• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMANFAATAN METODE DEMONSTRASI JUMPUTAN DAN METODE DEMONSTRASI MEMBATIK TERHADAP KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI TK B DHARMA BAKTI I YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMANFAATAN METODE DEMONSTRASI JUMPUTAN DAN METODE DEMONSTRASI MEMBATIK TERHADAP KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI TK B DHARMA BAKTI I YOGYAKARTA."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PEMANFAATAN METODE DEMONSTRASI JUMPUTAN DAN METODE DEMONSTRASI MEMBATIK TERHADAP

KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI TK B DHARMA BAKTI I

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Falkutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Dewi Setyowulan NIM 12105244031

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Success is My Right

Jadi jangan ragu lagi melakukan sesuatu karena kita punya hak untuk sukses maka perjuangkan itu dan yakinlah sukses ada ditangan kita

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tuaku, Bapak Bardi dan Ibu Sulinem, Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta serta

(7)

vii

PENGARUH PEMANFAATAN METODE DEMONSTRASI JUMPUTAN

DAN METODE DEMONSTRASI MEMBATIK TERHADAP KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI

TK B DHARMA BAKTI I

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perbedaan pengaruh pemanfaatan metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik terhadap kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah replication design (pola replikasi) untuk menilai

perbedaan tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta dengan menggunakan metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik terhadap kreativitas. Subyek penelitiana ini adalah anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta yang berjumlah 20 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Data yang di peroleh dianalisis dengan menggunakan uji t-test.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Terdapat perbedaan mean nilai kreativitas posttest pada kelompok metode demontrasi jumputan dengan kelompok metode demonstrasi membatik, dan (2) Terdapat perbedaan pengaruh pemanfaatan metode demonstrasi membatik dibandingan dengan metode demonstrasi jumputan hal ini terbukti pada tingkat perbedaan mean nilai gain tingkat kreativitas antara metode demontrasi jumputan dan metode demontrasi membatik. Metode demonstrasi membatik (Mean = 6,60) lebih efektif dibandingkan metode demontrasi jumputan (Mean = 3,35) untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta.

Kata kunci : Kreativitas, metode demontrasi jumputan, metode demontrasi

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang

berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini Di TK B Dharma

Bakti I Yogyakarta” dengan baik.

Penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tentunya tidak luput dari bimbingan,

arahan, bantuan serta dukungan dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan kali ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan

selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Falkutas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY yang telah

memberikan dukungan dan ijin penelitian.

4. Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar

memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan saran-saran yang membangun

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan dukungan dan pembinaan selama masa studi.

6. Kepala Taman Kanak-kanak dan guru-guru Taman Kanak-kanak Dharma

Bakti I yang telah memberikan ijin penelitian dan dukungannya kepada

penulis.

7. Anak-anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Dharma Bakti I yang telah

suka rela menjadi subjek penelitian ini.

8. Orang tuaku Bapak Bardi dan Ibu Sulinem serta kakak-kakakku yang telah

memberikan dukungan, motivasi dan do’a yang luar biasa kepada penulis

hingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Mas Coco yang sudah sabar mendengarkan keluhanku, selalu memberikan

dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

(9)
(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 9

2. Metode Demonstrasi ... 10

a. Pengertian Metode Demonstrasi ... 10

b. Syarat Pelaksanaan Metode Demonstrasi ... 11

c. Prinsip-Prinsip Metode Demonstrasi ... 15

d. Kelebihan Metode Demonstrasi ... 18

(11)

xii

f. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi ... 21

3. Metode Demonstrasi Jumputan ... 23

4. Metode Demonstrasi Membatik ... 24

B. Pendidikan Anak Usia Dini ... 26

1. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini ... 26

a. Landasan Yuridis ... 27

b. Landasan Filosofi ... 27

2. Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini ... 28

a. Pengertian ... 28

b. Tujuan ... 28

c. Karakteristik Anak Usia Dini ... 29

d. Prinsip-Prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini ... 35

C. Kreativitas ... 37

1. Pengertian Kreativitas ... 37

2. Karakteristik Anak Kreatif ... 39

3. Manfaat Kreativitas ... 43

4. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Anak ... 46

D. Kerangka Berpikir ... 47

E. Pengajuan Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 50

1. Jenis Penelitian ... 50

2. Desain Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52

D. Variabel Penelitian ... 53

E. Prosedur Penelitian ... 54

F. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58

1. Teknik Pengumpulan Data ... 58

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 59

G. Teknik Analisis Data ... 61

(12)

xiii

2. Uji Persyaratan ... 61

3. Uji Hipotesis ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A. Hasil Penelitian ... 64

1. Hasil Analisis Uji Prasyarat ... 75

a. Hasil Uji Normalitas ... 75

b. Hasil Uji Homogenitas ... 76

2. Hasil Analisis Data ... 77

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Berpasangan ... 77

b. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Gain ... 78

C. Pembahasan 1. Tingkat Kreativitas Anak dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Jumputan ... 79

2. Tingkat Kreativitas Anak dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Membatik ... 81

D. Keterbatasan Peneliti ... 83

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 84

B. Implikasi ... 84

C. Saran ... 85

1. Bagi Pihak Sekolah

(13)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN ... 88

(14)

xv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Prosedur Pola Penelitian Eksperimen Replication Design ... 53

Tabel 2. Pedoman Observasi Kreativitas Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik ... 60

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest 1 dan Posttest 2 ... 75

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Posttest 1 dan Posttest 2 ... 76

Tabel 5. Paired Sample t-Test Antara Pretest dan Posttest ... 77

(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Diagram Rancangan Penelitian ... 51

Gambar 2. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Pertama ... 64

Gambar 3. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Kedua ... 66

Gambar 4. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Ketiga ... 68

Gambar 5. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Keempat .. 69

Gambar 6. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Membatik Pertama ... 71

Gambar 7. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Membatik Kedua ... 72

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran ... 88

Lampiran 1. Peragkat Pembelajaran... 89

1.1Data Anak... 90

1.2RKM ... 91

1.3RKH ... 93

1.4Daftar Hadir ... 114

Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen dan Lembar Observasi ... 116

1.1 Pedoman Observasi ... 117

1.2 Rubrik Penilaian Kreativitas... 118

1.3 Lembar Obervasi ... 121

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 123

1.1 Data Demonstrasi Jumputan 1 ... 124

1.2 Data Demonstrasi Jumputan 2 ... 125

1.3 Data Demonstrasi Jumputan 3 ... 126

1.4 Data Demonstrasi Jumputan 4 ... 127

1.5 Data Demonstrasi Membatik 1 ... 128

1.6 Data Demonstrasi Membatik 2 ... 129

1.7 Data Demonstrasi Membatik 3 ... 130

Lampiran 4. Analisis Uji Statistik ... 131

1.1Hasil Analisis Deskriptif ... 132

1.2Hasil Uji Normalitas ... 133

1.3Hasil Uji Homogenitas ... 134

1.4Hasil Uji Beda t-Test ... 135

Lampiran 5. Dokumentasi ... 137

1.1Pelaksanaan Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik ... 138

1.2Hasil Karya ... 141

Lampiran 6. Surat-Surat Penelitian ... 149

1.1Surat Ijin Penelitian dari UNY... 150

(17)

xviii

1.3Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA... 152

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan perlu dimulai sejak dini, terlebih untuk mengejar

ketertinggalan kita memasuki era globalisasi, terutama masalah kualitas

sumber daya manusia. Melalui pendidikan usia dini dapat dibangun pilar-pilar

sumber daya manusia mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari

negara lain. Usia dini merupakan usia awal yang paling penting dan mendasar

sepanjang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada usia ini

memberikan pendidikan sejak dini sangat penting untuk perkembangan

kemampuan anak. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14, Pendidikan Anak Usia Dini adalah

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak TK usia 4-5 tahun termasuk dalam pendidikan anak usia dini

karena usia anak pra sekolah yang masih harus mendapatkan rangsangan

pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut. Rasyid, dkk (2009: 1) menyatakan bahwa

perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan usia emas yang

sangat memiliki makna bagi kehidupan mereka kelak, bila usia emas tersebut

(19)

2

usia dini harus dipantau secara terus menerus sehingga akan cepat diketahui

kematangan dan kesiapannya, baik yang menyangkut perkembangan

kemampuan dasar seperti kognitif, bahasa, dan motorik maupun

perkembangan kemampuan lainnya yangakan membentuk karakter mereka

kelak.

Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (mengidentifikasi dan

membina) serta memupuk (mengembangkan dan meningkatkan)

potensi-potensi pada diri anak, maka dari itu pendidikan merupakan cermin suksesnya

suatu bangsa. Kesuksesan dalam suatu bangsa dapat ditandai dengan

peningkatan mutu pendidikan. Perbaikan mutu dalam pendidikan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan pembangunan bangsa,

karena sumber daya manusia adalah salah satu faktor penting dalam perbaikan

kondisi dan situasi bangsa. Aspek penting dalam proses pembelajaran adalah

mencapai sebuah tujuan dengan peran aktif atau partisipasi antara guru dan

anak. Partisipasi antara keduanya ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian

sebuah tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

Guru harus menguasai bahan dan materi pelajaran, mengetahui cara

pengelolaan kelas yang efektif dan menyampaikan dengan baik sesuai dengan

perkembangan anak serta karakteristik anak. Seorang guru harus terampil dan

kreatif dalam penyajian materi sehingga anak dapat belajar dengan suasana

yang menyenangkan dan menarik. Penerapan metode yang kurang tepat dapat

menimbulkan kebosanan, sulit dipahami, kemandirian anak dalam

(20)

3

pembelajaran menjadi monoton sehingga anak kurang termotivasi untuk

belajar.

Peran pendidik sebenarnya sangat dibutuhkan dalam upaya

mengembangkan potensi anak. Upaya pengembangan tersebut melalui

kegiatan bermain sambil belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian

anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan,

mengekspresikan perasaan dan berkreasi. Masing-masing anak mempunyai

modal kreativitas dalam dirinya, guru hanya perlu menyediakan sarana dan

prasarana untuk menyalurkan seluruh potensi anak tersebut. Rangsangan dapat

diberikan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi

kreatif. Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar,

membentuk maupun membuat dengan caranya sendiri. Munculkan daya

kreatifitas anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Ketika

anak mengembangkan keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat

menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan

masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu.

Perkembangan kreativitas anak bisa dirangsang melalui jalan yang

dapat menarik minat anak tersebut secara sukarela, berangkat dari hatinya

yang paling tulus. Jadi jalan yang paling mudah adalah melalui kegiatan yang

digemari dan menjadi kehidupan anak-anak pada saat itu yaitu bermain.

Pengembangan kreatifitas melalui kegiatan bermain haruslah diarahkan untuk

merangsang kemampuan anak agar dapat membuat kombinasi baru, sebagai

(21)

4

agar anak berfikir. Dalam pencapaian tujuan pendidikan TK, salah satu yang

harus dikembangkan adalah kreatifitas, kreativitas ini dapat dikembangkan

melalui kegiatan yang menyenangkan. Guru harus memberi kesempatan pada

anak untuk menemukan sendiri apa yang mereka lakukan.

Berdasarkan pengamatan peneliti di TK B Dharma Bakti I Yogyakarta

pada tanggal 3-7 November 2015 adalah kurangnya sarana dan prasarana

untuk mendukung kreativitas anak, ini tampak pada beberapa kegiatan dan

alat main anak yang tidak ada pembaharuan sehingga kurang menarik untuk

dimainkan contohnya dalam kegiatan belajar dengan painting finger guru

menggunakan satu warna, dalam kegiatan bermain plastisin yang digunakan

adalah plastisin lama atau bekas sehingga susah dibentuk dan warna sudah

tidak menarik, beberapa alat mainan di kelas karena terlihat kusam warnanya

dan berdebu sehingga jarang anak yang memainkan alat permainan tersebut.

Rendahnya kreativitas anak dapat dilihat pada saat guru memberikan

penugasan anak masih banyak yang mencontoh pekerjaan temannya.

Disamping itu pemberdayaan potensi guru dalam mengajar masih kurang

dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan pembelajaran, ini tampak dari

kegiatan harian setiap harinya hampir sama karena guru terlihat banyak

urusan sehingga dalam rencana kegiatan harian membuat yang simple. Sarana

dan prasarna yang dimiliki oleh TK B Dharma Bakti I Yogyakarta belum

lengkap namun penggunaannya juga belum maksimal. Alat-alat atau bahan

yang ada disekitar TK sebenarnya dapat digunakan untuk mendukung

(22)

5

Metode demonstrasi yang digunakan guru kurang memperhatikan

prinsip-prinsipnya yaitu prinsip memusatkan perhatian anak sehingga dalam

menjalankan penugasan anak kurang mandiri dan selalu mencontoh karya

guru tidak ada ketertarikan dalam berkreatifitas dan setiap ditanya kenapa

membuat karyanya sama seperti yang dicontohkan kebanyakan dari anak

menjawab karena tidak bisa. Metode demontrasi yang digunakan pada

kegiatan balajar dimaksudkan untuk mencoba melatih kembali kreativitas

anak. Peneliti dan guru mengambil inisiatif untuk mendemonstrasikan secara

langsung kegiatan membatik dan jumputan dengan langkah-langkah

pembuatannya. Jumputan menggunakan bermacam warna serta bahan dan

alat yang aman untuk anak usia dini yaitu menggunakan tisu, pewarna

makanan dan menggunakan kuas, sedangkan membatik menggunakan tisu,

pewarna makanan dan menggunakan cotton bud. Metode demontrasi yang

digunakan tidak hanya mengajarkan anak untuk mencontoh/meniru yang

berarti kreativitas atau kebebasan berekspresi bagi anak tidak dapat

tersalurkan. Pengembangkan kreativitas anak perlu ditumbuhkembangkan

kebebasan, keberanian, spontanitas, orisionalitas pada diri anak tersebut.

Mungkinkah melalui pengunaan metode demonstrasi membatik dan

metode demonstrasi jumputan dapat meningkatkan kreativitas anak. Jadi

penulis tertarik melakukan penelitian eksperimen tentang “Pengaruh

Pemanfaatan Metode Demonstrasi Membatik Jumputan dan Metode

Demontrasi Membatik Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini di TK Kelompok

(23)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat beberapa permasalahan yang

masih terjadi pada kegiatan belajar diTK Kelompok B Dharma Bakti I

Yogyakarta, diantaranya:

1. Kurangnya sarana dan prasarana dalam mengajar

2. Masih ditemukan anak yang kurang kreatif

3. Pemberdayaan potensi guru yang kurang dalam membuat rancangan

kegiatan harian

4. Metode demontrasi yang digunakan guru kurang memperhatikan

prinsip-prinsipnya yaitu prinsip memusatkan perhatian anak saat demonstrasi

berjalan.

