i
PENGARUH PEMANFAATAN METODE DEMONSTRASI JUMPUTAN DAN METODE DEMONSTRASI MEMBATIK TERHADAP
KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI TK B DHARMA BAKTI I
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Falkutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Dewi Setyowulan NIM 12105244031
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
Success is My Right
Jadi jangan ragu lagi melakukan sesuatu karena kita punya hak untuk sukses maka perjuangkan itu dan yakinlah sukses ada ditangan kita
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tuaku, Bapak Bardi dan Ibu Sulinem, Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta serta
vii
PENGARUH PEMANFAATAN METODE DEMONSTRASI JUMPUTAN
DAN METODE DEMONSTRASI MEMBATIK TERHADAP KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI
TK B DHARMA BAKTI I
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perbedaan pengaruh pemanfaatan metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik terhadap kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah replication design (pola replikasi) untuk menilai
perbedaan tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta dengan menggunakan metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik terhadap kreativitas. Subyek penelitiana ini adalah anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta yang berjumlah 20 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Data yang di peroleh dianalisis dengan menggunakan uji t-test.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Terdapat perbedaan mean nilai kreativitas posttest pada kelompok metode demontrasi jumputan dengan kelompok metode demonstrasi membatik, dan (2) Terdapat perbedaan pengaruh pemanfaatan metode demonstrasi membatik dibandingan dengan metode demonstrasi jumputan hal ini terbukti pada tingkat perbedaan mean nilai gain tingkat kreativitas antara metode demontrasi jumputan dan metode demontrasi membatik. Metode demonstrasi membatik (Mean = 6,60) lebih efektif dibandingkan metode demontrasi jumputan (Mean = 3,35) untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta.
Kata kunci : Kreativitas, metode demontrasi jumputan, metode demontrasi
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang
berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini Di TK B Dharma
Bakti I Yogyakarta” dengan baik.
Penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tentunya tidak luput dari bimbingan,
arahan, bantuan serta dukungan dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan kali ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan
selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Falkutas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY yang telah
memberikan dukungan dan ijin penelitian.
4. Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan saran-saran yang membangun
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan dukungan dan pembinaan selama masa studi.
6. Kepala Taman Kanak-kanak dan guru-guru Taman Kanak-kanak Dharma
Bakti I yang telah memberikan ijin penelitian dan dukungannya kepada
penulis.
7. Anak-anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Dharma Bakti I yang telah
suka rela menjadi subjek penelitian ini.
8. Orang tuaku Bapak Bardi dan Ibu Sulinem serta kakak-kakakku yang telah
memberikan dukungan, motivasi dan do’a yang luar biasa kepada penulis
hingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Mas Coco yang sudah sabar mendengarkan keluhanku, selalu memberikan
dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Pembelajaran ... 9
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 9
2. Metode Demonstrasi ... 10
a. Pengertian Metode Demonstrasi ... 10
b. Syarat Pelaksanaan Metode Demonstrasi ... 11
c. Prinsip-Prinsip Metode Demonstrasi ... 15
d. Kelebihan Metode Demonstrasi ... 18
xii
f. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi ... 21
3. Metode Demonstrasi Jumputan ... 23
4. Metode Demonstrasi Membatik ... 24
B. Pendidikan Anak Usia Dini ... 26
1. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini ... 26
a. Landasan Yuridis ... 27
b. Landasan Filosofi ... 27
2. Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini ... 28
a. Pengertian ... 28
b. Tujuan ... 28
c. Karakteristik Anak Usia Dini ... 29
d. Prinsip-Prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini ... 35
C. Kreativitas ... 37
1. Pengertian Kreativitas ... 37
2. Karakteristik Anak Kreatif ... 39
3. Manfaat Kreativitas ... 43
4. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Anak ... 46
D. Kerangka Berpikir ... 47
E. Pengajuan Hipotesis ... 48
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 50
1. Jenis Penelitian ... 50
2. Desain Penelitian ... 50
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52
D. Variabel Penelitian ... 53
E. Prosedur Penelitian ... 54
F. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58
1. Teknik Pengumpulan Data ... 58
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 59
G. Teknik Analisis Data ... 61
xiii
2. Uji Persyaratan ... 61
3. Uji Hipotesis ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A. Hasil Penelitian ... 64
1. Hasil Analisis Uji Prasyarat ... 75
a. Hasil Uji Normalitas ... 75
b. Hasil Uji Homogenitas ... 76
2. Hasil Analisis Data ... 77
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Berpasangan ... 77
b. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Gain ... 78
C. Pembahasan 1. Tingkat Kreativitas Anak dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Jumputan ... 79
2. Tingkat Kreativitas Anak dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Membatik ... 81
D. Keterbatasan Peneliti ... 83
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 84
B. Implikasi ... 84
C. Saran ... 85
1. Bagi Pihak Sekolah
xiv
DAFTAR PUSTAKA ... 86
LAMPIRAN ... 88
xv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Prosedur Pola Penelitian Eksperimen Replication Design ... 53
Tabel 2. Pedoman Observasi Kreativitas Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik ... 60
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest 1 dan Posttest 2 ... 75
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Posttest 1 dan Posttest 2 ... 76
Tabel 5. Paired Sample t-Test Antara Pretest dan Posttest ... 77
xvi
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Diagram Rancangan Penelitian ... 51
Gambar 2. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Pertama ... 64
Gambar 3. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Kedua ... 66
Gambar 4. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Ketiga ... 68
Gambar 5. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Keempat .. 69
Gambar 6. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Membatik Pertama ... 71
Gambar 7. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Membatik Kedua ... 72
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran ... 88
Lampiran 1. Peragkat Pembelajaran... 89
1.1Data Anak... 90
1.2RKM ... 91
1.3RKH ... 93
1.4Daftar Hadir ... 114
Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen dan Lembar Observasi ... 116
1.1 Pedoman Observasi ... 117
1.2 Rubrik Penilaian Kreativitas... 118
1.3 Lembar Obervasi ... 121
Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 123
1.1 Data Demonstrasi Jumputan 1 ... 124
1.2 Data Demonstrasi Jumputan 2 ... 125
1.3 Data Demonstrasi Jumputan 3 ... 126
1.4 Data Demonstrasi Jumputan 4 ... 127
1.5 Data Demonstrasi Membatik 1 ... 128
1.6 Data Demonstrasi Membatik 2 ... 129
1.7 Data Demonstrasi Membatik 3 ... 130
Lampiran 4. Analisis Uji Statistik ... 131
1.1Hasil Analisis Deskriptif ... 132
1.2Hasil Uji Normalitas ... 133
1.3Hasil Uji Homogenitas ... 134
1.4Hasil Uji Beda t-Test ... 135
Lampiran 5. Dokumentasi ... 137
1.1Pelaksanaan Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik ... 138
1.2Hasil Karya ... 141
Lampiran 6. Surat-Surat Penelitian ... 149
1.1Surat Ijin Penelitian dari UNY... 150
xviii
1.3Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA... 152
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan perlu dimulai sejak dini, terlebih untuk mengejar
ketertinggalan kita memasuki era globalisasi, terutama masalah kualitas
sumber daya manusia. Melalui pendidikan usia dini dapat dibangun pilar-pilar
sumber daya manusia mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari
negara lain. Usia dini merupakan usia awal yang paling penting dan mendasar
sepanjang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada usia ini
memberikan pendidikan sejak dini sangat penting untuk perkembangan
kemampuan anak. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14, Pendidikan Anak Usia Dini adalah
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.
