SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Departemen Pendidikan Fisika Program Studi Fisika
Oleh:
Ila Lailatun Sholihah
NIM. 1100335
PROGRAM STUDI FISIKA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ila Lailatun Sholihah, 2015
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT
ILA LAILATUN SHOLIHAH
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK,
KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT
PADAT
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr. Dani Gustaman Syarif, M. Eng
NIP. 196105221984031002
Pembimbing II
Dr. Andhy Setiawan, M.Si
NIP.197310131998021001
Mengetahui
Ila Lailatun Sholihah, 2015
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NIP.19680731992032001
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK,
KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT
PADAT
Oleh
Ila Lailatun Sholihah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ila Lailatun Sholihah 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode eksperimen.
Pembuatan sampel berupa pelet keramik dengan komposisi CSZ dan 0%, 1% dan
2% berat CuO untuk elektrolit padat SOFC. Kemudian keramik tersebut
dilakukan pengujian material antara lain struktur kristal, struktur mikro, sifat
listrik, sifat mekanik.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitan mengenai keramik CSZ yang didoping CuO untuk elektrolit
padat SOFC, dilakukan di Pusat Sains dan Teknologi Nuklir (PSTNT) yang
beralamat di Jalan Tamansari No. 71 Bandung 40312.
3.3 Alat dan Bahan yang digunakan
3.3.1 Alat yang digunakan
1. Sendok
2. Pipet
3. Becker glass
4. Neraca digital (Metler Tolledo)
5. PH meter
6. Kertas timbang
7. Tungku carbolite
8. Tungku pembakar
9. Tungku sintering
10. LCR meter
11. Alat kompaksi
12. Mortar agate
13. Kertas saring
26
Ila Lailatun Sholihah, 2015
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15. Cawan alumina
16. Spidol
17. Kamera
18. Plastik klip tempat sampel
19. Alat Penjepeit
20. Penggaris
21. Knuth Rotors
22. Mesin Zwick
23. Mikroskop optik Nikon Measurecope MM 22 dilengkapi alat pengukur
Nikon SC-112
24. Mikrokop optik MEIJI TECHNO JAPAN dilengkapi dengan kamera
Canon
DS126371 DC 7,4 V.
25. Kertas amplas ukuran 300, 400, 500, 600, 1000, 1200, 1500 dan 2000
26. Kain amplas
3.3.2 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Serbuk CuO (Cooper Oxide)
2. Serbuk CSZ (Calsia Stabilized Zirconia)
3. Aquades
4. Larutan NH4OH
5. Etanol
6. Aseton
7. Alkohol
8. Perak
9. Resin
10.Cairan pengeras (Hardener)
3.4 Desain Penelitian
3.4.1 Proses pembuatan pelet CSZ yang didoping CuO
Proses pembuatan pelet CSZ yang didoping CuO dilakukan melalui
beberapa tahap diantaranya penimbangan, pencampuran, penggerusan,
pemanasan, pressing, sintering dan karakterisasi. Proses pembuatan, sampai akhir
karakterisasi ditunjukan seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan sampel CSZ yang didoping CuO
CSZ 0%; 1% dan 2% CuO
Pencampuran dan penggerusan
Pengepresan
Penyinteran
Pelet CSZ dengan
doping 0%; 1%; 2%
berat CuO
Karakterisasi
Struktur kristal,
struktur mikro,sifat
listrik,kekerasan
dan ketangguhan
28
Ila Lailatun Sholihah, 2015
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4.2 Pencampuran dan Penggerusan
Serbuk CSZ yang telah dibuat diambil berdasarkan komposisi yang
diperlukan. Pembuatan setiap komposisi diantaranya berdasarkan Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Komposisi CSZ yang didoping CuO
No CSZ %
berat
CuO %
berat Massa (gram) Massa (gram) Total (gram)
1 100 0 1,6500 0,0000 1,6500
2 99 1 1,6335 0,0165 1,6500
3 98 2 1,6170 0,0330 1,6500
Kemudian, masing-masing campuran digerus dengan bantuan alkohol
supaya campurannya homogen. Penggerusan dilakukan kurang lebih 1 jam.
3.4.3 Pressing
Proses pembuatan pelet dilakukan dengan metode Pressing menggunakan
mesin Press. Tujuan pengepressan ini untuk memadatkan serbuk dengan bentuk
hasil cetakan berupa pelet silinder. Ditekan dengan beban sebesar 4
ton/cm2. Untuk setiap komposisi dibuat masing-masing 5 buah pelet.
3.4.4 Sintering
Proses sintering merupakan proses pemanasan dengan suhu dibawah titik
lelehnya. Tujuan dari proses sintering adalah untuk memadatkan sampel sehingga
rapat massanya besar. Pelet mentah disinter pada suhu 14750C selama 3 jam.
3.5 Karakterisasi keramik
3.5.1 Analisis struktur kristal
Analisis struktur kristal bertujuan untuk mengetahui struktur kristal,
orientasi kristal, dan parameter kisi yang terjadi pada keramik (pelet).
Sampel pelet yang dikarakterisasi adalah CSZ dan CSZ yang didoping
dengan 2% berat CuO. Tujuan dari karakterisasi struktur kristal XRD yaitu untuk
mengetahui apakah penambahan doping CuO telah larut dalam CSZ dan untuk
karakteriasasi struktur kristal untuk penambahan CuO pada CSZ cukup diwakili
oleh CSZ yang didoping 2% berat CuO.
Struktur kristal dianalisis dengan menggunakan X-ray Diffraction (XRD).
Hasil dari pengukuran XRD adalah berupa data intensitas dan sudut 2ϴ, kemudian
grafik dibuat dengan mengplot sudut 2ϴ terhadap intensitas dengan menggunakan
aplikasi Microsoft excel. Contoh hasil plot sudut 2ϴ terhadap intensitas
ditunjukan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Contoh grafik CSZ hasil plot XRD 2ϴ terhadap intensitas
Gambar 3.2 merupakan contoh grafik hasil plot 2ϴ terhadap intensitas.
Kemudian setiap puncak-puncak dihitung besar sudutnya. Besar sudut yang
dihitung kemudian dihitung kembali mengikuti persamaan difraksi sinar-X yang
memenuhi aturan hukum Bragg pada persamaan 3.1.
2d sin Ɵ = � (3.1)
d adalah jarak antar bidang pendifraksi yang dapat ditentukan dengan persamaan
3.2.
� =
+ +
� (3.2)
� =
� � � Ɵ
� (3.3)
���2Ɵ = �2
4�2 ℎ2+ 2+ 2 (3.4)
30
Ila Lailatun Sholihah, 2015
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
� =4��22 (3.6)
� =�2√� (3.7)
Untuk menentukan kisi bravais dari struktur kubik digunakan aturan
seleksi h2+k2+l2 yaitu:
SC : 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,16,...
BCC : 2,4,6,8,10,12,14,16,…
FCC : 3,4,8,11,12,16,19,20,24,…
Kemudian Sin2Ɵ dibagi dengan bilangan h2+k2+l2 (SC, BCC, atau FCC).
Dari hasil pembagian tersebut akan terbentuk pola angka yang berulang. Pola
angka yang sering muncul adalah A, A merupakan λ2/4a2 yang ditunjukkan pada
persamaan 3.6. Setelah masing-masing dibagi dengan A maka akan didapatkan
jumlah h2+k2+l2. Jumlah h2+k2+l2 yang diambil adalah angka yang paling
mendekati bilangan bulat.
Untuk menghitung parameter kisi, dapat menggunakan persamaan 3.7, A telah didapatkan dari perhitungan pada paragraf sebelumnya, dan λ merupakan panjang gelombang Cu (1,54060 Angstrom).
3.5.2 Analisis Struktur mikro
Analisis struktur mikro bertujuan untuk mengetahui struktur mikro dari
pelet keramik CSZ yang didoping CuO. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan alat Mikroskop optik Nikon Measurecope MM 22 dilengkapi alat
pengukur Nikon SC-112 dan Mikrokop optik MEIJI TECHNO JAPAN dilengkapi
dengan kamera Canon DS126371 DC 7,4 V. Sebelumnya, terlebih dahulu pelet
dicetak dengan resin, kemudian dilakukan pengamplasan dengan kertas amplas
ukuran 600, 800, 1000, 1200, 1500 dan terakhir dipoles dengan menggunakan
kain yang diberi serbuk alumina. Kemudian, dilakukan pengetsaan, dengan diberi
larutan etsa dan didiamkan selama 10 menit agar cairan etsa dapat mengikis batas
butir dari sampel. Permukaan sampel dipotret dengan menggunakan Mikrokop
7,4 V, dengan perbesaran 10x. Langkah-langkah untuk menentukan perbesaran
hasil potret:
1. Memotret sampel hasil etsa dan hasil identasi vicker dengan perbesaran
10x menggunakan Mikrokop optik MEIJI TECHNO JAPAN dilengkapi
dengan kamera Canon DS126371 DC 7,4 V. Hasil potretnya ditunjukan
pada Gambar 3.3.
Gambar 3. 3 Gambar hasil potret a) sampel hasil etsa dan b) sampel hasil identasi, dengan perbesaran 10x
2. Kemudian kedua Gambar dipotong dengan menggunakan aplikasi
32
Ila Lailatun Sholihah, 2015
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3. 4 Aplikasi untuk memotong poto dengan pemotongan panjang dan lebar tertentu.
3. Hasil pemotongan poto pada Gambar 3.3a ditunjukan pada Gambar 3.5a.
Kemudian melakukan pemotongan poto berikutnya pada Gambar 3.3 b
dengan panjang dan lebar pemotongan yang sama (Gambar 3.4 b).
Sehingga didapatkan Gambar 3.5 b:
Gambar 3.5 Gambar hasil pemotongan, a) Gambar butir, b) Gambar hasil identasi
.
4. Gambar 3.5 b merupakan Gambar untuk patokan skala, panjang diagonal
sebelumnya sudah diukur dengan menggunakan Mikroskop optik Nikon
Measurecope MM 22 dilengkapi alat pengukur Nikon SC-112. Sehingga,
tidak ada masalah apabila foto Gambar 3.5a diperbesar berapa kali namun
Gambar 3.5 b juga ikut diperbesar akan tetapi tetap dengan perbesaran
5. Tahapan terakhir untuk menentukan perbesaran yaitu dengan
menggunakan perbandingan yaitu perbanding ukuran poto dengan ukuran
sebenarnya:
Perbesaran = ukuran photo : ukuran sebenarnya
= 2,1 cm : 0,038 mm
= 21 mm : 0,038 mm
= 552,63
Ukuran diameter butir dihitung dengan menggunakan metode intercept
(ASTM E112, 2013, hlm. 12):
̅
= �
� (3.8)
̅
= Rata-rata diameter butir
n = Jumlah garis uji
L = Panjang garis uji
M = Pembesaran Foto
Ni = Jumlah batas butir yang terpotong
Langkah-langkah menentukan ukuran butir:
34
Ila Lailatun Sholihah, 2015
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Membuat beberapa garis uji degan panjang garis yang sama pada foto hasil
potret analisis mikroskop optik dengan perbesaran tertentu.
2. Menghitung butir-butir yang terpotong pada setiap garis uji.
3. Menghitung ukuran butir dengan menggunakan persamaan 3.8.
3.5.3 Analisis Sifat Listrik
Sifat listrik yang diukur adalah konduktivitas ionik. Alat untuk menguji
sifat listrik adalah LCR meter yang dihubungkan dengan tegangan AC.
Sebelumnya, pelet keramik yang berbentuk silinder dikedua permukaan nya di
lapisi pasta perak dengan menggunakan teknik screen printing. Tujuan pelapisan
pasta perak adalah agar terjadi kontak antara alat uji LCR meter dengan pelet
keramik.
Langkah-langkah dalam mengukur impedansi dan mendapatkan
konduktivitas ionik yaitu sebagai berikut:
1. Pelet yang terlapisi pasta perak diukur dengan menggunakan LCR meter
pada suhu 5000C pada frekuensi 20, 30, 50, 70, 100, 300, 500, 700, 1k, 3k,
5k, 7k, 10k, 30k, 100k, 500k, 700k, 1M, 2M, 3M, dan 5M Hertz.
2. Dari pengukuran yang ada pada point 1 akan didapatkan data impedansi
real (Zreal) dan beda fase (ϴ).
3. Zimajiner didapatkan dari perkalian Zreal dengan tangen beda fase.
4. Resistivitas real (�) dan imaginer (�′) dihitung dengan mengikuti
persamaan 2.7. Kemudian dibuat grafik Resistivitas real (�) terhadap
Resistivitas imaginer (�′) dengan menggunakan aplikasi microsoft excel.
5. Nilai resistivitas total merupakan resistivitas yang berpotongan dengan
sumbu x. Resistivitas yang berpotongan dengan sumbu x tersebut
mewakili resistansi butir dan batas butir.
6. Setelah mendapatkan resistivitas, konduktivitas ionik diperoleh dari
3.5.4 Analisis Sifat Mekanik
Pengujian mekanik dilakukan dengan metode Vickers dengan
menggunakan alat merc Zwick. Sebelum diuji, terlebih dahulu sampel dimasukan
kedalam resin yang telah ditambahkan Hardener sebagai cairan pengeras. Lalu
setelah resin tersebut mengering, maka sampel yang sudah diresin tersebut dipoles
dengan menggunakan mesin Knuth Rotors. Pemolesan dilakukan dengan
menggunakan kertas amplas Silicon Carbide (SiC) dengan tingkat kekasaran 320,
400, 600, 800, 1000, 1200 dan 1500 mesh. Setelah dipoles pada kertas amplas
ukuran 1500 mesh, pelet dipoles dengan kain yang diberi serbuk alumina ukuran
nanometer sampai mengkilat.
Setelah dipoles sampai mengkilat, sampel diuji dengan pengujian beban
0.7 kg dan lama pembebanan 10 detik. Setelah itu hasilnya dilihat dengan
menggunakan Mikroskop optik Nikon Measurecope MM 22 dilengkapi alat
pengukur Nikon SC-112 untuk menghitung panjang diagonal bujur sangkar dan
panjang keretakan :
1. Kekerasan
Setelah mendapatkan panjang diagonal dari kedua diagonal layang-layang
maka nilai uji kekerasan dapat dihitung dengan menggunakan persamaaan
2.23.
2. Ketangguhan retak
Dari hasil pengujian mekanik dengan menggunakan metode vickers,
diperoleh data panjang retakan suatu bahan pengujian (pelet). Panjang
retakan yang didapatkan ketangguhan retaknya dihitung dengan
36
Ila Lailatun Sholihah, 2015
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT
38
Ila Lailatun Sholihah, 2015
PENGARUH PENAMBAHAN CuO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN RETAK CSZ SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan:
1. Penambahan CuO dapat memperbesar konduktivitas ionik dari 0,063 mS/cm
menjadi 0,11 mS/cm dengan doping 1% berat.
2. Penambahan CuO dapat memperbesar nilai kekerasan dan ketangguhan retak,
dari 9,9 GPa menjadi 12,1 GPa dan dari 1,61 MPa1/2 menjadi 1,85 MPa1/2
dengan doping 1% berat.
5.2 Saran
Nilai konduktivitas ionik, kekerasan, dan ketangguhan retak masih belum
memenuhi syarat elektrolit padat. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lanjutan
untuk meningkatkan ketiga sifat tersebut, yaitu dengan cara meningkatkan suhu