• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

B. Penelitian terdahulu yang relevan ... 16

C. Kerangka Berfikir ... 17

D. Instrument Dan Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Pengolahan Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pengujian Hipotesis ... 40

(2)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Rekomendasi ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ... 36

Tabel 4.2 ... 37

(4)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 ... 39

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bahasa dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang peranan penting terutama

dalam pengungkapan pikiran seseorang atau merupakan sarana untuk berflkir, menalar dan

menghayati kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorangpun yang dapat

meninggalkan bahasa karena selain sebagai sarana berflkir bahasa juga digunakan sebagai

alat komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf, G (1980:14) menyatakan bahwa

"Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau

tanda atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya

kepada manusia lainnya". Dalam hal ini yang dimaksud dengan bahasa sebagai alat

komunikasi antar anggota masyarakat adalah Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat

ini tidak lepas dari penguasaan kosakata, karena dengan penguasaan kosakata yang cukup

akan memperlancar siswa dalam berkomunikasi dan mempermudah siswa untuk

memahami bahasa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran. Menurut Kridalaksana

(1982:98) disebutkan bahwa “kosakata merupakan komponen bahasa yang memuat

informasi tentang makna pemakaian kata dalam bahasa, kekayaan kata yang dimiliki

seseorang pembicara, pebulis atau suatu bahasa, dan daftar kata yang disusun seperti

kamus dengan penjelasan yang singkat dan praktis”

Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat

(6)

akan memperlancar siswa dalam berkomunikasi dan mempermudah siswa untuk

memahami bahasa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran. Seiring dengan tujuan

pembelajaran Bahasa Indonesia, maka siswa pada tingkat dasar diharapkan mampu atau

dapat menguasai keempat ketrampilan bahasa secara aktif dan integratif dengan

menggunakan komponen bahasa yang komunikatif dan benar, sehingga secara tidak

langsung kemampuan dan penguasaan bahasa ini dapat menjawab tantangan di era

globalisasi ini. Siswa dituntut mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi setaraf

dengan kemampuannya yang disesuaikan dengan tingkat usia dan tingkat perkembangan

mental anak. Pendidikan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah penting dan harus

dipahami oleh siswa pada umumnya dan anak tunagrahita pada khususnya. Bagi anak

tunagrahita itu sendiri bahasa yang dimiliki belum cukup untuk berkomunikasi secara

lancar, itu semua disebabkan karena kondisi ketunaan yang disandangnya.

Kondisi anak tunagrahita seperti yang diungkapkan oleh Amin (1995:11) yaitu

Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada dibawah rata-rata.

Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang

sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil

bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk

selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya,

lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan

simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga

mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran Bahasa Indonesia

(7)

kosakata. Pernyataan ini diperkuat oleh guru kelas III di SLB B-C YGP CIBATU bahwa

sebagian besar siswa kelas III mempunyai permasalahan yang serius, yaitu belum

terciptanya kebiasaan berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Siswa pada umumnya

lebih suka menggunakan bahasa ibu (Bahasa Sunda) atau bahasa dialog dalam

berkomunikasi baik dengan teman sekolah maupun dengan gurunya.

Terkait dengan peristiwa tersebut, beberapa faktor yang menjadi penyebab belum

tercapainya tujuan yang diharapkan guru dengan kondisi siswa tunagrahita sebagai

berikut:

1. Guru belum dapat menyajikan model pembelajaran Bahasa Indonesia secara aktif,

kreatif dan integratif sesuai dengan kondisi anak dilapangan.

2. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi, sehingga siswa tunagrahita

kurang termotivasi untuk menerapkan apa yang telah disampaikan.

3. Kurangnya kosakata yang dimiliki oleh siswa tunagrahita.

4. Buku pelajaran kurang porposional artinya belum mempunyai porsi yang cukup untuk

mengembangkan ketrampilan salah satunya berkomunikasi dengan menggunakan

Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Terdapat berbagai faktor/variabel yang diduga memberikan pengaruh terhadap

kemampuan kosakata Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita. Diantaranya metode

pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud adalah dengan pelaksanaan bermain teka teki

silang bergambar. Teka-Teki Silang (TTS) merupakan sebuah permainan yang cara

mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf

sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk. Selain itu, mengisi

teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan, selain

juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer, selain itu juga berguna untuk

(8)

santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata, maka sangat sesuai kalau

misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan dikelas yang diberikan

oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja.

