• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN TRADISIONAL BATAK TOBA PADA RUMAH IBADAH PARMALIM DI KECAMATAN LAGUBOTI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN TRADISIONAL BATAK TOBA PADA RUMAH IBADAH PARMALIM DI KECAMATAN LAGUBOTI."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN TRADISIONAL BATAK

TOBA PADA RUMAH IBADAH PARMALIM DI

KECAMATAN LAGUBOTI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

MARIO PASARIBU NIM 081222610017

PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkat dan

rahmatNya yang saya terima dalam melaksanakan ini hingga selesai, penulisan

skripsi ini berisikan tentang “Analisis Penerapan Ornamen Batak Toba Pada Rumah

Ibadah Parmalim Di Kecamatan Laguboti“. Merupakan pemenuhan syarat untuk

memperoleh gelar Sarjan Pendidikan (S.P.d) di Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa

dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Segala sesuatu yang dilakukan dalam penulisan Skripsi ini tidak dapat

berjalan dengan baik tanpa dorongan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh

sebab itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,

6. Dr. Wahyu Tri Atmojo, M. Hum. Ketua Jurusan Seni Rupa

7. Drs. Mesra, M. Sn. Sekretaris Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan

Seni Universitas Negeri Medan.

8. Drs. Brisman Silaban, M. Si. Dosen Pembimbing Skripsi.

9. Drs. Sofian Sagala. Dosen Tim Penguji Skripsi.

10. Drs. Mangatas Pasaribu, M. Sn. Dosen Tim Penguji Skripsi.

(3)

iii

12. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan

yang telah banyak memberi bimbingan dan layanan perkuliahan pada

penulis selama studi di Jurusan Seni Rupa FBS UNIMED.

13. Ibunda tercinta D. Marbun, ayahanda S. Pasaribu serta seluruh keluarga

besar Pasaribu dan Marbun yang telah memberikan dorongan moril dan

material dengan segala jerih payah dan perjuangan yang tak terkira.

14. Dewan Pengurus Pusat Punguan Parmalim Huta Tinggi atas kerja

samanya yang baik.

15. Kakak, adek stambuk, teman-teman yang telah memberikan doa, motivasi

dan saran hingga Skripsi ini selesai, antara lain: Bang Ferdinan, bang

Santo, bang Jaya, Jhon, Hendra, Elvin, Jujur, Yogi, Poppy, serta rekan-rekan stambuk ’08 dan teman-teman yang tidak dapat disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak mempunyai kelemahan

dan kekurangan, untuk itu dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran

demi membangun penulisan Skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberi sumbangan

pemikiran dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya golongan pecinta karya seni

gorga dalam pengkajian semiotika serta pembaca pada umumnya.

Medan, September 2015

Penulis

(4)

iv

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kerangka Teoritis ... 10

1. Pengertian Analisis... 10

2. Pengertian Penerapan ... 11

3. ornamen ... 12

4. Ornamen Batak Toba Menurut Teknik Pembuatan ... 20

5. Jenis-jenis dan Makna Simbolik Onamen Batak Toba ... 21

6. Ornamen Tradisonal Batak Toba dalam Pewarnaan ... 39

7. Makna Warna pada Ornamen Tradisional Batak Toba ... 40

8. Pembuatan Ornamen Tradisonal Batak Toba ... 41

9. Penerapan Ornamen Batak Toba pada Rumah Ibadah ... 42

10.Agama Malim dalam Kebudayaan Batak ... 48

B. Kerangka Konseptual ... 60

BAB III METODE PENELITIAN ... 63

A. Lokasi dan Waktu penelitian ... 63

B. Populasi dan Sampel ... 63

C. Metode Penelitian... 64

D. Instrumen Penelitian... 65

E. Teknik Pengumpulan Data ... 66

F. Teknik Analisis Data………. 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

C. Temuan Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(5)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Ornament Batak Toba yang di terapkan pada

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pola Simetris ... 14

Gambar 2.2. Pola Asimetris ... 14

Gambar 2.3. Pola Pengulangan ... 15

Gambar 2.4. Pola Bebas/Kreasi ... 15

Gambar 2.5. Motif Geometris ... 16

Gambar 2.6. Motif Tumbuhan ... 17

Gambar 2.7. Motif Binatang ... 17

Gambar 2.8. Motif Manusia ... 18

Gambar 2.9. Motif Kosmos ... 19

Gambar 2.10. Motif Kreasi/khayalan ... 20

Gambar 2.11. Gorga Tarus/Adop-adop ... 22

Gambar 2.12. Gorga Hoda-hoda ... 23

Gambar 2.13. Gorga Boraspati ... 24

Gambar 2.14. Gorga Sijonggi ... 25

Gambar 2.15. Gorga Jenggar ... 26

Gambar 2.16. Gorga Gaja Dompak ... 27

Gambar 2.17. Gorga Singa-singa ... 28

Gambar 2.18. Gorga Ulu Paung ... 29

Gambar 2.19. Gorga Sitompi ... 30

Gambar 2.20. Gorga Dalihan Natolu ... 31

Gambar 2.21. Gorga Simeol-eol ... 32

Gambar 2.22. Gorga Simeol-eol marsialoan ... 33

Gambar 2.23. Gorga Silintong ... 34

Gambar 2.24. Gorga Simarogung-ogung ... 35

Gambar 2.25. Gorga Sitagan ... 36

Gambar 2.26. Gorga Hariara Sundung di Langit ... 37

Gambar 2.27. Gorga Ipon-ipon ... 38

Gambar 2.28. Gorga Iran-iran ... 38

Gambar 2.29. Gorga Simataniari ... 39

Gambar 2.30. Gorga Desa Nawalu ... 39

Gambar 2.31. Rumah Batak Sitolumbea/Jabu Ruma Gorga ... 46

Gambar 2.32. Rumah Batak Sisampuran/Jabu Ruma ... 46

Gambar 2.33. Rumah Adat Batak Toba Tampak Depan ... 47

Gambar 2.34. Rumah Adat Batak Toba Tampak Samping ... 48

Gambar 2.35. Raja Sisingamangaraja ... 49

Gambar 2.36. Induk Bolon Parmalim Raja Mulia Naipospos ... 52

Gambar 2.37. Ihutan Parmalim Raja Ungkap Naipospos ... 55

Gambar 2.38. Ihutan Parmalim Raja Marnangkok Naipospos ... 56

Gambar 2.39. Bale Pasogit Partonggoan Huta Tinggi Laguboti ... 57

Gambar 4.40. Bale Parsantian Huta tinggi ... 77

Gambar 4.41. Bentuk Gorga Jenggar Pada Bale Parsantian ... 78

Gambar 4.42. Bentuk Gorga Singa- singa Pada Bale Parsantian ... 79

Gambar 4.43. Bentuk Gorga Simeol-eol ... 80

Gambar 4.44. Bentuk Gorga Dalihan Natolu ... 82

Gambar 4.45. Bentuk Gorga Sitompi... 83

Gambar 4.46. Bentuk Gorga Silintong... 84

(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan ... 101

Lampiran 2. Glosarium ... 102

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian... 105

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang

sarat dengan nilai serta banyak melahirkan karya yang memiliki kekhususan, citra

unggul, unik dan komprehensif. Soegeng Toekio (2007) menyatakan bahwa

bertolak dari adat yang berlaku dalam suatu masyarakat karya dapat dipilah dalam

3 kelompok besar yaitu: (1) Kelompok karya kagunan (fungsional: peralatan

rumah tangga, perabotan, anyaman, gerabah, serta tenun); (2) Kelompok kerja

lengkapan (ornament, assesoris, souvenir, benda hias); dan (3) Kelompok karya

menjenis (figuratif, relief, miniatur, replika). Tampilan karya-karya tersebut

muncul sebagai ungkapan atas makna/simbol, pengalaman jiwa yang terdalam

serta diekspresikan melalui medium rupa dalam bentuk kebendaan. Dalam sejarah

Indonesia terkhusus Batak Toba dikenal dengan keaneka ragaman keterampilan

sebagai suatu media ungkapan makna yang diwujudkan dalam bentuk visual.

Bentuk visual inilah yang berperan dalam pengembangan kebudayaan serta

mengkomunikasikan nilai-nilai budaya dari masa lampau hingga saat ini

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kesenian Batak Toba

merupakan salah satu hasil dari bentuk kebudayaan, dimana kesenian daerah yang

beraneka ragam jenisnya, tercipta dari hasil ungkapan pikiran, perasaan, dan

(9)

2

merupakan suku yang menjunjung tinggi nilai budaya dan nilai luhur

nenek moyangnya.

Salah satu media ungkapan pikiran, perasaan, dan gagasan manusia yang

berkembang di Indonesia adalah ornamen atau ragam hias. Ornamen atau ragam

hias Batak Toba sering disebut dengan istilah gorga. Dimana pewarnaannya

menggunakan tiga warna yaitu merah, hitam, dan putih. Teknik yang gunakan

dengan ditoreh atau dicukil (lontik istilah sebutan suku Batak) pada permukaan

kayu. Gorga ini juga merupakan suatu pesan hasrat dan nasehat yang bersumber

dari pengetahuan, harapan, buah pikiran, sikap perilaku, dan keindahan yang

hendak dikomunikasikan. Dilihat dari segi bentuk atau motif dapat dicerminkan

falsafah maupun pandangan hidup masyarakat Batak Toba yang suka

musyawarah, gotong royong, suka berterus terang. Ornamen Batak Toba ini

dimaksudkan sebagai tanda komunikasi yang sarat akan, simbol-simbol, pesan,

nasehat, dan aturan-aturan dalam masyarakat yang disampaikan lewat ornamen.

Hal ini menunjukkan adanya keinginan yang diharapkan dari masyarakat dari

keturunanya, dan bahkan Tuhannya (religius). Dalam mayarakat Batak Toba, pada

umumnya benda-benda kesenian yang mempunyai hiasan ornamen Batak Toba

merupakan simbol-simbol atau lambang-lambang yang berkekuatan magis karena

ornamen Batak Toba mengandung makna simbolik yang mempunyai arti

perlambang tertentu sesuai dengan alam pikiran, perasaaan, adat dan kepercayaan

masyarakat. Dalam pembuatan ornamen suku Batak Toba tidak boleh

sembarangan menghadirkan motif-motif ornamen pada sembarang benda-benda

(10)

3

makna yang terselubung yang dapat berupa pesan, cita-cita atau harapan bahkan

dapat melukiskan tingkat sosial pemiliknya serta dapat berfungsi sebagai

kekuatan-kekuatan supranatural.

Ornamen ini masih banyak dijumpai pada bangunan rumah adat yang

tersebar di daerah Toba dan Samosir. Hal ini terbukti masih tardapatnya rumah

adat dan bangunan lain seperti: bangunan rumah penduduk, tempat penginapan

atau perhotelan, bangunan pemerintahan dan juga pada rumah ibadah contohnya

pada rumah ibadah Parmalim/ Ugamo Malim.

Ugamo Malim adalah kepercayaan, keyakinan terhadap Mulajadi Nabolon pencipta Alam Semesta yang disebut juga Tuhan Yang Maha Esa. Sebutan kepada Ugamo malim adalah PARMALIM.Jadi kepercayaan/ keyakinan itu adalah UGAMO MALIM.Salah kalau disebut keyakinan itu Parmalim.Parmalim adalah orang yang menghayati ajar Hamalimon (Malim).Dalam bahasa Batak disebut dengan Parugamo Malim.jadi sebutan Parmalim adalah kepada orangnya, bukan lembaganya” (Sulu Panondang Edisi II 2012:21-25).

Menurut Profesor Dr Uli Kozok MA dari University of Hawaii, Minoa,

USA, mengatakan, Sisingamangaraja XII bukan beragama Islam, Kristen maupun

Parmalin melainkan beragama Batak asli. Selama ini banyak kontroversi yang

terjadi dimasyarakat tentang agama yang dianut Sisingamangaraja XII. Ada yang

mengatakan dia beragama Kristen, maupun Islam, bahkan tidak sedikit yang

menyebut dia beragama Parmalin yang menurut sebagian orang merupakan agama

aslinya orang-orang Batak. Parmalin bukanlah agama asli orang Batak. Parmalin

merupakan agama kombinasi atau perpaduan dari agama Islam dan Kristen.

Ketika agama Parmalin berkembang di Tanah Batak, Sisingamangaraja XII

(11)

4

dari tentara Belanda.(perbincangan bersama Profesor Dr Uli Kozok MA, Medan,

Kamis Januari 2015).

Dari pernyataan Prof. Dr. Uli Kozok MA dapat kita diambil kesimpulan,

agama Parmalim adalah bagian dari Agama asli Batak (agama dari

Sisingamangaraja), yang awalnya sebagai gerakan politik atau Parhudamdam

dipelopori oleh Guru Somalaing Pardede untuk menggalang kekuatan menentang

Belanda, kemudian berkembang menjadi benteng untuk mempertahankan adat

istiadat Batak yang mulai tertekan dengan agama baru disponsori Jerman yakni

Kristen. Parmalim dengan kekuatan yang mulai berkembang menjadi suatu

kepercayaan. Dengan kata lain Agama Parmalim percaya kepada Tuhan yang Esa

yang disebut "Debata Mulajadi Nabolon". Awalnya, Parmalim adalah gerakan

spiritual untuk mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan kuno yang

terancam disebabkan agama baru yang disebarkan oleh Jerman.

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa Ugamo Malim merupakan salah satu

agama yang sama dengan agama lainya yaitu meyakini adanya Tuhan Yang Maha

Esa yang menciptakan alam semesta. Ugamo Malim merupakan salah satu jalan

manusia mengenal Tuhannya. Sebagai agama tradisi Ugamo Malim sangat

menjunjung tinggi nilai- nilai kebudayaan adat Batak Toba. Pengikutnya meyakini

bahwa ajaran ini adalah suci (malim) dan mereka ada penjaga dan pewaris

kesucian (hamalimon) itu. Tidak heran jika mereka mendapat julukan sebagai

"para penjaga tradisi". UU No. 23/2006 memberikan kesempatan kepada

Parmalim untuk dicatat sebagai warganegara melalui kantor catatan sipil. Sebagai

(12)

5

sejumlah daerah di Indonesia sangat baik. Itu bisa dilihat dari jumlah bangunan

rumah tempat ibadah Parmalim yang telah mencapai 41 rumah tempat ibadah

yang berpusat di Kabupaten Toba Samosir (Hutatinggi dan Laguboti). Hutatinggi

merupakan wilayah dari Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Laguboti,Kabupaten

Toba Samosir, sekitar 1,5 km dari jalan raya Medan-Balige. Rumah ibadah

Parmalim disebut Bale Pasogit Partonggoan atau sering disebut dengan Bale

Parsantian.

Bangunan rumah ibadah Parmalim atau Bale Parsantian Parmalim pada

umumnya telah menerapkan ornamen Batak. Penerepan ornamen Batak Toba

(Gorga) pada Bale Parsantin Hutatinggi kemungkinan berbeda dengan penerapan

pada bangunan lain di suku-suku Batak Toba. Misalnya pada rumah adat,

museum, kantor pemerintahan. Itu dipengaruhi dari perbedaan arsitektur

bangunannya, makna, dan fungsi yang terkandung dalam setiap ornamen yang

diterapkan. Salah satu contoh dalam hal pewarnaan. pewarnaan pada bangunan

bale Parsantian Hutatinggi ada penambahan warna yaitu warna kuning pada

gorga ipon-ipon.

Pewarnaan ornamen Batak Toba (Gorga) pada dasarnya hanya

menggunakan tiga warna yaitu warna putih, warna merah dan warna hitam. Dalam

hal ini peneliti ingin mencari/ menemukan imformasi apakah prinsip- prinsip

penerapan ornamen pada bangunan Bale Parsantian sesuai atau ada perubahan

dari prinsip dasar penerapan ornamen Batak Toba.

Berdasarkan uraian mengenai ornamen yang diterapkan pada bangunan

(13)

6

penerapan ornamen dengan judul “Analisis Penerapan Ornamen Tradisional

Batak Toba Pada Rumah Ibadah Parmalim Di Kecamatan. Laguboti”.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

perlu identifikasi masalah agar dalam pembahasan selanjutnya tidak terjadi

penyimpangan serta pembahasan permasalahannya lebih jelas. Maka identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Parmalim adalah sebutan bagi orang yang memeluk Agama Malim.

2. Bale parsantian adalah sebutan untuk rumah Ibadah Agama Malim.

3. Agama malim turut melestarikan kebudayaan Batak Toba.

4. Ornamen Batak Toba terdapat pada bangunan Bale parsantian

5. Ada teknik yang di gunakan dalam pembuatan Ornamen Batak Toba pada

bangunan Bale Parsantian.

6. Ada hubungan ornamen Batak Toba dengan Bangunan Bale Parsantian.

7. Bentuk ornamen Batak Toba terdapat pada bangunan Bale Parsantian.

8. Ada fungsi ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian.

9. Pewarnaan ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian.

10. Makna simbolik terdapat pada tiap- tiap jenis ornamen Batak Toba pada

(14)

7

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana

dankemapuan teoritis. Maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah

pada:

1. Ornamen Batak Toba yang terdapat pada bangunan Bale Parsantian di

Huta Tinggi di Kecamatan Laguboti.

2. Teknik pewarnaan ornamen serta maknanya pada bangunan Bale

Parsantian di Kecamatan Laguboti.

3. Bentuk ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian di

Kecamatan Laguboti.

4. Makna simbolik tiap- tiap jenis ornamen Batak Toba serta hubunganya

pada bangunan Bale Parsantian.

D. Rumusan Masalah

Suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan perlu diperjelas

perumusan masalahnya, agar hasil penelitiannya jelas dan konkrit. Berdasarkan

pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah; Apakah

ornamen tradisional Batak Toba yang diterapkan pada bangunan Bale Parsantian

di Hutatinggi masih sesuai dengan ornament tradisional Batak Toba ditinjau dari

bentuk, warna, dan makna simbolik.

E. Tujuan Penelitian

(15)

8

1. Menemukan data tentang penerapan ornamen Batak Toba pada bangunan

Bale Parsantian.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan ornamen Batak Toba pada

bangunan Bale Parsantian ditinjau dari bentuk, jenis, warna, dan makna

simbolik ornamen Batak Toba.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan pikiran dalam hal

memperkenalkan secara keseluruhan ornamen Batak Toba pada bangunan

Bale Parsantian.

2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah referensi tentang

pengetahuan pada ornamen Batak Toba serta perkembangannya di tengah

kemajuan zaman.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat

pada peninggalan budaya tradisional Batak Toba.

4. Hasil penelitian ini diharapakan bisa sebagai sumber imformasi yang tepat

bagi pencari imformasi, khususnya masyarakat Batak Toba.

5. Hasil penelitian ini dapat dimamfaatkan sebagai bahan kepustakaan

parmalim di Hutatinggi.

6. Hasil penelitian ini dapat dimamafaatkan sebagai bahan kepustakaan

(16)

9

7. Bagi peneliti sendiri diharapakan hasil penelitian menjadi langkah awal

untuk kedepanya lebih peduli pada pelestarian kebudayaan, khususnya

(17)

96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ornamen yang terdapat pada Bale Parsantian Huta Tinggi memilki 7 buah

jenis dan 4 jenis warna.

1. Ornamen yang terdapat pada Bale Parsantian yaitu Gorga Jenggar , Gorga

Singa- singa, Gorga Simeol- eol, Gorga Dalihan Natolu, Gorga Sitompi,

Gorga silintong, Gorga Ipon- ipon

2. Bentuk ornament pada bangunan Bale Parsantian Huta tinggi secara

keseluruhan sama dengan bentuk ornament tradisional Batak Toba pada

rumah adat. Hanya saja ada perbedaan penempatan pada beberapa jenis

ornament, karena penyesuaian pada bentuk arsitektur bangunan Bale

Parsantian.

3. Pewarnaan ornamen Batak Toba Yang Terdapat Pada Rumah Ibadah

Parmalim menggunakan tiga warna yaitu hitam, merah, dan putih. Warna

hitam pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi

diterapkan pada bagian yang timbul pada gorga. Warna hitam dimaknai

sebagai penggambarkan karisma kepemimpinan seorang raja. Warna

merah pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi

(18)

97

4. Dan pada gorga sipalang diterapkan pada bagian timbul dari gorga.

Warna merah dimaknai sebagai lambang dari kekuatan, keberanian, dan

kenabian. Warna putih pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian

Huta Tinggi diterapkan pada garis gorga. Warna putih dimaknai sebagai

lambang dari kesucian dan kebersihan. Warna kuning pada ornamen Batak

Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan pada pewarnaan

sebagian dari gorga ipon- ipon. Warna kuning dimaknai sebagai lambang

keabadian dan kekayaan.

B. Saran

Demi mempertahankan keaslian dari budaya Batak ditengah

perkembangan tegnologi diperlukan langkah- langkah tepat untuk menjaga

keakuratannya.

1. Generasi muda Batak seharusnya menjadi wadah pertahanan dari

pengetahuan budaya Batak khusunya pengetahuan tentang ornamen Batak

Toba atau gorga dan melestarikannya.

2. Menggali informasi pengetahuan tentang budaya Batak pada orang tua yang

aktif dalam adat Batak serta membukukan pengetahuan itu sebagai suatu

langkah untuk sumber belajar generasi berikutnya.

3. Melalui penelitian ini disarankan kepada pemerintah setempat agar kirannya

budaya tradisional Batak Toba menjadi kurikulim di sekolah, agar siswa

mengenal kembali jenis-jenis ornamen yang merupakan warisan budaya

(19)

98

4. Perkembangan teknologi bisa jadi media untuk memperkenalkan

(20)

99 DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. 2007. Kamus Istilah Sastra, Jakarta, Balai Pustaka.

Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Jakarta, Balai Pustaka.

A.N.J. Tha.Th. Van Der Hoop. 1949. Indonesiace Siermotieven Ragam- ragam perhiasan Indonesia, Bandung: H.Z. V/H.A.C.

Arikunto, Suharsimi.1989. Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi.1990. Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta, Balai Pustaka.

Gultom, Dj. Rajamarpodang,Drs. 1992. Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak, Medan: CV. Armada.

Gustami.1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia,Yoyakarta, ASRI.

Ihutan Parmalim. 2009. Pustaha Parguruan Taringot Tu Ugamo Malim. cetakan ke dua.

M.A. Marbun, I.M.T, Hutapea. 1987. Kamus Budaya Batak Toba, Jakarta, Balai Pustaka.

Margono, S.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.

Miles, B. Matthew dan Suberman, A. Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-PRESS.

Misgiya, Wahyu Tri Atmojo. 2008, Penerpan Ornamen Tradisional Batak Toba Dalam Teknik Batik Untuk Menciptakan Industri Kerajinan Batik Di Sumatera Utara, MEDAN: Jurnal Seni Rupa Vol.5, No. 2

(21)

100

Naibaho, Togarma.1998. Metodologi Riset Seni Rupa dan Desain, Jakarta, Universitas Trisakti

Saragi, Daulat dkk. 1999. Laporan Penelitian Nilai Estetis Dan Makna Simbolis Yang Terkandung Dalam Motif Ornamen Tradisional Bangunan Rumah Adat Batak Toba, Medan, IKIP.

Setiadi, Nugroho J.2003, Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta.

Siahaan, dkk. 1977. Laporan Penelitian Ragam Hias Batak, Medan: Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Sumatra Utara Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Siamamora, Tano. 1997. Rumah Batak Toba, Pematang Siantar

Sibeth, Achim. 1991. The Batak: Peoples of The Island of Sumatra, (London: Thames and Hudson Ltd)

Sihombing, Sispana. 2008. Penerapan Ornamen Tradisional Melayu Deli Sumatra Utara Sebagai Unsur Hias pada Desain Kartu Undangan Pernikahan. Jurnal Seni Rupa Unimed Vol 5 No 2. Medan: 55-57.

Sinurat, Julister Swarda. 2008. Penerapan Prinsip-Prinsip desain dan motif ornamen pada Gereja Katolik Paroki Santo Mikhael Pangururan. Jurnal Seni Rupa Unimed Vol 5 No 2. Medan: 37- 45 .

Sirait, Baginda. 1980. Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatra Utara, Medan: IKIP Medan.

Sulu Panondang Edisi II 2012: 21-25.

Gambar

Tabel 4.3. Aspek Hasil Penelitian ......................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Acara puncak perayaan hari Kemerdekaan dilaksanakan pada hari ini (17/08) dengan melaksanakan Upacara Kenaikan Bendera Merah Putih yang dilangsungkan di Kantor Proyek

Durasi yang tidak panjang akhirnya menyebabkan jenis program TV atau radio yang dapat diakses masyarakat juga terbatas, dan hal ini berdampak pada minimnya informasi

Bangunan Perdesaan Perkotaan PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah (Studi Pada Badan. Pengelola Keuangan Daerah

1) Adanya sarana untuk mensosialisasikan kebijakan atau program dari sekolah. Sarana itu berupa rapat kerja guru, rapat manajemen, pertemuan orangtua, dan masih banyak

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 10% daun eceng gondok ( E. minor ), atau kombinasi 5% keduanya dalam ransum nyata dapat meningkatkan

Peneliti tertarik untuk melihat perbedaan aggressiae diaing pada remaja ditinjau dari frekuensi perilaku membolos. Pengumpulan data dilakukan dengan mempergunakan Skala

 Saat ini pabrik HOKI yang ada di Subang memiliki kapasitas produksi 30 ton per jam, sehingga dengan penambahan ini HOKI bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 50 ton per

The present research amed to study the effect of supplementaton of local mneral formula contanng Bukt Kamangs’ lmestone, fresh water oyster shell and bone meal wth