C. Batasan Masalah

Permasalahan yang teridentifikasi di atas, penelitian ini dibatasi pada

pada perlakuan dengan mengimplementasikan metode demontasi jumputan

dan metode demontasi membatik terhadap kreativitas anak dengan upaya

meminimalisir permasalahan no (2) pada identifikasi masalah di atas.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan

pengaruh metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik

terhadap tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I

(24)

7

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini,

maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui tingkat

perbedaan tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti

I Yogyakarta dengan menggunakan metode demonstrasi jumputan dan

metode demonstrasi membatik.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Guru TK

Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh guru

sebagai alternatif dalam proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan

kreativitas anak.

2. Bagi Anak Usia Dini

a. Meningkatkan motivasi dan semangat dalam belajar.

b. Meningkatkan kreativitas.

3. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti

dalam menerapkan metode demontrasi jumputan dan metode demontrasi

membatik.

b. Sebagai wahana pelatihan untuk menambah pengetahuan dan

kemampuan peneliti mewujudkan suatu karya ilmiah.

(25)

8

a. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di

bidang pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di Taman

Kanak-kanak

b. Secara teoritis, penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pengembangan

(26)

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk

mengimplentasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dalam kata lainmetode

sebagai alat untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan

demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran

yang sangat penting.

Menurut Sanjaya (2006: 145-158) ada beberapa macam metode

pembelajaran yang sering digunakan dalam pelajaran, antara lain: (1)

Metode Ceramah yaitu cara penyajian pembelajarannya melalui penuturan

secara lisan atau penjelasan langsung kepada anak, (2) Metode

demonstrasi yaitu cara penyajian pelajaran dengan memperagaakan dan

mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda

tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan, (3) Metode diskusi

yaitu cara penyajian pelajaran dengan menghadapkan anak pada suatu

masalah. Menurut Killen (1998) yang dikutip oleh Sanjaya (2006: 152),

tujuan utama dalam metode ini adalah untuk memecahkan suatu

permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami

pengetahuan anak, serta untuk membuat keputusan, (4) Metode simulasi

(27)

seakan-10

akan, sehingga dapat diartikan juga cara penyajian pengalaman belajar

dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,

prinsip, atau ketrampilan tertentu. Pemanfaatkan metode demonstrasi

dalam kegiatan membatik jumputan dan membatik, karena metode

demonstrasi dirasa paling efektif digunakan pada kegiatan praktek seperti

yang sudah dijelaskan oleh Sanjaya (2006: 150), maka dapat disimpulkan

bahwa metode demontrasi berarti menunjukan, memperagakan,

menjelaskan langkah-langkah suatu pelaksanaan membatik.

2. Metode Demontrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Menurut Syah (2002: 208), metode demonstrasi adalah

metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan

dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun

melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok

bahasan atau materi yang sedang disajikan. Menurut Djamarah (2006:

102), metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk

memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang

berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Syah (2007: 152),

metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian

pelajaran dengan cara meragakan bagaimana membuat,

mempergunakan serta mempraktekan suatu benda atau alat baik asli

(28)

11

tindakan yang mana dalam meragakan disertai dengan penjelasan

lisan.

Metode demonstrasi merupakan cara penyajian pelajaran

dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa tentang

suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya ataupun

tiruan. Sebagai metode penyajian, metode demonstrasi tidak terlepas

dari penjelasan secara oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi

peran anak hanya sekedar memperhatikan akan tetapi demonstrasi

dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Manfaat psikologis

dari metode demonstrasi adalah (Syah, 2002: 209) :

1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang

dipelajari.

3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat

dalam diri siswa.

b. Syarat Pelaksanaan Metode Demonstrasi

Menurut Djajadisastra (2001: 96), agar metode demonstrasi

dapat dilaksanakan secara maksimal maka perlu diperhatikan

beberapa syarat sebagai berikut:

1) Menetapkan tujuan demonstrasi

Dalam melakukan penetapan tujuan demonstrasi harus dilakukan

agar tidak terjadi pemborosan waktu, materi, dan tenaga. Selain

itu, dapat digunakan untuk mengetahui output apa yang

diharapkan akan dimiliki murid setelah demonstrasi dilaksanakan.

(29)

12

2) Guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya

Persiapan yang matang dalam mendemonstrasikan sesuatu

akan menghasilkan pemahaman yang sempurna. Sebelum guru

melakukan atau mendemonstrasikan sesuatu, ia harus

mempelajari teorinya dan berlatih mempraktekkannya terlebih

dahulu. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kesalahan pada

saat melaksanakan demonstrasi. Jadi, guru harus mempersiapkan

diri baik secara teoritis maupun praktis. Misalkan saja, seorang

guru harus membongkar dan memasangkan kembali suatu alat

peraga. Untuk itu, guru harus benar-benar memahami seluk beluk

dari alat tersebut.

3) Mempersiapkan alat-alat peraga yang akan digunakan

Alat-alat peraga adalah salah satu faktor penting yang perlu

dipersiapkan supaya tidak mengganggu ketertiban maupun

sistematika penyajian materi dan praktek pada waktu

demonstrasi.

4) Mempersiapkan tempat pelaksanaan demonstrasi

Tempat pelaksanaan demonstrasi adalah salah satu faktor

penting yang harus dipersiapkan dengan memperhitungkan

bagaimana murid mengikuti jalannya demonstrasi dan kondisi

ruang kelas yang dapat mendukung jalannya demonstrasi. Hal

(30)

13

dalam mengikuti jalannya demonstrasi sehingga materi yang

disampaikan benar-benar dipahami murid.

5) Memperhatikan jatah waktu yang tersedia

Managemen waktu dalam proses demonstrasi menjadi salah

satu hal yang penting. Demi keberhasilan tujuan dari demonstrasi,

guru harus dapat membagi waktu yang disediakan untuk

penjelasan teoritis, menjelaskan obyek yang didemonstrasikan,

dan menarik kesimpulan atau inti/prinsip-prinsip dari hal-hal yang

telah dipertunjukkan. Dalam pembagian waktu harus

memperhatikan jenis kegiatan atau obyek yang akan

didemonstrasikan. Waktu yang diberikan untuk demonstrasi harus

yang terbanyak karena pada metode demonstrasi memang

dimaksudkan agar murid-murid memperoleh kesempatan untuk

belajar langsung dari pengamatan langsung terhadap obyeknya

sehingga murid-murid dapat melakukan pengamatan dengan

cermat, teliti, dan dilakukan berkali-kali serta benar-benar

memahami prinsip-prinsip dari obyek yang didemonstrasikan.

6) Fokus pada satu hal/obyek

Fokus adalah salah satu faktor yang penting untuk

tercapainya tujuan dari suatu demonstrasi. Hal ini bertujuan agar

tidak mengacaukan tanggapan murid-murid mengenai benda yang

diamatinya. Demonstrasi diadakan guna memperjelas sesuatu

(31)

14

7) Memberikan kesempatan pada murid untuk melakukan

demonstrasi

Demonstrasi tidak selalu dilakukan oleh guru tetapi guru

mencoba memberikan kesempata pada siswa yag ingin melakukan

demonstrasi. Demonstrasi ini akan lebih baik apabila murid

melakukan demonstrasi sendiri meskipun tidak semua hal yang

didemonstrasikan dapat dilakukan oleh murid.

