• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan."

Copied!
274
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP JOANNES

BOSCO YOGAKARTA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Susana Osiana Vegas Universitas Sanata Dharma

2015

Berdasarkan hasil observasi didapatkan berbagai masalah pada siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta seperti nilai rata-rata kelas hanya 58,00 sehingga belum mencapai standar KKM, selain itu sikap dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian 29 siswa kelas VIII E. Komponen pengumpulan data berasal dari hasil penilaian pretest, postest, lembar observasi, dan kuesioner. Penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dengan dua kali pertemuan dan siklus II dengan dua kali pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 73,81 pada siklus I menjadi 83,1 pada siklus II sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 58,62 % menjadi 100 %. Hasil belajar siswa aspek afektif meningkat dari 38 % pada siklus I naik menjadi 100 % pada siklus II. Dan rata-rata motivasi siswa pada siklus I 34 % naik menjadi 100 % pada siklus II. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yakni 80 untuk nilai rata-rata, 75 % untuk ketuntasan KKM, 70 % untuk nilai afektif siswa dan 80 % untuk motivasi minimal baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa secara kognitif maupun afektif Pada materi pertumbuhan dan perkembangan.

(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING METHOD, NUMBERED HEADS TOGETHER TYPE TO IMPROVE THE LEARNING OUTCOMES AND STUDENTS INTEREST IN THE SUBJECT MATTER OF

GROW AND GROWTH OF JOANNES BOSCO JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA GRADE VIII CLASS E

Susana Osiana Vegas

Universitas Sanata Dharma

2015

Based on the observation in science 8th grade section E class of Joanes Bosco Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 58,00 that did not achieve the passing grade score. Student behavior and motivation in class were far from the stundent learning expectation. Therefore, this research aims to develop

student’s motivation and achievements in grown and growth lesson materials in science 8th grade section E class of Joannes Bosco Yogyakarta through the usage of cooperative learning method Numbered Heads Together type.

This research was held in Joannes Bosco Yogyakarta in 2014/2015 academic yaer the subject of this research was 29 students in the science 8th grade section E class. The data was collected from pretest and posttest grading results, observation worksheets, and questionnaire filled-in form. There were two phases of this research, two meeting in the first phase and two meeting in the second phase.

Based on the result, the cognitive aspect class average developed from 73,81 in the first phase to 83,1 in the second phase meanwhile , the students percentage that got the passing grade increased from 58,62 % to 100 %. The students affective achievement aspect class increased from 38 % in the first phase to 100 % in the second phase. The students motivation average developed from 34 % in the first phase to 100 % in the second phase. He data said that the indicator achieved the target from the beginning: 80 as a class average score, 75 % students passed the passing grade, 70 % as students affective grade, and 80 % as the satisfactory level of students motivation. Based on the research, the conclusion is the Cooperative Learning Method Numbered Heads Together Type can develop students motivation and achievements in cognitive and affective aspects of students learning in the subjet matter of grow and growth

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII E SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA PADA MATERI PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

SUSANA OSIANA VEGAS NIM:111434003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII E SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA PADA MATERI PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

SUSANA OSIANA VEGAS

NIM:111434003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN KARYA INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan menolong aku adalam setiap langkah hidupku

Papa Martinus Pega dan Mama Maria Yulia Miaty tercinta, yang tanpa lelah berdoa, membantu, dan mendukung aku. Ku persembahkan karya ku ini sebagai salah satu tanggung jawabku sebagai seseorang anak yang

selalu ingin membuat kalian bahagia

Kedua adiku tercinta Fransiska Verawati Vegas dan Pertasia Karolina Vegas, yang selalu mendoakan dan mendukung aku.

Semua keluarga besarku yang terus mendukung dan mendoakan aku

Kekasih hatiku Virgilius R Seto Se yang selalu mendukung, mendoakan, dan membantuku dalam kesusahan

Teman-teman Virion 2011 yang selalu membantuku dalam perkuliahan dari semester satu sampai semester delapan

Almamater tercinta Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

(8)

v

MOTTO

Apakah saya gagal atau sukses bukanlah hasil perbuatan orang lain.

Sayalah yang menjadi pendorong diri sendiri

-

Elaine Maxwell

Serahkanlah perbuatanmu pada TUHAN maka terlaksanalah segala

rencanamu

(9)

vi

(10)
(11)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP JOANNES

BOSCO YOGAKARTA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Susana Osiana Vegas Universitas Sanata Dharma

2015

Berdasarkan hasil observasi didapatkan berbagai masalah pada siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta seperti nilai rata-rata kelas hanya 58,00 sehingga belum mencapai standar KKM, selain itu sikap dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian 29 siswa kelas VIII E. Komponen pengumpulan data berasal dari hasil penilaian pretest, postest, lembar observasi, dan kuesioner. Penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dengan dua kali pertemuan dan siklus II dengan dua kali pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 73,81 pada siklus I menjadi 83,1 pada siklus II sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 58,62 % menjadi 100 %. Hasil belajar siswa aspek afektif meningkat dari 38 % pada siklus I naik menjadi 100 % pada siklus II. Dan rata-rata motivasi siswa pada siklus I 34 % naik menjadi 100 % pada siklus II. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yakni 80 untuk nilai rata-rata, 75 % untuk ketuntasan KKM, 70 % untuk nilai afektif siswa dan 80 % untuk motivasi minimal baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe

(12)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING METHOD, NUMBERED HEADS TOGETHER TYPE TO IMPROVE THE LEARNING OUTCOMES AND STUDENTS INTEREST IN THE SUBJECT MATTER OF

GROW AND GROWTH OF JOANNES BOSCO JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA GRADE VIII CLASS E

Susana Osiana Vegas

Universitas Sanata Dharma

2015

Based on the observation in science 8th grade section E class of Joanes Bosco Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 58,00 that did not achieve the passing grade score. Student behavior and motivation in class were far from the stundent learning expectation. Therefore, this research

aims to develop student’s motivation and achievements in grown and growth

lesson materials in science 8th grade section E class of Joannes Bosco Yogyakarta through the usage of cooperative learning method Numbered Heads Together type.

This research was held in Joannes Bosco Yogyakarta in 2014/2015 academic yaer the subject of this research was 29 students in the science 8th grade section E class. The data was collected from pretest and posttest grading results, observation worksheets, and questionnaire filled-in form. There were two phases of this research, two meeting in the first phase and two meeting in the second phase.

Based on the result, the cognitive aspect class average developed from 73,81 in the first phase to 83,1 in the second phase meanwhile , the students percentage that got the passing grade increased from 58,62 % to 100 %. The students affective achievement aspect class increased from 38 % in the first phase to 100 % in the second phase. The students motivation average developed from 34 % in the first phase to 100 % in the second phase. He data said that the indicator achieved the target from the beginning: 80 as a class average score, 75 % students passed the passing grade, 70 % as students affective grade, and 80 % as the satisfactory level of students motivation. Based on the research, the conclusion is the Cooperative Learning Method Numbered Heads Together Type can develop students motivation and achievements in cognitive and affective aspects of students learning in the subjet matter of grow and growth

(13)

x

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat, rahmat, dan bimbinganNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII E SMP Joanes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan”.

Adapun penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, di program studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. Dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari keterlibatan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph. D, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd, selaku Ketua Jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis 3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M For, Sc, selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis selama penulis penempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Ika Yuli Listyarini, M. Pd, selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan arahan dengan sabar dan teliti kepada penulis selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.

(14)

xi

6. Para karyawan dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

7. Ibu Ag. Nuranisah Safriatun, S. Ag, selaku kepala SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

8. Bapak Heri, selaku guru IPA di SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah banyak membantu memberikan arahan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

9. Segenap guru dan karyawan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta, yang telah membantu penulis ketika melaksanakan sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

10.Siswa siswi kelas VIII E SMP Joanes Bosco Yogyakarta, selaku obyek dalam penelitian ini, yang telah membantu dan berpartisipasi selama pelaksanaan penelitian.

11.Siswa-siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta

12.Kedua orang tua tercinta, papa Martinus Pega dan mama Maria Yulia Miaty yang selalu mendoakan penulis, memberikan cinta dan kasih sayang yang sangat berlimpah kepada penulis, serta selalu memberikan dukungan baik secara finansial maupun moral.

13.Kedua adik tercinta Fransiska Verawati Vegas dan Petrasia Karolina Vegas yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. 14.Kekasih hatiku Virgilius R Seto Se, yang selalu mendoakan, memotivasi,

mendukung selama proses pelaksanaan penelitian.

15.Seluruh keluarga besar di Ende-Flores- NTT yang telah mendukung baik secara finansial maupun moral.

