui penyetaraan S1 bagi guru-guru SD maupun SMP, penyediaan sarana dan

sumber belajar, pelatihan-pelatihan guru baik tingkat regional maupun nasional,

pemberian bantuan dan pendidikan berupa imbal swadaya, block grand, BKM, BKS, BSM, BOS termasuk BOS Buku dan lain-lainnya.

Upaya Pemerintah yang lain adalah melakukan terobosan baru untuk

meningkatkan mutu pendidikan melalui penyempurnaan kurikulum yang disebut

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut guru dengan

pembelajaran mengarahkan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman nyata

dengan pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning). Menurut Mulyasa (2002:40),”ada tiga landasan yang mendasari kurikulum berbasis

kompetensi, yaitu : adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah

pembelajaran individual, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning),

dan perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif”. Apabila ketiganya dapat

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kenyataan pada SMA Negeri 1 Sumberlawang, sebagian besar guru masih

menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan sejumlah informasi kepada

para siswa, pelaksanaan pembelajaran masih searah yaitu didominasi oleh guru

(teacher oriented), tanpa melihat kemungkinan penerapan metode pembelajaran lain yang lebih sesuai dengan karakteristik bahan ajar dan alat atau sarana prasarana yang

tersedia. Akibatnya, materi pelajaran disampaikan kepada siswa tanpa

memperhatikan taraf perkembangan mental dan perkembangan psikologis siswa.

Sehingga pembelajaran terasa monoton, tanpa ada variasi baik dalam metode

mengajar, penggunaan media belajar, pemakaian sumber pembelajaran. Pembelajaran

secara konvensional masih sering dilakukan meskipun telah melaksanakan kurikulum

2004. Sehingga pemerintah memandang perlu Penyempurnaan Kurikulum dengan

menetapkan KTSP sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2006.

Dalam KTSP guru mempunyai keleluasaan untuk merancang pembelajaran sesuai

dengan satuan pendidikan, karakteristik sekolah maupun karakteristik peserta didik.

Rendahnya prestasi belajar Biologi sebagai akibat kurangnya pembelajaran yang

bermakna, pembelajaran cenderung ceramah, tidak melibatkan siswa secara aktif.

Pembelajaran belum mengoptimalkan kompetensi siswa untuk berinteraksi dengan

sesama pelajar, lingkungan sebagai sumber belajar dan kurangnya melibatkan siswa

dalam keterampilan IPA.

Biologi yang merupakan bagian sains dengan pendekatan pembelajaran

berorientasi pada siswa. Menurut Standar Kompetensi Sains, peran guru bergeser dari

menentukan “apa yang akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan

memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

teman, lingkungan dan nara sumber lain (Depdiknas, 2004:5). Implementasi

Kurikulum baru ini mengisyaratkan proses pembelajaran melalui pendekatan

kontekstual dengan model pembelajaran, yaitu : problem base intstruction, cooperative learning, dan direct instruction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif untuk siswa yang

rendah hasil belajarnya.

Pada dasa warsa terakhir, teori konstruktivisme banyak mempengaruhi

pembelajaran biologi pada khususnya dan pembelajaran sains pada umumnya.

Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme dengan pendekatan

kontekstual adalah cooperative learning. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep yang sulit jika mereka

berdiskusi dengan teman-temannya. Dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 6 orang,

siswa lebih bebas mengemukakan pendapatnya. Di dalam kelompok kooperatif

mereka akan saling membantu dan juga saling meneguhkan. Hasil yang didapat tidak

hanya akademik, tetapi juga sosial. Model pembelajaran dalam pembelajaran

kooperatif, yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw II, Group Investigasi (GI), Think Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT) serta

Team Group Turnamen (TGT).

Salah satu model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Siswa diminta untuk membaca suatu materi dan diberi lembar ahli (expert sheet) yang memuat topik-topik berbeda untuk tiap anggota tim yang harus dipelajari pada saat membaca. Apabila

siswa telah selesai membaca, selanjutnya dari tim berbeda dengan topik yang sama

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang ditentukan. Selanjutnya ahli-ahli ini kembali ke tim masing-masing untuk

menyampaikan kepada anggota yang lain dalam satu tim asal. Pada akhirnya siswa

mengerjakan kuis yang mencakup semua topik dan skor yang diperoleh menjadi skor

tim . Dalam Jigsaw II, skor yang dikontribusi oleh siswa kepada timnya menjadi dasar sistem peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi dalam timnya

dapat menerima sertifikat atau penghargaan lainnya.

