ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN TRADISIONAL BATAK
TOBA PADA RUMAH IBADAH PARMALIM DI
KECAMATAN LAGUBOTI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
MARIO PASARIBU NIM 081222610017
PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
rahmatNya yang saya terima dalam melaksanakan ini hingga selesai, penulisan
skripsi ini berisikan tentang “Analisis Penerapan Ornamen Batak Toba Pada Rumah
Ibadah Parmalim Di Kecamatan Laguboti“. Merupakan pemenuhan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjan Pendidikan (S.P.d) di Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa
dan Seni, Universitas Negeri Medan.
Segala sesuatu yang dilakukan dalam penulisan Skripsi ini tidak dapat
berjalan dengan baik tanpa dorongan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
sebab itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,
6. Dr. Wahyu Tri Atmojo, M. Hum. Ketua Jurusan Seni Rupa
7. Drs. Mesra, M. Sn. Sekretaris Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Medan.
8. Drs. Brisman Silaban, M. Si. Dosen Pembimbing Skripsi.
9. Drs. Sofian Sagala. Dosen Tim Penguji Skripsi.
10. Drs. Mangatas Pasaribu, M. Sn. Dosen Tim Penguji Skripsi.
iii
12. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan
yang telah banyak memberi bimbingan dan layanan perkuliahan pada
penulis selama studi di Jurusan Seni Rupa FBS UNIMED.
13. Ibunda tercinta D. Marbun, ayahanda S. Pasaribu serta seluruh keluarga
besar Pasaribu dan Marbun yang telah memberikan dorongan moril dan
material dengan segala jerih payah dan perjuangan yang tak terkira.
14. Dewan Pengurus Pusat Punguan Parmalim Huta Tinggi atas kerja
samanya yang baik.
15. Kakak, adek stambuk, teman-teman yang telah memberikan doa, motivasi
dan saran hingga Skripsi ini selesai, antara lain: Bang Ferdinan, bang
Santo, bang Jaya, Jhon, Hendra, Elvin, Jujur, Yogi, Poppy, serta rekan-rekan stambuk ’08 dan teman-teman yang tidak dapat disebut satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak mempunyai kelemahan
dan kekurangan, untuk itu dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran
demi membangun penulisan Skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberi sumbangan
pemikiran dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya golongan pecinta karya seni
gorga dalam pengkajian semiotika serta pembaca pada umumnya.
Medan, September 2015
Penulis
iv
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Kerangka Teoritis ... 10
1. Pengertian Analisis... 10
2. Pengertian Penerapan ... 11
3. ornamen ... 12
4. Ornamen Batak Toba Menurut Teknik Pembuatan ... 20
5. Jenis-jenis dan Makna Simbolik Onamen Batak Toba ... 21
6. Ornamen Tradisonal Batak Toba dalam Pewarnaan ... 39
7. Makna Warna pada Ornamen Tradisional Batak Toba ... 40
8. Pembuatan Ornamen Tradisonal Batak Toba ... 41
9. Penerapan Ornamen Batak Toba pada Rumah Ibadah ... 42
10.Agama Malim dalam Kebudayaan Batak ... 48
B. Kerangka Konseptual ... 60
BAB III METODE PENELITIAN ... 63
A. Lokasi dan Waktu penelitian ... 63
B. Populasi dan Sampel ... 63
C. Metode Penelitian... 64
D. Instrumen Penelitian... 65
E. Teknik Pengumpulan Data ... 66
F. Teknik Analisis Data………. 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76
C. Temuan Penelitian ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
A. Kesimpulan... 96
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Ornament Batak Toba yang di terapkan pada
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pola Simetris ... 14
