DAFTAR ISI
B. Penelitian terdahulu yang relevan ... 16
C. Kerangka Berfikir ... 17
D. Instrument Dan Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Teknik Pengolahan Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Hasil Penelitian ... 30
B. Pengujian Hipotesis ... 40
Arifin Fajar Satria Utama, 2012
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 45
A. Kesimpulan ... 45
B. Rekomendasi ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 ... 36
Tabel 4.2 ... 37
Arifin Fajar Satria Utama, 2012
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 ... 39
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bahasa dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang peranan penting terutama
dalam pengungkapan pikiran seseorang atau merupakan sarana untuk berflkir, menalar dan
menghayati kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorangpun yang dapat
meninggalkan bahasa karena selain sebagai sarana berflkir bahasa juga digunakan sebagai
alat komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf, G (1980:14) menyatakan bahwa
"Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau
tanda atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya
kepada manusia lainnya". Dalam hal ini yang dimaksud dengan bahasa sebagai alat
komunikasi antar anggota masyarakat adalah Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat
ini tidak lepas dari penguasaan kosakata, karena dengan penguasaan kosakata yang cukup
akan memperlancar siswa dalam berkomunikasi dan mempermudah siswa untuk
memahami bahasa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran. Menurut Kridalaksana
(1982:98) disebutkan bahwa “kosakata merupakan komponen bahasa yang memuat
informasi tentang makna pemakaian kata dalam bahasa, kekayaan kata yang dimiliki
seseorang pembicara, pebulis atau suatu bahasa, dan daftar kata yang disusun seperti
kamus dengan penjelasan yang singkat dan praktis”
Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat
akan memperlancar siswa dalam berkomunikasi dan mempermudah siswa untuk
memahami bahasa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran. Seiring dengan tujuan
pembelajaran Bahasa Indonesia, maka siswa pada tingkat dasar diharapkan mampu atau
dapat menguasai keempat ketrampilan bahasa secara aktif dan integratif dengan
menggunakan komponen bahasa yang komunikatif dan benar, sehingga secara tidak
langsung kemampuan dan penguasaan bahasa ini dapat menjawab tantangan di era
globalisasi ini. Siswa dituntut mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi setaraf
dengan kemampuannya yang disesuaikan dengan tingkat usia dan tingkat perkembangan
mental anak. Pendidikan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah penting dan harus
dipahami oleh siswa pada umumnya dan anak tunagrahita pada khususnya. Bagi anak
tunagrahita itu sendiri bahasa yang dimiliki belum cukup untuk berkomunikasi secara
lancar, itu semua disebabkan karena kondisi ketunaan yang disandangnya.
Kondisi anak tunagrahita seperti yang diungkapkan oleh Amin (1995:11) yaitu
Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada dibawah rata-rata.
Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang
sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil
bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk
selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya,
lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan
simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga
mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran Bahasa Indonesia
kosakata. Pernyataan ini diperkuat oleh guru kelas III di SLB B-C YGP CIBATU bahwa
sebagian besar siswa kelas III mempunyai permasalahan yang serius, yaitu belum
terciptanya kebiasaan berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Siswa pada umumnya
lebih suka menggunakan bahasa ibu (Bahasa Sunda) atau bahasa dialog dalam
berkomunikasi baik dengan teman sekolah maupun dengan gurunya.
Terkait dengan peristiwa tersebut, beberapa faktor yang menjadi penyebab belum
tercapainya tujuan yang diharapkan guru dengan kondisi siswa tunagrahita sebagai
berikut:
1. Guru belum dapat menyajikan model pembelajaran Bahasa Indonesia secara aktif,
kreatif dan integratif sesuai dengan kondisi anak dilapangan.
2. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi, sehingga siswa tunagrahita
kurang termotivasi untuk menerapkan apa yang telah disampaikan.
3. Kurangnya kosakata yang dimiliki oleh siswa tunagrahita.
4. Buku pelajaran kurang porposional artinya belum mempunyai porsi yang cukup untuk
mengembangkan ketrampilan salah satunya berkomunikasi dengan menggunakan
Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Terdapat berbagai faktor/variabel yang diduga memberikan pengaruh terhadap
kemampuan kosakata Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita. Diantaranya metode
pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud adalah dengan pelaksanaan bermain teka teki
silang bergambar. Teka-Teki Silang (TTS) merupakan sebuah permainan yang cara
mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf
sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk. Selain itu, mengisi
teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan, selain
juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer, selain itu juga berguna untuk
santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata, maka sangat sesuai kalau
misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan dikelas yang diberikan
oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja.
Teka-teki silang yang menjadi kegemaran lintas generasi ini, sudah berlangsung dari
zaman ke zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak sama. Catatan sejarah
menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak zaman kuno. Bentuknya
masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata, huruf-huruf yang
sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-kata secara vertikal dan horizontal.
Hampir serupa dengan TTS yang kita kenal sekarang.
Berdasarkan pemahaman penulis tentang teka teki silang diatas maka penulis
merasa terpanggil untuk mengambil kesimpulan untuk membuat media belajar teka teki
silang bergambar untuk anak tunagrahita ringan, dimana anak menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu sesuai dengan gambar yang tertera pada teka teki silang tersebut. Jadi teka
teki silang disini dibuat disesuaikan dengan kemampuan anak tunagrahita ringan itu
sendiri,dengan cara menuliskan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata sesuai dengan
nama gambar yang tertera disamping, di bawah atau diatas teka teki silang pada ruang
kosong yang sudah tersedia atau di atas sehingga jawabannya sesuai dengan gambar yang
ada pada teka teki silang tersebut.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasi beberapa
masalah yaitu sebagai berikut.
1. Terbatasnya kosakata bahasa indonesiayang dimiliki anak tunagrahita ringan.
2. Terbatasnya media atau metode yang berhubungan dengan peningkatan kosakata
bahasa indonesia.
C.BatasanMasalah
Pada penelitian ini dibatasi pada kemampuan siswa dalam mengenal kosakata yaitu:
1. Bagaimanakah kemampuan anak tunagrahita dalam pengusaan kosakatanya
sebelum sebelum menggunakan media teka-teki silang bergambar?
2. Apakah ada peningkatan kemampuan anak tunagrahita dalam pengusaan
kosakatanya setelah menggunakan media teka-teki silang bergambar?
3. Seberapa besar perbedaan kemampuan anak tunagrahita dalam pengusaan
kosakatanya sebelum dan setelah menggunakan media teka-teki silang
bergambar?
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah "APAKAH PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG BERGAMBAR
DAPAT MANINGKATKAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK
TUNA GRAHITA RINGAN?".
E.Tujuan Dan KegunaanPenelitian
1. TujuanPenelitian
a. TujuanUmum
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh
pengaruh dari penggunaan metode teka teki silang bergambar terhadap kosa kata
b. TujuanKhusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1) Untuk memperoleh gambaran tentang kondisi kemampuan kosakata Bahasa
Indonesia tentang buah-buahan dan binatang pada anak tunagrahita ringan.
2) Untuk memperoleh bagaimana peningkatan penguasaan kosakata Bahasa
Indonesia tentang buah-buahan dan binatang pada anak setelah menggunakan
media teka-teki silang bergambar.
2. KegunaanPenelitian
a. Kegunaan Teoritis
1) Memberikan sumbangsih pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan tentang penggunaan permainan teka-teki silang dalam
meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita
ringan kelas 3 SDLB-C.
2) Memberikan sumbangsih tentang media yang dapat digunakan oleh guru dan
orangtua dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada
anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB-C.
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi pendidik, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita
ringan kelas 3 SDLB-C melalui permainan teka-teki silang bergambar.
2) Bagi siswa, dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa
Indonesia.
3) Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang media dalam
meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita
4) Bagi orangtua, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak melalui
Arifin Fajar Satria Utama, 2012
BAB III
METODE PENELITIAN
A. VariabelPenelitian
1. Definisi konsep varibel
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah permainan teka-teki
silang bergambar. Teka-teki silang bergambar adalah suatu permainan
dimana kita harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak-kotak
pilihan) dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan
petunjuk yang diberikan. Petunjuk biasanya dibagi kedalam kategori
“Mendatar” dan “Menurun” tergantung posisi kata-kata yang harus
diisi.
Bentuk teka-teki silang ini sama seperti teka-teki silang pada
umunya hanya ditambahkan gambar disamping kotak-kotak.
Pada permainan teka-teki silang bergambar, dimana siswa harus
mengisi kotak-kotak mendatar dan menurun sehinga membentuk kata
dengan cara melihat gambar nama binatang atau buahan-buahan yang
ada pada gambar
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah
ringan. Adapun pengertian kosa kata adalah setiap kata yang dimiliki
oleh seseorang dan diketahui artinya, baik kata-kata yang sering
digunakan dalam kegiatan kebahasaannya, maupun kata-kata yang
jarang atau tidak pernah digunakan.
2. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini ditetapkan dua variabel, yaitu media teka-teki
silang bergambar sebagai variabel bebas dan peningkatan kosakata Bahasa
indonesia sebagai variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Media “teka-teki silang bergambar” merupakan penggabungan
dari dua media yang didalamnya memaparkan beberapa arti atau pesan
dan tujuan dari suatu atau beberapa buah gambar yang harus di jawab
atau diterjemahkan dengan beberapa rangkaian huruf untuk menjadi
sebuah kata, sehingga membentuk suatu jaringan kata dengan pola
menurun dan mendatar yang satu sama lain saling berkaitan dan
melengkapi.
b. Variabel Terikat
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah
“peningkatan kemampuan kosakata Bahasa Indonesia anak tunagrahita
sedang”. Siswa melihat gambar yang di tampilkan dalam kertas kerja
kemudian diminta untuk menjawab soal-soal yang diberikan dengan
mengisi rangkaian kotak-kotak kosong dengan huruf untuk
Arifin Fajar Satria Utama, 2012 B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode eksperimen bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
akibat dari suatu perlakuan sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto
(2003:3).
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua factor yang sengaja di timbulkan oleh peneliti dengan megeleminasi atau mengurangi atau menyisihkan factor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperiman dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.
Sedangkan Menurut Sugiyono (2012 : 72) eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.
Berdasarkan pernyataan diatas, pada metode eksperimen harus ada
suatu factor atau kondisi yang dicobakan untuk mengetahui hasil dari suatu
percobaan. Dalam penelitian ini sebagai factor atau kondisi yang dicobakan
terhadap subjek adalah metode teka teki silang bergambar untuk mengetahui
peningkatan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada subjek tersebut
Desain yang digunakan adalah “One Group Pretest – Posttes Design”
O1 X O2
Keterangan :
O1 : Nilai pretest (Sebelum diberi perlakuan)
O2 : Nilai posttest (Sesudah diberi perlakuan
X : Perlakuan (treatment)
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab
akibat antara dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi, mengurangi, atau menyisihkan factor-faktor lain yang bisa
mengganggu.Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012 :
72).Alasan mengapa peneliti memilih metode eksperimen adalah peneliti
ingin mengetahui sebab – akibat dari perlakuan yang diberikan.
Berdasarkan desain penelitian tersebut, maka langkah-langkah
penelitian ini di tetapkan sebagai berikut :
a. Memilih dan menentukan subjek untuk kelompok eksperimen.
b. Melaksanakan pretes penguasaan kosakata anak.
c. Melaksanakan treatmen pada siswa tunagrahita dengan menggunakan
media teka-teki silang bergambar.
Arifin Fajar Satria Utama, 2012 C. Populasi dan sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam buku
“Enscyclopedia of Educational Evaluation” Ditulis Scravia B. Anderson
dkk dalam Arikunto (2002:63) mengemukakan bahwa “A population is a
set (or collection) of all elements prosesing one or more atributtes if
interest”.
Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa pouplasi adalah
kumpulan atau keseluruhan elemen yang memilki satu atau lebih
karakteristik.
Sudjana (2005; 6) Menyatakan bahwa “populasi” sebagai berikut:
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif ataupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Sugiyono (2012: 80) Menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentuyang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian
ini adalah siswa tunagrahita kelas III SDLB di SLB B-C YGP Kec
Cibatusebanyak 8 orang. Kelas tersebut dipilih sebagai populasi dalam
penelitian ini karena peneliti menemukan kasus bahwa siswa tunagrahita
di kelas tersebut belum banyak menguasai kosakata benda sederhana
2. Sampel penelitian / Subjek
MenurutSugiyono (2012 :81), “Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Penulis
mengambil sampel penelitian yaitu siswa kelas III SLB B-C YGP
sebanyak delapan siswa, pemilihan sampling yang digunakan adalah
dengan cara Purposive sampling bertujuan dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya
dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatsan
waktu,tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang
besar dan jauh.
No Kode Sampel Jenis Kelamin
1 AJ L
2 AN L
3 AH L
4 NS P
5 MS L
6 RF L
7 PT P
Arifin Fajar Satria Utama, 2012
D. Instrument Dan Teknik Pengumpulan data
1. Instrument Penelitian
Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009 :
148).Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk
tes.
Dalam peneltian ini tes dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dan
lamanya 1 bulan. Tes yang digunakan adalah tes prestasi hasil belajar.
(Arikunto, 2002 ; 128) menyatakan bahwa “tes prestasi atau achiievment
tes yaitu tes prestasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seorang setelah mempelajari sesuatu”.
Instrumen dalam penelitian adalah tes tertulis ini digunakan untuk
memperoleh data pencapaian hasil belajar pada ranah kognitif yaitu
kemampuan dalam menuliskan kosakata. Adapun soal yang dibuat
berdasarkan kemampuan anak SDLB tunagrahita dalam kosakata Bahasa
Indonesia yang meliputi kata-kata atau nama-nama buah-buahan dan
nama-nama binatang.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk analisa adalah tes
kosakata berupa pre-test dan post-test serta melakukan kegiatan
pembelajaran sebagai uji coba langsung penelitian.
Instrument tes yang digunakan dalam penelitian harus memiliki
kualitas yang baik, oleh karena itu instrument tes diujicobakan terlebih
soal yang tidak memenuhi syarat, dibuang atau di revisi. Uji coba
dilaksanakan untuk memproleh gambaran mengenai validitas dan
reabilitas instrument penelitian. Langkah-langkah pengujian instrument
tes penguasaan kosakata dengan menggunakan media teka-teki silang
bergambar adalah sebagai berikut :
a. Uji Validitas Instrumen
Untuk mengukur suatu tingkat validitas tes dalam pengajaran
berhitung ini digunakan validitas isi (content validity) dengan teknik
penilaian ahli (judgement). Maka dari itu validitas instrumen sangat
diperlukan dalam suatu penelitian karena validitas juga merupakan
ukuran mutu dan kebermaknaan suatu penelitian.
Validitas isi dengan teknik penilaian ahli digunakan untuk
menentukan apakah instrument/tes tersebut sesuai antara tujuan
pembelajaran yang ditetapkan dengan butir soal yang dibuat dengan
kata laian suatu instrument telah memenuhi validitas isi jika telah
memenuhi aspek-aspek yag terkandung di dalam butir soal yang
dibuat. Proses validasinya dengan membandingkan isi tes dengan
tabel spesifikasi kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli/guru
mata pelajaran.
Skor hasil validitas diolah dengan menggunakan rumus :
Keterangan:
Arifin Fajar Satria Utama, 2012
� = jumlah ahli penilai
P = Presentase
Perhitungan uji validitas terlampir
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara
eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat
dilakukan dengan test-pretest (stability), equivalent, dan gabungan
keduanya. Secara internal reabilitas instrument dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument
dengan teknik tertentu. (Sugiono, 2005:183-184).
Pengujian reliabilitas instrument ini diukur dengan pengujian
konsistensi internal, karena mencobakan instrumentnya hanya sekali
saja. Pengujian reabilitas ini menggunakan rumus :
Kuder Richardson (KR.20) :
(Sugiono, 2005: 183-184).
Keterangan :
pi = Proporsi jawaban benar
qi = Proporsi jawaban salah
K = Varians skor tes/ standar deviasi tes
K-R 20 r
xx =k S
2
ri = Reabilitas secara keseluruhan
pi qi = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
Setelah nilai reabilitas diperoleh, kemudian diinterpretasikan
dengan menggunakan tafsiran besarnya koefisien kolerasi tingkat
kepercayaan diantaranya yang dikemukakan (Arikunto, 2002 : 75).
Sebagai berikut :
1. Antara 0,00 s.d. 0,20 = sangat rendah
2. Antara 0,20 s.d. 0,40 = rendah
3. Antara 0,40 s.d. 0,70 = cukup
4. Antara 0,70 s.d. 0,90 = tinggi
5. Antara 0,90 s.d. 1,00 = sangat tinggi
Perhitungan uji reabilitas terlampir.
E. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh atau terkumpul
kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistic non-parametrik,
dikarenakan jumlah sampel yang terbatas. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Natawidjaya (1988 : 62) yang menjelaskanbahwa :
Data yang sudah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji
wilcoxon, karena uji ini dapat dipergunakan untuk penelitian yang datanya
berpasangan dengan sampel terbatas. Tujuan dilakukan analisis data adalah
untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
Arifin Fajar Satria Utama, 2012
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut:
a. Menskor pre-test dan post-test
b. Mentabulasikan skor pre-test dan post-test
c. Menghitung selisih (d) pre-test dan post-test
d. Membuat rank tanpa memperhatikan tandanya, jika terjadi rank
kembar, maka dipergunakan rank rata-ratanya.
e. Mengelompokan ranking yang bertanda positif dan negative
kedalam table
f. Menjumlahkan semua rank bertanda positif atau negatif
g. Untuk jumlah rank yang didapat, maka jumlah yang paling kecil
dari kedua kelompok rank untuk mendapatkan tanda (T)
h. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan T pada table nilai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkanhipotesis yang diajukandanhasildari penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media teka-teki
silang bergambar terhadap peningkatan kosakata bahasa indonesia pada
anak tunagrahita ringan.
Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan uji
wilcoxon pada kemampuan siswa terhadap kosakata, diperoleh Thitung = 36
dan berdasarkan nilai kritis uji wicoxon pada tingkat signifikasi 0,05
dengan N < 8yaitu sebanyak 8 orang, maka diperoleh Ttabel = 4 maka H0
ditolak karena Thitung >Ttabel artinya hipotesis yang diajukan dalam
penilitian ini diterima. Hal ini menunjukan bahwa “terdapat pengaruh
dalam penggunaan media teka-teki silang bergambar terhadap peningkatan
kosakata anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB B-C YGP CIBATU
GARUT”
Maka dalam penelitian ini peneliti memperoleh kesimpulan bahwa
penerapan media teka-teki silang bergambar dalam proses pembelajaran
kosakata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan mengalami
peningkatan dalam pembelajaran kosa kata Bahasa Indonesia. Peningkatan
tersebut terlihat pada saat siswa diberikan soal-soal teka-teki silang
Arifin Fajar Satria Utama, 2012
satu kali diberikan post-test, jadi dari hasil yang diperoleh bahwa adanya
peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Media teka-teki silang bergambar sangat efektif dalam menunjang
proses belajar siswa tuna grahita ringan dalam belajar kosa kata Bahasa
Indonesia, untuk itu media teka-teki silang bergambar sangat cocok untuk
memudahkan anak ketika menyelesaikan soal kosa kata Bahasa Indonesia.
Media yang diterapkan dalam pembelajaran pada siswa tunagarhita
kelas III SDLB, SLB YGP Cibatu Garut ini menekankan belajar dengan
menggunakan variasi dalam media pembelajaran membuat anak tidak
jenuh dalam proses belajar mengajar.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu peneliti
sampaiakan sebagai rekomendasi, yaitu :
1. Bagi pendidik
Bagi pendidik,orangtua, keluarga dan lingkungan. Dalam
pembelajaran bahasa khususnya pemebelajaran konsep benda pada
anak tunagrahita agar lebih bervariasi lagi dalam mengajar dan media
yang di gunakan dikarenakan guru atau pendidik mempunyai
tanggungjawab yang besar terhadap keberhasilan belajar anak
didiknya.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang materi pengenalan
nama-nama benda terhadap anak, lebih baik menerapkan media
teka-teki silang bergambar ini sebagai sarana dalam menunjang proses
Dengan adanya penelitian ini saya sebagai peniliti berharap agar kelak
muncul kembali variasi-variasi media dalam menunjang proses belajar
mengajar.
2. Bagi pihak sekolah
Pihak sekolah agar lebih lagi menunjang dan mengembangkan
media pembelajaran demi meningkatkan kualitas proses belajar siswa
khususnya dalam pembelajaran peningkatan kosakata bahasa
Arifin Fajar Satria Utama, 2012
Daftar Pustaka
Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Amran YS Chaniago (1997), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit CV Pustaka Setia Bandung.
Arikunto, S.(2002). Prosedur Pnelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2003), Media Pembelajaran. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar dalam Pendidikan Inkulsi. Bandung : PT Refika Aditama
Departemen Sosial RI. (2007). Pedoman umum Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat Mental (Tuna Grahita). Jakarta : Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial 2007 (tidak diterbitkan).
Eko Hadi Wiyono (2007), Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Penerbit Palanta.
Ensiklopedia Bebas (2012). Kosakata.[Online]. http://wikipedia.org/wiki/Kosakata (1 Februari 2012).
Henry Guntur T (1983), Pengajaran Kosakata. Bandung : Percetakan Angkasa.
Hurlock, E.B (2002) Psikologi Perkembangan : Suatu pendekatan Sepanjang Ruang Kehidupan. Terjemahan (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Keraf, G. (1980). Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, H (1982). Kamus linguistik. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
LH. Santoso (2007), Kamus Praktis Bahasa Indonesia. CV. Pustaka Agung Harapan Surabaya
Makmun, abin Syamsudin (2000) Psikologi Kependidikan: Perangkat sistem Pengajaran Modul.Bandung : Penerbit PT.Remaja Rosdakarya
Misitoh,dkk (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Poerwadarminta, W. J. S (1979). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
Sri Sulistyani (2010), 50 Teka-teki Kata Untuk Mahir Membaca dan Menulis. Penerbit : G-Media.
Sudjana, N. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
... (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
... (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Wynne, A (2007). Media Bergambar (edisi terjemahaan), Jakarta: Penerbit Rinela Cipta.