8) Memberikan kesempatan bertanya kepada murid

Pemberian kesempatan bertanya pada siswa setelah guru

melakukan demonstrasi adalah suatu hal yang penting karena

untuk membangun pembelajaran yang interaktif. Pada waktu guru

mendemonstrasikan suatu obyek, murid harus betul-betul

memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh guru. Tetapi itu tidak

berarti bahwa murid-murid harus diam saja dan hanya menerima

informasi dari guru. Murid hendakanya diajak atau dipancing

serta dirangsang untuk menanyakan apa yang kurang dimengerti

dan yang kurang dipahami sehingga mereka puas dan memahami

apa yang mereka amati.

9) Guru tidak boleh malas dalam melakukan demonstrasi

Sifat malas merupakan suatu penghalang bagi kesuksesan

guru dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus mampu

(32)

15

c. Prinsip-Prinsip Metode Demonstrasi

Untuk melaksanakan metode demonstrasi dengan benar, kita

perlu memperhatikan prinsip-prinsip pelaksaannya. Menurut Hamalik

(1989: 148), demonstrasi akan lebih efektif bila dilaksanakan

mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Setiap langkah demonstrasi harus bisa dilihat dengan jelas oleh

murid.

Agar siswa mengetahui bagaimana suatu proses itu

dilakukan, maka guru harus memastikan bahwa semua siswa dapat

mengikuti setiap langkah proses demonstrasi dengan jelas. Hal ini

dimaksudkan agar siswa satu dengan siswa yang lain memiliki

pengetahuan yang secara umum sama mengenai cara kerjanya,

tanpa ada yang tertinggal sehingga guru tidak perlu mengulangi

langkah-langkah yang telah dilakukan.

2) Semua penjelasan secara lisan hendaknya dapat didengar dengan

jelas oleh semua murid.

Sedapat mungkin guru harus mengusahakan agar suaranya

dapat didengar oleh seluruh siswa. Oleh sebab itu, guru harus

mampu memilih cara yang tepat agar murid-muridnya dapat

menerima penjelasannya dengan baik dan jelas. Dengan demikian

tidak akan terjadi kesalahpahaman terhadap materi yang

(33)

16

3) Anak-anak (murid) harus tahu apa yang sedang mereka amati.

Demonstrasi dilakukan untuk memberi pemahaman yang

lebih jelas pada siswa. Untuk itu mereka harus mengetahui apa

yang sedang mereka amati dalam proses demonstrasi, sehingga

murid benar-benar mengerti apa yang sedang didemonstrasikan

dan bagaimana proses demonstrasi itu berjalan.

4) Demonstrasi harus direncanakan dengan teliti.

Tugas guru adalah melakukan demonstrasi di depan

murid-muridnya. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman

mengenai proses demonstrasi, guru harus mengerjakan

demonstrasi dengan teliti dan hati-hati.

5) Guru sebagai demonstrator harus mengerjakan tugasnya dengan

lancar dan efektif.

Sebagai demonstrator berarti seorang guru telah menguasai

proses demonstrasi secara menyeluruh. Untuk itu sebisa mungkin

gurulah yang mengontrol proses demonstrasi agar dapat berjalan

lancar sehingga siswa pun dapat belajar secara efektif melalui

demonstrasi tersebut.

6) Demonstrasi dilaksanakan pada waktu yang tepat.

Untuk melaksanakan demonstrasi, guru perlu

memperhitungkan atau menentukan waktu yang tepat agar

(34)

17

Guru dan siswa memiliki kesempatan yang luas untuk

melaksanakan demonstrasi tanpa terdesak oleh sesuatu hal.

7) Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk melatih apa yang

telah mereka amati.

Demonstrasi dilaksanakan untuk membantu siswa dalam

memahami suatu materi tertentu dan akan lebih baik jika siswa

dapat mengalaminya sendiri. Untuk itu berilah kesempatan

kepada siswa untuk melatih apa yang telah mereka amati dengan

kemampuan yang mereka miliki.

8) Sebelum demonstrasi dimulai, hendaknya semua alat telah

tersedia.

Agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam

menggunakan alat, maka guru harus siap menyediakan

alat-alat yang akan digunakan untuk demonstrasi.

9) Sebaiknya demonstrasi disertai dengan ringkasannya di papan

tulis.

Agar siswa tidak mengalami kebingungan dalam menulis

hasil demonstrasi atau kesimpulan, maka sebaiknya guru menulis

secara ringkas hasil atau kesimpulannya di papan tulis sehingga

seluruh siswa dapat melihat dan mencatat.

10)Jangan melupakan tujuan pokok.

Pelaksanaan demonstrasi memiliki tujuan yang akan

(35)

18

tujuan pokok merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan

guru dan menjadi hal utama dalam pelaksanaan demonstrasi.

11)Jika diperkirakan demonstrasi itu sulit supaya sebelumnya dicoba

terlebih dulu.

Kesalahan dapat terjadi saat melakukan demonstrasi.

Untuk menghindarinya, guru mencoba terlebih dahulu sebelum

demonstrasi dilakukan di kelas sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman terhadap pemahaman siswa.

12)Perlu ada laporan hasil demonstrasi.

Untuk mengetahui kebenaran hasil demonstrasi, maka

perlu ada laporan pelaksanaannya. Hal tersebut dimaksudkan agar

guru tahu sejauh mana keberhasilan demonstrasi itu.

d. Kelebihan Metode Demonstrasi

Adapun kelebihan dalam penggunaan metode demonstrasi

adalah sebagai berikut:

1) Merupakan cara yang ilmiah sesuai dengan proses perkembangan

jiwa anak.

Pemahaman mengenai materi pelajaran akan lebih jelas

dan mudah dipahami (secara konkret) daripada hanya diterangkan

secara lisan saja (abstrak)

2) Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan hasrat untuk ingin

(36)

19

Dengan mengamati sendiri obyek yang didemonstrasikan,

akan timbul keinginan untuk mengetahui lebih dalam dan

terperinci mengenai obyek yang dilihatnya. Hal ini secara tidak

langsung berarti telah mengembangakan sikap ilmiah dan rasa

ingin tahu siswa.

3) Murid dididik untuk mengamati sesuatu dengan sikap yang kritis.

Pada saat mengikuti demonstrasi, murid dididik untuk mau

mengamati sesuatu dengan penuh perhatian pada obyek. Tentunya

agar dapat memahami dengan baik obyek yang diamati. Untuk itu

diperlukan konsentrasi dari seluruh pikiran, perasaan, dan

kemauan dari murid.

4) Murid mengetahui dengan tepat bagaimana hubungan struktural

atau urutan susunan suatu obyek.

Ketika guru mempertunjukkan suatu proses, langkah demi

langkah guru melakukan proses tersebut. Setelah murid

memperhatikan langkah-langkahnya, murid dapat melakukan

proses tersebut karena telah memahami urutan dan susunannya.

5) Murid mengetahui dengan tepat bagaimana keadaan perbandingan

suatu obyek.

Misalnya ketika guru atau murid di bawah pengawasan

guru mendemontrasikan bahwa satu kilogram sama dengan dua

(37)

20

6) Murid dapat melakukan dengan segera dan tepat, suatu kecakapan

yang memerlukan keterampilan motoris.

Misalnya setelah guru mendemontrasikan bagaimana

caranya menyugu kayu segera setelah demontrasi itu dilakukan

murid sendiri dapat melakukan dengan baik dan tepat. Demikian

pula pada pelajaran memotong pakaian, pada pelajaran memasak

murid-murid dapat sendiri melakukan pekerjaan yang baru saja

mereka lihat.

7) Perhatian murid dapat dipusatkan pada pokok bahasan yang

dianggap penting oleh guru dapat diartikan seperlunya.

Misalnya dengan melihat sendiri bahwa satu kilogram besi

sama beratnya dengan satu kilogram beras walaupun kalau dilihat

besarnya bungkusan lebih besar sebungkus beras dari satu

kilogram dari pada sebungkus besi yang juga satu kilogram

beratnya. Dari letak keadaan timbangan murid-muid percaya

bahwa kedua benda kedua benda tadi benar-benar sama beratnya.

e. Kelemahan Metode Demonstrasi

Adapun kelemahan dalam pelaksanaan metode demonstrasi

adalah sebagai berikut:

1) Demontrasi menjadi tidak efektif bila tidak semua murid dapat

ikut serta, misalnya alat terlalu kecil sedangkan jumlah murid

(38)

21

2) Perkembangan berfikir murid menjadi tertahan sehingga menetap

pada taraf berfikir konkrit saja.

3) Mengamati sesuatu dengan cermat menggunakan seluruh alat

indera bukan pekerjaan yang mudah bagi murid, sehingga sering

terjadi kekeliruan tanggapan dan pengertian mengenai obyek yang

diamati.

4) Tidak semua hal yang didemonstrasikan guru dapat diualang

berkali-kali.

5) Jumlah murid yang terlalu besar menimbulkan kesulitan dalam

mengatur tempat duduk.

6) Tidak semua obyek dapat digambarkan dengan mudah sehingga

dapat menimbulkan kesalahpahaman.

7) Bila tidak dilanjutkan dengan eksperimen ada kernungkinan

murid. menjadi lupa, dan pelajaran tidak akan berarti karena tidak

menjadikan pengalaman bagi murid.

f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode

demonstrasi menurut Sanjana (2006: 151) sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa yang harus dilakukan:

a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh anak setelah

(39)

22

b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang

akan di lakukan.

c) Melakukan uji coba demonstrasi meliputi segala peralatan

yang diperlukan.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Langkah pembukaan

Sebelum melakukan demonstrasi ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, diantaranya:

i. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua

anak dapat memerhatikan dengan jelas apa yang

dideonstrasikan oleh guru.

ii. Mengemukaan tujuan apa yang harus dicapai oleh anak.

iii. Mengemukakan tugas apa yang harus dilakukan oleh

anak, seperti

b) Langkah pelaksanaan demonstrasi

i. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang

merangsang anak untuk berpikir, msalnya melalui

pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga

mendorong anak tertarik memerhatikan demonstrasi.

ii. Menciptakan suasana yang menyejukan dengan

menghindari suasana menengangkan.

iii. Menyakinkan bahwa semua anak mengikuti jalannya

(40)

23

iv. Memberikan kesempatan anak untuk memikirkan atau

berimajinasi sesuai dengan apa yang dilihat dari prose

demonstrasi.

c) Langkah terakhir demonstrasi

Pemberikan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan

demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.

Misalnya perlu diyakinkan apakah anak memahami proses

demonstrasi itu atau tidak. Serta itu guru melakukan evaluasi

bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk

perbaikan selanjutnya.

3. Metode Demontrasi Jumputan

Menurut Dwi Handoyo (2008: 19) nama jumputan berasal dari kata

“jumput”. Kata ini mempunyai pengertian berhubungan dengan cara

pembuatan kain yang dicomot (ditarik) atau dijumput (bahasa Jawa).

Jumputan merupakan cara memberi motif pada kain putih dengan teknik

celupan. Dasar pembuatan motifnya adalah adanya bagian-bagian yang

tertutup sehingga pada proses pencelupan bagian tersebut tidak terkena

cairan warna. Cara menutup bagian itu adalah mengikat erat-erat sehingga

rembesan warna celupan tertahan oleh ikatan tersebut.

Jadi pada penelitian ini metode demonstrasi jumputan merupakan

batik yang dikerjakan dengan cara penjumputan pada kain lalu diikat dan

pemberian pewarnaan. Kombinasi dalam pengikatan akan menghasilakan

(41)

24

a. Alat dan bahan:

1) Tisu (Tisu dapur)

2) Air

3) Pewarna makanan

4) Karet gelang atau tali rafiah

5) Kuas

6) Agua gelas

b. Cara pembuatannya:

1) Siapkan selembar tisu.

2) Pewarna makanan dan air di campur dan diaduk rata.

3) Cubit bagian pada tisu.

4) Ikat menggunakan karet gelang pada bagian yang inginkan.

5) Kuaskan pewarna makanan yang sudah dicampur dengan air pada

bagian-bagian tisu yang diinginkan (sesuai dengan kreativitas

anak) dan tunggu hingga sedikit mengering.

6) Buka ikatan karet gelang dan buka lembaran tisu tersebut.

7) Selanjutnya jemur agar cepat mengering.

4. Metode Demontrasi Membatik

Menurut Musman dan Arini (2011: iii) yang menyatakan, batik

merupakan rangkaian kata “mbat” dan “tik”. “Mbat” dalam bahasa Jawa

diartikan sebagai “ngembat” atau melempar tali-tali, sedangkan “tik”

berasal dari kata titik. Jadi membatik memiliki arti melempar

(42)

bentuk-25

bentuk titik-titik tersebut berhimpitan menjadi bentuk garis. Menurut

Anita Chairul (2013: 83), batik adalah sehelai kain yang dibuat secara

tradisional yang di dalamnya terkandung doa, harapan tuntunan, dan

tatanan dalam kehidupan manusia. Hamzuri (1994: VI), menegaskan

kembali bahwa batik adalah lukisan atau gambar pada mori (kain

berkolin) yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting atau

kuas, membatik menghasilkan barang batikan berupa macam-macam

motif dan mempunyai sifat-sifat khusus dengan melalui proses pelilinan,

pewarnaan, pelorodan (menghilangkan lilin).

Pada penelitian ini membatik adalah teknik membatik yang

dilakukan dengan cara di tutul-tutul (titik-titik) serta menggunakan sedikit

penekanan agar pewarna menyerap sampai ke tisu. Prosedur membatik

sebagai berikut:

2) Lipat tisu sesuai kreativitas anak.

3) Membuat desain dengan mentutul-tutulkan cotton bud yang sudah

(43)

26

yang sesuai dengan kreativitas anak (dengan sedikit penekanan

agar warnanya meresap ke dalam tisu).

4) Lakukan teknik tutul-tutul pada sebaliknya dari permukaan yang

sudah ditutul-tutul.

5) Buka lipatan tisu

6) Selanjutnya jemur agar cepat mengering.

B. Pendidikan Anak Usia Dini

1. Landasan pendidikan Anak Usia Dini

a. Landasan Yuridis

1) Amademen UUD dalam pembukaan alinea ke 4 menyatakan bahwa

salah satu tujuan kemerdekaan adalah

“ . . . mencerdaskan hidupan bangsa” dan pada pasal 28 B ayat 2

yang menyatakan “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi”.

2) UU No. 23 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang Perlindungan Anak.