Teka-teki silang yang menjadi kegemaran lintas generasi ini, sudah berlangsung dari

zaman ke zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak sama. Catatan sejarah

menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak zaman kuno. Bentuknya

masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata, huruf-huruf yang

sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-kata secara vertikal dan horizontal.

Hampir serupa dengan TTS yang kita kenal sekarang.

Berdasarkan pemahaman penulis tentang teka teki silang diatas maka penulis

merasa terpanggil untuk mengambil kesimpulan untuk membuat media belajar teka teki

silang bergambar untuk anak tunagrahita ringan, dimana anak menjawab

pertanyaan-pertanyaan itu sesuai dengan gambar yang tertera pada teka teki silang tersebut. Jadi teka

teki silang disini dibuat disesuaikan dengan kemampuan anak tunagrahita ringan itu

sendiri,dengan cara menuliskan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata sesuai dengan

nama gambar yang tertera disamping, di bawah atau diatas teka teki silang pada ruang

kosong yang sudah tersedia atau di atas sehingga jawabannya sesuai dengan gambar yang

ada pada teka teki silang tersebut.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasi beberapa

masalah yaitu sebagai berikut.

1. Terbatasnya kosakata bahasa indonesiayang dimiliki anak tunagrahita ringan.

2. Terbatasnya media atau metode yang berhubungan dengan peningkatan kosakata

bahasa indonesia.

(9)

C.BatasanMasalah

Pada penelitian ini dibatasi pada kemampuan siswa dalam mengenal kosakata yaitu:

1. Bagaimanakah kemampuan anak tunagrahita dalam pengusaan kosakatanya

sebelum sebelum menggunakan media teka-teki silang bergambar?

2. Apakah ada peningkatan kemampuan anak tunagrahita dalam pengusaan

kosakatanya setelah menggunakan media teka-teki silang bergambar?

3. Seberapa besar perbedaan kemampuan anak tunagrahita dalam pengusaan

kosakatanya sebelum dan setelah menggunakan media teka-teki silang

bergambar?

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah "APAKAH PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG BERGAMBAR

DAPAT MANINGKATKAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

TUNA GRAHITA RINGAN?".

E.Tujuan Dan KegunaanPenelitian

1. TujuanPenelitian

a. TujuanUmum

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh

pengaruh dari penggunaan metode teka teki silang bergambar terhadap kosa kata

(10)

b. TujuanKhusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1) Untuk memperoleh gambaran tentang kondisi kemampuan kosakata Bahasa

Indonesia tentang buah-buahan dan binatang pada anak tunagrahita ringan.

2) Untuk memperoleh bagaimana peningkatan penguasaan kosakata Bahasa

Indonesia tentang buah-buahan dan binatang pada anak setelah menggunakan

media teka-teki silang bergambar.

2. KegunaanPenelitian

a. Kegunaan Teoritis

1) Memberikan sumbangsih pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu

pengetahuan tentang penggunaan permainan teka-teki silang dalam

meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita

ringan kelas 3 SDLB-C.

2) Memberikan sumbangsih tentang media yang dapat digunakan oleh guru dan

orangtua dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada

anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB-C.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi pendidik, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita

ringan kelas 3 SDLB-C melalui permainan teka-teki silang bergambar.

2) Bagi siswa, dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa

Indonesia.

3) Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang media dalam

meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita

(11)

4) Bagi orangtua, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak melalui

(12)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

BAB III

METODE PENELITIAN

A. VariabelPenelitian

1. Definisi konsep varibel

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah permainan teka-teki

silang bergambar. Teka-teki silang bergambar adalah suatu permainan

dimana kita harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak-kotak

pilihan) dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan

petunjuk yang diberikan. Petunjuk biasanya dibagi kedalam kategori

“Mendatar” dan “Menurun” tergantung posisi kata-kata yang harus

diisi.

Bentuk teka-teki silang ini sama seperti teka-teki silang pada

umunya hanya ditambahkan gambar disamping kotak-kotak.

Pada permainan teka-teki silang bergambar, dimana siswa harus

mengisi kotak-kotak mendatar dan menurun sehinga membentuk kata

dengan cara melihat gambar nama binatang atau buahan-buahan yang

ada pada gambar

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah

(13)

ringan. Adapun pengertian kosa kata adalah setiap kata yang dimiliki

oleh seseorang dan diketahui artinya, baik kata-kata yang sering

digunakan dalam kegiatan kebahasaannya, maupun kata-kata yang

jarang atau tidak pernah digunakan.

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini ditetapkan dua variabel, yaitu media teka-teki

silang bergambar sebagai variabel bebas dan peningkatan kosakata Bahasa

indonesia sebagai variabel terikat.

a. Variabel Bebas

Media “teka-teki silang bergambar” merupakan penggabungan

dari dua media yang didalamnya memaparkan beberapa arti atau pesan

dan tujuan dari suatu atau beberapa buah gambar yang harus di jawab

atau diterjemahkan dengan beberapa rangkaian huruf untuk menjadi

sebuah kata, sehingga membentuk suatu jaringan kata dengan pola

menurun dan mendatar yang satu sama lain saling berkaitan dan

melengkapi.

b. Variabel Terikat

Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah

“peningkatan kemampuan kosakata Bahasa Indonesia anak tunagrahita

sedang”. Siswa melihat gambar yang di tampilkan dalam kertas kerja

kemudian diminta untuk menjawab soal-soal yang diberikan dengan

mengisi rangkaian kotak-kotak kosong dengan huruf untuk

(14)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012 B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Metode eksperimen bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

akibat dari suatu perlakuan sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto

(2003:3).

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua factor yang sengaja di timbulkan oleh peneliti dengan megeleminasi atau mengurangi atau menyisihkan factor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperiman dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Sedangkan Menurut Sugiyono (2012 : 72) eksperimen adalah metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.

Berdasarkan pernyataan diatas, pada metode eksperimen harus ada

suatu factor atau kondisi yang dicobakan untuk mengetahui hasil dari suatu

percobaan. Dalam penelitian ini sebagai factor atau kondisi yang dicobakan

terhadap subjek adalah metode teka teki silang bergambar untuk mengetahui

peningkatan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada subjek tersebut

(15)

Desain yang digunakan adalah “One Group Pretest Posttes Design

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Nilai pretest (Sebelum diberi perlakuan)

O2 : Nilai posttest (Sesudah diberi perlakuan

X : Perlakuan (treatment)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.

Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab

akibat antara dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan

mengeliminasi, mengurangi, atau menyisihkan factor-faktor lain yang bisa

mengganggu.Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012 :

72).Alasan mengapa peneliti memilih metode eksperimen adalah peneliti

ingin mengetahui sebab – akibat dari perlakuan yang diberikan.

Berdasarkan desain penelitian tersebut, maka langkah-langkah

penelitian ini di tetapkan sebagai berikut :

a. Memilih dan menentukan subjek untuk kelompok eksperimen.

b. Melaksanakan pretes penguasaan kosakata anak.

c. Melaksanakan treatmen pada siswa tunagrahita dengan menggunakan

media teka-teki silang bergambar.

(16)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012 C. Populasi dan sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam buku

Enscyclopedia of Educational Evaluation” Ditulis Scravia B. Anderson

dkk dalam Arikunto (2002:63) mengemukakan bahwa “A population is a

set (or collection) of all elements prosesing one or more atributtes if

interest”.

Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa pouplasi adalah

kumpulan atau keseluruhan elemen yang memilki satu atau lebih

karakteristik.

Sudjana (2005; 6) Menyatakan bahwa “populasi” sebagai berikut:

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif ataupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Sugiyono (2012: 80) Menyatakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentuyang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian

ini adalah siswa tunagrahita kelas III SDLB di SLB B-C YGP Kec

Cibatusebanyak 8 orang. Kelas tersebut dipilih sebagai populasi dalam

penelitian ini karena peneliti menemukan kasus bahwa siswa tunagrahita

di kelas tersebut belum banyak menguasai kosakata benda sederhana

(17)

2. Sampel penelitian / Subjek

MenurutSugiyono (2012 :81), “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Penulis

mengambil sampel penelitian yaitu siswa kelas III SLB B-C YGP

sebanyak delapan siswa, pemilihan sampling yang digunakan adalah

dengan cara Purposive sampling bertujuan dilakukan dengan cara

mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah

tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya

dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatsan

waktu,tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang

besar dan jauh.

No Kode Sampel Jenis Kelamin

1 AJ L

2 AN L

3 AH L

4 NS P

5 MS L

6 RF L

7 PT P

(18)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

D. Instrument Dan Teknik Pengumpulan data

1. Instrument Penelitian

Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009 :

148).Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk

tes.

Dalam peneltian ini tes dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dan

lamanya 1 bulan. Tes yang digunakan adalah tes prestasi hasil belajar.

(Arikunto, 2002 ; 128) menyatakan bahwa “tes prestasi atau achiievment

tes yaitu tes prestasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian

seorang setelah mempelajari sesuatu”.

Instrumen dalam penelitian adalah tes tertulis ini digunakan untuk

memperoleh data pencapaian hasil belajar pada ranah kognitif yaitu

kemampuan dalam menuliskan kosakata. Adapun soal yang dibuat

berdasarkan kemampuan anak SDLB tunagrahita dalam kosakata Bahasa

Indonesia yang meliputi kata-kata atau nama-nama buah-buahan dan

nama-nama binatang.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk analisa adalah tes

kosakata berupa pre-test dan post-test serta melakukan kegiatan

pembelajaran sebagai uji coba langsung penelitian.

Instrument tes yang digunakan dalam penelitian harus memiliki

kualitas yang baik, oleh karena itu instrument tes diujicobakan terlebih

(19)

soal yang tidak memenuhi syarat, dibuang atau di revisi. Uji coba

dilaksanakan untuk memproleh gambaran mengenai validitas dan

reabilitas instrument penelitian. Langkah-langkah pengujian instrument

tes penguasaan kosakata dengan menggunakan media teka-teki silang

bergambar adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas Instrumen

Untuk mengukur suatu tingkat validitas tes dalam pengajaran

berhitung ini digunakan validitas isi (content validity) dengan teknik

penilaian ahli (judgement). Maka dari itu validitas instrumen sangat

diperlukan dalam suatu penelitian karena validitas juga merupakan

ukuran mutu dan kebermaknaan suatu penelitian.

Validitas isi dengan teknik penilaian ahli digunakan untuk

menentukan apakah instrument/tes tersebut sesuai antara tujuan

pembelajaran yang ditetapkan dengan butir soal yang dibuat dengan

kata laian suatu instrument telah memenuhi validitas isi jika telah

memenuhi aspek-aspek yag terkandung di dalam butir soal yang

dibuat. Proses validasinya dengan membandingkan isi tes dengan

tabel spesifikasi kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli/guru

mata pelajaran.

Skor hasil validitas diolah dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

(20)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

� = jumlah ahli penilai

P = Presentase

Perhitungan uji validitas terlampir

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara

eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat

dilakukan dengan test-pretest (stability), equivalent, dan gabungan

keduanya. Secara internal reabilitas instrument dapat diuji dengan

menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument

dengan teknik tertentu. (Sugiono, 2005:183-184).

Pengujian reliabilitas instrument ini diukur dengan pengujian

konsistensi internal, karena mencobakan instrumentnya hanya sekali

saja. Pengujian reabilitas ini menggunakan rumus :

Kuder Richardson (KR.20) :

(Sugiono, 2005: 183-184).

Keterangan :

pi = Proporsi jawaban benar

qi = Proporsi jawaban salah

K = Varians skor tes/ standar deviasi tes

K-R 20 r

xx =

k S

2

(21)

ri = Reabilitas secara keseluruhan

 pi qi = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

Setelah nilai reabilitas diperoleh, kemudian diinterpretasikan

dengan menggunakan tafsiran besarnya koefisien kolerasi tingkat

kepercayaan diantaranya yang dikemukakan (Arikunto, 2002 : 75).

Sebagai berikut :

1. Antara 0,00 s.d. 0,20 = sangat rendah

2. Antara 0,20 s.d. 0,40 = rendah

3. Antara 0,40 s.d. 0,70 = cukup

4. Antara 0,70 s.d. 0,90 = tinggi

5. Antara 0,90 s.d. 1,00 = sangat tinggi

Perhitungan uji reabilitas terlampir.

E. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh atau terkumpul

kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistic non-parametrik,

dikarenakan jumlah sampel yang terbatas. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Natawidjaya (1988 : 62) yang menjelaskanbahwa :

Data yang sudah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji

wilcoxon, karena uji ini dapat dipergunakan untuk penelitian yang datanya

berpasangan dengan sampel terbatas. Tujuan dilakukan analisis data adalah

untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

(22)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah

sebagai berikut:

a. Menskor pre-test dan post-test

b. Mentabulasikan skor pre-test dan post-test

c. Menghitung selisih (d) pre-test dan post-test

d. Membuat rank tanpa memperhatikan tandanya, jika terjadi rank

kembar, maka dipergunakan rank rata-ratanya.

e. Mengelompokan ranking yang bertanda positif dan negative

kedalam table

f. Menjumlahkan semua rank bertanda positif atau negatif

g. Untuk jumlah rank yang didapat, maka jumlah yang paling kecil

dari kedua kelompok rank untuk mendapatkan tanda (T)

h. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan T pada table nilai

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkanhipotesis yang diajukandanhasildari penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media teka-teki

silang bergambar terhadap peningkatan kosakata bahasa indonesia pada

anak tunagrahita ringan.

Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan uji

wilcoxon pada kemampuan siswa terhadap kosakata, diperoleh Thitung = 36

dan berdasarkan nilai kritis uji wicoxon pada tingkat signifikasi 0,05

dengan N < 8yaitu sebanyak 8 orang, maka diperoleh Ttabel = 4 maka H0

ditolak karena Thitung >Ttabel artinya hipotesis yang diajukan dalam

penilitian ini diterima. Hal ini menunjukan bahwa “terdapat pengaruh

dalam penggunaan media teka-teki silang bergambar terhadap peningkatan

kosakata anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB B-C YGP CIBATU

GARUT”

Maka dalam penelitian ini peneliti memperoleh kesimpulan bahwa

penerapan media teka-teki silang bergambar dalam proses pembelajaran

kosakata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan mengalami

peningkatan dalam pembelajaran kosa kata Bahasa Indonesia. Peningkatan

tersebut terlihat pada saat siswa diberikan soal-soal teka-teki silang

(24)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

satu kali diberikan post-test, jadi dari hasil yang diperoleh bahwa adanya

peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.

Media teka-teki silang bergambar sangat efektif dalam menunjang

proses belajar siswa tuna grahita ringan dalam belajar kosa kata Bahasa

Indonesia, untuk itu media teka-teki silang bergambar sangat cocok untuk

memudahkan anak ketika menyelesaikan soal kosa kata Bahasa Indonesia.

Media yang diterapkan dalam pembelajaran pada siswa tunagarhita

kelas III SDLB, SLB YGP Cibatu Garut ini menekankan belajar dengan

menggunakan variasi dalam media pembelajaran membuat anak tidak

jenuh dalam proses belajar mengajar.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu peneliti

sampaiakan sebagai rekomendasi, yaitu :

1. Bagi pendidik

Bagi pendidik,orangtua, keluarga dan lingkungan. Dalam

pembelajaran bahasa khususnya pemebelajaran konsep benda pada

anak tunagrahita agar lebih bervariasi lagi dalam mengajar dan media

yang di gunakan dikarenakan guru atau pendidik mempunyai

tanggungjawab yang besar terhadap keberhasilan belajar anak

didiknya.

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang materi pengenalan

nama-nama benda terhadap anak, lebih baik menerapkan media

teka-teki silang bergambar ini sebagai sarana dalam menunjang proses

(25)

Dengan adanya penelitian ini saya sebagai peniliti berharap agar kelak

muncul kembali variasi-variasi media dalam menunjang proses belajar

mengajar.

2. Bagi pihak sekolah

Pihak sekolah agar lebih lagi menunjang dan mengembangkan

media pembelajaran demi meningkatkan kualitas proses belajar siswa

khususnya dalam pembelajaran peningkatan kosakata bahasa

(26)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

Daftar Pustaka

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Amran YS Chaniago (1997), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit CV Pustaka Setia Bandung.

Arikunto, S.(2002). Prosedur Pnelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2003), Media Pembelajaran. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar dalam Pendidikan Inkulsi. Bandung : PT Refika Aditama

Departemen Sosial RI. (2007). Pedoman umum Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat Mental (Tuna Grahita). Jakarta : Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial 2007 (tidak diterbitkan).

Eko Hadi Wiyono (2007), Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Penerbit Palanta.

Ensiklopedia Bebas (2012). Kosakata.[Online]. http://wikipedia.org/wiki/Kosakata (1 Februari 2012).

Henry Guntur T (1983), Pengajaran Kosakata. Bandung : Percetakan Angkasa.

Hurlock, E.B (2002) Psikologi Perkembangan : Suatu pendekatan Sepanjang Ruang Kehidupan. Terjemahan (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Keraf, G. (1980). Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, H (1982). Kamus linguistik. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

LH. Santoso (2007), Kamus Praktis Bahasa Indonesia. CV. Pustaka Agung Harapan Surabaya

Makmun, abin Syamsudin (2000) Psikologi Kependidikan: Perangkat sistem Pengajaran Modul.Bandung : Penerbit PT.Remaja Rosdakarya

Misitoh,dkk (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Poerwadarminta, W. J. S (1979). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

(27)

Sri Sulistyani (2010), 50 Teka-teki Kata Untuk Mahir Membaca dan Menulis. Penerbit : G-Media.

Sudjana, N. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

... (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

... (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Wynne, A (2007). Media Bergambar (edisi terjemahaan), Jakarta: Penerbit Rinela Cipta.

Gambar

Tabel 4.3 ............................................................................................
Grafik 4.2 ..........................................................................................
tabel spesifikasi kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli/guru

Referensi

Dokumen terkait

Suminten adalah grup musik jalanan asal Jogja, dibentuk pada tanggal 1 Februari 2009 oleh para musisi yang merasa punya kesamaan selera musik &amp; visi bermusik // Lagu-lagu Suminten

Untuk mendukung langkah capres dan cawapres /SBY Budiono siang kemarin puluhan kader PAN DIY melakukan deklarasi pemenangan pasangan SBY Budiono // Ketua DPW PAN DIY/ Imawan

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada program studi Pendidikan Olahraga SPs

: Salah satu aliran dalam disiplin linguistik yang memperkenalkan suatu teori yang memandang bahasa sebagai bagian dari fenomena sosial yang tentunya berhubungan dengan

Pengaruh Penggunaan Google Body Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Materi Anatomi Tubuh Manusia Di Sekolah Menengah Atas Laboratorium

Adapun materi pendidikan pemakai yang diberikan dalam ragam pendidikan pemakai yaitu fungsi dan jenis perpustakaan, lokasi perpustakaan, informasi pegawai perpustakaan,

Relai Diferensial adalah alat listrik yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan baik itu gangguan fasa to fasa ataupun fasa to ground dan akan memberikan perintah

Proses Konseling dan Perubahan Perilaku KOnseli AO…………..... Konseling