Selain Jigsaw II juga dengan model kooperatif STAD. Dalam pembelajaran kooperatif model STAD, siswa-siswa di kelompokkan menjadi kelompok kecil

dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 – 6 siswa. Yang terdiri dari siswa pandai,

sedang dan rendah. Disamping itu guru juga mempertimbangkan kriteria

heterogenitas yang lainnya seperti jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan

dan lain sebagainya. Pembawaan siswa ke dalam kelompok-kelompok perlu

diseimbangkan sehingga setiap kelompok memiliki anggota yang tingkat prestasinya

seimbang. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran

yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu

satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain

atau melakukan diskusi.

Keberhasilan kelompok kooperatif dipengaruhi oleh banyak faktor

diantaranya interaksi antar anggota kelompok. Untuk dapat berinteraksi dengan baik

maka anggota kelompok harus memiliki sikap yang baik terhadap kelompok

kooperatif. Dalam kelompok kooperatif, keberhasilan seseorang akan mendukung

keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian mereka akan saling membantu. Setiap

anggota kelompok yang sudah menguasai materi pelajaran membantu

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah motivasi

belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999:80), menjelaskan bahwa motivasi belajar

adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Menurut Galloway dalam

Toeti Soekamto dan Udin S. Winatapura (1997:39) bahwa dengan mengatur kondisi

dan situasi belajar menjadi kondusif, serta diberikan penguatan-penguatan diharapkan

akan dapat merubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik. Sebagian guru

berpendapat bahwa motivasi belajar bersumber dari siswa itu sendiri dalam

meningkatkan motivasi belajarnya, sehingga guru tidak atau kurang peduli bagaimana

merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Padahal guru

justru berperan dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa dengan

menerapkan prinsip diantaranya jika materi pembelajaran yang dipelajarinya

bermakna karena sesuai dengan bakat, minat, dan pengetahuan dirinya, maka

motivasi belajar siswa akan meningkat. Motivasi belajar siswa akan meningkat jika

guru mampu menjadi model bagi siswa untuk dilihat dan ditirunya, juga memberi

kesempatan yang luas kepada siswa untuk belajar sesuai dengan strategi, metode, dan

teknik belajarnya sendiri serta terjalin komunikasi antara guru dengan siswa yang

akrab dan menyenangkan, sehingga siswa mampu dan berani mengungkapkan

pendapatnya sesuai dengan tingkat berpikirnya.

Selain motivasi belajar tinjauan yang lain adalah Kreativitas siswa . Utami

Munandar (1995) membuat definisi yang merupakan rangkuman dari beberapa

pengertian tentang kreativitas yaitu kreativitas untuk semua usaha produktif yang

unik dari individu, seorang dituntut kemampuannya untuk berpikir dan menemukan

sesuatu yang baru melalui kondisi lingkungan dan mempertimbangkan aspek-aspek

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pribadi kreatif. Proses berpikir kreatif yang berupa penemuan konsep, prinsip dan

gagasan-gagasan baru memerlukan kondisi yang kondusif dengan kesempatan yang

cukup luas. Sehingga siswa akan dapat mengeksplorasi segenap kemampuannya

untuk menunjukkan kreativitasnya.

Mengetahui tingkat motivasi belajar dan kreativitas siswa yang berbeda-beda

akan membantu para guru untuk dapat mendekati semua atau hampir semua siswa

hanya dengan menyampaikan informasi dengan pendekatan yang sesuai. Dengan

pemilihan metode yang sesuai dengan motivasi belajar dan kreativitas siswa maka

diharapkan prestasi belajar siswa akan lebih baik. Sehingga terlihatlah betapa

pentingnya kedua hal tersebut dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini, E. Mulyasa (2003) menekankan pentingnya upaya

pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses

pembelajaran. Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003)

mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam

belajarnya, adalah : (1) dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan

mengurangi rasa takut; (2) memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk

berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah; (3) melibatkan siswa dalam menentukan

tujuan belajar dan evaluasinya; (4) memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat

dan tidak otoriter; (5) melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses

pembelajaran secara keseluruhan.

Dimilikinya kemampuan kreatif, siswa tidak hanya menerima informasi dari

guru, namun siswa akan berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses

pembelajaran. Siswa yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat.

Namun menjadi tanggung jawab dan kewajiban guru pula untuk meningkatkan

kreatifitas para siswa agar prestasi belajar yang dicapai dapat maksimal dan optimal.

Dengan menganalisis masalah-masalah yang ada dicari yang mengarah pada

dugaan sementara rendahnya hasil belajar, berdasar hasil analisis hanya beberapa

masalah yang lebih fokus untuk segera dipecahkan, dalam rangka perbaikan

pembelajaran yaitu : (1) rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap standar

kompetensi mata pelajaran Biologi, (2) guru masih menggunakan metode yang

kurang menyenangkan, (3) kurangnya guru memperhatikan motivasi belajar siswa,

dan ( 4) kurangnya guru memperhatikan kreativitas siswa.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang

Pembelajaran Biologi Model Jigsaw II dan Student Teams Achievement Division

(STAD) Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Dalam proses pembelajaran guru lebih menekankan pencapaian target kurikulum

dan kurang menekankan pemahaman konsep, sehingga hasil belajar yang

diperoleh rendah karena siswa cenderung hanya menghafal.

2. Siswa dalam memahami konsep biologi masih kurang, karena guru belum

melakukan pembelajaran berdasarkan proses, cara dan perbuatan.

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kooperatif, PBL dan CTL namun guru masih belum kreatif dan jarang inovatif

dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat.

4. Masih banyak guru biologi yang belum menggunakan model pembelajaran

secara tepat dalam proses belajar mengajar, padahal ada model pembelajaran

kooperatif yang dapat diterapkan antara lain STAD, TGT, TPS, NHT, GI dan

Jigsaw II..

5. Guru belum memperhatikan faktor-faktor internal yang berbeda-beda antara

siswa yang satu dengan yang lain yang dimungkinkan berpengaruh terhadap

motivasi belajar dan kreativitas siswa.

6. Guru cenderung memberikan penilaian dalam ranah kognitif saja dan tidak

memperhitungkan aspek afektif dan psikomotor.

7. Materi dalam pembelajaran biologi kelas X di SMA antara lain keanekaragaman

hayati, pelestarian lingkungan, dan ekosistem yang saling berkaitan namun guru

belum menunjukkan keterkaitan konsep tersebut dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan dengan mempertimbangkan waktu

serta biaya, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah untuk

menjamin keabsahan dalam pembuatan kesimpulan yang akan diperoleh, maka

penyusun membatasi masalah ini pada :

1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu Jigsaw II dan STAD.

2. Motivasi belajar siswa dibatasi pada motivasi belajar siswa untuk mencapai

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Kreativitas siswa dibatasi pada kreativitas verbal siswa dengan kategori tinggi dan

rendah.

4. Prestasi belajar biologi siswa dibatasi pada hasil belajar aspek kognitif.

5. Materi pembelajaran yang digunakan yaitu ekosistem.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka diperoleh rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar biologi siswa ?

2. Adakah pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap

prestasi belajar biologi siswa ?

3. Adakah pengaruh kreativitas siswa tinggi dan kreativitas rendah terhadap

prestasi belajar biologi siswa ?

4. Adakah interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa

terhadap prestasi belajar biologi siswa ?

5. Adakah interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap

prestasi belajar biologi siswa ?

6. Adakah interaksi antara motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap

prestasi belajar biologi siswa ?

7. Adakah interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar dan

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui :

1. Pengaruh pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar biologi siswa.

2. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap belajar

terhadap prestasi belajar biologi.

3. Pengaruh kreativitas siswa tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar

biologi siswa.

4. Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap

prestasi belajar biologi siswa .

5. Interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi

belajar biologi siswa .

6. Interaksi antara motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap prestasi

belajar biologi siswa .

7. Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar dan kreativitas

siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa .

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat yang berarti yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis ;

a. Menambah informasi masukan tentang cara belajar dengan model pembelajaran

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Memperlihatkan pengaruh tingkat motivasi belajar dan kreativitas verbal siswa

dalam pencapaian prestasi belajar.

c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan serta acuan bagi peneliti lainnya

sehingga dapat mengembangkan model pembelajaran yang tepat dan terarah

dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Meningkatkan prestasi belajar Biologi pada konsep pembelajaran ekosistem.

2. Manfaat Praktis ;

a. Memberi masukan kepada guru biologi untuk memilih metode pembelajaran

yang tepat untuk meningkat prestasi belajar biologi.

b. Menambah pengetahuan mengenai model pembelajaran yang sesuai deangan

tuntutan karakteristik kurikulum.

c. Menjadi motivasi dan sumber inspirasi untuk mengembangkan penelitian ini

dengan menggunakan tipe-tipe pembelajaran yang lain.

d. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk belajar bekerjasama dan

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Biologi

a. Pengertian pembelajaran

Menurut UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

dalam pasal 1 yang dimaksud dengan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar “ . Dalam

pasal yang sama juga dijelaskan bahwa “peserta didik adalah anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu” dan “Pendidik adalah

tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong

belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai

kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Menurut

Zamroni (2007: 70) : “Proses belajar merupakan proses interaksi antara guru dan

siswa berkaitan dengan materi pembelajaran yang bersifat kompleks dan penuh

dengan ketidakpastian”. Dikatakan kompleks karena interaksi antara guru dan siswa

yang nampak sederhana pada hakekatnya bersifat kompleks karena melibatkan

pikiran, emosi, imajinasi, dan sikap yang berinteraksi secara simultan. Dikatakan

penuh dengan ketidakpastian karena pikiran, emosi, dan imajinasi siswa tidaklah

stabil dan tidak dapat ditebak. Dengan demikian hasil dari pembelajaran itu sendiri

menjadi sangat subyektif. Ada juga definisi yang lain, yaitu : “Pembelajaran adalah

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

edisi terjemahan Yusuf Anas, 2007 : 5). Yang dimaksud dengan pendidikan menurut

UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara”. Pembelajaran merupakan

interaksi sistematis antara peserta didik dengan pendidik yang berkaitan dengan

materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran

memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang

diharapkan. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta

didik dengan menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang untuk

mengembangkan kreativitas mereka, dan menyediakan pengalaman belajar yang

beragam. Pembelajaran juga bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika

(Nurhadi, 2004: 30).

Tujuan pembelajaran Biologi menurut Depdikbud (1993: 1), ialah agar siswa

mampu melakukan pengamatan dan diskusi untuk memahami konsep, mampu

melakukan percobaan sederhana untuk memahami konsep dan mengkomunikasikan

hasil percobaan, mampu menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan

melaporkannya. Berdasarkan hal ini maka perlu digunakan metode pembelajaran

yang sesuai dengan tujuan mempelajari biologi tersebut.

Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan

proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah interaksi guru dan

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membelajarkan dan mendidik siswa sedangkan siswa merupakan subjek yang

menjadi sasaran pendidikan.

Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah bagaimana

menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan

sehari-hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan yang bermakna

dalam benak siswa. Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku pada jabaran konsep

biologi yang ada dalam buku, tanpa memahami apa dan bagaimana makna yang

terkandung dalam konsep tersebut.

Di sisi lain lingkungan menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh

misteri. Anak sebagai young scientist (peneliti muda) mempunyai rasa keingintahuan (curiousity) yang tinggi. Adalah keharusan di dalam pendekatan pembelajaran biologi untuk memelihara keingintahuan anak tersebut, memotivasinya sehingga

mendorong siswa untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana terhadap objek

dan peristiwa di alam (Puskur, 2002).

Kenyataan di lapangan masih banyak ditemukan keingintahuan anak yang

tinggi itu tidak didukung oleh suatu kondisi yang dapat memberikan kesempatan

kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Masih banyak guru mengajar hanya

menggunakan metode konvensional. Guru merupakan satu-satunya sumber utama

pengetahuan. Pembelajaran cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk memahami konsep akademik

yang telah diajarkan. Konsep-konsep tersebut diajarkan menggunakan cara-cara yang

abstrak dan metode konvensional, padahal mereka sangat memerlukan pemahaman

(33)

sehari-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hari. Akibatnya, motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka

cenderung menghafal dan mekanistik.

Dari kenyataan tersebut, dapat dikatakan guru terlalu sering meminta anak

untuk belajar, namun jarang sekali mengajari anak cara belajar, padahal menurut Nur

pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana

mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri (Nur,

2002: 9).

b. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas

dua kategori yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut

saling mempengaruhi dalam proses belajar siswa sehingga menentukan hasil belajar.