Anak TK usia 4-5 tahun termasuk dalam pendidikan anak usia dini
karena usia anak pra sekolah yang masih harus mendapatkan rangsangan
pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Rasyid, dkk (2009: 1) menyatakan bahwa
perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan usia emas yang
sangat memiliki makna bagi kehidupan mereka kelak, bila usia emas tersebut
2
usia dini harus dipantau secara terus menerus sehingga akan cepat diketahui
kematangan dan kesiapannya, baik yang menyangkut perkembangan
kemampuan dasar seperti kognitif, bahasa, dan motorik maupun
perkembangan kemampuan lainnya yangakan membentuk karakter mereka
kelak.
Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (mengidentifikasi dan
membina) serta memupuk (mengembangkan dan meningkatkan)
potensi-potensi pada diri anak, maka dari itu pendidikan merupakan cermin suksesnya
suatu bangsa. Kesuksesan dalam suatu bangsa dapat ditandai dengan
peningkatan mutu pendidikan. Perbaikan mutu dalam pendidikan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan pembangunan bangsa,
karena sumber daya manusia adalah salah satu faktor penting dalam perbaikan
kondisi dan situasi bangsa. Aspek penting dalam proses pembelajaran adalah
mencapai sebuah tujuan dengan peran aktif atau partisipasi antara guru dan
anak. Partisipasi antara keduanya ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian
sebuah tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.
Guru harus menguasai bahan dan materi pelajaran, mengetahui cara
pengelolaan kelas yang efektif dan menyampaikan dengan baik sesuai dengan
perkembangan anak serta karakteristik anak. Seorang guru harus terampil dan
kreatif dalam penyajian materi sehingga anak dapat belajar dengan suasana
yang menyenangkan dan menarik. Penerapan metode yang kurang tepat dapat
menimbulkan kebosanan, sulit dipahami, kemandirian anak dalam
3
pembelajaran menjadi monoton sehingga anak kurang termotivasi untuk
belajar.
Peran pendidik sebenarnya sangat dibutuhkan dalam upaya
mengembangkan potensi anak. Upaya pengembangan tersebut melalui
kegiatan bermain sambil belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian
anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan,
mengekspresikan perasaan dan berkreasi. Masing-masing anak mempunyai
modal kreativitas dalam dirinya, guru hanya perlu menyediakan sarana dan
prasarana untuk menyalurkan seluruh potensi anak tersebut. Rangsangan dapat
diberikan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi
kreatif. Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar,
membentuk maupun membuat dengan caranya sendiri. Munculkan daya
kreatifitas anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Ketika
anak mengembangkan keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat
menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan
masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu.
Perkembangan kreativitas anak bisa dirangsang melalui jalan yang
dapat menarik minat anak tersebut secara sukarela, berangkat dari hatinya
yang paling tulus. Jadi jalan yang paling mudah adalah melalui kegiatan yang
digemari dan menjadi kehidupan anak-anak pada saat itu yaitu bermain.
Pengembangan kreatifitas melalui kegiatan bermain haruslah diarahkan untuk
merangsang kemampuan anak agar dapat membuat kombinasi baru, sebagai
4
agar anak berfikir. Dalam pencapaian tujuan pendidikan TK, salah satu yang
harus dikembangkan adalah kreatifitas, kreativitas ini dapat dikembangkan
melalui kegiatan yang menyenangkan. Guru harus memberi kesempatan pada
anak untuk menemukan sendiri apa yang mereka lakukan.
Berdasarkan pengamatan peneliti di TK B Dharma Bakti I Yogyakarta
pada tanggal 3-7 November 2015 adalah kurangnya sarana dan prasarana
untuk mendukung kreativitas anak, ini tampak pada beberapa kegiatan dan
alat main anak yang tidak ada pembaharuan sehingga kurang menarik untuk
dimainkan contohnya dalam kegiatan belajar dengan painting finger guru
menggunakan satu warna, dalam kegiatan bermain plastisin yang digunakan
adalah plastisin lama atau bekas sehingga susah dibentuk dan warna sudah
tidak menarik, beberapa alat mainan di kelas karena terlihat kusam warnanya
dan berdebu sehingga jarang anak yang memainkan alat permainan tersebut.
Rendahnya kreativitas anak dapat dilihat pada saat guru memberikan
penugasan anak masih banyak yang mencontoh pekerjaan temannya.
Disamping itu pemberdayaan potensi guru dalam mengajar masih kurang
dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan pembelajaran, ini tampak dari
kegiatan harian setiap harinya hampir sama karena guru terlihat banyak
urusan sehingga dalam rencana kegiatan harian membuat yang simple. Sarana
dan prasarna yang dimiliki oleh TK B Dharma Bakti I Yogyakarta belum
lengkap namun penggunaannya juga belum maksimal. Alat-alat atau bahan
yang ada disekitar TK sebenarnya dapat digunakan untuk mendukung
5
Metode demonstrasi yang digunakan guru kurang memperhatikan
prinsip-prinsipnya yaitu prinsip memusatkan perhatian anak sehingga dalam
menjalankan penugasan anak kurang mandiri dan selalu mencontoh karya
guru tidak ada ketertarikan dalam berkreatifitas dan setiap ditanya kenapa
membuat karyanya sama seperti yang dicontohkan kebanyakan dari anak
menjawab karena tidak bisa. Metode demontrasi yang digunakan pada
kegiatan balajar dimaksudkan untuk mencoba melatih kembali kreativitas
anak. Peneliti dan guru mengambil inisiatif untuk mendemonstrasikan secara
langsung kegiatan membatik dan jumputan dengan langkah-langkah
pembuatannya. Jumputan menggunakan bermacam warna serta bahan dan
alat yang aman untuk anak usia dini yaitu menggunakan tisu, pewarna
makanan dan menggunakan kuas, sedangkan membatik menggunakan tisu,
pewarna makanan dan menggunakan cotton bud. Metode demontrasi yang
digunakan tidak hanya mengajarkan anak untuk mencontoh/meniru yang
berarti kreativitas atau kebebasan berekspresi bagi anak tidak dapat
tersalurkan. Pengembangkan kreativitas anak perlu ditumbuhkembangkan
kebebasan, keberanian, spontanitas, orisionalitas pada diri anak tersebut.
Mungkinkah melalui pengunaan metode demonstrasi membatik dan
metode demonstrasi jumputan dapat meningkatkan kreativitas anak. Jadi
penulis tertarik melakukan penelitian eksperimen tentang “Pengaruh
Pemanfaatan Metode Demonstrasi Membatik Jumputan dan Metode
Demontrasi Membatik Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini di TK Kelompok
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat beberapa permasalahan yang
masih terjadi pada kegiatan belajar diTK Kelompok B Dharma Bakti I
Yogyakarta, diantaranya:
1. Kurangnya sarana dan prasarana dalam mengajar
2. Masih ditemukan anak yang kurang kreatif
3. Pemberdayaan potensi guru yang kurang dalam membuat rancangan
kegiatan harian
4. Metode demontrasi yang digunakan guru kurang memperhatikan
prinsip-prinsipnya yaitu prinsip memusatkan perhatian anak saat demonstrasi
berjalan.
C. Batasan Masalah
Permasalahan yang teridentifikasi di atas, penelitian ini dibatasi pada
pada perlakuan dengan mengimplementasikan metode demontasi jumputan
dan metode demontasi membatik terhadap kreativitas anak dengan upaya
meminimalisir permasalahan no (2) pada identifikasi masalah di atas.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan
pengaruh metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik
terhadap tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini,
maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui tingkat
perbedaan tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti
I Yogyakarta dengan menggunakan metode demonstrasi jumputan dan
metode demonstrasi membatik.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Guru TK
Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh guru
sebagai alternatif dalam proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kreativitas anak.
2. Bagi Anak Usia Dini
a. Meningkatkan motivasi dan semangat dalam belajar.
b. Meningkatkan kreativitas.
3. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti
dalam menerapkan metode demontrasi jumputan dan metode demontrasi
membatik.
b. Sebagai wahana pelatihan untuk menambah pengetahuan dan
kemampuan peneliti mewujudkan suatu karya ilmiah.
8
a. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di
bidang pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di Taman
Kanak-kanak
b. Secara teoritis, penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pengembangan
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplentasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dalam kata lainmetode
sebagai alat untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran
yang sangat penting.
Menurut Sanjaya (2006: 145-158) ada beberapa macam metode
pembelajaran yang sering digunakan dalam pelajaran, antara lain: (1)
Metode Ceramah yaitu cara penyajian pembelajarannya melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung kepada anak, (2) Metode
demonstrasi yaitu cara penyajian pelajaran dengan memperagaakan dan
mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan, (3) Metode diskusi
yaitu cara penyajian pelajaran dengan menghadapkan anak pada suatu
masalah. Menurut Killen (1998) yang dikutip oleh Sanjaya (2006: 152),
tujuan utama dalam metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan anak, serta untuk membuat keputusan, (4) Metode simulasi
seakan-10
akan, sehingga dapat diartikan juga cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip, atau ketrampilan tertentu. Pemanfaatkan metode demonstrasi
dalam kegiatan membatik jumputan dan membatik, karena metode
demonstrasi dirasa paling efektif digunakan pada kegiatan praktek seperti
yang sudah dijelaskan oleh Sanjaya (2006: 150), maka dapat disimpulkan
bahwa metode demontrasi berarti menunjukan, memperagakan,
menjelaskan langkah-langkah suatu pelaksanaan membatik.
2. Metode Demontrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Menurut Syah (2002: 208), metode demonstrasi adalah
metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan
dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok
bahasan atau materi yang sedang disajikan. Menurut Djamarah (2006:
102), metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Syah (2007: 152),
metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian
pelajaran dengan cara meragakan bagaimana membuat,
mempergunakan serta mempraktekan suatu benda atau alat baik asli
11
tindakan yang mana dalam meragakan disertai dengan penjelasan
lisan.
Metode demonstrasi merupakan cara penyajian pelajaran
dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya ataupun
tiruan. Sebagai metode penyajian, metode demonstrasi tidak terlepas
dari penjelasan secara oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi
peran anak hanya sekedar memperhatikan akan tetapi demonstrasi
dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Manfaat psikologis
dari metode demonstrasi adalah (Syah, 2002: 209) :
1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari.
3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa.
b. Syarat Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Menurut Djajadisastra (2001: 96), agar metode demonstrasi
dapat dilaksanakan secara maksimal maka perlu diperhatikan
beberapa syarat sebagai berikut:
1) Menetapkan tujuan demonstrasi
Dalam melakukan penetapan tujuan demonstrasi harus dilakukan
agar tidak terjadi pemborosan waktu, materi, dan tenaga. Selain
itu, dapat digunakan untuk mengetahui output apa yang
diharapkan akan dimiliki murid setelah demonstrasi dilaksanakan.
12
2) Guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya
Persiapan yang matang dalam mendemonstrasikan sesuatu
akan menghasilkan pemahaman yang sempurna. Sebelum guru
melakukan atau mendemonstrasikan sesuatu, ia harus
mempelajari teorinya dan berlatih mempraktekkannya terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kesalahan pada
saat melaksanakan demonstrasi. Jadi, guru harus mempersiapkan
diri baik secara teoritis maupun praktis. Misalkan saja, seorang
guru harus membongkar dan memasangkan kembali suatu alat
peraga. Untuk itu, guru harus benar-benar memahami seluk beluk
dari alat tersebut.
3) Mempersiapkan alat-alat peraga yang akan digunakan
Alat-alat peraga adalah salah satu faktor penting yang perlu
dipersiapkan supaya tidak mengganggu ketertiban maupun
sistematika penyajian materi dan praktek pada waktu
demonstrasi.
4) Mempersiapkan tempat pelaksanaan demonstrasi
Tempat pelaksanaan demonstrasi adalah salah satu faktor
penting yang harus dipersiapkan dengan memperhitungkan
bagaimana murid mengikuti jalannya demonstrasi dan kondisi
ruang kelas yang dapat mendukung jalannya demonstrasi. Hal
13
dalam mengikuti jalannya demonstrasi sehingga materi yang
disampaikan benar-benar dipahami murid.
5) Memperhatikan jatah waktu yang tersedia
Managemen waktu dalam proses demonstrasi menjadi salah
satu hal yang penting. Demi keberhasilan tujuan dari demonstrasi,
guru harus dapat membagi waktu yang disediakan untuk
penjelasan teoritis, menjelaskan obyek yang didemonstrasikan,
dan menarik kesimpulan atau inti/prinsip-prinsip dari hal-hal yang
telah dipertunjukkan. Dalam pembagian waktu harus
memperhatikan jenis kegiatan atau obyek yang akan
didemonstrasikan. Waktu yang diberikan untuk demonstrasi harus
yang terbanyak karena pada metode demonstrasi memang
dimaksudkan agar murid-murid memperoleh kesempatan untuk
belajar langsung dari pengamatan langsung terhadap obyeknya
sehingga murid-murid dapat melakukan pengamatan dengan
cermat, teliti, dan dilakukan berkali-kali serta benar-benar
memahami prinsip-prinsip dari obyek yang didemonstrasikan.
6) Fokus pada satu hal/obyek
Fokus adalah salah satu faktor yang penting untuk
tercapainya tujuan dari suatu demonstrasi. Hal ini bertujuan agar
tidak mengacaukan tanggapan murid-murid mengenai benda yang
diamatinya. Demonstrasi diadakan guna memperjelas sesuatu
14
7) Memberikan kesempatan pada murid untuk melakukan
demonstrasi
Demonstrasi tidak selalu dilakukan oleh guru tetapi guru
mencoba memberikan kesempata pada siswa yag ingin melakukan
demonstrasi. Demonstrasi ini akan lebih baik apabila murid
melakukan demonstrasi sendiri meskipun tidak semua hal yang
didemonstrasikan dapat dilakukan oleh murid.
8) Memberikan kesempatan bertanya kepada murid
Pemberian kesempatan bertanya pada siswa setelah guru
melakukan demonstrasi adalah suatu hal yang penting karena
untuk membangun pembelajaran yang interaktif. Pada waktu guru
mendemonstrasikan suatu obyek, murid harus betul-betul
memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh guru. Tetapi itu tidak
berarti bahwa murid-murid harus diam saja dan hanya menerima
informasi dari guru. Murid hendakanya diajak atau dipancing
serta dirangsang untuk menanyakan apa yang kurang dimengerti
dan yang kurang dipahami sehingga mereka puas dan memahami
apa yang mereka amati.
9) Guru tidak boleh malas dalam melakukan demonstrasi
Sifat malas merupakan suatu penghalang bagi kesuksesan
guru dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus mampu
15
c. Prinsip-Prinsip Metode Demonstrasi
Untuk melaksanakan metode demonstrasi dengan benar, kita
perlu memperhatikan prinsip-prinsip pelaksaannya. Menurut Hamalik
(1989: 148), demonstrasi akan lebih efektif bila dilaksanakan
mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Setiap langkah demonstrasi harus bisa dilihat dengan jelas oleh
murid.
Agar siswa mengetahui bagaimana suatu proses itu
dilakukan, maka guru harus memastikan bahwa semua siswa dapat
mengikuti setiap langkah proses demonstrasi dengan jelas. Hal ini
dimaksudkan agar siswa satu dengan siswa yang lain memiliki
pengetahuan yang secara umum sama mengenai cara kerjanya,
tanpa ada yang tertinggal sehingga guru tidak perlu mengulangi
langkah-langkah yang telah dilakukan.
2) Semua penjelasan secara lisan hendaknya dapat didengar dengan
jelas oleh semua murid.
Sedapat mungkin guru harus mengusahakan agar suaranya
dapat didengar oleh seluruh siswa. Oleh sebab itu, guru harus
mampu memilih cara yang tepat agar murid-muridnya dapat
menerima penjelasannya dengan baik dan jelas. Dengan demikian
tidak akan terjadi kesalahpahaman terhadap materi yang
16
3) Anak-anak (murid) harus tahu apa yang sedang mereka amati.
Demonstrasi dilakukan untuk memberi pemahaman yang
lebih jelas pada siswa. Untuk itu mereka harus mengetahui apa
yang sedang mereka amati dalam proses demonstrasi, sehingga
murid benar-benar mengerti apa yang sedang didemonstrasikan
dan bagaimana proses demonstrasi itu berjalan.
4) Demonstrasi harus direncanakan dengan teliti.
Tugas guru adalah melakukan demonstrasi di depan
murid-muridnya. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman
mengenai proses demonstrasi, guru harus mengerjakan
demonstrasi dengan teliti dan hati-hati.
5) Guru sebagai demonstrator harus mengerjakan tugasnya dengan
lancar dan efektif.
Sebagai demonstrator berarti seorang guru telah menguasai
proses demonstrasi secara menyeluruh. Untuk itu sebisa mungkin
gurulah yang mengontrol proses demonstrasi agar dapat berjalan
lancar sehingga siswa pun dapat belajar secara efektif melalui
demonstrasi tersebut.
6) Demonstrasi dilaksanakan pada waktu yang tepat.
Untuk melaksanakan demonstrasi, guru perlu
memperhitungkan atau menentukan waktu yang tepat agar
17
Guru dan siswa memiliki kesempatan yang luas untuk
melaksanakan demonstrasi tanpa terdesak oleh sesuatu hal.
7) Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk melatih apa yang
telah mereka amati.
Demonstrasi dilaksanakan untuk membantu siswa dalam
memahami suatu materi tertentu dan akan lebih baik jika siswa
dapat mengalaminya sendiri. Untuk itu berilah kesempatan
kepada siswa untuk melatih apa yang telah mereka amati dengan
kemampuan yang mereka miliki.
8) Sebelum demonstrasi dimulai, hendaknya semua alat telah
tersedia.
Agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam
menggunakan alat, maka guru harus siap menyediakan
alat-alat yang akan digunakan untuk demonstrasi.
9) Sebaiknya demonstrasi disertai dengan ringkasannya di papan
tulis.
Agar siswa tidak mengalami kebingungan dalam menulis
hasil demonstrasi atau kesimpulan, maka sebaiknya guru menulis
secara ringkas hasil atau kesimpulannya di papan tulis sehingga
seluruh siswa dapat melihat dan mencatat.
10)Jangan melupakan tujuan pokok.
Pelaksanaan demonstrasi memiliki tujuan yang akan
18
tujuan pokok merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan
guru dan menjadi hal utama dalam pelaksanaan demonstrasi.
11)Jika diperkirakan demonstrasi itu sulit supaya sebelumnya dicoba
terlebih dulu.
Kesalahan dapat terjadi saat melakukan demonstrasi.
Untuk menghindarinya, guru mencoba terlebih dahulu sebelum
demonstrasi dilakukan di kelas sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman terhadap pemahaman siswa.
12)Perlu ada laporan hasil demonstrasi.
Untuk mengetahui kebenaran hasil demonstrasi, maka
perlu ada laporan pelaksanaannya. Hal tersebut dimaksudkan agar
guru tahu sejauh mana keberhasilan demonstrasi itu.
d. Kelebihan Metode Demonstrasi
Adapun kelebihan dalam penggunaan metode demonstrasi
adalah sebagai berikut:
1) Merupakan cara yang ilmiah sesuai dengan proses perkembangan
jiwa anak.
Pemahaman mengenai materi pelajaran akan lebih jelas
dan mudah dipahami (secara konkret) daripada hanya diterangkan
secara lisan saja (abstrak)
2) Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan hasrat untuk ingin
19
Dengan mengamati sendiri obyek yang didemonstrasikan,
akan timbul keinginan untuk mengetahui lebih dalam dan
terperinci mengenai obyek yang dilihatnya. Hal ini secara tidak
langsung berarti telah mengembangakan sikap ilmiah dan rasa
ingin tahu siswa.
3) Murid dididik untuk mengamati sesuatu dengan sikap yang kritis.
Pada saat mengikuti demonstrasi, murid dididik untuk mau
mengamati sesuatu dengan penuh perhatian pada obyek. Tentunya
agar dapat memahami dengan baik obyek yang diamati. Untuk itu
diperlukan konsentrasi dari seluruh pikiran, perasaan, dan
kemauan dari murid.
4) Murid mengetahui dengan tepat bagaimana hubungan struktural
atau urutan susunan suatu obyek.
Ketika guru mempertunjukkan suatu proses, langkah demi
langkah guru melakukan proses tersebut. Setelah murid
memperhatikan langkah-langkahnya, murid dapat melakukan
proses tersebut karena telah memahami urutan dan susunannya.
5) Murid mengetahui dengan tepat bagaimana keadaan perbandingan
suatu obyek.
Misalnya ketika guru atau murid di bawah pengawasan
guru mendemontrasikan bahwa satu kilogram sama dengan dua
20
6) Murid dapat melakukan dengan segera dan tepat, suatu kecakapan
yang memerlukan keterampilan motoris.
Misalnya setelah guru mendemontrasikan bagaimana
caranya menyugu kayu segera setelah demontrasi itu dilakukan
murid sendiri dapat melakukan dengan baik dan tepat. Demikian
pula pada pelajaran memotong pakaian, pada pelajaran memasak
murid-murid dapat sendiri melakukan pekerjaan yang baru saja
mereka lihat.
7) Perhatian murid dapat dipusatkan pada pokok bahasan yang
dianggap penting oleh guru dapat diartikan seperlunya.
Misalnya dengan melihat sendiri bahwa satu kilogram besi
sama beratnya dengan satu kilogram beras walaupun kalau dilihat
besarnya bungkusan lebih besar sebungkus beras dari satu
kilogram dari pada sebungkus besi yang juga satu kilogram
beratnya. Dari letak keadaan timbangan murid-muid percaya
bahwa kedua benda kedua benda tadi benar-benar sama beratnya.
e. Kelemahan Metode Demonstrasi
Adapun kelemahan dalam pelaksanaan metode demonstrasi
adalah sebagai berikut:
1) Demontrasi menjadi tidak efektif bila tidak semua murid dapat
ikut serta, misalnya alat terlalu kecil sedangkan jumlah murid
21
2) Perkembangan berfikir murid menjadi tertahan sehingga menetap
pada taraf berfikir konkrit saja.
3) Mengamati sesuatu dengan cermat menggunakan seluruh alat
indera bukan pekerjaan yang mudah bagi murid, sehingga sering
terjadi kekeliruan tanggapan dan pengertian mengenai obyek yang
diamati.
4) Tidak semua hal yang didemonstrasikan guru dapat diualang
berkali-kali.
5) Jumlah murid yang terlalu besar menimbulkan kesulitan dalam
mengatur tempat duduk.
6) Tidak semua obyek dapat digambarkan dengan mudah sehingga
dapat menimbulkan kesalahpahaman.
7) Bila tidak dilanjutkan dengan eksperimen ada kernungkinan
murid. menjadi lupa, dan pelajaran tidak akan berarti karena tidak
menjadikan pengalaman bagi murid.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode
demonstrasi menurut Sanjana (2006: 151) sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa yang harus dilakukan:
a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh anak setelah
22
b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan di lakukan.
c) Melakukan uji coba demonstrasi meliputi segala peralatan
yang diperlukan.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
Sebelum melakukan demonstrasi ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya:
i. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua
anak dapat memerhatikan dengan jelas apa yang
dideonstrasikan oleh guru.
ii. Mengemukaan tujuan apa yang harus dicapai oleh anak.
iii. Mengemukakan tugas apa yang harus dilakukan oleh
anak, seperti
b) Langkah pelaksanaan demonstrasi
i. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang anak untuk berpikir, msalnya melalui
pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga
mendorong anak tertarik memerhatikan demonstrasi.
ii. Menciptakan suasana yang menyejukan dengan
menghindari suasana menengangkan.
iii. Menyakinkan bahwa semua anak mengikuti jalannya
23
iv. Memberikan kesempatan anak untuk memikirkan atau
berimajinasi sesuai dengan apa yang dilihat dari prose
demonstrasi.
c) Langkah terakhir demonstrasi
Pemberikan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Misalnya perlu diyakinkan apakah anak memahami proses
demonstrasi itu atau tidak. Serta itu guru melakukan evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk
perbaikan selanjutnya.
3. Metode Demontrasi Jumputan
Menurut Dwi Handoyo (2008: 19) nama jumputan berasal dari kata
“jumput”. Kata ini mempunyai pengertian berhubungan dengan cara
pembuatan kain yang dicomot (ditarik) atau dijumput (bahasa Jawa).
Jumputan merupakan cara memberi motif pada kain putih dengan teknik
celupan. Dasar pembuatan motifnya adalah adanya bagian-bagian yang
tertutup sehingga pada proses pencelupan bagian tersebut tidak terkena
cairan warna. Cara menutup bagian itu adalah mengikat erat-erat sehingga
rembesan warna celupan tertahan oleh ikatan tersebut.
Jadi pada penelitian ini metode demonstrasi jumputan merupakan
batik yang dikerjakan dengan cara penjumputan pada kain lalu diikat dan
pemberian pewarnaan. Kombinasi dalam pengikatan akan menghasilakan
24
a. Alat dan bahan:
1) Tisu (Tisu dapur)
2) Air
3) Pewarna makanan
4) Karet gelang atau tali rafiah
5) Kuas
6) Agua gelas
b. Cara pembuatannya:
1) Siapkan selembar tisu.
2) Pewarna makanan dan air di campur dan diaduk rata.
3) Cubit bagian pada tisu.
4) Ikat menggunakan karet gelang pada bagian yang inginkan.
5) Kuaskan pewarna makanan yang sudah dicampur dengan air pada
bagian-bagian tisu yang diinginkan (sesuai dengan kreativitas
anak) dan tunggu hingga sedikit mengering.
6) Buka ikatan karet gelang dan buka lembaran tisu tersebut.
7) Selanjutnya jemur agar cepat mengering.
4. Metode Demontrasi Membatik
Menurut Musman dan Arini (2011: iii) yang menyatakan, batik
merupakan rangkaian kata “mbat” dan “tik”. “Mbat” dalam bahasa Jawa
diartikan sebagai “ngembat” atau melempar tali-tali, sedangkan “tik”
berasal dari kata titik. Jadi membatik memiliki arti melempar
bentuk-25
bentuk titik-titik tersebut berhimpitan menjadi bentuk garis. Menurut
Anita Chairul (2013: 83), batik adalah sehelai kain yang dibuat secara
tradisional yang di dalamnya terkandung doa, harapan tuntunan, dan
tatanan dalam kehidupan manusia. Hamzuri (1994: VI), menegaskan
kembali bahwa batik adalah lukisan atau gambar pada mori (kain
berkolin) yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting atau
kuas, membatik menghasilkan barang batikan berupa macam-macam
motif dan mempunyai sifat-sifat khusus dengan melalui proses pelilinan,
pewarnaan, pelorodan (menghilangkan lilin).
Pada penelitian ini membatik adalah teknik membatik yang
dilakukan dengan cara di tutul-tutul (titik-titik) serta menggunakan sedikit
penekanan agar pewarna menyerap sampai ke tisu. Prosedur membatik
sebagai berikut:
2) Lipat tisu sesuai kreativitas anak.
