• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Kependidikan Bidang Pendidikan Umum

Oleh:

MAULIA DEPRIYA KEMBARA NIM 0907826

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA B A N D U N G

(2)

Analisis Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Calon Guru Non IPA Terhadap Lingkungan Pada Kerangka Sains Sebagai Pendidikan Umum

Oleh

Maulia Depriya Kembara

S.Pd. IKIP Bandung, 1999 M.Pd. UPI Bandung 2005

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pendidikan Umum

© Maulia Depriya Kembara 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

MAULIA DEPRIYA KEMBARA

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

disetujui dan disahkan oleh panitia disertasi:

Promotor :

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 198803 1 003

Ko–Promotor :

Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd. NIP. 19490713 197603 1 002

Anggota :

Burhanuddin Tola, Ph.D. NIP. 19510818 198112 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Umum

(4)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i

ABSTRAK

Penelitian tentang analisis kemampuan literasi sains dan sikap calon guru non IPA terhadap lingkungan dilakukan di sebuah LPTK Kota Bandung, pada konteks IPA sebagai pendidikan umum. Subyek penelitian adalah 333 orang calon guru yang berasal dari enam fakultas. Benchmarking dilakukan terhadap calon guru IPA (Program pendidikan biologi) di LPTK yang sama. Penelitian dilakukan pada matakuliah MKU PLSBT. Metode penelitian yang digunakan adalah Mixed

Method. Penelitian berlangsung selama 4 semester (tahun ajaran 2012-2014). Data

penelitian dikumpulkan melalui tes literasi sains, skala sikap ilmiah, kuesioner, makalah, kegiatan presentasi, wawancara, dan studi dokumen kurikulum. Analisis data dilakukan melalui statistik deskriptif dan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan capaian kemampuan literasi sains calon guru non IPA terhadap lingkungan sangat rendah (42,92%), baik dalam menggunakan bukti ilmiah (47,34%), mengidentifikasi isu/ permasalahan ilmiah (42,94%), juga menjelaskan fenomena secara ilmiah (38,48%). Hasil penelitian menemukan adanya keterkaitan antara latar belakang disiplin keilmuan dengan minat terhadap isu-isu lingkungan tertentu. Para calon guru non IPA cenderung melihat masalah lingkungan sebagai hubungan langsung sebab akibat tanpa bersedia memahami proses-proses IPA yang terjadi di dalamnya. Para calon guru tersebut juga cenderung menempatkan permasalahan dan tanggung jawab penyelamatan lingkungan di luar dirinya. Data hasil penelitian menemukan bahwa para calon guru non IPA memiliki kepekaan yang cenderung masih rendah terhadap aspek

sustainability. Kemampuan calon guru non IPA dalam menafsirkan, menganalisis,

serta meramalkan peristiwa lingkungan masih rendah.

(5)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii ABSTRACT

A study about scientific literacy profile of student teachers had been conducted on general education context. Respondent were 333 student teachers from five faculties. Science education programme (biology education) involved as a benchmarking. Respondents were students on Technological Cultural Social and Environmental Education. The investigation was carrie out in General Education Department. The research used mixed method. Data were collected by: 1) test of scientific literacy; 2) students paper; 3) attitude scale; 4) questionnaire; 5) study of documents; and 6) interview. Analysis of data was conducted by descriptive statistics and qualitative analysis. Research identified that student teachers had low competency (42,92%) in scientific literacy. Using scientific evidence competency (47,34%) was higher than identifying scientific issues (42,94%) and explaining scientific phenomena (38,48%). Student teachers tend to comprehend science phenomena as a direct causal relationships, they didn’t want to learn processes inside. Student teachers tend to put environmental problems on the out side of them. There was relationship between student teachers’ background with their interest to the spesific issues. Student teachers had low sensitivity to sustainability issues. Student teachers had low competencies on interpreting, analyzing, and predicting environmental phenomena.

(6)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

C.Batasan Masalah Penelitian ... 4

D.Tujuan Khusus dan Manfaat Penelitian ... 5

E. Urgensi Penelitian ... 6

BAB II SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM SERTA LITERASI SAINS PADA KERANGKA SCIENCE FOR ALL ... 8

A. Hakikat, Tujuan dan Urgensi Pendidikan Umum ... 8

B. Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) sebagai Implementasi Pendidikan Umum ... 11

C. Peran dan Kedudukan Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) sebagai MKDU ... 13

D. Sains sebagai Pendidikan Umum ... 16

E. Literasi Sains dan Urgensi Literasi Sains terhadap Lingkungan ... 18

F. Sikap dan Kedudukan Sikap dalam Sains ... 24

G. Peran LPTK dalam Menyiapkan Calon Guru pada Kerangka IPA sebagai Pendidikan Umum (Science For All) ... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Desain dan Langkah Penelitian... 34

B. Subyek Penelitian... 38

C. Instrumen Penelitian... 40

D. Analisis Data Penelitian... 43

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 45

(7)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam Rangka Science for All ... 45

a. Literasi sains berdasarkan hasil tes ... 45

b. Kemampuan literasi sains berdasarkan makalah presentasi ... 50

2. Sikap Ilmiah Mahasiswa Calon Guru non IPA terhadap Pelestarian Lingkungan ... 53

a. Sikap ilmiah berdasarkan isu ilmiah... 53

b. Sikap ilmiah berdasarkan kompetensi ilmiah skala sikap ... 76

c. Sikap ilmiah berdasarkan kompetensi ilmiah makalah presentasi ... 86

3. Aspek-aspek yang Terkait dengan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah terhadap Pelestarian Lingkungan ... 90

B. Pembahasan... 103

1. Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa Calon Guru non IPA dalam Rangka Science for All ... 103

2. Sikap Ilmiah Calon Guru non IPA terhadap Lingkungan ... 110

3. Aspek-aspek yang Terkait dengan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap dalam Perkuliahan PLSBT ... 122

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 131

A. Simpulan ... 131

B. Implikasi ... 138

C. Rekomendasi ... 136

(8)

vii

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan hal

(9)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan hal

Gambar 3.1. Desain Penelitian 40

Gambar 4.1. Grafik Rerata Capaian Literasi Sains ... 46

Gambar 4.2. Kemampuan Mengidentifikasi Isu/ Permasalahan Ilmiah ... 47

Gambar 4.3. Kemampuan Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah ... 47

Gambar 4.4. Kemampuan Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah ... 48

Gambar 4.13. Mengidentifikasi Isu/ Permasalahan Ilmiah ... 51

Gambar 4.14. Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah ... 52

Gambar 4.15. Kemampuan Menggunakan Bukti Ilmiah ... 53

Gambar 4.16. Ketertarikan calon guru terhadap cara air diuji mengenai kandungan bakterinya ... 54

Gambar 4.17. Ketertarikan calon guru mempelajari lebih jauh mengenai penjernihan air secara kimia ... 55

Gambar 4.18. Ketertarikan calon guru mempelajari penyakit-penyakit yang disebarkan lewat air ... 56

Gambar 4.19. Persetujuan untuk bertanya atas kelayakan air minum ... 56

Gambar 4.20. Sikap terhadap pemeriksanaan tingkat kontaminasi air di kota secara berkala ... 57

Gambar 4.21. Persetujuan tidak ada yang tinggal sekitar danau atau penampungan air minum ... 58

Gambar 4.22. Ketertarikan calon guru terhadap komposisi kimia dari pupuk pertanian ... 58

Gambar 4.23. Ketertarikan calon guru untuk memahami uap beracun yang dilepas ke atmosfir ... 59