Faktor-faktor internal meliputi : (1) faktor fisiologis, dan (2) faktor psikologi, yang

terdiri atas kecerdasan/inteligensi siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Faktor

eksternal berupa lingkungan sosial yang meliputi: (1) lingkungan sosial keluarga

yang mencakup cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang

kebudayaan; (2) lingkungan sosial sekolah yang mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

metode belajar, dan tugas rumah; (3) lingkungan sosial masyarakat yang mencakup

kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan

masyarakat. (Baharuddin, 2008: 19-28 dan Slameto 2003: 54-72). Dari penjabaran di

atas, terlihat betapa pentingnya faktor internal dan faktor eksternal dalam

mempengaruhi hasil belajar apakah akan berhasil dengan baik atau justru mengalami

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir

hayat. Seorang bayi yang sedang memegang botol dan mengenal orang-orang

disekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai,

dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa,

diharapkan setiap individu telah mahir dengan tugas-tugas tertentu dan keterampilan

fungsional lainnya.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan

penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian besar

perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Moh. Surya

“belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya” (Moh.

Surya dalam Richardo Cappelo: 2007) Perubahan tingkah laku seseorang akan

berubah jika siswa memiliki pengalaman yang baru. Pengalaman baru sangat

diperlukan oleh siswa, suatu pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan

baru. Pengalaman diperoleh apabila siswa terlibat interaksi baik dengan melihat

ataupun mengalami sendiri sehingga akan lebih berkesan.

Menurut Morgan dalam Ngalim Purwanto (1990: 84) “Belajar adalah

perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil

dari latihan atau pengalaman”. Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha

dasar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya

semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.

Sedangkan Witherington mendefinisikan belajar adalah “Perubahan dalam

kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola baru berbentuk keterampilan,

sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan” (Moh. Surya dalam Richardo

Cappelo: 2007). Perubahan sikap merupakan hasil dari proses belajar. Seorang siswa

belajar memiliki sikap yang bervariasi, misalnya perhatian, diam atau acuh tak acuh.

Siswa yang memiliki perhatian besar menunjukkan motivasi belajarnya tinggi.

Pembelajaran kooperatif sebagai belajar bersama-sama dalam sebuah kelompok

belajar dan anggota dalam kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mencapai

tujuan yang sama yang telah ditetapkan sebelumnya. Good & Boophy (1977) dalam

Alex Sobur (2003 : 220) mengartikan belajar sebagai “The development of new associations as a result of experience”. Belajar adalah perkembangan asosiasi-asosiasi (kecenderungan-kecenderungan dalam pikiran) sebagai hasil pengalaman.

Jadi belajar adalah suatu proses yang tidak bisa dilihat dengan nyata. Proses itu

terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut mereka, belajar

bukanlah suatu tingkah laku yang tampak, tetapi terutama prosesnya yang terjadi

secara internal pada individu dalam usaha memperoleh berbagai hubungan baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan beberapa unsur penting

yang menjadi ciri atas pengertian belajar, yaitu : (1) belajar merupakan suatu

perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah ke tingkah

laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah ke tingkah laku yang

lebih buruk; (2) belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; (3) untuk bisa disebut belajar,

maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu

periode waktu yang cukup panjang. Seberapa lama periode waktu itu berlangsung

sulit ditemukan dengan pasti, namun perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari

suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun

bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan perubahan tingkah laku yang

disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan

seseorang, yang hanya berlangsung sementara; (4) tingkah laku yang mengalamai

perubahan karena belajar menyangkut aspek-aspek kepribadian, baik fisik maupun

psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. (Bandingkan Alex Sobur (2003 :

223) dan Ngalim Purwanto (1994 : 85).

Jadi belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku, baik fisik maupun

psikis, yang relative mantap yang diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Dari

beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian belajar adalah proses

perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, kemampuan berpikir,

penghargaan terhadap sesuatu dan minat akibat interaksi individu dengan lingkungan.

d. Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana

terjadinya belajar atau bagaimana informasi ditangkap kemudian diproses dalam

pikiran siswa. Berdasarkan teori belajar, pembelajaran diharapkan dapat lebih

menarik minat siswa dalam proses belajar dan memperhatikan kebiasaan siswa dalam

penyerapan informasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk memperjelas

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan tujuan aliran

psikologinya masing-masing.

1) Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Driver dan Bell dalam Suparno (1997: 17). “Ilmu pengetahuan

bukanlah hanya kumpulan hukum atau fakta”. Fakta yang sama yang diamati orang

yang berbeda bisa menghasilkan konsep yang berbeda. “Ilmu Pengetahuan, terutama

sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang

ditemukan secara bebas”. (Einstein dan Infeld dalam Bettencourt, 1989 dalam

Suparno (1997: 17)). Dalam mempelajari pengetahuan selalu dijumpai dua hal yang

berbeda, yaitu kenyataan atau fakta dan gagasan. Untuk menjembatani keduanya,

diperlukan proses konstruksi imajinatif.

Menurut filsafat konstruktivisme, “pengetahuan itu adalah bentukan

(konstruksi) dari kita sendiri yang sedang menekuninya” (von Glasersfeld dalam

Bettencourt, 1989, Matthews, 1994 ; Piaget, 1971 dalam Suparno (2007:8)). Bila

yang sedang menekuni itu adalah siswa maka pengetahuan itu adalah bentukan dari

siswa sendiri. Siswalah yang memberi makna terhadap realitas yang ada melalui

kegiatan berpikir. Jadi pengetahuan bersifat non-objektif, temporer, dan selalu

berubah. Proses pembentukan pengetahuan ini berjalan terus-menerus dengan setiap

kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru.

Menurut paham konstruktivisme, orang yang belajar diharapkan dapat

membangun pemahaman sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi. Kadang

persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru yang dialami seseorang dapat

dintegrasikan ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Proses

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diasimilasikan dengan skema yang telah ia punyai. Pengalaman baru itu bisa jadi

tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan ini orang tersebut dapat

membentuk skema baru yang cocok dengan pengalaman yang baru atau memodifikasi

skema yang ada sehingga cocok dengan pengalaman itu. Proses terakhir ini disebut

akomodasi. Sedangkan skema diartikan sebagai struktur kognitif yang dengannya

seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya

(Suparno, 1997: 30). Jadi siswa sudah mempunyai skema sebagai akibat dari latihan

atau pengalaman sebelumnya. Dengan latihan atau pengalaman baru yang didapatkan,

siswa akan mengkonstruksi sendiri dengan cara akomodasi atau asimilasi. Apakah

pengetahuan itu tidak dapat ditransfer atau dipindahkan begitu saja? Ya, secara

prinsip para konstruktivis menolak kemungkinan terjadi transfer pengetahuan dari

seseorang kepada orang lain. “Tidak ada kemungkinan mentransfer pengetahuan

karena setiap orang membangun pengetahuannya pada dirinya sendiri. Demikian

pendapat von Glasersfeld dalam Bettencount dalam Suparno (2007:9). Pengetahuan

bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari guru ke siswa. Namun faktanya

justru dari guru, siswa memperoleh pengetahuan .

Menurut Matthews dalam Suparno (1997: 43) bahwa paham konstruktivisme

dibedakan menjadi dua, yaitu konstruktivisme psikologis dan sosiologis.

Konstruktivisme psikologis, bertitik tolak dari perkembangan psikologis anak dalam

membangun pengetahuannya. Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu yang

lebih personal (Piaget) dan yang lebih sosial (Vygotsky).

a) Konstruktivisme Psikologis Personal (Piaget)

Piaget adalah psikolog pertama yang meneliti tentang bagaimana anak-anak

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dibangun dalam pikiran anak. Karena penelitiannya ini, maka Piaget dikenal sebagai

konstrutivis pertama (Ratna Wilis D., 1989 : 159; Suparno 1997 : 30). Dalam

penelitiannya Piaget mengamati bagaimana seorang anak pelan-pelan membentuk

pengetahuannya sendiri. Anak itu pelan-pelan mulai membentuk skema,

mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget lebih menekankan bagaimana

anak secara sendiri mengkonstruksi pengetahuan dari interaksinya dengan

pengalaman dan objek yang dihadapi. Secara umum Piaget membedakan 4 tahap atau

periode dalam perkembangan kognitif seseorang. Tahapan-tahapan atau periode

tersebut terdapat pada tabel 2.

Tabel 2. 1. Periode-periode Perkembangan Secara Umum

PERIODE PERKEMBANGAN

I Kepandaian Sensori-Motorik (dari lahir – 2 tahun). Bayi mengorganisasikan

skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam dan memukul untuk menghadapi dunia yang muncul di hadapannya.

II Pikiran Pra-Operasional (2 – 7 tahun). Anak-anak belajar berpikir pikiran

mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. Pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.

III Operasi-operasi Berpikir Konkret (7 – 11 tahun). Anak-anak mengembangkan

kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret.

IV Operasi-operasi Berpikir Formal (11 tahun – dewasa). Orang mudah

mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis menurut rancangan yang murni dan hipotetis.

(Crain W., terjemahan Yudi Santoso, 2007 : 171)

Menurut Piaget (Suparno, 2001: 104), urutan tahap atau periode itu mempunyai

beberapa sifat. Sifat tersebut antara lain : (1) urutan perkembangan tahap-tahap itu

tetap, meskipun umur rata-rata terjadinya dapat bervariasi secara individual menurut

tingkat inteligensi atau lingkungan sosial seseorang; (2) struktur keseluruhan itu tidak

dapat saling ditukar; (3) setiap tahap yang lebih maju mempunyai penalaran yang

secara kualitatif berbeda dengan penalaran tahap sebelumnya. Penalaran tahap

berikutnya jauh lebih tinggi daripada yang sebelumnya; (4) setiap kemajuan dalam

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tahap baru selalu mengandung perluasan dari struktur yang sebelumnya. Struktur

yang lama itu diubah melalui adaptasi, meskipun formulasi yang sebelumnya tidak

pernah dihancurkan atau dihilangkan. Oleh karena itu, transformasi penalaran yang

baru dari yang sebelumnya merupakan perkembangan. Unsur yang juga penting

dalam memperkembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman.

Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil

kesimpulan dan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikiran. Misalnya,

seseorang anak perlu banyak latihan menggunakan logikanya dalam memecahkan

persoalan biologi. Semakin banyak ia berlatih dalam memecahkan persoalan biologi,

ia akan semakin mengerti dan mengembangkan cara berpikirnya. Pengetahuan

dibentuk dalam proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema pengetahuan

seseorang sebelumnya. Agar proses pembentukan pengetahuan itu berkembang,

pengalaman sangat menentukan. Semakin orang mempunyai banyak pengalaman

mengenai persoalan, lingkungan atau objek yang dihadapi, ia akan semakin

mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. Dengan semakin banyak

pengalaman, skema seseorang akan banyak ditantang dan mungkin dikembangkan.

b). Konstruktivisme Psikologis Sosial (Vygotsky).

Vygotsky juga meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak

secara psikologis. Namun Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan

orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan system yang secara

kultural telah berkembang dengan baik (Cobb dalam Suparno, 2007 : 11). Itulah

sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi dengan para ahli atau tokoh dan

juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang ingin digeluti.

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tentang bidang tugas yang mereka geluti, pemikiran mereka tentang suatu masalah

tertentu. Dalam interaksi ini, para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan

pengetahuannya sesuai dengan konstruksi para ahli. Siswa juga bisa diajak ke

laboratorium ataupun tempat-tempat lain yang dapat memberi inspirasi bagi siswa.

Menurut Vygotsky pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona

perkembangan proksimal (zone of proximal development). Persisnya, dia mendefinisikan zona ini sebagai : “jarak antara tingkat perkembangan aktual yang

ditentukan oleh pemecahan masalah secara independen dan tingkat perkembangan

potensial yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah bimbingan orang

dewasa atau dalam kolaborasinya dengan rekan-rekan yang lebih mampu”. (Crain W.,

terjemahan Yudi Santoso 2007: 371). Tingkat perkembangan aktual adalah

kemampuan anak memecahkan masalah secara mandiri sedangkan tingkat

perkembangan potensial adalah kemampuan memecahkan masalah di bawah

bimbingan orang dewasa melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu.

Zona perkembangan proksimal bagaikan secercah cahaya, namun tidak “sekolah

fungsi yang sudah dikuasai” anak bisa berjalan dengan bantuan hari ini, namun akan

sanggup melakukannya sendiri besok (Vygotsky, 1934 dalam Crain W., terjemahan

Yudi Santoso, 2007: 371). Ide penting lain yang diturunkan Vygotsky adalah

scaffolding, yaitu memberikan bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal perkembangan, kemudian bantuan ini dikurangi untuk memberikan kesempatan

kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera

setelah anak dapat melakukannya. Jika diterapkan dalam proses pembelajaran, ide

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Teori Kognitif

Teori kognitif dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari

kerjasama. Ada beberapa teori kognitif yang berbeda, namun bisa dibagi menjadi dua

kategori utama yaitu teori perkembangan dan teori elaborasi kognitif.

a) Teori Perkembangan

Asumsi dasar dari teori perkembangan adalah bahwa interaksi di antara para

siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka

terhadap konsep kritis (Damon, 1984; Murray, 1982 dalam Slavin, 2005 terjemahan

Nurulita Yusron, 2008: 36). Dalam pandangan Vygotsky (1978) dengan zona

perkembangan proksimalnya, kegiatan kolaboratif di antara anak-anak mendorong

pertumbuhan karena anak-anak usianya sebaya lebih suka bekerja di dalam wilayah

perkembangan paling dekat satu sama lain. Dengan nada serupa, Piaget (1926 dalam

Slavin, 2005 terjemahan Nurulita Yusron, 2008: 37) mengatakan bahwa pengetahuan

tentang perangkat sosial-bahasa, nilai-nilai, peraturan, moralitas, dan sistem simbol

(seperti membaca dan matematika) hanya dapat dipelajari dalam interaksi dengan

orang lain. Selanjutnya masih menurut Piaget (1969 dalam Crain W., terjemahan

Yudi Santoso, 2007 : 371), selama anak merasa didominasi oleh otoritas yang tahu

jawaban “benar”, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk mengapresiasi

perbedaan-perbedaan perspektif. Sebaliknya di dalam diskusi-diskusi kelompok

dengan anak-anak lain, mereka memiliki kesempatan lebih baik untuk menghadapai

sudut pandang yang berbeda sebagai stimulan tentang berpikir mereka sendiri.

b) Teori Elaborasi Kognitif

Penelitian dalam bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa jika

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam

pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dari materi (Wittock, 1987 dalam Slavin,

2005 terjemahan Nurulita Yusron, 2008 : 38). Salah satu cara elaborasi yang paling

efektif dalam menjelaskan materi yang dipelajari kepada orang lain. Dari sudut

pandang teoritis di atas, menjadi jelas bahwa memang anak-anak akan lebih banyak

belajar dalam kelas kooperatif dibandingkan dengan kelas tradisional.

2. Metode Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Arends (1997:7) : “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goal, syntax, environment, and management system”. Istilah model pengajaran mengarah ke suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

Selanjutnya menurut Arends, model pembelajaran mempunyai ciri-ciri : (1) rasional

teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan

pemikiran tentang apa dan bagaimana para siswa belajar (tujuan pembelajaran yang

direncanakan; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model dapat

dilaksanakan, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

Menurut Joyce dalam Trianto (2007 : 5) : “Model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer,

kurikulum, dan lain-lain”. Sedangkan menurut Soekamto, dalam Nurulwati (2000)

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar”. Jadi model pembelajaran merupakan suatu pendekatan

pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika

memenuhi kriteria sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas ini dikaitkan dengan dua hal yaitu apakah model yang dikembangkan didasarkan pada

rasional teoritik yang kuat, dan apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika ahli dan praktisi yang berdasar

pengalamannya menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan

kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga,

efektif. Parameter efektivitas model adalah pendapat ahli dan praktisi yang berdasar

pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif dan secara operasional

model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan (Nieveen (1999)

dalam Trianto (2007 : 8)). Sedangkan menurut Khabibah (2006) dalam Trianto (2007:

8) bahwa untuk melihat kelayakan suatu model dalam aspek validitas dibutuhkan ahli

dan praktisi dalam mevalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan

untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran

yang dikembangkan. Jadi di samping memenuhi ciri-ciri tersebut di atas, suatu model

pembelajaran juga harus mendapat legitimasi dari para pakar dan praktisi.

b. Pembelajaran Kooperatif

Gambar

Tabel 2. 1. Periode-periode Perkembangan Secara Umum
Gambar 2.1 Aliran energi
Tabel 2.2. Tingkat Trofik
Gambar 2.2. Piramida Jumlah Individu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengukuran dengan Differential Thermal Analysis (DTA) diperoleh kehilangan bobot arang sekam padi yang dibakar pada suhu hingga 1000ºC sebesar 97.89%,

7) proses belajar memerlukan metode yang te- pat; 8) belajar memerlukan minat dan perha- tian siswa (2009). Maka dibutuhkan peran dari guru untuk menciptakan suasana

Setengah sel yang satu yang terdiri dari Cu 2+ /Cu, cenderung mengalami reaksi reduksi dengan reaksi sebagai berikut:. Cu 2+ (aq) + 2e

Berdasarkan telaahan hasil percobaan mengenai “Pemanfaatan Flavonoid Sebagai Stimulan Simbiosis Antara Mikoriza Dengan Bibit Manggis In-Vitro Pada Tahap

Untuk membantu dalam menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian, maka penelitian ini menggunakan teknik penentuan skor. Teknik penentuan skor yang akan

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/CK-03/POKJA/2015 tanggal 24 April 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembangunan Pos Jaga, Gapura

[r]