DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Kependidikan Bidang Pendidikan Umum
Oleh:
MAULIA DEPRIYA KEMBARA NIM 0907826
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA B A N D U N G
Analisis Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Calon Guru Non IPA Terhadap Lingkungan Pada Kerangka Sains Sebagai Pendidikan Umum
Oleh
Maulia Depriya Kembara
S.Pd. IKIP Bandung, 1999 M.Pd. UPI Bandung 2005
Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pendidikan Umum
© Maulia Depriya Kembara 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
MAULIA DEPRIYA KEMBARA
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
disetujui dan disahkan oleh panitia disertasi:
Promotor :
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 198803 1 003
Ko–Promotor :
Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd. NIP. 19490713 197603 1 002
Anggota :
Burhanuddin Tola, Ph.D. NIP. 19510818 198112 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Umum
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
ABSTRAK
Penelitian tentang analisis kemampuan literasi sains dan sikap calon guru non IPA terhadap lingkungan dilakukan di sebuah LPTK Kota Bandung, pada konteks IPA sebagai pendidikan umum. Subyek penelitian adalah 333 orang calon guru yang berasal dari enam fakultas. Benchmarking dilakukan terhadap calon guru IPA (Program pendidikan biologi) di LPTK yang sama. Penelitian dilakukan pada matakuliah MKU PLSBT. Metode penelitian yang digunakan adalah Mixed
Method. Penelitian berlangsung selama 4 semester (tahun ajaran 2012-2014). Data
penelitian dikumpulkan melalui tes literasi sains, skala sikap ilmiah, kuesioner, makalah, kegiatan presentasi, wawancara, dan studi dokumen kurikulum. Analisis data dilakukan melalui statistik deskriptif dan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan capaian kemampuan literasi sains calon guru non IPA terhadap lingkungan sangat rendah (42,92%), baik dalam menggunakan bukti ilmiah (47,34%), mengidentifikasi isu/ permasalahan ilmiah (42,94%), juga menjelaskan fenomena secara ilmiah (38,48%). Hasil penelitian menemukan adanya keterkaitan antara latar belakang disiplin keilmuan dengan minat terhadap isu-isu lingkungan tertentu. Para calon guru non IPA cenderung melihat masalah lingkungan sebagai hubungan langsung sebab akibat tanpa bersedia memahami proses-proses IPA yang terjadi di dalamnya. Para calon guru tersebut juga cenderung menempatkan permasalahan dan tanggung jawab penyelamatan lingkungan di luar dirinya. Data hasil penelitian menemukan bahwa para calon guru non IPA memiliki kepekaan yang cenderung masih rendah terhadap aspek
sustainability. Kemampuan calon guru non IPA dalam menafsirkan, menganalisis,
serta meramalkan peristiwa lingkungan masih rendah.
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii ABSTRACT
A study about scientific literacy profile of student teachers had been conducted on general education context. Respondent were 333 student teachers from five faculties. Science education programme (biology education) involved as a benchmarking. Respondents were students on Technological Cultural Social and Environmental Education. The investigation was carrie out in General Education Department. The research used mixed method. Data were collected by: 1) test of scientific literacy; 2) students paper; 3) attitude scale; 4) questionnaire; 5) study of documents; and 6) interview. Analysis of data was conducted by descriptive statistics and qualitative analysis. Research identified that student teachers had low competency (42,92%) in scientific literacy. Using scientific evidence competency (47,34%) was higher than identifying scientific issues (42,94%) and explaining scientific phenomena (38,48%). Student teachers tend to comprehend science phenomena as a direct causal relationships, they didn’t want to learn processes inside. Student teachers tend to put environmental problems on the out side of them. There was relationship between student teachers’ background with their interest to the spesific issues. Student teachers had low sensitivity to sustainability issues. Student teachers had low competencies on interpreting, analyzing, and predicting environmental phenomena.
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 4
C.Batasan Masalah Penelitian ... 4
D.Tujuan Khusus dan Manfaat Penelitian ... 5
E. Urgensi Penelitian ... 6
BAB II SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM SERTA LITERASI SAINS PADA KERANGKA SCIENCE FOR ALL ... 8
A. Hakikat, Tujuan dan Urgensi Pendidikan Umum ... 8
B. Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) sebagai Implementasi Pendidikan Umum ... 11
C. Peran dan Kedudukan Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) sebagai MKDU ... 13
D. Sains sebagai Pendidikan Umum ... 16
E. Literasi Sains dan Urgensi Literasi Sains terhadap Lingkungan ... 18
F. Sikap dan Kedudukan Sikap dalam Sains ... 24
G. Peran LPTK dalam Menyiapkan Calon Guru pada Kerangka IPA sebagai Pendidikan Umum (Science For All) ... 32
BAB III METODE PENELITIAN... 34
A. Desain dan Langkah Penelitian... 34
B. Subyek Penelitian... 38
C. Instrumen Penelitian... 40
D. Analisis Data Penelitian... 43
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 45
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam Rangka Science for All ... 45
a. Literasi sains berdasarkan hasil tes ... 45
b. Kemampuan literasi sains berdasarkan makalah presentasi ... 50
2. Sikap Ilmiah Mahasiswa Calon Guru non IPA terhadap Pelestarian Lingkungan ... 53
a. Sikap ilmiah berdasarkan isu ilmiah... 53
b. Sikap ilmiah berdasarkan kompetensi ilmiah skala sikap ... 76
c. Sikap ilmiah berdasarkan kompetensi ilmiah makalah presentasi ... 86
3. Aspek-aspek yang Terkait dengan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah terhadap Pelestarian Lingkungan ... 90
B. Pembahasan... 103
1. Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa Calon Guru non IPA dalam Rangka Science for All ... 103
2. Sikap Ilmiah Calon Guru non IPA terhadap Lingkungan ... 110
3. Aspek-aspek yang Terkait dengan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap dalam Perkuliahan PLSBT ... 122
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 131
A. Simpulan ... 131
B. Implikasi ... 138
C. Rekomendasi ... 136
vii
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan hal
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan hal
Gambar 3.1. Desain Penelitian 40
Gambar 4.1. Grafik Rerata Capaian Literasi Sains ... 46
Gambar 4.2. Kemampuan Mengidentifikasi Isu/ Permasalahan Ilmiah ... 47
Gambar 4.3. Kemampuan Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah ... 47
Gambar 4.4. Kemampuan Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah ... 48
Gambar 4.13. Mengidentifikasi Isu/ Permasalahan Ilmiah ... 51
Gambar 4.14. Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah ... 52
Gambar 4.15. Kemampuan Menggunakan Bukti Ilmiah ... 53
Gambar 4.16. Ketertarikan calon guru terhadap cara air diuji mengenai kandungan bakterinya ... 54
Gambar 4.17. Ketertarikan calon guru mempelajari lebih jauh mengenai penjernihan air secara kimia ... 55
Gambar 4.18. Ketertarikan calon guru mempelajari penyakit-penyakit yang disebarkan lewat air ... 56
Gambar 4.19. Persetujuan untuk bertanya atas kelayakan air minum ... 56
Gambar 4.20. Sikap terhadap pemeriksanaan tingkat kontaminasi air di kota secara berkala ... 57
Gambar 4.21. Persetujuan tidak ada yang tinggal sekitar danau atau penampungan air minum ... 58
Gambar 4.22. Ketertarikan calon guru terhadap komposisi kimia dari pupuk pertanian ... 58
Gambar 4.23. Ketertarikan calon guru untuk memahami uap beracun yang dilepas ke atmosfir ... 59
Gambar 4.24. Ketertarikan calon guru untuk mempelajari penyakit pernapasan yang disebabkan uap kimia ... 60
Gambar 4.25. Sikap calon guru terhadap keharusan undang-undang yang mengatur emisi gas dari pabrik ... 61
Gambar 4.26. Ketertarikan calon guru terhadap industri yang membuang limbah berbahaya dengan aman ... 61
Gambar 4.27. Ketertarikan calon guru menghindari barang buatan pabrik yang membuang limbah berbahaya ke lingkungan ... 62
Gambar 4.28. Ketertarikan untuk mengetahui jumlah gas beracun yang dikeluarkan dari bahan bakar mobil ... 63
Gambar 4.29. Ketertarikan terhadap yang terjadi dalam saringan knalpot 64 Gambar 4.30. Ketertarikan pada kendaraan yang tidak mengeluarkan gas beracun ... 65
Gambar 4.31. Sikap terhadap penambahan saringan knalpot pada kendaraan ... 66
ix
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar Keterangan hal
Gambar 4.33. Sikap agar mobil tanpa sistem buang yang efekt if tidak
dikendarai ... 68
Gambar 4.34. Sikap terhadap pengembangan sumber energi yang tidak menimbulkan polusi ... 69
Gambar 4.35. Penolakan terhadap kemunculan kincir angin ... 70
Gambar 4.36. Sikap terhadap produksi listrik dari sumber yang dapat diperbaharui ... 71
Gambar 4.37. Padangan calon guru terhadap ketersediaan sumber air ... 72
Gambar 4.38. Pandangan calon guru terhadap produksi pupuk ... 73
Gambar 4.39. Padangan calon guru terhadap penggunaan saringan knalpot terhadap kualitas udara ... 74
Gambar 4.40. Pandangan calon guru terhadap pembangkit listrik tenaga angin ... 75
Gambar 4.41. Sikap ilmiah calon guru ... 76
Gambar 4.42. Menyetujui bahwa pertimbangan dan argumentasi ilmiah diperlukan dalam menjelaskan kejadian alam ... 77
Gambar 4.43. Mendukung penggunaan informasi faktual dan ekplanasi rasional dalam rangka menjelaskan permasalahan alam dan lingkungan ... 78
Gambar 4.44. Merasa butuh terhadap proses yang logis dan cermat dalam menarik kesimpulan ... 79
Gambar 4.45. Merasa mampu menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi dalam mengatasi masalah ekologis ... 80
Gambar 4.46. Memiliki rasa penasaran terhadap sains dan isu-isu ekologis hingga ingin mencoba atau mempelajarinya ... 81
Gambar 4.47. Menunjukkan keinginan memperoleh tambahan pengetahuan alam, kemampuan ilmiah, serta menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah ... 82
Gambar 4.48. Menunjukkan keinginan mencari informasi dan ketertarikan terus-menerus terhadap pengetahuan alam dan lingkungan ... 83
Gambar 4.49. Menunjukkan rasa tanggung jawab untuk memelihara ekosistem dan lingkungan ... 84
Gambar 4.50. Menunjukkan perhatian/ kepedulian terhadap konsekuensi aktivitas manusia terhadap ekosistem ... 85
Gambar 4.51. Menunjukkan keinginan mengambil bagian dalam aktivitas pemeliharaan lingkungan dan sumber daya alam ... 86
Gambar 4.52.. Dukungan terhadap kegiatan ilmiah ... 87
Gambar 4.53. Kepercayaan diri dalam memecahkan masalah sains ... 88
Gambar 4.54. Ketertarikan terhadap sains ... 89
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar Keterangan hal
Gambar 4.49. Dasar utama dalam memilih bahan/permasalahan yang
akan dipresentasikan ... 91 Gambar 4.50. Kesulitan dalam menyusun sendiri langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyelidiki suatu kejadian ... 92 Gambar 4.51. Kesulitan dalam menentukan sumber daya pendukung
(alat/ bahan/ instrumen) yang diperlukan untuk menyelidiki kejadian ... 93 Gambar 4.52. Peran perkuliahan PLSBT dalam menuntut penerapan
pengetahuan sains/IPA dalam situasi/kehidupan nyata
sehari-hari ... 94 Gambar 4.53. Kegiatan yang menerapkan pengetahuan sains/IPA ... 95 Gambar 4.54. Peran matakuliah PLSBT dalam mendorong melakukan
penyelidikan/ mengumpulkan data secara langsung
terhadap fenomena/ masalah ... 96 Gambar 4.55. Kegiatan yang lebih banyak dilakukan dalam mempelajari
suatu fenomena tertentu ... 97 Gambar 4.56. Kebiasaan dalam meramalkan (memprediksi) suatu
kejadian tentang fenomena alam ... 98 Gambar 4.57. Sumber utama dalam menyusun kesimpulan tentang
permasalahan tertentu ... 99 Gambar 4.58. Peran perkuliahan PLSBT dalam mengintegrasikan
pengetahuan sains/IPA, sosial, dan budaya dalam
mengenali masalah lingkungan ... 100 Gambar 4.59. Kesulitan dalam mengintegrasikan pengetahuan sains/IPA,
sosial, dan budaya dalam mengenali permasalahan di
lingkungan ... 101 Gambar 4.60. Pengetahuan/konsep-konsep dasar yang paling sukar
dikuasai untuk diterapkan dalam menganalisis masalah
lingkungan ... 102 Gambar 4.61. Sumber yang lebih banyak memberikan materi/
pengetahuan tentang IPA/sains ... 103 Gambar 4.62. Kecukupan informasi /pengetahuan dasar tentang IPA
untuk memecahkan masalah lingkungan ... 104 Gambar 4.63. Kecukupan matakuliah PLSBT dalam membekali calon
guru untuk lebih peduli terhadap masalah lingkungan ... 105 Gambar 4.64. Kontribusi matakuliah PLSBT dalam membentuk sikap
calon guru untuk ikut memelihara lingkungan ... 106 Gambar 4.65. Kemampuan mengidentifikasi masalah yang terjadi pada
lingkungan ... 107 Gambar 4.66. Kemampuan menjelaskan permasalahan lingkungan dengan
xi
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar Keterangan hal
masalah lingkungan ...
Gambar 4.68. Kemampuan memecahkan masalah sehari-hari tentang
lingkungan yang terjadi di sekitar tempat tinggal ... 110 Gambar 4.69. Peta Kemampuan Literasi Sains Calon Guru non IPA ... 112 Gambar 4.70. Keterkaitan antara kemampuan literasi sains dengan
latarbelakang calon guru ... 113 Gambar 4.71. Urgensi Peran Calon guru Mapel pada kontes IPA sebagai
Pendidikan Umum ... 115 Gambar 4.72. Aspek yang terkait dengan minat dan penguasaan terhadap
isue dan tema-tema lingkungan ... 118 Gambar 4.73. Keterkaitan antara minat dalam memahami proses IPA
dengan literasi sains calon guru ... 120 Gambar 4.74. Minat Calon Guru terhadap Isu-isu lingkungan ... 121 Gambar 4.75. Kecenderungan sudut pandang calon guru terhadap
permasalahan lingkungan ... 124 Gambar 4.76. Aspek terkait sikap terhadap lingkungan pada calon guru . 127 Gambar 4.77. Penggunaan sudut pandang calon guru dalam membahas
masalah lingkungan ... 128 Gambar 4.78. Peran matakuliah PLSBT dalam pengembangan sikap dan
literasi sains calon guru terhadap lingkungan ... 133 Gambar 4.79. Kesulitan yang dihadapi calon guru dalam
mengembangkan literasi sains terhadap lingkungan pada
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan hal
Lampiran 1 Dokumen Kurikulum 147
Lampiran 2 Instrumen Penelitian 186
Lampiran 3 Analisis Instrumen Penelitian 239
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan hidup dalam era globalisasi telah memberi dampak yang luas
terhadap tuntutan kompetensi bertahan hidup yang tinggi. Kemampuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup merupakan faktor penentu
keberhasilan hidup dalam dunia yang berubah cepat. Kemampuan dalam
mengidentifikasi dan memecahkan persoalan sehari-hari menjadi syarat penting
kelulushidupan warga negara. Keberhasilan manusia untuk bertahan hidup di
masa depan sangat ditentukan oleh daya dukung lingkungan serta kemampuan
dalam mengelola dan melestarikan lingkungan. Oleh sebab itu sejak akhir abad
ke-20 mulai terjadi pandangan baru tentang pendidikan sains. Pendidikan sains
mulai diarahkan untuk membekali kemampuan dasar sains untuk setiap warga
negara. Dengan demikian kedudukan pendidikan sains mulai mengalami
pergeseran menjadi pendidikan umum untuk menyiapkan warga negara yang lebih
produktif (Rutherford & Ahlgren, 1990).
Kemampuan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mengidentifikasi
masalah lingkungan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah
disebut dengan istilah scientific literacy (literasi sains). Pada konteks pendidikan
umum, literasi sains diperlukan dalam memahami persoalan-persoalan lingkungan
untuk mengambil keputusan yang tepat. Dengan demikian kemampuan hidup
warga negara dan kesanggupan berinteraksi secara baik dengan masalah-masalah
lingkungan sangat ditentukan oleh capaian literasi sainsnya (Organization for
Economic Co-Operation and Develompment/OECD, 2013). Sebagian negara,
misalnya China dan Korea Selatan bahkan telah memasukkan pengembangan
literasi sains sebagai salah satu sasaran dalam rencana jangka panjang pendidikan
nasional di negara tersebut.
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengidentifikasi pertanyaan, serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
dalam upaya memahami dan membuat keputusan yang tepat terkait dengan
perubahan alam melalui aktivitas manusia. Dengan demikian literasi sains bersifat
multidimensional. Literasi sains menuntut pemahaman peserta didik terhadap
karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, menuntut kesadaran atas keutuhan
sains dan teknologi dalam membangun lingkungan secara material, intelektual,
sosial dan budaya. Literasi sains menuntut kemampuan berpikir ilmiah yang
menjadi tuntutan bagi seluruh warga negara. Dalam hal ini setiap warga negara
perlu memiliki kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dan proses sains
dalam situasi nyata baik selaku individu, anggota masyarakat, serta warga dunia
(OECD, 2006).
Seseorang yang “melek’ terhadap sains memiliki kemampuan untuk menggunakan konsep sains, keterampilan proses sains, sikap ilmiah, serta
nilai-nilai sains dalam mengambil keputusan sehari-hari pada saat berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Seseorang yang “melek’ terhadap sains tersebut mampu memahami dengan baik interelasi antara sains, teknologi, dan masyarakat
pada konteks perkembangan dunia, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi
(National Teacher Association, 1971).
Pendidikan ditengarai menjadi sarana utama dalam membekali
kemampuan memecahkan masalah lingkungan. Namun pendidikan yang telah
dilaksanakan dewasa ini dianggap kurang memberi wawasan berpikir serta sikap
untuk memelihara lingkungan (Rutherford & Ahlgren, 1990; Rustaman, 2005).
Apalagi pandangan filosofi tentang hakikat sains sebagai sistem nilai diabaikan
dalam pembelajaran maka masalah pendidikan karakter (nilai dan moral) akan
menjadi semakin menyedihkan dan juga masalah lingkungan serta masalah
kemorosotan moral terjadi di masyarakat. Dengan demikian sikap dan
kemampuan literasi sains siswa di Indonesia ditemukan masih sangat rendah.
Menurut data yang dihimpun oleh OECD pada studi PISA (Programme
for International Student Assesment), Indonesia menempati urutan ke-38 dari 41
3
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia menempati posisi ketiga dari
bawah. Pada tahun 2003, Indonesia menempati ranking 38 dari 40 negara peserta
yang disurvey. Pada tahun 2006, Indonesia menempati urutan ke-50 dari 57
negara. Indonesia selanjutnya menempati posisi ke-57 dari 65 negara pada survey
tahun 2009. Sementara itu pada studi terakhir yang dilakukan pada tahun 2012,
Indonesia tetap menempati posisi yang sangat rendah yaitu ranking ke-63 dari 65
negara peserta. Pada level LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di
Indonesia, Widyariani (2014) meneliti tentang pengaruh strategi pembelajaran
science Technology literacy berbasis lingkungan terhadap literasi sains calon guru
Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian literasi sains calon
guru sebelum diberikan perlakuan pembelajaran sangat rendah. Hasil penelitian
menunjukkan kemampuan calon guru dalam mengidentifikasi pertanyaan
penelitian ditemukan sangat rendah (3%). Demikian hal nya dengan kemampuan
calon guru dalam menjelaskan fenomena ilmiah yang ditemukan juga sangat
rendah (30%).
Rendahnya kemampuan literasi sains dan sikap warga negara telah
berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan di Indonesia (Primack el
al., 1998). Eksploitasi terhadap kekayaan alam terus dilakukan tanpa
memperhitungkan daya dukung lingkungan (The Conservation on Biological
Diversity/ CBD, 2001). Sebanyak 600 jenis tumbuhan diketahui telah punah pada
abad ke 17. Luas hutan di Indonesia berkurang lebih dari satu juta hektar per
tahun (Soemarwoto & Colfer, 2003). Dalam hal ini aktivitas manusia telah
meningkatkan kepunahan jenis tumbuhan tersebut sebanyak seribu kali lipatnya
(Primack el al., 1998: 5). Oleh sebab itu sebagaimana direkomendasikan oleh
NSTA (1998), lembaga pendidik calon guru (LPTK) perlu mempersiapkan para
calon guru untuk mendidik warga negara agar dapat melestarikan lingkungan
melalui penanaman sikap dan kemampuan sains yang baik.
Pada konteks science for all, tanggung jawab untuk mempersiapkan warga
negara yang melek sains perlu dilakukan secara komprehensif dan lintas disiplin
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
setiap warga negara (Rutherford & Ahlgren, 1990). Hal tersebut hanya
dimungkinkan apabila para calon guru telah disiapkan untuk memahami literasi
sains dengan baik sehingga mampu menginternalisasi nilai-nilai dan sikap
kepedulian terhadap masalah lingkungan. Para calon guru yang melek sains
diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang
sarat dengan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan. Dengan demikian
diharapkan setiap peserta didik dapat menjadi warga negara yang peduli terhadap
lingkungan.
Dalam upaya mempersiapkan para calon guru yang “literate’ terhadap sains, perlu digali terlebih dahulu profil kemampuan literasi sains dan sikap para
calon guru tersebut terhadap lingkungan. Dalam hal ini perlu dilakukan
penelusuran terkait aspek-aspek terkait yang membentuk kemampuan literasi
sains dan sikap mereka terhadap lingkungan. Kesesuaian pengalaman belajar dan
kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam mempersiapkan para calon guru yang “melek” sains perlu dikaji. Pada konteks sains sebagai pendidikan umum, maka penelitian difokuskan pada Matakuliah
Dasar Umum (MKDU) yang relevan. Matakuliah Dasar Umum (MKDU) dalam
hal ini antara lain bertujuan untuk menghasilkan warga negara atau lulusan
perguruan tinggi yang mempunyai; 1) Wawasan yang komprehensif dalam
menyikapi permasalahan kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan,
serta pertahanan dan keamanan; 2) Memiliki wawasan budaya yang luas terkait
kehidupan dalam bermasyarakat dan mampu berperan serta untuk meningkatkan
kualitas dirinya dan lingkungannya, serta secara bersama-sama berperan dalam
pelestarian lingkungan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
LPTK dalam mengembangkan strategi penyiapan calon guru yang efektif yang
mendukung penuh upaya menyiapkan seluruh warga negara yang “literate”
terhadap sains serta peduli lingkungan.
5
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka masalah
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah kemampuan
literasi sains dan sikap calon guru non IPA terhadap lingkungan dalam
kerangka science for all?”
Rumusan masalah di atas diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan
penelitian yaitu:
1. Bagaimanakah kemampuan literasi sains calon guru non IPA dalam kerangka
science for all?;
2. Bagaimanakah sikap calon guru non IPA terhadap lingkungan?;
3. Aspek apa sajakah yang terkait dengan kemampuan literasi sains dan sikap
mereka terhadap lingkungan pada perkuliahan Pendidikan Lingkungan Sosial
Budaya dan Teknologi (PLSBT)?;
4. Rekomendasi apakah yang dapat diberikan kepada matakuliah PLSBT dan
matakuliah MKDU lainnya untuk membekali kemampuan literasi sains dan
sikap calon guru dalam kerangka science for all?
C. Batasan Masalah Penelitian
1. Sikap dan kemampuan literasi sains dalam rangka science for all mengacu
pada framework PISA (Programme for International Student Assesment)
tahun 2009.
Kemampuan literasi sains meliputi kemampuan dalam: 1) mengidentifikasi
issue atau permasalahan ilmiah; 2) menjelaskan fenomena secara ilmiah; 3)
menggunakan bukti-bukti ilmiah.
Sementara itu sikap terhadap sains meliputi: 1) dukungan terhadap kegiatan
ilmiah; 2) kepercayaan diri dalam memecahkan masalah sains; 3)
ketertarikan terhadap sains; 4) motivasi untuk bertanggung jawab terhadap
masalah-masalah ilmiah seperti lingkungan, teknologi dan sumber daya alam.
2. Penelitian dilakukan pada matakuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya
dan Teknologi (PLSBT) sebagai Matakuliah Dasar Umum (MKDU) yang
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Untuk memposisikan sains pada kerangka science for all, penelitian
difokuskan pada para calon guru non IPA peserta perkuliahan PLSBT.
4. Benchmarking data dilakukan terhadap mahasiswa calon guru IPA (yang
diwakili oleh calon guru Pendidikan Biologi). Calon guru program studi
(prodi) tersebut dipilih atas dasar pertimbangan merupakan prodi yang dalam
kurikulumnya paling banyak mempelajari tentang ilmu lingkungan.
D. Tujuan Khusus dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memetakan serta menganalisis
kemampuan literasi sains mahasiswa terhadap pelestarian lingkungan.
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1) Menggali kemampuan literasi sains calon guru dalam kerangka science for all
sehingga sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat dalam membekali
mereka untuk mempersiapkan warga negara berkualitas.
2) Menggali sikap dan kepedulian para calon guru terhadap masalah-masalah
lingkungan.
3) Menganalisis aspek-aspek yang terkait dengan kemampuan dan sikap calon
guru non IPA terhadap lingkungan.
4) Memperoleh rekomendasi bagi pengembangan kurikulum untuk perkuliahan
PLSBT dan matakuliah MKDU yang relevan dalam rangka science for all.
E. Urgensi Penelitian
Literasi sains dan sikap terhadap lingkungan memegang peranan penting bagi
kelulushidupan warga negara Indonesia di masa depan. Warga negara yang “melek” terhadap sains memiliki kemampuan untuk mengelola lingkungan dengan baik. Pengelolaan dan pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab
seluruh warga negara.
Lingkungan di wilayah Indonesia telah mengalami penurunan kualitas yang
7
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Conservation on Biological Diversity/ CBD, 2001). Banyak jenis hewan dan
tumbuhan yang terancam punah akibat eksploitasi berlebihan terhadap
lingkungan. Dalam hal ini kegiatan manusia dapat meningkatkan kepunahan
seribu kali lipat (Primack et al., 1998:5). Penebangan hutan liar serta berlebihan
juga telah mengurangi luas area konservasi air yang dibutuhkan untuk mendukung
kehidupan warga negara. Pencemaran tanah, udara, dan air oleh aktivitas manusia
telah merusak sebagian besar lingkungan serta mengancam kelangsungan hidup
warga negara di masa depan.
Kerusakan lingkungan di Indonesia disebabkan oleh kemampuan dan
sikap masyarakat dalam mengelola lingkungan yang masih sangat rendah
(Soemarwoto & Colfer, 2003). Kemampuan masyarakat dalam memecahkan
masalah lingkungan juga masih kurang. Hasil studi internasional PISA
(Puspendik, 2008; http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/1/60/34002216.pdf)
menunjukkan bukti tentang kemampuan literasi sains yang sangat rendah dari
siswa di Indonesia. Keadaan tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat para
siswa tersebut merupakan calon generasi penerus yang akan mengelola
lingkungan di masa datang. Dengan demikian kompetensi guru di sekolah
menjadi penentu keberhasilan dalam mengembangkan sikap dan literasi sains
siswa terhadap lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, LPTK perlu menyiapkan
para calon guru yang kompeten. Akan tetapi menurut (Rutherford & Ahlgren,
1990; Rustaman, 2005) pendidikan yang telah dilaksanakan di sekolah dewasa ini
kurang memberikan wawasan dan sikap untuk memelihara lingkungan. Dengan
demikian kemampuan para guru dalam mempersiapkan generasi mendatang yang
mampu memelihara lingkungan masih perlu ditingkatkan.
Agenda 21 Indonesia (1997) mengemukakan bahwa penanaman sikap
yang baik terhadap lingkungan dan pengembangan kemampuan memecahkan
masalah lingkungan salah satunya merupakan tugas guru di sekolah. Sekolah
merupakan sarana mempersiapkan warga masyarakat yang memiliki kepedulian
dan kompetensi yang baik dalam memecahkan masalah pelestarian lingkungan.
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ahlgren (1990) sains perlu ditempatkan sebagai pendidikan umum bagi seluruh
warga negara.
Menurut National Science Teacher Association/NSTA (1998) untuk
mempersiapkan guru yang berkualitas perlu dimulai pada jenjang pendidikan guru
(pre-service level) di LPTK. Upaya mempersiapkan warga masyarakat yang
berkualitas di sekolah perlu dimulai dengan mempersiapkan para calon guru yang
memiliki sikap dan kemampuan literasi sains yang baik terhadap lingkungan.
Pada konteks science for all, upaya tersebut perlu dilakukan secara komprehensif
pada pendidikan guru yang lintas disiplin ilmu. Dengan demikian diharapkan para
calon guru tersebut dapat turut mewujudkan pendidikan sains sebagai pendidikan
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35 BAB III.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah mixed method dengan mengacu
pada Cresswell (1994). Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dominan dan kualitatif kurang dominan yang keduanya dilakukan secara
bersamaan. Penelitian kuantitatif dilakukan melalui metode survey yaitu
mengidentifikasi dan mendeskripsikan karakteristik subyek penelitian dalam
kondisi alamiah apa adanya. Dalam penelitian ini metode kualitatif digunakan
untuk mendukung dan/atau menjelaskan hasil kuantitatif. Menurut Cresswell
(1994) manfaat dari pendekatan ini adalah untuk memberi gambaran yang
konsisten serta mengumpulkan informasi pada fokus yang terbatas secara rinci
pada aspek penelitian tertentu. Peneliti dalam hal ini menggunakan beragam
sumber dan metode dalam pengumpulan data. Dengan demikian penelitian ini
menghasilkan data numerik dan data naratif dalam menjelaskan jawaban
pertanyaan penelitian.
A. Desain dan Langkah Penelitian
Prosedur penelitian terdiri atas persiapan penelitian, pelaksanaan
penelitian, pengolahan data serta analisis data penelitian. Desain penelitian
dikemukakan selengkapnya pada Gambar 3.1. Berikut ini akan diuraikan tentang
prosedur penelitian yang dilakukan.
1. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a. Melakukan kajian pustaka terkait sains for all (IPA sebagai pendidikan
umum), literasi sains, sikap ilmiah, dan masalah-masalah lingkungan
untuk mengkaji permasalahan dan keterkaitan antar variabel penelitian.
b. Melakukan studi dokumen kurikulum LPTK tempat penelitian. Studi
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selanjutnya dipersempit pada matakuliah PLSBT yang dipilih sebagai
lingkup matakuliah yang diteliti. Kajian kurikulum juga dilakukan
terhadap 10 Program Studi yang akan dijadikan sebagai sasaaran subyek
penelitian.
c. Menyusun proposal penelitian disertasi dan melaksanakan seminar
proposal, dilanjutkan dengan revisi proposal berdasarkan masukan para
penguji serta di bawah arahan pembimbing disertasi.
d. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan hasil kajian pustaka dan
telaah kurikulum.
e. Melakukan judgement terhadap kualitas instrumen. Upaya judgement
instrumen tersebut dilakukan untuk memperoleh validitas logis
instrumen, yang meliputi validitas konstruksi (construction validity) dan
validitas isi (content validity).
f. Memilih butir soal tes standar literasi sains PISA (Program for
International Assessment) yang akan digunakan untuk menguji literasi
sains calon guru. Butir soal tes dalam hal ini dipilih yang terkait dengan
masalah lingkungan dan upaya pelestarian lingkungan yang menjadi
konten penelitian.
g. Menguji coba instrumen yang dikembangkan oleh peneliti secara
empiris.
Ujicoba terhadap kuesioner dilakukan untuk menguji keterbacaan oleh
target subyek penelitian. Ujicoba rubrik dilakukan melalui pemakaian
rubrik selama satu semester dalam perkuliahan. Hal ini dimaksudkan
untuk menguji feasibilitas dan validitas rubrik. Sementara itu ujicoba
terhadap butir skala sikap dilakukan dengan mengacu kepada Edwards
(1957).
h. Mempelajari silabus dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Matakuliah
MKU PLSBT. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar pengambilan
data dapat berlangsung dalam kondisi alamiah perkuliahan, yaitu kondisi
37
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
baik karena peneliti terlibat sebagai observer-partisipatif yang bertindak
sebagai dosen yang mengampu perkuliahan.
i. Mempelajari strategi, metode, dan model perkuliahan PLSBT pada
kondisi alamiah perkuliahan dilaksanakan.
Hal ini dilakukan dengan cara peneliti melakukan pembiasaan mengajar
terlebih dahulu. Untuk memastikan agar peneliti dapat melaksanakan
dengan baik perkuliahan PLSBT sesuai dengan visi dan misi kurikulum
perkuliahan, peneliti sebelumnya telah melakukan magang untuk
mengajar selama empat sementer (2 tahun) sejak tahun 2010-2012.
Kegiatan magang tersebut berada di bawah bimbingan koordinator
perkuliahan dan pendampingan dari dosen utama program studi.
2. Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a. Melaksanakan perkuliahan PLSBT selama satu semester di program studi
yang menjadi target penelitian.
Pengambilan data berlangsung selama dua tahun, mulai tahun ajaran
2012/2013 hingga 2013/2014 di sembilan prgram studi non IPA. Selama
satu semester, calon guru tersebut mengerjakan tugas menyusunan
makalah berdasarkan hasil penyelidikan. Selama perkuliahan, para calon
guru mempresentasikan dan mendiskusikan tugas tersebut di dalam kelas.
Dosen dalam hal ini menjadi fasilitator perkuliahan yang memberikan
arahan, penguatan, dan pembimbingan dalam proses pembelajaran.
Peneliti mengobservasi seluruh aktivitas presentasi dan diskusi.
Temuan-temuan penting dalam kegiatan presentasi dan diskusi tersebut dalam
catatan lapangan.
b. Mengkonfirmasi temuan-temuan yang diperoleh melalui observasi
presentasi dan diskusi.
Peneliti dalam hal ini melakukan konfirmasi terhadap temuan atau data
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan untuk memperoleh kepastian temuan, kejelasan informasi, dan
dapat memahami latar belakang temuan. Konfirmasi dilakukan melalui
wawancara non formal dengan para calon guru atau focus group
disscussion (diskusi dalam kelompok).
c. Menilai literasi sains dan sikap ilmiah calon guru non IPA berdasarkan
makalah presentasi dan kegiatan diskusi.
d. Menguji kemampuan literasi sains calon guru non IPA-selaku subyek
penelitian terhadap lingkungan dengan menggunakan tes standar literasi
sains PISA. Dalam hal ini sikap ilmiah calon guru non IPA tersebut juga
diuji menggunakan skala sikap ilmiah. Kemampuan literasi sains dan
sikap ilmiah ini diujikan di akhir semester setelah para calon guru
tersebut selesai mengikuti program perkuliahan PLSBT. Sebagai
pembanding untuk analisis data, tes literasi sains dan skala sikap ilmiah
diujikan kepada calon guru bidang IPA. Hal ini perlu dilakukan untuk
dapat menarik kesimpulan terhadap temuan literasi sains dan sikap ilmiah
pada calon guru non IPA secara lebih bermakna.
e. Membagikan kuesioner perkuliahan MKU dan PLSBT
Sejumlah pertanyaan pada kuesioner dikerjakan oleh calon guru di akhir
program perkuliahan. Kuesioner tersebut ditujukan untuk menggali
tanggapan calon guru non IPA tentang perkuliahan MKU, khususnya
PLSBT pada konteks science for all. Selain dari itu, kuesioner tersebut
juga digunakan untuk menggali latar belakang kemampuan literasi sains
dan sikap ilmiah calon guru non IPA. Sebagai pembanding untuk analisis
data, kuesioner tersebut juga diberikan dan dikerjakan oleh calon guru
bidang IPA. Hal ini perlu dilakukan untuk dapat menarik kesimpulan
terhadap temuan pada calon guru non IPA secara lebih bermakna.
f. Melaksanakan interviu atau wawancara untuk melengkapi data penelitian
dan mengkonfirmasi hasil.
Wawancara dilakukan terhadap perwakilan calon guru untuk
39
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
demikian latar belakang temuan yang diperoleh dapat diketahui dengan
jelas. Selain dari itu, peneliti dapat memastikan hubungan antar temuan
yang pada awalnya masih meragukan.
3. Pengolahan data dan analisis data penelitian
a. Mengolah data hasil penelitian.
Pengolahan data dilakukan baik secara kuantitatif (data hasil tes, skala
sikap, dan kuesioner), maupun secara kualitatif (hasil observasi
perkuliahan dan wawancara/interviu).
b. Menganalisis data dan menarik kesimpulan.
Temuan-temuan penelitian diperoleh dengan menganalisis data yang telah
dioleh. Dalam hal ini analisis dilakukan secara komprehensif/lintas data
sehingga temuan—temuan penelitian dapat didukung oleh lebih dari
sumber data. Selain dari itu, analisis lintas data ini juga digunakan dalam
membahas penyebab atau latar belakang suatu temuan dengan
menggunakan temuan pada sumber data lainnya.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Subyek penelitian adalah
mahasiswa peserta Matakuliah Umum (MKU) yaitu matakuliah Pendidikan
Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) tahun ajaran 2012/2013 serta
2013/2014. Penentuan subyek penelitian didasarkan pada pertimbangan atas
urgensi kedudukan Program Studi Non IPA tertentu pada konteks science for all.
Berikut ini akan diuraikan subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini.
Berdasarkan Tabel 3.1 sebanyak 323 mahasiswa yang berasal dari
sembilan program studi terlibat dalam penelitian ini. Pengambilan data terhadap
subyek penelitian berlangsung selama dua tahun ajaran. Untuk lebih menjamin
kebermaknaan dalam analisis data, benchmarking dilakukan terhadap calon guru
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IPA tersebut digunakan untuk keperluan analisis perbandingan literasi sains dan
sikap calon guru.
Tabel 3.1. Subyek Penelitian
Fakultas No Program Studi
Jumlah
2 Ilmu Pendidikan Agama Islam
4 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa calon guru biologi merupakan
calon guru yang paling banyak mempelajari tentang masalah lingkungan. Hasil
telaah terhadap kurikulum calon guru biologi pada tingkat program studi,
diperoleh data bahwa calon guru tersebut memperoleh banyak materi terkait
lingkungan dan masalah pelestarian lingkungan sebagai Matakuliah Keahlian
41
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Phanerogamae, Ekologi Umum, Ekologi hewan, Ekologi Tumbuhan,
Bioteknologi, dan Ekotoksikologi. Dengan demikian, calon guru biologi tersebut
dipandang paling tepat untuk digunakan sebagai ideal. Sementara itu untuk calon
guru program studi pendidikan ilmu komputer, meskipun secara administratif
masuk ke dalam FPMIPA, namun berdasarkan bidang kelimuan dan struktur
kurikulum tidak dapat dikategorikan sebagai calon guru IPA.
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tes Kemampuan Literasi Sains
Tes kemampuan literasi sains menggunakan perangkat tes standar literasi
sains PISA (Program for International Assessment). Butir soal tersebut
merupakan tes standar internasional yang telah dikembangkan oleh OECD
(Organisation for Economic Co-operation and Development) pada studi PISA
tahun 2000, 2006, 2009 dan 2012. Butir soal tes dalam hal ini dipilih yang
terkait dengan masalah lingkungan dan upaya pelestarian lingkungan yang
menjadi konten penelitian. Butir soal tersebut telah dialihbahasakan dan diuji
ulang oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik), Kementrian Pendidikan
Nasional. Dengan demikian, baik validitas, reliabilitas, daya pembeda soal,
maupun tingkat kesukaran butir soal tersebut telah memenuhi standar soal tes
yang berkualitas menurut standar internasional. Namun meskipun demikian,
perangkat soal tersebut kemudian diujicobakan kembali sesuai dengan
khalayak sasaran subyek penelitian. Ujicoba dilakukan terhadap 100 orang
calon guru non IPA di lingkungan LPTK tempat penelitian. Analisis butir
soal dilakukan terhadap validitas butir soal, daya pembeda, tingkat kesukaran,
dan realiablilitas soal. Analisis tersebut dilakukan dengan mengacu pada
Mehrens dan Lehmann (1973). Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh
item yang digunakan berada pada kisaran kategori valid, dengan reliabilitas
0,647 (kategori sedang). Berdasarkan tingkat kesukaran soalnya, soal berada
pada kategori sukar (60 %) dan sedang (40%). Daya pembeda soal ditemukan
90 % berada pada kategori baik dan 10 % berada pada kategori cukup.
2. Skala Sikap Ilmiah
Skala sikap ilmiah digunakan untuk menguji kemampuan terkait dukungan
terhadap kegiatan ilmiah, kepercayaan diri dalam memecahkan masalah sains,
ketertarikan terhadap sains, motivasi untuk bertanggung jawab terhadap
masalah-masalah ilmiah seperti lingkungan, teknologi, dan sumber daya
43
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Butir soal skala sikap yang dikembangkan oleh peneliti diujicoba dan
dianalisis dengan mengacu kepada Edwards (1957). Analisis butir skala sikap
dilakukan untuk menguji kesahihan bobot skor tiap alternatif jawaban,
menganalisis validitas skala sikap, reliabilitas skala sikap, serta daya
pembeda skala sikap tersebut. Langkah selanjutnya adalah menyeleksi butir
pertanyaan yang baik. Secara garis besar, penentuan kualitas butir skala sikap
secara empiris dilakukan melalui langkah sebagai berikut.
a. Memeriksa ketepatan skala setiap pernyataan melalui analisis normalitas
penyebaran frekuensi. Langkah tersebut dilakukan dengan cara
menganalisis normalitas penyebaran frekuensi untuk kontinuum skala
tersebut.
b. Menguji daya pembeda (Uji Diskriminasi) butir skala sikap. Langkah ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pernyataan tersebut dapat
membedakan responden yang memiliki sikap positif dan responden yang
memiliki sikap negatif. Langkah ini dilakukan dengan pengujian
menggunakan Uji t dengan rumus sebagai berikut.
� =
� −�√ 2
�+ 2 �
(Edwards, 1957)
c. Memeriksa validitas setiap butir skala sikap
Menyeleksi validitas butir skala sikap melalui pemeriksaan terhadap
keterpaduan setiap pernyataan dalam seluruh perangkat skala sikap yang
diujikan. Taha ini menggunakan uji signifikansi korelasional.
d. Memeriksa reliabilitas butir skala sikap. Reliabilitas setiap butir skala
sikap tersebut diuji dengan menggunakan metode spilit-half
Hasil pengujian terhadap ketepatan skala, validitas, reliabilitas, dan daya
pembeda setiap butir skala sikap disajikan secara lengkap disajikan pada
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ujicoba dilakukan terhadap 100 orang calon guru non IPA di lingkungan
LPTK tempat penelitian. Item pertanyaan skala sikap yang diujikan adalah 70
item. Berdasarkan hasil ujicoba tersebut digunakan 57 item yang
teridentifikasi memiliki kualitas yang baik. Seluruh item yang digunakan
memiliki ketepatan skala yang baik, berada pada kisaran kategori valid,
dengan reliabilitas pada kategori baik. Setiap item yang digunakan telah diuji
memiliki daya diskriminasi yang baik (data terlampir).
3. Kuesioner
Kuesioner ditujukan untuk menggali tanggapan calon guru non IPA tentang
perkuliahan MKU, khususnya PLSBT pada konteks science for all. Selain
dari itu, kuesioner tersebut juga digunakan untuk menggali latar belakang
kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah calon guru non IPA. Kuesioner
tersebut diberikan kepada calon guru non IPA pada akhir program
perkuliahan.
4. Rubrik kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah
Rubrik kinerja digunakan untuk menilai kemampuan literasi sains dan sikap
ilmiah calon guru pada makalah presentasi. Rubrik tersebut mengukur
kemampuan literasi sains pada aspek kemampuan mengidentifikasi
isu/masalah ilmiah, menjelaskan makalah ilmiah, serta menggunakan
bukti-bukti ilmiah. Sementara itu untuk sikap ilmiah, rubrik tersebut mengukur
kemampuan calon guru terkait dukungan terhadap kegiatan ilmiah,
kepercayaan diri dalam memecahkan masalah sains, ketertarikan terhadap
sains, motivasi untuk bertanggung jawab terhadap masalah-masalah ilmiah
seperti lingkungan, teknologi, dan sumber daya alam.
D. Analisis Data Penelitian
Analisis data dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisis
45
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kuesioner. Skor kemampuan literasi sains dianalisis atas dasar prosentase capaian
dari capaian kemampuan tertinggi (100%). Kemampuan literasi sains berdasarkan
capaian hasil tes tersebut diinterpretasikan dengan mengacu pada Purwanto
(1994) yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.2. kategori kemampuan literasi sains
Persen Capaian Kategori Kemampuan
<= 54% Kurang Sekali
55%-59% Kurang
60-75% Cukup
76-85% Baik
86%-100% Baik sekali
Skor skala sikap diinterpretasikan secara kuantitatif dan dalam kategori.
Kategorisasi untuk skala sikap diinterpretasikan sebagai berikut.
Tabel 3.2. kategori skala sikap
Persen Capaian Kategori Sikap
<= 2,19 Kurang Sekali
2,20-2,39 Kurang
2,40-3,03 Cukup
3,44-4,00 Baik
Kuesioner calon guru dianalisis dalam bentuk prosentase pilihan jawaban.
baik hasil tes, skala sikap, maupun kuesioner disajikan dalam bentuk statistika
deskriptif yaitu tabel dan grafik. Sementara itu analisis data secara kualitatif
dilakukan terhadap kurikulum perkuliahan, hasil wawancara, observasi dalam
presentasi dan diskusi kelas.
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif (statistik deskriptif) dan analisis
kualitatif diperoleh pola-pola kecenderungan yang diangkat sebagai temuan hasil
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat dianalisis secara utuh. Berdasarkan temuan-temuan tersebut selanjutnya
z46 BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Temuan dan pembahasan akan menguraikan beberapa aspek yang menjadi
fokus pada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Aspek-aspek yang akan
dibahas tersebut meliputi: 1) kemampuan literasi sains calon guru non IPA dalam
kerangka science for all; 2) sikap calon guru non IPA terhadap masalah
lingkungan; 3) aspek yang terkait dengan kemampuan literasi sains dan sikap
ilmiah calon guru terhadap masalah lingkungan; 4) implikasi terhadap
kemampuan literasi sains dan sikap calon guru non IPA dalam kerangka science
for all.
Pada pembahasan akan dilakukan benchmarking terhadap capaian literasi
sains dan sikap ilmiah calon guru bidang IPA agar dapat diperoleh hasil analisis
yang lebih komprehensif dan bermakna pada penelitian ini.
A. TEMUAN
1. Kemampuan Literasi Sains Calon Guru non IPA dalam Rangka Science
for All
a. Literasi sains berdasarkan hasil tes
Pada bagian ini akan diuraikan kemampuan literasi sains calon guru non
IPA berdasarkan dua hal yang meliputi kemampuan literasi berdasarkan indikator
literasi sains serta kemampuan literasi berdasarkan tema masalah lingkungan yang
diangkat. Untuk memudahkan penafsiran capaian kemampuan literasi sains calon
guru, data capaian literasi sains dalam hal ini disajikan pada skala 0 – 100, dalam
bentuk prosen capaian penguasaan.
1) Kemampuan literasi sains berdasarkan indikator literasi sains
Berdasarkan Gambar 4.1., hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata
capaian literasi sains calon guru non IPA terhadap masalah lingkungan berada
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39,41% (Pendidikan Bahasa Indonesia) hingga tertinggi 49,36% (Ilmu Pendidikan
Agama Islam). Apabila mengacu pada Arikunto (2012), rerata capaian tersebut
berada pada kategori kurang sekali (<54%). Sebagai benchmarking capaian
literasi sains calon guru bidang IPA (Bio) adalah 63,00% yaitu berada pada
kategori cukup.
Gambar 4.1. Grafik Rerata Capaian Literasi Sains Calon Guru
Hasil analisis terhadap kemampuan mengidentifikasi isu/ permasalahan
ilmiah menunjukkan hasil yang serupa dengan rerata capaian kemampuan
keseluruhan. Rerata capaian calon guru non IPA terhadap kompetensi tersebut
adalah 42,94% (kurang sekali). Berdasarkan Gambar 4.2. capaian kemampuan
tersebut berkisar antara 38,33% (Pendidikan Bahasa Indonesia) hingga 49,40%
(Ilmu Pendidikan Agama Islam). Benchmarking terhadap capaian kemampuan
mengidentifikasi isu/ permasalahan ilmiah pada calon guru bidang IPA (Bio)
adalah 60,68%. Berdasarkan hasil capaian tersebut, kemampuan mengidentifikasi
isu/ permasalahan ilmiah pada calon guru non IPA berada pada kategori kurang
sekali (<54%). Sementara itu kemampuan calon guru bidang IPA (Bio) sebagai
pembanding berada pada kategori cukup.
48
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.2. Kemampuan Mengidentifikasi Isu/ Permasalahan Ilmiah
Gambar 4.3. menunjukkan kemampuan calon guru dalam menjelaskan
fenomena secara ilmiah. Rerata capaian kompetensi calon guru non IPA terkait
hal tersebut adalah 38,48% (kurang sekali). Berdasarkan gambar tersebut tampak
bahwa kemampuan mahasiswa secara umum sangat rendah. Capaian terendah
adalah 33,68% (Pendidikan Bahasa Indonesia). Sementara itu capaian tertinggi
adalah calon guru Pendidikan Ilmu Komputer (45,72%). Benchmarking terhadap
kemampuan tersebut menunjukkan capaian yang kurang yaitu 58,95%.
Berdasarkan Arikunto (2012) capaian kemampuan pada rentang 55-59 % berada
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.3. Kemampuan Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah
Rerata capaian kemampuan menggunakan bukti-bukti ilmiah pada calon
guru non IPA adalah 47,34% (kurang sekali). Kemampuan menggunakan
bukti-bukti ilmiah menunjukkan capaian pada kategori cukup yaitu 60,33% (pada calon
guru Ilmu Pendidikan Agama Islam). Sementara itu capaian kemampuan tersebut
untuk calon guru bidang lainnya berada pada kategori kurang (Pendidikan Ilmu
Komputer, Pendidikan Seni Musik), sedangkan yang lainnya (calon guru Ilmu
Pedagogik, Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan,
Pendidikan Sosiologi dan Pendidikan Tata Boga) berada pada kategori sangat
kurang (<54%). Benchmarking terhadap capaian kemampuan menggunakan
bukti-bukti ilmiah pada calon guru bidang IPA (Bio) menunjukkan hasil capaian
69,37% yaitu berada pada kategori cukup. Hasil capaian tersebut dideskripsikan
pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Kemampuan Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah
2) Kemampuan literasi sains berdasarkan tema masalah lingkungan
Analisis dilakukan terhadap kemampuan literasi calon guru non IPA
terhadap masalah lingkungan berdasarkan tema (kasus) yang diangkat pada pokok
50
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
uji. Hasil analisis tersebut disajikan secara lengkap pada Tabel 4.1. Berdasarkan
data tersebut, dapat diurutkan capaian literasi calon guru non IPA berdasarkan
tema, mulai dari literasi tertinggi hingga literasi terendah. Rerata literasi calon
guru non IPA tersebut dapat diurutkan sebegai berikut: layak minum (70,09%,
cukup); pembangkit listrik tenaga angin (52,49%, kurang sekali); rumah kaca
(51,83%, kurang sekali); hujan asam (46,50%, kurang sekali); tabir surya
(32,32%, kurang sekali); resiko kesehatan (30,55%, kurang sekali); tanaman
budidaya hasil rekayasa genetika (27,81%, kurang sekali); dan saringan knalpot
(18,37%, kurang sekali). Berdasarkan temuan tersebut dapat dikemukakan bahwa
secara umum pada berbagai tema literasi calon guru non IPA berada pada kategori
sangat rendah. Hanya tema air layak minum yang dikuasai dengan lebih baik oleh
calon guru tersebut. Apabila dibandingkan dengan literasi sains calon guru bidang
IPA (Bio), hanya pada tema-tema tertentu (rumah kaca, tanaman hasil budidaya
rekayasa genetika, dan saringan knalpot) yang capaian literasinya berada pada
kategori yang sama dengan calon guru non IPA (kurang sekali). Sementara untuk
tema lainnya, calon guru bidang IPA tersebut menunjukkan literasi pada kategori
baik dan cukup.
Berdasarkan data hasil penelitian ditemukan bahwa literasi sains calon
guru pendidikan agama islam, pada tema rumah kaca berada pada kategori cukup
(64,50%), bahkan lebih tinggi dibandingkan literasi calon guru bidang IPA (Bio)
sebagai benchmarking pada tema tersebut. Calon guru pendidikan Tata boga
ditemukan memiliki literasi paling baik pada tema air layak minum dengan rerata
capaian sebesar 78,06% (kategori baik), hampir sama dengan calon guru bidang
IPA (Bio). Tema saringan knalpot menunjukkan kecenderungan literasi yang jauh
lebih rendah pada hampir setiap program studi calon guru non IPA.
Tabel 4.1. Persentasi Capaian Pertema per Jurusan
NO TEMA
PERSEN CAPAIAN
IPA PD PBI PIK PAI PKN PSM PSO PTB
CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV 1 RUMAH KACA 54,73% KS 52,25% KS 45,54% KS 54,17% KS 64,50% C 50,39% KS 43,75% KS 52,25% KS 51,79% KS
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO TEMA
PBI = Pendidikan Bahasa Indonesia PIK = Pendidikan Ilmu Komputer PAI = Ilmu Pendidikan Agama Islam PKN = Pendidikan Kewarganegaraan PSM = Pendidikan Seni Musik PSO = Pendidikan Sosiologi PTB = Pendidikan Tata Boga
b. Kemampuan literasi sains berdasarkan makalah presentasi
Analisis dilakukan terhadap kompetensi literasi sains calon guru non IPA
terhadap lingkungan berdasarkan makalah presentasi yang disusun selama
kegiatan perkuliahan. Dalam hal ini analisis dilakukan terhadap tiga kompetensi
literasi sains yaitu: (1) Kemampuan mengidentifikasi isu/ permasalahan ilmiah;
(2) Kemampuan menjelaskan fenomena secara ilmiah; (3) Kemampuan
menggunakan bukti ilmiah. Data disajikan pada interval skala 0 – 4 sebagaimana
penskoran yang digunakan pada rubrik penilaian non tes. Penyusunan makalah
serta kegiatan presentasi dilakukan sepanjang program perkuliahan satu semester.
Dengan demikian peneliti terlibat penuh dalam pengambilan data selama satu
52
Maulia Depriya Kembara, 2015
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk memastikan agar seluruh data dapat diperoleh secara lengkap dan
akuntabel, peneliti bertindak langsung sebagai dosen pengampu perkuliahan. Hal
tersebut menjadi berimplikasi terhadap data benchmarking. Khusus untuk data ini
benchmarking terhadap calon guru bidang IPA (Bio) pada makalah presentasi
tersebut tidak dapat dilakukan karena peneliti tidak mengampu perkuliahan pada
program studi calon guru tersebut.
Gambar 4.5. Mengidentifikasi Isu/ Permasalahan Ilmiah
Gambar 4.5. menunjukkan kemampuan calon guru dalam mengidentifikasi
isu/ permasalahan ilmiah berdasarkan makalah presentasi yang disusun. Rerata
capaian calon guru non IPA pada kompetensi tersebut adalah 2,10 (kurang sekali).
Berdasarkan data tersebut capaian tertinggi ditunjukkan oleh calon guru Ilmu
Pedagogik (2,94) yaitu pada kategori cukup. Sementara itu capaian terendah
ditunjukkan oleh calon guru Pendidikan Tata Boga (1,66) yang berada pada
kategori kurang sekali. Capaian kemampuan untuk kategori sangat kurang juga
ditunjukkan oleh calon guru Program Ilmu Komputer, Pendidikan
Kewarganegaraan, Pendidikan Seni Musik, serta Pendidikan Bahasa Indonesia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum rerata kemampuan
calon guru non IPA dalam mengidentifikasi isu/ permasalahan ilmiah berdasarkan
makalah presentasi berada pada kategori sangat rendah.