Gambar 4.24. Ketertarikan calon guru untuk mempelajari penyakit pernapasan yang disebabkan uap kimia ... 60

Gambar 4.25. Sikap calon guru terhadap keharusan undang-undang yang mengatur emisi gas dari pabrik ... 61

Gambar 4.26. Ketertarikan calon guru terhadap industri yang membuang limbah berbahaya dengan aman ... 61

Gambar 4.27. Ketertarikan calon guru menghindari barang buatan pabrik yang membuang limbah berbahaya ke lingkungan ... 62

Gambar 4.28. Ketertarikan untuk mengetahui jumlah gas beracun yang dikeluarkan dari bahan bakar mobil ... 63

Gambar 4.29. Ketertarikan terhadap yang terjadi dalam saringan knalpot 64 Gambar 4.30. Ketertarikan pada kendaraan yang tidak mengeluarkan gas beracun ... 65

Gambar 4.31. Sikap terhadap penambahan saringan knalpot pada kendaraan ... 66

(10)

ix

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Keterangan hal

Gambar 4.33. Sikap agar mobil tanpa sistem buang yang efekt if tidak

dikendarai ... 68

Gambar 4.34. Sikap terhadap pengembangan sumber energi yang tidak menimbulkan polusi ... 69

Gambar 4.35. Penolakan terhadap kemunculan kincir angin ... 70

Gambar 4.36. Sikap terhadap produksi listrik dari sumber yang dapat diperbaharui ... 71

Gambar 4.37. Padangan calon guru terhadap ketersediaan sumber air ... 72

Gambar 4.38. Pandangan calon guru terhadap produksi pupuk ... 73

Gambar 4.39. Padangan calon guru terhadap penggunaan saringan knalpot terhadap kualitas udara ... 74

Gambar 4.40. Pandangan calon guru terhadap pembangkit listrik tenaga angin ... 75

Gambar 4.41. Sikap ilmiah calon guru ... 76

Gambar 4.42. Menyetujui bahwa pertimbangan dan argumentasi ilmiah diperlukan dalam menjelaskan kejadian alam ... 77

Gambar 4.43. Mendukung penggunaan informasi faktual dan ekplanasi rasional dalam rangka menjelaskan permasalahan alam dan lingkungan ... 78

Gambar 4.44. Merasa butuh terhadap proses yang logis dan cermat dalam menarik kesimpulan ... 79

Gambar 4.45. Merasa mampu menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi dalam mengatasi masalah ekologis ... 80

Gambar 4.46. Memiliki rasa penasaran terhadap sains dan isu-isu ekologis hingga ingin mencoba atau mempelajarinya ... 81

Gambar 4.47. Menunjukkan keinginan memperoleh tambahan pengetahuan alam, kemampuan ilmiah, serta menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah ... 82

Gambar 4.48. Menunjukkan keinginan mencari informasi dan ketertarikan terus-menerus terhadap pengetahuan alam dan lingkungan ... 83

Gambar 4.49. Menunjukkan rasa tanggung jawab untuk memelihara ekosistem dan lingkungan ... 84

Gambar 4.50. Menunjukkan perhatian/ kepedulian terhadap konsekuensi aktivitas manusia terhadap ekosistem ... 85

Gambar 4.51. Menunjukkan keinginan mengambil bagian dalam aktivitas pemeliharaan lingkungan dan sumber daya alam ... 86

Gambar 4.52.. Dukungan terhadap kegiatan ilmiah ... 87

Gambar 4.53. Kepercayaan diri dalam memecahkan masalah sains ... 88

Gambar 4.54. Ketertarikan terhadap sains ... 89

(11)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Keterangan hal

Gambar 4.49. Dasar utama dalam memilih bahan/permasalahan yang

akan dipresentasikan ... 91 Gambar 4.50. Kesulitan dalam menyusun sendiri langkah-langkah yang

diperlukan untuk menyelidiki suatu kejadian ... 92 Gambar 4.51. Kesulitan dalam menentukan sumber daya pendukung

(alat/ bahan/ instrumen) yang diperlukan untuk menyelidiki kejadian ... 93 Gambar 4.52. Peran perkuliahan PLSBT dalam menuntut penerapan

pengetahuan sains/IPA dalam situasi/kehidupan nyata

sehari-hari ... 94 Gambar 4.53. Kegiatan yang menerapkan pengetahuan sains/IPA ... 95 Gambar 4.54. Peran matakuliah PLSBT dalam mendorong melakukan

penyelidikan/ mengumpulkan data secara langsung

terhadap fenomena/ masalah ... 96 Gambar 4.55. Kegiatan yang lebih banyak dilakukan dalam mempelajari

suatu fenomena tertentu ... 97 Gambar 4.56. Kebiasaan dalam meramalkan (memprediksi) suatu

kejadian tentang fenomena alam ... 98 Gambar 4.57. Sumber utama dalam menyusun kesimpulan tentang

permasalahan tertentu ... 99 Gambar 4.58. Peran perkuliahan PLSBT dalam mengintegrasikan

pengetahuan sains/IPA, sosial, dan budaya dalam

mengenali masalah lingkungan ... 100 Gambar 4.59. Kesulitan dalam mengintegrasikan pengetahuan sains/IPA,

sosial, dan budaya dalam mengenali permasalahan di

lingkungan ... 101 Gambar 4.60. Pengetahuan/konsep-konsep dasar yang paling sukar

dikuasai untuk diterapkan dalam menganalisis masalah

lingkungan ... 102 Gambar 4.61. Sumber yang lebih banyak memberikan materi/

pengetahuan tentang IPA/sains ... 103 Gambar 4.62. Kecukupan informasi /pengetahuan dasar tentang IPA

untuk memecahkan masalah lingkungan ... 104 Gambar 4.63. Kecukupan matakuliah PLSBT dalam membekali calon

guru untuk lebih peduli terhadap masalah lingkungan ... 105 Gambar 4.64. Kontribusi matakuliah PLSBT dalam membentuk sikap

calon guru untuk ikut memelihara lingkungan ... 106 Gambar 4.65. Kemampuan mengidentifikasi masalah yang terjadi pada

lingkungan ... 107 Gambar 4.66. Kemampuan menjelaskan permasalahan lingkungan dengan

(12)

xi

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Keterangan hal

masalah lingkungan ...

Gambar 4.68. Kemampuan memecahkan masalah sehari-hari tentang

lingkungan yang terjadi di sekitar tempat tinggal ... 110 Gambar 4.69. Peta Kemampuan Literasi Sains Calon Guru non IPA ... 112 Gambar 4.70. Keterkaitan antara kemampuan literasi sains dengan

latarbelakang calon guru ... 113 Gambar 4.71. Urgensi Peran Calon guru Mapel pada kontes IPA sebagai

Pendidikan Umum ... 115 Gambar 4.72. Aspek yang terkait dengan minat dan penguasaan terhadap

isue dan tema-tema lingkungan ... 118 Gambar 4.73. Keterkaitan antara minat dalam memahami proses IPA

dengan literasi sains calon guru ... 120 Gambar 4.74. Minat Calon Guru terhadap Isu-isu lingkungan ... 121 Gambar 4.75. Kecenderungan sudut pandang calon guru terhadap

permasalahan lingkungan ... 124 Gambar 4.76. Aspek terkait sikap terhadap lingkungan pada calon guru . 127 Gambar 4.77. Penggunaan sudut pandang calon guru dalam membahas

masalah lingkungan ... 128 Gambar 4.78. Peran matakuliah PLSBT dalam pengembangan sikap dan

literasi sains calon guru terhadap lingkungan ... 133 Gambar 4.79. Kesulitan yang dihadapi calon guru dalam

mengembangkan literasi sains terhadap lingkungan pada

(13)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan hal

Lampiran 1 Dokumen Kurikulum 147

Lampiran 2 Instrumen Penelitian 186

Lampiran 3 Analisis Instrumen Penelitian 239

(14)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan hidup dalam era globalisasi telah memberi dampak yang luas

terhadap tuntutan kompetensi bertahan hidup yang tinggi. Kemampuan

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup merupakan faktor penentu

keberhasilan hidup dalam dunia yang berubah cepat. Kemampuan dalam

mengidentifikasi dan memecahkan persoalan sehari-hari menjadi syarat penting

kelulushidupan warga negara. Keberhasilan manusia untuk bertahan hidup di

masa depan sangat ditentukan oleh daya dukung lingkungan serta kemampuan

dalam mengelola dan melestarikan lingkungan. Oleh sebab itu sejak akhir abad

ke-20 mulai terjadi pandangan baru tentang pendidikan sains. Pendidikan sains

mulai diarahkan untuk membekali kemampuan dasar sains untuk setiap warga

negara. Dengan demikian kedudukan pendidikan sains mulai mengalami

pergeseran menjadi pendidikan umum untuk menyiapkan warga negara yang lebih

produktif (Rutherford & Ahlgren, 1990).

Kemampuan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mengidentifikasi

masalah lingkungan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah

disebut dengan istilah scientific literacy (literasi sains). Pada konteks pendidikan

umum, literasi sains diperlukan dalam memahami persoalan-persoalan lingkungan

untuk mengambil keputusan yang tepat. Dengan demikian kemampuan hidup

warga negara dan kesanggupan berinteraksi secara baik dengan masalah-masalah

lingkungan sangat ditentukan oleh capaian literasi sainsnya (Organization for

Economic Co-Operation and Develompment/OECD, 2013). Sebagian negara,

misalnya China dan Korea Selatan bahkan telah memasukkan pengembangan

literasi sains sebagai salah satu sasaran dalam rencana jangka panjang pendidikan

nasional di negara tersebut.

(15)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengidentifikasi pertanyaan, serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti

dalam upaya memahami dan membuat keputusan yang tepat terkait dengan

perubahan alam melalui aktivitas manusia. Dengan demikian literasi sains bersifat

multidimensional. Literasi sains menuntut pemahaman peserta didik terhadap

karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, menuntut kesadaran atas keutuhan

sains dan teknologi dalam membangun lingkungan secara material, intelektual,

sosial dan budaya. Literasi sains menuntut kemampuan berpikir ilmiah yang

menjadi tuntutan bagi seluruh warga negara. Dalam hal ini setiap warga negara

perlu memiliki kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dan proses sains

dalam situasi nyata baik selaku individu, anggota masyarakat, serta warga dunia

(OECD, 2006).

Seseorang yang “melek’ terhadap sains memiliki kemampuan untuk menggunakan konsep sains, keterampilan proses sains, sikap ilmiah, serta

nilai-nilai sains dalam mengambil keputusan sehari-hari pada saat berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Seseorang yang “melek’ terhadap sains tersebut mampu memahami dengan baik interelasi antara sains, teknologi, dan masyarakat

pada konteks perkembangan dunia, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi

(National Teacher Association, 1971).

Pendidikan ditengarai menjadi sarana utama dalam membekali

kemampuan memecahkan masalah lingkungan. Namun pendidikan yang telah

dilaksanakan dewasa ini dianggap kurang memberi wawasan berpikir serta sikap

untuk memelihara lingkungan (Rutherford & Ahlgren, 1990; Rustaman, 2005).

Apalagi pandangan filosofi tentang hakikat sains sebagai sistem nilai diabaikan

dalam pembelajaran maka masalah pendidikan karakter (nilai dan moral) akan

menjadi semakin menyedihkan dan juga masalah lingkungan serta masalah

kemorosotan moral terjadi di masyarakat. Dengan demikian sikap dan

kemampuan literasi sains siswa di Indonesia ditemukan masih sangat rendah.

Menurut data yang dihimpun oleh OECD pada studi PISA (Programme

for International Student Assesment), Indonesia menempati urutan ke-38 dari 41

(16)

3

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia menempati posisi ketiga dari

bawah. Pada tahun 2003, Indonesia menempati ranking 38 dari 40 negara peserta

yang disurvey. Pada tahun 2006, Indonesia menempati urutan ke-50 dari 57

negara. Indonesia selanjutnya menempati posisi ke-57 dari 65 negara pada survey

tahun 2009. Sementara itu pada studi terakhir yang dilakukan pada tahun 2012,

Indonesia tetap menempati posisi yang sangat rendah yaitu ranking ke-63 dari 65

negara peserta. Pada level LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di

Indonesia, Widyariani (2014) meneliti tentang pengaruh strategi pembelajaran

science Technology literacy berbasis lingkungan terhadap literasi sains calon guru

Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian literasi sains calon

guru sebelum diberikan perlakuan pembelajaran sangat rendah. Hasil penelitian

menunjukkan kemampuan calon guru dalam mengidentifikasi pertanyaan

penelitian ditemukan sangat rendah (3%). Demikian hal nya dengan kemampuan

calon guru dalam menjelaskan fenomena ilmiah yang ditemukan juga sangat

rendah (30%).

Rendahnya kemampuan literasi sains dan sikap warga negara telah

berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan di Indonesia (Primack el

al., 1998). Eksploitasi terhadap kekayaan alam terus dilakukan tanpa

memperhitungkan daya dukung lingkungan (The Conservation on Biological

Diversity/ CBD, 2001). Sebanyak 600 jenis tumbuhan diketahui telah punah pada

abad ke 17. Luas hutan di Indonesia berkurang lebih dari satu juta hektar per

tahun (Soemarwoto & Colfer, 2003). Dalam hal ini aktivitas manusia telah

meningkatkan kepunahan jenis tumbuhan tersebut sebanyak seribu kali lipatnya

(Primack el al., 1998: 5). Oleh sebab itu sebagaimana direkomendasikan oleh

NSTA (1998), lembaga pendidik calon guru (LPTK) perlu mempersiapkan para

calon guru untuk mendidik warga negara agar dapat melestarikan lingkungan

melalui penanaman sikap dan kemampuan sains yang baik.

Pada konteks science for all, tanggung jawab untuk mempersiapkan warga

negara yang melek sains perlu dilakukan secara komprehensif dan lintas disiplin

(17)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setiap warga negara (Rutherford & Ahlgren, 1990). Hal tersebut hanya

dimungkinkan apabila para calon guru telah disiapkan untuk memahami literasi

sains dengan baik sehingga mampu menginternalisasi nilai-nilai dan sikap

kepedulian terhadap masalah lingkungan. Para calon guru yang melek sains

diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang

sarat dengan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan. Dengan demikian

diharapkan setiap peserta didik dapat menjadi warga negara yang peduli terhadap

lingkungan.

Dalam upaya mempersiapkan para calon guru yang “literate’ terhadap sains, perlu digali terlebih dahulu profil kemampuan literasi sains dan sikap para

calon guru tersebut terhadap lingkungan. Dalam hal ini perlu dilakukan

penelusuran terkait aspek-aspek terkait yang membentuk kemampuan literasi

sains dan sikap mereka terhadap lingkungan. Kesesuaian pengalaman belajar dan

kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam mempersiapkan para calon guru yang “melek” sains perlu dikaji. Pada konteks sains sebagai pendidikan umum, maka penelitian difokuskan pada Matakuliah

Dasar Umum (MKDU) yang relevan. Matakuliah Dasar Umum (MKDU) dalam

hal ini antara lain bertujuan untuk menghasilkan warga negara atau lulusan

perguruan tinggi yang mempunyai; 1) Wawasan yang komprehensif dalam

menyikapi permasalahan kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan,

serta pertahanan dan keamanan; 2) Memiliki wawasan budaya yang luas terkait

kehidupan dalam bermasyarakat dan mampu berperan serta untuk meningkatkan

kualitas dirinya dan lingkungannya, serta secara bersama-sama berperan dalam

pelestarian lingkungan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi

LPTK dalam mengembangkan strategi penyiapan calon guru yang efektif yang

mendukung penuh upaya menyiapkan seluruh warga negara yang “literate

terhadap sains serta peduli lingkungan.

(18)

5

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah kemampuan

literasi sains dan sikap calon guru non IPA terhadap lingkungan dalam

kerangka science for all?”

Rumusan masalah di atas diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan

penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah kemampuan literasi sains calon guru non IPA dalam kerangka

science for all?;

2. Bagaimanakah sikap calon guru non IPA terhadap lingkungan?;

3. Aspek apa sajakah yang terkait dengan kemampuan literasi sains dan sikap

mereka terhadap lingkungan pada perkuliahan Pendidikan Lingkungan Sosial

Budaya dan Teknologi (PLSBT)?;

4. Rekomendasi apakah yang dapat diberikan kepada matakuliah PLSBT dan

matakuliah MKDU lainnya untuk membekali kemampuan literasi sains dan

sikap calon guru dalam kerangka science for all?

C. Batasan Masalah Penelitian

1. Sikap dan kemampuan literasi sains dalam rangka science for all mengacu

pada framework PISA (Programme for International Student Assesment)

tahun 2009.

Kemampuan literasi sains meliputi kemampuan dalam: 1) mengidentifikasi

issue atau permasalahan ilmiah; 2) menjelaskan fenomena secara ilmiah; 3)

menggunakan bukti-bukti ilmiah.

Sementara itu sikap terhadap sains meliputi: 1) dukungan terhadap kegiatan

ilmiah; 2) kepercayaan diri dalam memecahkan masalah sains; 3)

ketertarikan terhadap sains; 4) motivasi untuk bertanggung jawab terhadap

masalah-masalah ilmiah seperti lingkungan, teknologi dan sumber daya alam.

2. Penelitian dilakukan pada matakuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya

dan Teknologi (PLSBT) sebagai Matakuliah Dasar Umum (MKDU) yang

(19)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Untuk memposisikan sains pada kerangka science for all, penelitian

difokuskan pada para calon guru non IPA peserta perkuliahan PLSBT.

4. Benchmarking data dilakukan terhadap mahasiswa calon guru IPA (yang

diwakili oleh calon guru Pendidikan Biologi). Calon guru program studi

(prodi) tersebut dipilih atas dasar pertimbangan merupakan prodi yang dalam

kurikulumnya paling banyak mempelajari tentang ilmu lingkungan.

D. Tujuan Khusus dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memetakan serta menganalisis

kemampuan literasi sains mahasiswa terhadap pelestarian lingkungan.

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Menggali kemampuan literasi sains calon guru dalam kerangka science for all

sehingga sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat dalam membekali

mereka untuk mempersiapkan warga negara berkualitas.

2) Menggali sikap dan kepedulian para calon guru terhadap masalah-masalah

lingkungan.

3) Menganalisis aspek-aspek yang terkait dengan kemampuan dan sikap calon

guru non IPA terhadap lingkungan.

4) Memperoleh rekomendasi bagi pengembangan kurikulum untuk perkuliahan

PLSBT dan matakuliah MKDU yang relevan dalam rangka science for all.

E. Urgensi Penelitian

Literasi sains dan sikap terhadap lingkungan memegang peranan penting bagi

kelulushidupan warga negara Indonesia di masa depan. Warga negara yang “melek” terhadap sains memiliki kemampuan untuk mengelola lingkungan dengan baik. Pengelolaan dan pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab

seluruh warga negara.

Lingkungan di wilayah Indonesia telah mengalami penurunan kualitas yang

(20)

7

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Conservation on Biological Diversity/ CBD, 2001). Banyak jenis hewan dan

tumbuhan yang terancam punah akibat eksploitasi berlebihan terhadap

lingkungan. Dalam hal ini kegiatan manusia dapat meningkatkan kepunahan

seribu kali lipat (Primack et al., 1998:5). Penebangan hutan liar serta berlebihan

juga telah mengurangi luas area konservasi air yang dibutuhkan untuk mendukung

kehidupan warga negara. Pencemaran tanah, udara, dan air oleh aktivitas manusia

telah merusak sebagian besar lingkungan serta mengancam kelangsungan hidup

warga negara di masa depan.

Kerusakan lingkungan di Indonesia disebabkan oleh kemampuan dan

sikap masyarakat dalam mengelola lingkungan yang masih sangat rendah

(Soemarwoto & Colfer, 2003). Kemampuan masyarakat dalam memecahkan

masalah lingkungan juga masih kurang. Hasil studi internasional PISA

(Puspendik, 2008; http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/1/60/34002216.pdf)

menunjukkan bukti tentang kemampuan literasi sains yang sangat rendah dari

siswa di Indonesia. Keadaan tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat para

siswa tersebut merupakan calon generasi penerus yang akan mengelola

lingkungan di masa datang. Dengan demikian kompetensi guru di sekolah

menjadi penentu keberhasilan dalam mengembangkan sikap dan literasi sains

siswa terhadap lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, LPTK perlu menyiapkan

para calon guru yang kompeten. Akan tetapi menurut (Rutherford & Ahlgren,

1990; Rustaman, 2005) pendidikan yang telah dilaksanakan di sekolah dewasa ini

kurang memberikan wawasan dan sikap untuk memelihara lingkungan. Dengan

demikian kemampuan para guru dalam mempersiapkan generasi mendatang yang

mampu memelihara lingkungan masih perlu ditingkatkan.

Agenda 21 Indonesia (1997) mengemukakan bahwa penanaman sikap

yang baik terhadap lingkungan dan pengembangan kemampuan memecahkan

masalah lingkungan salah satunya merupakan tugas guru di sekolah. Sekolah

merupakan sarana mempersiapkan warga masyarakat yang memiliki kepedulian

dan kompetensi yang baik dalam memecahkan masalah pelestarian lingkungan.

(21)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ahlgren (1990) sains perlu ditempatkan sebagai pendidikan umum bagi seluruh

warga negara.

Menurut National Science Teacher Association/NSTA (1998) untuk

mempersiapkan guru yang berkualitas perlu dimulai pada jenjang pendidikan guru

(pre-service level) di LPTK. Upaya mempersiapkan warga masyarakat yang

berkualitas di sekolah perlu dimulai dengan mempersiapkan para calon guru yang

memiliki sikap dan kemampuan literasi sains yang baik terhadap lingkungan.