(15)
(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK………...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Hipotesis ... 7

(17)

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Belajar ... 9

B. Pembelajaraan Kooperatif ... 10

C. Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together ... 13

D. Motivasi Belajar ... 18

E. Hasil Belajar ... 25

F. Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan ... 33

G. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 34

H. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 37

C. Rancangan Penelitian ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 44

E. Analisis Data ... 47

F. Indikator Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 53

B. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 81

C. Pembahasan ... 87

D. Keterbatasan Atau Hambatan Saat Penelitiaan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 2. Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Awal ... 47

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Akhir ... 47

Tabel 3.4 Kategori Persentase Hasil Observasi Aspek Afektif... 50

Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan ... 52

Tabel 4.1. Hasil Nilai Postest Siklus I... 81

Tabel 4.2. Hasil Nilai Postest Siklus I I ... 82

Tabel 4.3 Hasil Observasi Siswa Pertemuan 1... 83

Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Pertemuan 2... 83

Tabel 4.5 Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 3 ... 84

Tabel 4.6 Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 4 ... 85

Tabel 4..7 Hasil Analisis Lembar Kuesioner Motivasi Awal Siswa ... 86

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 36

Gambar 3.1 Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 38

Gambar 4.1 Siswa Sedang Mengerjakan Soal Pretest ... 59

Gambar 4.2 Siswa Sedang Melakukan Percobaan Perkecambahan ... 60

Gambar 4.3 Siswa Sedang Diskusi Mengerjakan LKS Dalam Kelompok ... 64

Gambar 4.4 Siswa Sedang Mengerjakan Postest I ... 66

Gambar 4.5 Siswa Sedang Berdiskusi Mengerjakan LKS ... 73

Gambar 4.6 Siswa Sedang Menjawab Sesuai Dengan Nomor Undian Soal... 77

Gambar 4.7 Siswa Sedang Mengerjakan Soal Postest II ... 80

Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa ... 89

Gambar 4.8 Grafik Peningkatan Motivasi Siswa Melalui Hasil Observasi ... 92

Gambar 4. 9 Grafik Peningkatan Rata-Rata Skor Dan Persentasi Motivasi Belajar Siswa ... 93

Gambar 4.10. Grafik Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Kuesioner ... 95

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 106

Lampiran 2. RPP Siklus I ... 108

Lampiran 3. RPP Siklus II ... 115

Lampiran 4: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1 ... 122

Lampiran 5: Tabel Pengamatan LKS Pertemuan 1 ... 124

Lampiran 6: Contoh Jawaban LKS Pertemuan 1 ... 125

Lampiran 7: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2 ... 127

Lampiran 8: Kunci Jawaban LKS Pertemuan 2 ... 129

Lampiran 9: Contoh Jawaban Siswa LKS Pertemuan 2 ... 132

Lampiran 10: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 3 ... 134

Lampiran 11: Kunci Jawaban LKS Pertemuan 3 ... 136

Lampiran 12: Contoh Jawaban LKS Pertemuan 3 ... 139

Lampiran 13: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 4 ... 143

Lampiran 14: Kunci Jawaban LKS Pertemuan 4 ... 144

Lampiran 15: Contoh Jawaban Lks Pertemuan 4 ... 148

Lampiran 16: Kisi-Kisi Soal Pretes ... 150

Lampiran 17: Soal Pretes ... 151

Lampiran 18: Kunci Jawaban Pretes ... 157

Lampiran 19: Contoh Jawaban Pretset Siswa ... 158

Lampiran 20: Kisi-Kisi Postest Siklus I ... 168

Lampiran 21: Soal Postest Siklus I ... 169

Lampiran 22: Kunci Jawaban Postest Siklus I ... 174

Lampiran 23: Contoh Jawaban Postest Siklus I ... 177

(21)

xviii

Lampiran 25: Soal Postest Siklus II ... 188

Lampiran 26: Kunci jawaban postest siklus II ... 192

Lampiran 27: Contoh Hasil Postes II ... 194

Lampiran 28: Pedoman Skoring... 202

Lampiran 29: Handout Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan ... 205

Lampiran 30: Rubrik Skor Lembar Observasi Siswa ... 219

Lampiran 31: Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 221

Lampiran 32: Contoh Hasil Lembar Observasi Siklus I ... 223

Lampiran 33: Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 227

Lampiran 34: Contoh Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 229

Lampiran 35: Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Awal Dan Motivasi Akhir ... 233

Lampiran 36: Kuesioner Motivasi Awal ... 234

Lampiran 37: Contoh Hasil Lembar Motivasi Awal... 236

Lampiran 38: Kuesioner Motivasi Akhir ... 238

Lampiran 39: Contoh Hasil Lembar Motivasi Akhir Siswa ... 241

Lampiran 40: Daftar Nilai LKS Siklus I Dan Siklus II ... 247

Lampiran 41: Daftar Nilai Postest Siklus I ... 248

Lampiran 42: Daftar Nilai Postest Siklus II ... 249

Lampiran 43: Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 250

Lampiran 44: Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 251

Lampiran 45: Perhitungan Motivasi Awal Siswa ... 252

(22)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih sebagai fasilitator pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

(23)

Selain ditentukan oleh guru, keberhasilan sebuah pembelajaran juga ditentukan dari pemilihan model dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Muchtar (1991) dalam penelitiannya menemukan bahwa proses belajar mengajar berlangsung dewasa ini tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dan belum menumbuhkan budaya belajar di kalangan siswa. Masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan memadai dalam memilih serta menggunakan berbagai model dan media pembelajaran yang dapat mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi para siswa. Selain itu pada kenyataanya praktik pendidikan dewasa ini belum mampu menjadikan siswa sebagai manusia yang utuh. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang berlangsung di sekolah selama ini masih berpusat pada guru dan cenderung memberikan materi hafalan (Kartadinata, 2009).

