BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang pemahaman siswa tentang
nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan
toleransi siswa. Untuk mendapatkan data yang akurat dan faktual maka
penelitian ini berlangsung atau berlokasi di SMA Taruna Bakti Jl. L.L.
R.E. Martadinata No. 52 Bandung. Alasan pemilihan lokasi ini, karena
siswa-siswi SMA Taruna Bakti mempunyai latar belakang etnis, agama
dan budaya yang beragam sehingga peneliti ingin melihat bagaimana
pemahaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi untuk
meningkatkan sikap toleransi siswa di sekolah tersebut.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran
penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi beserta dewan guru yang ada di SMA
Taruna Bakti Bandung. Jaringan informasi yang diberikan oleh subjek
penelitian diberikan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini adalah
pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang
tersebut yang dianggap tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin
dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
objek atau situasi sosial yang diteliti.
Untuk penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan saat
peneliti memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. “Dengan
cara, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan
memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data tersebut
peneliti dapat menetapkan lainnya yang dipertimbangkan akan
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah :
a. Wakasek bidang kesiswaan ( 1 orang)
b. Guru mata pelajaran sosiologi (1 orang)
c. Siswa SMA Taruna Bakti (10 siswa)
Penelitian akan melakukan penggalian data sedikit demi sedikit
yang lama kelamaan semakin dalam. Hal ini dilakukan agar ada
perbandingan antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain.
Selain itu juga penulis memperoleh informasi dari informan lain yang
dapat menambah dan memperkuat data. Dengan demikian akan diperoleh
gambaran lengkap tentang pemahaman nilai-nilai multikultural dalam
meningkatkan toleransi siswa.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Perhatian penelitian adalah tentang bagaimana pemahaman
nilai-nilai multirukultural yang diajarkan di sekolah dalam materi pembelajaran
sosiologi oleh guru terhadap cara siswa bersosialisasi dan menyesuaikan
diri dalam lingkungannya, terutama dilihat pada saat mereka melakukan
interaksi dengan teman bermain yaitu cara mereka bergaul dan bagaimana
memilih teman. Pada anak usia sekolah yang cenderung memiliki rasa
ingin tahu yang sangat besar mereka akan berteman dengan orang yang
dapat mengerti dan memahami mereka sehingga mereka akan berteman
dengan orang-orang itu saja, hal ini akan melahirkan kelompok-kelompok
yang akan menjadi jurang pemisah antara mereka. Keadaan seperti ini
akan membuat mereka untuk tidak saling mengenal satu sama lain
sehingga mereka kurang peduli terhadap lingkungan dan teman sekitarnya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
“penelitian kualitatif adalah metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan”.
Penelitian kualitatif adalah suatu cara yang digunakan untuk
menggali dan mengekplorasi suatu keadaan atau fenomena sosial yang
terjadi di masyarakat. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif
bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam.
Punch dalam Creswell (2010, hlm. 95-96) menyebutkan ‘dalam
penelitian kualitatif peneliti sering menggunakan teori sebagai poin akhir
penelitian dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti
peneliti menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung
mulai dari data, lalu ke tema umum’.
Bagan 3.1
Logika Pendekatan Induktif
Sumber : Creswell tahun 2010
Peneliti mengungkapkan generalisasi-generalisasi atau teori-teori dari literatur-literatur dan
pengalaman-pengalaman pribadinya.
Peneliti mencari pola-pola umum, generalisasi-generalisasi atau teori-teori dari tema-tema atau kategori-kategori yang
dibuat.
Peneliti menganalisis data berdasarkan tema-tema dan kategori-kategori.
Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada partisipan dan merekam catatan-catatan lapangan.
Berdasarkan hal tersebut secara metodologis penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif
dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan
yang dikaji dalam penelitian ini mengenai pemahaman nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran sosiologi dilihat dari proses belajarnya
ini membutuhkan sejumlah data yang sifatnya aktual dan konseptual.
Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah
yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak
dapat dipisahkan dari latar alamiahnya. Disamping itu pendekatan
kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan
penulis senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah
yang dihadapi dalam penelitian ini.
2. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data guna menjawab permasalahan seperti
yang dikemukakan di atas, peneliti menggunakan metode studi kasus.
Mulyana (2013, hlm. 201) berpendapat bahwa “studi kasus adalah uraian
dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu,
suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial”.
Selanjutnya Myers (dalam Sarosa, 2012, hlm. 117) menjelaskan bahwa ‘metode studi kasus digunakan untuk meneliti kejadian nyata dimasa kini (komtemporer) dimana peneliti tidak dapat mengendalikannya
(tidak seperti dalam eksperimen) dan mungkin saja semua kejadian yang diamati terjadi dalam waktu yang bersamaan’.
Sejalan dengan hal tersebut Lincoln dan Guba ( dalam Mulyana,
2013, hlm. 201) mengemukakan beberapa keuntungan dan keistimewaan
studi kasus meliputi hal-hal berikut :
a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emi, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.
c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.
d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trust-worthness). e. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi
penilaian atas transferabilitas.
f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Dengan demikian, maka metode studi kasus adalah suatu metode
yang mampu menggambarkan situasi atau kejadian yang ada pada masa
sekarang. Dengan menggunakan metode ini maka akan dapat diperoleh
informasi secara lengkap berkenaan dengan masalah yang hendak diteliti
dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat.
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka data-data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, videotape, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo dan
dokumen resmi lainnya. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas
tentang situasi-situasi sosial.
C. Penjelasan Istilah
1. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan
perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada peserta didik, seperti
perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan
umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah.
2. Toleransi
Perwujudan sikap yang mengakui dan menghormati hak-hak asasi
manusia tanpa melihat latar belakang dan budaya yang dimiliki sehingga
tercipta kedamaian dan kerukunan.
3. Pembelajaran sosiologi
budaya dalam konteks masyarakat sebagai objek pembelajaran dan
mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami berbagai fenomena
dalam masyarakat.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2005, hlm. 59), menyatakan bahwa “dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri”. Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2005, hlm.
60-61), menyatakan bahwa:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya
Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 61) peneliti sebagai
instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian;
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen
berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia;
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika;
menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan dan pelakan;
7. Dalam penelitian dengan meggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan
belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti
sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat
dikembangkan suatu instrumen. Dalam penelitian ini akan
mengembangkan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara,
pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.
1. Penggunaan wawancara dalam penelitian kualitatif yaitu untuk
menggali informasi secara mendalam dari responden. Wawancara
digunakan untuk meneliti hal-hal yang tidak nampak secara
mendasar yang dilakukakan selama observasi berlangsung. Sehingga
data yang di dapat lebih akurat dan mendukung hasil penelitian.
2. Pengunaan observasi dalam penelitian adalah untuk mengamati
kegiatan secara keseluruhan selama proses penelitian berlangsung.
Observasi yaitu mengamati setiap kegiatan yang mendukung
pelaksanaan penanaman nilai-nilai multikultural di SMA Taruna
Bakti. Observasi juga digunakan untuk mendapatkan gambaran
umum tentang kondisi sosial di SMA Taruna Bakti.
3. Penggunaan dokumentasi dalam penelitian ini yaitu untuk
mengamati dokumen-dokumen tertulis, foto-foto kegiatan dan data
lain yang mendukung proses penelitian yang berkaitan dengan
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara
sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas
kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Bungin (2008, hlm. 118) dalam melakukan observasi peneliti
menggunakan pancaindra untuk mengamati seluruh aktivitas penelitian.
mengatakan bahwa :
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya ... seseorang yang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindra lainnya; seperti apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang ia cium dari penciumannya, bahkan dari apa yang ia rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya.
Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 64) menyatakan bahwa
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmu hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang snagat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Dalam melakukan penelitian tentang pemahaman nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan sikap
toleransi siswa di SMA Taruna Bakti peneliti melakukan observasi
terhadap keadaan di sekolah seperti lingkungan fisik, program-program
sekolah, RPP dan model pembelajaran yang digunakan serta
dokumen-dokumen sekolah, dan aktivitas yang terjadi di sekolah yang mendukung
data dalam penelitian ini.
Observasi ini dilakukan dengan teknik observasi non partisipan,
kedalam objek pengamatan, akan tetapi tetap memperoleh gambaran
mengenai objek yang dituju.
Objek penelitian dalam penelitian kualitiatif yang diobservasi menurut Spradley (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 68) dinamakan “situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku) dan
activities (aktivitas)”.
1. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung
2. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu
3. Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung
2. Wawancara
Bungin (2001, hlm. 155) menyebutkan “wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang
dilakukan dua pihak yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dengan orang yang di wawancarai (interviewee)”. hal ini
senada dengan yang diungkapkan oleh Moleong (2012, hlm. 186) bahwa “wawancara adalah Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.
Silverman (dalam Sarosa, 2012, hlm. 45) dalam wawancara
peneliti dapat mengajukan pertanyaan mengenai :
a. Fakta ( misalnya mengenai data diri, geografis, demografis); b. Kepercayaan dan perspektif seseorang terhadap suatu fakta; c. Perasaan;
d. Perilaku saat ini dan masa lalu; e. Standar normatif;
f. Mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu.
Teknik wawancara memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari
pada angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang
digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
untuk melakukan studi pendahuluan terhadap permasalahan sebagai
langkah awal dalam penelitian. Wawancara juga dilakukan untuk
mengetahui hal-hal seperti ide-ide, pendapat, informasi, data, maupun
wawasan yang lebih mendalam dari responden terkait permasalahan yang
dihadapi, kita bisa mengungkap kebenaran adanya masalah dimulai dari
berkomunikasi dengan beberapa siswa dan guru yang ada di sekolah.
3. Studi Dokumentasi
“Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah
penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data
siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb”. (Danial,
2009 hlm. 79).
Dalam mengumpulkan data guna keperluan penelitian peneliti
dapat melakukan studi domentasi seperti meneliti dokumen siswa yang di
dalamnya memuat data-data siswa yang dibutuhkan gunakan mendapatkan
data yang lebih akurat seperti biodata siswa yang berisikan latar belakang
siswa sehingga didapatkan informasi berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti.
Studi dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan dokumen
sebagai berikut :
a. Profil sekolah
b. Data siswa
c. Dokumen kurikulum sekolah
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sosiologi
4. Catatan Lapangan (Field Note)
Peneliti melakukan penelitian dengan cara membuat catatan
singkat pengamatan tentang segala peristiwa yang dilihat dan didengar
selama penelitian berlangsung sebelum ditulis kembali kedalam catatan
J. Moleong, 2012, hlm. 209) yang mengemukakan bahwa : ‘Catatan (field
note) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat dan dialami,
dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data
dalam penelitian kualitatif’. Catatan lapangan dapat memuat observasi,
perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi dan penjelasan.
F. Penyusunan Alat dan Pengumpulan Data
Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data hasil
penelitian berupa hasil observasi dan hasil wawancara maka diperlukan
penyusunan alat untuk mengumpulkan data. Penyusunan alat dan
pengumpulan data dilakukan sebelum peneliti terjun langsung ke
lapangan. Salah satu tujuan penyusunan alat dan pengumpulan data adalah
untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data yang benar-benar
dibutuhkan dalam penelitian ini. Penyusunan alat dan pengumpulan data
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Penyusunan Kisi-Kisi Penelitian
Untuk mempermudah peneliti dalam mengambil data maka peneliti
menyusun kisi-kisi penelitian. Kisi-kisi penelitian ini dijabarkan dalam
bentuk pertanyaan dengan tujuan untuk mempermudah dalam alat
pengumpulan data sehingga data yang di peroleh benar-benar data yang
valid.
2. Penyusunan Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai alat pengumpul data
adalah observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA Taruna Bakti
Bandung.
3. Penyusunan Pedoman Wawancara
Sebelum melakukan wawancara kepada responden perlu kiranya
disusun pedoman wawancara. Penyusunan pedoman wawancara untuk
Pedoman wawancara berupa penjabaran pertanyaan yang di ajukan kepada
pihak-pihak yang dianggap dapat mewakili dalam penelitian ini.
4. Penyusunan Pedoman Observasi
Pedoman observasi perlu disusun sebelum peneliti melakukan
penelitian dan pengamatan hal ini dilakukan agar penelitian yang
dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah di tetapkan.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008, hlm. 246),
mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification”.
1. Data Reduction (reduksi data)
Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan
menfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti, dengan
kata lain reduksi data bertujuan untuk memperoleh
pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan
dengan cara merangkum mengklasifikasikan sesuai masalah dan
aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Setelah melakukan wawancara dengan
beberapa informan, data yang diperoleh kemudian disalin kedalam bentuk
pertanyaan jawaban kemudian dilakukan reduksi data dengan
mengelompokkan data yang mendukung hasil penelitian sehingga
diperoleh gambaran tentang pemahaman nilai-nilai multikultural di SMA
Taruna Bakti Bandung.
2. Data Display (penyajian data)
Penyajian data (data display) adalah sekumpulan informasi
tersusun yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh
mencari pola hubungannya.
Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci
namun menyeluruh akan memudahkan dalam memahami
gambaran-gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan
maupun bagian demi bagian. Penyajian data selanjutnya disajikan dalam
bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian yang
diperoleh.
3. Conclusion Drawing Verification
Conclusion drawing verification merupakan upaya untuk mencari
arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah
dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam
bentuk pernyataan singkat dan mudah dengan mengacu kepada tujuan
penelitian.
Demikian prosedur yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan
penelitian ini. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan
penelitian yang dilakukan ini dapat memperoleh data yang memenuhi
kriteria suatau penelitian yaitu derajat kepercayaan, maksudnya data yang
diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan kebenarannya.
H. Pengujian Keabsahan Data
sugiyono (2010, hlm. 117-131) menjelaskan untuk mencari
keabsahan hasil penelitian menggunakan pengujian validitas dan reabilitas
penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Sugiyono. Yakni uji
credibility (validitas internal), dependability, dan confirmability
(obyektivitas). Untuk penjelasan dari masing-masing pengujian tersebut
akan dijabarkan dibawah ini :
1. Pengujian Kredibilitas
Pengujian kredibilitas penelitian ini dengan menggunakan
pendekatan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan,
pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi dan member chek
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang
ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid.
Sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang
ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati
oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan
pemberi data, dan apabila perbedaan tajam, maka peneliti harus
merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data.
a. Perpanjangan pengamatan
Data yang diperoleh selama penelitian akan dikonfirmasi
kembali dengan cara peneliti mendatangi tempat penelitian dan
melakukan wawancara dengan orang yang dulu pernah di
wawancarai atau dengan responden yang baru, hal ini
dimaksudkan agar data yang telah diperoleh dapat dipastikan
kebenarannya. Dengan perpanjangan pengamatan hubungan
yang terjalin antara peneliti dan respon sudah tidak ada jarak
sehingga apabila peneliti melakukan wawancara kembali data
yang di peroleh sudah tidak ada lagi keraguan artinya data yang
diperoleh sudah benar. Bila data yang diperoleh selama ini
setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data
lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan
lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga memperoleh data
yang dapat dipastikan kebenarannya.
b. Meningkatkan ketekunan
Dalam penelitian kualitatif, meningkatkan ketekunan
sangatlah penting. Hal ini dikarenakan bahwa data yang
diperoleh selama penelitian harus di cek dan dicermati kembali.
tugas yang sudah selesai di kerjakan. Apakah masih ada salah
kata atau ada yang harus di evaluasi kembali.
Sebagai bekal untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan membaca banyak referensi buku maupun hasil penelitian
ataupun dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan
yang kita teliti. Dengan banyak membaca referensi maka,
wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam sehingga dapat
digunakan untuk mengecek kembali data yang sudah ditemukan.
c. Triangulasi
Tringualasi adalah pengecekan data dengan berbagai
sumber, berbagai cara dan berbagai teknik. Tringulasi data yaitu
menguji kredibilitas data dengan melakukan pengecekan
kembali. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan teknik
wawancara, lalu dicek kembali dengan teknik observasi dan
studi dokumentasi. Bila data yang diperoleh berbeda setelah
melakukan pengecekan kembali, peneliti harus
mendiskusikannya dengan sumber data yang bersangkutan atau
yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
Atau mungkin semuanya benar dengan sudut pandang yang
berbeda-beda.
d. Menggunakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check
adalah untuk mengetahui sejauh mana data yang diberikan
sesuai dengan informasi yang diberikan oleh pemberi data,
apabila data yang diberikan disepakati oleh seluruh pemberi data
maka, data yang diperoleh sudah valid atau benar. Apabila data
dilapangan selama penelitian berlangsung maka peneliti
mendiskusikan dengan pemberi data, jika ditemukan hasil yang
jauh berbeda, maka peneliti harus merubah temuannya sesuai
dengan data yang ditemukan dilapangan.
Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu
periode pengumpulan data selesai, atau setelah peneliti
mendapatkan kesimpulan. Caranya adalah peneliti datang
kembali ke pemberi data dan melakukan diskusi tentang temuan
yang berbeda, setelah melakukan diskusi makan akan disepakati
bahwa data yang diperoleh dapat ditambah, dikurangan atau
ditolak oleh pemberi data. Setelah disepakati bersama, maka
para pemberi data diminta untuk menandatangi, supaya lebih
otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah
melakukan member check.
2. Pengujian Dependability
Pengujian depenbility dilakukan dengan melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh
auditor yang independent, atau pembimbinguntuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana
peneliti mulai menentukan masalah atau fokus penelitian, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data,
melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus
dapat ditunjukkan oleh peneliti.
3. Pengujian Confirmability
Pengujian confirmability mirip dengan uji dependability,
sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari
proses penelitian yang di lakukan, maka peneliti tersebut telah
I. Tahap- Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian merupakan serangkaian proses yang
dilakukan oleh peneliti dari awal sampai melakukan penelitian. Tahap-
tahap tersebut sebagai berikut :
1. Tahap Pra- Penelitian
Pada tahap ini, setelah menentukan judul, menentukan fokus
masalah, merumuskan masalah dan membuat proposal, peneliti
melakukan :
a. Studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran mengenai
pembelajaran berbasis multikultural pada subjek penelitian.
b. Menentukan lokasi penelitian.
c. Membuat kerangka berfikir dan mulai menyusun skripsi BAB I
sampai BAB III.
d. Membuat instrumen penelitian.
e. Membuat surat izin penelitian kepada Jurusan Pendidikan
Sosiologi yang kemudian diteruskan kepada bidang akademik
FPIPS UPI. Selanjutnya mengajukan permohonan izin penelitian
kepada Direktorat Akademik UPI.
2. Tahap Penelitian
Setelah tahap pra- penelitian selesai, peneliti melanjutkan penelitian
ke proses penelitian untuk mendapatkan data dari subjek yang akan
diteliti. Langkah- langkah yang di lakukan adalah :
a. Menghubungi pihak Humas SMA Taruna Bakti Bandung untuk
meminta Izin penelitian.
b. Menghubungi guru mata pelajaran sosiologi untuk meminta izin.
c. Menghubungi dan melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah
SMA Taruna Bakti Bandung.
d. Menghubungi dan melakukan wawancara kepada wakasek bidang
e. Menghubungi dan melakukan wawancara kepada guru mata
pelajaran sosiologi SMA Taruna Bakti Bandung.
f. Menghubungi dan melakukan wawancara kepada siswa SMA
Taruna Bakti Bandung.
g. Melakukan observasi pembelajaran sosiologi di SMA Taruna
Bakti Bandung.
h. Melakukan dan meminta dokumentasi juga membuat catatan yang
diperlukan untuk menunjang data penelitian dan meminjam
dokumen tertulis sekeolah seperti RPP pembelajaran Sosiologi
dan dokumen data siswa serta profil sekolah SMA Taruna Bakti
Bandung.
J. Isu Etik
Penelitian yang dilakukan di SMA Taruna Bakti yang berjudul “Pemahaman Nilai-Nilai Multikultural dalam Pembelajaran Sosiologi untuk Meningkatkan Toleransi Siswa di SMA Taruna Bakti Bandung”. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman
siswa tentang nilai-nilai multikultural untuk meningkat sikap toleransi
siswa. Visi dan Misi SMA Taruna Bakti merupakan sekolah pembauran,
karena memiliki latarbelakang siswa yang berasal dari suku, agama, dan
adat istiadat yang berbeda. Pentingnya penanaman nilai-nilai multikultural
untuk meningkatkan toleransi siswa agar tidak terjadi kesalapahaman yang
dapat memicu lahirnya konflik sosial antar agama, suku dan budaya.
Penelitian ini tidak bermaksud untuk merugikan pihak manapun, baik
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Setelah penulis menyampaikan pemaparan hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul “Pemahaman Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran Sosiologi untuk Meningkatkan Toleransi Siswa Di SMA Taruna Bakti Bandung”, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Muatan nilai-nilai multikultural yang terkandung dalam materi
pembelajaran sosiologi di SMA Taruna Bakti Bandung adalah sikap saling
menghargai, saling menghormati, toleransi, sikap adil dan tidak
diskriminasi. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran guru terlebih
dahulu membuat dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang mencerminkan penanaman nilai-nilai multikultural. Salah satu model
pembelajaran yang mendukung penanaman nilai-nilai multikultural dalam
pembelajaran sosiologi adalah dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL). Tujuan penanaman nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran sosiologi agar siswa dapat menghargai
setiap perbedaan yang ada dalam masyarakat pada umumnya, mengingat
bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki
keanekaragaman budaya yang kaya.
2. Implementasi materi mata pelajaran sosiologi terkait nilai-nilai
multikultural di SMA Taruna Bakti Bandung, dapat dilihat dari
penyampaian materi pembelajaran oleh guru yaitu dengan mengaitkannya
dengan kehidupan yang terjadi di masyarakat seperti materi permasalahan
sosial, guru mengaitkannya dengan masalah kemiskinan yang terjadi di
masyarakat dengan metode ini, tidak hanya meningkatkan pengetahuan
siswa tetapi meningkatkan kemampuan siswa dalam mengatasi
permasalahan tersebut dan mereka dapat mengimplementasikannya
sosiologi terkait nilai-nilai multikultural, dapat terlihat dari bagaimana
sikap dan tingkah laku siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Pada
saat proses pembelajaran berlangsung, salah satu cara yang dilakukan agar
proses pembelajaran tidak monoton adalah dengan menggunakan model
dan metode pembelajaran yang menarik, guru tidak hanya terus menerus
ceramah di depan kelas tetapi mengajak siswa untuk berpikir kritis,
sehingga metode dan media yang digunakan sudah mulai bervariasi,
diantaranya penggunaan LCD untuk menayangkan video-video, gambar
dll, dan disajikan dengan metode presentasi. Dengan presentasi siswa
dilatih untuk dapat berbicara didepan orang banyak, bagaimana mereka
dapat menerima kritikan dan menghargai setiap aspirasi yang disampaikan
oleh temannya.
3. Penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi dapat
meningkatkan sikap toleransi siswa, meskipun perubahan sikap yang
ditunjukkan tidak begitu berarti karena sikap dan watak yang ada dalam
diri siswa lebih besar dipengaruhi oleh interaksi yang dihadapinya dalam
kehidupan bermasyarakat. Perubahan sikap yang terjadi karena adanya
rangsangan dan stimulus yang diberikan, rangsangan ini mengandung
harapan bagi siswa, biasanya harapan ini agar mereka bisa lebih baik
kedepannya. Setelah guru memberikan rangsangan atau stimulus tentang
sikap toleransi, siswa berpikir manfaat dari sikap toleransi tersebut dan
menyadari bahwa sikap intoleransi yang mereka lakukan terhadap orang
lain dapat menyakiti dan melukai perasaan orang tersebut, bahkan sikap
intoleransi ini dapat berujung konflik. Pada saat proses pembelajaran
berlangsung suasana saling menghargai dan menghormati sudah terasa
meskipun belum terlalu kondusif, saat presentasi siswa dibagi kedalam
beberapa kelompok, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk
memilih teman kelompoknya. Dalam menentukan teman kelompok, semua
siswa dapat berkelompok dengan siapa saja tanpa menghiraukan
latarbelakang yang mereka miliki, asalkan orang yang mereka ajak untuk
cenderung bergabung dengan orang yang sudah dekat dengan mereka,
alasanya mereka sudah saling mengenal karakter masing-masing sehingga
tidak perlu melakukan penyesuaian kembali. Interaksi yang terjalin antara
guru dengan siswa, siswa dengan siswa sudah sangat baik, pada saat jam
istirahat mereka saling berbaur, tidak hanya dengan teman sekelasnya
tetapi juga dengan teman-teman dari kelas lain sehingga tidak terlihat ada
jarak yang dilatarbelakangi oleh perbedaan agama, ras, suku dan budaya.
4. Hambatan dalam penanaman nilai-nilai multikultural adalah tidak adanya
kurikulum khusus mengenai pendidikan multikultural di sekolah, sehingga
tidak ada wadah yang menaungi penanaman nilai-nilai multikulral di
sekolah, untuk mengatasi hal ini guru berusaha menyisipkan nilai-nilai
multikultural kedalam materi belajar, meskipun tanpa disadari bahwa
mereka sedang menanamkan nilai-nilai multikultural. Hambatan lain yang
dihadapi adalah kondisi siswa dan keterbatasan ilmu pengetahuan,
seringkali menjadi perdebatan yang didasarkan oleh emosi pada saat
presentasi. Faktor pendukung penanaman nilai-nilai multikultural adalah
terjadinya keseimbangan dan kerjasama antara sarana dan prasarana,
kurikulum, kemampuan guru dan siswa, seluruh aspek ini sudah
terintegrasi dengan baik. Disamping itu ada beberapa program sekolah
yang mendukung penanaman nilai-nilai multikultural di sekolah yaitu,
dengan mengadakan acara keagamaan seperti pesantren kilat ramadhan,
Natal, kerja bakti dan memberikan bantuan sosial ke panti asuhan. Seluruh
siswa dapat bekerjasama tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
B. Impikasi dan Rekomendasi
Dengan melihat hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian,
maka penulis memberikan saran sebagai upaya konstruktif demi penelitian
yang akan dilakukan selanjutnya. Adapun saran penulis yaitu :
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Bandung,
diharapkan mengintruksi kepada seluruh sekolah untuk melaksanakan
pembelajaran berbasis multikultural di sekolah, dari tingkat SD, SMP dan
SMA. Dalam pelaksanaannya peran pemerintah sebagai pengawas
jalannya program pendidikan multikultural, mengingat nilai-nilai
pendidikan multikultural sangat perlu di tanamkan kepada siswa-siswi
agar mereka menghargai dan menghormati setiap perbedaan kebudayaan
yang ada di masyarakat.
2. SMA Taruna Bakti
Dalam menanamkan nilai-nilai multikultural sekolah hendaknya
dapat berperan aktif untuk membuat program-program sekolah yang
menunjang penanaman nilai-nilai multikultural, SMA Taruna Bakti adalah sekolah pelopor “Pembauran” untuk mewujukan cita-cita tersebut perlu diadakannya program pendidikan multikultural yang lebih kondusif,
teratur dan terarah sehingga diperlukan koordinasi yang baik dengan
seluruh administrasi sekolah baik pihak kurikulum, staf guru dan siswa.
Untuk mendukung penanaman nilai-nilai multikultural di sekolah, pihak
sekolah disarankan untuk membuat slogan-slogan yang berisikan
nilai-nilai multikultural disetiap ruang terbuka yang dapat dilihat oleh siswa, hal
ini akan memicu semangat siswa untuk menerapkan nilai-nilai
multikultural dalam diri mereka.
3. Pendidikan Sosiologi
Sebagai calon pendidik, guru sosiologi hendaknya dapat
mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural kepada siswa,
dengan menggunakan metode dan model pembelajaran yang kreatif dan
inovatif sehingga suasana belajar tidak monoton dan siswa dapat
4. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang berniat untuk meneliti objek yang
sama mengenai pemahaman nilai-nilai multikultural hendaknya meluaskan
objek kajian tidak hanya pada satu nilai saja yaitu toleransi tetapi lebih
diperluas mengingat tidak hanya sikap toleransi yang harus ditanamkan
kepada siswa tetapi sikap saling menghargai, saling menghormati, adil dan
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Aloliliweri. (2011). Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Azwar, S. (1995). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Putaka Pelajar.
Bungin, Burhan. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Creswell, J.W. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Danial, Endang.(2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.
Gerungan, W. (2009). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.
Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Hayat, B. (2013). Mengelolah Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT. Saadah Pustaka Mandiri.
Mahfud, C. (2011). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mar’at.(1981). Sikap Manusia Perubahannya Serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Masduqi, I. (2011). Berislam secara toleran.Bandung : Mizan.
Mulyana, Deddy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Munawir, Imam. (1984). Sikap Islam terhadap Kekerasan, Damai, Toleransi dan Solidaritas. Surabaya : PT Bina Ilmu
Moleong, J.X. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun & Sauqi, Ahmad. (2011). Pendidikan Multikultural : Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.
Setiadi, Elly M & Kolip Usman. Pengantar Sosiologi. (2011). Jakarta: Kencana.
Soekanto, Soejono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Soyonomukti, N. (2010). Teori-teori Pendidikan. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suryana, T. (2011). Konsep dan aktualisasi kerukunan antar umat beragama. Ta’lim, 127-136.
Suwarno, W. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: Ar-Russ Media Group.
Wahyudin, U. (2014). Islamic Education And Moral Values 2. Bandung : Facil
zubaedi. (2005. Pendidikan Berbasis Masyarakat : Upaya Menawarkan Solusi terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tesis dan Skripsi :
Anggraini, L. (2009). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Pendidikan Multikultural dalam Memupuk Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Di SMA Aloysius Bandung). Tesis magister pada prodi PKn SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Lestari, G. (2013). Persepsi Mahasiswa tentang Multikulturalisme Pengaruhnya Terhadap Radikalisme Atas Nama Agama (Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi, Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
Murtadlo, S. (2013). Implementasi Pendidikan Multikultural dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Taruna Bakti Bandung (Studi Deskriptif di SMA Taruna Bakti Bandung). Skripsi, Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
Wahyudin, I. (2014). Implementasi Pendidikan Multikultural Untuk