• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN SUMBER DAYA WIDYAISWARA KESEHATAN :Studi Kasus di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN SUMBER DAYA WIDYAISWARA KESEHATAN :Studi Kasus di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

MANAJEMEN SUMBER DAYA

WIDYAISWARA KESEHATAN

(Studi Kasus di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto Kementerian

Kesehatan RI)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Promovendus

Nurul Ramadhani Makarao

1009164

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua,

Prof. Dr. H.Djam’an Satori,MA

Kopromotor

Prof. Dr. Ir. H. Soemarto,M.SIE

Anggota,

Prof.Dr.H.Akdon,M.Pd

Mengetahui,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul : Manajemen

Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus: Balai Besar Pelatihan

Kesehatan Ciloto, Kementeriaan Kesehatan RI), ini beserta seluruh isinya adalah

benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013

Promovendus,

(4)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan

(Studi Kasus di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI) Nurul Ramadhani Makarai

NIP 1009164

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan merupakan judul penelitian yang penulis pilih dilatar-belakangi oleh kenyataan bahwa Widyaiswara memiliki peran strategis dalam menjamin mutu aparatur pemerintah, namun di sisi lain terdapat fakta bahwa sejauh ini manajemen sumber daya Widyaiswara tersebut belum dilakukan sebagaimana seharusnya, sehingga banyak permasalahn yang dihadapi, baik oleh Widyaiswara itu sendiri maupun oleh lembaga tempat Widyaiswara bekerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali dan menganalisis data yang berkaitan dengan; (1) perencanaan kebutuhan Widyaiswara; (2) spesifikasi tugas Widyaiswara; (3) rekrutmen seleksi Widyaiswara; (4) kompetensi Widyaiswara saat ini, permasalahan yang dihadapi serta upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut; (5) sertifikasi Widyaiswara; dan (6) pengembangan kompetensi Widyaiswara.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang lebih menekankan kepada studi kasus.Adapun unit analisis penelitiannya adalah BBPK Ciloto. Data dikoleksi dengan cara wawancara, studi dokumen dan observasi. Validitas dan reliabilitas data dijamin melalui triangulasi member check dan prolonge

observation.

Penelitian ini telah menemukan bahwa : (1) BBPK Ciloto tidak melakukan perencanaan kebutuhan terhadap Widyaiswara; (2) dilihat dari latar belakang pendidikan pada umumnya Widyaiswara di BBPK ciloto telah memenuhi syarat sebagai Widyaiswara; (3) rekrutmen calon Widyaiswara yang dilakukan belum mengacu pada kajian ilmiah dan prosedur yang seharusnya; (4) komposisi Widyaiswara yang ada masih lebih terkonsentrasi pada Widyaiswara pertama dan muda dan pada umumnya mereka bermasalah dalam pemenuhan angka kreditnya; (5) proses sertifikasi Widyaiswara berjalan baik; dan (6) terdapat upaya yang cukup baik dari BBPK Ciloto dalam mengembangkan kompetensi dan profesionalitas para Widyaiswara.

Rekomendasi dari penelitian ini adalah agar BBPK Ciloto dapat diberi kewenangan yang lebih luas untuk dapat merencanakan sendiri kebutuhan, rekrutmen dan seleksi, serta pengembangan profesi Widyaiswaranya.

(5)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Health Widyaiswara resources management

(Case study at Health Training Hall of Ciloto, Health Ministry of RI) NurulRamdhaniMakarao

NIM: 1009164

Health Widyaiswara resources management is chosen research title by author caused fact that Widyaiswara has strategic role in government apparatur quality guarantee, but on other hand, it is obtained fact that now days that Widyaiswara resources management is not conducted as is necessary, so many of problems have faced, either Widyaiswara own self or the institution of Wydiaiswara.

This research purpose is to explore analysis of data related to; (1) Widyaiswara need plan; (2) Widyaiswara task specification; (3) Widyaiswara recruitment and selection; (4) present Widyaiswara competence; (5) Widyaiswara certification; and (6) Widyaiswara competence development.

Used method is qualitative method greater stress to case study. Its research analysis unit is BBPK Ciloto. It is collected data in interview document study and observation ways. Data validity and reliability have assured through triangulation member checks and prolonged observation.

This research has been found that: (1) BBPK Ciloto is not to do need plan toward Widyaiswara; (2) noticed from Widyaiswara education background in general at BBPK Ciloto has fulfilled requirements as Widyaiswara; (3) Widyaiswara candidate recruitment carried out is not tends yet to scientific review and possibility procedures; (4) available widyaiswara composition still more concentration on young and first Widyaiswara and in generally they have mattered in their credit grade fulfillment; (5) Widyaiswara certification process is good running; and (6) there is obtained good enough effort from BBPK Ciloto to develop Widyaiswara’s professionalism and competence.

This research recommendation is in order to BBPK Ciloto can be provide as wider authority for own self planning a need, recruitment, and also Widyaiswara profession development.

(6)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian... 9

E.Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Disertasi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ... 12

a. Definisi dan fungsi Manajemen sumber daya manusia (MSDM) ... 12

b. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam konteks pendidikan... 19

c. Strategi dan Perencanaan Sumber Daya Manusia... 22

d. Analisis Jabatan ... 24

e. Rekrutmen Sumber Daya Manusia... 29

f. Seleksi Sumber Daya Manusia ... 33

2. Profesi Widyaiswara ... . 36

a. Jabatan Fungsional Widyaiswara ... . 36

b. Profesionalisme Widyaiswara ... .. 42

3. Standar Kompetensi Widyaiswara ... .. 49

(7)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Peran Widyaiswra di lembaga Pendidikan dan Pelatihan ... 56

6. Pengembangan Karir Widyaiswara ... 58

7. Hasil Penelitian Terdahulu ... 68

B. Kerangka Pemikiran ... 70

1. Kerangka Pemikiran ... 70

2. Premis Penelitian ... 72

BAB III METODE PENELITIAN ... 74

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 74

B. Metode Penelitian ... 75

C. Instrumen Penelitian ... 78

D. Teknik Pengumpulan Data ... 79

E. Analisis Data Hasil Penelitian ... 81

F. Membuat Pembahasan, Kesimpulan dan Rekomendasi ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... . 88

A. Hasil Penelitian ... . 88

1. Perencanaan Kebutuhan Widyaiswara kesehatan ... 88

a. Perencanaan Kebutuhan Widyaiswara ... 88

b. Langkah-langkah Proses Perencanaan Kebutuhan Widyaiswara BBPK Ciloto ...90

2. Spesifikasi Pekerjaan Widyaiswara Kesehatan...92

a. Spesifikasi Pekerjaan Widyaiswara ...93

b. Rincian Kegiatan Widyaiswara BBPK Ciloto ...96

c. Jenis dan Jenjang Diklat ...98

d. Stratifikasi Diklat Teknis, Fungsional dan Manajemen Kesehatan ....100

e. Peta Spesialisasi Mengajar Widyaiswara BBPK Ciloto ...105

f. Program Pelatihan di BBPK Ciloto Tahun 2013 ...108

3. Rekruitmen dan Seleksi Widyaiswara...110

a. Proses Rekrutmen ...110

(8)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BBPK Ciloto ...111

c. Proses Seleksi ... 113

4. Kompetensi Widyaiswara ...114

a. Kualitas Kompetensi ...114

b. Kompetensi yang harus dimiliki oleh Widyaiswara BBPK Ciloto .... 116

c. Masalah Widyaiswara BBPK Ciloto dan usaha mengatasinya ...117

5. Sertifikasi Widyaiswara ...118

8. Pengembangan kompetensi dan karir Widyaiswara ...119

a. Pengembangan Kompetensi Widyaiswara BBPK Ciloto saat ini ...119

b. Pengembangan karir Widyaiswara BBPK Ciloto ...121

c. Bentuk/pola pengembangan karir widyaiswara BBPK Ciloto ...121

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... .123

1. Perencanaan Kebutuhan Widyaiswara kesehatan ...123

2. Spesifikasi Pekerjaan Widyaiswara Kesehatan ...125

3. Proses Rekruitmen dan Seleksi Widyaiswara...128

4. Kompetensi Widyaiswara, masalah-masalah yang dihadapi dan usaha untuk mengatasinya ...132

5. Sertifikasi Widyaiswara ...136

6. Pengembangan kompetensi dan karir Widyaiswara ...138

C. Model Strategi Pengembangan Karir Widyaiswara ... 141

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 150

A. Kesimpulan ...150

B. Rekomendasi ... 153

DAFTAR PUSTAKA... 155

RIWAYAT HIDUP... 158

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 160

(9)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No.

Tabel Judul Halaman

3.1 Jumlah SDM BBPK Ciloto, menurut jenis jabatan dan

pangkat/Golongan per Januari 2912 63

3.2 Kisi-kisi Penelitian 70

3.3 Informan penelitian 77

3.4 Kode data penelitian 84

4.1 Profil Widyaiswara BBPK Ciloto tahun 2013 93

4.2 Jenjang Jabatan dan Usia pensiun Widyaiswara 94

4.3 Rincian Spesifikasi pekerjaan Jabatan Fungsional

Widyaiswara 98

4.4 Peta Jenjang Jabatan Widyaiswara BBPK Ciloto 2013 104

4.5 Program Pelatihan di BBPK Ciloto tahun 2013 113

4.6 Persyaratan Umum WI dalam rekrutmen Calon WI

BBPK Ciloto 120

4.7 Level kompetensi WI dalam bidang kediklatan 126

4.8 Standar jenis kompetensi bagi rata-rata Widyaiswara

BBPK Ciloto 127

4.9 Level kompetensi bidang kediklatan (menurut

kelompok WI) 128

4.10 Level jenis kompetensi WI BBPK Ciloto(menurut

kelompok WI) 128

4.11 Daftar nama WI BBPK Ciloto yang tersertifikasi 134

4.12 Prosedur : Proses Perencanaan Kebutuhan WI 147

4.13 Komposisi Jenjang Jabatan/Kepangkatan Widyaiswara BBPK Ciloto 2013

(10)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.14 Jenis dan jenjang Diklat 157

4.15 Stratifikasi Diklat teknis,Fungsional dan Manajemen Kesehatan

158

4.16 Spesifikasi mengajar Widyaiswara BBPK Ciloto 160

4.17 Program pelatihan BBPK Ciloto tahun anggaran 2013 162

4.18 Persyaratan umum dalam rekrutmen Calon Widyaiswara BBPK Ciloto

164

4.19 Prosedur: Proses Rekruitmen Cawid 165

4.20 Prosedur: Seleksi Cawid di BBPK Ciloto 168

4.21 Persyaratan Administrasi Cawid di LAN RI 169

4.22 Level Kompetensi WI dalam bidang kediklatan 173

4.23 Standar jenis kompetensi bagi rata-rata WI BBPK Ciloto

173

4.24 Diklat unggulan BBPK Ciloto tahun 2003 174

4.25 Permasalahan WI BBPK Ciloto tahun 2003 175

4.26 Prosedur: Mengatasi Permasalahan WI 176

4.27 Prosedur : Proses Sertifikasi WI 179

4.28 Daftar nama WI yang tersertifikasi oleh LAN 180

4.29 Prosedur: Pengembangan Kompetensi WI 184

4.30 Prosedur: Pola Pengembangan Karir WI 188

4.31 Prosedur Perencanaan Karir WI 190

432 Prosedur Langkah-langkah Pengembangan Karir WI 192

4.33 Persyaratan administrasi Cawid 197

(11)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5.1 Persyaratan umum dalam rekruitmen WI 201

5.2 Daftar nama WI 204

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Judul Hala

(12)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2.1 Model MSDM 9

2.2 Simplifikasi Input-output dari sistem MSDM 10

2.3 SDM dalam organisasi 11

2.4 Dimensi yang mempengaruhi fungsi SDM 15

2.5 Dimensi manusia dalam pendidikan 15

2.6 Hubungan dimensi lingkungan terhadap proses fungsi

SDM dalam sistem pendidikan 16

2.7 Proses Rekruitmen 26

2.8 Proses Seleksi 28

2.9 Dasar Pengembangan Widyaiswara Profesional 37

2.10 Inti profesional 38

2.11 Peran Sentral Widyaiswara 39

2.12 Bagan Kerangka Pikir 53

3.1 Struktur Organisasi BBPK Ciloto 62

3.2 Analisis data dalam penelitian kualitatif 86

4.1 Model Strategi Pengembangan Karir WI 195

4.2 Penilaian 198

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran Judul Halaman

L.1 Catatan Harian 160

(13)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

L.3 Analisis Data 275

L.4 Kisi-Kisi Penelitian 341

L.5 Kisi-Kisi Observasi 343

L.6 Kisi-Kisi Wawancara 345

L.7 Format Catatan Harian 347

L.8 Format Catatan Teori Pendukung 348

L.9 Pedoman Wawancara 349

(14)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari di kalangan karyawan sering muncul

beragam pertanyaan yang terkait dengan masa depan mereka, khususnya

tentang karier. Pertanyaan yang dimaksud antara lain: Apakah program

pelatihan yang saya ikuti membantu dalam mempromosikan posisi saya

nanti? Bagaimana mempercepat karier saya? Mengapa atasan saya belum

memberikan bimbingan karier kepada saya? Apakah kebanyakan promosi

didasarkan pada keberuntungan atau pada tingkat kompetensi dari seseorang

yang tepat? Apakah saya perlu memiliki kesarjanaan lebih dahulu untuk

pekerjaan tertentu dan pengembangan karier?. Manakala terjadi penciutan

unit organisasi, bagaimana nasib keamanan/posisi pekerjaan saya nantinya?

Bagaimana nasib keluarga saya jika saya diberhentikan?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar muncul di kalangan karyawan. Mengapa? Karena

karier merupakan sebuah kebutuhan pokok karyawan untuk memperoleh

pengakuan sosial dan keluarga, serta ekonomi tentunya.

Pertanyaan-pertanyaan serupa dapat muncul di kalangan

Widyaiswara. Adapun pertanyaan yang sering muncul adalah: bagaimana

pengembangan karir saya di masa depan? Pertanyaan tersebut sangat wajar,

karena pengembangan karir seorang Widyaisawara akan sangat berdampak

terhadap kualitas layanan proses belajar mengajar yang dilakukannya dan

terhadap prestasi kerja secara umum dari Widyaiswara tersebut, yang

selanjutnya akan berdampak pula pada kinerja unit organisasi tempat ia

bekerja. Bahkan pertanyaan tersebut pada saat ini sering menjadi sorotan

seiring dengan adanya kebijakan sertifikasi dan tunjangan jabatan fungsional

Widyaiswara.

Munculnya sorotan tersebut di atas terkait erat dengan peran strategis

pendidikan dan pelatihan dalam pembangunan bangsa, yaitu sebagai sarana

(15)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

strategis pendidikan dan pelatihan tersebut, Lembaga Administrasi Negara

(LAN) sebagai instansi pembina fungsional Diklat Aparatur senantiasa

melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas Diklat tersebut.

Adapun sasaran utama dari Diklat tersebut adalah tenaga kependidikan,dalam

hal iniWidyaiswara, yang setiap saat harus dibina dan dikembangkan

kompetensinya.

Dunia pendidikan dan pelatihan sangat membutuhkan Widyaiswara

yang mampu mengangkat citra pendidikan dan pelatihan aparatur negara,

yang kini terkesan sudah carut marut, terutama dalam hal kualitasnya yang

seolah seperti benang kusut, sehingga sangat sulit untuk memperbaikinya,

dalam hal ini bagaimana harus dimulai, kapan dan siapa yang memulainya,

dan dari mana harus dimulai. Mengacu pada pendapat Syrodz (2009),

menurunnya citra Widyaiswara tersebut dapat diatasi dengan menjadikan

pendidikan dan pelatihan aparatur lebih bermutu, sedemikian rupa sehingga

kegiatan pelatihan dapat menghasilkan hasil pelatihan berupa peningkatan

kompetensi para Widyaiswara yang dilatih secara signifikan.

Hal penting yang perlu menjadi perhatian dalam upaya meningkatkan

mutu Widyaiswara dimasa depan adalah “bagaimana merancang manajemen

sumberdaya Widyaiswara?”. Sebagaimana disadari bersama bahwa

Widyaiswara yang handal dan profesional mutlak diperlukan dalam

meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur Pemerintah, termasuk di

dalamnya tenaga-tenaga kesehatan. Untuk itu,Widyaiswara dimasa yang akan

datang diharapkan dapat memiliki kompetensi yang handal serta mampu

menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan produktif, memiliki

kepekaan di dalam membaca tanda-tanda zaman, memiliki wawasan

intelektual dan berpikiran maju, serta tidak pernah merasa puas dengan ilmu

yang dimilikinya

Widyaiswara yang handal sebagaimana disebutkan di atas, adalah

mereka yang memiliki kompetensi pedagogik, andragogik, profesional,

(16)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tersebut, kompetensi pedagogik dan andragogik merupakan kompetensi

yang paling urgen, karena kompetensi tersebut berkaitan erat dengan

efektifitas dan produktifitas penyelenggaraan pembelajaran. Sebagaimana

diketahui, seorang Widyaiswara harus mampu mengelola proses belajar

mengajar yang mengesankan dan menyenangkan, oleh karena itu dalam

melaksanakan tugas mengajarnya Widyaiswara dituntut untuk dapat

melakukan pendekatan interdisipliner ,misalnya pendekatan psikologi,

pendekatan sosiologi, pendekatan seni, pemanfaatan teknologi computer dan

sebagainya, sehingga ia dapat mengajar dengan mengacu pada prinsip-prinsip ”teaching is a science, teaching is an art danteaching is a magic”,sesuai dengan kebutuhan diklat. Pengembangan profesioanalitas Widyaiswara

tersebut,selain merupakan tanggung-jawab Widyaiswaraitu sendiri, juga

merupakan tanggung-jawab institusi. Oleh karena itu, institusi penyelenggara

Diklat dituntut untuk dapat memberikan wadah kepada para Widyaiswara

untuk dapat melakukan sharing dan kolaborasi keahlian, mengembangkan

spesialisasi, serta melakukan team teaching berdasarkan rumpun keilmuan,

dan sebagainya (Hasniah:2005). Dengan kata lain, secara internal setiap

Widyaiswara harus memiliki motivasi yang kuat untuk mengembangkan

kompetensinya, sedangkan secara eksternal, harus ada upaya manajemen

yang terencana dan terprogram untuk melakukan pembinaan secara tepat dan

berkelanjutan terhadap kompetensi Widyaiswara yang dilakukan oleh

institusi-institusi penyelenggara pendidikan dan pelatihan.

Berdasarkan fakta empirik menunjukan,bahwa sejauh ini Widyaiswara

pada umumnya tidak dipersiapkan secara matang untuk menjadi tenaga

pendidik, pengajar dan pelatih yang memiliki kompetensi tertentu sejak awal.

Bahkan tidak sedikit Widyaiswara yang memiliki motivasi sekedar untuk

memperpanjang usia pensiun. Buktinya banyak Widyaiswara yang

merupakan mantan pejabat yang usianya rata-rata hampir atau lebih dari 50

tahun, dengan pendidikan formal yang beragam. Disamping itu, dilihat dari

pendidikan non formalnya, seperti keikut-sertaan dalam training of trainer -

(17)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

juga relatif kurang. Kondisi tersebut menyebabkan Widyaiswara kurang dapat

menyesuaikan diri dengan tuntutan kebutuhan peserta Diklat dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaiman tugas pokok dan

fungsi yang melekat pada dirinya. Selanjutnya, dilihat dari sisi rekrutmen,

pengangkatan Widyaiswara seringkali kurang efektif, sehingga jabatan

Widyaiswara kurang dipandang sebagai jabatan fungsional yang memiliki

tanggung jawab moril yang tinggi. Padahal, apabila merujuk pada ketentuan

yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Widyaiswara- LAN RI, untuk

mendapatkan sosok Widyaiswara yang memiliki kompetensi yang

dipersyaratkan, harus diupayakan sejak awal melalui proses rekrutmen yang

sistematis dan obyektif. Di samping itu perlu adanya mekanisme pencalonan

Widyaiswara yang seimbang dari segi prosedur usulan calon Widyaiswara

oleh instansi, formasi, dan seleksi calon Widyaiswara.(www:Direktorat

Pembinaan Widyaiswara LAN:2012,10 Desember 2013)

Salah satu unsur yang sangat menunjang bagi tercapainya

Widyaiswara yang handal dan profesional adalah diterapkanya ilmu yang

didapatkan selama mengikuti pelatihan, yang tentu saja didapatkan juga dari

para Widyaiswara yang handal dan profesional. Dengan kata lain, kehandalan

dan profesionalitas seorang Widyaiswara akan didapat melalui program

pendidikan dan pelatihan yang terprogram dengan baik dan memperoleh

pendidikan dan pelatihan dari para Widyaiswara yang handal dan profesional.

Kenyataan yang terjadi saat ini adalah bahwa kualitas Widyaiswara masih

sangat beragam, ada Widyaiswara yang memiliki karir yang cemerlang, ada

yang biasa-biasa saja, ada yang kaya kompetensi, ada yang miskin

kompetensi, ada yang dengan cepat menjadi senior dan ada yang hanya

mampu berada pada level yunior, ada juga yang sampai diberhentikan untuk

sementara karena tidak mampu memenuhi angka kredit yang menjadi

kewajibannya. Apabila ditelaah lebih lanjut, kondisi tersebut terjadi akibat

tidak adanya atau kurang tertatanya sistem pengembangan profesi atau

pendidikan dan pelatihan yang dilakukan. Jika kondisi sebagaimana

(18)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

terjadinya ketidakharmonisan hubungan dalam kelompok Widyaiswara yang

berada pada sebuah institusi pendidikan dan pelatihan.

Selanjutnya, menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Widyaiswara dikelompokkan dalam rumpun

pendidik, sama seperti guru, dosen, instruktur, fasilitator atau sebutan lainnya.

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 14

Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan angka kreditnya

secara implisit dinyatakan bahwa Widyaiswara adalah jabatan profesi yang

menuntut pemangku jabatan Widyaiswara untuk terus mengembangkan

profesinya. Dengan adanya pengakuan dan pernyataan bahwa Widyaiswara

merupakan sebuah profesi, maka menjadi konsekuensi logis jika para anggota

profesi (pejabat fungsional Widyaiswara) harus bertindak dan berperilaku

sesuai dengan tuntutan profesinya, termasuk untuk memenuhi tuntutan

kompetensi yang dipersyaratkan sebagai anggota profesi.

Mengacu kepada Permenpan No. 14 Tahun 2009, yang menyatakan

bahwa Widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang

lingkup, tanggung jawab, dan wewenang mendidik, mengajar dan atau

melatih Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada lembaga diklat pemerintah, maka

membicarakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia

kesehatan (SDM Kesehatan –termasuk didalamnya Widyaiswara) tidak hanya

sekedar membicarakan tentang manusianya. Banyak pihak yang terkait

dengan program pengembangan dan pemberdayaan manusia kesehatan yang

harus diperhatikan agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien,

diantaranya adalah Institusi Pendidikan dan Pelatihan.

Sementara itu, menurut PP Nomor : 101 tahun 2000 tentang Diklat

Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), dinyatakah bahwa:

1. Diklat merupakan bagian integral dari sistem pembinaan PNS

2. Diklat mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karier PNS

3. Sistem diklat meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan,

(19)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Diklat diarahkan untuk mempersiapkan PNS agar memenuhi jabatan

yang ditentukan dan kebutuhan organisasi termasuk pengadaan

kader-kader pimpinan dan staf.

Apabila pernyataan-pernyataan di atas direfleksikan pada keberadaan

Widyaiswara kesehatan, dapat ditarik benang merah bahwa:

1. Sebagai bagian dari pegawai negeri sipil, Widyaiswara kesehatan

memiliki hak yang sama untuk memperoleh pengembangan profesi

melalui pendidikan dan pelatihan.

2. Agar pendidikan dan pelatihan yang dilakukan dapat memberikan

manfaat yang optimal, yaitu meningkatnya mutu dan profesionalitas para

Widyaiswara, maka diklat yang dilakukan harus dilakukan melalui

perencanaan yang matang, diselenggarakan dengan seksama serta

dievaluasi keberhasilannya dengan baik untuk kemudian ditindak-lanjuti

dengan pengembangan program berikutnya.

Merujuk pada pendapat Alfandi, et all (2009), yang menyatakan

bahwa keberadaan manusia dalam manajemen bukanlah sebagai aset belaka,

namun berperan juga sebagai partner, maka dilihat dari sisi pengembangan

sumber daya manusia – khususnya sumber daya manusia berupa

Widyaiswara kesehatan - kegiatan pendidikan dan pelatihan harus sedapat

mungkin memperhatikan kesetaraan hak antara pimpinan sebuah lembaga

diklat dengan para Widyaiswara yang dipimpinnya. Dengan kata lain,

kegiatan pengembangan profesi bagi para Widyaiswara yang dilakukan

melalui pendidikan dan pelatihan harus merupakan kebutuhan bersama antara

pimpinan dengan para widyaisawara itu sendiri. Para Widyaiswara perlu

menyadari akan arti pentingnya program pendidikan dan pelatihan bagi

pengembangan karirnya, sementara pimpinan lembaga perlu menyadari arti

pentingnya program tersebut bagi peningkatan performa lembaga. Selain itu,

pimpinan lembaga juga perlu menyadari adanya potensi potensi yang dimiliki

oleh para Widyaiswara yang dipimpinnya. Dengan demikian program

(20)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kebutuhan. Disamping itu pemerataan mutu serta kesesuaian kompetensi akan

dengan mudah dapat dicapai.Merujuk pada pendapat di atas dan direfleksikan

pada kondisi empirik saat ini, yang menunjukan bahwa masih belum

meratanya kompetensi para Widyaiswara kesehatan, dapat disimpulkan

bahwa pengembangan sumber daya manusia Widyaiswara yang selama ini

dilaksanakan masih perlu untuk terus dibenahi.

Bercermin pada fakta dan berbagai teori serta pendapat sebagaimana

penulis paparkan, penulis beranggapan bahwa fenomena-fenomena tersebut

di atas layak untuk penulis kaji dalam sebuah penelitian, oleh karena itu

penulis memilih “Manajemen SumberDaya Widyaiswara Kesehatan” sebagai

judul penelitian ini.

Selain itu, mengingat kegiatan pendidikan dan pelatihan yang

dilakukan pada berbagai lembaga Diklat – termasuk di BBPK Ciloto - pada

dasarnya merupakan bagian dari implementasi ilmu-ilmu pendidikan dan

ilmu-ilmu administrasi pendidikan, maka penulis sebagai salah seorang

mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan, menganggap bahwa

fenomena-fenomena yang telah penulis paparkan di atas merupakan

fenomena-fenomena yang terkait erat dengan bidang keilmuan yang pada saat

ini sedang penulis dalami. Untuk itu penulis tertarik untuk mempelajari

fenomena-fenomena tersebut secara lebih mendalam melalui penelitian.

B. Identifikasi Masalah danFokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan sebagaimana telah penulis

paparkan di atas, penulis dapat mengidentifikasi adanya permasalahan utama

dalam hal pengembangan karir Widyaiswara kesehatan, yaitu belum

efektifnya sistem pengembangan karir tersebut sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan

Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Berkenaan dengan hal tersebut, dalam

penelitian ini penulis akan memfokuskan diri pada upaya untuk menggali data

dan melakukan analisis terhadap data tentang: Bagaimana strategi

(21)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana kebutuhanWidyaiswara Kesehatan direncanakan?

2. Spesifikasi pekerjaan Widyaiswara kesehatan seperti apa yang

dibutuhkan?

3. Bagaimanaproses rekrutmen dan seleksi Widyaiswara Kesehatan

dilakukan?

4. Bagaimana kondisi kompetensi Jabatan Fungsional Widyaiswara saat ini,

masalah-masalah apa saja yang dihadapinya serta usaha-usaha seperti apa

yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan

tersebut?

5. Bagaimana proses Sertifikasi Widyaiswara kesehatan?

6. Bagaimana pengembangan kompetensi dan karir Widyaiswara

Kesehatan?

Pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas diharapkan dapat memandu

penulis untuk dapat mengungkap fakta tentang sistem pengembangan sumber

daya manusia yang selama ini dilakukan pada lembaga-lembaga pendidikan

pelatihan kesehatan, sehingga penulis dapat membuat deskripsi yang

terstruktur dan sistematis tentang pola pengembangan yang digunakan, untuk

kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut sehingga diperoleh

kesimpulan yang jelas tentang bagaimana sistem tersebut telah diterapkan,

pada bagian-bagian mana saja kesenjangan ditemukan sehingga perlu

disempurnakan, dan model seperti apa yang dapat diajukan sebagai alternatif

terhadap upaya menutupi kesenjangan tersebut.

D. TujuanPenelitian

Sebagaimana telah penulis paparkan di aas, secara garis besar

(22)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Menggali informasi dan menganilis data tentang bagaimana

kebutuhanWidyaiswara Kesehatan direncanakan.

2. Menggali informasi dan menganilis data tentang spesifikasi pekerjaan

Widyaiswara kesehatan seperti apa yang dibutuhkan.

3. Menggali informasi dan menganilis data tentang bagaimana proses

rekrutmen dan seleksi Widyaiswara Kesehatan dilakukan.

4. Menggali informasi dan menganilis data tentang bagaimana kondisi

kompetensi Jabatan Fungsional Widyaiswara saat ini, masalah-masalah

apa saja yang dihadapinya serta usaha-usaha seperti apa yang telah

dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

5. Menggali informasi dan menganilis data tentang bagaimana proses

SertifikasiWidyaiswara kesehatan dilakukan.

6. Menggali informasi dan menganilis data tentang bagaimana

pengembangan kompetensi dan karir Widyaiswara Kesehatan

E. ManfaatPenelitian

Setelah penelitian dilaksanakan, hasilnya diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu

pengetahuan dan wawasan penulis dalam ilmu administrasi pendidikan dan

ilmu-ilmu lain yang terkait erat dengannya, diantaranya ilmu tentang

pengembangan sumber daya manusia.

Secara praktis penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan

masukan kepada balai-balai pendidikan dan latihan kesehatan tentang

bagaimana seharusnya pengembangan profesi Widyaiswara kesehatan

dilakukan,sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan

Widyaiswara-Widyaiswara yang handal dan profesional, yang pada akhirnya mampu

(23)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

F. Struktur Organisasi Disertasi

Secara garis besar, penulisan disertasi ini disusun berdasarkan

sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang didalamnya membahas latar belakang,

identifikasi masalah dan fokus penelitian, pertanyaan

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

struktur organisasi disertasi.

BAB II : Tinjauan Pustaka, yang secara garis besar meliputi beberapa

teori tentang : manajemen Sumber Daya Manusia, Profesi

Widyaiswara, Manajemen Sumber Daya Manusia

Widyaiswara, Hasil Penelitian Terdahulu, Kerangka

Pemikiran Penelitian, Premis Penelitian, Pertanyaan

Penelitian.

BAB III : Metode penelitian membahas tentang prosedur penelitian,

yang menjelaskan tentang: metode dan alasan menggunakan

metode, tempat penelitian, instrumen penelitian,penentuan

Informan, sampel sumber data, teknik pengumpulan data,

sertateknik analisis terhadap data penelitian.

BAB IV : Hasil Penelitian dan pembahasan, berisi tentang bagaimana

Manajemen Sumber DayaWidyaiswara yang dilakukan di

BBPK Ciloto. Pada Bab ini juga dibahas tentang hubungan

antara hasil penelitian dengan berbagai teori sebagaimana

penulis paparkan pada Bab II, serta usulan-usulan berupa

alternative pemenuhan terhadap kesenjangan-kesenjangan

antara yang seharusnya terjadi dengan fakta yang ditemukan

dalam penelitian.

BAB V: Kesimpulan dan rekomendasi, yang didalamnya memuat

rangkuman tentang poin-poin utama dari temuan penelitian

dan pembahasannya, serta rekomendasi kepada fihak-fihak

(24)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

manajemen sumberdaya manusiaWidyaiswara kedepan

dapat dilakukan dengan baik dan dapat menghasilkan

(25)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Kesehatan

Ciloto. Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto dipilih sebagai unit analisis

penelitian karena pertimbangan sebagai berikut:

a. Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto, merupakan Balai Besar Pelatihan

Kesehatan yang berdirinya sudah cukup lama dan merupakan Balai

Pelatihan Kesehatan Nasional. Selain itu, BBPK Ciloto adalah Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan RI yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Badan Pengembangan dan

Pemberdayaan SDM Kesehatan, yang dalam melaksanakan tugasnya

secara teknis dan fungsional dibina oleh Pusdiklat Aparatur dan Pusdiklat

Tenaga Kesehatan. Selanjutnya, BBPK Ciloto juga mempunyai tugas

melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan sumber daya

manusia kesehatan dan masyarakat.

b. Sumber daya Manusia yang dimiliki BBPK Ciloto, memiliki kualifikasi

relatif tinggi dengan jumlah yang juga memadai.

c. Sarana Prasarana BBPK Ciloto sangat memadai dengan pengelolaan,

pemeliharaan yang sangat baik.

d. BBPK Ciloto, merupakan salah satu balai besar pelatihan kesehatan

tingkat nasional yang berada di daerah Puncak, Ciloto, dengan lokasi yang

strategis dan indah.

e. BBPK Ciloto sudah terakreditasi dan terstandarisasi ISO 2009.

Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, maka subyek dalam

penelitian ini ditentukan melalui teknik snow ball sampling, artinya, subyek

penelitian relatif sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian, namun subyek

penelitian dapat terus bertambah sesuai keperluan. Melalui teknik tersebut

(26)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dari sumber-sumber lainnya yang relevan. Adapun sumber-sumber data

tersebut meliputi:

a. Komponen manusia, yaitu para widyaiswara dan pejabat struktural di

lingkungan Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto, Kementeriaan

Kesehatan RI.

b. Sumber data tertulis berupa buku tentang widyaiswara, arsip-arsip tentang

kewidyaiswaraan.

c. Sumber data tak tertulis berupa tindakan dalam pemberian pelayanan, dan

kegiatan-kegiatan kewidyaiswaaraan.

Selanjutnya, sampling dalam penelitian adalah pilihan peneliti

terhadap aspek, peristiwa, dan siapa yang dijadikan fokus pada saat dan

situasi tertentu. Oleh karena itu, pemilihan sample penelitian dilakukan

penulis secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Teknik sampling

yang penulis lakukan bersifat purposif yakni tergantung pada tujuan dan

fokus penelitian. Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal dan obyektif,

akan tetapi bersifat subyektif dengan menggunakan peneliti itu sendiri

sebagai instrumen. Dengan demikian tidak ada definisi operasional variabel,

yang dilakukan ialah menyeleksi aspek-aspek yang khas, yang berulang kali

terjadi, yang berupa pola atau tema dan tema itu senantiasa diselidiki lebih

lanjut dengan cara yang lebih halus dan mendalam. Tema itu akan merupakan

petunjuk kearah pembentukan suatu teori. Adapun analisis terhadap data

bersifat terbuka, opened-ended dan induktif. Dikatakan terbuka karena teknik

samplingyang dilakukan bersifat purposive (bertujuan).

B. MetodePenelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell

(2010: 4), metode kualitatif merupakan metode penelitian untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.

Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting seperti

(27)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif

mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan

makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau

kerangka yang fleksibel. Siapapun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini

harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus

terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan

Bodgan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan penelitian kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik

(utuh). Sementara itu Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia baik

dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Dalam konteks penelitian ini, metode kualitatif tersebut digunakan

untuk mengungkap Manajemen SumberDaya Widyaiswara pada Balai Besar

Pelatihan Kesehatan Ciloto, Kementerian Kesehatan RI. Data penelitian

kualitatif diperoleh dengan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, siapa,

dimana, bagaimana. Selanjutnya pencarian makna dilakukan dengan

menganalisis data secara induktif. Pendekatan kualitatif ini digunakan agar

dapat mengungkap secara mendalam Manajemen SumberDaya Widyaiswara

di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto Kementeriaan Kesehatan RI,

berdasarkan natural setting atau berlatar alami sebagaimana adanya. Hal ini

dilakukan untuk memperoleh dan memahami tentang fenomena tertentu

dengan mencari informasi yang dapat memberi penjelasan langsung dari

lapangan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus penelitian berupa

manajemen sumberdaya widyaiswara, sedangkan unit analisisnya adalah

(28)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

untuk memperoleh data adalah sampel purposif. Karakteristik penelitian yang

penulis lakukan sangat sesuai dengan yang dikemukakan oleh Supriadi (2000),

Bogdan (1990), Sujana dan Ibrahim (1989), Nasution (1988), Best (1978), yang

menyatakan bahwa ciri-ciri utama riset kualitatif dapat diketahui sebagai berikut:

1. secara filosofis riset bertujuan mencari dan menemukan kebenaran

ilmiah( scientific truth);

2. lingkup pembahasannya meliputi: apa, mengapa, kapan, siapa, dimana,

dan bagaimana;

3. sampel purposif, dipilih menurut tujuan penelitian;

4. berlatar alami (natural setting)sebagaimana adanya;

5. peneliti sebagai instrumennya, denagdemikian subyek yang diteliti

berkedudukan sama dengan peneliti sendiri. Peneliti bersifat pengumpul

data atau sebagai instrumen dalam penelitiannya;

6. bersifat deskriptif, lebih menekankan pada observasi dan wawancara;

7. mementingkan proses maupun produk;

8. mencari makna dengan menganalisis data secara induktif;

9. triangulasi dengan rincian data langsung yang kontekstual dari sumber

lain;

10. mengutamakan prospektif emik yang mementingkan penafsiran

berdasarkan pandangan lingkungan responden.

Penelitian ini direncanakan dengan menggunakan perencanaan

sebagaimana dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1984), yang menyatakan

bahwa skema atau program penelitian berisi outline tentang apa yang harus

dilakukan peneliti, mulai dari penyataan sebagai informasi penelitian sampai

pada analisis data finalnya. Demikian halnya dengan strukturnya, penelitian

ini dilakukan dengan membuat skema, paradigma-paradigma variable, yang

lebih operasional yang melihat keterkaitan beberapa domain sehingga

(29)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan karakteristik koleksi data dan unit analisis yang dipilih

oleh peneliti, pada dasarnya penelitian ini merupakan studi kasus (case

study)yang menggunakan pendekatan eksploratif yang mendalam mengenai

manajemensumberdaya widyaiswara. Studi eksplorasi ini menelusuri secara

cermat dokumen yang berkaitan dengan manajemensumberdaya

widyaiswaratersebut.Oleh karena itu strategi yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi (1)orientasi teoritik dengan pendekatan fenomenologis;

(2) teknik pengumpulan data tiga tahap yaitu tahap orientasi, eksplorasi

pengumpulan data dan penelitian terfokus; (3)wawancara komprehensif;

(4)observasi peran data;(5)dokumentasi tertulis yang berkaitan dengan

penelitian ini.

C. Instrumen Penelitian

Berbeda dengan pendekatan kuantitatif – dimana peneliti mengambil

jarak dengan objek yang diteliti – dalam penelitian kualitatif peneliti

merupakan instrumen dan harus menyatu dengan situasi serta fenomena yang

diteliti Satori dan Komariah, (2009:90). Untuk itu, guna memperoleh data

dalam penelitian ini, penulis berperan sebagai instrumen penelitian. Dalam

penelitian kualitatif, data dikumpulkan dari lapangan dengan berbagai teknik

dan metode sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, namun demikian, secara

garis besar pengumpulan data dilakukan oleh penulis melalui wawancara,

studi dokumen dan pengamatan langsung terhadap berbagai fenomena atau

kejadian yang ditemukan (observasi). Telah penulis sebutkan di atas, bahwa

sesuai dengan sifatnya, dalam penelitian yang penulis lakukan penulis

mengoleksi data dari sumber data yang dipilih melalui teknik purposive, yaitu

informan-informan terpilih yang kaya dengan kasus untuk studi yang bersifat

mendalam (Sukmadinata, 2009:101). Guna keperluan tersebut, penulis

memilih beberapa informan yang menurut hasil studi pendahuluan

memungkinkan untuk dijadikan sumber infromasi dan dapat memberikan

informasi yang objektif. Untuk menjaga agar informasi dapat

(30)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pendalaman terhadap informasi yang diperoleh dengan melakukan

wawancara yang lebih mendalam terhadap informan yang bersangkutan serta

mencari informan lain untuk kepentingan triangulasi.

Selain teknik-teknik seperti disebutkan di atas, kaitannya dengan

keperluan instumentasi dan untuk memudahkan jalannya penggalian data,

penulis membuat kisi-kisi penelitian, panduan wawancara, panduan observasi

dan catatan lapangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mengurus perijinan kepada

lembaga terkait, dalam hal ini kepada pejabat berwenang di Balai Besar

Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto, yang akan dikunjungi dan dijadikan

sumber data. Setelah ijin diperoleh, langkah selanjutnya adalah memulai

kegiatan turun ke lapangan untuk keperluan mengumpulkan data penelitian.

Kaitannya dengan kegiatan pengumpulan data tersebut, maka langkah awal

yang dilakukan penulis adalah menemui gate keeper, yaitu orang atau

sekelompok orang yang memiliki posisi untuk mengijinkan atau menolak

peneliti memasuki wilayah penelitian (Berg, 2007:185). Kaitannya dengan

keperluan tersebut, penulis terlebih dahulu mengadakan pendekatan kepada

seseorang yang memang penulis kenal dan memilikihubungan yang baik

dengan penulis. Berdasarkan rekomendasi dari yang bersangkutan akhirnya

penulis dapat mengadakan wawancara dengan sumber-sumber yang dianggap

memiliki informasi mendalam mengenai data yang penulis perlukan untuk

penelitian ini. Selanjutnya, melaui gate keeper tersebut penulis dapat dengan

mudah melakukan studi dokumen serta observasi. Untuk memperoleh

kedalaman, objektifitas dan keajegan data, wawancara yang penulis lakukan

terhadap nara sumber tersebut di atas dilakukan berkali-kali, sampai penulis

merasa bahwa data tersebut benar-benar mantap.

Telah disebutkan di atas, bahwa pada dasarnya data dikoleksi dengan

berbagai cara seperti wawancara, studi dokumen, dan observasi. Untuk

(31)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

juga melakukan wawancara berualng-ulang, melakukan wawancara dengan

sumber lain, melakukan beberapa kali observasi terhadap satu objek dan

memperpanjang waktu observasi.