(24)

Dari hasil observasi pada kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta, nilai rata-rata ulangan IPA terendah terdapat pada kelas VIII E yaitu 58,00 dari 29 siswa dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 65. Sehingga persentase kriteria kentuntasan minimal di kelas ini adalah 0 %. Materi pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu materi yang ketuntasan belajarnya masih belum memenuhi KKM. Hal ini ditunjukan dengan nilai ulangan harian siswa kelas VIII tahun ajaran 2013/2014 pada materi pertumbuhan dan perkembangan.

Dari 32 terdapat 18 siswa yang mencapai tingkat penguasaan konsep

pembelajaran IPA sebesar 56,25% , sedangkan yang belum menguasai sebesar

43,75% sebanyak 14 siswa. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas VIII pada materi pertumbuhan dan perkembangan masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak menguasai konsep atau materi pembelajaran IPA dengan optimal. Kurangnya interaksi antara siswa dengan

siswa, sehingga siswa hanya belajar untuk dirinya sendiri, yang pintar tidak mau

mengajarkan kepada yang belum pintar, sehingga yang mengerti hanya beberapa

orang saja. Masih rendahnya kemauan siswa dalam belajar karena guru dalam mengajarkan materi pembelajaran masih sering menggunakan metode ceramah sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa.

(25)

pembelajaran yang mampu merangsang keaktifan siswa adalah model Numbered Heads Together (NHT).

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bekerja sama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini, guru selain menerangkan siswa dengan ceramah, juga dipadukan dengan kegiatan diskusi siswa yang jauh lebih efektif dimana dituntut kesiapan dan keaktifan masing-masing siswa dalam menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh gurunya nanti. Dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together

diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses pembelajaran di kelas tidak hanya didominasi oleh guru, siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual sehingga diharapkan materi pertumbuhan dan perkembangan yang diajarkan dapat dipahami oleh siswa.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini memilih judul “ Penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads

(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah-masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan?

C. Batasan Masalah

Mengingat cukup luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas maka penulis membatasi permasalahan supaya lebih terfokus pada masalah yang akan diteliti. Adapun batasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Motivasi

Motivasi yang diukur dalam penelitian ini adalah minat siswa dalam bentuk penguasaan materi, kesiapan, ketertarikan, keseriusan, dan partisipasi siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Motivasi siswa diukur melelalui hasil kuesioner yang diisi oleh siswa secara individu.

2. Hasil belajar

(27)

postest siklus I dan hasil postest siklus II. Sedangkan aspek afektif di dapatkan dari lembar observasi siswa. aspek afektif yang diteliti meliputi: mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan argumentasi, menerima pendapat, merefleksikan hasil diskusi, memperhatikan arahan guru, dan bekerjasama dengan kelompok diskusi. 3. Materi pembelajaran

a. Standar Kompetensi: memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

b. Kompetensi Dasar (KD) 1.1 yaitu menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup, dan Kompetensi Dasar (KD) 1.2 yaitu mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia.

c. Materi : pertumbuhan dan perkembangan

4. Metode pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan model pembelajaran yang memadukan ceramah dengan kegiatan diskusi siswa yang jauh lebih efektif Miftahul (2013).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes

(28)

tipe Numbered Heads Together pada pembelajaran IPA materi pertumbuhan dan perkembangan.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pembelajaran IPA materi pertumbuhan dan perkembangan.

E. Hipotesis

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco pada materi pertumbuhan dan perkembangan.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco pada materi pertumbuhan dan perkembangan.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dengan penelitian ini, peneliti dapat menerapkan model pembelajaran koopertif tipe Numbered Heads Together secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Bagi siswa

(29)

dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat.

3. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini para guru dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together sebagai alternatif model pembelajaran dikelas. Guru juga dapat mengembangkan metode dan model pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.

4. Bagi sekolah

(30)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Kata belajar sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini, masing-masing ahli memiliki pemahaman dan arti yang berbeda-beda. Menurut Siregar (2010) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru seara keseluruhan, sebagai hasil pngalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Gagne dalam Susanto (2012) mendefenisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalamannya. Bagi Gagne belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

(31)

Winkel dalam Suryono (2011) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Fokus belajar pada penelitian ini adalah aspek kognitif dan aspek afektif.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang membentuk terjadinya perubahan pada diri individu dan merupakan hak setiap manusia. Akan tetapi, kegiatan belajar antar individu cenderung menghasilkan aktivitas belajar yang tidak sama. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan siswa. sehingga menimbulkan kesulitan belajar. Hal ini di karenakan masing-masing siswa memiliki aktivitas belajar yang berbeda-beda.

B. Pembelajaraan Kooperatif

1. Pengertian pembelajaran kooperatif

Slavin (dalam Isjoni, 2009) mengemukakan bahwa cooperative learning

(32)

sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok.

Menurut pendapat Lie (2008) bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model

cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning

juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Rahardjo, 2007).

(33)

memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari perorangan.

2. Tujuan pembelajaran kooperatif

(34)

Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keteramoilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

C. Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together

(35)

1. Hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. Tipe pembelajaran ini memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi teugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT

1. Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam satu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok itu.

2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

(36)

3. Berpikir Bersama (Heads Together)

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.

4. Pemberian Jawaban (Answering)

Guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran NHT.

b) Pembentukan Kelompok

(37)

kooperatif yaitu : (1)Tetap berada dalam kelas. (2)Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru. (3)Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok.

c) Diskusi Masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum. d) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

e) Memberi Kesimpulan

Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

f) Memberikan Penghargaan

(38)

dalam tipe pembelajaran ini siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap kelompok melakukan diskusi untuk berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota mengetahui jawabannya. Lungdren mengemukakan bahwa, “Manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa adalah :

1) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. 2) Perselisihan antar pribadi berkurang.

3) Sikap apatis berkurang. 4) Pemahaman lebih mendalam. 5) Motivasi lebih besar.

6) Hasil belajar lebih baik.

7) Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together:

1. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

2. Siswa yang pandai dapat mengajarkan siswa yang kurang pandai

3. Setiap siswa menjasi siap semua, sehingga siswa dapat bersungguh-sungguh bekerja dalam kelompok

(39)

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together 1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi, sehingga dapat

menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah

2. Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu yang cukup lama

3. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.

(40)

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Korelasi ini menguatkan urgensitas motivasi belajar. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.

2. Fungsi Motivasi

(41)

Sehubungan dengan hal tersebut Sadirman (2006) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi yakni:

a. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar

b. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik.

Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

3. Macam- macam Motivasi

(42)

a. Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri tiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Akan tetapi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya misalnya kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri.

Sebagai contoh, seorang siswa melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif. Itulah sebabnya motivasi instrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang teridik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

b. Motivasi ekstrinsik

(43)

sesuatu tetapi ingin mendapatkan bilai yang baik. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.

Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat atau daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Dengan adanya motivasi dari dalam diri maupun lingkungan sekitar dapat membuat siswa lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi belajar siswa yang dapat dilihat dalam penelitian ini meliputi rasa suka atau ketertarikan, keseriusan dalam melakukan aktivitas, kesiapan siswa, partisipasi dalam kelas, perhatian siswa, semangat siswa untuk melakukan tugas belajar, dan pengusana siswa terhadap materi.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

(44)

a. Tingkat kesadaran siswa terhadap kebutuhan yang mendorong tingkah laku dan kesadaran akan tujuan belajar yang hendak dicapai. b. Sikap guru terhadap kelas, yaitu perhatian dan tindakan guru untuk

mengarahkan munculnya motivasi instrinsik maupun ekstrinsik. c. Pengaruh kelompok siswa.

d. Suasana kelas, yaitu kondisi pembelajaran yang diarahkan untuk memunculkan motivasi instrinsik atau motivasi eksterinsik.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dalam penelitian ini adalah kesadaran dari dalam diri siswa sendiri untuk belajar, kondisi kelas yang nyaman sehingga membuat siswa merasa nyaman untuk belajar di kelas, sikap guru terhadap siswa artinya guru lebih memperhatikan para siswa dengan menjalin komunikasi yang baik dengan siswa sehingga siswa menjadi dekat dengan guru dan pada akhirnya siswa dapat aktif di dalam pembelajaran di kelas tanpa merasa takut dan malu.

5. Indikator Motivasi Belajar

Dalam kamu besar bahasa indonesia, indikator adalah alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan (Depdikbud, 1991). Ada beberapa indikator siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di rumah. Indikator motivasi menurut Slameto (2010) adalah:

(45)

b. Keseriusan dalam melakukan aktivitas di kelas

c. Adanya kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran di kelas

d. penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

e. Partisipasi siswa /dalam suatu aktivitas

Indikator motivasi belajar siswa menurut Sudjana (2002) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Perhatian siswa terhadap pelajaran

b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya

c. Tanggung jawab siswa dalam melakukan tugas-tugas belajaranya. d. Reaksi yang di tunjuk siswa terhadap stimulus yang di berikan guru. e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang di berikan. f. Penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan b. Kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran di kelas

c. Rasa suka atau ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

(46)

E. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Pendapat lain menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar atau achievement merupakan hasil realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

(47)

a. Ranah kognitif 1) Mengingat

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali dan memanggil kembali.

2) Memahami/ mengerti

Memahami/ mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi. Memahami. Mengerti berkaitan dengan aktivitas mengkasifikasikan dan membandingkan.

3) Menerapkan

(48)

4) Menganalisis

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaiman keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut dan mengorganisasikan.

5) Mengevaluasi

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Evaluasi meliputi mengecek dan mengkritisi. Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis.

6) Menciptakan

(49)

Menciptakan disini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh siswa. menciptakan meliputi menggeneralisasikan dan memproduksi. Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.

b. Ranah psikomotorik

Melalui bidang belajar psikomotorik, anak memperoleh keterampilan-keterampilan yang melibatkan otot-otot, urat serta persendian tubuh (motorik) dan alat-alat indera seperti mata dan telinga.

c. Ranah afektif

Melalui bidang afektif, anak memperoleh berbagai sikap dan perasaan yang ikut menentukan tindakan-tindakan yang diambil; sikap dan perasaan tersebut memberikan energi psikis dan semangat melalui rasa- rasa tertentu yang meresapi tingkah lakunya. Untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai, perlu adanya suatu evaluasi.

(50)

1) Peneriman, mencakup kepekaan akan adanya suatu stimulan (rangsangan) ini berupa materi dan buku pelajaean atau penjelasan dari guru. Kesediaan ini dinyatakan dalam sikap memperhatikan sesuatu, misalnya dengan mendengarkan jawaban teman, memperhatikan penjelasan guru

2) Partisipasi, mencakup kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan berupa suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. Contohnya dalah dengan membaca dengan nyaring bacaan yang diminta, dan menyampaikan argumentasi.

3) Penilaian/ penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Pada tingkat ini mulai dibentuk suaatu sikap; menerima, menolak atau mengabaikan, sikap ini dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Perkataan atau tindakan itu tidak hanya sekali, tetapi diulang saat kesempatan timbul, misalnya dengan kerapkali mempersiapkan pertanyaan secara tertulis, atau berpartisipasi aktif mengajukan pertanyaan selama belajar dan menjawab pertanyaan.

(51)

merefleksikan hasil diskusi dan menerima pendapat teman saat bersdiskusi.

5) Karakteristik atau internalisasi nilai

Kemampuan siswa dalam menerapkan nilai, norma atau etika yang diyakini ke dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, yang diperoleh siswa setelah berinteraksi selama pembelajaran. Semua yang diperoleh siswa meruapakan hal baru, bukan apa yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Hasil belajar juga berbentuk kinerja yang ditampilkan seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar yang dapat dilihat melalui aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif dilihat dari nilai postest siswa dan aspek afektif dilihat dari aktivitas belajar siswa di kelas meliputi mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan argumentasi, menerima pendapat, merefleksikan hasil diskusi, memperhatikan pengarahan guru, dan bekerja sama dengan kelompok diskusi. Hasil belajar yang diperoleh ini akan ditindak lanjuti dengan evaluasi hasil belajar.

(52)

(b) evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta sisik terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran (Sudjana 2011).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu:

a) Faktor dari dalam diri 1) Jasmani

Apabila jasmani/ kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.

2) Intelegensi

(53)

3) Minat dan motivasi

Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan. b) Faktor dari luar

1) Keluarga

Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.

2) Sekolah

Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.

3) Masyarakat

Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.

4) Lingkungan sekitar

(54)

dapat dilakukan secara keseluruhan dan sempurna. Tetapi berusaha untuk memenuhinya sesempurna mungkin bukanlah faktor yang mustahil untuk dilakukan.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengarui hasil belajar adalah faktor yang dapat membuat siswa lebih giat belajar sehingga hasil belajar siswa meningkat. Faktor belajar yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah motivasi siswa untuk belajar. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak maupun dari luar lingkungan.

F. Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan

Materi pertumbuhan dan perkembangan menurut KTSP disajikan di kelas VIII semester II. Materi pertumbuhan dan perkembangan termasuk dalam Standar Kompetensi 1 yaitu memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi pada KD 1.1 yaitu menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada mahkluk hidup dan KD 1.2 yaitu mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia. Karakteristik dari materi pertumbuhan dan perkembangan adalah untuk dapat mempelajari materi ini siswa dapat secara langsung melihat dan mengamati objek yang dipelajari. Materi pertumbuhan dan perkembangan meliputi:

1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan 3. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan

(55)

5. Metagenesis

6. Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia.

G. Hasil Penelitian Yang Relevan

Amalina (2012) dalam penelitiannya “Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Sains Biologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) Pada Materi Pokok Struktur Dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Di MTS MA’ARIF Botoputih Temanggung mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik saat pembelajaran baik secara individu maupun kelompok dari siklus I sampai siklus II. Hal ini tampak dari nilai rata-rata postest pada siklus I adalah 75 meningkat menjadi 81,25 pada siklus II. Sementara untuk motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 75, 46 % pada siklus I menjadi 80,04 % pada siklus II.

Penelitian lain dilakukan oleh Khasana (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(56)

dengan indikator partisipasi meningkat sebesar 24,048 %, dan indikator tanggung jawab meningkat 21,3 %, mental activities dengan indikator keberanian meningkat 14,81 % serta emosional activities dengan indikator ketertarikan meningkat 25 %.

H. Kerangka Berpikir

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Menengah Pertama. Dalam proses pembelajarannya, mata pelajaran IPA selama ini cenderung kurang digemari sebagian siswa jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Latar belakangnya adalah materi yang sulit dipahami karena siswa merasa bahwa materi tersebut sulit untuk dihafalkan. Selain itu faktor guru juga sangat mempengaruhi kurang minatnya siswa terhadap mata pelajaran IPA. Guru sebagian besar menggunakan metode ceramah saja yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Kurang aktifnya siswa terhadap mata pelajaran IPA menjadikan hasil belajar dari mata pelajaran IPA menjadi kurang maksimal.

Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mampu membuat siswa lebih aktif dan kreatif.

Numbered Heads Together memberikan kesempatan pada siswa untuk saling bekerja sama, menuangkan ide-ide dengan cara berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil mengenai materi pelajaran baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan, sampai semua anggota kelompok memahami materi tersebut sebagai bekal ketika para siswa diberi pertanyaan.

(57)

penelitian yang relevan diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran dan menjadi lebih mudah memahami materi yang disampaikan sehingga motivasi dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA dapat meningkat. Dari uraian di tersebut, dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Observasi awal

Siswa kelas VIII

Hasil observasi:

1. Pembelajaran yang dilakukan guru cenderung monoton, guru sering menggunakan metode ceramah

2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran

3. Siswa sulit memahami materi pelajaran 4. Motivasi dan hasil belajar siswa rendah

Tindakan/ Solusi

Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Kondisi akhir

Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Meningkat

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together:

1. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

2. Siswa yang pandai dapat mengajarkan siswa yang kurang pandai

(58)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Hopkins dalam Setyosari (2010). PTK merupakan suatu proses yang dirancang untuk memberdayakan seluruh partisipan dalam proses pendidikan (peserta didik, guru, dan pihak lain) dengan tujuan untuk meningkatkan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan dalam pengalaman pendidikan. PTK meliputi lima tahapan yaitu: 1) Perencanaan; 2) Tindakan atau pelaksanaan; 3) Observasi atau pengamatan; 4) Evaluasi; 5) Refleksi. Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan motivasi belajar siswa

B. Setting Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar 2. Subjek Penelitian

(59)

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang beralamat di jalan Melati Wetan no 51 Baciro Yogyakarta

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah tanggal 15 Mei 2015 sampai dengan tanggal 27 Mei 2015.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan tindakan ini direncanakan dalam 2 siklus. Siklus I dengan 2 kali pertemuan dan siklus II dengan 2 kali pertemuan. Model Kemmis dan Mc Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau uraian-uraian dengan satu perangkat yang terdiri dari 4 komponen yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap dan refleksi (Tanireja 2011). Desain PTK yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc Taggart Siklus

I Planning

Acting

Observing

Reflecting Siklus

II Planning

Acting

Observing

(60)

1. Pra tindakan

a. Meminta surat izin untuk melakukan penelitian kepada sekretariat jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

b. Menghubungi pihak SMP Joannes Bosco Yogyakarta, dengan menemui kepala sekolah, dan guru mata pelajaran IPA dengan menyerahkan surat ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

c. Melakukan observasi ke sekolah untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan belajar mengajar IPA di kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

d. Peneliti kemudian memilih salah satu kelas yang motivasi dan hasil belajar siswanya masih rendah. Kelas yang di pilih adalah kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

e. Identifikasi masalah, langkah diawali dengan menganalisis hasil belajar murid berdasarkan hasil ulangan harian pada materi pertumbuhan dan perkembangan.

f. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian.

(61)

h. Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) model NHT

i. Menyusun soal pre-test dan post-test untuk siklus I dan siklus II. 2. Pelaksanaan tindakan (2 siklus)

a. Siklus I

1) Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran menggunakan model NHT, yaitu:

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pertumbuhan dan perkembangan.

b) Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar beranggotakan 3-4 siswa.

c) Menyusun lembar observasi.

d) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) model NHT. e) Merancang soal-soal latihan.

f) Merancang soal pre-test dan post-test. 2) Pelaksanaan

Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah: a) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa dan

pre-test.

b) Guru melakukan apersepsi.

(62)

d) Guru menyajikan materi tentang pertumbuhan dan perkembangan.

e) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa.

f) Setiap kelompok mendapatkan satu LKS model NHT,

selanjutnya pembelajaran dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran model NHT

g) Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan merefleksikannya.

h) Guru memberikan post-test kepada siswa.

i) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.

3) Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap observasi adalah:

a) Siswa mengisi kuisioner motivasi yang bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas dan di rumah.

(63)

 Perhatian terhadap penjelasan guru.

 Antusiasme dalam mengerjakan tugas.

 Kerjasama dalam kelompok.

 Keberanian untuk untuk bertanya dan menjawab soal yang di berikan guru.

4) Refleksi

Tahap ini merupakan hasil yang diperoleh dari hasil kuisioner siswa dan observasi selama proses belajar mengajar berupa hasil tes kemudian diidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat dicapai pada siklus I. Hasil refleksi dirumuskan kembali antara guru dengan peneliti untuk tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu pada siklus II.

b. Siklus II

1) Perencanaan

a) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil dan refleksi pada siklus I.

b) Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap kelompok 3-4 siswa dengan kecerdasan menyebar.

c) Merancang lembar kerja siswa (LKS) 2 model NHT

(64)

2) Pelaksanaan

a) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa dan pre-test.

b) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. c) Guru menjelaskan secara singkat materi tentang

pertumbuhan dan perkembangan.

d) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa.

e) Setiap kelompok mendapatkan satu LKS model NHT,

selanjutnya pembelajaran dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran model NHT

f) Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan merefleksikannya.

g) Guru memberikan post-test kepada siswa.

h) Guru memberikan pekerjan rumah kepada siswa. 3) Observasi

Pengamatan dilakukan terhadap siswa. Pengamatan terhadap siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun aspek-aspek yang diamati meliputi:

 Perhatian terhadap penjelasan guru.

 Antusiasme dalam mengerjakan tugas.

(65)

 Keberanian untuk bertanya dan menjawab soal yang diberikan guru.

4) Refleksi

Pada tahap ini hasil yang diperoleh dari observasi selama proses belajar mengajar, hasil tes dibahas. Kemudian ditarik kesimpulan apakah tindakan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus ini motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta meningkat.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Tanpa istrumen yang tepat, penelitian tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Pada penelitian ini ada 2 macam instrumen yang digunakan yakni instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran a. Silabus

Silabus disusun berdasarkan Standar isi, kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompentensi, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(66)

sumber belajar, alat dan bahan, penilaian. RPP ini digunakan agar penyampaian materi dalam pembelajaran dikelas lebih efektif dan efisien.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dan guru, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam peningkatan hasil belajar. LKS pada penelitian ini dibuat sebagai pekerjaan rumah (PR) untuk membantu siswa lebih memahami atau mendalami materi.

d. Modul atau Handout

Modul atau handout merupakan salah satu sarana untuk mempermudah siswa dalam mempelajari materi.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data melalui pretest, tes, evaluasi, lembar observasi, dan kuisoner motivasi siswa di kelas. Ke empat hal tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan pada akhir penelitian.

a. Soal test (Pretest, Postest Siklus I, dan Postest Siklus II)

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.4 Kategori Persentase Hasil Observasi Aspek Afektif
Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat dan karunia-Nya kepada penulis melalui kesehatan, pengetahuan,pengalaman

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria karena dengan berkat pertolongan, pendampingan, anugrah dan kasih karunia yang telah diberikan- Nya

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, karena berkat penyertaan dan penerangan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, karena atas berkat dan kasih-Nya, Penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul ”

Puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yesus Kristus serta Bunda Maria atas segala berkat, rahmat, dan kekuatan yang selalu diberikan kepada penulis sehingga penulis

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Segala puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan