PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA
DI KELAS VII SMP NEGERI 35 MEDAN PADA POKOK BAHASANARITMATIKA SOSIAL TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh:
Lubin Johannes Siahaan NIM. 061244120159
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Saya Lubin Johannes Siahaan, Saya anak Pertama dari 5
bersaudara.Ibu saya bernama N.Simbolon, Ayah saya bernama T.M Siahaan.Saya
SD di SD RK Budi Luhur tamat tahun 2000, tamat di SMP Tri Sakti 1 Tahun
2003, dan Selanjutnya saya tamat di SMA Negeri 14 Medan tahun 2006, dan di
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan berkat-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk
Meningkatkan Komunikasi Matematik Siswa di Kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun
Ajaran 2012/2013”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. S.
Siahaan,M.Pd selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ibu Dra.N.Manurung,M.Pd, Bapak Drs.M.Panjaitan,M.Pd, dan Ibu
Dra.Katrina Samosir M.Pd, yang telah memberi masukan dan saran-saran mulai dari
rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
kepada Bapak Drs. Togi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang
sudah membimbing penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu Guru
SMP N 35 Medan yang telah banyak membantu selama penelitian. Teristimewa saya
sampaikan terima kasih kepada Ayah, Ibu, dan sanak keluarga yang memberi dorongan
material dan spritual dalam menyelesaikan studi di Unimed, beserta Teman saya Imelda
Pardosi yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata
bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Februari 2013
Penulis,
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA
DI KELAS VII SMP NEGERI 35 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Lubin Johannes. Siahaan ( NIM : 061244120159 ) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan komunikasi matematik siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan Aritmatika Sosial di Kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dilakukan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 yang berjumlah 38 orang. Objek Penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dalam model pembelajaran kontekstual pada materi aritmatika social.Instrumen pengumpulan data yaitu tes kemampuan komunikasi matematik siswa, lembar observasi.
Sebelum pemberian tindakan terlebih dahulu diadakan tes kemampuan komunikasi awal. Dari 38 orang siswa yang mengikuti tes kemampuan komunikasi matematika awal, nilai explanation tertinggi 10, nilai representasi tertinggi 10 dan nilai drawing tertinggi 15 sehingga nilai maksimal siswa hanya 35 dengan kata lain tidak ada siswa yang mencapai nilai 65 keatas atau tuntas dan nilai rata – rata kelas yang diperoleh adalah 10,6. Pada siklus I, diperoleh nilai explanation tertinggi 15, nilai representasi tertinggi 30 dan nilai drawing tertinggi 30, sehingga nilai maksimal siswa hanya 75. Sebanyak 2 orang ( 5,3 % ) yang mencapai nilai 65 keatas atau tuntas, sedangkan sebanyak 36 orang ( 94,7 % ) memperoleh nilai kurang dari 65 atau tidak tuntas dengan nilai rata – rata kelas 29,9. Pada akhir siklus II diperoleh nilai explanation tertinggi 40, nilai representasi tertinggi 40, dan nilai drawing tertinggi 20 sehingga nilai maksimal siswa 100. Sebanyak 35 orang ( 92,1 % ) mencapai nilai 65 keatas atau tuntas, sedangkan 3 orang siswa ( 7, 9 % ) memperoleh nilai kurang dari 65 atau tidak tuntas dengan nilai rata – rata kelas 72,23.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
RIWAYAT HIDUP ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi Masalah 5
1.3. Batasan Masalah 5
1.4. Rumusan Masalah 5
1.5. Tujuan Penelitian 6
1.6. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Kerangka Teoritis 7
2.1.1. Belajar Matematika 7
2.1.2. Hasil Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya 8
2.1.3. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Matematik 9
2.1.4. Aspek – Aspek Komunikasi 11
2.1.4.1. Representasi (Representing) 12
2.1.4.2. Mendengar (Listening) 13
2.1.4.3. Membaca (Reading) 13
2.1.4.4. Diskusi (Discussing) 15
2.1.4.5. Menulis (Writing) 16
2.1.5. Pembelajaran Kontekstual 20
2.1.6. Materi Aritmatika Sosial 24
2.1.6.1. Harga Pembelian dan Harga Penjualan 25
2.1.6.2. Untung dan Rugi 25
2.2. Kerangka Konseptual 27
2.3. Hipotesis Tindakan 28
BAB III METODE PENELITIAN 29
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 29
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 29
3.1.1. Subjek Penelitian 29
3.1.2. Objek Penelitian 29
3.3 Pendekatan dan Jenis Penelitian 29
3.4 Definisi Operasional 29
3.5 Prosedur Penelitian 30
3.6 Alat Pengumpul Data 36
3.6.1. Tes 36
3.6.2. Observasi 36
3.7. Teknik Analisa Data 37
3.8. Penarikan Kesimpulan 39
3.9. Indikator Keberhasilan Penelitian 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 41
4.1. Hasil dan Pembahasan Siklus I 41
4.2. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II 48
4.2.1. Permasalahan II 48
4.2.2. Perencanaan Tindakan II 49
4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 50
4.2.4. Observasi II 50
4.2.5. Analisis Data II 51
4.2.6. Refleksi II 53
4.3. Temuan Peneliti 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 57
5.1. Kesimpulan 57
5.2. Saran 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP) (SIKLUS 1) 61
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP) (SIKLUS 1) 66
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP) (SIKLUS 2) 71
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP) (SIKLUS 2) 76
Lampiran 5 Lembar Aktifitas Siswa (LAS) I 81
Lampiran 6 Lembar Aktifitas Siswa (LAS) II 84
Lampiran 7 Test Awal 87
Lampiran 8 Jawaban Test Awal 88
Lampiran 9 Tes Siklus I 90
Lampiran 10 Jawaban Test Siklus I 92
Lampiran 11 Test Siklus II 96
Lampiran 12 Jawaban Tes Siklus II 98
Lampiran 13 Pedoman Penskoran ` 102
Lampiran 14 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I 104
Lampiran 15 Analisis Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I 108
Lampiran 16 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II 111
Lampiran 17 Analisis Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II 113
Lampiran 18 Tabel Analisis Tes Kemampuan Awal 116
Lampiran 19 Tabel Analisis Tes Kemampuan komunikasi matematik siswa I 118
Lampiran 20 Tabel Analisis Tes Kemampuan komunikasi matematik siswa II 120
Lampiran 21 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa I 122
Lampiran 22 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa II 123
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan canggih, maka diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan matematika merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dimana penguasaan yang baik akan matematika mutlak diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana halnya dengan yang dikemukakan oleh Y. Marpaung (2004:1) bahwa: Negara-negara di dunia berlomba untuk memperbaiki kualitas pendidikan matematikanya karena peranan matematika sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan. Seperti yang dikemukakan oleh Suharyanto (http:/www.smu-net.com) bahwa: Mata pelajaran matematika masih merupakan penyebab utama siswa tidak lulus UAN. Dari semua peserta yang tidak lulus sebanyak 24,44 % akibat jatuh dalam pelajaran matematika.
DEPDIKNAS & Ketua Assosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI), Firman SyahNoor(SuaraPembaharuan,2010)http://www.sfeduresearch.org/contenvview/1 08/66/ lang.jd/ juga mengungkapkan bahwa: Prestasi siswa matematika kelas 8 (setara SMP kelas 2) di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang jumlah jam pelajarannya setiap tahun lebih sedikit dibandingkan Indonesia. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 = rendah, 475 = menengah, 550= tinggi, 625 = tingkat lanjut) merupakan hasil analisis pelaksanaan TIMMS yang dilakukan Frederick KS Leing dari The University of Hongkong.
Adapun salah satu penyebab hasil belajar siswa masih rendah adalah siswa
tidak memahami konsep matematika dan tidak mampu menggunakannya dalam
pemecahan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Usman (2001:36) bahwa:
Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa
adalah lemahnya kemampuan siswa menguasai konsep dasar matematika.
diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.
Selain itu kemampuan berkomunikasi dipengaruhi oleh otak manusia itu
sendiri, seperti halnya otak orang dewasa yang sehat berbobot 1.5 kg, yang
memiliki kekentalan seperti bubur sum-sum yang padat, berukuran dua kepalan
tangan yang ditempelkan pada tulang-tulang jarinya, dan cukup kecil untuk
dipegang di atas satu telapak tangan.
Walaupun saraf-saraf di dalam otak orang dewasa yang sehat terus
membuat sambungan-sambungan sampai saat kematian, otak tersebut membuat
sambungan dengan kecepatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang
dilakukan saraf dalam otak anak kecil.
Otak seorang anak membuat sambungan-sambungan saraf dengan
kecepatan yang luar biasa. Kapasitas yang luar biasa pada otak anak-anak dalam
membuat sambungan yang sangat banyak berarti bahwa belajar seharusnya adalah
urusan pada masa anak-anak dan bahwa sekolah-sekolah harus menyediakan
lingkungan belajar yang kaya bagi anak-anak, yang membantu otak mereka
menjadi lebih kuat dan cepat.
Penelitian mengenai otak memberi tahu kita bahwa pengaruh lingkungan
lebih besar daripada yang kita bayangkan. Otak seorang anak yang menghabiskan
banyak waktu menonton televisi sangat berbeda strukturnya dengan otak anak
yang sering berbicara dengan orang dewasa, sehingga komunikasi si anak
mengalami peningkatan kedewasaan dan dapat berkomunikasi dengan baik.
(Buku Contextual Teaching & Learning, Elaine B. Johnson,PH.D dan
Pengantar Prof.Dr.Chaedar Alwasilah Guru Besar UPI hal 55 tentang sebuah
sistem yang cocok dengan otak).
Kemampuan berkomunikasi matematik sangat penting di dalam belajar
matematika untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain, seperti
yang dikemukakan oleh Bruner (dalam Edward, 2002:40) yang mengatakan
Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa
diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
Hal senada juga diungkapkan oleh Fathoni bahwa:Dalam mempelajari matematika bukan semata-mata hanya menghafal, tetapi siswa harus bisa mengartikan simbol matematika dan rumus yang terdapat dalam matematika karena simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya (www.komunikasimatematika.com).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep dan kemampuan
berkomunikasi matematika sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar
matematika.
Di samping rendahnya pemahaman konsep dan komunikasi matematik
siswa, penggunaan metode pengajaran dan pendekatan yang digunakan oleh guru
di kelas juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Di mana pembelajaran selama ini
masih menggunakan pendekatan tradisional dan siswa hanya mendengarkan
ceramah dari guru tanpa melibatkan siswa untuk aktif dalam belajar matematika.
Sebagaimana yang diutarakan oleh Usman (2001:36) bahwa:
Rendahnya pemahaman peserta didik terhadap matematika disebabkan
oleh salah satu di antaranya adalah metode pengajaran yang digunakan
oleh pengajar masih berorientasi pada pendekatan tradisional yang
menempatkan siswa hanya sebagai pendengar.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Untuk SMP, pokok bahasan Aritmatika Sosial diajarkan di Kelas VII Semester I. Pokok bahasan Aritmatika Sosial merupakan salah satu pokok bahasan yang kurang dipahami oleh siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu E. Napitupulu salah seorang guru matematika di SMP Negeri 35 Medan dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Maret 2011 yang menyatakan bahwa: Kemauan siswa dalam belajar matematika masih kurang, ketuntasan belajar matematika siswa selama ini hanya mencapai 40%. Demikian halnya ketika mempelajari pokok bahasan Aritmatika Sosial, hasil belajar siswa cenderung rendah. Ada sekitar 60% yang memperoleh nilai dibawah 65, artinya hanya 40% siswa yang tuntas mempelajari materi tersebut. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal Aritmatika Sosial karena lemahnya pengetahuan prasyarat siswa dan tidak mampu berkomunikasi matematik, sehingga mereka sulit untuk memahami dan menyelesaikan soal tersebut. Siswa juga kurang aktif bertanya kepada guru tentang materi yang tidak dimengerti.
Rendahnya mutu pendidikan matematika di Indonesia menarik perhatian
beberapa pihak untuk melakukan upaya-upaya perbaikan. Berbagai usaha telah
dapat dipungkiri bahwa sampai sekarang tidak ada cara belajar yang paling benar
dan baik. Sebagaimana menurut Nisbet (dalam Tim MKPBM 2001:70) bahwa :
Tidak ada cara belajar yang paling baik dan benar, orang-orang berbeda dalam
kemampuan intelektual, sikap dan kepribadiannya. Oleh karena itu, guru
diharapkan dapat menggunakan cara atau pendekatan yang sesuai untuk
pembelajaran matematika.
Salah satu pendekatan belajar yang sekarang ini banyak dibicarakan adalah
Pendekatan Konstektual, di mana Pendekatan Kontekstual merupakan konsep
belajar yang membantu guru untuk mengaplikasikan materi pelajaran dengan
kehidupan nyata dan memotivasi untuk mengaitkan pengetahuan yang
dipelajarinya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Sebagaimana menurut
Suryanto (2002:49) bahwa: Ketiadaan hubungan antara pelajaran di sekolah
dengan dunia kerja serta masalah kehidupan nyata ikut menyebabkan rendahnya
motivasi belajar banyak siswa.
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang
memberikan keleluasaan untuk berpikir siswa secara aktif dan kreatif dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Pendekatan ini tidak mengharuskan siswa
menghafal fakta-fakta, tetapi mendorong siswa untuk mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri.
Menurut Nurhaidi (2002:10) ada tujuh komponen utama yang dilibatkan
dalam pembelajaran kontekstual, yaitu: kontruktivisme (constructivism),
menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
community), permodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment).
Ketujuh komponen tersebut merupakan komponen-komponen utama
pembelajaran produktif.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan sebuah
strategi pembelajaran yang lebih menjanjikan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dan tidak menutup kemungkinan untuk memperbaiki mutu pendidikan di
menjadi fasilitator dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep dan komunikasi matematika siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk
Meningkatkan Komunikasi Matematik Siswa di Kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas seperti yang
diutarakan DEPDIKNAS & Ketua Assosiasi Guru Matematika Indonesia
(AGMI),FirmanSyahNoor(SuaraPembaharuan,2010)http://www.sfeduresearch.org
/contenvview/108/66/ lang.jd/, dan seperti yang dikemukakan oleh Ibu Aisyah
S.pd salah seorang guru matematika di SMP Negeri 35 Medan dalam wawancara
yang dilakukan pada tanggal 13 Maret 2012, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa masih rendah.
2. Minat belajar matematika siswa kurang.
3. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Aritmatika
Sosial
5. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa.
6. Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa.
1.3. Batasan Masalah
Dari identifikasi diatas maka perlu ditentukan batasan masalah-masalah
Maka masalah dalam penelitian ini dibatasi adalah bagaimana cara
meningkatkan komunikasi matematika siswa pada pokok bahasan Aritmatika
Sosial di Kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan komunikasi matematik siswa pada
pokok bahasan Aritmatika Sosialdi kelas VII SMP Negeri 35 Medan Tahun
Ajaran 2012/2013 ?”.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada peningkatan komunikasi matematik siswa setelah dilakukan penerapan
model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan Aritmatika Sosial di Kelas
VII SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, sebagai bahan informasi, gambaran serta pertimbangan bagi
guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan
komunikasi matematik siswa.
2. Bagi siswa, untuk meningkatkan minat belajar siswa dan meningkatkan
pemahaman konsep dan kemampuan berkomunikasi matematik
khususnya pada pokok bahasan Aritmatika Sosial.
3. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan dalam peningkatan mutu
pendidikan sesuai dengan kurikulum.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan sekaligus bahan pegangan dalam
mengajar siswa dimasa mendatang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini yang disajikan pada BAB IV dapat
diambil kesimpulan :
1. Efektifitas model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika pada materi aritmatika sosial di Kelas
VII-1 SMP Negeri 35 Medan dapat dilihat dari pembelajaran matematika
terlaksana dengan efektif dan tercapainya ketuntasan klasikal. Berdasarkan
deskripsi hasil observasi guru pada siklus I diperoleh bahwa pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan guru tergolong kurang maksimal dengan
hasil nilai observasi sebesar 2,95 sedangkan pelaksanaan yang
dilaksanakan guru pada siklus II sudah maksimal dengan nilai yang
diperoleh termasuk dalam kategori baik sebesar 3,3. Ini berarti diperoleh
peningkatan nilai observasi sebesar 0,35. Pada siklus II diperoleh jumlah
siswa yang memiliki nilai tuntas (tingkat kemampuan komunikasi matematika ≥ 65) yaitu 92,1% ≥ 85%. Ini berarti ketuntasan klasikal sudah tercapai.
Penerapan model pembelajaran kontekstual pada materi siswa aritmatika
sosial di kelas VII-1 SMP Negeri 35 Medan, memiliki respon yang positif di
kalangan siswa kelas VII. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan
kemampuan komunikasi matematika siswa di siklus II yaitu sebesar 92,1%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi aritmatika sosial
hendaknya guru menggunakan model pembelajaran kontekstual sebagai
salah satu upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika
siswa.
2. Kepada siswa khususnya SMP Negeri 35 Medan hendaknya selalu giat
belajar matematika. Dan disarankan lebih berani dalam menyampaikan
pendapat atau ide-ide dan dapat menggunakan seluruh perangkat
pembelajaran sebagai acuan, dan siswa akan lebih efektif karena guru
lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I., (2001), Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan Konvergensi Dalam
Peningkatan Kualitas dan Efektifitas Pembelajaran. Disampaikan pada
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Adirman, M. Cholik, Sugijono., (2005), Matematika Untuk SMP/MTs kelas VII,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Addurrahman, M., (1999), Pendidikan BAgi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Ansari, B., (2009), Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi, Penerbit Pena.
Banda Aceh.
Arikunto, S., (2002), Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Bambang, R., (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika,
http://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun-keterampilan-komunikasi-matematika.html. (Acsessed 7 November 2008)
Baroody, A.J., (1993), Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8.
Helping Children Think Mathematically. New York: Merril, an inprint of
Macmillan Publishing, Company.
Chaedar, A., (2007), Contextual Teaching and Learning. Penerbit MLC, Jakarta.
Daryanto, H., (1999), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Debdikbud, (1994), Kurikulum Sekolah Menengah Umum GBPP. Depdikbud,
Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2007), Buku Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa dan Berstandar
(Sop) Kepembimbingan Skripsi Program Studi Pendidikan, FMIPA
Unimed.
Fathoni,A.,(2007), Bahasa Matematika,
Greenes, C. & Schulman, L., (1996), Communication Processes in Mathematical
Explorations and Investigations,In P.C. Elliot and M. J. Kenney (Eds.).
1996 Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond.
USA: NCTM.
Hudojo, H., (1998), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.
Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004, Penerbit Grasindo, Jakarta.
Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan. Penerbit Usaha Nasional.
Purba, Edward, dkk., (2002), Belajar dan pembelajaran, FIP Unimed, Medan.
Slameto, (2003), Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, N., (2005), Penilaian hasil proeses belajarMengajar, Penerbit PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sullivan, P & Mousley, J., (1996), Natural Communication in Mathematics
Classrooms: What Does it Look Like. In P. C. Clarkson. (Ed.) Technology
in Mathematics Education. Melbourne: Merga.
Tim MKPBM, (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, FMIPA.
Universitas Negeri Medan.
Tim UPPL., (2006), Buku Petumjuk Operasional PPLT Program S1, Universitas