Pada konteks science for all, upaya tersebut perlu dilakukan secara komprehensif

pada pendidikan guru yang lintas disiplin ilmu. Dengan demikian diharapkan para

calon guru tersebut dapat turut mewujudkan pendidikan sains sebagai pendidikan

(22)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35 BAB III.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah mixed method dengan mengacu

pada Cresswell (1994). Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dominan dan kualitatif kurang dominan yang keduanya dilakukan secara

bersamaan. Penelitian kuantitatif dilakukan melalui metode survey yaitu

mengidentifikasi dan mendeskripsikan karakteristik subyek penelitian dalam

kondisi alamiah apa adanya. Dalam penelitian ini metode kualitatif digunakan

untuk mendukung dan/atau menjelaskan hasil kuantitatif. Menurut Cresswell

(1994) manfaat dari pendekatan ini adalah untuk memberi gambaran yang

konsisten serta mengumpulkan informasi pada fokus yang terbatas secara rinci

pada aspek penelitian tertentu. Peneliti dalam hal ini menggunakan beragam

sumber dan metode dalam pengumpulan data. Dengan demikian penelitian ini

menghasilkan data numerik dan data naratif dalam menjelaskan jawaban

pertanyaan penelitian.

A. Desain dan Langkah Penelitian

Prosedur penelitian terdiri atas persiapan penelitian, pelaksanaan

penelitian, pengolahan data serta analisis data penelitian. Desain penelitian

dikemukakan selengkapnya pada Gambar 3.1. Berikut ini akan diuraikan tentang

prosedur penelitian yang dilakukan.

1. Persiapan penelitian

Persiapan penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

a. Melakukan kajian pustaka terkait sains for all (IPA sebagai pendidikan

umum), literasi sains, sikap ilmiah, dan masalah-masalah lingkungan

untuk mengkaji permasalahan dan keterkaitan antar variabel penelitian.

b. Melakukan studi dokumen kurikulum LPTK tempat penelitian. Studi

(23)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selanjutnya dipersempit pada matakuliah PLSBT yang dipilih sebagai

lingkup matakuliah yang diteliti. Kajian kurikulum juga dilakukan

terhadap 10 Program Studi yang akan dijadikan sebagai sasaaran subyek

penelitian.

c. Menyusun proposal penelitian disertasi dan melaksanakan seminar

proposal, dilanjutkan dengan revisi proposal berdasarkan masukan para

penguji serta di bawah arahan pembimbing disertasi.

d. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan hasil kajian pustaka dan

telaah kurikulum.

e. Melakukan judgement terhadap kualitas instrumen. Upaya judgement

instrumen tersebut dilakukan untuk memperoleh validitas logis

instrumen, yang meliputi validitas konstruksi (construction validity) dan

validitas isi (content validity).

f. Memilih butir soal tes standar literasi sains PISA (Program for

International Assessment) yang akan digunakan untuk menguji literasi

sains calon guru. Butir soal tes dalam hal ini dipilih yang terkait dengan

masalah lingkungan dan upaya pelestarian lingkungan yang menjadi

konten penelitian.

g. Menguji coba instrumen yang dikembangkan oleh peneliti secara

empiris.

Ujicoba terhadap kuesioner dilakukan untuk menguji keterbacaan oleh

target subyek penelitian. Ujicoba rubrik dilakukan melalui pemakaian

rubrik selama satu semester dalam perkuliahan. Hal ini dimaksudkan

untuk menguji feasibilitas dan validitas rubrik. Sementara itu ujicoba

terhadap butir skala sikap dilakukan dengan mengacu kepada Edwards

(1957).

h. Mempelajari silabus dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Matakuliah

MKU PLSBT. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar pengambilan

data dapat berlangsung dalam kondisi alamiah perkuliahan, yaitu kondisi

(24)

37

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baik karena peneliti terlibat sebagai observer-partisipatif yang bertindak

sebagai dosen yang mengampu perkuliahan.

i. Mempelajari strategi, metode, dan model perkuliahan PLSBT pada

kondisi alamiah perkuliahan dilaksanakan.

Hal ini dilakukan dengan cara peneliti melakukan pembiasaan mengajar

terlebih dahulu. Untuk memastikan agar peneliti dapat melaksanakan

dengan baik perkuliahan PLSBT sesuai dengan visi dan misi kurikulum

perkuliahan, peneliti sebelumnya telah melakukan magang untuk

mengajar selama empat sementer (2 tahun) sejak tahun 2010-2012.

Kegiatan magang tersebut berada di bawah bimbingan koordinator

perkuliahan dan pendampingan dari dosen utama program studi.

2. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

a. Melaksanakan perkuliahan PLSBT selama satu semester di program studi

yang menjadi target penelitian.

Pengambilan data berlangsung selama dua tahun, mulai tahun ajaran

2012/2013 hingga 2013/2014 di sembilan prgram studi non IPA. Selama

satu semester, calon guru tersebut mengerjakan tugas menyusunan

makalah berdasarkan hasil penyelidikan. Selama perkuliahan, para calon

guru mempresentasikan dan mendiskusikan tugas tersebut di dalam kelas.

Dosen dalam hal ini menjadi fasilitator perkuliahan yang memberikan

arahan, penguatan, dan pembimbingan dalam proses pembelajaran.

Peneliti mengobservasi seluruh aktivitas presentasi dan diskusi.

Temuan-temuan penting dalam kegiatan presentasi dan diskusi tersebut dalam

catatan lapangan.

b. Mengkonfirmasi temuan-temuan yang diperoleh melalui observasi

presentasi dan diskusi.

Peneliti dalam hal ini melakukan konfirmasi terhadap temuan atau data

(25)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan untuk memperoleh kepastian temuan, kejelasan informasi, dan

dapat memahami latar belakang temuan. Konfirmasi dilakukan melalui

wawancara non formal dengan para calon guru atau focus group

disscussion (diskusi dalam kelompok).

c. Menilai literasi sains dan sikap ilmiah calon guru non IPA berdasarkan

makalah presentasi dan kegiatan diskusi.

d. Menguji kemampuan literasi sains calon guru non IPA-selaku subyek

penelitian terhadap lingkungan dengan menggunakan tes standar literasi

sains PISA. Dalam hal ini sikap ilmiah calon guru non IPA tersebut juga

diuji menggunakan skala sikap ilmiah. Kemampuan literasi sains dan

sikap ilmiah ini diujikan di akhir semester setelah para calon guru

tersebut selesai mengikuti program perkuliahan PLSBT. Sebagai

pembanding untuk analisis data, tes literasi sains dan skala sikap ilmiah

diujikan kepada calon guru bidang IPA. Hal ini perlu dilakukan untuk

dapat menarik kesimpulan terhadap temuan literasi sains dan sikap ilmiah

pada calon guru non IPA secara lebih bermakna.

e. Membagikan kuesioner perkuliahan MKU dan PLSBT

Sejumlah pertanyaan pada kuesioner dikerjakan oleh calon guru di akhir

program perkuliahan. Kuesioner tersebut ditujukan untuk menggali

tanggapan calon guru non IPA tentang perkuliahan MKU, khususnya

PLSBT pada konteks science for all. Selain dari itu, kuesioner tersebut

juga digunakan untuk menggali latar belakang kemampuan literasi sains

dan sikap ilmiah calon guru non IPA. Sebagai pembanding untuk analisis

data, kuesioner tersebut juga diberikan dan dikerjakan oleh calon guru

bidang IPA. Hal ini perlu dilakukan untuk dapat menarik kesimpulan

terhadap temuan pada calon guru non IPA secara lebih bermakna.

f. Melaksanakan interviu atau wawancara untuk melengkapi data penelitian

dan mengkonfirmasi hasil.

Wawancara dilakukan terhadap perwakilan calon guru untuk

(26)

39

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demikian latar belakang temuan yang diperoleh dapat diketahui dengan

jelas. Selain dari itu, peneliti dapat memastikan hubungan antar temuan

yang pada awalnya masih meragukan.

3. Pengolahan data dan analisis data penelitian

a. Mengolah data hasil penelitian.

Pengolahan data dilakukan baik secara kuantitatif (data hasil tes, skala

sikap, dan kuesioner), maupun secara kualitatif (hasil observasi

perkuliahan dan wawancara/interviu).

b. Menganalisis data dan menarik kesimpulan.

Temuan-temuan penelitian diperoleh dengan menganalisis data yang telah

dioleh. Dalam hal ini analisis dilakukan secara komprehensif/lintas data

sehingga temuan—temuan penelitian dapat didukung oleh lebih dari

sumber data. Selain dari itu, analisis lintas data ini juga digunakan dalam

membahas penyebab atau latar belakang suatu temuan dengan

menggunakan temuan pada sumber data lainnya.

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Subyek penelitian adalah

mahasiswa peserta Matakuliah Umum (MKU) yaitu matakuliah Pendidikan

Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) tahun ajaran 2012/2013 serta

2013/2014. Penentuan subyek penelitian didasarkan pada pertimbangan atas

urgensi kedudukan Program Studi Non IPA tertentu pada konteks science for all.

Berikut ini akan diuraikan subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini.

Berdasarkan Tabel 3.1 sebanyak 323 mahasiswa yang berasal dari

sembilan program studi terlibat dalam penelitian ini. Pengambilan data terhadap

subyek penelitian berlangsung selama dua tahun ajaran. Untuk lebih menjamin

kebermaknaan dalam analisis data, benchmarking dilakukan terhadap calon guru

(27)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IPA tersebut digunakan untuk keperluan analisis perbandingan literasi sains dan

sikap calon guru.

Tabel 3.1. Subyek Penelitian

Fakultas No Program Studi

Jumlah

2 Ilmu Pendidikan Agama Islam

4 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa calon guru biologi merupakan

calon guru yang paling banyak mempelajari tentang masalah lingkungan. Hasil

telaah terhadap kurikulum calon guru biologi pada tingkat program studi,

diperoleh data bahwa calon guru tersebut memperoleh banyak materi terkait

lingkungan dan masalah pelestarian lingkungan sebagai Matakuliah Keahlian

(28)

41

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Phanerogamae, Ekologi Umum, Ekologi hewan, Ekologi Tumbuhan,

Bioteknologi, dan Ekotoksikologi. Dengan demikian, calon guru biologi tersebut

dipandang paling tepat untuk digunakan sebagai ideal. Sementara itu untuk calon

guru program studi pendidikan ilmu komputer, meskipun secara administratif

masuk ke dalam FPMIPA, namun berdasarkan bidang kelimuan dan struktur

kurikulum tidak dapat dikategorikan sebagai calon guru IPA.

(29)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Tes Kemampuan Literasi Sains

Tes kemampuan literasi sains menggunakan perangkat tes standar literasi

sains PISA (Program for International Assessment). Butir soal tersebut

merupakan tes standar internasional yang telah dikembangkan oleh OECD

(Organisation for Economic Co-operation and Development) pada studi PISA

tahun 2000, 2006, 2009 dan 2012. Butir soal tes dalam hal ini dipilih yang

terkait dengan masalah lingkungan dan upaya pelestarian lingkungan yang

menjadi konten penelitian. Butir soal tersebut telah dialihbahasakan dan diuji

ulang oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik), Kementrian Pendidikan

Nasional. Dengan demikian, baik validitas, reliabilitas, daya pembeda soal,

maupun tingkat kesukaran butir soal tersebut telah memenuhi standar soal tes

yang berkualitas menurut standar internasional. Namun meskipun demikian,

perangkat soal tersebut kemudian diujicobakan kembali sesuai dengan

khalayak sasaran subyek penelitian. Ujicoba dilakukan terhadap 100 orang

calon guru non IPA di lingkungan LPTK tempat penelitian. Analisis butir

soal dilakukan terhadap validitas butir soal, daya pembeda, tingkat kesukaran,

dan realiablilitas soal. Analisis tersebut dilakukan dengan mengacu pada

Mehrens dan Lehmann (1973). Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh

item yang digunakan berada pada kisaran kategori valid, dengan reliabilitas

0,647 (kategori sedang). Berdasarkan tingkat kesukaran soalnya, soal berada

pada kategori sukar (60 %) dan sedang (40%). Daya pembeda soal ditemukan

90 % berada pada kategori baik dan 10 % berada pada kategori cukup.

2. Skala Sikap Ilmiah

Skala sikap ilmiah digunakan untuk menguji kemampuan terkait dukungan

terhadap kegiatan ilmiah, kepercayaan diri dalam memecahkan masalah sains,

ketertarikan terhadap sains, motivasi untuk bertanggung jawab terhadap

masalah-masalah ilmiah seperti lingkungan, teknologi, dan sumber daya

(30)

43

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Butir soal skala sikap yang dikembangkan oleh peneliti diujicoba dan

dianalisis dengan mengacu kepada Edwards (1957). Analisis butir skala sikap

dilakukan untuk menguji kesahihan bobot skor tiap alternatif jawaban,

menganalisis validitas skala sikap, reliabilitas skala sikap, serta daya

pembeda skala sikap tersebut. Langkah selanjutnya adalah menyeleksi butir

pertanyaan yang baik. Secara garis besar, penentuan kualitas butir skala sikap

secara empiris dilakukan melalui langkah sebagai berikut.

a. Memeriksa ketepatan skala setiap pernyataan melalui analisis normalitas

penyebaran frekuensi. Langkah tersebut dilakukan dengan cara

menganalisis normalitas penyebaran frekuensi untuk kontinuum skala

tersebut.

b. Menguji daya pembeda (Uji Diskriminasi) butir skala sikap. Langkah ini

dilakukan untuk mengetahui apakah pernyataan tersebut dapat

membedakan responden yang memiliki sikap positif dan responden yang

memiliki sikap negatif. Langkah ini dilakukan dengan pengujian

menggunakan Uji t dengan rumus sebagai berikut.

� =

� −�

√ 2

�+ 2 �

(Edwards, 1957)

c. Memeriksa validitas setiap butir skala sikap

Menyeleksi validitas butir skala sikap melalui pemeriksaan terhadap

keterpaduan setiap pernyataan dalam seluruh perangkat skala sikap yang

diujikan. Taha ini menggunakan uji signifikansi korelasional.

d. Memeriksa reliabilitas butir skala sikap. Reliabilitas setiap butir skala

sikap tersebut diuji dengan menggunakan metode spilit-half

Hasil pengujian terhadap ketepatan skala, validitas, reliabilitas, dan daya

pembeda setiap butir skala sikap disajikan secara lengkap disajikan pada

(31)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ujicoba dilakukan terhadap 100 orang calon guru non IPA di lingkungan

LPTK tempat penelitian. Item pertanyaan skala sikap yang diujikan adalah 70

item. Berdasarkan hasil ujicoba tersebut digunakan 57 item yang

teridentifikasi memiliki kualitas yang baik. Seluruh item yang digunakan

memiliki ketepatan skala yang baik, berada pada kisaran kategori valid,

dengan reliabilitas pada kategori baik. Setiap item yang digunakan telah diuji

memiliki daya diskriminasi yang baik (data terlampir).

3. Kuesioner

Kuesioner ditujukan untuk menggali tanggapan calon guru non IPA tentang

perkuliahan MKU, khususnya PLSBT pada konteks science for all. Selain

dari itu, kuesioner tersebut juga digunakan untuk menggali latar belakang

kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah calon guru non IPA. Kuesioner

tersebut diberikan kepada calon guru non IPA pada akhir program

perkuliahan.

4. Rubrik kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah

Rubrik kinerja digunakan untuk menilai kemampuan literasi sains dan sikap

ilmiah calon guru pada makalah presentasi. Rubrik tersebut mengukur

kemampuan literasi sains pada aspek kemampuan mengidentifikasi

isu/masalah ilmiah, menjelaskan makalah ilmiah, serta menggunakan

bukti-bukti ilmiah. Sementara itu untuk sikap ilmiah, rubrik tersebut mengukur

kemampuan calon guru terkait dukungan terhadap kegiatan ilmiah,

kepercayaan diri dalam memecahkan masalah sains, ketertarikan terhadap

sains, motivasi untuk bertanggung jawab terhadap masalah-masalah ilmiah

seperti lingkungan, teknologi, dan sumber daya alam.

D. Analisis Data Penelitian

Analisis data dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisis

(32)

45

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kuesioner. Skor kemampuan literasi sains dianalisis atas dasar prosentase capaian

dari capaian kemampuan tertinggi (100%). Kemampuan literasi sains berdasarkan

capaian hasil tes tersebut diinterpretasikan dengan mengacu pada Purwanto

(1994) yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.2. kategori kemampuan literasi sains

Persen Capaian Kategori Kemampuan

<= 54% Kurang Sekali

55%-59% Kurang

60-75% Cukup

76-85% Baik

86%-100% Baik sekali

Skor skala sikap diinterpretasikan secara kuantitatif dan dalam kategori.

Kategorisasi untuk skala sikap diinterpretasikan sebagai berikut.

Tabel 3.2. kategori skala sikap

Persen Capaian Kategori Sikap

<= 2,19 Kurang Sekali

2,20-2,39 Kurang

2,40-3,03 Cukup

3,44-4,00 Baik

Kuesioner calon guru dianalisis dalam bentuk prosentase pilihan jawaban.

baik hasil tes, skala sikap, maupun kuesioner disajikan dalam bentuk statistika

deskriptif yaitu tabel dan grafik. Sementara itu analisis data secara kualitatif

dilakukan terhadap kurikulum perkuliahan, hasil wawancara, observasi dalam

presentasi dan diskusi kelas.

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif (statistik deskriptif) dan analisis

kualitatif diperoleh pola-pola kecenderungan yang diangkat sebagai temuan hasil

(33)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat dianalisis secara utuh. Berdasarkan temuan-temuan tersebut selanjutnya

(34)

z46 BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Temuan dan pembahasan akan menguraikan beberapa aspek yang menjadi

fokus pada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Aspek-aspek yang akan

dibahas tersebut meliputi: 1) kemampuan literasi sains calon guru non IPA dalam

kerangka science for all; 2) sikap calon guru non IPA terhadap masalah

lingkungan; 3) aspek yang terkait dengan kemampuan literasi sains dan sikap

ilmiah calon guru terhadap masalah lingkungan; 4) implikasi terhadap

kemampuan literasi sains dan sikap calon guru non IPA dalam kerangka science

for all.

Pada pembahasan akan dilakukan benchmarking terhadap capaian literasi

sains dan sikap ilmiah calon guru bidang IPA agar dapat diperoleh hasil analisis

yang lebih komprehensif dan bermakna pada penelitian ini.

A. TEMUAN

1. Kemampuan Literasi Sains Calon Guru non IPA dalam Rangka Science

for All

a. Literasi sains berdasarkan hasil tes

Pada bagian ini akan diuraikan kemampuan literasi sains calon guru non

IPA berdasarkan dua hal yang meliputi kemampuan literasi berdasarkan indikator

literasi sains serta kemampuan literasi berdasarkan tema masalah lingkungan yang

diangkat. Untuk memudahkan penafsiran capaian kemampuan literasi sains calon

guru, data capaian literasi sains dalam hal ini disajikan pada skala 0 – 100, dalam

bentuk prosen capaian penguasaan.

1) Kemampuan literasi sains berdasarkan indikator literasi sains

Berdasarkan Gambar 4.1., hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata

capaian literasi sains calon guru non IPA terhadap masalah lingkungan berada

(35)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39,41% (Pendidikan Bahasa Indonesia) hingga tertinggi 49,36% (Ilmu Pendidikan

Agama Islam). Apabila mengacu pada Arikunto (2012), rerata capaian tersebut

berada pada kategori kurang sekali (<54%). Sebagai benchmarking capaian

literasi sains calon guru bidang IPA (Bio) adalah 63,00% yaitu berada pada

kategori cukup.

Gambar 4.1. Grafik Rerata Capaian Literasi Sains Calon Guru

Hasil analisis terhadap kemampuan mengidentifikasi isu/ permasalahan

ilmiah menunjukkan hasil yang serupa dengan rerata capaian kemampuan

keseluruhan. Rerata capaian calon guru non IPA terhadap kompetensi tersebut

adalah 42,94% (kurang sekali). Berdasarkan Gambar 4.2. capaian kemampuan

tersebut berkisar antara 38,33% (Pendidikan Bahasa Indonesia) hingga 49,40%

(Ilmu Pendidikan Agama Islam). Benchmarking terhadap capaian kemampuan

mengidentifikasi isu/ permasalahan ilmiah pada calon guru bidang IPA (Bio)

adalah 60,68%. Berdasarkan hasil capaian tersebut, kemampuan mengidentifikasi

isu/ permasalahan ilmiah pada calon guru non IPA berada pada kategori kurang

sekali (<54%). Sementara itu kemampuan calon guru bidang IPA (Bio) sebagai

pembanding berada pada kategori cukup.

(36)

48

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.2. Kemampuan Mengidentifikasi Isu/ Permasalahan Ilmiah

Gambar 4.3. menunjukkan kemampuan calon guru dalam menjelaskan

fenomena secara ilmiah. Rerata capaian kompetensi calon guru non IPA terkait

hal tersebut adalah 38,48% (kurang sekali). Berdasarkan gambar tersebut tampak

bahwa kemampuan mahasiswa secara umum sangat rendah. Capaian terendah

adalah 33,68% (Pendidikan Bahasa Indonesia). Sementara itu capaian tertinggi

adalah calon guru Pendidikan Ilmu Komputer (45,72%). Benchmarking terhadap

kemampuan tersebut menunjukkan capaian yang kurang yaitu 58,95%.

Berdasarkan Arikunto (2012) capaian kemampuan pada rentang 55-59 % berada

(37)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.3. Kemampuan Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah

Rerata capaian kemampuan menggunakan bukti-bukti ilmiah pada calon

guru non IPA adalah 47,34% (kurang sekali). Kemampuan menggunakan

bukti-bukti ilmiah menunjukkan capaian pada kategori cukup yaitu 60,33% (pada calon

guru Ilmu Pendidikan Agama Islam). Sementara itu capaian kemampuan tersebut

untuk calon guru bidang lainnya berada pada kategori kurang (Pendidikan Ilmu

Komputer, Pendidikan Seni Musik), sedangkan yang lainnya (calon guru Ilmu

Pedagogik, Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan,

Pendidikan Sosiologi dan Pendidikan Tata Boga) berada pada kategori sangat

kurang (<54%). Benchmarking terhadap capaian kemampuan menggunakan

bukti-bukti ilmiah pada calon guru bidang IPA (Bio) menunjukkan hasil capaian

69,37% yaitu berada pada kategori cukup. Hasil capaian tersebut dideskripsikan

pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Kemampuan Menggunakan Bukti-bukti Ilmiah

2) Kemampuan literasi sains berdasarkan tema masalah lingkungan

Analisis dilakukan terhadap kemampuan literasi calon guru non IPA

terhadap masalah lingkungan berdasarkan tema (kasus) yang diangkat pada pokok

(38)

50

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

uji. Hasil analisis tersebut disajikan secara lengkap pada Tabel 4.1. Berdasarkan

data tersebut, dapat diurutkan capaian literasi calon guru non IPA berdasarkan

tema, mulai dari literasi tertinggi hingga literasi terendah. Rerata literasi calon

guru non IPA tersebut dapat diurutkan sebegai berikut: layak minum (70,09%,

cukup); pembangkit listrik tenaga angin (52,49%, kurang sekali); rumah kaca

(51,83%, kurang sekali); hujan asam (46,50%, kurang sekali); tabir surya

(32,32%, kurang sekali); resiko kesehatan (30,55%, kurang sekali); tanaman

budidaya hasil rekayasa genetika (27,81%, kurang sekali); dan saringan knalpot

(18,37%, kurang sekali). Berdasarkan temuan tersebut dapat dikemukakan bahwa

secara umum pada berbagai tema literasi calon guru non IPA berada pada kategori

sangat rendah. Hanya tema air layak minum yang dikuasai dengan lebih baik oleh

calon guru tersebut. Apabila dibandingkan dengan literasi sains calon guru bidang

IPA (Bio), hanya pada tema-tema tertentu (rumah kaca, tanaman hasil budidaya

rekayasa genetika, dan saringan knalpot) yang capaian literasinya berada pada

kategori yang sama dengan calon guru non IPA (kurang sekali). Sementara untuk

tema lainnya, calon guru bidang IPA tersebut menunjukkan literasi pada kategori

baik dan cukup.

Berdasarkan data hasil penelitian ditemukan bahwa literasi sains calon

guru pendidikan agama islam, pada tema rumah kaca berada pada kategori cukup

(64,50%), bahkan lebih tinggi dibandingkan literasi calon guru bidang IPA (Bio)

sebagai benchmarking pada tema tersebut. Calon guru pendidikan Tata boga

ditemukan memiliki literasi paling baik pada tema air layak minum dengan rerata

capaian sebesar 78,06% (kategori baik), hampir sama dengan calon guru bidang

IPA (Bio). Tema saringan knalpot menunjukkan kecenderungan literasi yang jauh

lebih rendah pada hampir setiap program studi calon guru non IPA.

Tabel 4.1. Persentasi Capaian Pertema per Jurusan

NO TEMA

PERSEN CAPAIAN

IPA PD PBI PIK PAI PKN PSM PSO PTB

CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV CP LV 1 RUMAH KACA 54,73% KS 52,25% KS 45,54% KS 54,17% KS 64,50% C 50,39% KS 43,75% KS 52,25% KS 51,79% KS

(39)

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO TEMA

PBI = Pendidikan Bahasa Indonesia PIK = Pendidikan Ilmu Komputer PAI = Ilmu Pendidikan Agama Islam PKN = Pendidikan Kewarganegaraan PSM = Pendidikan Seni Musik PSO = Pendidikan Sosiologi PTB = Pendidikan Tata Boga

b. Kemampuan literasi sains berdasarkan makalah presentasi

Analisis dilakukan terhadap kompetensi literasi sains calon guru non IPA

terhadap lingkungan berdasarkan makalah presentasi yang disusun selama

kegiatan perkuliahan. Dalam hal ini analisis dilakukan terhadap tiga kompetensi

literasi sains yaitu: (1) Kemampuan mengidentifikasi isu/ permasalahan ilmiah;

(2) Kemampuan menjelaskan fenomena secara ilmiah; (3) Kemampuan

menggunakan bukti ilmiah. Data disajikan pada interval skala 0 – 4 sebagaimana

penskoran yang digunakan pada rubrik penilaian non tes. Penyusunan makalah

serta kegiatan presentasi dilakukan sepanjang program perkuliahan satu semester.

Dengan demikian peneliti terlibat penuh dalam pengambilan data selama satu

(40)

52

Maulia Depriya Kembara, 2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memastikan agar seluruh data dapat diperoleh secara lengkap dan

akuntabel, peneliti bertindak langsung sebagai dosen pengampu perkuliahan. Hal

tersebut menjadi berimplikasi terhadap data benchmarking. Khusus untuk data ini

benchmarking terhadap calon guru bidang IPA (Bio) pada makalah presentasi

tersebut tidak dapat dilakukan karena peneliti tidak mengampu perkuliahan pada

program studi calon guru tersebut.

Gambar 4.5. Mengidentifikasi Isu/ Permasalahan Ilmiah

Gambar 4.5. menunjukkan kemampuan calon guru dalam mengidentifikasi

isu/ permasalahan ilmiah berdasarkan makalah presentasi yang disusun. Rerata

capaian calon guru non IPA pada kompetensi tersebut adalah 2,10 (kurang sekali).

Berdasarkan data tersebut capaian tertinggi ditunjukkan oleh calon guru Ilmu

Pedagogik (2,94) yaitu pada kategori cukup. Sementara itu capaian terendah

ditunjukkan oleh calon guru Pendidikan Tata Boga (1,66) yang berada pada

kategori kurang sekali. Capaian kemampuan untuk kategori sangat kurang juga

ditunjukkan oleh calon guru Program Ilmu Komputer, Pendidikan

Kewarganegaraan, Pendidikan Seni Musik, serta Pendidikan Bahasa Indonesia.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum rerata kemampuan

calon guru non IPA dalam mengidentifikasi isu/ permasalahan ilmiah berdasarkan

makalah presentasi berada pada kategori sangat rendah.

Gambar

Gambar 4.1. Grafik Rerata Capaian Literasi Sains Calon Guru
Gambar 4.3. menunjukkan kemampuan calon guru dalam menjelaskan
Gambar 4.24. Sikap terhadap pengontrolan berkala emisi kendaraan sebagai syarat perpanjangan surat kendaraan
Gambar 4.26. Sikap terhadap pengembangan sumber energi yang tidak menimbulkan polusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari pengujian test bed kompresor torak dua tingkat yaitu daya adiabatik maksimal 1,69 HP, daya listrik maksimal yang terpakai sebesar 1,72

Unt uk link dow nload gam e diblog, saya coba lew at kan di server adf.ly, jika belum pernah m endow nload.. lew at link server t ersebut silahkan lihat

Gambar 4.6 Jawaban Siswa yang Melakukan Kesalahan untuk Soal Nomor 6 74. Gambar 4.7 Jawaban Siswa yang Melakukan Kesalahan

Sahabat MQ/ Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta melaksanakan operasi tematik tahap pertama/ penertiban tempat usaha laundry yang dilakukan sejak tanggal 17 hingga 20

Berisi tentang dasar teori kompresor, dasar perhitungan pada alat yang

Dalam lingkungan rumah susun yang sebagian atau seluruhnya digunakan sebagi hunian untuk jumlah satuan hunian tertentu, selain penyediaan ruang dan/atau bangunan

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung terselenggaranya tertib administrasi pemerintahan, dipandang perlu menyempurnakan Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang

memberi daya rekat yang baik antara bahan dalam campuran, styrofoam akan1. bereaksi dengan polimer yang akan membentuk crosslink yang mana