Pada umumnya teknik wawancara yang penulis gunakan adalah

wawancara tidak terstandar dan semi terstandar. Hal ini penulis lakukan

sesuai dengan tujuan penelitian yang penulis lakukan, yaitu untuk menggali

informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya agar melalui

penelitian tersebut diperoleh makna yang dalam untuk kemudian dapat

dijadikan sebuah kesimpulan yang benar. Selanjutnya, untuk memperdalam

informasi yang diperoleh, penulis juga melakukan indepth interview, yaitu

wawancara mendalam untuk lebih menggali informasi agar informasi yang

diperoleh benar-benar valid dan reliabel. Adapun responden yang penulis

pilih dalam wawancara tersebut adalah sebagai berikut:Kepala BBPK Ciloto;

Pejabat Struktural di BBPK Ciloto yang meliputiKepala Bagian Tata

Usaha,Kepala Bidang Penyelenggaraan Diklat (Kepala Sub Bidang

Perencanaan dan Evaluasi Diklat dan Kepala Sub Bidang Pelaksanaan

Diklat), Kepala Bidang Pengembangan dan Pengendalian Mutu (Kepala Sub

Bidang Pengkajian dan Pengembangan dan Kepala Sub Bidang Pengendalian

Mutu); serta pejabat fungsional, dalam hal ini meliputi Koordinator

Widyaiswara dan Widyaiswara.

Studi dokumen yang penulis lakukan meliputi kegiatan

mengumpulkan dan mempelajari berbagai dokumen, baik catatan-catatan,

laporan-laporan, buku-buku, surat-surat, foto-foto, keputusan-keputusan dan

lain-lain, yang terkait dengan pengembangan karir yang telah, sedang dan

akan dilakukan terhadap widyaiswara pada lembaga tersebut.

Sedangkan dalam hal observasi, penulis melakukannya terhadap

aktifitas keseharian yang terjadi pada lokasi penelitian. Studi dokumen dan

observasi penulis lakukan guna menggali data yang mungkin tidak tergali

dalam kegiatan wawancara atau untuk memperoleh kedalaman data yang

(32)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

reliabel. Untuk melakukan studi dokumen, penulis melakukannya dengan

terlebih dahulu mengadakan pendekatan kepada individu-individu - yang

menurut informasi dari beberapa sumber - memiliki kapabilitas dalam bidang

informasi yang penulis perlukan, misalnya kepada kepala tata usaha, kepada

bagian kepegawaian dan lain-lain.

Untuk selanjutnya, perangkat koleksi data seperti kisi-kisi penelitian,

pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman studi dokumen, catatan

lapangan dan lain-lain, penulis sajikan dalam lampiran laporan penelitian ini.

E. Analisis Data Hasil Penelitian

Mengingat terdapat banyak pendapat berkaitan dengan teknik

pengumpulan dan pengolahan data kualitatif, dalam penelitian ini penulis

cenderung untuk melakukan pengolahan data hasil penelitian dengan

menggunakan alur sebagai berikut: Pengumpulan data, reduksi data, display

data, analisis data, kesimpulan sementara, triangulasi/pendalaman, dan

kesimpulan serta rekomendasi.

Pengolahan data penulis lakukan sejak penelitian dimulai. Sebagai

contoh, untuk memperoleh gambaran umum tentang topik yang akan penulis

teliti, penulis melakukan wawancara tidak terstruktur kepada seorang pejabat

di kantor Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto, yang memiliki peran

sangat penting dalam manajemen sumberdaya widyaiswara di tempat itu.

Wawancara tersebut penulis rekam dengan menggunakan alat perekam.

Setelah pulang ke rumah, rekaman hasil wawancara tersebut penulis putar

ulang, kemudian dicatat dalam catatan lapangan. Informasi-informasi yang

diperoleh kemudian penulis seleksi dan penulis hubung-hubungkan dengan

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagaimana telah penulis rencanakan

sebelumnya. Informasi-informasi yang penulis anggap berhubungan dengan

fokus penelitian penulis tandai dan penulis catat, sementara itu,

informasi-informasi yang menurut penulis tidak ada kaitannya, penulis buang.

Data yang penulis peroleh dari hasil wawancara awal tersebut

(33)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

selanjutnya dari berbagai sumber yang menurut penulis memiliki keterkaitan

dengan fokus penelitian dan memiliki kapabilitas sebagai sumber informasi,

misalnya kepada para widyaiswara. Sama halnya dengan kegiatan wawancara

pertama, terhadap data yang diperoleh melalui berbagai cara koleksi data dan

dari berbagai sumber tersebut kemudian dilakukan perlakukan seperti

pencatatan dalam catatan lapangan, display data dan reduksi data. Sementara

itu, untuk menjamin agar data yang diperoleh benar-benar valid dan realiabel,

selanjutnya penulis melakukan pendalaman terhadap data tersebut, misalnya

melalui wawancara lebih mendalam, member check, perpanjangan observasi

serta triangulasi.

Setelah penulis tidak memperoleh lagi keterangan baru sebagai

jawaban atas pertanyaan penelitian sebagaimana penulis ajukan dalam

proposal penelitian, berarti informasi yang penulis perlukan sudah mencapai

kondisi jenuh, dengan demikian penulis menganggap bahwa sebuah

kesimpulan sudah dapat dibuat sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian

tersebut.

Untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap data

yang diperoleh, penulis melakukan beberapa teknik sebagai berikut:

perpanjangan pengamatan, member chek dan triangulasi. Perpanjangan

pengamatan yang penulis lakukan adalah dengan melakukan kunjungan dan

observasi yang berkali-kali ke lapangan. Member check yang dilakukan

adalah dengan melakukan konfirmasi ulang terhadap data yang diperoleh

kepada para pemberi informasi sedangkan triangulasi dilakukan dengan cara

mengecek kebenarana data kepada berbagai sumber dengan berbagai cara dan

waktu (Satori dan Komariah, 2009:168-173). Apabila digambarkan dengan

diagram, langkah-langkah penelitian yang penulis lakukan pada dasarnya

(34)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. Analisis Data Penelitian

Berdasarkan gambar di atas, secara ringkas analisis terhadap data hasil

penelitian yang penulis lakukan meliputi langkah sebagai berikut:

1. Tahap memasuki lapangan dalam rangka mengumpulkan data, dalam hal

ini meliputi melakukan wawancara dengan informan, melakukan

observasi, melakukan studi dokumen dan lain-lain.

2. Tahap reduksi data, yaitu melakukan seleksi, pemilahan, penyederhanaan,

serta pemaknaan terhadap data yang diperoleh dari lapangan.

3. Tahap penyajian data, yaitu menyajikan informasi yang telah melalui

tahap reduksi. Pada tahap ini penulis membuat kesimpulan sementara.

4. Tahap penarikan kesimpulan/verifikasi, yaitu langkah menarik kesimpulan

setelah data dianalisis.

Sebagai gambaran ringkas tentang analisis data yang penulis lakukan

berikut ini penulis sajikan contoh skema analisis data untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang pertama, yaitu bagaimana kebutuhan terhadap

tenaga Widyaiswara direncanakan.

Data Collection

Conclusion Drawing/Verifying Data

Reduction

Data Display

(35)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Wawancara pertama:

b. Wawancara kedua:

Reduksi dan display data

Data dari sumber A (Ka.Bag. Tata Usaha)

Kesimpulan sementara I Data dari sumber B

(Kabid. Diklat)

Data dari sumber C (Widyaiswara)

Makna Makna Makna

Reduksi dan display data

Data dari sumber A (Ka.Bag. Tata Usaha)

Kesimpulan sementara II Data dari sumber B

(Kabid. Diklat)

Data dari sumber C (Widyaiswara)

(36)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Wawancara ketiga

d. Penarikan kesimpulan:

Skema di atas menunjukan bahwa penulis telah berupaya melakukan

tringulasi berupaupaya untuk mencari data darisumber yang berbeda.

Disamping itu, penulis juga telah berupaya melakukan pendalaman informasi,

yaitu dengan melakukan wawancara ulang terhadap sumner yang sama lebih

dari satu kali untuk pertanyaan yang sama.

Reduksi dan display data

Data dari sumber A (Ka.Bag. Tata Usaha)

Kesimpulan sementara III Data dari sumber B

(Kabid. Diklat)

Data dari sumber C (Widyaiswara)

Makna Makna Makna

Analisis

Kesimpulan sementara I

Kesimpulan sementara II

Kesimpulan sementara III

(37)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Melaluianalisis terhadap data tersebut dapat disimpulkan bahwa BBPK

Ciloto tidak memiliki perencanaan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya

terhadap Widyaiswara, karena pada umumnya Widyaiswara yang diangkat

adalah Widyaiswara yang melamar dan diseleksi secara insidental oleh

pimpinan tanpa ada sistem yang sudah tertata sebelumnya. Sementara

kewenangan untuk meng-SK-kan Widyaiswara tersebut ada pada kewenangan

Menteri Kesehatan.

Analisis terhadap data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang lain dilakukan dengan cara yang kurang lebih sama. Namun

demikian, metode koleksi data yang penulis lakukan tidak hanya terpaku pada

satumetode, yaitu wawancara, melainkan penulis juga melakukan observasi

serta studi dokumen.

Agar data yang diperoleh tidak tercecer dan agar pengelolaan data

tahap selanjutnya dapat lebih mudah, selama kegiatan pengumpulan data

penulis selalu berupaya menggunakan alat-alat bantu, baik berupa catatan, alat

perekam ataupun kamera.

F. Membuat Pembahasan, Kesimpulan dan Rekomendasi

Setelah data hasil penelitian diolah dan dilakukan pendalaman tentang

keabsahan terhadap data yang diperoleh (validitas, reliabilitas, objektifitas),

baik melalui wawancara lebih lanjut, perpanjangan observasi, member check,

maupun triangulasi, sebagaimana disajikan pada skema analisis data di atas,

maka tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat pembahasan, kesimpulan

dan rekomendasi.

Pembahasan penulis lakukan dengan mengait-kaitkan data hasil

penelitian dengan pertanyaan penelitian serta berbagai aspek pengetahuan

sesuai dengan pemahaman serta wawasan keilmuan yang penulis miliki.

Sedangkan kesimpulan dibuat setelah menurut hasil pengujian

terhadap tingkat kepercayaan data hasil penelitian (triangulasi, member check,

(38)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kebenaranannya. Kesimpulan yang dimaksud tiada lain merupakan ringkasan

atas jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dengan demikian

kesimpulan dari penelitian ini berkisar tentang bagaimana strategi

pengembangan karir widyaiswara yang dilakukan di BBPK Ciloto, yang pada

akhirnya dapat mendorong profesionalitas dan kehandalan para widyaiswara

yang ada pada lembaga tersebut.

Sementara itu, rekomendasi hasil penelitian yang penulis buat tiada

lain merupakan kristalisasi atas pembahasan dan kesimpulan yang telah

dibuat. Dengan demikian, rekomendasi yang penulis buat pada dasarnya

merupakan saran atau masukan kepada balai-balai pelatihan kesehatan tentang

bagaiamana seharusnya manajemensumberdaya widyaiswara dilakukan agar

widyaiswara-widyaiswara yang ada pada lembaga-lembaga tersebut dapat

(39)

Nurul Ramadhani Makarao, 2013

Manajemen Sumber Daya Widyaiswara Kesehatan (Studi Kasus Di BBPK Ciloto Kemenkes RI) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Sesuai dengan data hasil penelitian dan pembahasan terhadap data

hasil penelitian sebagaimana telah penulis paparkan, penulis dapat

menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto tidak membuat

perencanaan terhadap kebutuhan calon Widyaiswara, karena penentuan

kebutuhan terhadap calon Widyaiswara - baik terhadap jumlah maupun

kualifikasinya - ditentukan langsung oleh Kementrian Kesehatan. Adapun

prosedur rekrutmen terhadap calon Widyaiswara yang sekarang ini ada

baru berupa usulan terhadap kementrian. Dilihat dari sisi Manajemen

Pengembangan Sumberdaya Manusia tentu saja hal tersebut kurang

menguntungkan, karena semestinya perencanaan terhadap kebutuhan

tersebut dilakukan oleh BBPK Ciloto sendiri sebagai lembaga

penyelenggaran pendidikan dan pelatihan kesehatan, yang lebih

mengetahui terhadap kebutuhan-kebutuhannya, baik dalam hal jumlah

maupun kualifikasi dan kompetensi Widyaiswara tersebut.

2. Dilihat dari segi kesesuaian antara spesifikasi pekerjaan dan mata diklat

yang diampu dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh para

Widyaiswara di BBPK Ciloto, pada umumnya paraWidyaiswara tersebut

telah memenuhi kriteria sebagai Widyaiswara. Namun demikian, dengan

semakin beratnya tantangan kedepan, para Widyaiswara di BBPK Ciloto

dituntut untuk secara terus menerus melakukan pengembangan

profesinya, baik melalui pendidikan formal yang diikutinya, melalui

pelatihan-pelatihan ataupun melalui penelitian. Hal tersebut penulis

kemukakan sehubungan dilihat dari segi komposisi kepangkatan,

Widyaiswara pada lembaga tersebut masih belum berimbang, yaitu bahwa

jumlah Widyaiswara muda dan pertama masih sangat banyak bila

Gambar

Gambar Nurul Ramadhani Makarao, 2013
Gambar 3.1. Analisis Data Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tesis yang berjudul “PENINGKATAN PRODUKSI PADA RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN MENGGUNAKAN MULTILATERAL WELL PADA LAPANGAN X“, adalah syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik

Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang dinyatakan dengan bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang diafragma tegak dapat diketahui, sehingga bila dibidikkan ke

Dari seluruh kabupaten yang diamati, terdapat lima kelompok spesies yang ditanam di pekarangan dan ladang, yaitu tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan,

Pemboran sumur dengan menggunakan metode casing directional drilling membutuhkan retrievable drilling assembly yang digunakan: 1.) untuk memperoleh kembali

Perbandingan capaian kinerja BBPK Ciloto untuk sasaran strategis pelaksanaan pelatihan sumber daya manusia (SDM) kesehatan di BBPK Ciloto Tahun 2016 dengan Tahun 2015

Jumlah tenaga kesehatan yang mengikuti pelatihan teknis fungsional Pada Tahun 2015 BBPK Jakarta tidak menetapkan target untuk indikator utama jumlah tenaga kesehatan yang

Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja