iv
TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN HASIL CETAK FOTO SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA DIKAITKAN DENGAN HUKUM PEMBUKTIAN
ADE YUDHA PURNAWAN 110110100227
ABSTRAK
Kesulitan dalam hal pembuktian di persidangan perkara perceraian memberikan kemungkinan kepada pihak yang berperkara mengajukan alat bukti selain alat bukti surat atau saksi. Tidak jarang dalam persidangan perkara perceraian di Pengadilan Agama hasil cetak foto diajukan sebagai alat bukti untuk membuktikan dalil-dalil yang diajukan oleh pihak yang berperkara, karena dinilai dapat menjelaskan suatu keadaan atau peristiwa pada suatu tempat dan waktu tertentu, namun masih terdapat suatu permasalahan terhadap hasil cetak foto tersebut yaitu terkait kedudukan dan kekuatan pembuktiannya di dalam persidangan. Tujuan penulisan ini adalah untuk menentukan mengenai kepastian hukum mengenai kedudukan dan kekuatan pembuktian hasil cetak foto sebagai alat bukti dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama berdasarkan hukum pembuktian.
Penulisan skripsi ini berdasarkan spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan metode pendekatan yuridis normatif yang mengutamakan data sekunder dengan didukung data primer, kemudian dianalisa berdasarkan ketentuan dalam perundang-undangan terkait Hukum Pembuktian Perdata di Indonesia, literatur serta bahan lain yang berhubungan dengan penelitian dan studi lapangan untuk memperoleh data primer, selanjutnya data dianalisis secara yuridis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: Pertama, Kedudukan dari alat bukti elektronik berupa hasil cetak foto pada dasarnya sudah diakui sebagai alat bukti yang sah sebagaimana telah diatur dalam Pasal 5 UU ITE khususnya dalam perkara-perkara perceraian di Pengadilan Agama, namun dalam praktiknya masih terdapat perbedaan pemahaman bagi hakim dalam memberlakukan ketentuan tersebut karena perbedaan pengetahuan hakim mengenai hukum yang berlaku di Indonesia. Kedua, kekuatan pembuktian dari alat bukti foto belum diatur secara normatif. Belum terdapat sumber hukum mengenai kekuatan pembuktian dari alat bukti hasil cetak foto. Yurisprudensi yang ada tidak dapat digunakan sebagai sumber hukum karena belum terdapat kecocokan, hal ini sesuai dengan asas yang berlaku dalam sistem hukum di Indonesia yaitu The
Persuasive Force of Precedent. Berdasarkan hal tersebut maka alat bukti