Ruang Sosial Baru Perempuan Karo
(Studi Kasus Perempuan Menjadi Pendeta di Gereja Batak Karo
Protestan)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Program Studi Antropologi Sosial
Oleh :
TIMOTIUS DUNOPEN TARIGAN
8106152020
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
TIMOTIUS D TARIGAN,Ruang Sosial Baru Perempuan Karo (Studi Kasus Perempuan Menjadi Pendeta di Gereja Batak Karo Protestan)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang proses terjadinya pergeseran identitas budaya agrarian worker menjadi leader religion pada perempuan Karo,. mengetahui motivasi perempuan Batak Karo untuk menjadi pendeta., respon jemaat dan pendeta laki-laki terhadap pelayanan pendeta perempuan. serta untuk mengetahui pengarusutamaan perempuan di Gereja Batak Karo Protestan
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif-kualitatif. Untuk memperoleh informasi dan data-data digunakan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka,observasi,wawancara dan dokumentasi. Data dan informasi yang terkumpul dikaterogikan,dianalisis,kemudian diinterpretasikan berdasarkan kategorinya
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:1)peran perempuan Karo masa sekarang ini menguat seiring dengan semakin berkembangnya paradigma dan wawasan dalam kehidupan yang tidak hanya dipengaruhi pemikiran kultural melainkan juga oleh pemikiran secara akademis.2) terjadinya pergeseran identitas budaya perempuan Batak Karo dari agrarian
worker menjadi leader religion adalah perubahan sosial-budaya yang dpengaruhi berbagai faktor
antara lain : aspek kultural, transfer pengetahuan, dan kehidupan masa kini yang bersinggungan dengan iklim globalisasi. 3) adanya dialektika antara pro dan kontra keberadaan pendeta perempuan dalam tugas pelayanannya.4) proses menuju pengakuan keberadaan pendeta perempuan tidak hanya sebatas pada sloganistik melainkan juga menjadi kancah persaingan pada kehidupan religius,5) peran pendeta perempuan dalam tugas pelayanannya pada bebarapa bagian tertentu tidak hanya setara laki-laki namun juga melebihi laki-laki.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahkmat dan anugrahNya lah, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Ruang Sosial Baru Perempuan Karo(Studi Kasus: Perempuan Menjadi Pendeta di Gereja Batak Karo Protestan)” Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr.Syawal Gultom,MPd selaku Rektor Universitas Negeri Medan atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan
2. Prof Dr H Abdul Muin Sibuea,MPd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk menjadi Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
3. Dr phil Ikhwan Azhari,MS, selaku Ketua Program StudiAntropologi Sosial Universitas Negeri Medan sekaligus sebagai Pembimbing I, atas segala perhatian, dorongan, saran dan kesabaran yang diberikan kepada peneliti dalam membimbing penyusunan tesis ini.
4. Dr Hidayat,MSi sebagai Pembimbing II, atas bimbingan, masukan, serta saran dalam penyempurnaan penyusunan tesis ini.
5. Seluruh Dosen beserta Pegawai Prodi Antropologi Sosal Universitas Negeri Medan atas ilmu pengetahuan serta berbagai fasilitas yang diberikan kepada peneliti sehingga dapat menempuh pendidikan Strata 2.
6. Para dosen penguji, yaitu Bapak Prof Dr Robert Sibarani,Msi,Bapak Dr Fikarwin
Zuska,M.Ant dan IbuPujiati,M.Soc,Phd yang telah memberikan banyak masukan, saran dan koreksi untuk menyempurnakan tesis ini
7. Bapak Ketua Moderamen GBKP ,Pdt Agustinus Purba,STh,MA atas segala bantuan informasi, ijin dan kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di wilayah Kerja Moderamen GBKP
8. BapakSuratno,SPd,M.Si,dan Ibu Wina Khairina,M.Si,Ibnu Avena M.Si atas dorongan dan bantuan yang sangat besar terhadap penyelesaian Tesis ini
10.Seluruh rekan-rekan angkatan XVIII Program Studi Antroplogi Sosial , serta berbagai pihak yang telah membantu penelitian serta penyusunan tesis ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan tesis ini.
.
Medan, 18 Desember 2015
Peneliti,
DAFTAR ISI
2.1.3. Sejarah Perkembangan Gereja di Indonesia... 15
2.1.4. Sejarah Perkembangan Gereja Batak Karo Protestan... 17
2.1.5 Kebudayaan...26
2.1.6 Kebudayaan Batak Karo...30
2.1.7 Status dan Peran Dalam Kebudayaan...41
2.2. Dimensi Gender dalam Kebudayaan Karo... 43
2.2.1. Definisi Gender Sebagai Konstruksi Sosial... 43
2.2.2. Relasi Gender Dalam Kebudayaan Karo... 45
2.2.3. Kesetaraan Gender dalam Pandangan Alkitab danGereja...47
BAB III. METODE PENELITIAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Pergeseran Identitas budaya pada perempuan Karo... 59
4.1.1.Perubahan Peran Perempuan... .60
4.2.Motivasi perempuan Karo menjadi pendeta... 62
BAB VI. KESIMPULAN dan SARAN
6,1. Kesimpulan...119 6.2 Saran...122
DAFTAR PUSTAKA
...123Daftar Tabel
Tabel I : Motivasi Perempuan Karo Menjadi Pendeta di GBKP
1
BAB I
PENDAHUL UAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penelitian ini fokus pada identitas perempuan Batak Karo dan pilihan
ruang sosial baru yang di pilih perempuan Batak Karo profesional saat ini dalam
melakukan konstruksi identitas diri. Ketertarikan penulis melakukan penelitian ini
dilatar belakangi oleh semangat peneliti untuk melihat perspektif yang melatar
belakangi perempuan Batak Karo dalam melakukan pilihan identitas sosial
melalui pekerjaan sebagai pendeta. Latar belakang penulis yang beretnis Karo,
diharapkan dapat melakukan riset ini dengan lebih konprehensif karena
menguasai bahasa lokal, sebisa mungkin penulis akan menghindari bias sebagai
orang dalam.
Masyarakat Batak Karo secara genuine adalah masyarakat agraris yang
hidup dari bertani sebagai mata pencaharian pokok. Riset sebelumnya
menunjukkan bahwa jenis tanaman yang di usahakan adalah padi, jagung,
sayur-sayuran, tanaman palawija, kopi dan lain-lain. Disamping itu, usaha tambahan
keluarga di peroleh dengan membuat keranjang, sapu ijuk dan gula aren yang
dikelola dengan sangat sederhana (Simanjuntak, 2004, 86).
Sebagai masyarakat petani 1,maka masyarakat Batak Karo menghabiskan
1
Peasant atau petani berdasarkan pandangan Eric Wolf (1988) yang merujuk pada petani sebagai
2 waktunya dari pagi hingga petang untuk pergi kesawah, ladang maupun hutan
untuk memenuhi kebutuhannya. Perempuan adalah tenaga kerja utama didalam
pertanian masyarakat Batak Karo. Sejak perempuan Batak Karo masih belia,
perempuan terbiasa melakukan pekerjaan domestik didalam rumah tangga dan
tugas produktif didalam pertanian. Tugas-tugas domestik seperti memasak,
membersihkan rumah, menjaga adik, mencuci pakaian dan lain sebagainya.
Sedangkan tugas produktif di dalam pertanian dimulai dari proses menanam,
menyiangi tanaman, hingga memanen dan menjemur dan menyimpan hasil
panenan. Bisa di katakan tugas produktif perempuan di ladang, kebun atau sawah
lebih besar dari tugas laki-laki yang menjadikan perempuanlah sebenarnya
agrarian worker pada masyarakat Batak Karo. Tugas tersebut semakin bertambah
dengan tugas reproduktif seiring dengan perempuan menikah. Simanjuntak (2004)
dalam risetnya menunjukkan bahwa identitas budaya batak sangat lekat dengan
tanah.
Banyak riset sebelumnya menunjukkan bahwa identitas perempuan Batak
Karo di pengaruhi oleh streotype gender dan streotype etnik Batak Karo.Batak
Karo yang merupakan sub dari Suku Batak dalam berbagai hal memiliki banyak
persaman dengan sub suku Batak yang lain. Budaya Batak Toba
misalnya,laki-laki adalah pembawa marga (patriarkhi), artinya misalnya,laki-laki-misalnya,laki-laki adalah penerus
keturunan,penerus pohon kehidupan sedangkan anak perempuan adalah pelanjut
marga lain yaitu marga suaminya.Itulah yang menyebabkan laki-laki lebih
diutamakan dari perempuan (Simanjuntak, 2009:113) Identitas kultural Batak
3 budaya patriarki dimana masih terjadi diskriminasi, subordinasi, stereotype dan
beban ganda terhadap perempuan Batak Karo.
Riset Nurlan Harmona Daulay menyatakan bahwa masyarakat patriarkhi
adalah masyarakat yang mempunyai rujukan sistem yang berdasarkan pada
kesepakatan laki-laki dimana dalam masyarakat tersebut kondisi perempuan
sangat termarginalisasikan dan dipinggirkan melalui karya karya domestik(Daulay
Harmona N:2008:76)
Seiring perkembangan budaya, saat ini perempuan Batak Karo telah
bekerja memiliki pilihan okupasi di sektor publik yang sangat luas dan bervariasi.
Mulai dari pedagang, petani, bidan, dokter, dan lain-lain. Dengan kondisi budaya
transisi saat ini, salah satu yang ingin di teliti adalah masuknya
perempuan-perempuan Batak Karo menjadi pendeta di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).
1.2 Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian diatas, dalam penelitian ini, rumusan masalah yang
ingin diteliti adalah :
Bagaimana proses terjadinya pergeseran identitas budaya agrarian worker
menjadi leader religion pada perempuan Batak Karo.
Apa yang menjadi motivasi bagi perempuan Batak Karo untuk menjadi
pendeta.
Bagaimana respon jemaat terhadap pelayanan Pendeta Perempuan.
Bagaimana respon pendeta laki-laki terhadap keberadaan pendeta
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menjelaskan latar belakang proses terjadinya pergeseran identitas
budaya agrarian worker menjadi leader religion pada perempuan Batak
Karo.
2. Untuk menjelaskan motivasi perempuan Batak Karo untuk menjadi
pendeta.
3. Untuk menjelaskan respon jemaat dan pendeta laki-laki terhadap
pelayanan Pendeta Perempuan.
4. Untuk menjelaskan pengarusutamaan perempuan di Gereja Batak Karo
Protestan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pemahaman Teori
Penelitian ini secara teoritis ingin memahami latar belakang proses
terjadinya pergeseran identitas budaya agrarian worker menjadi religion leader
pada perempuan Batak Karo. Serta motivasi dan alasan teoritis terkait pilihan
ruang sosial baru perempuan Batak Karo untuk menjadi pendeta di GBKP.
Melalui penelitian ini penulis berharap mampu memahami teori-teori dan
kaidah-kaidah Antropologi khususnya Antropologi Gender menjadi perhatian
didalam identitas budaya didalam riset ini. Penulis berupaya mengembangkan
ilmu antropologi dengan prinsip keilmuan, memahami makna dan memberikan
interpretasi atas hal-hal yang di amati dan di anggap penting namun tidak pula
5
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai prasyarat Pasca Sarjana
Antropologi UNIMED. Disamping itu, penelitian ini secara khusus dapat
bermanfaat bagi perempuan Batak Karo yang menjadi pendeta sebagai upaya
pendokumentasian atas identitas budaya yang di pilih oleh perempuan Batak Karo
sebagai pendeta. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi GBKP untuk
lebih memberikan ruang yang lebih besar kepada perempuan Batak Karo sebagai
religion leader sekaligus menjadi referensi dalam melakukan perekrutan calon
pendeta di lingkungan gerejanya.
Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Biro Pemberdayaan
Perempuan Kementerian Peranan Wanita maupun Kementerian Agama Republik
Indonesia dalam merancang program-program pemberdayaan perempuan di
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Keberadaan pendeta perempuan ditengah kehidupan masyarakat Batak
Karo pada umumnya dan pada jemaat gereja GBKP pada khususnya memiliki
nilai tersendiri dalam kehidupan kultural. Dari penelitian yang telah dilakukan
terhadap keberadaan pendeta perempuan di gereja GBKP, peran perempuan pada
masa sekarang ini menguat seiring dengan semakin berkembangnya paradigma
dan wawasan dalam kehidupan yang tidak hanya dipengaruhi pemikiran kultural
melainkan juga oleh pemikiran secara akademis.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, temuan
penelitian menjadi kesimpulan sebagai bab penutup dari rangkaian penelitian dan
pengamatan adalah sebagai berikut :
1. Proses terjadinya pergeseran identitas budaya perempuan Batak Karo dari
agrarian worker menjadi leader community adalah suatu bentuk
perubahan sosial-budaya yang memiliki beragam aspek penunjang, antara
lain : aspek kultural, transfer pengetahuan, dan kehidupan masa kini yang
bersinggungan dengan iklim globalisasi.
2. Proses pergeseran identitas yang melekat secara kultural, dimana pada
dahulunya perempuan Batak Karo selalu dilekatkan pada posisi agrarian
worker dimana pada masa sekarang posisi tersebut dikembangkan menjadi
leader community karena perempuan Batak Karo tidak hanya sebagai
2 pada lingkup kehidupan yang dipengaruhi secara patriarkat seperti posisi
pendeta.
3. Posisi pendeta adalah role model yang dapat menjadi acuan dalam
tindakan, pengambil keputusan secara strategis dan memiliki kekuatan
secara sosio-kultur yang dapat mempengaruhi kehidupan sekitarnya.
4. Motivasi perempuan Batak Karo menjadi pendeta adalah sebagai bentuk
pelayanan kepada jemaat dan menjangkau jemaat gereja GBKP hingga
pada aspek psiko-emosional dan humanis yang selama ini hanya menjadi
bagian kecil dalam pelayanan gerejawi.Dibalik motivasi tersebut,
perempuan Batak Karo juga berproses menjadi perempuan yang kuat dan
mereposisi kedudukan mereka dengan tidak hanya berkutat pada sawah
dan dapur melainkan juga merambah pada posisi yang selama ini dikenal
sebagai posisi laki-laki, hal ini bertujuan mengukuhkan peran kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki yang hanya berdasarkan separasi ego
patriarkat
5. Kondisi pendeta perempuan Batak Karo di gereja GBKP juga membuka
pada ruang baru, dimana dialektika antara pro dan kontra keberadaan
pendeta perempuan adalah suatu bagian proses menuju tahapan lanjutan,
dimana perempuan dapat bersaing dan mendudukkan diri sebagai pihak
pengambil keputusan secara religius.
6. Posisi pro terhadap keberadaan peran pendeta perempuan Batak Karo di
gereja GBKP merupakan suatu alternatif dan terbukanya wawasan
3 perempuan dengan tidak hanya berkutat pada sisi kehidupan domestik.
Begitu pula dengan posisi kontra terhadap keberadaan peran pendeta
perempuan Batak Karo yang dilatarbelakangi oleh bentuk persaingan
dimana laki-laki enggan mengakui reposisi perempuan dan juga alam
berfikir secara patriarkat yang dikembangkan dalam kehidupan, dimana
dalam kehidupan sehari-hari peran laki-laki dianggap lebih tinggi dan
alasan argumentatif lainnya.
Keberadaan pendapat pro dan kontra keberadaan pendeta perempuan
Batak Karo di gereja GBKP adalah suatu proses dialektika yang
berkelanjutan untuk membangun suatu pemahaman yang luas mengenai
keseimbangan peran perempuan dan laki-laki yang tidak hanya sebatas
pada kehidupan sosial, dan kultural melainkan juga pada sisi kehidupan
religius.
7. Bahwa proses menuju pengakuan keberadaan pendeta perempuan tidak
hanya sebatas pada sloganistik melainkan juga menjadi kancah persaingan
pada kehidupan religius, dimana pemahaman religi menjadi lapisan yang
menguatkan peran perempuan untuk menggali kemampuan dan melakukan
pelayanan yang tidak hanya setara laki-laki namun juga melebihi pada
4
5.2 Saran
Keberadaan pendeta perempuan Batak Karo di gereja GBKP membuka
ruang dialektika baru dan bersifat kompromis, oleh karena itu penelitian ini
memberikan saran yang berkaitan dengan hal tersebut :
1. Perempuan memiliki kemampuan yang setara dengan laki-laki dalam hal
pelayanan,sehingga idealnya diberikan akses luas kepada perempuan
untuk menempati posisi strategis di gereja GBKP yang disesuaikan dengan
tingkat kemampuan, pelayanan, manajerial gereja, wawasan hingga pada
pandangan visioner dalam mengembangkan peran gerejawi,
2. Memberikan pemahaman mengenai perubahan posisi perempuan dalam
lingkup kesetaraan pada aspek religius,
3. Perlunya membuka wawasan dan menggali potensi perempuan untuk
menguatkan peran perempuan Batak Karo sebagai leader community,
4. Memberi ruang pada perempuan untuk berperan, berkreasi dalam struktur
gereja GBKP yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan,
5. Menyebarkan pemahaman kesetaraan peran antara perempuan dan
laki-laki hingga pada tataran aplikatif,
6. Perlunya peran GBKP untuk merestrukturisasi dan melakukan reposisi
perrempuan dalam kehidupan geraja GBKP secara luas,
7. Menguatkan peran pendeta perempuan Batak Karo pada posisi strategis
1
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.I. 1997, Dari Domestik ke Publik, Jalan Panjang Pencarian Identitas
Perempuan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Aritonang,Jan,S,1995,Berbagai Aliran Didalam dan Disekitar
Gereja,Jakarta,BPK Gunung Mulia
Appadurai,Arjun,1996,Modernity at Large :Cultural Dimensions of Globalization
,Public Words,Volume I University of Minnesota
Press,Minneapolis,London
Chung Hyun Kyung. 1994. Struggle to be the Sun Again:Introducing Asian
Women’s Theology. Maryknoll: Orbis Books.
Echols, Jhon M dan Hasan Shadiliy. 1983, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta, Gramedia
Fakih, Mansour. 1997, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Jogyakarta, Pustaka Pelajar.
Gintings,E.P,2015,Sejarah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP),EL Penampat Gerafindo
Haryatmoko, Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa: Lansdasa Teoritis
Gerakan Sosial Menurut Pierre Bourdieu, (Majalah BASIS, Nomor 11-12 Tahun Ke-52, November-Desember, 2003)
Ihromi,T.O. 1987, Pokok Pokok Antropologi Budaya, Jakarta, Gramedia.
Jacky. M. 2015. Sosiologi. Konsep, Teori dan Metode. Jakarta: Mitra Wacana Media
Katoppo, Marianne. 2007. Tersentuh dan Bebas. Jakarta: Aksara Karunia.
Kuper, Jessica & Kuper, Adam. 2000, Ensiklopedia Ilmu Ilmu Sosial, terjemahan Haris Munandar,et all,Edisi 1,Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
Macdonald, Maudy dkk. 1999, Gender dan Perubahan Organisasi,Menjembatani
Kesenjangan Antara Kebijakan dan Praktik, alih bahasa Intan Naomi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
2 Maryaeni. 2005, Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta, Bumi Aksara
Megawangi, Ratna. 1999, Membiarkan Berbeda, Sudut Pandang Baru tentang
Relasi Gender, Bandung, Mizan.
Meij, Lim Sing. 2009, Ruang Sosial Baru Perempuan Tionghoa,Sebuah Kajian
Pascakolonial,Jakarta,Yayasan Obor Indonesia.
Moore, Henriette L. 1998, Feminisme dan Antropologi, Jakarta Yayasan Obor Indonesia.
Nasir, Moh,. 985, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia .
Natar, Asnat M (ed). 2004. Perempuan Indonesia: Berteologi Feminis dalam
konteks. Yogyakarta : Pusat Studi Feminis Fakultas Theologia Universitas Duta Wacana.
Plog, Fred dan G. Bates, Daniel. 1980, Cultural Antrhoropology, Second Edition, New York, KNOPF.
Plattner, Stuart (ed), 1989, Economic Antrhropology, California, Standford University Press.
Prinst, Darwis. 1996, Adat Karo, Kongres Kebudayaan Karo.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Diterjemahkan oleh Alimandan. 2003.
Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.
Ruether, Rosemary Radford. 1996. The Dictionary of Feminist Theologies. Louisville, Kentucky: Wesminster John Knox Press.
Sadli S dan Soemitro P. 1997, Identitas Gender dan Peran Gender, dalam kajian
wanita dalam Pembangunan, TO Ihromi (penyunting) Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.
Salim, Agus. 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta, Tiara.
Saifudin, Ahmad Fedyani. 2008, Antropologi Kontemporer, Suatu Pengantar
Kritis Mengenai Paradigma, Jakarta, Kencana.
Simanjuntak, Bungaran Antonius dan Sosrodihardjo, Soedjito, 2009, Metode
Penelitian Sosial, Medan, Bina Media Perintis.
Sinulingga, Suenita (et al), 2008, Moria GBKP, Dahulu, Sekarang dan Yang Akan
3 Siregar, Hetty, 2001 Menuju Dunia Bary,Jakarta ,BPK Gunung Mulia,
Sitepu,Sempa,1995,Sejarah Pijer Podi Adat Nggeluh Suku Karo
Indonesia,Medan,Adiyu
Spardley, James P, 1977, Metode Etnografi, YogyakartaPT Tiara Wacana,
Sulaiman,Stephen, 1995,Berikan Aku Air Hidup Itu,Jakarta,Persetia
Suparlan,Parsudi (ed), 1984, Manusia,Kebudayaan dan Lingkungan, Jakarta, Rajawali.
Tamboen, P. 1952. Adat Istiadat Karo. Djakarta: Balai Pustaka.
Tarigan,Helenta, 2009, Upacara Nengget di Kalangan Suku Karo(Studi Persfektif
Gender di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo,Skripsi Sarjana, unpublished, FISIP USU,Medan
Umar Nasaruddin,1999, Argumen Kesetaraan Jender Persfektif Al-Quran, Jakarta Paramadina
Sumber-Sumber lain
Daulay,Harmona Nurlan,2008,Kesetaraan Gender Dalam Pembagian Kerja Pada
Keluarga Petani Ladang,Jurnal Harmoni Sodial ,Vol 2 No 2 ,Tahun 2008,diunduh tanggal 20 Mei 2015
Sinulingga Risnawaty,2006,Gender Ditinjau Dari Sudut Agama Kristen,Jurnal Wawasan,Juni 2006,Vol 12 No 1,diunduh tanggal 21 Mei 2015