“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasaannya sesuai minat dan bakatnya”.

3) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikn Nasional, bab 1,

pasal 1, butir 14, yang menegaskan:

“Pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

(44)

27

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut”.

Pernyataan dari UU No. 20 Tahun 2003 diperkuat oleh pasal lain,

yaitu pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini yang

menegaskan:

“(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum

jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, (4) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan anak dini usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan

yang diselenggarakan oleh lingkungan”.

b. Landasan Filosofis

Menurut Suyadi (2010: 10) dalam buku Psikologi Belajar

PAUD menyatakan bahwa:

“Anak sebagai makhluk individu dan sosial, sangat berhak untuk

mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, dengan pendidikan yang diberikan, diharapkan anak dapat tumbuh cerdas sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga kelak menjadi anak bangsa yang memiliki SDM yang

berkualitas”.

Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah Pancasila yang

didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika tersebut, diharapkan

bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan

(45)

tolong-28

menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai

bangsa yang bermartabat.

2. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini

a. Pengertian

Menurut Suyadi (2010: 12) menyatakan bahwa Pendidikan

Anak Usia Dini adalah serangkaian upaya sistematis dan

terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak

memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

anak usia dini adalah salah satu penyelenggaraan pendidikan bagi

anak usia 0-6 tahun yang memfokuskan pada proses pertumbuhan

dan perkembangan anak.

b. Tujuan

Tujuan dari pendidikan anak usia dini secara umum adalah

mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai

persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Menurut Sujiono (2009: 43) tujuan pendidikan

anak usia dini adalah sebagi berikut:

1) Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak

(46)

29

perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di

dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan

di masa dewasa.

2) Untuk membantu menyiapkan anak menyiapkan anak

mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

3) Intervensi dini dengan memberikan rangsangan, sehingga dapat

menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden

potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan

bakat).

4) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya

gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan

potensi-potensi yang dimiliki anak.

c. Karakteristik Anak Usia Dini

Karakteristik anak usia dini berbeda dengan karakteristik

orang dewasa karena anak usia dini memiliki karakteristik yang

khas seperti yang dikemukakan oleh Richard D. Kellough dalam

Hartanti (2005: 8) sebagai berikut:

1) Anak bersifat egosentris

Pada umumnya anak usia dini melihat dan memahami sesuatu

dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri, bukan sudut

pandang orang lain. Hal ini dapat diperhatikan dari perilaku

(47)

30

keinginannya tidak dipenuhi. Untuk mengurangi egosentris

hendaknya anak diajarkan untuk mendengarkan orang lain

2) Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar

Menurut persepsi anak, dunia dipenuhi dengan hal-hal yang

menarik dan menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa

keingintahuan anak yang tinggi. Rasa keingintahuan anak

sangat bervariasi sesuai dengan apa yang menarik perhatian

anak. seperti contohnya anak yang sering membongkar pasang

segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga

sering bertanya meski dalam bahasa yang masih sederhana.

3) Anak adalah makhluk sosial

Anak usia dini senang bermain dengan teman sebayanya.

Mereka senang bekerja sama dalam membuat rencana dan

menyelesaikan pekerjaannya. Anak membangun konsep diri

melalui interaksi sosial di sekolah. Anak juga belajar

bersosialisasi dan belajar untuk dapat diterima di

lingkungannya.

4) Anak bersifat unik

Anak adalah individu yang unik dimana masing-masing

memiliki bawaan, minat, kapasitas, dan latar belakang

kehidupan yang berbeda-beda.

(48)

31

Anak dalam bercerita melibihi pengalaman-pengalaman

aktualnya dan bertanya tentang hal-hal gaib. Hal ini

disebabkan imajinasi anak berkembang melibihi apa yang

dilihatnya. Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar robot,

maka imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan

dan bertempur dan sebagainya.

6) Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek

Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu

kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Anak selalu cepat

mengalihkan perhatian paa kegiatan lain yang lebih

menyenangkan dan tidak membosankan.

7) Anak merupakan masa belajar yang paling potensial

Anak usia dini merupakan masa peka bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak, oleh karena itu pada masa ini anak sangat

membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya.

Masa pada anak usia dini sering disebut dengan istilah golden

age atau usia emas.

Menurut Steinberg (1995), Hughes (1995) dan Piaget (1966)

yang dikutip oleh Waluyo Adi (2002: 29-32) menyebutkan ciri-ciri

perkembangan anak usia dini meliputi fisik, emosi dan sosial serta

kemampuan mental sebagai berikut:

1. Ciri-ciri anak usia empat tahun

a. Ciri-ciri phisik/fisik

(49)

32

2) Tidak mengetahui kiri kanan.

3) Menunjukan peningkatan yang jelas dalam menggunakan

alat manipulatif dan konstruktif.

4) Mulai membuat desain dan bentuk-bentuk huruf dalam

lukisannya.

5) Bereksperimen dengan jari, tangan dan lengan.

6) Memungut benda dengan tangan yang bukan dominan dan

memindahkan ke lengan yang dominan.

7) Dapat menyanyikan lagu yang sederhana.

8) Lari berjingkat dengan kaki satu.

9) Berdiri diatas satu kaki selama 4-8 detik.

10)Dapat mengikat tali sepatu.

b. Ciri-ciri emosional dan sosial

1) Sangat antusias.

2) Lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang

dipilihnya sendiri.

3) Menyukai menggunakan baju orang tua atau kostum alin.

4) Tidak menyukai bila dipegang tangannya.

5) Penyesuaian diri dengan sekolah kurang baik, tergantung

persiapan dari rumah.

6) Ada kecenderungan berlari lepas di lapangan sekolahan.

7) Ada keinginan untuk membawa pulang barang-barang

milik sekolah.

8) Menyukai hasil pekerjaannya dan ingin membawa pulang.

c. Ciri-ciri mental

1) Imajinas aktif dan berpindah-pindah sewaktu melukis.

2) Makin meningkat kemampuan menerangkan

gamabr-gambar.

3) Minat tinggi untuk dramatisasi.

4) Membuat lagu sambil bermain.

5) Dapat diajk berdiskusi.

6) Banyak mengajukan pertanyaan kenapa.

7) Menggambar orang dalam dua bagian kepala dan kaki,

kepala dan mata.

8) Menyukai warna hijau dan merah.

2. Ciri-ciri anak usia lima tahun

a. Ciri-ciri phisik/fisik

1) Gerakannya lebih tangkas, berjalan dan melagkah lebih

tegap.

2) Memungut alat tulis dengan tangan yang dominan.

3) Dapat menulis nama sendiri.

4) Menulis bilangan dan huruf dengan ukuran besar.

5) Berdiri dengan satu kaki selama lebih dari 8 detik.

6) Melepas dan menggunakan baju tanpa bantuan.

7) Lari berjingkat dengan dua kai bergantian.

(50)

33

9) Mampu bernyanyi dengan suara yang jelas.

10)Menulis lambang bilangan dengan bolak-balik.

11)Dapat mengikat sepatunya.

b. Ciri-ciri emosional dan sosial

1) Senang di dekat rumh ibu.

2) Ingin diberitahu tentang apa yang dikerjakan, ingin disuruh,

penurut, suka membantu, dan berulang-ulang minta izin.

3) Senang pergi ke sekolah, tetapi ingin mendapat kepastian

dan kepercayaan bahwa bila datang di sekolah ibunya sudah di rumah.

4) Kelihatan gembira pergi dan pulang dari sekolah.

5) Kadang-kadang malu dan sukar bicara.

6) Semua “mudah” meskipun belum dicoba.

7) Menyukai pakaian orang dewasa.

8) Bermain dengan kelompok dua sampai lima orang teman.

9) Persahabatan makin erat.

10)Bekerja terpacu oleh kopetisi dengan yang lain.

11)Berminat dalam karya wisata.

12)Sering merasa kurang dalam menggambarkan suatu keadan.

13)Berkeinginan membawa pulang pekerjaan yang ia hasilkan.

c. Ciri-ciri mental

1) Ia siap untuk bekerja kelompokdan tantangan inteleknya.

2) Dapat menghitung sampai dua puluh, tahu bagian-bagian

huruf.

3) Mulai sadar dengan kata-kata baru.

4) Ia pendengar yang baik dan dapat mendengar instruksi.

5) Mudah terganggu konsentrasinya.

6) Menggambar orang dengan bagian-bagian tubuh, kaki,

tagan, badan, kepala, mata dan telinga.

7) Dapat mencontoh segitga, segiempat dan garis silang.

8) Mengetahui wara dan dapat menyebutkan nama warna.

9) Menyukai menggunting, menempel, dan membuat

pekerjaan tertentu, berminat menyelesaikan pekerjaan meskipun membutuhkan waktu beberapa hari.

10)Berminatakan berfungsi dan dari mana asal atau perbuatan

benda-benda.

11)Dalam melukis ia memulai dengan suatu ide dan

gambarnya mempunyai betuk.

12)Gambarnya biasanya sederhana dengan beberapa hal yang

lebih rinci.

13)Gambarnya biasanya dibuat dengan ukuran besar.

14)Subyek gambar biasanya rumah orang, binatang perahu,

mobil dan pemandangan.

15)Benda-benda yang diciptakan dari tanah liat mulai tampak

bentuknya.

(51)

34

17)Dapat dipastikanselalu dari “satu” dalam menghitung.

18)Dapat menunjukkan dan menghitung sampai sepuluh.

19)Dapat membedakan bagian depan dan belakang baju.

3. Ciri-ciri anak usia lima setengah tahun

a. Ciri-ciri phisik/fisik

1) Waktu bekerja dengan kertas dan pensil, kepala bergerak

dari kiri ke kanan tanga yang tidak dominan tidak terlalu kaku seperti ketika usia lima tahun.

2) Lidah menjulur dan menyapu bibir dari kiri ke kanan.

3) Mata tidak lagi natap kosong melainkan tampak lebih

bebas.

4) Membuat lingkaran dengan gerakan yang berlawanan

dengan arah jarum jam mulai dari atas.

b. Ciri-ciri emosional dan sosial

1) Mulai melawan, menentang, memaksa dan menuntut.

2) Mengerjakan begitu banyak dari hal yang sedikit.

3) Mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri.

4) Mampu berbicara dan bertanya bila ada kesempatan.

5) Senang bekerja berpasangan.

6) Menyenangkan untuk mengajar.

c. Ciri-ciri mental

1) Mulai melawan, tetapi lama kelamaan ia mampu mengertai

dan memulai dari beberapa sudut pandang

2) Dengan instruksi lebih sedikit ia sudah dapat melakukan

tugasnya.

4. Ciri-ciri anak usia enam tahun

a. Ciri-ciri phisik/fisik

1) anak mengukur segala sesuatu dari dirinya dengan bahasa,

tangan dan dengan cara menggambar sesuatu.

2) Sangat memperhatikan keseimbangan tubuh karena sering

sekali tidak seimbang.

3) Tangan dan kakinya bergerak-gerak dan labil.

4) Mudah jatuh disebabkan kakinya sendiri.

5) Membutuhkan istirahat karena menggunakan energi yang

berlimpah.

6) Sewaktu menggambar atau menulis ia tidak mengubah

kertasnya ke arah tangan yang dominan, melainkan ia menggerakkan kepalanya ke arah tangan yang tidak dominan.

7) Tidak dapat duduk dengan tenang dikursi, melainkan

bersandar di atas dua kaki kursi dan sering kali jatuh.

8) Lidah sudah tidak keluar maelainkan ditekan pada bibir

bawah atau pada pipinya.

9) Menggit pensil atau bagian baju yang lepas.

10)Menekankan pensilnya keras-keras sewaktu menulis

(52)

35

11)Menggunakan gerakan tangan pada waktu menjawab.

12)Gerakan mata menyapu dan sulit untuk memusatkan pada

satu tempat.

13)Melompat 30 sentimeter dan mendarat diatas jari kakinya.

14)Mampu mengikat tali sepatu.

15)Mengetahui kiri kanan

b. Ciri-ciri emosional dan sosial

1) Mulai lepas dari ibu.

2) Menjadi pusatnya sendiri.

3) Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling besar,

selalu ingin menang, dan selalu nomor satu.

4) Antusiasme yang impulsive dan kegembiraan yang meluap

menular ke teman.

5) Dapat menjadi faktor pengganggu kelas.

6) Menarik perhatian teman dengan tingkah lakunya yang

lucu.

7) Mengerjakan pekerjaan dengan ingin dipuji, pujian buat

anak usia 6 tahun bagaikan air dan matahari buat tanaman.

c. Ciri-ciri mental

1) Senang belajar.

2) Dapat menggambar dengan baik.

3) Dapat mendengarkan certa dan dengan spontan

mendramatisirkan.

4) Dengan sepenuh hati mencurahkan perhatian dan pekerjaan

yang bersifat intelektual.

5) Imajinasi membumbung tinggi.

6) Dapat memberikan angka lima pada satu tanggan.

7) Mengurangi dan menjumlah angka sampai lima.

8) Membedakan siang dan malam.

9) Dapat menghitung sampai 30

10)Jarang membuat kesalahan dalam menghitung benda

hingga hitungan ke 13

11)Binatang buas dan kebun binatang menjadi fokus usia ini.

Pada penelitian ini anak usia dini yang digunakan sebagai subjek

penelitian adalah umur 5 sampai 6 tahun setara dengan anak Taman

(53)

36

d. Prinsip-Psinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam melaksankan pendidikan anak usia dini terdapat

beberapa prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan menurut

Suyadi (2010: 12-13) sebagai berikut:

1) Mengutamakan kebutuhan anak. kegiatan pembelajaran pada

anak harus senantiasa berorientasu kepada kebutuhan anak.

anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan anak.

anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan

upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek

perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu

intelektual, bahasa, motorik dan sosio-emosional.

2) Belajar melalui bermain atau beramin seraya belajar. Bermain

merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui permainan,

anak diajak untuk berekplorasi, menemukan, memanfaatkan,

dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitar.

3) Lingkungan yang kondusif dan matang. Lingkungan harus

diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan

menyenangkan, sekaligus menantang dengan memerhatikan

keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan

belajar melalui bermain.

4) Menggunakan pelajaran terpadu dalam bermain. Pembelajaran

pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran

(54)

37

harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak, serta

bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu

mengenalkan berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga

pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak didik.

5) Mengembangkan berbagai kecakapan atau ketrampilan hidup

(life skills). Mengembangkan ketrampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini

dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri,

mandiri, dan bertanggung jawab, serta memiliki disiplin diri.

6) Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan

sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal

dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja

disiapkan oleh pendidik, guru, dan orang tua.

7) Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang.

Pembelajaran bagi anak-anak usia dini hendaknya dilakukan

secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat

dengan anak. agar konsep dapat dikuasai dengan baik,

hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

berulang kali.

C. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Pengertian kreativitas menurut kamus bahasa Indonesia berarti

(55)

38

unsur kreativitasnya. Hal ini sesuai dengan program kegiatan yang

dikembangkan di Pendidikan anak usia dini, yaitu pengembangan daya

cipta. Kreativitas itu terjadi karena kebiasaan menciptakan sesuatu yang

baru (Sudono, 1997: 1). Dunia pendidikan anak usia dini adalah dunia

pendidikan kreativitas, artinya aktivitas guru senantiasa dituntut

kreativitasnya. Secara ideal konseptual, pendidikan di masa usia dini

adalah proses pembelajaran yang dirancang secara sadar dan sistematis

untuk memberi peluang kepada anak didik agar dapat megembangkan

potensi daya ciptanya untuk mengungkapkan apa yang ada dalaam dirinya

ataupun yang di luar dirinya. Kreativitas dapat pula dilihat sebagai suatu

proses dan mungkin inilah yang lebih esensial dan yang perlu dibina pada

anak didik sejak dini untuk bersibuk diri secara kreatif (Conny, 1996:8).

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan

suatu komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru (Hurlock,

2009:4). Kretivitas ini dapat berupa kegiatan imaginative atau sintesis

pemikiran yang hasilnya bukan hanya rangkuman, tapi mencakup

pemebentukan pola baru dan menggabungkan informasi yang diperoleh

dari pengalaman sebelumnya, yang dihubungkan dengan situasi baru.

Kreativitas ini mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan bukan

fatansi semata, tetapi merupakan hasil yang sempurna dan lengkap.

Kreativitas ini dapat berupa produk, kesusastraan, seni produk ilmiah

(56)

39

Pendapat lain menyatakan bahwa kreativitas merupakan

kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan

menerapkannya dalam pemecahan, keaslian atau orisinalitas dalam

pemikiran. Kreativitas ini juga memiliki ciri lain yaitu afektif, seperti rasa

ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan ingin mencari pengalam

baru (Munandar, 2009:7). Berdasarkan pendapat ini menunjukan bahwa

kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru,

yang berupa gagasan atau berupa suatu objek dalam suatu bentuk atau

susunan baru. Kretivitas sebagai konsep baru dari dua konsep tersebut

dapat berupa sesuatu yang abstrak atau benda kokrit yaitu berupa produk

atau jasa, cara serta tehnik atau berupa metodologi. Dan menurut hasil

penelitian Sri Kuwawi (2013) yang menyatakan bahwa kegiatan

membatik pada anak usia Taman Kanak-kanak dapat mengembangkan

motorik halus dan kreativitas dan menurut hasil penelitian Endang

Permata Sari (2014) menyatakan bahwa kegiatan jumputan dapat

meningkatkan kemampuan kreativitas anak usia Taman Kanak-kanak.

Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan daya cipta anak

sebagai perwujudan aspek produk kreatif dan aspek kepribadian kreatif.

Perwujudan aspek tersebut terdiri dari berbagai indikator diantaranya

komposisi warna, kecepatan, modifikasi bentuk, rasa ingin tahu, bersikap

imajinatif, berani mengambil resiko, ulet. Berbagai pengertian diatas

(57)

40

dapat sesuatu yang baru, yang berupa gagasan-gagasan atau

pemikiran-pemikiran yang masih berupa abstrak atau benda-benda yang konkrit.

2. Karakteristik Anak Kreatif

Pada dasarnya anak selalu mencontoh orang tuanya dan orang

terdekatnya serta ingin mandiri seperti apa yang diperbuat ole orang yang

berada di sekililingnya. Dengan mencontoh atau meniru orang tua, anak

akan menunjukan kreativitasnya, anak yang kreatif biasanya lebih percaya

diri, penuh inisiatif, terbuka terhadap pengalaman yang baru, luwes dalam

berpikir dan selalu ingin mandiri. Pada dasarnya anak yang ingin mandiri

merupakan anak yang ingin mendapatkan pengakuan dari orang tua

bahwa pada diri anak tersebut sudah tumbuh menuju ke arah kedewasaan.

Ditandai dengan anak yang sudah mulai tidak suka diatur dan dikekang

apalagi dipaksa. Kebebasan merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam

diri anak. kreativitas anak juga ditunjukan dengan anak menarik

perhatian orang lain, ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana reaksi

oarang lain karean anak tersebut ingin diperhatikan oleh orang tua

maupun orang yang ada disekelilingnya bahwa kehadirannya perlu

mendapat perhatian dan pengakuan. Hal itu mencerminkan kreativitas

(58)

41

Menurut Guilfort (Munandar, 2009: 10), menjelaskan ciri-ciri

kreativitas antara lain sebagai berikut:

a. Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau

kognitif (aptitude) antara lain:

1) Ketrampilan berpikir lancar, yaitu mencetuskan banyak gagasan,

jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan, memberikan banyak

cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu

memikirkan lebih dari satu jawaban.

2) Ketrampilan berpikir luwes atau fleksible, yaitu menghasilkan

gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat

suatu masalah dari bebarapa sudut pandang, serta mampu

mengubah cara pendekatan atau cara pemikirannya.

3) Ketrampilan berpikir orisional, yaitu mampu melahirkan ungkapan

yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri, serta mampu membentuk

kombinasi-kombinasi yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4) Ketrampilan memerinci atau mengelaborasi, yaitu mampu

memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan

menambahkan atau merincikan secara detail dari suatu obyek

gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

5) Ketrampilan menilai, yaitu menentukan patokan penilaian sendiri

dan penentu apakah pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau

Gambar

Tabel 1.  Prosedur Pola Penelitian Eksperimen Replication Design
Gambar 2. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demontrasi Jumputan  Pertama
Gambar 3. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demontrasi Jumputan  Kedua
Gambar 4. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demontrasi Jumputan  Ketiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka penulis mencoba menerapkan peranan harga pokok produksi ini pada âDiana Bakeryâ, untuk membantu pabrik tersebut dalam menentukan harga jual agar dapat menambah laba dan

Selain sikap atau perilaku dari karyawan untuk memunculkan suatu inovasi, iklim organisasi dalam perusahaan juga harus berperan penting dalam membangun dan mendukung

3. Kewjiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya: promes yang akan segera jatuh tempo. Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka

7HUSLOLKQ\D NULWHULD ³%XGD\D 6KDULQJ DQWDU '3$´ VHEDJDL SULRULWDV XWDPD yang harus diperhatikan adalah dengan adanya budaya Sharing antar Dosen Penasihat Akademik yang

memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding DI pada materi dimensi tiga. TGT memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding DI pada materi dimensi tiga. Pada siswa

kemampuan mengolah pendengaran. Variabel bebas penelitian ini adalah pembelajaran musik, dimana semua Subjek diberi pembelajaran, dibandingkan kondisi antara sebelum,

DAFTAR ISI ... Latar Belakang ... Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan... Dasar plaksanaan ... Persyaratan dan Tempat Kegiatan... Setruktur organisasi sekolah ... Kompetensi

Tampilan Feature Image dari Post yang telah dibuat adalah seperti ini.. Tampilan dari Post yang telah dibuat adalah seperti