• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Peningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Antara Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Posing dan Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Langsung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Peningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Antara Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Posing dan Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Langsung."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Perbandingan Peningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Antara Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Posing dan

Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Langsung

Dwi Putri Wulandari 1308110

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa SD. Penelitian ini bertujuan 1) mengetahui peningkatan pemahaman konsep matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendektan problem posing, 2) mengetahui peningkatan pemahaman konsep matematika siswa yang memperoleh pembelajaran langsung, dan 3) mengetahui perbandingan peningkatan pemahaman konsep matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing dan pembelajaran langsung. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain nonequivalent control group design, yang menjadi populasi penelitian ini seluruh siswa kelas IV SD di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2014-2015, adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dari 2 sekolah di Kecamatan Cibeber . Selanjutnya dari 2 sekolah ini ditetapkan seluruh siswa kelas IV dari satu sekolah sebagai kelompok eksperimen, sedangkan satu sekolah yang lain sebagai kelompok kontrol. Sebagai kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran problem posing dan sebagai kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran langsung. Data penelitian dikumpulkan melalui pretes dan postes kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa: 1) Dengan menggunakan pendekatan problem posing, pemahaman konsep matematika siswa kelas IV SD meningkat, 2) Dengan menggunakan model pembelajaran langsung, pemahaman konsep matematika siswa kelas IV SD meningkat, 3) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung.

(2)

ABSTRACT

Comparison Increased Understanding of Mathematical Concepts Among Students Who Received Problem Posing Approach to Learning and

Students Who Obtain a Direct Instruction

Dwi Putri Wulandari

1308110

This research was motivated by the ability of students' mathematical concept understanding elementary school was low. This research aims to 1) determine the increasing students 'understanding of mathematical concepts that acquire learning with problem posing approach, 2) to increasing of the students' understanding of mathematical concepts gain hands-on learning, and 3) determine of comparison between of mathematical conceptual understanding between students who acquire learn with problem posing approach and student who learn with direct instruction. The design used in this research is design of nonequivalent control group. The population fourth graders in Cibeber, Cianjur in academy years 2014-2015, as all of fourth graders from two schools in Cibeber. Fourth graders who an schools in Cibeber as an experimental group and fourth graders who come from one under school as control group. As an experimental group received teaching by problem posing approach and the under group received teaching direct instruction. The result showed that: 1) There were increasing of students mathematical concept understanding that learning under problem posing approach, 2) There were increasing of students mathematical concept understanding that learning under direct instruction, 3) there were different of increasing of mathematical concept understanding between students who learning under problem posing approach and students who learning under direct instruction.

(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah kuasi eksperimen, menggunakan dua kelompok

subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen yang diberikan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan problem posing dan kelompok kontrol yang

diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Kedua kelompok

ini akan diberikan pretes dan postes dengan menggunakan instrumen yang sama.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pretes-postes Nonequivalent control group design dan dinyatakan sebagai berikut:

O X O ---

O O

Keterangan : O = Pretes dan postes tentang pemahaman konsep matematika

X = Perlakuan dengan pembelajaran dengan pendekatan problem

posing

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di Kecamatan

Cibeber, Kabupaten Cianjur tahun ajaran 2014/2015. Sampel pada penelitian ini

tidak secara random namun menggunakan purposive sample yaitu menerima apa

adanya sampel, yang menjadi sampel pada penelitian adalah sekolah A sebagai

kelompok eksperimen dan sekolah B sebagai kelompok kontrol. Pada kelompok

eksperimen memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Problem Posing

sebanyak 17 orang siswa, sedangkan untuk kelompok kontrol yaitu sekolah B

sebanyak 16 orang siswa memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran

(4)

C.Perangkat Pembelajaran

Dalam suatu pembelajaran dibutuhkan beberapa perangkat pembelajaran

sebagai pendukung guna tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut. Beberapa

perangkat pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran

tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus

untuk mengarahkan kegiatan peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi

Dasar (KD) (Permendikbud no. 56, 2013, hlm. 5). Pada penelitian ini, RPP

untuk kelompok kontrol disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran

langsung. RPP untuk kelompok eksperimen disesuaikan dengan

langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Problem Posing.

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Perangkat pembelajaran menjadi pendukung buku dalam pencapaian

kompetensi dasar siswa adalah lembar kegiatan siswa (LKS). Lembar ini

diperlukan guna mengarahkan proses belajar siswa sehingga berorientasi

kepada peserta didik, maka dalam serangkaian langkah aktivitas siswa harus

berkenaan dengan tugas-tugas dan pembentukan konsep matematika. Dengan

adanya lembar kerja ini, maka partisipasi aktif peserta didik sangat diharapkan,

sehingga dapat memberikan kesempatan lebih luas dalam proses konstruksi

pengetahuan dalam dirinya.

D.Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen tes.

Instrumen tes terdiri dari seperangkat soal uraian untuk mengukur kemampuan

pemahaman konsep matematika. Tes pemahaman konsep matematika digunakan

untuk mengukur kemampuan penguasaan konsep matematika siswa secara

menyeluruh terhadap materi yang disampaikan setelah kedua kelompok mendapat

pembelajaran. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu tahap

pembuatan instrumen dan tahap tahap uji coba instrumen. Uji coba instrumen

dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reabilitas tes, daya pembeda butir tes,

(5)

dalam bentuk uraian. Kisi-kisi instrumen tes pemahaman konsep matematika pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika

Sub Variabel Indikator Nomor

(6)

Mengidentifikasi

Kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari

Holistic Scoring Rubrics menurut Cai, Lane, dan Jacabsin (1996, hlm. 141) yang

kemudian diadaptasi. Kriteria skor untuk tes ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di

(7)

Tabel 3.2

Kriteria Skor Kemampuan Pemahaman Matematika

Respon siswa Skor

Tidak ada jawaban/ salah menginterpretasikan 0

Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah 1

Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti) penggunaan

algoritma lengkap, namun mengandung perhitungan yang salah

2

Jawaban hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan

algoritma secara lengkap dan benar, namun mengandung sedikit

kesalahan

3

Jawaban lengkap (hampir semua petunjuk soal diikuti), penggunaan

algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan dengan

benar

4

Adaptasi dari Cai, Lane, dan Jacabsin (1996)

Data hasil uji coba instrumen dianalisis yang meliputi validitas tes,

reliabilitas tes, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

1. Validitas item tes

Analisis validitas tes dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan

instrumen yang digunakan. Arikunto (2013, hlm. 80) menyatakan bahwa suatu tes

disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.

Penentuan validitas keseluruhan soal ditetapkan oleh nilai koefisien korelasi.

Pengujian validitas ini menggunakan rumus pearson’s product momen, yaitu

(8)

Y = skor total

N = banyaknya peserta tes

Hasil rxy dibandingkan dengan rtabel pada α = 0,05.

Dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, hasil perhitungan dan

kriteria validitas butir soal untuk tes kemampuan pemahaman konsep matematika

dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Daftar Hasil Validitas Tiap Butir Soal

No. Soal rxy rtabel pada α = 0,05 Keterangan

1 0,549

0,388

Valid

2 0,734 Valid

3 0,535 Valid

4 0,674 Valid

5 0,718 Valid

6 0,812 Valid

7 0,490 Valid

8 0,408 Valid

9 0,807 Valid

Selanjutnya tolak ukur untuk mengetahui kategori validitas item tes

digunakan klasifikasi koefisien korelasi (validitas) berdasarkan pendapat

Suherman (2003, hlm.113) adalah:

Tabel 3.4

Kriteria Pengkategorian Item Tes

Koefisien Validitas Kriteria

0,90 rxy 1,00 Sangat Tinggi

0,70 rxy< 0,90 Tinggi

0,40 rxy< 0,70 Sedang

0,20 rxy < 0,40 Rendah

0,00 rxy < 0,20 Sangat Rendah

(9)

Dalam hal ini juga ditentukan penafsiran terhadap harga koefisien korelasi

r dengan mengkonsultasikannya pada tabel harga kritis r, dengan mengambil Ho :

tidak terdapat korelasi positif yang dihasilkan antara skor butir soal dengan skor

total, taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-2, maka Ho ditolak

jika ( ) .

2. Reliabilitas instrumen tes

Reliabilitas ini dihitung untuk mengetahui tingkat konsistensi tes tersebut.

Sebuah tes dikatakan reliable jika tes itu menghasilkan skor yang konsisten jika

pengukurannya diberikan kepada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh

orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula.

Reliabilitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu

(Arikunto, 2013. hlm. 122)

r

11 =

Dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, hasil perhitungan reliabilitas

soal untuk tes kemampuan pemahaman konsep matematika dalam penelitian ini

adalah 0,74 karena rtabel pada α = 0,05 adalah 0,388 maka instrumen tes tersebut

dinyatakan reliable.

Selanjutnya nilai reliabilitas diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi skor.

Menurut Suherman (2003, hlm. 154) tingkat reliabilitas soal uji coba didasarkan

(10)

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Kriteria

r11< 0,20 Sangat Rendah

0,20 r11< 0,40 Rendah

0,40 r11< 0,70 Sedang

0,70 r11 < 0,90 Tinggi

0,90 r11 < 1,00 Sangat tinggi

Berdasarkan tabel 3.5, maka kriteria reliabilitas soal untuk tes kemampuan

pemahaman konsep matematika dalam penelitian ini adalah tinggi.

E.Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan prosedur penelitian. Berikut ini

merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini:

1. Tahap persiapan

 Mengidentifikasikan masalah dan kajian pustaka

 Melakukan studi pendahuluan

 Membuat proposal penelitian

 Menentukan materi ajar

 Menyusun instrumen penelitian

 Pengujian instrumen penelitian

 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

Siswa (LKS)

 Perizinan untuk penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

 Pemilihan sampel penelitian sebanyak dua kelompok, yang disesuaikan

dengan materi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian

 Pelaksanaan pretes kemampuan pemahaman konsep matematika untuk

(11)

 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan mengimplementasikan

pendekatan Problem Posing untuk kelompok eksperimen dan model

pembelajaran langsung untuk kelompok kontrol

 Pelaksanaan postes untuk kedua kelompok

3. Tahap Pengumpulan dan Analisis Data

 Mengumpulkan hasil data kuantitatif

 Mengolah dan menganalisis data kuantitatif berupa hasil pretes dan hasil

postes

4. Tahap pembuatan kesimpulan

Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh, yaitu mengenai peningkatan

kemampuan pemhaman konsep matematika.

F.Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian dianalisis dengan menggunakan

beberapa analisis statistik. Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka data

dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik inferensial.

Analisis data kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah memperoleh

pembelajaran baik di kelompok kontrol maupun di kelompok eksperimen.

Analisis data skor hasil pretes-postes menggunakan bantuan software Statistical

Product and Service Solution (SPSS) versi 16. Sebelum data dianalisis, terlebih

dahulu dilakukan penilaian terhadap data hasil pretes dan postes pada kedua

kelompok. Penilaian hasil pretes dan postes ini dilakukan oleh dua orang penilai,

dengan tujuan untuk mengurangi subjektifitas.

a. Analisis Data Pretes

Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika awal siswa

di kelompok eksperimen dan kontrol, analisis dilakukan pada data pretes.

Adapun langkah-langkah uji statistiknya sebagai berikut:

1) Analisis Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes terlebih dahulu

(12)

simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh gambaran mengenai data yang akan diuji.

2) Analisis Statistika Inferensial

Analisis ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS

versi 16. Adapun langkah-langkah uji statistiknya adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji statistik Shaphiro-Wilk dengan taraf signifikansi 0,05.

Perumusan hipotesis pengujian normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : Data pretes berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data pretes berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria penggunaannya sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0

diterima

 Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak

 Jika skor berdistribusi normal, uji statistik selanjutnya yang

dilakukan adalah uji homogenitas varians. Tetapi, jika minimal

terdapat suatu data yang tidak berdistribusi normal maka uji

homogenitas tidak perlu dilakukan melainkan dilakukan uji statistik

non-parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansinya

homogen atau tidak homogen antara kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol. Apabila data berdistribusi normal maka dilanjutkan

dengan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene’s test

dengan taraf signifikansi 0,05. Perumusan hipotesis pengujiannya

adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians data pretes dari siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

problem posing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

(13)

H1 : Terdapat perbedaan varians data pretes dari siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

problem posing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

langsung.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0

diterima

 Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan rata-rata data pretes secara signifikan antara kedua

kelompok penelitian. Jika kedua kelompok berasal dari populasi yang

berdistribusi normal dan homogen, maka untuk pengujian hipotesis

dilakukan uji t. Jika kedua kelompok berasal dari populasi yang

berdistribusi normal dan tidak homogen maka, pengujian hipotesis

dilakukan uji t'. Perumusan hipotesis pengujiannya adalah sebagai

berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

matematika awal antara siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan pembelajaran problem posing dan siswa yang

memperoleh pembelajaran langsung.

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika

awal antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran problem posing dan siswa yang

memperoleh pembelajaran langsung.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0

diterima

(14)

b. Analisis Data Postes

Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika akhir

siswa di kelompok eksperimen dan kontrol, analisis dilakukan pada data

postes. Adapun langkah-langkah uji statistiknya sebagai berikut:

1) Analisis Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil postes terlebih dahulu

dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi rata-rata,

simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh gambaran mengenai data yang akan diuji.

2) Analisis Statistika Inferensial

Analisis ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS

versi 16. Adapun langkah-langkah uji statistiknya adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji statistik Shaphiro-Wilk dengan taraf signifikansi 0,05.

Perumusan hipotesis pengujian normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : Data postes berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data postes berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria penggunaannya sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0

diterima

 Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak

 Jika skor berdistribusi normal, uji statistik selanjutnya yang

dilakukan adalah uji homogenitas varians. Tetapi, jika minimal

terdapat suatu data yang tidak berdistribusi normal maka uji

homogenitas tidak perlu dilakukan melainkan dilakukan uji statistik

non-parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansinya

homogen atau tidak homogen antara kelompok eksperimen dengan

(15)

dengan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene’s test

dengan taraf signifikansi 0,05. Perumusan hipotesis pengujiannya

adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians data postes dari siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

problem posing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

langsung.

H1 : Terdapat perbedaan varians data postes dari siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

problem posing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

langsung.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0

diterima

 Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan rata-rata data postes secara signifikan antara kedua

kelompok penelitian. Jika kedua kelompok berasal dari populasi yang

berdistribusi normal dan homogen, maka untuk pengujian hipotesis

dilakukan uji t. Jika kedua kelompok berasal dari populasi yang

berdistribusi normal dan tidak homogen maka, pengujian hipotesis

dilakukan uji t'. Perumusan hipotesis pengujiannya adalah sebagai

berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

matematika akhir siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran problem posing dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran langsung.

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika

(16)

pembelajaran problem posing dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran langsung.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0

diterima

 Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak.

c. Analisis Data N-gain

Jika hasil pretes menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan

pemahaman matematika siswa yang signifikan antara kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol, maka untuk mengetahui peningkatan kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa digunakan data hasil indeks gain atau

gain ternormalisasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah

peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran problem posing

lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. Adapun

indeks gain dih itung dengan rumus sebagai berikut:

= (Hake, 2007, hlm. 8)

Keterangan:

= skor postes

= skor pretes

= skor maksimum

Nilai gain ternormalisasi (N-gain) dibandingkan dengan kriteria indeks

gain sebagai berikut:

Tabel 3.6

Tabel Klasifikasi Gain

Besar < > Interpretasi

< > > 0,70 Tinggi 0,30 < < > ≤ 0,70 Sedang

(17)

Langkah-langkah uji statistiknya sebagai berikut:

1) Analisis deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data gain terlebih dahulu

dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi rata-rata,

simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh gambaran mengenai data yang akan diuji.

2) Analisis Statistika inferensial

Analisis ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software

SPSS versi 16. Adapun langkah-langkah uji statistiknya adalah sebagai

berikut.

a. Uji Normalitas data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil

indeks gain atau gain ternormalisasi berasal dari populasi berdistribusi

normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan

uji statistik saphiro-Wilk dengan taraf signifikasi 0,05.

Jika data indeks gain berdistribusi normal, uji statistiknya

selanjutnya yang dilakukan adalah uji homogenitas varians. Tetapi, jika

terdapat minimal satu data yang tidak berdistribusi normal maka uji

homogenitas tidak perlu dilakukan melainkan dilakukan uji statistik

non-parametrik, yaitu Mann-Whitney U. Perumusan hipotesis pengujian

normalitas adalah sebagai berikut.

H0 : data indeks gain sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal

H1 : data indeks gain sampel berasal dari populasi yang tidak

berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0

diterima

 Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak

b. Uji Homogenitas Varians

Uji Homogenitas Varians dilakukan untuk mengetahui apakah

(18)

dengan kelompok kontrol. Varians dengan menggunakan uji levene’s test

dengan taraf signifikansi 0,05. Perumusan hipotesis pengujiannya adalah

sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan varians kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran problem posing dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran langsung.

H1: Terdapat perbedaan varians kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran problem posing daripada yang

memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran langsung.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0

diterima.

 Jika setengah dari nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak

c. Uji perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah

rata-rata indeks gain kedua kelompok sama atau tidak. Jika kedua

kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen

maka, untuk pengujian hipotesis dilakukan uji-t atau Independent Sample

T-Test. Sedangkan jika kedua kelompok berasal dari populasi yang

berdistribusi normal dan tidak homogen maka, pengujian hipotesis

dilakukan uji t'. Perumusan hipotesis dilakukan pengujiannya adalah

sebagai berikut:

H0 : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

problem posing tidak lebih baik daripada siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan model pembelajaran langsung.

H1 : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

(19)

problem posing lebih baik daripada siswa yang mengikuti

pembelajaran langsung.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5 %, maka kriteria

pengambilan keputusannya sebagai berikut:

 Jika setengah dari nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05

maka H0 diterima

 Jika setengah dari nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0

ditolak.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk analisis data disajikan dalam

(20)

Gambar 3.1 Alur Analisis Data

Data Data Sampel I Sampel II

Tidak Apakah Apakah

Data Berdistribusi Data berdistribusi Normal? Normal?

Ya Ya

Apakah Variansinya Tidak Homogen?

Uji t'

Uji t

Statistik Non-parametrik Mann-Whitney

Keterangan:

= Atau

(21)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka simpulan yang

diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran problem posing, pemahaman

konsep matematika siswa kelas IV SD meningkat. Rata-rata pemahaman

konsep matematika siswa kelas IV SD pada saat pretes yaitu 7,47 dan setelah

memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing

menjadi meningkat menjadi 22,35 yang diperoleh dari hasil postes.

Peningkatan pemahaman konsep matematika ini termasuk kategori sedang. Hal

ini terlihat pada rata-rata N-gain sebesar 0,51.

2. Dengan menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction),

pemahaman konsep matematika siswa kelas IV meningkat. Rata-rata

pemahaman konsep matematika siswa kelas IV SD pada saat pretes yaitu 9,25

dan setelah memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran langsung menjadi meningkat menjadi 15 yang diperoleh dari

hasil postes. Peningkatan pemahaman konsep matematika ini termasuk

kategori rendah. Hal ini terlihat pada rata-rata N-gain sebesar 0,21.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika

antara siswa yang memperoleh pembelajaran pendekatan problem posing

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran

langsung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat

perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika antara siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing dan siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Dengan

(22)

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa daripada model

pembelajaran langsung.

Selain itu, terdapat beberapa saran yang bermanfaat bagi peneliti lain.

Adapun beberapa saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan problem posing

disarankan untuk dijadikan alternatif dalam pembelajaran matematika di SD.

2. Disadari bahwa penelitian ini terbatas pada SD tertentu dan materi yang

spesifik. Oleh karena itu, disarankan ada kajian lebih lanjut terhadap

pendekatan pembelajaran problem posing untuk meningkatkan kemampuan

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. (2009). Pembelajaran matematika dengan problem posing. [Online]. Diakses dari http://abdussakir.wordpress.com/2009/02/13/pembelajaran-matematika-dengan-problem-posing/.

Alfeld, P. (2002). Understanding mathematics. [Online]. Diakses dari http://www.math.ulah.edu/-pa/math.html

Amin, S. (2012). Metode problem posing. [Online]. Diakses dari http://pakgurusaiful.blogspot.com/2012/07/metode-problem-posing.html.

Arends, R. (2008). Learning to teach: belajar untuk mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bell, F. (1981). Teaching and learning mathematics (in secondary school). Iowa: Brown Company Publishers

Brown, S.I. dan walter, M.I. (1990). The art of problem posing (second edition). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Budiono. (2009). Panduan pengembangan materi pembelajaran. [Online]. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/21684083/Pengemb-Materi-Pembelaj-Budiono-SMANEJA-Blitar

Depdiknas. (2003). Pedoman khusus pengembangan sistem penilaian berbasis

kompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas.

English. (1998). Promoting a problem posing classroom. [Online]. Diakses dari

http://www.highbeam.com.

Hake, R. (2007). Design-based research in physics education: A. Review. [Online]. Diakses dari http://www.physics.indiana.edu/-hake/DBR-Physics.pdf22

Harja. (2012). Pemahaman konsep matematis. [Online]. Diakses dari http://mediaharja.blogspot.com/2012/05/pemahaman-konsep matematis.html.

Hudoyo, H. (1988). Mengajar belajar matematika. Jakarta: Depdikbud.

(24)

Kanedi. (2014). Pembelajaran matematika dengan teknik problem posing untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa sekolah

dasar. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Kesumawati, N. (2008). Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika, 1 (2), hlm. 229-235.

Kemendikbud. (2013). Lampiran permendikbud no.65 tentang standar proses

pendidikan dasar dan menengah. [Online]. Diakses dari

http://www.slideshare.net/alvinnoor/permendikbud-nomor-65-tahun-2013-tentang-standar-proses-23256577

Menon, R. (1996 ). Mathematical Comunicationthrough Student-Constructed Question. Teaching Children Mathematics,2 (5), hlm. 530-532.

Mulyana (2015)

Mulyasa, E. (2012). Praktik penelitian tindakan kelas: menciptakan perbaikan

berkesinambungan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Noperlinda. (2010). Penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan pemahaman konsep (conceptual understanding) dan disposisi matematik

(mathematical disposition) siswa sekolah dasar. (Tesis). Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Prabawanto, S. (2013). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan self efficacy matematis mahasiswa melalui pembelajaran dengan

pendekatan metacognitive scaffolding. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Purwanto. (1990). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramdhani, S. (2012). Pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis

siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Rohana. (2011). Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap pemahaman

konsep mahasiswa FKIP Universitas PGRI. Palembang :Prosiding PGRI

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non-eksakta

(25)

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA (edisi

revisi). Bandung: Tarsito.

Silver, E.A. & Cai, J. (1996). An analysis of arithmetic problem posing by middle school students. Journal for Research in Mathematics Education, 27 (5), hlm. 521-539.

Silver, E.A., et al. (1996). Posing mathematical problems: an exploratory study.

Journal for Research in Mathematics Education, 27 (5), hlm. 521-539.

Siregar, N.S. (2009). Pembelajaran problem posing untuk meningkatkan kemampuan

penalaran dan komunikasi matematika siswa sekolah dasar. (Tesis). Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Stoyanova, E. & Ellerton, N.F. (1996). A framework for research into student

problem posing in schools mathematics, dalam technology in mathematics

education. Melbourne: Mathematics Education Research Group of Australia.

Suherman, E. dkk (2003). Strategi pembelajaran matematika kontemporer (edisi

revisi). Bandung: FMIPA. UPI

Sumarmo, U. (2013). Kumpulan makalah berpikir dan disposisi matematik serta

pembelajarannya. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA, UPI.

Surtini, S. (2003). Implementasi problem posing pada pembelajaran operasi hitung

bilangan cacah siswa kelas IV SD di Salatiga. Laporan Penelitian, Universitas

Terbuka

Suryanto. (1998) Pembentukan soal dalam pembelajaran matematika. Makalah pada Seminar Nasional Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globalisasi, Malang.

Syafrianto. (2014). Peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematika serta kebiasaan berfikir (habits of mind) siswa SMP melalui model

pembelajaran kooperatif tipe make a match. (Tesis). Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Trianto (2010)

(26)

Van De Walle, J. (2006). Matematika sekolah dasar dan menengah pengembangan

pengajaran. Edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

Walk, D. (2009). Contoh proposal problem posing pada pendidikan matematika.

[Online]. Daikses dari http://djalilwalkcayo86th.blogspot.com/.

Wiggins, G. & McTighe, J. (2012). Pengajaran pemahaman melalui desain. Jakarta: PT Indeks

Zalinar, S. (2012). Pengaruh model pembelajaran inquiry, brain based learning, dan direct instruction terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis

peserta didik SMP kelas VII. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Zulkardi. (2003). Pendidikan matematika di Indonesia : beberapa permasalahan dan

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika
Tabel 3.2 Kriteria Skor Kemampuan Pemahaman Matematika
Tabel 3.3 Daftar Hasil Validitas Tiap Butir Soal
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang mendapatkan metode pembelajaran personalized

Hasil penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika adalah sebagai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X MAN 1 Stabat dalam materi trigonometri, faktor-faktor penyebab

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika, aktivitas belajar siswa, dan keterampilan guru mengajar dengan model

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran multimedia inetraktif

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika siswa melalui pembelajarn berbasis masalah dengan strategi problem

Fokus utama penelitian ini adalah mengenai kemampuan pemahaman matematis siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rendahnya kemampuan ini disinyalir terjadi antara

ABSTRAK Penelitian ini memaparkan hasil penelitian yang bertujuan untuk menganalisis: apakah terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika KPKM dan kemampuan pemecahan