Gambar 2.2. Pola Asimetris ... 14
Gambar 2.3. Pola Pengulangan ... 15
Gambar 2.4. Pola Bebas/Kreasi ... 15
Gambar 2.5. Motif Geometris ... 16
Gambar 2.6. Motif Tumbuhan ... 17
Gambar 2.7. Motif Binatang ... 17
Gambar 2.8. Motif Manusia ... 18
Gambar 2.9. Motif Kosmos ... 19
Gambar 2.10. Motif Kreasi/khayalan ... 20
Gambar 2.11. Gorga Tarus/Adop-adop ... 22
Gambar 2.12. Gorga Hoda-hoda ... 23
Gambar 2.13. Gorga Boraspati ... 24
Gambar 2.14. Gorga Sijonggi ... 25
Gambar 2.15. Gorga Jenggar ... 26
Gambar 2.16. Gorga Gaja Dompak ... 27
Gambar 2.17. Gorga Singa-singa ... 28
Gambar 2.18. Gorga Ulu Paung ... 29
Gambar 2.19. Gorga Sitompi ... 30
Gambar 2.20. Gorga Dalihan Natolu ... 31
Gambar 2.21. Gorga Simeol-eol ... 32
Gambar 2.22. Gorga Simeol-eol marsialoan ... 33
Gambar 2.23. Gorga Silintong ... 34
Gambar 2.24. Gorga Simarogung-ogung ... 35
Gambar 2.25. Gorga Sitagan ... 36
Gambar 2.26. Gorga Hariara Sundung di Langit ... 37
Gambar 2.27. Gorga Ipon-ipon ... 38
Gambar 2.28. Gorga Iran-iran ... 38
Gambar 2.29. Gorga Simataniari ... 39
Gambar 2.30. Gorga Desa Nawalu ... 39
Gambar 2.31. Rumah Batak Sitolumbea/Jabu Ruma Gorga ... 46
Gambar 2.32. Rumah Batak Sisampuran/Jabu Ruma ... 46
Gambar 2.33. Rumah Adat Batak Toba Tampak Depan ... 47
Gambar 2.34. Rumah Adat Batak Toba Tampak Samping ... 48
Gambar 2.35. Raja Sisingamangaraja ... 49
Gambar 2.36. Induk Bolon Parmalim Raja Mulia Naipospos ... 52
Gambar 2.37. Ihutan Parmalim Raja Ungkap Naipospos ... 55
Gambar 2.38. Ihutan Parmalim Raja Marnangkok Naipospos ... 56
Gambar 2.39. Bale Pasogit Partonggoan Huta Tinggi Laguboti ... 57
Gambar 4.40. Bale Parsantian Huta tinggi ... 77
Gambar 4.41. Bentuk Gorga Jenggar Pada Bale Parsantian ... 78
Gambar 4.42. Bentuk Gorga Singa- singa Pada Bale Parsantian ... 79
Gambar 4.43. Bentuk Gorga Simeol-eol ... 80
Gambar 4.44. Bentuk Gorga Dalihan Natolu ... 82
Gambar 4.45. Bentuk Gorga Sitompi... 83
Gambar 4.46. Bentuk Gorga Silintong... 84
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan ... 101
Lampiran 2. Glosarium ... 102
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian... 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang
sarat dengan nilai serta banyak melahirkan karya yang memiliki kekhususan, citra
unggul, unik dan komprehensif. Soegeng Toekio (2007) menyatakan bahwa
bertolak dari adat yang berlaku dalam suatu masyarakat karya dapat dipilah dalam
3 kelompok besar yaitu: (1) Kelompok karya kagunan (fungsional: peralatan
rumah tangga, perabotan, anyaman, gerabah, serta tenun); (2) Kelompok kerja
lengkapan (ornament, assesoris, souvenir, benda hias); dan (3) Kelompok karya
menjenis (figuratif, relief, miniatur, replika). Tampilan karya-karya tersebut
muncul sebagai ungkapan atas makna/simbol, pengalaman jiwa yang terdalam
serta diekspresikan melalui medium rupa dalam bentuk kebendaan. Dalam sejarah
Indonesia terkhusus Batak Toba dikenal dengan keaneka ragaman keterampilan
sebagai suatu media ungkapan makna yang diwujudkan dalam bentuk visual.
Bentuk visual inilah yang berperan dalam pengembangan kebudayaan serta
mengkomunikasikan nilai-nilai budaya dari masa lampau hingga saat ini
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kesenian Batak Toba
merupakan salah satu hasil dari bentuk kebudayaan, dimana kesenian daerah yang
beraneka ragam jenisnya, tercipta dari hasil ungkapan pikiran, perasaan, dan
2
merupakan suku yang menjunjung tinggi nilai budaya dan nilai luhur
nenek moyangnya.
Salah satu media ungkapan pikiran, perasaan, dan gagasan manusia yang
berkembang di Indonesia adalah ornamen atau ragam hias. Ornamen atau ragam
hias Batak Toba sering disebut dengan istilah gorga. Dimana pewarnaannya
menggunakan tiga warna yaitu merah, hitam, dan putih. Teknik yang gunakan
dengan ditoreh atau dicukil (lontik istilah sebutan suku Batak) pada permukaan
kayu. Gorga ini juga merupakan suatu pesan hasrat dan nasehat yang bersumber
dari pengetahuan, harapan, buah pikiran, sikap perilaku, dan keindahan yang
hendak dikomunikasikan. Dilihat dari segi bentuk atau motif dapat dicerminkan
falsafah maupun pandangan hidup masyarakat Batak Toba yang suka
musyawarah, gotong royong, suka berterus terang. Ornamen Batak Toba ini
dimaksudkan sebagai tanda komunikasi yang sarat akan, simbol-simbol, pesan,
nasehat, dan aturan-aturan dalam masyarakat yang disampaikan lewat ornamen.
Hal ini menunjukkan adanya keinginan yang diharapkan dari masyarakat dari
keturunanya, dan bahkan Tuhannya (religius). Dalam mayarakat Batak Toba, pada
umumnya benda-benda kesenian yang mempunyai hiasan ornamen Batak Toba
merupakan simbol-simbol atau lambang-lambang yang berkekuatan magis karena
ornamen Batak Toba mengandung makna simbolik yang mempunyai arti
perlambang tertentu sesuai dengan alam pikiran, perasaaan, adat dan kepercayaan
masyarakat. Dalam pembuatan ornamen suku Batak Toba tidak boleh
sembarangan menghadirkan motif-motif ornamen pada sembarang benda-benda
3
makna yang terselubung yang dapat berupa pesan, cita-cita atau harapan bahkan
dapat melukiskan tingkat sosial pemiliknya serta dapat berfungsi sebagai
kekuatan-kekuatan supranatural.
Ornamen ini masih banyak dijumpai pada bangunan rumah adat yang
tersebar di daerah Toba dan Samosir. Hal ini terbukti masih tardapatnya rumah
adat dan bangunan lain seperti: bangunan rumah penduduk, tempat penginapan
atau perhotelan, bangunan pemerintahan dan juga pada rumah ibadah contohnya
pada rumah ibadah Parmalim/ Ugamo Malim.
“Ugamo Malim adalah kepercayaan, keyakinan terhadap Mulajadi Nabolon pencipta Alam Semesta yang disebut juga Tuhan Yang Maha Esa. Sebutan kepada Ugamo malim adalah PARMALIM.Jadi kepercayaan/ keyakinan itu adalah UGAMO MALIM.Salah kalau disebut keyakinan itu Parmalim.Parmalim adalah orang yang menghayati ajar Hamalimon (Malim).Dalam bahasa Batak disebut dengan Parugamo Malim.jadi sebutan Parmalim adalah kepada orangnya, bukan lembaganya” (Sulu Panondang Edisi II 2012:21-25).
Menurut Profesor Dr Uli Kozok MA dari University of Hawaii, Minoa,
USA, mengatakan, Sisingamangaraja XII bukan beragama Islam, Kristen maupun
Parmalin melainkan beragama Batak asli. Selama ini banyak kontroversi yang
terjadi dimasyarakat tentang agama yang dianut Sisingamangaraja XII. Ada yang
mengatakan dia beragama Kristen, maupun Islam, bahkan tidak sedikit yang
menyebut dia beragama Parmalin yang menurut sebagian orang merupakan agama
aslinya orang-orang Batak. Parmalin bukanlah agama asli orang Batak. Parmalin
merupakan agama kombinasi atau perpaduan dari agama Islam dan Kristen.
Ketika agama Parmalin berkembang di Tanah Batak, Sisingamangaraja XII
4
dari tentara Belanda.(perbincangan bersama Profesor Dr Uli Kozok MA, Medan,
Kamis Januari 2015).
Dari pernyataan Prof. Dr. Uli Kozok MA dapat kita diambil kesimpulan,
agama Parmalim adalah bagian dari Agama asli Batak (agama dari
Sisingamangaraja), yang awalnya sebagai gerakan politik atau Parhudamdam
dipelopori oleh Guru Somalaing Pardede untuk menggalang kekuatan menentang
Belanda, kemudian berkembang menjadi benteng untuk mempertahankan adat
istiadat Batak yang mulai tertekan dengan agama baru disponsori Jerman yakni
Kristen. Parmalim dengan kekuatan yang mulai berkembang menjadi suatu
kepercayaan. Dengan kata lain Agama Parmalim percaya kepada Tuhan yang Esa
yang disebut "Debata Mulajadi Nabolon". Awalnya, Parmalim adalah gerakan
spiritual untuk mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan kuno yang
terancam disebabkan agama baru yang disebarkan oleh Jerman.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa Ugamo Malim merupakan salah satu
agama yang sama dengan agama lainya yaitu meyakini adanya Tuhan Yang Maha
Esa yang menciptakan alam semesta. Ugamo Malim merupakan salah satu jalan
manusia mengenal Tuhannya. Sebagai agama tradisi Ugamo Malim sangat
menjunjung tinggi nilai- nilai kebudayaan adat Batak Toba. Pengikutnya meyakini
bahwa ajaran ini adalah suci (malim) dan mereka ada penjaga dan pewaris
kesucian (hamalimon) itu. Tidak heran jika mereka mendapat julukan sebagai
"para penjaga tradisi". UU No. 23/2006 memberikan kesempatan kepada
Parmalim untuk dicatat sebagai warganegara melalui kantor catatan sipil. Sebagai
5
sejumlah daerah di Indonesia sangat baik. Itu bisa dilihat dari jumlah bangunan
rumah tempat ibadah Parmalim yang telah mencapai 41 rumah tempat ibadah
yang berpusat di Kabupaten Toba Samosir (Hutatinggi dan Laguboti). Hutatinggi
merupakan wilayah dari Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Laguboti,Kabupaten
Toba Samosir, sekitar 1,5 km dari jalan raya Medan-Balige. Rumah ibadah
Parmalim disebut Bale Pasogit Partonggoan atau sering disebut dengan Bale
Parsantian.
Bangunan rumah ibadah Parmalim atau Bale Parsantian Parmalim pada
umumnya telah menerapkan ornamen Batak. Penerepan ornamen Batak Toba
(Gorga) pada Bale Parsantin Hutatinggi kemungkinan berbeda dengan penerapan
pada bangunan lain di suku-suku Batak Toba. Misalnya pada rumah adat,
museum, kantor pemerintahan. Itu dipengaruhi dari perbedaan arsitektur
bangunannya, makna, dan fungsi yang terkandung dalam setiap ornamen yang
diterapkan. Salah satu contoh dalam hal pewarnaan. pewarnaan pada bangunan
bale Parsantian Hutatinggi ada penambahan warna yaitu warna kuning pada
gorga ipon-ipon.
Pewarnaan ornamen Batak Toba (Gorga) pada dasarnya hanya
menggunakan tiga warna yaitu warna putih, warna merah dan warna hitam. Dalam
hal ini peneliti ingin mencari/ menemukan imformasi apakah prinsip- prinsip
penerapan ornamen pada bangunan Bale Parsantian sesuai atau ada perubahan
dari prinsip dasar penerapan ornamen Batak Toba.
Berdasarkan uraian mengenai ornamen yang diterapkan pada bangunan
6
penerapan ornamen dengan judul “Analisis Penerapan Ornamen Tradisional
Batak Toba Pada Rumah Ibadah Parmalim Di Kecamatan. Laguboti”.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
perlu identifikasi masalah agar dalam pembahasan selanjutnya tidak terjadi
penyimpangan serta pembahasan permasalahannya lebih jelas. Maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Parmalim adalah sebutan bagi orang yang memeluk Agama Malim.
2. Bale parsantian adalah sebutan untuk rumah Ibadah Agama Malim.
3. Agama malim turut melestarikan kebudayaan Batak Toba.
4. Ornamen Batak Toba terdapat pada bangunan Bale parsantian
5. Ada teknik yang di gunakan dalam pembuatan Ornamen Batak Toba pada
bangunan Bale Parsantian.
6. Ada hubungan ornamen Batak Toba dengan Bangunan Bale Parsantian.
7. Bentuk ornamen Batak Toba terdapat pada bangunan Bale Parsantian.
8. Ada fungsi ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian.
9. Pewarnaan ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian.
10. Makna simbolik terdapat pada tiap- tiap jenis ornamen Batak Toba pada
7
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana
dankemapuan teoritis. Maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah
pada:
1. Ornamen Batak Toba yang terdapat pada bangunan Bale Parsantian di
Huta Tinggi di Kecamatan Laguboti.
2. Teknik pewarnaan ornamen serta maknanya pada bangunan Bale
Parsantian di Kecamatan Laguboti.
3. Bentuk ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian di
Kecamatan Laguboti.
4. Makna simbolik tiap- tiap jenis ornamen Batak Toba serta hubunganya
pada bangunan Bale Parsantian.
D. Rumusan Masalah
Suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan perlu diperjelas
perumusan masalahnya, agar hasil penelitiannya jelas dan konkrit. Berdasarkan
pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah; Apakah
ornamen tradisional Batak Toba yang diterapkan pada bangunan Bale Parsantian
di Hutatinggi masih sesuai dengan ornament tradisional Batak Toba ditinjau dari
bentuk, warna, dan makna simbolik.
E. Tujuan Penelitian
8
1. Menemukan data tentang penerapan ornamen Batak Toba pada bangunan
Bale Parsantian.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan ornamen Batak Toba pada
bangunan Bale Parsantian ditinjau dari bentuk, jenis, warna, dan makna
simbolik ornamen Batak Toba.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan pikiran dalam hal
memperkenalkan secara keseluruhan ornamen Batak Toba pada bangunan
Bale Parsantian.
2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah referensi tentang
pengetahuan pada ornamen Batak Toba serta perkembangannya di tengah
kemajuan zaman.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat
pada peninggalan budaya tradisional Batak Toba.
4. Hasil penelitian ini diharapakan bisa sebagai sumber imformasi yang tepat
bagi pencari imformasi, khususnya masyarakat Batak Toba.
5. Hasil penelitian ini dapat dimamfaatkan sebagai bahan kepustakaan
parmalim di Hutatinggi.
6. Hasil penelitian ini dapat dimamafaatkan sebagai bahan kepustakaan
9
7. Bagi peneliti sendiri diharapakan hasil penelitian menjadi langkah awal
untuk kedepanya lebih peduli pada pelestarian kebudayaan, khususnya
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ornamen yang terdapat pada Bale Parsantian Huta Tinggi memilki 7 buah
jenis dan 4 jenis warna.
1. Ornamen yang terdapat pada Bale Parsantian yaitu Gorga Jenggar , Gorga
Singa- singa, Gorga Simeol- eol, Gorga Dalihan Natolu, Gorga Sitompi,
Gorga silintong, Gorga Ipon- ipon
2. Bentuk ornament pada bangunan Bale Parsantian Huta tinggi secara
keseluruhan sama dengan bentuk ornament tradisional Batak Toba pada
rumah adat. Hanya saja ada perbedaan penempatan pada beberapa jenis
ornament, karena penyesuaian pada bentuk arsitektur bangunan Bale
Parsantian.
3. Pewarnaan ornamen Batak Toba Yang Terdapat Pada Rumah Ibadah
Parmalim menggunakan tiga warna yaitu hitam, merah, dan putih. Warna
hitam pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi
diterapkan pada bagian yang timbul pada gorga. Warna hitam dimaknai
sebagai penggambarkan karisma kepemimpinan seorang raja. Warna
merah pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi
97
4. Dan pada gorga sipalang diterapkan pada bagian timbul dari gorga.
Warna merah dimaknai sebagai lambang dari kekuatan, keberanian, dan
kenabian. Warna putih pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian
Huta Tinggi diterapkan pada garis gorga. Warna putih dimaknai sebagai
lambang dari kesucian dan kebersihan. Warna kuning pada ornamen Batak
Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan pada pewarnaan
sebagian dari gorga ipon- ipon. Warna kuning dimaknai sebagai lambang
keabadian dan kekayaan.
B. Saran
Demi mempertahankan keaslian dari budaya Batak ditengah
perkembangan tegnologi diperlukan langkah- langkah tepat untuk menjaga
keakuratannya.
1. Generasi muda Batak seharusnya menjadi wadah pertahanan dari
pengetahuan budaya Batak khusunya pengetahuan tentang ornamen Batak
Toba atau gorga dan melestarikannya.
2. Menggali informasi pengetahuan tentang budaya Batak pada orang tua yang
aktif dalam adat Batak serta membukukan pengetahuan itu sebagai suatu
langkah untuk sumber belajar generasi berikutnya.
3. Melalui penelitian ini disarankan kepada pemerintah setempat agar kirannya
budaya tradisional Batak Toba menjadi kurikulim di sekolah, agar siswa
mengenal kembali jenis-jenis ornamen yang merupakan warisan budaya
98
4. Perkembangan teknologi bisa jadi media untuk memperkenalkan
99 DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. 2007. Kamus Istilah Sastra, Jakarta, Balai Pustaka.
Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Jakarta, Balai Pustaka.
A.N.J. Tha.Th. Van Der Hoop. 1949. Indonesiace Siermotieven Ragam- ragam perhiasan Indonesia, Bandung: H.Z. V/H.A.C.
Arikunto, Suharsimi.1989. Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi.1990. Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta, Balai Pustaka.
Gultom, Dj. Rajamarpodang,Drs. 1992. Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak, Medan: CV. Armada.
Gustami.1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia,Yoyakarta, ASRI.
Ihutan Parmalim. 2009. Pustaha Parguruan Taringot Tu Ugamo Malim. cetakan ke dua.
M.A. Marbun, I.M.T, Hutapea. 1987. Kamus Budaya Batak Toba, Jakarta, Balai Pustaka.
Margono, S.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.
Miles, B. Matthew dan Suberman, A. Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-PRESS.
Misgiya, Wahyu Tri Atmojo. 2008, Penerpan Ornamen Tradisional Batak Toba Dalam Teknik Batik Untuk Menciptakan Industri Kerajinan Batik Di Sumatera Utara, MEDAN: Jurnal Seni Rupa Vol.5, No. 2
100
Naibaho, Togarma.1998. Metodologi Riset Seni Rupa dan Desain, Jakarta, Universitas Trisakti
Saragi, Daulat dkk. 1999. Laporan Penelitian Nilai Estetis Dan Makna Simbolis Yang Terkandung Dalam Motif Ornamen Tradisional Bangunan Rumah Adat Batak Toba, Medan, IKIP.
Setiadi, Nugroho J.2003, Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta.
Siahaan, dkk. 1977. Laporan Penelitian Ragam Hias Batak, Medan: Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Sumatra Utara Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Siamamora, Tano. 1997. Rumah Batak Toba, Pematang Siantar
Sibeth, Achim. 1991. The Batak: Peoples of The Island of Sumatra, (London: Thames and Hudson Ltd)
Sihombing, Sispana. 2008. Penerapan Ornamen Tradisional Melayu Deli Sumatra Utara Sebagai Unsur Hias pada Desain Kartu Undangan Pernikahan. Jurnal Seni Rupa Unimed Vol 5 No 2. Medan: 55-57.
Sinurat, Julister Swarda. 2008. Penerapan Prinsip-Prinsip desain dan motif ornamen pada Gereja Katolik Paroki Santo Mikhael Pangururan. Jurnal Seni Rupa Unimed Vol 5 No 2. Medan: 37- 45 .
Sirait, Baginda. 1980. Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatra Utara, Medan: IKIP Medan.
Sulu Panondang Edisi II 2012: 21-25.