• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUANG SOSIAL BARU PEREMPUAN KARO (STUDI KASUS PEREMPUAN MENJADI PENDETA DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RUANG SOSIAL BARU PEREMPUAN KARO (STUDI KASUS PEREMPUAN MENJADI PENDETA DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN)."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Ruang Sosial Baru Perempuan Karo

(Studi Kasus Perempuan Menjadi Pendeta di Gereja Batak Karo

Protestan)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh :

TIMOTIUS DUNOPEN TARIGAN

8106152020

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

TIMOTIUS D TARIGAN,Ruang Sosial Baru Perempuan Karo (Studi Kasus Perempuan Menjadi Pendeta di Gereja Batak Karo Protestan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang proses terjadinya pergeseran identitas budaya agrarian worker menjadi leader religion pada perempuan Karo,. mengetahui motivasi perempuan Batak Karo untuk menjadi pendeta., respon jemaat dan pendeta laki-laki terhadap pelayanan pendeta perempuan. serta untuk mengetahui pengarusutamaan perempuan di Gereja Batak Karo Protestan

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif-kualitatif. Untuk memperoleh informasi dan data-data digunakan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka,observasi,wawancara dan dokumentasi. Data dan informasi yang terkumpul dikaterogikan,dianalisis,kemudian diinterpretasikan berdasarkan kategorinya

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:1)peran perempuan Karo masa sekarang ini menguat seiring dengan semakin berkembangnya paradigma dan wawasan dalam kehidupan yang tidak hanya dipengaruhi pemikiran kultural melainkan juga oleh pemikiran secara akademis.2) terjadinya pergeseran identitas budaya perempuan Batak Karo dari agrarian

worker menjadi leader religion adalah perubahan sosial-budaya yang dpengaruhi berbagai faktor

antara lain : aspek kultural, transfer pengetahuan, dan kehidupan masa kini yang bersinggungan dengan iklim globalisasi. 3) adanya dialektika antara pro dan kontra keberadaan pendeta perempuan dalam tugas pelayanannya.4) proses menuju pengakuan keberadaan pendeta perempuan tidak hanya sebatas pada sloganistik melainkan juga menjadi kancah persaingan pada kehidupan religius,5) peran pendeta perempuan dalam tugas pelayanannya pada bebarapa bagian tertentu tidak hanya setara laki-laki namun juga melebihi laki-laki.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahkmat dan anugrahNya lah, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Ruang Sosial Baru Perempuan Karo(Studi Kasus: Perempuan Menjadi Pendeta di Gereja Batak Karo Protestan)” Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.Syawal Gultom,MPd selaku Rektor Universitas Negeri Medan atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan

2. Prof Dr H Abdul Muin Sibuea,MPd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk menjadi Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

3. Dr phil Ikhwan Azhari,MS, selaku Ketua Program StudiAntropologi Sosial Universitas Negeri Medan sekaligus sebagai Pembimbing I, atas segala perhatian, dorongan, saran dan kesabaran yang diberikan kepada peneliti dalam membimbing penyusunan tesis ini.

4. Dr Hidayat,MSi sebagai Pembimbing II, atas bimbingan, masukan, serta saran dalam penyempurnaan penyusunan tesis ini.

5. Seluruh Dosen beserta Pegawai Prodi Antropologi Sosal Universitas Negeri Medan atas ilmu pengetahuan serta berbagai fasilitas yang diberikan kepada peneliti sehingga dapat menempuh pendidikan Strata 2.

6. Para dosen penguji, yaitu Bapak Prof Dr Robert Sibarani,Msi,Bapak Dr Fikarwin

Zuska,M.Ant dan IbuPujiati,M.Soc,Phd yang telah memberikan banyak masukan, saran dan koreksi untuk menyempurnakan tesis ini

7. Bapak Ketua Moderamen GBKP ,Pdt Agustinus Purba,STh,MA atas segala bantuan informasi, ijin dan kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di wilayah Kerja Moderamen GBKP

8. BapakSuratno,SPd,M.Si,dan Ibu Wina Khairina,M.Si,Ibnu Avena M.Si atas dorongan dan bantuan yang sangat besar terhadap penyelesaian Tesis ini

(7)

10.Seluruh rekan-rekan angkatan XVIII Program Studi Antroplogi Sosial , serta berbagai pihak yang telah membantu penelitian serta penyusunan tesis ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan tesis ini.

.

Medan, 18 Desember 2015

Peneliti,

(8)

DAFTAR ISI

2.1.3. Sejarah Perkembangan Gereja di Indonesia... 15

2.1.4. Sejarah Perkembangan Gereja Batak Karo Protestan... 17

2.1.5 Kebudayaan...26

2.1.6 Kebudayaan Batak Karo...30

2.1.7 Status dan Peran Dalam Kebudayaan...41

2.2. Dimensi Gender dalam Kebudayaan Karo... 43

2.2.1. Definisi Gender Sebagai Konstruksi Sosial... 43

2.2.2. Relasi Gender Dalam Kebudayaan Karo... 45

2.2.3. Kesetaraan Gender dalam Pandangan Alkitab danGereja...47

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Pergeseran Identitas budaya pada perempuan Karo... 59

4.1.1.Perubahan Peran Perempuan... .60

4.2.Motivasi perempuan Karo menjadi pendeta... 62

(9)

BAB VI. KESIMPULAN dan SARAN

6,1. Kesimpulan...119 6.2 Saran...122

DAFTAR PUSTAKA

...123

(10)

Daftar Tabel

Tabel I : Motivasi Perempuan Karo Menjadi Pendeta di GBKP

(11)

1

BAB I

PENDAHUL UAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini fokus pada identitas perempuan Batak Karo dan pilihan

ruang sosial baru yang di pilih perempuan Batak Karo profesional saat ini dalam

melakukan konstruksi identitas diri. Ketertarikan penulis melakukan penelitian ini

dilatar belakangi oleh semangat peneliti untuk melihat perspektif yang melatar

belakangi perempuan Batak Karo dalam melakukan pilihan identitas sosial

melalui pekerjaan sebagai pendeta. Latar belakang penulis yang beretnis Karo,

diharapkan dapat melakukan riset ini dengan lebih konprehensif karena

menguasai bahasa lokal, sebisa mungkin penulis akan menghindari bias sebagai

orang dalam.

Masyarakat Batak Karo secara genuine adalah masyarakat agraris yang

hidup dari bertani sebagai mata pencaharian pokok. Riset sebelumnya

menunjukkan bahwa jenis tanaman yang di usahakan adalah padi, jagung,

sayur-sayuran, tanaman palawija, kopi dan lain-lain. Disamping itu, usaha tambahan

keluarga di peroleh dengan membuat keranjang, sapu ijuk dan gula aren yang

dikelola dengan sangat sederhana (Simanjuntak, 2004, 86).

Sebagai masyarakat petani 1,maka masyarakat Batak Karo menghabiskan

1

Peasant atau petani berdasarkan pandangan Eric Wolf (1988) yang merujuk pada petani sebagai

(12)

2 waktunya dari pagi hingga petang untuk pergi kesawah, ladang maupun hutan

untuk memenuhi kebutuhannya. Perempuan adalah tenaga kerja utama didalam

pertanian masyarakat Batak Karo. Sejak perempuan Batak Karo masih belia,

perempuan terbiasa melakukan pekerjaan domestik didalam rumah tangga dan

tugas produktif didalam pertanian. Tugas-tugas domestik seperti memasak,

membersihkan rumah, menjaga adik, mencuci pakaian dan lain sebagainya.

Sedangkan tugas produktif di dalam pertanian dimulai dari proses menanam,

menyiangi tanaman, hingga memanen dan menjemur dan menyimpan hasil

panenan. Bisa di katakan tugas produktif perempuan di ladang, kebun atau sawah

lebih besar dari tugas laki-laki yang menjadikan perempuanlah sebenarnya

agrarian worker pada masyarakat Batak Karo. Tugas tersebut semakin bertambah

dengan tugas reproduktif seiring dengan perempuan menikah. Simanjuntak (2004)

dalam risetnya menunjukkan bahwa identitas budaya batak sangat lekat dengan

tanah.

Banyak riset sebelumnya menunjukkan bahwa identitas perempuan Batak

Karo di pengaruhi oleh streotype gender dan streotype etnik Batak Karo.Batak

Karo yang merupakan sub dari Suku Batak dalam berbagai hal memiliki banyak

persaman dengan sub suku Batak yang lain. Budaya Batak Toba

misalnya,laki-laki adalah pembawa marga (patriarkhi), artinya misalnya,laki-laki-misalnya,laki-laki adalah penerus

keturunan,penerus pohon kehidupan sedangkan anak perempuan adalah pelanjut

marga lain yaitu marga suaminya.Itulah yang menyebabkan laki-laki lebih

diutamakan dari perempuan (Simanjuntak, 2009:113) Identitas kultural Batak

(13)

3 budaya patriarki dimana masih terjadi diskriminasi, subordinasi, stereotype dan

beban ganda terhadap perempuan Batak Karo.

Riset Nurlan Harmona Daulay menyatakan bahwa masyarakat patriarkhi

adalah masyarakat yang mempunyai rujukan sistem yang berdasarkan pada

kesepakatan laki-laki dimana dalam masyarakat tersebut kondisi perempuan

sangat termarginalisasikan dan dipinggirkan melalui karya karya domestik(Daulay

Harmona N:2008:76)

Seiring perkembangan budaya, saat ini perempuan Batak Karo telah

bekerja memiliki pilihan okupasi di sektor publik yang sangat luas dan bervariasi.

Mulai dari pedagang, petani, bidan, dokter, dan lain-lain. Dengan kondisi budaya

transisi saat ini, salah satu yang ingin di teliti adalah masuknya

perempuan-perempuan Batak Karo menjadi pendeta di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).

1.2 Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian diatas, dalam penelitian ini, rumusan masalah yang

ingin diteliti adalah :

Bagaimana proses terjadinya pergeseran identitas budaya agrarian worker

menjadi leader religion pada perempuan Batak Karo.

 Apa yang menjadi motivasi bagi perempuan Batak Karo untuk menjadi

pendeta.

 Bagaimana respon jemaat terhadap pelayanan Pendeta Perempuan.

 Bagaimana respon pendeta laki-laki terhadap keberadaan pendeta

(14)

4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan latar belakang proses terjadinya pergeseran identitas

budaya agrarian worker menjadi leader religion pada perempuan Batak

Karo.

2. Untuk menjelaskan motivasi perempuan Batak Karo untuk menjadi

pendeta.

3. Untuk menjelaskan respon jemaat dan pendeta laki-laki terhadap

pelayanan Pendeta Perempuan.

4. Untuk menjelaskan pengarusutamaan perempuan di Gereja Batak Karo

Protestan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Pemahaman Teori

Penelitian ini secara teoritis ingin memahami latar belakang proses

terjadinya pergeseran identitas budaya agrarian worker menjadi religion leader

pada perempuan Batak Karo. Serta motivasi dan alasan teoritis terkait pilihan

ruang sosial baru perempuan Batak Karo untuk menjadi pendeta di GBKP.

Melalui penelitian ini penulis berharap mampu memahami teori-teori dan

kaidah-kaidah Antropologi khususnya Antropologi Gender menjadi perhatian

didalam identitas budaya didalam riset ini. Penulis berupaya mengembangkan

ilmu antropologi dengan prinsip keilmuan, memahami makna dan memberikan

interpretasi atas hal-hal yang di amati dan di anggap penting namun tidak pula

(15)

5

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai prasyarat Pasca Sarjana

Antropologi UNIMED. Disamping itu, penelitian ini secara khusus dapat

bermanfaat bagi perempuan Batak Karo yang menjadi pendeta sebagai upaya

pendokumentasian atas identitas budaya yang di pilih oleh perempuan Batak Karo

sebagai pendeta. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi GBKP untuk

lebih memberikan ruang yang lebih besar kepada perempuan Batak Karo sebagai

religion leader sekaligus menjadi referensi dalam melakukan perekrutan calon

pendeta di lingkungan gerejanya.

Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Biro Pemberdayaan

Perempuan Kementerian Peranan Wanita maupun Kementerian Agama Republik

Indonesia dalam merancang program-program pemberdayaan perempuan di

(16)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Keberadaan pendeta perempuan ditengah kehidupan masyarakat Batak

Karo pada umumnya dan pada jemaat gereja GBKP pada khususnya memiliki

nilai tersendiri dalam kehidupan kultural. Dari penelitian yang telah dilakukan

terhadap keberadaan pendeta perempuan di gereja GBKP, peran perempuan pada

masa sekarang ini menguat seiring dengan semakin berkembangnya paradigma

dan wawasan dalam kehidupan yang tidak hanya dipengaruhi pemikiran kultural

melainkan juga oleh pemikiran secara akademis.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, temuan

penelitian menjadi kesimpulan sebagai bab penutup dari rangkaian penelitian dan

pengamatan adalah sebagai berikut :

1. Proses terjadinya pergeseran identitas budaya perempuan Batak Karo dari

agrarian worker menjadi leader community adalah suatu bentuk

perubahan sosial-budaya yang memiliki beragam aspek penunjang, antara

lain : aspek kultural, transfer pengetahuan, dan kehidupan masa kini yang

bersinggungan dengan iklim globalisasi.

2. Proses pergeseran identitas yang melekat secara kultural, dimana pada

dahulunya perempuan Batak Karo selalu dilekatkan pada posisi agrarian

worker dimana pada masa sekarang posisi tersebut dikembangkan menjadi

leader community karena perempuan Batak Karo tidak hanya sebagai

(17)

2 pada lingkup kehidupan yang dipengaruhi secara patriarkat seperti posisi

pendeta.

3. Posisi pendeta adalah role model yang dapat menjadi acuan dalam

tindakan, pengambil keputusan secara strategis dan memiliki kekuatan

secara sosio-kultur yang dapat mempengaruhi kehidupan sekitarnya.

4. Motivasi perempuan Batak Karo menjadi pendeta adalah sebagai bentuk

pelayanan kepada jemaat dan menjangkau jemaat gereja GBKP hingga

pada aspek psiko-emosional dan humanis yang selama ini hanya menjadi

bagian kecil dalam pelayanan gerejawi.Dibalik motivasi tersebut,

perempuan Batak Karo juga berproses menjadi perempuan yang kuat dan

mereposisi kedudukan mereka dengan tidak hanya berkutat pada sawah

dan dapur melainkan juga merambah pada posisi yang selama ini dikenal

sebagai posisi laki-laki, hal ini bertujuan mengukuhkan peran kesetaraan

antara perempuan dan laki-laki yang hanya berdasarkan separasi ego

patriarkat

5. Kondisi pendeta perempuan Batak Karo di gereja GBKP juga membuka

pada ruang baru, dimana dialektika antara pro dan kontra keberadaan

pendeta perempuan adalah suatu bagian proses menuju tahapan lanjutan,

dimana perempuan dapat bersaing dan mendudukkan diri sebagai pihak

pengambil keputusan secara religius.

6. Posisi pro terhadap keberadaan peran pendeta perempuan Batak Karo di

gereja GBKP merupakan suatu alternatif dan terbukanya wawasan

(18)

3 perempuan dengan tidak hanya berkutat pada sisi kehidupan domestik.

Begitu pula dengan posisi kontra terhadap keberadaan peran pendeta

perempuan Batak Karo yang dilatarbelakangi oleh bentuk persaingan

dimana laki-laki enggan mengakui reposisi perempuan dan juga alam

berfikir secara patriarkat yang dikembangkan dalam kehidupan, dimana

dalam kehidupan sehari-hari peran laki-laki dianggap lebih tinggi dan

alasan argumentatif lainnya.

Keberadaan pendapat pro dan kontra keberadaan pendeta perempuan

Batak Karo di gereja GBKP adalah suatu proses dialektika yang

berkelanjutan untuk membangun suatu pemahaman yang luas mengenai

keseimbangan peran perempuan dan laki-laki yang tidak hanya sebatas

pada kehidupan sosial, dan kultural melainkan juga pada sisi kehidupan

religius.

7. Bahwa proses menuju pengakuan keberadaan pendeta perempuan tidak

hanya sebatas pada sloganistik melainkan juga menjadi kancah persaingan

pada kehidupan religius, dimana pemahaman religi menjadi lapisan yang

menguatkan peran perempuan untuk menggali kemampuan dan melakukan

pelayanan yang tidak hanya setara laki-laki namun juga melebihi pada

(19)

4

5.2 Saran

Keberadaan pendeta perempuan Batak Karo di gereja GBKP membuka

ruang dialektika baru dan bersifat kompromis, oleh karena itu penelitian ini

memberikan saran yang berkaitan dengan hal tersebut :

1. Perempuan memiliki kemampuan yang setara dengan laki-laki dalam hal

pelayanan,sehingga idealnya diberikan akses luas kepada perempuan

untuk menempati posisi strategis di gereja GBKP yang disesuaikan dengan

tingkat kemampuan, pelayanan, manajerial gereja, wawasan hingga pada

pandangan visioner dalam mengembangkan peran gerejawi,

2. Memberikan pemahaman mengenai perubahan posisi perempuan dalam

lingkup kesetaraan pada aspek religius,

3. Perlunya membuka wawasan dan menggali potensi perempuan untuk

menguatkan peran perempuan Batak Karo sebagai leader community,

4. Memberi ruang pada perempuan untuk berperan, berkreasi dalam struktur

gereja GBKP yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan,

5. Menyebarkan pemahaman kesetaraan peran antara perempuan dan

laki-laki hingga pada tataran aplikatif,

6. Perlunya peran GBKP untuk merestrukturisasi dan melakukan reposisi

perrempuan dalam kehidupan geraja GBKP secara luas,

7. Menguatkan peran pendeta perempuan Batak Karo pada posisi strategis

(20)

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah.I. 1997, Dari Domestik ke Publik, Jalan Panjang Pencarian Identitas

Perempuan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Aritonang,Jan,S,1995,Berbagai Aliran Didalam dan Disekitar

Gereja,Jakarta,BPK Gunung Mulia

Appadurai,Arjun,1996,Modernity at Large :Cultural Dimensions of Globalization

,Public Words,Volume I University of Minnesota

Press,Minneapolis,London

Chung Hyun Kyung. 1994. Struggle to be the Sun Again:Introducing Asian

Women’s Theology. Maryknoll: Orbis Books.

Echols, Jhon M dan Hasan Shadiliy. 1983, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta, Gramedia

Fakih, Mansour. 1997, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Jogyakarta, Pustaka Pelajar.

Gintings,E.P,2015,Sejarah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP),EL Penampat Gerafindo

Haryatmoko, Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa: Lansdasa Teoritis

Gerakan Sosial Menurut Pierre Bourdieu, (Majalah BASIS, Nomor 11-12 Tahun Ke-52, November-Desember, 2003)

Ihromi,T.O. 1987, Pokok Pokok Antropologi Budaya, Jakarta, Gramedia.

Jacky. M. 2015. Sosiologi. Konsep, Teori dan Metode. Jakarta: Mitra Wacana Media

Katoppo, Marianne. 2007. Tersentuh dan Bebas. Jakarta: Aksara Karunia.

Kuper, Jessica & Kuper, Adam. 2000, Ensiklopedia Ilmu Ilmu Sosial, terjemahan Haris Munandar,et all,Edisi 1,Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Macdonald, Maudy dkk. 1999, Gender dan Perubahan Organisasi,Menjembatani

Kesenjangan Antara Kebijakan dan Praktik, alih bahasa Intan Naomi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

(21)

2 Maryaeni. 2005, Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta, Bumi Aksara

Megawangi, Ratna. 1999, Membiarkan Berbeda, Sudut Pandang Baru tentang

Relasi Gender, Bandung, Mizan.

Meij, Lim Sing. 2009, Ruang Sosial Baru Perempuan Tionghoa,Sebuah Kajian

Pascakolonial,Jakarta,Yayasan Obor Indonesia.

Moore, Henriette L. 1998, Feminisme dan Antropologi, Jakarta Yayasan Obor Indonesia.

Nasir, Moh,. 985, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia .

Natar, Asnat M (ed). 2004. Perempuan Indonesia: Berteologi Feminis dalam

konteks. Yogyakarta : Pusat Studi Feminis Fakultas Theologia Universitas Duta Wacana.

Plog, Fred dan G. Bates, Daniel. 1980, Cultural Antrhoropology, Second Edition, New York, KNOPF.

Plattner, Stuart (ed), 1989, Economic Antrhropology, California, Standford University Press.

Prinst, Darwis. 1996, Adat Karo, Kongres Kebudayaan Karo.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Diterjemahkan oleh Alimandan. 2003.

Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.

Ruether, Rosemary Radford. 1996. The Dictionary of Feminist Theologies. Louisville, Kentucky: Wesminster John Knox Press.

Sadli S dan Soemitro P. 1997, Identitas Gender dan Peran Gender, dalam kajian

wanita dalam Pembangunan, TO Ihromi (penyunting) Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Salim, Agus. 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta, Tiara.

Saifudin, Ahmad Fedyani. 2008, Antropologi Kontemporer, Suatu Pengantar

Kritis Mengenai Paradigma, Jakarta, Kencana.

Simanjuntak, Bungaran Antonius dan Sosrodihardjo, Soedjito, 2009, Metode

Penelitian Sosial, Medan, Bina Media Perintis.

Sinulingga, Suenita (et al), 2008, Moria GBKP, Dahulu, Sekarang dan Yang Akan

(22)

3 Siregar, Hetty, 2001 Menuju Dunia Bary,Jakarta ,BPK Gunung Mulia,

Sitepu,Sempa,1995,Sejarah Pijer Podi Adat Nggeluh Suku Karo

Indonesia,Medan,Adiyu

Spardley, James P, 1977, Metode Etnografi, YogyakartaPT Tiara Wacana,

Sulaiman,Stephen, 1995,Berikan Aku Air Hidup Itu,Jakarta,Persetia

Suparlan,Parsudi (ed), 1984, Manusia,Kebudayaan dan Lingkungan, Jakarta, Rajawali.

Tamboen, P. 1952. Adat Istiadat Karo. Djakarta: Balai Pustaka.

Tarigan,Helenta, 2009, Upacara Nengget di Kalangan Suku Karo(Studi Persfektif

Gender di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo,Skripsi Sarjana, unpublished, FISIP USU,Medan

Umar Nasaruddin,1999, Argumen Kesetaraan Jender Persfektif Al-Quran, Jakarta Paramadina

Sumber-Sumber lain

Daulay,Harmona Nurlan,2008,Kesetaraan Gender Dalam Pembagian Kerja Pada

Keluarga Petani Ladang,Jurnal Harmoni Sodial ,Vol 2 No 2 ,Tahun 2008,diunduh tanggal 20 Mei 2015

Sinulingga Risnawaty,2006,Gender Ditinjau Dari Sudut Agama Kristen,Jurnal Wawasan,Juni 2006,Vol 12 No 1,diunduh tanggal 21 Mei 2015

Gambar

Tabel I   Tabel II

Referensi

Dokumen terkait

The precision position of LiDAR data is determined using GPS Differential and high-flying determining the spatial resolution ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote

[r]

Untuk mengatasi kekurangan kekurangan tersebut, maka diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan

Apabila rekening dalam mata uang US Dolla r, maka biaya transfer akan dibebankan pada Pemilik Polis dan kurs yang berlaku adalah kurs yang dikeluarkan oleh PT Sun Life

BNI SEKURITAS TBK BERDASARKAN Penulisan Ilmiah Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Kata Kunci : Reksa Dana, NAB, NAB/Unit, Suku Bunga SBI, Metode Sharpe

Dengan disetujuinya Penutupan Polis ini oleh PT Sun Life Financial Indonesia dan diterimanya dana pembayaran sejumlah nilai tunai dari Penutupan Polis tersebut (jika ada), maka

Cisnet berdasarkan survey dan wawancara dimulai dari perkiraan pendapatan biaya � biaya dan investasi, penilaian investasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

Dana Tahapan hanya dapat ditransfer ke rekening atas nama Pemilik Polis, apabila rekening dalam mata uang US Dollar , maka biaya transfer akan dibebankan pada Pemilik Polis dan