perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh :
Anna Lusiana Kuswardhani S830809004
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun Oleh:
Anna Lusiana Kuswardhani, S.P. S 830809004
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal
………..
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I Prof.Drs.H.Sutarno, M.Sc. Ph,D
NIP. 19600809 198612 1
………..
Pembimbing II Drs. Haryono, M.Pd
NIP 19520423 197603 1 002
………..
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun Oleh:
Anna Lusiana Kuswardhani, S.P. S 830809004
Telah disahkan oleh Tim Penguji pada tanggal
………..
Dewan Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP 19520116 1998003 1 001 ………
Sekretaris Dra. Suparmi, MA, Ph.D
NIP 19520915 197603 2 001 ... Anggota Penguji 1 Prof.Drs.H.Sutarno, M.Sc. Ph,D
NIP. 19600809 198612 1 001 ... 2 Drs. Haryono, M.Pd
NIP 19520423 197603 1 002 ...
Mengetahui
Direktur Ketua
Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. PhD Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Anna Lusiana Kuswardhani
NIM : S 830809004
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus pada Materi
Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011)
adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini
diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Pebruari 2011
Yang membuat pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tesis yang berjudul "Pembelajaran Biologi Model
Jigsaw II dan Student Teams Achievement Division (STAD) Ditinjau Dari Motivasi Belajar Dan Kreativitas Siswa" (Penelitian Pembelajaran Materi Ekosistem Kelas X
SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011), dapat terselesaikan.
Selama proses penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, masukan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, MSc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengijinkan penyusunan penelitian ini.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan wawasan, motivasi, dan bimbingan hingga selesainya tesis ini.
3. Prof. Drs.Sutarno, M.Sc. Ph.D, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dengan kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
4. Drs. Haryono, M.Pd, selaku Pembimbing yang dengan kesabaran membimbing,
memberi arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
khususnya pada Program Studi Pendidikan Sains yang telah memotivasi dan
memberikan wawasan keilmuan selama penulis menempuh studi pada Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran penulisan tesis ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan pahala atas jasa-jasa dan kebaikan mereka.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, penulis mengharapkan saran
yang membangun dari pembaca.
Amin.
Surakarta, Pebruari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”
” Akar pendidikan memang rasanya pahit, namun buahnya manis”
( Aristoteles )
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada:
Ibunda Hj. Sri Hajutri dan Ayahanda H. Kusworo WH (Alm) tersayang Suamiku tercinta Mas Sri Widodo, terima kasih untuk segalanya Buah hatiku Rhapsody Dini W, Rhapsody Dwiki W, Rhapsody Diva W,
Kakak dan Adikku tersayang,
Mbak Yoen dan Mas Eko, Mbak Wari dan Mas Jeta, Mas Hans dan Mbak Ning, Mbak Lala dan Mas Agung, Diana dan Wawan, Toni dan Mamik.
Semua Keponakan yang kusayangi,
Wiku, Henu,Yudha, Nana, Selvi, Devi, Mery, Abi, Dipta,Ive, Nida,Oval Kelurga Besar
Bapak Suwardi dan ibu Supatmi ( Almh )
Mbak Sri Endang Mulyaningsih , Heni dan Dwi serta Ester Keluarga Besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Perumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 14 1. Landasan Teori ... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. STAD ... 35
5. Pengertian Motivasi ... 38
6. Kreativitas ... 42
7. Prestasi Belajar ………. 48
8. Materi Ekosistem ………. 51
2. Penelitian Yang Relevan ... 69
3. Kerangka Berpikir ... 72
4. Hipotesis ... 76
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 78
A. Tempat Penelitian ... 78
B. Waktu Penelitian ... 78
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 78
D. Metode Penelitian ... 79
E. Rancangan Penelitian ... 79
F. Variabel Penelitian ... 79
G. Teknik Pengumpulan Data ... 81
H. Instrumen Penelitian ... 81
I. Uji coba Instrumen Pengambilan Data ... 82
J. Teknik Analisa Data ... 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 94
A. Deskripsi Data ... 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Keterbatasan Penelitan ... 122
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 124
A. Kesimpulan ... 124
B. Implikasi ... 125
C. Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1. Periode-Periode Perkembangan Secara Umum ... 23
Tabel 2.2. Tingkat Trofik ... 57
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 78
Tabel 3.2. Kualifikasi Validitas ... 83
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Pengambilan Data ... 84
Tabel 3.4. Kualifikasi Reliabilitas Tes ... 86
Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data ... 86
Tabel 3.6. Kualifikasi Indeks Kesukaran ... 87
Tabel 3.7. Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes
... 87
Tabel 3.8. Indeks Diskriminasi ... 89
Tabel 3.9. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes ... 89
Tabel 3.10. Desain Faktorial ... 91
Tabel 4.1. Deskripsi Data Motivasi Belajar ... 94
Tabel 4.2. Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar Model JigsawII ... 95
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Model STAD ... 95
Tabel 4.4. Deskripsi Data Kreativitas Siswa ... 96
Tabel 4.5. Dristribusi Frekuensi kreativitas siswa kelas Jigsaw II ... 97
Tabel 4.6. Dristribusi Frekuensi Kreativitas Kelas Model STAD ... 98
Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa ... 98
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa Kelas Jigsaw II ... 99
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa Kelas STAD ... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.1. Aliran Energi ... 56
Gambar 2.2. Piramida Jumlah Individu ... 59
Gambar 2.3. Piramida Biomassa ... 60
Gambar 2.4. Piramida Energi ... 61
Gambar 2.5. Skema Daur Biogeokimia ... 62
Gambar 2.6. Siklus Nitrogen Di Alam... 65
Gambar 2.7. Daur Karbon Dan Oksigen ... 66
Gambar 2.8. Daur Sulfur ... 68
Gambar 2.9. Daur Fosfor ... 69
Gambar 4.1. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Model Jigsaw II 95 Gambar 4.2. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Model STAD .... 96
Gambar 4.3. Histogram Frekuensi Kreativitas Siswa Model Jigsaw II ... 97
Gambar 4.4. Histogram Frekuensi Kreativitas Siswa Model STAD ... 98
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw II ... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 1. Silabus ... 132
Lampiran 2. RPP Model Jigsaw II ... 133
Lampiran 3. RPP Model STAD ... 136
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa ... 139
Lampiran 5. Kisi-kisi Motivasi Belajar ... 142
Lampiran 6 . Angket Motivasi Belajar Siswa ... 143
Lampiran 7. Kisi-kisi Tes Kreativitas Verbal ... 156
Lampiran 8. Angket Kreativitas ... 158
Lampiran 9. Kisi-kisi Aspek Kognitif ... 168
Lampiran 10. Soal Uji Coba Prestasi Belajar Biologi ... 170
Lampiran 11. Data Induk ... 182
Lampiran 12. Uji Normalitas ... 183
Lampiran 13. Uji Homogenitas ... 190
Lampiran 14. Uji Hipotesis ... 194
Lampiran 15. Uji Lanjut Anava ... 195
Lampiran 16. Analisa Daya Pembeda, Indeks Kesukaran Dan Validitas ... 196
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II dan Student Team Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa (Studi Kasus Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D. 2) Drs. Haryono, MPd.
Pembelajaran biologi menuntut adanya peran aktif siswa secara individu dan kooperatif. Untuk itu dalam pembelajaran biologi perlu penerapan model pembelajaran kooperatif dengan mempertimbangkan karakteristik siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh antara pembelajaran kooperatif model
Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar siswa, (2) Pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi, (3) Pengaruh antara kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi , (4) Interaksi antara pembelajaran model Jigsaw II dan STAD dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi , (5) Interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi , (6) Interaksi antara motivasi belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi , (7) Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi .
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Sumberlawang tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 5 kelas. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen pertama dengan model
Jigsaw II dan satu kelas ekperimen kedua dengan model STAD. Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk prestasi belajar, angket untuk motivasi belajar dan angket untuk kreativitas siswa. Uji hipotesis penelitian dengan menggunakan anava tiga jalan sel 2 x 2 x 2 yang kemudian dilanjutkan uji Scheffe.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh metode belajar kooperatif Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar siswa, Jigsaw II lebih baik dari STAD 2) tidak ada pengaruh antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan rendah, terhadap prestasi belajar biologi dengan materi ekosistem 3) tidak ada pengaruh antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah, terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 4) tidak ada interaksi antara metode belajar kooperatif Jigsaw II dan STAD dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 5) tidak ada interaksi antara metode belajar kooperatif
Jigsaw II dan STAD dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 6) tidak ada interaksi motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 7) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD, motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
and Student Team Achievement Divisions (STAD) overviewed from Student Motivation and Students Creativity (A case Study on Ecosystem for Xth Grade Student, SMA N 1 Sumberlawang in 2010/2011 Academic Year). Thesis, Surakarta, 2011. Science Education program Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Advisor: 1) ) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D. 2) Drs. Haryono, MPd .
Biology learning requires the active role of students individually and cooperatively. Therefore, in biology learning is necessary to apply cooperative learning model by considering the characteristics of students. The purposes of the research is to know the effect of STAD and Jigsaw II learning model, students motivation and students creativity toward student achievement. The purposes of the research that: 1) There was correlation of cooperative learning using STAD and
Jigsaw IItoward students achievement, Jigsaw II is better than STAD. 2) There was no effect motivated students toward students achievement in Biology . 3) there was no effect of the students creativity toward students achievement in Biology . 4) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students motivation toward students achievement . 5) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students creativity toward students achievement. 6) There was no interaction between students motivation with students creativity toward students achievement. 7) There was no interaction STAD and Jigsaw II, students motivation, students creativity toward students achievement.
This research used experimental methods. The population was the first semester student grade X SMA Negeri 1 Sumberlawang academic year 2010/2011, consisted 5 classes. The research sample wias taken using cluster random sampling technique consisted of two classes. First experiment class was treated using STAD model while the second experiment class was treated using Jigsaw II model. The data was collected using test method for student achievement and questionnaire for students motivation and students creativity. The hypothesis was tested using three-ways cell Anova : 2 x 2 x 2 continued using Scheffe test.
The data analysis showed that: 1) There is an effect of cooperative learning using STAD and Jigsaw II toward students achievement, Jigsaw II is better than STAD. 2) There was no effect motivated students toward students achievement in Biology . 3) there was no effect of the students creativity toward students achievement in Biology . 4) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students motivation toward students achievement. 5) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students creativity toward students achievement. 6) There was no interaction between students motivation with students creativity toward students achievement. 7) There was no interaction between STAD and Jigsaw
II, students motivation with students creativity toward students achievement.
Keywords: Biology Learning, Cooperative Approach, Jigsaw II, STAD, Students
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Cita-cita bangsa Indonesia sungguh mulia sebagaimana dalam Pasal 1 ayat 1
Bab I Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa :”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Tujuan pendidikan nasional secara terinci tertuang dalam Pasal 3 Bab I
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa : “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional masih belum optimal
seperti yang diharapkan, walaupun faktanya kita mampu bersaing secara kompetitif
dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Ini terbukti pada berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa Indonesia memperoleh medali emas, perak dan perunggu, karena mendapat
predikat terbaik dalam Olimpiade Biologi, Fisika, Kimia, Matematika, Astronomi dan
bidang . Kenyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia tidak tertinggal
dari negeri tetangga. Namun di sisi lain, kita tidak dapat memungkiri bahwa
pendidikan di Negara kita menjumpai banyak permasalahan yang menjadi kendala
dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sebagai contoh di SMA Negeri 1
Sumberlawang pada awal berdirinya masih kekurangan sumber daya manusia ( guru
dan siswa ), sumber daya alam ( infrastruktur, sarana prasarana ) dan sumber dana.
Belum terpenuhinya tenaga pendidik dan kependidikan merupakan hambatan dalam
proses kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga pencapaian prestasi belajar kurang
memuaskan. Dari segi sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Sumberlawang masih
minim, hal ini bisa dimaklumi karena SMAN 1 Sumberlawang merupakan sekolah
menengah di tingkat kecamatan dengan usia yang masih sangat muda karena baru 4
kali meluluskan siswanya. Walaupun sudah tersedia OHP, VCD Player,namun belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena jumlahnya sedikit. Baru pada tahun
pelajaran 2009/2010 mendapat bantuan alat bahan untuk laboratorium IPA, Laptop
dan LCD. Dari segi penilaian berbasis portofolio kita juga tertinggal . Karena di setiap tempat yang kosong seharusnya dimanfaatkan untuk memajang hasil kerja dan
karya siswa yang telah dinilai oleh para guru. Sementara di sekolah kita ada namun
hanya untuk memenuhi persyaratan, tanpa penggunaan yang intensif dan maksimal.
Sumber dana juga masih terbatas sehingga kurang dapat menunjang pelaksanaan
KBM secara optimal.
Hasil belajar mata pelajaran Ujian Nasional maupun Ujian Sekolah secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tahun kedua (untuk mata pelajaran biologi baru tahun kedua diuji) 2007/2008
rata-rata 6,65 sedang pada tahun pelajaran 2008/2009 dengan rata-rata-rata-rata yang lebih rendah
yaitu 4,68 . Hal ini memperkuat data bahwa prestasi belajar siswa secara umum
memang masih rendah. Rendahnya perolehan nilai ulangan harian, ulangan akhir
semester, ujian Nasional dan Ujian Sekolah merupakan fenomena unik dan selalu
terulang. Ini merupakan gejala awal bahwa ada indikasi penguasaan materi esensial
atau konsep-konsep urgen yang diserap siswa masih rendah. Termasuk di dalamnya
adalah hasil belajar mata pelajaran Biologi.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan
berbagai cara, antara lain : Program peningkatan sumber daya manusia (SDM Guru)
melalui penyetaraan S1 bagi guru-guru SD maupun SMP, penyediaan sarana dan
sumber belajar, pelatihan-pelatihan guru baik tingkat regional maupun nasional,
pemberian bantuan dan pendidikan berupa imbal swadaya, block grand, BKM, BKS, BSM, BOS termasuk BOS Buku dan lain-lainnya.
Upaya Pemerintah yang lain adalah melakukan terobosan baru untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui penyempurnaan kurikulum yang disebut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut guru dengan
pembelajaran mengarahkan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman nyata
dengan pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning). Menurut Mulyasa (2002:40),”ada tiga landasan yang mendasari kurikulum berbasis
kompetensi, yaitu : adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah
pembelajaran individual, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning),
dan perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif”. Apabila ketiganya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kenyataan pada SMA Negeri 1 Sumberlawang, sebagian besar guru masih
menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan sejumlah informasi kepada
para siswa, pelaksanaan pembelajaran masih searah yaitu didominasi oleh guru
(teacher oriented), tanpa melihat kemungkinan penerapan metode pembelajaran lain yang lebih sesuai dengan karakteristik bahan ajar dan alat atau sarana prasarana yang
tersedia. Akibatnya, materi pelajaran disampaikan kepada siswa tanpa
memperhatikan taraf perkembangan mental dan perkembangan psikologis siswa.
Sehingga pembelajaran terasa monoton, tanpa ada variasi baik dalam metode
mengajar, penggunaan media belajar, pemakaian sumber pembelajaran. Pembelajaran
secara konvensional masih sering dilakukan meskipun telah melaksanakan kurikulum
2004. Sehingga pemerintah memandang perlu Penyempurnaan Kurikulum dengan
menetapkan KTSP sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2006.
Dalam KTSP guru mempunyai keleluasaan untuk merancang pembelajaran sesuai
dengan satuan pendidikan, karakteristik sekolah maupun karakteristik peserta didik.
Rendahnya prestasi belajar Biologi sebagai akibat kurangnya pembelajaran yang
bermakna, pembelajaran cenderung ceramah, tidak melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran belum mengoptimalkan kompetensi siswa untuk berinteraksi dengan
sesama pelajar, lingkungan sebagai sumber belajar dan kurangnya melibatkan siswa
dalam keterampilan IPA.
Biologi yang merupakan bagian sains dengan pendekatan pembelajaran
berorientasi pada siswa. Menurut Standar Kompetensi Sains, peran guru bergeser dari
menentukan “apa yang akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan
memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
teman, lingkungan dan nara sumber lain (Depdiknas, 2004:5). Implementasi
Kurikulum baru ini mengisyaratkan proses pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual dengan model pembelajaran, yaitu : problem base intstruction, cooperative learning, dan direct instruction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif untuk siswa yang
rendah hasil belajarnya.
Pada dasa warsa terakhir, teori konstruktivisme banyak mempengaruhi
pembelajaran biologi pada khususnya dan pembelajaran sains pada umumnya.
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme dengan pendekatan
kontekstual adalah cooperative learning. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep yang sulit jika mereka
berdiskusi dengan teman-temannya. Dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 6 orang,
siswa lebih bebas mengemukakan pendapatnya. Di dalam kelompok kooperatif
mereka akan saling membantu dan juga saling meneguhkan. Hasil yang didapat tidak
hanya akademik, tetapi juga sosial. Model pembelajaran dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw II, Group Investigasi (GI), Think Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT) serta
Team Group Turnamen (TGT).
Salah satu model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Siswa diminta untuk membaca suatu materi dan diberi lembar ahli (expert sheet) yang memuat topik-topik berbeda untuk tiap anggota tim yang harus dipelajari pada saat membaca. Apabila
siswa telah selesai membaca, selanjutnya dari tim berbeda dengan topik yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang ditentukan. Selanjutnya ahli-ahli ini kembali ke tim masing-masing untuk
menyampaikan kepada anggota yang lain dalam satu tim asal. Pada akhirnya siswa
mengerjakan kuis yang mencakup semua topik dan skor yang diperoleh menjadi skor
tim . Dalam Jigsaw II, skor yang dikontribusi oleh siswa kepada timnya menjadi dasar sistem peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi dalam timnya
dapat menerima sertifikat atau penghargaan lainnya.
Selain Jigsaw II juga dengan model kooperatif STAD. Dalam pembelajaran kooperatif model STAD, siswa-siswa di kelompokkan menjadi kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 – 6 siswa. Yang terdiri dari siswa pandai,
sedang dan rendah. Disamping itu guru juga mempertimbangkan kriteria
heterogenitas yang lainnya seperti jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan
dan lain sebagainya. Pembawaan siswa ke dalam kelompok-kelompok perlu
diseimbangkan sehingga setiap kelompok memiliki anggota yang tingkat prestasinya
seimbang. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu
satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain
atau melakukan diskusi.
Keberhasilan kelompok kooperatif dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya interaksi antar anggota kelompok. Untuk dapat berinteraksi dengan baik
maka anggota kelompok harus memiliki sikap yang baik terhadap kelompok
kooperatif. Dalam kelompok kooperatif, keberhasilan seseorang akan mendukung
keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian mereka akan saling membantu. Setiap
anggota kelompok yang sudah menguasai materi pelajaran membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah motivasi
belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999:80), menjelaskan bahwa motivasi belajar
adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Menurut Galloway dalam
Toeti Soekamto dan Udin S. Winatapura (1997:39) bahwa dengan mengatur kondisi
dan situasi belajar menjadi kondusif, serta diberikan penguatan-penguatan diharapkan
akan dapat merubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik. Sebagian guru
berpendapat bahwa motivasi belajar bersumber dari siswa itu sendiri dalam
meningkatkan motivasi belajarnya, sehingga guru tidak atau kurang peduli bagaimana
merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Padahal guru
justru berperan dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa dengan
menerapkan prinsip diantaranya jika materi pembelajaran yang dipelajarinya
bermakna karena sesuai dengan bakat, minat, dan pengetahuan dirinya, maka
motivasi belajar siswa akan meningkat. Motivasi belajar siswa akan meningkat jika
guru mampu menjadi model bagi siswa untuk dilihat dan ditirunya, juga memberi
kesempatan yang luas kepada siswa untuk belajar sesuai dengan strategi, metode, dan
teknik belajarnya sendiri serta terjalin komunikasi antara guru dengan siswa yang
akrab dan menyenangkan, sehingga siswa mampu dan berani mengungkapkan
pendapatnya sesuai dengan tingkat berpikirnya.
Selain motivasi belajar tinjauan yang lain adalah Kreativitas siswa . Utami
Munandar (1995) membuat definisi yang merupakan rangkuman dari beberapa
pengertian tentang kreativitas yaitu kreativitas untuk semua usaha produktif yang
unik dari individu, seorang dituntut kemampuannya untuk berpikir dan menemukan
sesuatu yang baru melalui kondisi lingkungan dan mempertimbangkan aspek-aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pribadi kreatif. Proses berpikir kreatif yang berupa penemuan konsep, prinsip dan
gagasan-gagasan baru memerlukan kondisi yang kondusif dengan kesempatan yang
cukup luas. Sehingga siswa akan dapat mengeksplorasi segenap kemampuannya
untuk menunjukkan kreativitasnya.
Mengetahui tingkat motivasi belajar dan kreativitas siswa yang berbeda-beda
akan membantu para guru untuk dapat mendekati semua atau hampir semua siswa
hanya dengan menyampaikan informasi dengan pendekatan yang sesuai. Dengan
pemilihan metode yang sesuai dengan motivasi belajar dan kreativitas siswa maka
diharapkan prestasi belajar siswa akan lebih baik. Sehingga terlihatlah betapa
pentingnya kedua hal tersebut dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini, E. Mulyasa (2003) menekankan pentingnya upaya
pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses
pembelajaran. Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003)
mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam
belajarnya, adalah : (1) dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan
mengurangi rasa takut; (2) memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah; (3) melibatkan siswa dalam menentukan
tujuan belajar dan evaluasinya; (4) memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat
dan tidak otoriter; (5) melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran secara keseluruhan.
Dimilikinya kemampuan kreatif, siswa tidak hanya menerima informasi dari
guru, namun siswa akan berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses
pembelajaran. Siswa yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat.
Namun menjadi tanggung jawab dan kewajiban guru pula untuk meningkatkan
kreatifitas para siswa agar prestasi belajar yang dicapai dapat maksimal dan optimal.
Dengan menganalisis masalah-masalah yang ada dicari yang mengarah pada
dugaan sementara rendahnya hasil belajar, berdasar hasil analisis hanya beberapa
masalah yang lebih fokus untuk segera dipecahkan, dalam rangka perbaikan
pembelajaran yaitu : (1) rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap standar
kompetensi mata pelajaran Biologi, (2) guru masih menggunakan metode yang
kurang menyenangkan, (3) kurangnya guru memperhatikan motivasi belajar siswa,
dan ( 4) kurangnya guru memperhatikan kreativitas siswa.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang
“Pembelajaran Biologi Model Jigsaw II dan Student Teams Achievement Division
(STAD) Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Dalam proses pembelajaran guru lebih menekankan pencapaian target kurikulum
dan kurang menekankan pemahaman konsep, sehingga hasil belajar yang
diperoleh rendah karena siswa cenderung hanya menghafal.
2. Siswa dalam memahami konsep biologi masih kurang, karena guru belum
melakukan pembelajaran berdasarkan proses, cara dan perbuatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kooperatif, PBL dan CTL namun guru masih belum kreatif dan jarang inovatif
dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat.
4. Masih banyak guru biologi yang belum menggunakan model pembelajaran
secara tepat dalam proses belajar mengajar, padahal ada model pembelajaran
kooperatif yang dapat diterapkan antara lain STAD, TGT, TPS, NHT, GI dan
Jigsaw II..
5. Guru belum memperhatikan faktor-faktor internal yang berbeda-beda antara
siswa yang satu dengan yang lain yang dimungkinkan berpengaruh terhadap
motivasi belajar dan kreativitas siswa.
6. Guru cenderung memberikan penilaian dalam ranah kognitif saja dan tidak
memperhitungkan aspek afektif dan psikomotor.
7. Materi dalam pembelajaran biologi kelas X di SMA antara lain keanekaragaman
hayati, pelestarian lingkungan, dan ekosistem yang saling berkaitan namun guru
belum menunjukkan keterkaitan konsep tersebut dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan dengan mempertimbangkan waktu
serta biaya, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah untuk
menjamin keabsahan dalam pembuatan kesimpulan yang akan diperoleh, maka
penyusun membatasi masalah ini pada :
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu Jigsaw II dan STAD.
2. Motivasi belajar siswa dibatasi pada motivasi belajar siswa untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Kreativitas siswa dibatasi pada kreativitas verbal siswa dengan kategori tinggi dan
rendah.
4. Prestasi belajar biologi siswa dibatasi pada hasil belajar aspek kognitif.
5. Materi pembelajaran yang digunakan yaitu ekosistem.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar biologi siswa ?
2. Adakah pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap
prestasi belajar biologi siswa ?
3. Adakah pengaruh kreativitas siswa tinggi dan kreativitas rendah terhadap
prestasi belajar biologi siswa ?
4. Adakah interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar biologi siswa ?
5. Adakah interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar biologi siswa ?
6. Adakah interaksi antara motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar biologi siswa ?
7. Adakah interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Pengaruh pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar biologi siswa.
2. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap belajar
terhadap prestasi belajar biologi.
3. Pengaruh kreativitas siswa tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar
biologi siswa.
4. Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap
prestasi belajar biologi siswa .
5. Interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi siswa .
6. Interaksi antara motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi siswa .
7. Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa .
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat yang berarti yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis ;
a. Menambah informasi masukan tentang cara belajar dengan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Memperlihatkan pengaruh tingkat motivasi belajar dan kreativitas verbal siswa
dalam pencapaian prestasi belajar.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan serta acuan bagi peneliti lainnya
sehingga dapat mengembangkan model pembelajaran yang tepat dan terarah
dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Meningkatkan prestasi belajar Biologi pada konsep pembelajaran ekosistem.
2. Manfaat Praktis ;
a. Memberi masukan kepada guru biologi untuk memilih metode pembelajaran
yang tepat untuk meningkat prestasi belajar biologi.
b. Menambah pengetahuan mengenai model pembelajaran yang sesuai deangan
tuntutan karakteristik kurikulum.
c. Menjadi motivasi dan sumber inspirasi untuk mengembangkan penelitian ini
dengan menggunakan tipe-tipe pembelajaran yang lain.
d. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk belajar bekerjasama dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Biologi
a. Pengertian pembelajaran
Menurut UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dalam pasal 1 yang dimaksud dengan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar “ . Dalam
pasal yang sama juga dijelaskan bahwa “peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu” dan “Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Menurut
Zamroni (2007: 70) : “Proses belajar merupakan proses interaksi antara guru dan
siswa berkaitan dengan materi pembelajaran yang bersifat kompleks dan penuh
dengan ketidakpastian”. Dikatakan kompleks karena interaksi antara guru dan siswa
yang nampak sederhana pada hakekatnya bersifat kompleks karena melibatkan
pikiran, emosi, imajinasi, dan sikap yang berinteraksi secara simultan. Dikatakan
penuh dengan ketidakpastian karena pikiran, emosi, dan imajinasi siswa tidaklah
stabil dan tidak dapat ditebak. Dengan demikian hasil dari pembelajaran itu sendiri
menjadi sangat subyektif. Ada juga definisi yang lain, yaitu : “Pembelajaran adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
edisi terjemahan Yusuf Anas, 2007 : 5). Yang dimaksud dengan pendidikan menurut
UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara”. Pembelajaran merupakan
interaksi sistematis antara peserta didik dengan pendidik yang berkaitan dengan
materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran
memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diharapkan. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta
didik dengan menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang untuk
mengembangkan kreativitas mereka, dan menyediakan pengalaman belajar yang
beragam. Pembelajaran juga bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika
(Nurhadi, 2004: 30).
Tujuan pembelajaran Biologi menurut Depdikbud (1993: 1), ialah agar siswa
mampu melakukan pengamatan dan diskusi untuk memahami konsep, mampu
melakukan percobaan sederhana untuk memahami konsep dan mengkomunikasikan
hasil percobaan, mampu menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan
melaporkannya. Berdasarkan hal ini maka perlu digunakan metode pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan mempelajari biologi tersebut.
Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan
proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah interaksi guru dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membelajarkan dan mendidik siswa sedangkan siswa merupakan subjek yang
menjadi sasaran pendidikan.
Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah bagaimana
menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan
sehari-hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan yang bermakna
dalam benak siswa. Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku pada jabaran konsep
biologi yang ada dalam buku, tanpa memahami apa dan bagaimana makna yang
terkandung dalam konsep tersebut.
Di sisi lain lingkungan menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh
misteri. Anak sebagai young scientist (peneliti muda) mempunyai rasa keingintahuan (curiousity) yang tinggi. Adalah keharusan di dalam pendekatan pembelajaran biologi untuk memelihara keingintahuan anak tersebut, memotivasinya sehingga
mendorong siswa untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana terhadap objek
dan peristiwa di alam (Puskur, 2002).
Kenyataan di lapangan masih banyak ditemukan keingintahuan anak yang
tinggi itu tidak didukung oleh suatu kondisi yang dapat memberikan kesempatan
kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Masih banyak guru mengajar hanya
menggunakan metode konvensional. Guru merupakan satu-satunya sumber utama
pengetahuan. Pembelajaran cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk memahami konsep akademik
yang telah diajarkan. Konsep-konsep tersebut diajarkan menggunakan cara-cara yang
abstrak dan metode konvensional, padahal mereka sangat memerlukan pemahaman
sehari-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hari. Akibatnya, motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka
cenderung menghafal dan mekanistik.
Dari kenyataan tersebut, dapat dikatakan guru terlalu sering meminta anak
untuk belajar, namun jarang sekali mengajari anak cara belajar, padahal menurut Nur
pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana
mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri (Nur,
2002: 9).
b. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas
dua kategori yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling mempengaruhi dalam proses belajar siswa sehingga menentukan hasil belajar.
Faktor-faktor internal meliputi : (1) faktor fisiologis, dan (2) faktor psikologi, yang
terdiri atas kecerdasan/inteligensi siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Faktor
eksternal berupa lingkungan sosial yang meliputi: (1) lingkungan sosial keluarga
yang mencakup cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan; (2) lingkungan sosial sekolah yang mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
metode belajar, dan tugas rumah; (3) lingkungan sosial masyarakat yang mencakup
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat. (Baharuddin, 2008: 19-28 dan Slameto 2003: 54-72). Dari penjabaran di
atas, terlihat betapa pentingnya faktor internal dan faktor eksternal dalam
mempengaruhi hasil belajar apakah akan berhasil dengan baik atau justru mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir
hayat. Seorang bayi yang sedang memegang botol dan mengenal orang-orang
disekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai,
dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa,
diharapkan setiap individu telah mahir dengan tugas-tugas tertentu dan keterampilan
fungsional lainnya.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian besar
perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Moh. Surya
“belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya” (Moh.
Surya dalam Richardo Cappelo: 2007) Perubahan tingkah laku seseorang akan
berubah jika siswa memiliki pengalaman yang baru. Pengalaman baru sangat
diperlukan oleh siswa, suatu pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan
baru. Pengalaman diperoleh apabila siswa terlibat interaksi baik dengan melihat
ataupun mengalami sendiri sehingga akan lebih berkesan.
Menurut Morgan dalam Ngalim Purwanto (1990: 84) “Belajar adalah
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
dari latihan atau pengalaman”. Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha
dasar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya
semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Sedangkan Witherington mendefinisikan belajar adalah “Perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola baru berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan” (Moh. Surya dalam Richardo
Cappelo: 2007). Perubahan sikap merupakan hasil dari proses belajar. Seorang siswa
belajar memiliki sikap yang bervariasi, misalnya perhatian, diam atau acuh tak acuh.
Siswa yang memiliki perhatian besar menunjukkan motivasi belajarnya tinggi.
Pembelajaran kooperatif sebagai belajar bersama-sama dalam sebuah kelompok
belajar dan anggota dalam kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang sama yang telah ditetapkan sebelumnya. Good & Boophy (1977) dalam
Alex Sobur (2003 : 220) mengartikan belajar sebagai “The development of new associations as a result of experience”. Belajar adalah perkembangan asosiasi-asosiasi (kecenderungan-kecenderungan dalam pikiran) sebagai hasil pengalaman.
Jadi belajar adalah suatu proses yang tidak bisa dilihat dengan nyata. Proses itu
terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut mereka, belajar
bukanlah suatu tingkah laku yang tampak, tetapi terutama prosesnya yang terjadi
secara internal pada individu dalam usaha memperoleh berbagai hubungan baru.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan beberapa unsur penting
yang menjadi ciri atas pengertian belajar, yaitu : (1) belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah ke tingkah
laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah ke tingkah laku yang
lebih buruk; (2) belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; (3) untuk bisa disebut belajar,
maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu
periode waktu yang cukup panjang. Seberapa lama periode waktu itu berlangsung
sulit ditemukan dengan pasti, namun perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari
suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun
bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan
seseorang, yang hanya berlangsung sementara; (4) tingkah laku yang mengalamai
perubahan karena belajar menyangkut aspek-aspek kepribadian, baik fisik maupun
psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. (Bandingkan Alex Sobur (2003 :
223) dan Ngalim Purwanto (1994 : 85).
Jadi belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku, baik fisik maupun
psikis, yang relative mantap yang diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian belajar adalah proses
perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, kemampuan berpikir,
penghargaan terhadap sesuatu dan minat akibat interaksi individu dengan lingkungan.
d. Teori Belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi ditangkap kemudian diproses dalam
pikiran siswa. Berdasarkan teori belajar, pembelajaran diharapkan dapat lebih
menarik minat siswa dalam proses belajar dan memperhatikan kebiasaan siswa dalam
penyerapan informasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk memperjelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan tujuan aliran
psikologinya masing-masing.
1) Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Driver dan Bell dalam Suparno (1997: 17). “Ilmu pengetahuan
bukanlah hanya kumpulan hukum atau fakta”. Fakta yang sama yang diamati orang
yang berbeda bisa menghasilkan konsep yang berbeda. “Ilmu Pengetahuan, terutama
sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang
ditemukan secara bebas”. (Einstein dan Infeld dalam Bettencourt, 1989 dalam
Suparno (1997: 17)). Dalam mempelajari pengetahuan selalu dijumpai dua hal yang
berbeda, yaitu kenyataan atau fakta dan gagasan. Untuk menjembatani keduanya,
diperlukan proses konstruksi imajinatif.
Menurut filsafat konstruktivisme, “pengetahuan itu adalah bentukan
(konstruksi) dari kita sendiri yang sedang menekuninya” (von Glasersfeld dalam
Bettencourt, 1989, Matthews, 1994 ; Piaget, 1971 dalam Suparno (2007:8)). Bila
yang sedang menekuni itu adalah siswa maka pengetahuan itu adalah bentukan dari
siswa sendiri. Siswalah yang memberi makna terhadap realitas yang ada melalui
kegiatan berpikir. Jadi pengetahuan bersifat non-objektif, temporer, dan selalu
berubah. Proses pembentukan pengetahuan ini berjalan terus-menerus dengan setiap
kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Menurut paham konstruktivisme, orang yang belajar diharapkan dapat
membangun pemahaman sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi. Kadang
persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru yang dialami seseorang dapat
dintegrasikan ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diasimilasikan dengan skema yang telah ia punyai. Pengalaman baru itu bisa jadi
tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan ini orang tersebut dapat
membentuk skema baru yang cocok dengan pengalaman yang baru atau memodifikasi
skema yang ada sehingga cocok dengan pengalaman itu. Proses terakhir ini disebut
akomodasi. Sedangkan skema diartikan sebagai struktur kognitif yang dengannya
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya
(Suparno, 1997: 30). Jadi siswa sudah mempunyai skema sebagai akibat dari latihan
atau pengalaman sebelumnya. Dengan latihan atau pengalaman baru yang didapatkan,
siswa akan mengkonstruksi sendiri dengan cara akomodasi atau asimilasi. Apakah
pengetahuan itu tidak dapat ditransfer atau dipindahkan begitu saja? Ya, secara
prinsip para konstruktivis menolak kemungkinan terjadi transfer pengetahuan dari
seseorang kepada orang lain. “Tidak ada kemungkinan mentransfer pengetahuan
karena setiap orang membangun pengetahuannya pada dirinya sendiri. Demikian
pendapat von Glasersfeld dalam Bettencount dalam Suparno (2007:9). Pengetahuan
bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari guru ke siswa. Namun faktanya
justru dari guru, siswa memperoleh pengetahuan .
Menurut Matthews dalam Suparno (1997: 43) bahwa paham konstruktivisme
dibedakan menjadi dua, yaitu konstruktivisme psikologis dan sosiologis.
Konstruktivisme psikologis, bertitik tolak dari perkembangan psikologis anak dalam
membangun pengetahuannya. Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu yang
lebih personal (Piaget) dan yang lebih sosial (Vygotsky).
a) Konstruktivisme Psikologis Personal (Piaget)
Piaget adalah psikolog pertama yang meneliti tentang bagaimana anak-anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dibangun dalam pikiran anak. Karena penelitiannya ini, maka Piaget dikenal sebagai
konstrutivis pertama (Ratna Wilis D., 1989 : 159; Suparno 1997 : 30). Dalam
penelitiannya Piaget mengamati bagaimana seorang anak pelan-pelan membentuk
pengetahuannya sendiri. Anak itu pelan-pelan mulai membentuk skema,
mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget lebih menekankan bagaimana
anak secara sendiri mengkonstruksi pengetahuan dari interaksinya dengan
pengalaman dan objek yang dihadapi. Secara umum Piaget membedakan 4 tahap atau
periode dalam perkembangan kognitif seseorang. Tahapan-tahapan atau periode
tersebut terdapat pada tabel 2.
Tabel 2. 1. Periode-periode Perkembangan Secara Umum
PERIODE PERKEMBANGAN
I Kepandaian Sensori-Motorik (dari lahir – 2 tahun). Bayi mengorganisasikan
skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam dan memukul untuk menghadapi dunia yang muncul di hadapannya.
II Pikiran Pra-Operasional (2 – 7 tahun). Anak-anak belajar berpikir pikiran
mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. Pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.
III Operasi-operasi Berpikir Konkret (7 – 11 tahun). Anak-anak mengembangkan
kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret.
IV Operasi-operasi Berpikir Formal (11 tahun – dewasa). Orang mudah
mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis menurut rancangan yang murni dan hipotetis.
(Crain W., terjemahan Yudi Santoso, 2007 : 171)
Menurut Piaget (Suparno, 2001: 104), urutan tahap atau periode itu mempunyai
beberapa sifat. Sifat tersebut antara lain : (1) urutan perkembangan tahap-tahap itu
tetap, meskipun umur rata-rata terjadinya dapat bervariasi secara individual menurut
tingkat inteligensi atau lingkungan sosial seseorang; (2) struktur keseluruhan itu tidak
dapat saling ditukar; (3) setiap tahap yang lebih maju mempunyai penalaran yang
secara kualitatif berbeda dengan penalaran tahap sebelumnya. Penalaran tahap
berikutnya jauh lebih tinggi daripada yang sebelumnya; (4) setiap kemajuan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tahap baru selalu mengandung perluasan dari struktur yang sebelumnya. Struktur
yang lama itu diubah melalui adaptasi, meskipun formulasi yang sebelumnya tidak
pernah dihancurkan atau dihilangkan. Oleh karena itu, transformasi penalaran yang
baru dari yang sebelumnya merupakan perkembangan. Unsur yang juga penting
dalam memperkembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman.
Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil
kesimpulan dan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikiran. Misalnya,
seseorang anak perlu banyak latihan menggunakan logikanya dalam memecahkan
persoalan biologi. Semakin banyak ia berlatih dalam memecahkan persoalan biologi,
ia akan semakin mengerti dan mengembangkan cara berpikirnya. Pengetahuan
dibentuk dalam proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema pengetahuan
seseorang sebelumnya. Agar proses pembentukan pengetahuan itu berkembang,
pengalaman sangat menentukan. Semakin orang mempunyai banyak pengalaman
mengenai persoalan, lingkungan atau objek yang dihadapi, ia akan semakin
mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. Dengan semakin banyak
pengalaman, skema seseorang akan banyak ditantang dan mungkin dikembangkan.
b). Konstruktivisme Psikologis Sosial (Vygotsky).
Vygotsky juga meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak
secara psikologis. Namun Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan
orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan system yang secara
kultural telah berkembang dengan baik (Cobb dalam Suparno, 2007 : 11). Itulah
sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi dengan para ahli atau tokoh dan
juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang ingin digeluti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tentang bidang tugas yang mereka geluti, pemikiran mereka tentang suatu masalah
tertentu. Dalam interaksi ini, para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan
pengetahuannya sesuai dengan konstruksi para ahli. Siswa juga bisa diajak ke
laboratorium ataupun tempat-tempat lain yang dapat memberi inspirasi bagi siswa.
Menurut Vygotsky pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development). Persisnya, dia mendefinisikan zona ini sebagai : “jarak antara tingkat perkembangan aktual yang
ditentukan oleh pemecahan masalah secara independen dan tingkat perkembangan
potensial yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau dalam kolaborasinya dengan rekan-rekan yang lebih mampu”. (Crain W.,
terjemahan Yudi Santoso 2007: 371). Tingkat perkembangan aktual adalah
kemampuan anak memecahkan masalah secara mandiri sedangkan tingkat
perkembangan potensial adalah kemampuan memecahkan masalah di bawah
bimbingan orang dewasa melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu.
Zona perkembangan proksimal bagaikan secercah cahaya, namun tidak “sekolah
fungsi yang sudah dikuasai” anak bisa berjalan dengan bantuan hari ini, namun akan
sanggup melakukannya sendiri besok (Vygotsky, 1934 dalam Crain W., terjemahan
Yudi Santoso, 2007: 371). Ide penting lain yang diturunkan Vygotsky adalah
scaffolding, yaitu memberikan bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal perkembangan, kemudian bantuan ini dikurangi untuk memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah anak dapat melakukannya. Jika diterapkan dalam proses pembelajaran, ide
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Teori Kognitif
Teori kognitif dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari
kerjasama. Ada beberapa teori kognitif yang berbeda, namun bisa dibagi menjadi dua
kategori utama yaitu teori perkembangan dan teori elaborasi kognitif.
a) Teori Perkembangan
Asumsi dasar dari teori perkembangan adalah bahwa interaksi di antara para
siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka
terhadap konsep kritis (Damon, 1984; Murray, 1982 dalam Slavin, 2005 terjemahan
Nurulita Yusron, 2008: 36). Dalam pandangan Vygotsky (1978) dengan zona
perkembangan proksimalnya, kegiatan kolaboratif di antara anak-anak mendorong
pertumbuhan karena anak-anak usianya sebaya lebih suka bekerja di dalam wilayah
perkembangan paling dekat satu sama lain. Dengan nada serupa, Piaget (1926 dalam
Slavin, 2005 terjemahan Nurulita Yusron, 2008: 37) mengatakan bahwa pengetahuan
tentang perangkat sosial-bahasa, nilai-nilai, peraturan, moralitas, dan sistem simbol
(seperti membaca dan matematika) hanya dapat dipelajari dalam interaksi dengan
orang lain. Selanjutnya masih menurut Piaget (1969 dalam Crain W., terjemahan
Yudi Santoso, 2007 : 371), selama anak merasa didominasi oleh otoritas yang tahu
jawaban “benar”, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk mengapresiasi
perbedaan-perbedaan perspektif. Sebaliknya di dalam diskusi-diskusi kelompok
dengan anak-anak lain, mereka memiliki kesempatan lebih baik untuk menghadapai
sudut pandang yang berbeda sebagai stimulan tentang berpikir mereka sendiri.
b) Teori Elaborasi Kognitif
Penelitian dalam bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam
pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dari materi (Wittock, 1987 dalam Slavin,
2005 terjemahan Nurulita Yusron, 2008 : 38). Salah satu cara elaborasi yang paling
efektif dalam menjelaskan materi yang dipelajari kepada orang lain. Dari sudut
pandang teoritis di atas, menjadi jelas bahwa memang anak-anak akan lebih banyak
belajar dalam kelas kooperatif dibandingkan dengan kelas tradisional.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Arends (1997:7) : “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goal, syntax, environment, and management system”. Istilah model pengajaran mengarah ke suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Selanjutnya menurut Arends, model pembelajaran mempunyai ciri-ciri : (1) rasional
teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana para siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
direncanakan; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model dapat
dilaksanakan, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Menurut Joyce dalam Trianto (2007 : 5) : “Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer,
kurikulum, dan lain-lain”. Sedangkan menurut Soekamto, dalam Nurulwati (2000)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar”. Jadi model pembelajaran merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika
memenuhi kriteria sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas ini dikaitkan dengan dua hal yaitu apakah model yang dikembangkan didasarkan pada
rasional teoritik yang kuat, dan apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika ahli dan praktisi yang berdasar
pengalamannya menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan
kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga,
efektif. Parameter efektivitas model adalah pendapat ahli dan praktisi yang berdasar
pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif dan secara operasional
model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan (Nieveen (1999)
dalam Trianto (2007 : 8)). Sedangkan menurut Khabibah (2006) dalam Trianto (2007:
8) bahwa untuk melihat kelayakan suatu model dalam aspek validitas dibutuhkan ahli
dan praktisi dalam mevalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan
untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran
yang dikembangkan. Jadi di samping memenuhi ciri-ciri tersebut di atas, suatu model
pembelajaran juga harus mendapat legitimasi dari para pakar dan praktisi.
b. Pembelajaran Kooperatif