• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 35 MEDAN PADA POKOK BAHASANARITMATIKA SOSIALTAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 35 MEDAN PADA POKOK BAHASANARITMATIKA SOSIALTAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

DI KELAS VII SMP NEGERI 35 MEDAN PADA POKOK BAHASANARITMATIKA SOSIAL TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh:

Lubin Johannes Siahaan NIM. 061244120159

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Saya Lubin Johannes Siahaan, Saya anak Pertama dari 5

bersaudara.Ibu saya bernama N.Simbolon, Ayah saya bernama T.M Siahaan.Saya

SD di SD RK Budi Luhur tamat tahun 2000, tamat di SMP Tri Sakti 1 Tahun

2003, dan Selanjutnya saya tamat di SMA Negeri 14 Medan tahun 2006, dan di

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan berkat-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.

Skripsi berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk

Meningkatkan Komunikasi Matematik Siswa di Kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun

Ajaran 2012/2013”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. S.

Siahaan,M.Pd selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada Ibu Dra.N.Manurung,M.Pd, Bapak Drs.M.Panjaitan,M.Pd, dan Ibu

Dra.Katrina Samosir M.Pd, yang telah memberi masukan dan saran-saran mulai dari

rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga

kepada Bapak Drs. Togi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh

Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang

sudah membimbing penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu Guru

SMP N 35 Medan yang telah banyak membantu selama penelitian. Teristimewa saya

sampaikan terima kasih kepada Ayah, Ibu, dan sanak keluarga yang memberi dorongan

material dan spritual dalam menyelesaikan studi di Unimed, beserta Teman saya Imelda

Pardosi yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata

bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam

memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Februari 2013

Penulis,

(5)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

DI KELAS VII SMP NEGERI 35 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013

Lubin Johannes. Siahaan ( NIM : 061244120159 ) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan komunikasi matematik siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan Aritmatika Sosial di Kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dilakukan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 yang berjumlah 38 orang. Objek Penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dalam model pembelajaran kontekstual pada materi aritmatika social.Instrumen pengumpulan data yaitu tes kemampuan komunikasi matematik siswa, lembar observasi.

Sebelum pemberian tindakan terlebih dahulu diadakan tes kemampuan komunikasi awal. Dari 38 orang siswa yang mengikuti tes kemampuan komunikasi matematika awal, nilai explanation tertinggi 10, nilai representasi tertinggi 10 dan nilai drawing tertinggi 15 sehingga nilai maksimal siswa hanya 35 dengan kata lain tidak ada siswa yang mencapai nilai 65 keatas atau tuntas dan nilai rata – rata kelas yang diperoleh adalah 10,6. Pada siklus I, diperoleh nilai explanation tertinggi 15, nilai representasi tertinggi 30 dan nilai drawing tertinggi 30, sehingga nilai maksimal siswa hanya 75. Sebanyak 2 orang ( 5,3 % ) yang mencapai nilai 65 keatas atau tuntas, sedangkan sebanyak 36 orang ( 94,7 % ) memperoleh nilai kurang dari 65 atau tidak tuntas dengan nilai rata – rata kelas 29,9. Pada akhir siklus II diperoleh nilai explanation tertinggi 40, nilai representasi tertinggi 40, dan nilai drawing tertinggi 20 sehingga nilai maksimal siswa 100. Sebanyak 35 orang ( 92,1 % ) mencapai nilai 65 keatas atau tuntas, sedangkan 3 orang siswa ( 7, 9 % ) memperoleh nilai kurang dari 65 atau tidak tuntas dengan nilai rata – rata kelas 72,23.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

RIWAYAT HIDUP ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 5

1.3. Batasan Masalah 5

1.4. Rumusan Masalah 5

1.5. Tujuan Penelitian 6

1.6. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1. Kerangka Teoritis 7

2.1.1. Belajar Matematika 7

2.1.2. Hasil Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya 8

2.1.3. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Matematik 9

2.1.4. Aspek – Aspek Komunikasi 11

2.1.4.1. Representasi (Representing) 12

2.1.4.2. Mendengar (Listening) 13

2.1.4.3. Membaca (Reading) 13

2.1.4.4. Diskusi (Discussing) 15

2.1.4.5. Menulis (Writing) 16

2.1.5. Pembelajaran Kontekstual 20

2.1.6. Materi Aritmatika Sosial 24

2.1.6.1. Harga Pembelian dan Harga Penjualan 25

2.1.6.2. Untung dan Rugi 25

(7)

2.2. Kerangka Konseptual 27

2.3. Hipotesis Tindakan 28

BAB III METODE PENELITIAN 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 29

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 29

3.1.1. Subjek Penelitian 29

3.1.2. Objek Penelitian 29

3.3 Pendekatan dan Jenis Penelitian 29

3.4 Definisi Operasional 29

3.5 Prosedur Penelitian 30

3.6 Alat Pengumpul Data 36

3.6.1. Tes 36

3.6.2. Observasi 36

3.7. Teknik Analisa Data 37

3.8. Penarikan Kesimpulan 39

3.9. Indikator Keberhasilan Penelitian 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 41

4.1. Hasil dan Pembahasan Siklus I 41

4.2. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II 48

4.2.1. Permasalahan II 48

4.2.2. Perencanaan Tindakan II 49

4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 50

4.2.4. Observasi II 50

4.2.5. Analisis Data II 51

4.2.6. Refleksi II 53

4.3. Temuan Peneliti 54

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 57

5.1. Kesimpulan 57

5.2. Saran 58

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP) (SIKLUS 1) 61

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP) (SIKLUS 1) 66

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP) (SIKLUS 2) 71

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP) (SIKLUS 2) 76

Lampiran 5 Lembar Aktifitas Siswa (LAS) I 81

Lampiran 6 Lembar Aktifitas Siswa (LAS) II 84

Lampiran 7 Test Awal 87

Lampiran 8 Jawaban Test Awal 88

Lampiran 9 Tes Siklus I 90

Lampiran 10 Jawaban Test Siklus I 92

Lampiran 11 Test Siklus II 96

Lampiran 12 Jawaban Tes Siklus II 98

Lampiran 13 Pedoman Penskoran ` 102

Lampiran 14 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I 104

Lampiran 15 Analisis Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I 108

Lampiran 16 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II 111

Lampiran 17 Analisis Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II 113

Lampiran 18 Tabel Analisis Tes Kemampuan Awal 116

Lampiran 19 Tabel Analisis Tes Kemampuan komunikasi matematik siswa I 118

Lampiran 20 Tabel Analisis Tes Kemampuan komunikasi matematik siswa II 120

Lampiran 21 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa I 122

Lampiran 22 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa II 123

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan canggih, maka diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan matematika merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dimana penguasaan yang baik akan matematika mutlak diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana halnya dengan yang dikemukakan oleh Y. Marpaung (2004:1) bahwa: Negara-negara di dunia berlomba untuk memperbaiki kualitas pendidikan matematikanya karena peranan matematika sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan. Seperti yang dikemukakan oleh Suharyanto (http:/www.smu-net.com) bahwa: Mata pelajaran matematika masih merupakan penyebab utama siswa tidak lulus UAN. Dari semua peserta yang tidak lulus sebanyak 24,44 % akibat jatuh dalam pelajaran matematika.

DEPDIKNAS & Ketua Assosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI), Firman SyahNoor(SuaraPembaharuan,2010)http://www.sfeduresearch.org/contenvview/1 08/66/ lang.jd/ juga mengungkapkan bahwa: Prestasi siswa matematika kelas 8 (setara SMP kelas 2) di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang jumlah jam pelajarannya setiap tahun lebih sedikit dibandingkan Indonesia. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 = rendah, 475 = menengah, 550= tinggi, 625 = tingkat lanjut) merupakan hasil analisis pelaksanaan TIMMS yang dilakukan Frederick KS Leing dari The University of Hongkong.

Adapun salah satu penyebab hasil belajar siswa masih rendah adalah siswa

tidak memahami konsep matematika dan tidak mampu menggunakannya dalam

pemecahan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Usman (2001:36) bahwa:

Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa

adalah lemahnya kemampuan siswa menguasai konsep dasar matematika.

(11)

diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.

Selain itu kemampuan berkomunikasi dipengaruhi oleh otak manusia itu

sendiri, seperti halnya otak orang dewasa yang sehat berbobot 1.5 kg, yang

memiliki kekentalan seperti bubur sum-sum yang padat, berukuran dua kepalan

tangan yang ditempelkan pada tulang-tulang jarinya, dan cukup kecil untuk

dipegang di atas satu telapak tangan.

Walaupun saraf-saraf di dalam otak orang dewasa yang sehat terus

membuat sambungan-sambungan sampai saat kematian, otak tersebut membuat

sambungan dengan kecepatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang

dilakukan saraf dalam otak anak kecil.

Otak seorang anak membuat sambungan-sambungan saraf dengan

kecepatan yang luar biasa. Kapasitas yang luar biasa pada otak anak-anak dalam

membuat sambungan yang sangat banyak berarti bahwa belajar seharusnya adalah

urusan pada masa anak-anak dan bahwa sekolah-sekolah harus menyediakan

lingkungan belajar yang kaya bagi anak-anak, yang membantu otak mereka

menjadi lebih kuat dan cepat.

Penelitian mengenai otak memberi tahu kita bahwa pengaruh lingkungan

lebih besar daripada yang kita bayangkan. Otak seorang anak yang menghabiskan

banyak waktu menonton televisi sangat berbeda strukturnya dengan otak anak

yang sering berbicara dengan orang dewasa, sehingga komunikasi si anak

mengalami peningkatan kedewasaan dan dapat berkomunikasi dengan baik.

(Buku Contextual Teaching & Learning, Elaine B. Johnson,PH.D dan

Pengantar Prof.Dr.Chaedar Alwasilah Guru Besar UPI hal 55 tentang sebuah

sistem yang cocok dengan otak).

Kemampuan berkomunikasi matematik sangat penting di dalam belajar

matematika untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain, seperti

yang dikemukakan oleh Bruner (dalam Edward, 2002:40) yang mengatakan

(12)

Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa

diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.

Hal senada juga diungkapkan oleh Fathoni bahwa:Dalam mempelajari matematika bukan semata-mata hanya menghafal, tetapi siswa harus bisa mengartikan simbol matematika dan rumus yang terdapat dalam matematika karena simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya (www.komunikasimatematika.com).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep dan kemampuan

berkomunikasi matematika sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar

matematika.

Di samping rendahnya pemahaman konsep dan komunikasi matematik

siswa, penggunaan metode pengajaran dan pendekatan yang digunakan oleh guru

di kelas juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Di mana pembelajaran selama ini

masih menggunakan pendekatan tradisional dan siswa hanya mendengarkan

ceramah dari guru tanpa melibatkan siswa untuk aktif dalam belajar matematika.

Sebagaimana yang diutarakan oleh Usman (2001:36) bahwa:

Rendahnya pemahaman peserta didik terhadap matematika disebabkan

oleh salah satu di antaranya adalah metode pengajaran yang digunakan

oleh pengajar masih berorientasi pada pendekatan tradisional yang

menempatkan siswa hanya sebagai pendengar.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Untuk SMP, pokok bahasan Aritmatika Sosial diajarkan di Kelas VII Semester I. Pokok bahasan Aritmatika Sosial merupakan salah satu pokok bahasan yang kurang dipahami oleh siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu E. Napitupulu salah seorang guru matematika di SMP Negeri 35 Medan dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Maret 2011 yang menyatakan bahwa: Kemauan siswa dalam belajar matematika masih kurang, ketuntasan belajar matematika siswa selama ini hanya mencapai 40%. Demikian halnya ketika mempelajari pokok bahasan Aritmatika Sosial, hasil belajar siswa cenderung rendah. Ada sekitar 60% yang memperoleh nilai dibawah 65, artinya hanya 40% siswa yang tuntas mempelajari materi tersebut. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal Aritmatika Sosial karena lemahnya pengetahuan prasyarat siswa dan tidak mampu berkomunikasi matematik, sehingga mereka sulit untuk memahami dan menyelesaikan soal tersebut. Siswa juga kurang aktif bertanya kepada guru tentang materi yang tidak dimengerti.

Rendahnya mutu pendidikan matematika di Indonesia menarik perhatian

beberapa pihak untuk melakukan upaya-upaya perbaikan. Berbagai usaha telah

(13)

dapat dipungkiri bahwa sampai sekarang tidak ada cara belajar yang paling benar

dan baik. Sebagaimana menurut Nisbet (dalam Tim MKPBM 2001:70) bahwa :

Tidak ada cara belajar yang paling baik dan benar, orang-orang berbeda dalam

kemampuan intelektual, sikap dan kepribadiannya. Oleh karena itu, guru

diharapkan dapat menggunakan cara atau pendekatan yang sesuai untuk

pembelajaran matematika.

Salah satu pendekatan belajar yang sekarang ini banyak dibicarakan adalah

Pendekatan Konstektual, di mana Pendekatan Kontekstual merupakan konsep

belajar yang membantu guru untuk mengaplikasikan materi pelajaran dengan

kehidupan nyata dan memotivasi untuk mengaitkan pengetahuan yang

dipelajarinya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Sebagaimana menurut

Suryanto (2002:49) bahwa: Ketiadaan hubungan antara pelajaran di sekolah

dengan dunia kerja serta masalah kehidupan nyata ikut menyebabkan rendahnya

motivasi belajar banyak siswa.

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang

memberikan keleluasaan untuk berpikir siswa secara aktif dan kreatif dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Pendekatan ini tidak mengharuskan siswa

menghafal fakta-fakta, tetapi mendorong siswa untuk mengkonstruksikan

pengetahuannya sendiri.

Menurut Nurhaidi (2002:10) ada tujuh komponen utama yang dilibatkan

dalam pembelajaran kontekstual, yaitu: kontruktivisme (constructivism),

menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning

community), permodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian

sebenarnya (authentic assessment).

Ketujuh komponen tersebut merupakan komponen-komponen utama

pembelajaran produktif.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan sebuah

strategi pembelajaran yang lebih menjanjikan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dan tidak menutup kemungkinan untuk memperbaiki mutu pendidikan di

(14)

menjadi fasilitator dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep dan komunikasi matematika siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk

Meningkatkan Komunikasi Matematik Siswa di Kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas seperti yang

diutarakan DEPDIKNAS & Ketua Assosiasi Guru Matematika Indonesia

(AGMI),FirmanSyahNoor(SuaraPembaharuan,2010)http://www.sfeduresearch.org

/contenvview/108/66/ lang.jd/, dan seperti yang dikemukakan oleh Ibu Aisyah

S.pd salah seorang guru matematika di SMP Negeri 35 Medan dalam wawancara

yang dilakukan pada tanggal 13 Maret 2012, maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa masih rendah.

2. Minat belajar matematika siswa kurang.

3. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat.

4. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Aritmatika

Sosial

5. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa.

6. Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa.

1.3. Batasan Masalah

Dari identifikasi diatas maka perlu ditentukan batasan masalah-masalah

(15)

Maka masalah dalam penelitian ini dibatasi adalah bagaimana cara

meningkatkan komunikasi matematika siswa pada pokok bahasan Aritmatika

Sosial di Kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model

pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan komunikasi matematik siswa pada

pokok bahasan Aritmatika Sosialdi kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun

Ajaran 2012/2013 ?”.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah ada peningkatan komunikasi matematik siswa setelah dilakukan penerapan

model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan Aritmatika Sosial di Kelas

VII SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, sebagai bahan informasi, gambaran serta pertimbangan bagi

guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan

komunikasi matematik siswa.

2. Bagi siswa, untuk meningkatkan minat belajar siswa dan meningkatkan

pemahaman konsep dan kemampuan berkomunikasi matematik

khususnya pada pokok bahasan Aritmatika Sosial.

3. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan dalam peningkatan mutu

pendidikan sesuai dengan kurikulum.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan sekaligus bahan pegangan dalam

mengajar siswa dimasa mendatang.

(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini yang disajikan pada BAB IV dapat

diambil kesimpulan :

1. Efektifitas model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika pada materi aritmatika sosial di Kelas

VII-1 SMP Negeri 35 Medan dapat dilihat dari pembelajaran matematika

terlaksana dengan efektif dan tercapainya ketuntasan klasikal. Berdasarkan

deskripsi hasil observasi guru pada siklus I diperoleh bahwa pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan guru tergolong kurang maksimal dengan

hasil nilai observasi sebesar 2,95 sedangkan pelaksanaan yang

dilaksanakan guru pada siklus II sudah maksimal dengan nilai yang

diperoleh termasuk dalam kategori baik sebesar 3,3. Ini berarti diperoleh

peningkatan nilai observasi sebesar 0,35. Pada siklus II diperoleh jumlah

siswa yang memiliki nilai tuntas (tingkat kemampuan komunikasi matematika ≥ 65) yaitu 92,1% ≥ 85%. Ini berarti ketuntasan klasikal sudah tercapai.

Penerapan model pembelajaran kontekstual pada materi siswa aritmatika

sosial di kelas VII-1 SMP Negeri 35 Medan, memiliki respon yang positif di

kalangan siswa kelas VII. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan

kemampuan komunikasi matematika siswa di siklus II yaitu sebesar 92,1%.

(17)

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi aritmatika sosial

hendaknya guru menggunakan model pembelajaran kontekstual sebagai

salah satu upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika

siswa.

2. Kepada siswa khususnya SMP Negeri 35 Medan hendaknya selalu giat

belajar matematika. Dan disarankan lebih berani dalam menyampaikan

pendapat atau ide-ide dan dapat menggunakan seluruh perangkat

pembelajaran sebagai acuan, dan siswa akan lebih efektif karena guru

lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I., (2001), Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan Konvergensi Dalam

Peningkatan Kualitas dan Efektifitas Pembelajaran. Disampaikan pada

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Adirman, M. Cholik, Sugijono., (2005), Matematika Untuk SMP/MTs kelas VII,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Addurrahman, M., (1999), Pendidikan BAgi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Ansari, B., (2009), Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi, Penerbit Pena.

Banda Aceh.

Arikunto, S., (2002), Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta.

Bambang, R., (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika,

http://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun-keterampilan-komunikasi-matematika.html. (Acsessed 7 November 2008)

Baroody, A.J., (1993), Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8.

Helping Children Think Mathematically. New York: Merril, an inprint of

Macmillan Publishing, Company.

Chaedar, A., (2007), Contextual Teaching and Learning. Penerbit MLC, Jakarta.

Daryanto, H., (1999), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Debdikbud, (1994), Kurikulum Sekolah Menengah Umum GBPP. Depdikbud,

Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2007), Buku Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa dan Berstandar

(Sop) Kepembimbingan Skripsi Program Studi Pendidikan, FMIPA

Unimed.

Fathoni,A.,(2007), Bahasa Matematika,

(19)

Greenes, C. & Schulman, L., (1996), Communication Processes in Mathematical

Explorations and Investigations,In P.C. Elliot and M. J. Kenney (Eds.).

1996 Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond.

USA: NCTM.

Hudojo, H., (1998), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.

Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004, Penerbit Grasindo, Jakarta.

Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan. Penerbit Usaha Nasional.

Purba, Edward, dkk., (2002), Belajar dan pembelajaran, FIP Unimed, Medan.

Slameto, (2003), Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, N., (2005), Penilaian hasil proeses belajarMengajar, Penerbit PT

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sullivan, P & Mousley, J., (1996), Natural Communication in Mathematics

Classrooms: What Does it Look Like. In P. C. Clarkson. (Ed.) Technology

in Mathematics Education. Melbourne: Merga.

Tim MKPBM, (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, FMIPA.

Universitas Negeri Medan.

Tim UPPL., (2006), Buku Petumjuk Operasional PPLT Program S1, Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan Tingkat Kabuaten/Kota Wilayah I (Jawa dan Sumatera).. Badan Ketahanan Pangan,

[r]

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis..

Penyusunan standar isi pembelajaran pada masing-masing PS mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP), Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Gagasan atau kata-kata orang lain digunakan tanpa memberi penghargaan atau pengakuan atas sumbernya. Plagiarisme dapat terjadi ketika mengajukan usul penelitian,

Webster (2010) mengkaji lebih dalam bagaimana cara mengkonstruksi topologi kompak lokal Hausdorff pada ruang lintasan tak hingga dari graf berarah

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengujian secara simultan penggunaan informasi akuntansi, partisipasi penyusunan anggaran, lingkungan, pengalaman kerja

Simpulan dari penelitian ini yaitu : (1) Faktor-faktor yang mendorong perempuan memilih bekerja menjadi pedagang pada malam hari di pinggir jalan raya pusat kota