3) Membuat desain dengan mentutul-tutulkan cotton bud yang sudah
26
yang sesuai dengan kreativitas anak (dengan sedikit penekanan
agar warnanya meresap ke dalam tisu).
4) Lakukan teknik tutul-tutul pada sebaliknya dari permukaan yang
sudah ditutul-tutul.
5) Buka lipatan tisu
6) Selanjutnya jemur agar cepat mengering.
B. Pendidikan Anak Usia Dini
1. Landasan pendidikan Anak Usia Dini
a. Landasan Yuridis
1) Amademen UUD dalam pembukaan alinea ke 4 menyatakan bahwa
salah satu tujuan kemerdekaan adalah
“ . . . mencerdaskan hidupan bangsa” dan pada pasal 28 B ayat 2
yang menyatakan “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”.
2) UU No. 23 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang Perlindungan Anak.
“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasaannya sesuai minat dan bakatnya”.
3) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikn Nasional, bab 1,
pasal 1, butir 14, yang menegaskan:
“Pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
27
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.
Pernyataan dari UU No. 20 Tahun 2003 diperkuat oleh pasal lain,
yaitu pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini yang
menegaskan:
“(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, (4) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan anak dini usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan
yang diselenggarakan oleh lingkungan”.
b. Landasan Filosofis
Menurut Suyadi (2010: 10) dalam buku Psikologi Belajar
PAUD menyatakan bahwa:
“Anak sebagai makhluk individu dan sosial, sangat berhak untuk
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, dengan pendidikan yang diberikan, diharapkan anak dapat tumbuh cerdas sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga kelak menjadi anak bangsa yang memiliki SDM yang
berkualitas”.
Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah Pancasila yang
didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika tersebut, diharapkan
bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan
tolong-28
menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai
bangsa yang bermartabat.
2. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian
Menurut Suyadi (2010: 12) menyatakan bahwa Pendidikan
Anak Usia Dini adalah serangkaian upaya sistematis dan
terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak
memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
anak usia dini adalah salah satu penyelenggaraan pendidikan bagi
anak usia 0-6 tahun yang memfokuskan pada proses pertumbuhan
dan perkembangan anak.
b. Tujuan
Tujuan dari pendidikan anak usia dini secara umum adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Menurut Sujiono (2009: 43) tujuan pendidikan
anak usia dini adalah sebagi berikut:
1) Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak
29
perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di
dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan
di masa dewasa.
2) Untuk membantu menyiapkan anak menyiapkan anak
mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
3) Intervensi dini dengan memberikan rangsangan, sehingga dapat
menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden
potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan
bakat).
4) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan
potensi-potensi yang dimiliki anak.
c. Karakteristik Anak Usia Dini
Karakteristik anak usia dini berbeda dengan karakteristik
orang dewasa karena anak usia dini memiliki karakteristik yang
khas seperti yang dikemukakan oleh Richard D. Kellough dalam
Hartanti (2005: 8) sebagai berikut:
1) Anak bersifat egosentris
Pada umumnya anak usia dini melihat dan memahami sesuatu
dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri, bukan sudut
pandang orang lain. Hal ini dapat diperhatikan dari perilaku
30
keinginannya tidak dipenuhi. Untuk mengurangi egosentris
hendaknya anak diajarkan untuk mendengarkan orang lain
2) Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar
Menurut persepsi anak, dunia dipenuhi dengan hal-hal yang
menarik dan menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa
keingintahuan anak yang tinggi. Rasa keingintahuan anak
sangat bervariasi sesuai dengan apa yang menarik perhatian
anak. seperti contohnya anak yang sering membongkar pasang
segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga
sering bertanya meski dalam bahasa yang masih sederhana.
3) Anak adalah makhluk sosial
Anak usia dini senang bermain dengan teman sebayanya.
Mereka senang bekerja sama dalam membuat rencana dan
menyelesaikan pekerjaannya. Anak membangun konsep diri
melalui interaksi sosial di sekolah. Anak juga belajar
bersosialisasi dan belajar untuk dapat diterima di
lingkungannya.
4) Anak bersifat unik
Anak adalah individu yang unik dimana masing-masing
memiliki bawaan, minat, kapasitas, dan latar belakang
kehidupan yang berbeda-beda.
31
Anak dalam bercerita melibihi pengalaman-pengalaman
aktualnya dan bertanya tentang hal-hal gaib. Hal ini
disebabkan imajinasi anak berkembang melibihi apa yang
dilihatnya. Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar robot,
maka imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan
dan bertempur dan sebagainya.
6) Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek
Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu
kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Anak selalu cepat
mengalihkan perhatian paa kegiatan lain yang lebih
menyenangkan dan tidak membosankan.
7) Anak merupakan masa belajar yang paling potensial
Anak usia dini merupakan masa peka bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak, oleh karena itu pada masa ini anak sangat
membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya.
Masa pada anak usia dini sering disebut dengan istilah golden
age atau usia emas.
Menurut Steinberg (1995), Hughes (1995) dan Piaget (1966)
yang dikutip oleh Waluyo Adi (2002: 29-32) menyebutkan ciri-ciri
perkembangan anak usia dini meliputi fisik, emosi dan sosial serta
kemampuan mental sebagai berikut:
1. Ciri-ciri anak usia empat tahun
a. Ciri-ciri phisik/fisik
32
2) Tidak mengetahui kiri kanan.
3) Menunjukan peningkatan yang jelas dalam menggunakan
alat manipulatif dan konstruktif.
4) Mulai membuat desain dan bentuk-bentuk huruf dalam
lukisannya.
5) Bereksperimen dengan jari, tangan dan lengan.
6) Memungut benda dengan tangan yang bukan dominan dan
memindahkan ke lengan yang dominan.
7) Dapat menyanyikan lagu yang sederhana.
8) Lari berjingkat dengan kaki satu.
9) Berdiri diatas satu kaki selama 4-8 detik.
10)Dapat mengikat tali sepatu.
b. Ciri-ciri emosional dan sosial
1) Sangat antusias.
2) Lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang
dipilihnya sendiri.
3) Menyukai menggunakan baju orang tua atau kostum alin.
4) Tidak menyukai bila dipegang tangannya.
5) Penyesuaian diri dengan sekolah kurang baik, tergantung
persiapan dari rumah.
6) Ada kecenderungan berlari lepas di lapangan sekolahan.
7) Ada keinginan untuk membawa pulang barang-barang
milik sekolah.
8) Menyukai hasil pekerjaannya dan ingin membawa pulang.
c. Ciri-ciri mental
1) Imajinas aktif dan berpindah-pindah sewaktu melukis.
2) Makin meningkat kemampuan menerangkan
gamabr-gambar.
3) Minat tinggi untuk dramatisasi.
4) Membuat lagu sambil bermain.
5) Dapat diajk berdiskusi.
6) Banyak mengajukan pertanyaan kenapa.
7) Menggambar orang dalam dua bagian kepala dan kaki,
kepala dan mata.
8) Menyukai warna hijau dan merah.
2. Ciri-ciri anak usia lima tahun
a. Ciri-ciri phisik/fisik
1) Gerakannya lebih tangkas, berjalan dan melagkah lebih
tegap.
2) Memungut alat tulis dengan tangan yang dominan.
3) Dapat menulis nama sendiri.
4) Menulis bilangan dan huruf dengan ukuran besar.
5) Berdiri dengan satu kaki selama lebih dari 8 detik.
6) Melepas dan menggunakan baju tanpa bantuan.
7) Lari berjingkat dengan dua kai bergantian.
33
9) Mampu bernyanyi dengan suara yang jelas.
10)Menulis lambang bilangan dengan bolak-balik.
11)Dapat mengikat sepatunya.
b. Ciri-ciri emosional dan sosial
1) Senang di dekat rumh ibu.
2) Ingin diberitahu tentang apa yang dikerjakan, ingin disuruh,
penurut, suka membantu, dan berulang-ulang minta izin.
3) Senang pergi ke sekolah, tetapi ingin mendapat kepastian
dan kepercayaan bahwa bila datang di sekolah ibunya sudah di rumah.
4) Kelihatan gembira pergi dan pulang dari sekolah.
5) Kadang-kadang malu dan sukar bicara.
6) Semua “mudah” meskipun belum dicoba.
7) Menyukai pakaian orang dewasa.
8) Bermain dengan kelompok dua sampai lima orang teman.
9) Persahabatan makin erat.
10)Bekerja terpacu oleh kopetisi dengan yang lain.
11)Berminat dalam karya wisata.
12)Sering merasa kurang dalam menggambarkan suatu keadan.
13)Berkeinginan membawa pulang pekerjaan yang ia hasilkan.
c. Ciri-ciri mental
1) Ia siap untuk bekerja kelompokdan tantangan inteleknya.
2) Dapat menghitung sampai dua puluh, tahu bagian-bagian
huruf.
3) Mulai sadar dengan kata-kata baru.
4) Ia pendengar yang baik dan dapat mendengar instruksi.
5) Mudah terganggu konsentrasinya.
6) Menggambar orang dengan bagian-bagian tubuh, kaki,
tagan, badan, kepala, mata dan telinga.
7) Dapat mencontoh segitga, segiempat dan garis silang.
8) Mengetahui wara dan dapat menyebutkan nama warna.
9) Menyukai menggunting, menempel, dan membuat
pekerjaan tertentu, berminat menyelesaikan pekerjaan meskipun membutuhkan waktu beberapa hari.
10)Berminatakan berfungsi dan dari mana asal atau perbuatan
benda-benda.
11)Dalam melukis ia memulai dengan suatu ide dan
gambarnya mempunyai betuk.
12)Gambarnya biasanya sederhana dengan beberapa hal yang
lebih rinci.
13)Gambarnya biasanya dibuat dengan ukuran besar.
14)Subyek gambar biasanya rumah orang, binatang perahu,
mobil dan pemandangan.
15)Benda-benda yang diciptakan dari tanah liat mulai tampak
bentuknya.
34
17)Dapat dipastikanselalu dari “satu” dalam menghitung.
18)Dapat menunjukkan dan menghitung sampai sepuluh.
19)Dapat membedakan bagian depan dan belakang baju.
3. Ciri-ciri anak usia lima setengah tahun
a. Ciri-ciri phisik/fisik
1) Waktu bekerja dengan kertas dan pensil, kepala bergerak
dari kiri ke kanan tanga yang tidak dominan tidak terlalu kaku seperti ketika usia lima tahun.
2) Lidah menjulur dan menyapu bibir dari kiri ke kanan.
3) Mata tidak lagi natap kosong melainkan tampak lebih
bebas.
4) Membuat lingkaran dengan gerakan yang berlawanan
dengan arah jarum jam mulai dari atas.
b. Ciri-ciri emosional dan sosial
1) Mulai melawan, menentang, memaksa dan menuntut.
2) Mengerjakan begitu banyak dari hal yang sedikit.
3) Mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri.
4) Mampu berbicara dan bertanya bila ada kesempatan.
5) Senang bekerja berpasangan.
6) Menyenangkan untuk mengajar.
c. Ciri-ciri mental
1) Mulai melawan, tetapi lama kelamaan ia mampu mengertai
dan memulai dari beberapa sudut pandang
2) Dengan instruksi lebih sedikit ia sudah dapat melakukan
tugasnya.
4. Ciri-ciri anak usia enam tahun
a. Ciri-ciri phisik/fisik
1) anak mengukur segala sesuatu dari dirinya dengan bahasa,
tangan dan dengan cara menggambar sesuatu.
2) Sangat memperhatikan keseimbangan tubuh karena sering
sekali tidak seimbang.
3) Tangan dan kakinya bergerak-gerak dan labil.
4) Mudah jatuh disebabkan kakinya sendiri.
5) Membutuhkan istirahat karena menggunakan energi yang
berlimpah.
6) Sewaktu menggambar atau menulis ia tidak mengubah
kertasnya ke arah tangan yang dominan, melainkan ia menggerakkan kepalanya ke arah tangan yang tidak dominan.
7) Tidak dapat duduk dengan tenang dikursi, melainkan
bersandar di atas dua kaki kursi dan sering kali jatuh.
8) Lidah sudah tidak keluar maelainkan ditekan pada bibir
bawah atau pada pipinya.
9) Menggit pensil atau bagian baju yang lepas.
10)Menekankan pensilnya keras-keras sewaktu menulis
35
11)Menggunakan gerakan tangan pada waktu menjawab.
12)Gerakan mata menyapu dan sulit untuk memusatkan pada
satu tempat.
13)Melompat 30 sentimeter dan mendarat diatas jari kakinya.
14)Mampu mengikat tali sepatu.
15)Mengetahui kiri kanan
b. Ciri-ciri emosional dan sosial
1) Mulai lepas dari ibu.
2) Menjadi pusatnya sendiri.
3) Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling besar,
selalu ingin menang, dan selalu nomor satu.
4) Antusiasme yang impulsive dan kegembiraan yang meluap
menular ke teman.
5) Dapat menjadi faktor pengganggu kelas.
6) Menarik perhatian teman dengan tingkah lakunya yang
lucu.
7) Mengerjakan pekerjaan dengan ingin dipuji, pujian buat
anak usia 6 tahun bagaikan air dan matahari buat tanaman.
c. Ciri-ciri mental
1) Senang belajar.
2) Dapat menggambar dengan baik.
3) Dapat mendengarkan certa dan dengan spontan
mendramatisirkan.
4) Dengan sepenuh hati mencurahkan perhatian dan pekerjaan
yang bersifat intelektual.
5) Imajinasi membumbung tinggi.
6) Dapat memberikan angka lima pada satu tanggan.
7) Mengurangi dan menjumlah angka sampai lima.
8) Membedakan siang dan malam.
9) Dapat menghitung sampai 30
10)Jarang membuat kesalahan dalam menghitung benda
hingga hitungan ke 13
11)Binatang buas dan kebun binatang menjadi fokus usia ini.
Pada penelitian ini anak usia dini yang digunakan sebagai subjek
penelitian adalah umur 5 sampai 6 tahun setara dengan anak Taman
36
d. Prinsip-Psinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksankan pendidikan anak usia dini terdapat
beberapa prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan menurut
Suyadi (2010: 12-13) sebagai berikut:
1) Mengutamakan kebutuhan anak. kegiatan pembelajaran pada
anak harus senantiasa berorientasu kepada kebutuhan anak.
anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan anak.
anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan
upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu
intelektual, bahasa, motorik dan sosio-emosional.
2) Belajar melalui bermain atau beramin seraya belajar. Bermain
merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui permainan,
anak diajak untuk berekplorasi, menemukan, memanfaatkan,
dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitar.
3) Lingkungan yang kondusif dan matang. Lingkungan harus
diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan
menyenangkan, sekaligus menantang dengan memerhatikan
keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan
belajar melalui bermain.
4) Menggunakan pelajaran terpadu dalam bermain. Pembelajaran
pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran
37
harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak, serta
bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu
mengenalkan berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga
pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak didik.
5) Mengembangkan berbagai kecakapan atau ketrampilan hidup
(life skills). Mengembangkan ketrampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini
dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri,
mandiri, dan bertanggung jawab, serta memiliki disiplin diri.
6) Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan
sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal
dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja
disiapkan oleh pendidik, guru, dan orang tua.
7) Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang.
Pembelajaran bagi anak-anak usia dini hendaknya dilakukan
secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat
dengan anak. agar konsep dapat dikuasai dengan baik,
hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
berulang kali.
C. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas menurut kamus bahasa Indonesia berarti
38
unsur kreativitasnya. Hal ini sesuai dengan program kegiatan yang
dikembangkan di Pendidikan anak usia dini, yaitu pengembangan daya
cipta. Kreativitas itu terjadi karena kebiasaan menciptakan sesuatu yang
baru (Sudono, 1997: 1). Dunia pendidikan anak usia dini adalah dunia
pendidikan kreativitas, artinya aktivitas guru senantiasa dituntut
kreativitasnya. Secara ideal konseptual, pendidikan di masa usia dini
adalah proses pembelajaran yang dirancang secara sadar dan sistematis
untuk memberi peluang kepada anak didik agar dapat megembangkan
potensi daya ciptanya untuk mengungkapkan apa yang ada dalaam dirinya
ataupun yang di luar dirinya. Kreativitas dapat pula dilihat sebagai suatu
proses dan mungkin inilah yang lebih esensial dan yang perlu dibina pada
anak didik sejak dini untuk bersibuk diri secara kreatif (Conny, 1996:8).
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan
suatu komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru (Hurlock,
2009:4). Kretivitas ini dapat berupa kegiatan imaginative atau sintesis
pemikiran yang hasilnya bukan hanya rangkuman, tapi mencakup
pemebentukan pola baru dan menggabungkan informasi yang diperoleh
dari pengalaman sebelumnya, yang dihubungkan dengan situasi baru.
Kreativitas ini mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan bukan
fatansi semata, tetapi merupakan hasil yang sempurna dan lengkap.
Kreativitas ini dapat berupa produk, kesusastraan, seni produk ilmiah
39
Pendapat lain menyatakan bahwa kreativitas merupakan
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan, keaslian atau orisinalitas dalam
pemikiran. Kreativitas ini juga memiliki ciri lain yaitu afektif, seperti rasa
ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan ingin mencari pengalam
baru (Munandar, 2009:7). Berdasarkan pendapat ini menunjukan bahwa
kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru,
yang berupa gagasan atau berupa suatu objek dalam suatu bentuk atau
susunan baru. Kretivitas sebagai konsep baru dari dua konsep tersebut
dapat berupa sesuatu yang abstrak atau benda kokrit yaitu berupa produk
atau jasa, cara serta tehnik atau berupa metodologi. Dan menurut hasil
penelitian Sri Kuwawi (2013) yang menyatakan bahwa kegiatan
membatik pada anak usia Taman Kanak-kanak dapat mengembangkan
motorik halus dan kreativitas dan menurut hasil penelitian Endang
Permata Sari (2014) menyatakan bahwa kegiatan jumputan dapat
meningkatkan kemampuan kreativitas anak usia Taman Kanak-kanak.
Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan daya cipta anak
sebagai perwujudan aspek produk kreatif dan aspek kepribadian kreatif.
Perwujudan aspek tersebut terdiri dari berbagai indikator diantaranya
komposisi warna, kecepatan, modifikasi bentuk, rasa ingin tahu, bersikap
imajinatif, berani mengambil resiko, ulet. Berbagai pengertian diatas
40
dapat sesuatu yang baru, yang berupa gagasan-gagasan atau
pemikiran-pemikiran yang masih berupa abstrak atau benda-benda yang konkrit.
2. Karakteristik Anak Kreatif
Pada dasarnya anak selalu mencontoh orang tuanya dan orang
terdekatnya serta ingin mandiri seperti apa yang diperbuat ole orang yang
berada di sekililingnya. Dengan mencontoh atau meniru orang tua, anak
akan menunjukan kreativitasnya, anak yang kreatif biasanya lebih percaya
diri, penuh inisiatif, terbuka terhadap pengalaman yang baru, luwes dalam
berpikir dan selalu ingin mandiri. Pada dasarnya anak yang ingin mandiri
merupakan anak yang ingin mendapatkan pengakuan dari orang tua
bahwa pada diri anak tersebut sudah tumbuh menuju ke arah kedewasaan.
Ditandai dengan anak yang sudah mulai tidak suka diatur dan dikekang
apalagi dipaksa. Kebebasan merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam
diri anak. kreativitas anak juga ditunjukan dengan anak menarik
perhatian orang lain, ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana reaksi
oarang lain karean anak tersebut ingin diperhatikan oleh orang tua
maupun orang yang ada disekelilingnya bahwa kehadirannya perlu
mendapat perhatian dan pengakuan. Hal itu mencerminkan kreativitas
41
Menurut Guilfort (Munandar, 2009: 10), menjelaskan ciri-ciri
kreativitas antara lain sebagai berikut:
a. Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau
kognitif (aptitude) antara lain:
1) Ketrampilan berpikir lancar, yaitu mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan, memberikan banyak
cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu
memikirkan lebih dari satu jawaban.
2) Ketrampilan berpikir luwes atau fleksible, yaitu menghasilkan
gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat
suatu masalah dari bebarapa sudut pandang, serta mampu
mengubah cara pendekatan atau cara pemikirannya.
3) Ketrampilan berpikir orisional, yaitu mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk
mengungkapkan diri, serta mampu membentuk
kombinasi-kombinasi yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
4) Ketrampilan memerinci atau mengelaborasi, yaitu mampu
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan
menambahkan atau merincikan secara detail dari suatu obyek
gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
5) Ketrampilan menilai, yaitu menentukan patokan penilaian sendiri
dan penentu apakah pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau