• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BIMBINGAN KOLABORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AKADEMIK ANAK YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITIES) DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL BIMBINGAN KOLABORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AKADEMIK ANAK YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITIES) DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL BIMBINGAN KOLABORATIF

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AKADEMIK ANAK

YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITIES)

DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

PROMOVENDUS

MEDINA CHODIJAH

1005075

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MODEL BIMBINGAN KOLABORATIF

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AKADEMIK ANAK

YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITIES)

DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF

Oleh : Medina Chodijah S.Psi UNISBA Bandung, 1997 M.Psi UNISBA Bandung 2009

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Jurusan Bimbingan dan Konseling

© Medina Chodijah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

MODEL BIMBINGAN KOLABORATIF

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AKADEMIK ANAK

YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITIES)

DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

PROMOVENDUS

MEDINA CHODIJAH

1005075

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(4)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua

Prof.Dr.Ahman,M.Pd.

KoPromotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M.Pd.

Anggota

Dr. Suherman, M.Pd.

Mengetahui ;

KaProdi

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Model Bimbingan

Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak yang mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilities) Di Sekolah Dasar Inklusif” ini beserta seluruh

isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi

yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014 Yang Membuat Pernyataan

(6)
(7)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Medina Chodijah. 2013. Model Bimbingan Kolaboratif untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilities) Di Sekolah Dasar Inklusif. Disertasi. Dibimbing oleh : Prof. Dr. Ahman, M.Pd. (Promotor); Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M.Pd. (Ko-Promotor); dan Dr. Suherman, M.Pd.(Anggota). Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Penelitian ini bertitik tolak dari rendahnya kemampuan akademik anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disabilities. Untuk itu diperlukan bimbingan yang tepat agar kemampuan tersebut dapat meningkat. Namun demikian, tidak ada seorang ahli yang mampu memahami kebutuhan yang kompleks yang dimiliki anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disabilities. Kolaborasi merupakan kunci kesuksesan bagi pengembangan segala aspek yang dimiliki mereka termasuk aspek akademik. Bimbingan kolaboratif adalah suatu pola interaksi yang dilakukan oleh minimal dua orang yang sejajar dan suka rela terlibat dalam berbagi pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan yang sama. Kolaborasi dapat dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan model bimbingan kolaboratif yang efektif untuk meningkatkan kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities yang berada di Sekolah Dasar inklusif. Personel yang terlibat sebagai kolaborator dalam pelaksanaan bimbingan kolaboratif ini adalah guru BK, guru kelas dan orang tua. Penelitian ini menggunakan desain subjek tunggal dengan tipe explanatory mixed method dimana peneliti awalnya mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif terlebih dahulu baru kemudian dilengkapi dengan data kualitatif. Hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya komunikasi yang cukup di antara para kolaborator, namun demikian komunikasinya berjalan dengan tidak sejajar, belum terstruktur dan terencana, sehingga komunikasi berjalan tanpa tujuan yang jelas. Hal ini berakibat seringkali komunikasi yang terjalin tidak menghasilkan suatu keputusan, rencana maupun penetapan langkah-langkah strategis yang khususnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities. Melalui uji pakar, uji kepraktisan serta pelaksanaan di lapangan secara sistematis, dihasilkan model bimbingan kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan akademik anak yang mengalami kesulitan belajar. Model ini terbukti efektif meningkatkan aspek kesuksesan akademik bidang matematika dan bahasa serta produktifitas akademik khusus bidang matematika namun belum mampu meningkatkan kontrol impuls anak yang mengalami kesulitan belajar yang berada di SD inklusif. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada beberapa pihak yang terkait dengan pengembangan anak dengan kesulitan belajar, di antaranya pengembangan pola komunikasi yang sejajar dan terencana bagi orang tua dan pihak sekolah, serta pengembangan instrumen untuk mengontrol pelaksanaan bimbingan bagi peneliti lanjutan.

Kata Kunci : Bimbingan Kolaboratif, Kesulitan belajar, Inklusif, Kemampuan akademik,

(8)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Medina Chodijah. 2013. Collaborative Guidance Model to Increasing The Academic Achievement In Learning Disabilities Childrens In Inclusive elementary School. Dissertation. Supervised by: Prof. Dr.. Ahman, M.Pd. (Promoter); Prof. Dr.. H. Juntika Nurihsan, M.Pd. (Co-Promoter), and Dr. Suherman, M.Pd. (Member). Study Guidance and Counseling Program, Post Graduate School, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(9)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keywords: Collaborative Guidance, Learning Disabilities, Inclusive, Academic

(10)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL MODEL BIMBINGAN KOLABORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AKADEMIK ANAK YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITIES) A. Bimbingan bagi Anak yang mengalami Kesulitan belajar ... 10

1. Bimbingan kolaboratif ... 12

2. Manfaat Bimbingan Kolaboratif ... 13

3. Karakteristik Bimbingan kolaboratif ... 14

4. Model Bimbingan kolaboratif ... 15

5. Indikator Bimbingan kolaboratif ... 20

6. Menjaga Hubungan Kolaboratif ... 21

7. Kurikulum Bimbingan Kolaboratif ... 25

8. Strategi Bimbingan Kolaboratif ... 26

(11)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Kesulitan Belajar ... 32

7. Program bagi Anak Berkesulitan Belajar ... 61

C. Kontribusi Bimbingan Kolabioratif Terhadap Perkembangan Kemampuan akademik Anak ... 66

D. Sekolah Inklusif ... 68

1. Pengertian Sekolah Inklusif ... 69

2. Tujuan dan Manfaat Sekolah Inklusif ... 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 73

B. Pendekatan Penelitian ... 74

C. Prosedur Penelitian ... 76

D. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 79

E. Variabel Penelitian ... 80

F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 81

1. Pemetaan Instrumen Penelitian ... 82

2. Kisi-Kisi Instrumen ... 83

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 86

G. Pengembangan Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan kemampuan Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar yang Bersekolah di SD Inklusif ... 92

(12)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

I. Hipotesis Penelitian ... 96

J. Teknik Analisis Data ... 96

1. Analisis Statistika Deskriptif ... 96

2. Analisis Visual ... 98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 100

1. Kondisi Objektif Kolaborasi Para Kolaborator ... 102

2. Profil kesulitan Siswa Yang Mengalami Learning Diasabilities 109 3. Profil Hasil perkembangan Kemampuan Akademik Siswa Yang Mengalami Learning Disabilities ... 121

4. Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan kemampuan Akademik Anak yang mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilities) ... 189

5. Evaluasi Pelaksanaan Model ... 211

B. Pembahasan ... 213

1. Kondisi Objektif Kolaborasi Para Kolaborator ... 213

2. Profil kesulitan Siswa Yang Mengalami Learning Disabilities 224 3. Analisis Single Subject Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Learning Disabilities ... 232

4. Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan kemampuan Akademik Anak yang mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilities) ... 243

4. Evaluasi pelaksanaan Model ... 244

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 246

(13)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 252

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I. Instrumen Bimbingan kolaboratif Lampiran II. Checklist Learning Disabilities Lampiran III Instrumen APRS

Lampiran IV Pedoman Wawancara Lampiran V Model

Lampiran VI Data mentah kuesioner bimbingan kolaboratif Lampiran VII Hasil Uji Validitas Skala Bimbingan Kolaboratif Lampiran VIII Hasil Uji Validitas Kemampuan Akademik Lampiran IX Treatment hasil APRS

(14)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Pemetaan Instrumen Penelitian ... 82

3.2. Kisi-kisi Skala Karakteristik Anak learning Disabilities ... 83

3.3. Kisi-kisi Skala Kemampuan Akademik ... 84

3.4. Kisi-kisi Skala Bimbingan Kolaboratif ... 85

3.5. Kisi-kisi Skala Evaluasi Pelaksanaan Model ... 86

3.6. Hasil Uji Validitas Skala Bimbingan Kolaboratif ... 88

3.7. Hasil Uji Validitas Skala kemampuan Akademik ... 89

3.8. Kriteria Reliabilitas ... 92

3.9. Kriteria Statistika Deskriptif Peningkatan Kemampuan Akademik ... 98

3.10. Komponen Analisis Visual ... 99

4.1. Gambaran Aspek Pola Interaksi Yang dilakukan Oleh Minimal Dua Orang Yang Sejajar ... 101

4.2. Gambaran Aspek Pola Interaksi Yang dilakukan Oleh Minimal Dua Orang Secara Sukarela ... 103

4.3. Gambaran Aspek berbagi Pengambilan Keputusan ... 105

(15)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.5. Gambaran Keterampilan Motorik Halus dan Kasar Subjek ... 110

4.6. Klasifikasi Keterampilan Motorik Halus dan Kasar Subjek ... 111

4.7. Gambaran kemampuan Berbahasa Subjek ... 111

4.8. Klasifikasi Kemampuan Berbahasa Subjek ... 112

4.9. Gambaran Kemampuan Sosial-emosi Subjek ... 113

4.10. Klasifikasi Kemampuan Sosial-emosi Subjek ... 114

4.11. Gambaran Kemampuan Membaca Subjek ... 114

4.12. Klasifikasi Kemampuan Membaca Subjek ... 115

4.13. Gambaran Kemampuan Menulis Subjek ... 116

4.14. Klasifikasi Kemampuan Menulis Subjek ... 116

4.15. Gambaran Kemampuan Matematika Subjek ... 117

4.16. Klasifikasi KemampuanMatematika Subjek ... 118

4.17. Gambaran Perhatian Subjek ... 118

4.18. Klasifikasi Perhatian Subjek ... 119

Tabel Halaman. 4.19. Gambaran Kesulitan Lainnya Subjek ... 120

4.20. Klasifikasi Kesulitan lainnya Subjek ... 120

4.30. Hasil Analisis Visual Dalam kondisi Item 9 Subjek 1 ... 130

4.31.. Hasil Analisis Visual Antar kondisi Item 9 Subjek 1 ... 131

4.32. Hasil Analisis Visual Dalam kondisi Item 12 Subjek 1 ... 132

(16)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.34. Hasil Analisis Visual Dalam kondisi Item 16 Subjek 1 ... 133

4.54. Hasil Analisis Visual Dalam kondisi Item 1 Subjek 3 ... 152

4.55. Hasil Analisis Visual Antar kondisi Item 1 Subjek 3 ... 152

4.56. Hasil Analisis Visual Dalam kondisi Item 2 Subjek 3 ... 154

4.57. Hasil Analisis Visual Antar kondisi Item 2 Subjek 3 ... 154

4.58. Hasil Analisis Visual Dalam kondisi Item 9 Subjek 3 ... 155

4.59. Hasil Analisis Visual Antar kondisi Item 9 Subjek 3 ... 156

4.60. Hasil Analisis Visual Dalam kondisi Item 12 Subjek 3 ... 157

4.61. Hasil Analisis Visual Antar kondisi Item 12 Subjek 3 ... 158

(17)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(18)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.92 Masukan Pakar terhadap Model Bimbingan Kolaboratif untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang mengalami Learning Disabilities ... 209 4.93 Masukan Praktisi terhadap Model Bimbingan Kolaboratif untuk

Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang mengalami Learning Disabilities ... 210 4.94. Evaluasi Pelaksanaan Model ... 211

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman.

4.1. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Dikerjakan Secara Benar Oleh Subjek 1 ... 122 4.2. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Dikerjakan Secara Benar

Oleh Subjek 1 ... 124 4.3. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Selesai Dikerjakan Oleh

(19)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.4. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Selesai Dikerjakan Oleh subjek 1 ... 128 4.5. Profil Kualitas Kerapihan Tulisan Tangan Subjek 1 ... 130 4.6. Profil Frekuensi Kecerobohan Subjek 1 Saat Menyelesaikan Tugas

Tertulis ... 131 4.7. Profil Profil Frekuensi Kemampuan Subjek 2 Untuk Mengerjakan

Pekerjaan Tertulis... 133 4.8. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Dikerjakan Secara Benar

Oleh Subjek 2 ... 135 4.9. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Dikerjakan Secara Benar

Oleh Subjek 2 ... 136 4.10. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Selesai Dikerjakan Oleh

subjek 2 ... 138 4.11. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Selesai Dikerjakan Oleh

subjek 2 ... 140 4.12. Profil Kualitas Kerapihan Tulisan Tangan Subjek 2 ... 142 4.13. Profil Frekuensi Kecerobohan Subjek 2 Saat Menyelesaikan Tugas

Tertulis ... 144 4.14. Profil Profil Frekuensi Kemampuan Subjek 2 Untuk Mengerjakan

Pekerjaan Tertulis... 145 4.15. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Dikerjakan Secara Benar

Oleh Subjek 3 ... 147

Grafik Halaman.

4.16. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Dikerjakan Secara Benar Oleh Subjek 3 ... 149 4.17. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Selesai Dikerjakan Oleh

(20)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.18. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Selesai Dikerjakan Oleh subjek 3 ... 153 4.19. Profil Kualitas Kerapihan Tulisan Tangan Subjek 3 ... 155 4.20. Profil Frekuensi Kecerobohan Subjek 3 Saat Menyelesaikan Tugas

Tertulis ... 157 4.21. Profil Profil Frekuensi Kemampuan Subjek 3 Untuk Mengerjakan

Pekerjaan Tertulis... 158 4.22. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Dikerjakan Secara Benar

Oleh Subjek 4 ... 160 4.23. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Dikerjakan Secara Benar

Oleh Subjek 4 ... 162 4.24. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Selesai Dikerjakan Oleh

subjek 4 ... 164 4.25. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Selesai Dikerjakan Oleh

subjek 4 ... 166 4.26. Profil Kualitas Kerapihan Tulisan Tangan Subjek 4 ... 168 4.27. Profil Frekuensi Kecerobohan Subjek 4 Saat Menyelesaikan Tugas

Tertulis ... 170 4.28. Profil Profil Frekuensi Kemampuan Subjek 4 Untuk Mengerjakan

Pekerjaan Tertulis... 172 4.29. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Dikerjakan Secara Benar

Oleh Subjek 4 ... 174 4.30. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Dikerjakan Secara Benar

Oleh Subjek 4 ... 176 4.31. Profil Profil Prosentase Tugas Matematika Yang Selesai Dikerjakan Oleh

subjek 4 ... 178

(21)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.32. Profil Profil Prosentase Tugas Bahasa Yang Selesai Dikerjakan Oleh subjek 4 ... 180 4.33. Profil Kualitas Kerapihan Tulisan Tangan Subjek 4 ... 182 4.34. Profil Frekuensi Kecerobohan Subjek 4 Saat Menyelesaikan Tugas

Tertulis ... 184 4.35. Profil Profil Frekuensi Kemampuan Subjek 4 Untuk Mengerjakan

(22)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman.

(23)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

(24)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

(25)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah rumah yang dimasuki oleh anak.

Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu banyak hal dan permasalahan dapat terjadi di sekolah. Salah satu permasalahan yang banyak dialami oleh anak adalah masalah belajar.. Masalah belajar merupakan salah

satu masalah penting yang timbul pada anak usia sekolah. Masalah belajar tidak terbatas pada saat belajar di sekolah namun juga saat belajar di luar lingkungan sekolah.

Sekolah memiliki kurikulum dan tuntutan-tuntutan tertentu terhadap anak yang harus dipenuhi. Baik itu tuntutan materi maupun tuntutan perilaku yang harus ditampilkan anak di lingkungan sekolah. Bila anak tidak mampu memenuhinya maka

bisa dikatakan bahwa anak mengalami kesulitan dalam proses belajar disekolah atau yang biasa di sebut dengan kesulitan belajar atau learning disabilities.

Learning disabilities adalah sebuah istilah yang sangat luas artinya yang sering

digunakan oleh banyak pihak untuk menjelaskan anak-anak yang tidak mampu memenuhi tuntutan-tuntutan normal di sekolah dengan cara-cara yang secara umum

dapat dipenuhi oleh sebagian besar anak lainnya. Jadi anak yang mengalami kesulitan belajar sebenarnya seringkali mampu mencapai kemampuan sama dengan anak-anak

lain namun dengan cara yang berbeda.

(26)

2

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berada pada standar normal dan tidak tampak memiliki „kecacatan‟ atau gangguan

yang jelas namun mereka mengalami kesulitan besar dalam menguasai keterampilan membaca dan menulis serta matematika. Specific learning disabilities atau kesulitan

belajar spesifik sudah diketahui sekitar 100 tahun yang lalu. Bahkan sejak tahun 1960 istilah kesulitan belajar digunakan sebagai identifikasi pada anak dengan kesulitan

membaca (disleksia), DMO, hambatan persepsi, disfungsi persepsi motorik, gangguan bahasa spesifik serta kemampuan belajar rendah dibidang tertentu. Anak dengan specific learning disabilities seringkali mengalami gangguan dengan salah satu dari

sistem syaraf pusat, yang berhubungan dengan fungsi mendengar,berbicara,membaca, menulis, nalar dan matematika. Mereka juga seringkali memiliki masalah dengan

kemampuan untuk konsentrasi,daya ingat,bahasa, persepsi visual dan auditori,koordinasi motorik,orientasi ruang, kontrol dorongan dan perencanaan. Singkatnya bila ada perbedaan antara potensi siswa dengan pencapaian maka siswa

tersebut mengalami specific learning disabilities. Anak-anak tersebut harus dipandang sebagai seseorang yang memiliki pola belajar yang berbeda dari anak-anak pada

umumnya, oleh karena itu para guru harus memahami bagaimana cara belajar yang paling tepat untuk mereka, agar kemampuan yang sebenarnya mereka miliki dapat maksimal ditampilkan. Jenis gangguan LD antara lain dyslexia, dyspraxia, dan

dyscalculia. Jumlah siswa yang mengalami LD atau SpLD bervariasi antar negara, di US sekitar 5-6% siswa mengalaminya (Bradley, Danielson & Hallahan,2002; Silver &

(27)

3

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sementara jenis learning disabilities yang lainnya lebih bersifat umum, dimana anak yang mengalaminya biasanya tertinggal dalam segala aspek belajar. Namun demikian, bukan berarti anak tersebut tidak dapat berkembang, mereka hanya lebih

lambat saja dari kebanyakan anak lainnya. Jadi anak-anak dengan learning disabilities akan dapat mencapai tingkatan akademik yang setara dengan anak-anak lainnya dengan

penanganan yang tepat.

Siswa yang mengalami learning disabilities secara umum ditandai dengan diperolehnya nilai akademik dibawah dari tingkatan inteligensi yang dimilikinya.

Selain itu anak yang mengalami learning disabilities juga ditandai dengan perkembangan bahasa yang terlambat, kesulitan mengikuti arahan, kesulitan belajar

huruf-angka dan warna, anak mengalami kesulitan saat belajar membaca-menulis dan memahami konsep matematika, anak menolak membaca dengan keras, menulis atau mengerjakan PR, anak dan orang tua tidak puas dengan pencapaian akademik anak,

orang tua mempersepsikan anak malas dalam urusan sekolah, dianggap tidak mampu, kesulitan dalam konsentrasi dan bermasalah di kelas atau sekolah.

Faktor penguat munculnya learning disabilities sangat beragam, dan dapat muncul akibat kombinasi berberapa aspek, diantaranya: teknik pengajaran yang kurang tepat/sesuai, kurikulum yang kurang relevan, lingkungan kelas, kondisi sosial ekonomi

yang kurang menguntungkan, hubungan guru-siswa yang kurang baik, kehadiran di sekolah yang kurang, masalah kesehatan, belajar dengan bahasa asing, kurangnya rasa

(28)

4

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara keseluruhan kesulitan belajar pada anak usia sekolah mempunyai insidensi yang bervariasi. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa insidens kesulitan belajar kurang lebih 10-15% dari populasi anak sekolah. Insidensi pada anak

laki-laki lebih banyak dibandingkan pada anak perempuan sebesar 8:1. Prevalensi dari kesulitan belajar juga sangat bervariasi, di Amerika Serikat melalui data National

Health Interview Survey (1988) didapatkan 6,5% pada anak usia sekolah dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 7,7%. Melalui penelitian epidemiologik menemukan kesulitan membaca pada lebih dari 90% dari keseluruhan kesulitan belajar non

psikiatrik.

DI Indonesia terdapat beberapa penelitian terhadap keberadaan anak

berkesulitan belajar antara lain penelitian yang dilakukan terhadap 3.215 murid kelas satu hingga kelas enam SD di DKI Jakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat 16,52% yang oleh gurunya diperkirakan sebagai murid yang termasuk

berkesulitan belajar (Mulyono Abdurrahman & Nafsiah Ibrahim, 1994). Sejak tahun 1986, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bekerjasama dengan USAID

melaporkan bahwa di Indonesia diperkirakan terdapat 300.000 anak-anak yang membutuhkan layanan pendidikan khusus (Anak Berkebutuhan Khusus). Jika angka statistik 30% di Amerika Serikat digunakan, maka di Indonesia pada tahun 1986

diperkirakan terdapat 90.000 anak-anak berkesulitan belajar. Berdasarkan data yang ada di Dinas Pendidikan Kota Bandung bahwa jumlah siswa SD/MI pada tahun

(29)

5

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesulitan belajar berkisar antara 11.418 sampai 22.837 orang. Jumlah anak berkesulitan belajar akan semakin meningkat terutama setelah kriteria adaptabilitas sosial digunakan dalam menentukan anak tunagrahita selain taraf intelegensi, sehingga anak-anak yang

semula dianggap sebagai tunagrahita ternyata termasuk anak berkesulitan belajar. Sementara itu, berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SDN

Puteraco Indah dan SD Yayasan Beribu di Kota Bandung diperoleh data bahwa diperkirakan ada lebih dari 10 anak di masing-masing sekolah tersebut yang diprediksi mengalami learning disabilities oleh pihak sekolah, namun demikian setelah dilakukan

asesmen lebih lanjut maka diperoleh data ada 7 anak di SDN Puteraco Indah dan 4 anak di SD Yayasan Beribu yang positif mengalami learning disabilities.

Peran sekolah dan orang tua dalam mendeteksi secara dini dan menciptakan lingkungan yang kondusif sangatlah berdampak dalam perkembangan anak yang mengalami kesulitan belajar ini. Namun pada kenyataannya seringkali banyak pihak

tidak mengetahui bahwa anak-anak tersebut mengalami kesulitan belajar, bahkan tidak mengerti apa itu kesulitan belajar. Karena yang nampak adalah rendahnya nilai mata

pelajaran tertentu, maka seringkali mereka berpendapat bahwa anak tersebut “bodoh”, malas, tidak memiliki motivasi belajar dan anggapan-anggapan negatif lainnya. Bahkan setelah didiagnosis oleh para ahli pun, seringkali tetap tidak mengerti apa dan

bagaimana itu learning disabilities atau kesulitan belajar. Mereka bahkan semakin heran dengan tingginya nilai hasil test IQ anak tersebut sementara di sekolah

(30)

6

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan semua pihak dalam membantu menangani anak-anak dengan kesulitan belajar.

Orang tua tentu memegang peran yang tidak kecil dalam mengembangkan

potensi yang dimiliki oleh anak-anaknya. Orang tua, terutama ibu berperan mulai dari pendeteksian awal sampai penanganan secara komprehensif. Ibu memiliki peran yang

cukup besar karena pada sebagian besar keluarga, hal ini disebabkan karena ibu memiliki intensitas waktu dan kualitas yang lebih besar dalam pengasuhan anak dibandingkan dengan ayah.

Bersama-sama dengan sekolah mereka memiliki tanggung jawab yang sama besarnya untuk mengembangkan potensi akademik dan kepribadian anak secara

maksimal. Pengetahuan yang disertai dengan ketrampilan yang memadai akan mampu membuat orang tua berhasil menemukan kelebihan sekaligus meminimalkan potensi negatif yang dimiliki anak-anak mereka, yang khususnya pada penelitian ini difokuskan

pada kemampuan akademik anak yang mengalami kesulitan belajar secara umum. Oleh karena itu, karena peneliti sangat tertarik dengan permasalahan ini, dan

lebih jauh ingin membantu para guru dan orang tua, yang memiliki anak yang mengalami kesulitan belajar maka dirancanglah penelitian dengan judul : Model

Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang

Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilities) di Sekolah Dasar Inklusif.

(31)

7

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi kebanyakan anak, belajar hal yang baru dapat saja tidak mudah dan menyulitkan, namun bagi anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disabilities, hal tersebut akan menjadi sangat menyulitkan, bahkan jauh melebihi

anak-anak normal pada umumnya.

Di banyak negara, kesulitan belajar didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana

anak yang mengalaminya tidak mampu atau tidak dapat mencapai target akademik yang dibebankan kepadanya berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, khususnya dalam menguasai ketrampilan dasar meliputi kemampuan berbahasa, membaca dan

menulis serta berhitung (Westwood, 2004). Masalah yang muncul dapat berdampak pada kesulitan satu jenis mata pelajaran tertentu saja atau juga kesuluruhan mata

pelajaran yang diajarkan.

Jumlah anak yang mengalami kesulitan belajar sangat bervariasi diantara berbagai sekolah maupun negara. Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa

jumlah anak yang mengalami kesulitan belajar berkisar antara 12 – 30% dari keseluruhan jumlah siswa (Westwood, 2004), namun karena kesulitan belajar dianggap sebagai sesuatu yang “wajar” dialami maka banyak diantara mereka tidak

teridentifikasi maupun didiagnosa mengalaminya.

Pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar memerlukan perlakuan khusus dan

perlu ada pendekatan maupun metode pembelajaran lainnya yang diberikan oleh guru dalam upaya membantu kesulitan-kesulitan belajar siswanya Penelitian yang dilakukan

(32)

8

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Purnami, dkk., 1992). Iklim belajar semacam itu tidak menunjang keberhasilan upaya membantu anak berkesulitan belajar.

Dalam upaya memberikan pelayanan pendidikan bagi anak yang mengalami

kesulitan belajar diperlukan adanya kerjasama yang terintegrasi di antara berbagai pihak sehingga upaya pemberian layanan pendidikan dapat sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan dari anak itu sendiri. Orang tua sebagai bagian tidak terpisahkan dari kegiatan ini juga dituntut peranan aktifnya sehingga anak mendapatkan segala kebutuhan yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga tidak hanya institusi sekolah

yang bertanggung jawab terhadap penanganan anak berkesulitan belajar.

Ada banyak penelitian yang dilakukan di luar negeri mengenai efek bimbingan

kolaboratif terhadap berbagai aspek perkembangan siswa, diantaranya yang dilakukan oleh Elizabeth W. Simmons yang melakukan penelitian mengenai dampak dari kolaborasi antara sekolah-rumah-komunitas terhadap pencapaian akademik siswa. hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa kolaborasi yang dilakukan berhasil mencapai tujuan peningkatan pencapaian akademik siswa. hal inilah yang mendadi salah satu acuan

peneliti untuk melakukan penelitian ini, karena di Indonesia hal tersebut belum banyak dilakukan dan belum ada panduan yang jelas untuk tata cara pelaksanaannya termasuk di tempat observasi awal peneliti yaitu di SDN Puteraco Indah dan SD Yayasan Beribu

Kota Bandung.

Sejalan dengan fenomena-fenomena sebagaimana diuraikan diatas, maka yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Model bimbingan kolaboratif yang

(33)

9

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anak yang mengalami kesulitan belajar (learning disabilities) di Sekolah Dasar

inklusif”

Oleh karena itu, secara spesifik rumusan masalah ini dijabarkan menjadi

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana kondisi bimbingan kolaboratif yang ada selama ini?

2. Bagaimana profil kesulitan anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disabilities di sekolah dasar inklusif ?

3. Bagaimana profil kemampuan akademik anak yang mengalami kesulitan belajar

atau learning disabilities di sekolah dasar inklusif sebelum, selama dan setelah diberikan bimbingan kolaboratif ?

4. Bagaimana rumusan model bimbingan kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan akademik anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disabilities di sekolah dasar inklusif ?

5. Bagaimana evaluasi pelaksananaan model bimbingan kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan akademik anak yang mengalami kesulitan belajar atau

learning disabilities di sekolah dasar inklusif?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk menemukan model bimbingan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan akademik anak yang mengalami kesulitan

(34)

10

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun secara khusus, melalui penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh gambaran mengenai beberapa hal di bawah ini.

1. Profil kondisi objektif bimbingan kolaboratif para kolaborator.

2. Profil anak yang mengalami learning disabilities di Sekolah Dasar inklusif.

3. Profil kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities di Sekolah

Dasar inklusif.

4. Profil kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities di Sekolah

Dasar inklusif sebelum, selama dan setelah diberikan bimbingan kolaboratif.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut dibawah ini.

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang bimbingan dan konseling pendidikan, khususnya pengetahuan tentang

model pendekatan kolaboratif bagi anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disabilities yang berada di tingkatan Sekolah Dasar (SD).

2. Pengetahuan tentang pelaksanaan bimbingan dengan pendekatan kolaboratif bagi

anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disabilities di Sekolah Dasar akan memberikan landasan empiris bagi perencanaan peningkatan dalam

memantapkan program bimbingan dan konseling secara keseluruhan.

3. Secara praktis, model bimbingan dengan pendekatan kolaboratif ini diharapkan

(35)

11

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(36)

Medina Chodijah, 2014

Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Akademik Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar (Learning Disabilitas) di Sekolah Dasar Inklusif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah single-subject experimental

design, yaitu suatu desain penelitian yang mengukur hubungan antara 2 variabel atau

lebih terhadap satu atau sedikit subjek (Hepner et.al., 2008: 205)

Single-subject experimental design dipilih karena memiliki gambaran yang sesuai

dengan karakteristik penelitian yang dijalankan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut dibawah .

1. Adanya tujuan treatment yang spesifik.

2. Dilakukannya pengukuran beberapa kali terhadap variabel dependen. 3. Adanya fase pemberian treatment.

4. Stabilitas dari data baseline.

Tipe desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe A-B-A design, dimana

ada 3 fase eksperimen, yaitu fase A adalah fase baseline dan fase B adalah fase intervensi. Fase A merupakan fase pengukuran kemampuan akademik anak yang mengalami

learning disabilities yang bersekolah di SD inklusif. Sedangkan fase B merupakan fase

(37)

74

Desain ABA dipilih oleh peneliti karena dengan adanya pengukuran kondisi baseline yang kedua maka peneliti telah melakukan kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel

bebas yaitu model bimbingan kolaboratif yang merupakan tujuan utama penelitian ini dengan variabel terikat yaitu kemampuan akademik anak yang mengalami learning

disabilities (Sunanto, 2005: 59).

Gambar 3.1

ABA Design – Single Subject Experimental Design

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods research,

dimana peneliti mencari dan menganalisis data yang diperoleh baik secara kuantitatif maupun kualitatif secara bersamaan. Hal ini sesuai dengan dengan pendapat Creswell

(2008: 552) yang menyatakan bahwa “a mixed methods research design is a procedure for collecting, analyzing, and mixing both quantitative and qualitative research and methods

in a single study to understand a research problem”.

Pemilihan mixed method ini dilandasi pada beberapa asumsi sebagai berikut.

A B A

kondisi awal Treatment Kondisi akhir (baseline) (model bimbingan (baseline)

(38)

75

1. Penggunaan instrument utama penelitian, yaitu APRS yang menghasilkan data berupa angka-angka yang harus dianalisis menggunakan teknik analisis statistik single subject. Penggunaan APRS bertujuan untuk melihat sejauh mana peningkatan

kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities yang bersekolah di SD inklusif. Data APRS ini merupakan data kuantitatif.

2. Peneliti bermaksud mengetahui pengaruh dari pemberian perlakuan atau treatment yaitu berupa bimbingan kolaboratif terhadap peningkatan kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities yang bersekolah di Sekolah Dasar inklusif. Selain

data kuantitatif dari penggunaan instrument APRS, untuk menjawab pertanyaan ini, peneliti menggunakan data kualitatif.

Tipe mixed method yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory mixed methods designs. Dimana peneliti mengumpukan data melalui 2 fase secara berurutan,

yaitu data kuantitatif terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan data kualitatif sebagaimana dijelaskan dalam gambar 3.2 dibawah ini.

Quan Follow-up

Gambar 3.2.

Explanatory Mixed Methods Designs (Creswell, 2008: 557)

Quan

(Data & Results)

Qual

(39)

76

Hal ini sesuai dengan pendapat Creswell (2008: 560) mengenai asumsi penggunaan explanatory mixed methods designs, yaitu :

1. Pengumpulan dan analisis data kuantitatif merupakan prioritas,

2. Peneliti mengumpulkan data kuantitatif pada urutan pertama baru dilanjutkan dengan pengumpulan data kualitatif, dan

3. Peneliti menggunakan data kualitatif untuk menjelaskan data kuantitatif yang telah didapatkan lebih dahulu.

Adapun jenis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data kuantitatif yang terdapat dalam penelitian ini adalah data berupa peningkatan kemampuan akademik yang diukur dengan menggunakan skala APRS yang hasilnya berupa angka-angka, dan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

statistik single subject,

2. Data kualitatif yang diperoleh peneliti berupa data hasil wawancara yang bertujuan

menjelaskan dan menginterpretasikan hasil data utama yang diperoleh peneliti.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan suatu model bimbingan kolaboratif yang dapat meningkatkan kemampuan akademik anak yang mengalami

learning disabilities yang berada di Sekolah Dasar inklusif. Guna mencapai tujuan tersebut

(40)

77

1. Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh informasi awal mengenai berbagai hal yang terkait dengan penelitian ini. Studi pendahuluan ini dilakukan sebagai dasar pengembangan model bimbingan kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan

akademik anak yang mengalami learning disabilities yang berada di Sekolah Dasar inklusif. Studi pendahuluan ini dilakukan melalui 2 kegiatan yaitu studi pustaka dan

asssessmen kebutuhan dalam bentuk pretest.

Studi pustaka dilakukan untuk mencari dasar-dasar teoritis yang terkait dengan keseluruhan penelitian ini, seperti teori mengenai bimbingan bagi anak yang

mengalami learning disabilities, dan bimbingan kolaboratif. Sedangkan pretest dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai beberapa hal

dibawah ini.

a. Kondisi kesulitan anak yang mengalami learning disabilities yang bersekolah di Sekolah Dasar inklusif.

b. Kondisi kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities yang bersekolah di Sekolah Dasar inklusif.

c. Bimbingan yang dilakukan pihak sekolah terhadap anak yang mengalami learning disabilities yang bersekolah di Sekolah Dasar inklusif.

d. Bimbingan yang dilakukan pihak orang tua terhadap anak yang mengalami

learning disabilities yang bersekolah di Sekolah Dasar inklusif.

2. Setelah melakukan studi pendahuluan, maka langkah selanjutnya adalah

(41)

78

telah ditentukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan hasil pretest yang didapatkan dalam studi pendahuluan.

Validasi dan revisi model dilakukan untuk mengetahui ketepatan model yang telah

disusun oleh peneliti sebagai metode intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities yang bersekolah di

Sekolah Dasar inklusif. Validasi ini lebih difokuskan kepada validasi isi, sehingga diharapkan baik isi maupun operasionalnya layak dan dapat dipertanggungjawabkan. Validasi teoretis model bimbingan kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan

akademik anak yang mengalami learning disabilities yang berada di Sekolah Dasar inklusif di Kota Bandung ini dilakukan oleh 3 orang pakar dalam bidang bimbingan

dan konseling yang ada di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Validitas teoretis model kolaboratif difokuskan terhadap keseluruham isi model yang mencakup rasional, tujuan, komponen, strategi yang dikembangkan, dan teknik

evaluasi.

Selain uji kepakaran, teknik untuk menguji kelayakan model bimbingan kolaboratif

dilakukan dalam uji kepraktisan program melalui diskusi bersama kolaborator meliputi beberapa hal dibawah ini.

a. Kontribusi model terhadap pencapaian tujuan yang ditetapkan.

b. Peluang keterlaksanaan penerapan model. c. Kesesuaian program dengan kebutuhan.

d. Kemampuan guru BK untuk menerapkan program. e. Pemahaman kolaborator.

(42)

79

3. Setelah berbagai revisi dilakukan maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pelaksanaan model di lapangan. Model bimbingan kolaboratif yang disusun oleh peneliti mengambil setting di Sekolah Dasar inklusif yang berada di Kota Bandung.

Setelah dilakukan observasi dan assessmen awal, didapatkan 2 sekolah inklusif yang memungkinkan dijadikan tempat penelitian yaitu SDN Puteraco Indah dan SD Yayasan

Beribu.

D. Lokasi dan Subyek Penelitian

Dalam membahas subyek penelitian, peneliti memfokuskan pada dua hal yaitu, satuan analisis dan responden. Walaupun dalam sejumlah penelitian, responden dapat sama

dengan satuan analisis, namun keduanya merupakan dua hal yang berbeda (Furqon, 2010: 21). Responden merupakan subyek yang secara langsung menjawab pertanyaan dalam wawancara atau mengisi instrumen pengumpulan data seperti tes atau kuesioner. Yang

menjadi responden dalam penelitian ini adalah guru dan orang tua yang memiliki anak yang mengalami kesulitan belajar serta guru yang mengajar yang ada di Sekolah Dasar

Inklusif di Kota Bandung.

Menurut penelitian terdahulu (Sunanto dkk tahun 2006) menunjukkan bahwa jumlah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang terdiagnosa (termasuk yang terdiagnosa

mengalami learning disabilities) di Sekolah Dasar inklusif bervariasi antara 1 sampai dengan 4 anak, bila asumsi tersebut digunakan maka dengan jumlah Sekolah Dasar

(43)

80

observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di 2 Sekolah Dasar inklusif didapat 11 anak yang mengalami learning disabilities.

Sekolah Dasar inklusif yang menjadi lokasi penelitian ini difokuskan di, SD

Puteraco Indah dan SD Yayasan Beribu dengan pertimbangan sebagai berikut dibawah ini. 1. Jumlah siswa yang terdiagnosa mengalami learning disabilities

2. Terdapat guru BK/psikolog di sekolah tersebut

3. Perbandingan murid-guru yang cukup baik (kurang lebih 1 guru:20 siswa) 4. Kesediaan pihak sekolah untuk dijadikan lokasi penelitian

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, sebagai berikut dibawah ini. 1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang dimanipulasi untuk dipelajari efeknya pada

variabel-variabel lainnya (Latipun, 2010: 36).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model bimbingan kolaboratif yang

dilakukan oleh peneliti. Adapun model bimbingan kolaboratif yang dilakukan dikhususkan untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa/anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disabilities yang bersekolah di SD Inklusif di Kota

Bandung.

Definisi operasional dari bimbingan kolaboratif adalah suatu pola interaksi yang

(44)

81

a. Adanya komunikasi interpersonal.

b. Berkenaan dengan strategi pemecahan masalah c. Meningkatkan produktivitas

d. Mencapai hasil yang positif

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang berubah jika berhubungan dengan variabel bebas. Variabel ini merupakan variabel yang dipelajari perubahan performansinya

setelah diberikan pemaparan (manipulasi, variabel bebas) (latipun, 2010 : 37).

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan akademik anak Sekolah Dasar

yang mengalami learning disabilities.

Kemampuan akademik dalam penelitian ini didefinisikan sebagai hasil atau tampilan akademik yang ditujukkan oleh siswa, baik berdasarkan test terstandar yang diberikan.

Data kemampuan akademik siswa yang mengalami kesulitan belajar didapat dari hasil evaluasi Academic Performance Rating Scale (APRS) yang dilakukan oleh guru.

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 4 jenis yang disusun atau

diadaptasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhannya. Keempat jenis instrumen tersebut adalah :

1. Skala bimbingan kolaboratif (skala B. K.),

(45)

82

3. Skala kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities (skala K. A), dan

4. Skala evaluasi pelaksanaan bimbingan (skala E. M.).

1. Pemetaan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dipetakan sebagai berikut

dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1.

Pemetaan Instrumen Penelitian

No. Permasalahan Ruang lingkup Teknik

pengumpulan

(46)

83

2. Kisi-kisi Instrumen

Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut dibawah ini.

a. Skala Karakteristik Anak Learning Disabilities (skala K.LD)

Skala kesulitan belajar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil

adaptasi dari kuesioner NCLD (National Council Learning Disabilities). Ijin untuk menggunakan instrument ini didapatkan oleh peneliti melalui komunikasi lewat media

elektronik. Skala ini dapat digunakan untuk melihat kesulitan berbagai aspek anak mulai tingkat taman kanak-kanak atau TK sampai dengan kelas 6 sekolah dasar atau SD. Adapun aspek-aspek yang diukur dalam skala ini diuraikan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Skala Karakteristik Anak Learning Disabilities

(47)

84

5 Menulis 9 8

6 Matematika 8 9

7 Perhatian 7 8

8 Dan lain-lain 5 10

b. Skala Kemampuan Akademik Anak Learning Disabilities (skala K.A.)

Skala kemampuan akademik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil adaptasi dari Academic Performance Rating Scale (APRS) yang disusun oleh Paul, G.J.,

Rapport, M. D., & Perreillo, L. M. APRS yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan akademik mulai usia 6 sampai dengan 12 tahun. Ijin untuk menggunakan

skala ini didapatkan oleh peneliti melalui komunikasi lewat media elektronik. Skala ini diisi dengan cara guru mengobservasi anak yang akan diukur kemampuannya.

Adapun aspek-aspek yang diukur dalam skala ini diuraikan dalam tabel 3.3.

dibawah ini.

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Skala Kemampuan Akademik

No. Aspek Jumlah item Nomor item

1 Kesuksesan akademik 7 3,4,5,8,10,11,17

2 Kontrol impuls 3 9,12,16

3 Produktivitas akademik 12 1,2,3,4,5,6,7,13,14,15,18,19

Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi instrumen ini kurang lebih 5-10 menit,

dimana guru akan diminta untuk memilih salah satu pilihan jawaban dari 5 pilihan jawaban yang disediakan. Nilai 1 berarti paling rendah/tidak pernah dan nilai 5 berarti paling

(48)

85

c. Skala Bimbingan Kolaboratif (skala B. K.)

Adapun kisi-kisi skala bimbingan kolaboratif yang digunakan dalam penelitian ini

diuraikan dalam tabel 3.4. di halaman berikut.

Tabel 3.4.

Adanya komunikasi interpersonal 1 17 Berkenaan dengan strategi

pemecahan masalah

2 18

Meningkatkan produktivitas 3 19

Mencapai hasil yang positif 4 20

2 Pola interaksi yang dilakukan minimal 2 orang secara sukarela

Adanya komunikasi interpersonal 5 21 Berkenaan dengan strategi

pemecahan masalah

6 22

Meningkatkan produktivitas 7 23

Mencapai hasil yang positif 8 24

3 Berbagi pengambilan keputusan

Adanya komunikasi interpersonal 9 25 Berkenaan dengan strategi

pemecahan masalah

10 26

Meningkatkan produktivitas 11 27

Mencapai hasil yang positif 12 28

4 Mencapai tujuan yang sama

Adanya komunikasi interpersonal 13 29 Berkenaan dengan strategi

pemecahan masalah

14 30

Meningkatkan produktivitas 15 31

(49)

86

d. Skala Evaluasi Pelaksanaan Model (skala E. M)

Adapun kisi-kisi skala evaluasi pelaksanaan model bimbingan koboratif yang disusun oleh peneliti adalah sebagai berikut dalam tabel 3.5. dibawah ini.

Tabel 3.5.

Kisi-kisi Skala Evaluasi Pelaksanaan Model

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum digunakan, instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

melewati proses penimbangan yang dilakukan oleh 3 orang pakar bimbingan yaitu Bapak Syamsu Yusuf, Ibu Juhanaini, Ibu Nani M. Sugandi, serta dan 1 orang pakar bahasa

Inggris yaitu Bapak Jodi Sutisna. Setelah melalui diskusi dan revisi barulah instrumen-instrumen tersebut digunakan oleh peneliti untuk menjaring data yang dibutuhkan.

No. Aspek Sub aspek Jumlah item

1 Persiapan Waktu 1

Materi 1

Tempat 1

2 Pelaksanaan Waktu 1

Materi 1

Tempat 1

3 Materi Kesesuaian dengan

kebutuhan

1

4 Konselor Penampilan 1

Penguasaan materi 1

Penyampaian materi 1

(50)

87

Uji validitas dan reliabilitas pada instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel.

a. Uji Validitas

langkah-langkah pengujian validitas instrumen yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut dihalaman berikut.

1) Memasukkan data pada lembar kerja.

2) Melakukan pengujian korelasi menggunakan modul data analysis dengan cara:

a) Klik data pada menu bar dan klik data analysis, b) Klik correlation sehingga muncul dialog box,

c) Klik ok dan tunggu sampai data analysis menyediakan kotak input data yang akan dianalisis,

d) Klik tanda panah pada tab input range dan masukkan semua data kecuali kolom

responden dan klik Ok. Memberikan tanda cek pada tab label in first row jika nomor butir soal ikut diinput dalam input range. Klik ok.

3) Menentukan r tabel untuk N sebanyak 10 dan taraf signifikansi 5% diperoleh angka 0,632. Angka tersebut dinamakan r tabel.

Kriteria: Jika r hitung lebih dari r tabel maka item yang dianalisis dinyatakan valid dan

sebaliknya.

Hasil uji validitas untuk instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut dibawah ini.

(51)

88

Dari 32 item yang diuji validitasnya, maka didapat hasil 14 item valid dan 18 item tidak valid, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6.

Hasil Uji Validitas Skala Bimbingan Kolaboratif

Aspek Subaspek No.item Nilai

(52)

89

Meningkatkan

produktivitas 11 0,756 0,632 Valid

Mencapai hasil

yang positif 12 0,63 0,632 Valid

Aspek Subaspek No.item Nilai

korelasi (r)

Hasil uji validitas dari kuesioner ini disajikan digabungkan antara masing-masing

subtest yang dipaparkan dalam tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Hasil Uji Validitas Kemampuan Akademik

No. Item Nilai Korelasi (r) Nilai Tabel Kesimpulan

1 0,94 0,876 Valid

(53)

90

3 0,95 0,876 Valid

8 0,93 0,876 Valid

10 1 0,876 Valid

14 0,93 0,876 Valid

16 0,91 0,876 Valid

17 0,9 0,876 Valid

Nilai r tabel dengan n = 5 dan α = 5% yaitu 0,876

Seperti telah dijelaskan bahwa melalui studi pendahuluan didapat fakta bahwa belum ditemukannya adanya suatu bimbingan kolaboratif yang dikhususkan bagi pengembangan anak yang mengalami kesulitan belajar yang bersekolah di tingkatan

Sekolah Dasar. Hal inilah yang memungkinkan banyak item skala bimbingan kolaboratif yang tidak valid, karena hanya satu sisi saja yang menggambarkan kondisi yang

sebenarnya dari para responden yang mengisi skala tersebut.

Begitu pula dengan skala kemampuan akademik. Anak berkesulitan belajar atau yang terdiagnosa mengalami learning disabilities bukanlah anak normal pada umumnya,

mereka digolongkan kedalam anak berkebutuhan khusus yang memiliki karakteristik tertentu, terutama dalam aspek kemampuan akademiknya. Hal inilah yang menyebabkan

banyak item pada skala kemampuan akademik yang tidak valid. Kecenderungan kondisi anak-anak tersebut hanya pada satu sisi skala saja, sehingga tidak bervariasi.

(54)

91

Dalam menghitung reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji split half dengan bantuan Microsoft excel. Adapun langkah-langkah uji split half adalah sebagai berikut dibawah ini.

1) Memisahkan jawaban responden terhadap item bernomor ganjil dan item bernomor genap dan hitung jumlah total masing-masing kelompok.

2) Pengujian reliabilitas dengan teknik ini pada prinsipnya adalah menguji korelasi antara total skor untuk item ganjil dan item genap, sehingga langkah-langkahnya sama dengan pengujian korelasi pada uji validitas.

a) Klik data pada menu bar dan klik data analysis.

b) Klik correlation sehingga muncul dialog box, Klik ok dan tunggu sampai data

analysis menyediakan kotak input data yang akan dianalisis.

c) Klik tanda panah pada tab input range dan masukkan semua data yang akan dianalisis dan klik Ok.

3) Membandingkan nilai uji reliabilitas dengan kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145) yang terdapat dalam tabel 3.8.

Tabel 3.8. Kriteria Reliabilitas

Koefien Reliabitas Kriteria Reliabilitas

0,80 < r < 1,00 Sangat tinggi 0,60 < r < 0,80 Tinggi

(55)

92

1) Kuesioner Bimbingan Kolaboratif

Dengan melakukan uji split half didapat hasil r = 0,945 Dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown :

Didapat R = 0,972

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen bimbingan kolaboratif ini memiliki reliabilitas yang sangat tinggi , yang berarti data/hasil yang didapat melalui intrumen ini

sangat dapat dipercaya.

2) Kuesioner Kemampuan Akademik Anak

Dengan melakukan uji split half didapat hasil r = 0,8

Dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown :

Didapat R = 0,889

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen kemampuan akademik (APRS) ini

(56)

93

G. Pengembangan Model Bimbingan Kolaboratif Untuk Meningkatkan

kemampuan Anak yang Mengalami Learning Disabilities yang Bersekolah di

SD Inklusif

Sebelum dipergunakan, model bimbingan kolaboratif yang disusun oleh peneliti melewati beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti meliputi 2 langkah yaitu :

a. Studi pustaka, dilakukan untuk mencari dasar-dasar teoritis yang terkait dengan

keseluruhan penelitian ini, seperti teori mengenai bimbingan bagi anak yang mengalami learning disabilities, dan bimbingan kolaboratif,

b. Asesmen kebutuhan, dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities dan bimbingan yang telah dilakukan pihak sekolah dan orang tua terhadap anak yang

mengalami learning disabilities. 2. Pengembangan dan validasi model.

Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah penyusunan, pengembangan dan validasi model bimbingan kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities yang

berada di SD inklusif.

Validasi model difokuskan terhadap dimensi need assessment, rasional, tujuan, komponen, strategi yang dikembangkan, dan teknik evaluasi, sementara uji kepraktisan

(57)

94

dengan segala kemungkinan, hambatan, kesulitan maupun kelebihan model serta kontribusi yang mungkin dapat dicapai dari pelaksanaan model ini.

Proses validasi melalui uji pakar melibatkan 3 orang ahli bimbingan dan konseling

sementara uji kepraktisan melibatkan 1 orang lulusan bimbingan dan konseling dan 1 orang psikolog yang bertugas di SD inklusif.

3. Model tervalidasi dan layak dilaksanakan

Setelah melalui tahapan pengembangan, validasi dan berbagai revisi maka tersusunlah model yang layak dilaksanakan. Adapun kerangka model bimbingan kolaboratif untuk

mengembangkan kemampuan akademik anak yang mengalami learning disabilities yang berada di SD inklusif terdiri dari; rasional, tujuan, asumsi, target intervensi,

proses dan prosedur, strategi bimbingan kolaboratif, pelaksanaan bimbingan kolaboratif, rencana operasional, langkah-langkah kegiatan, rancangan intervensi, kompetensi konselor, waktu pelaksanaan, evaluasi dan indikator keberhasilan serta

satuan kegiatan layanan bimbingan

Tahapan pengembangan model bimbingan ini dapat dilihat dalam gambar 3.3 dihalaman 95.

H. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini, lebih banyak didapat oleh peneliti dengan menggunakan

(58)

95

Adapun metode yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan skala. Melalui skala maka peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan hal-hal berikut dibawah ini. 1. Kondisi bimbingan kolaboratif orang tua dan guru sebelum dan setelah diberikan

treatment berupa model bimbingan kolaboratif yang disusun oleh peneliti.

2. Hasil kemampuan akademik siswa yang mengalami learning disabilities sebelum,

(59)

96

Gambar 3.3

Tahapan Pengembangan Model Bimbingan kolaboratif

I. Hipotesis Penelitian

Studi Pendahuluan

* Studi pustaka (kajian teoritik tentang bimbingan

kolaboratif dan learning difficulties)

* Asesmen kebutuhan (kemampuan akademik anak learning difficulties dan bimbingan yang ada)

Pengembangan dan validasi Model

* Validasi isi oleh pakar mengenai dimensi need

assessment, rasional, tujuan, komponen, strategi yang dikembangkan, dan teknik evaluasi

* Uji kepraktisan oleh praktisi mengenai peluang keterlaksanaan model, kemampuan guru

BK untuk melaksanakan model,

pemahaman kolaborator, dan

kesesuaian program dengan

kebutuhan

* Revisi

Gambar

Tabel
Gambaran Keterampilan Motorik Halus dan Kasar Subjek   .....................
Tabel
Tabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun rencana kerja sekolah” Adapun tujuan yang diharapkan adalah : pendampingan manajerial secara

Dalam penelitian ini, itu dilaporkan hasil- hasil penelitian dari Bimbingan Kolaboratif Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun instrumen

Luaran kegiatan IbM ini adalah adanya kemampuan guru dalam melaksanakan atau merintis program pendidikan inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di sekolah

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling. Sekolah

Luaran kegiatan IbM ini adalah adanya kemampuan guru dalam melaksanakan atau merintis program pendidikan inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di sekolah

Analisis hasil akhir Teknik Reinforcement Untuk Meningkatkan Motivasi Pada Anak Tunagrahita yang Mengalami Kesulitan Menghitung (Dyscalculia Learning) di SDN Bendul Merisi

Deasy Christia Sera, 111314253007, Efektifitas Peer-Assisted Learning Srategies (PALS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Kelas III Sekolah Dasar,

Tujuan dalam penelitian tindakan sekolah adalah: (1) Untuk mengetahui bahwa melalui supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan