• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PROSES BELAJAR MENGAJAR FILSAFAT PANCASILA DITINJAU DARI PENDIDIKAN UMUM : Suatu SLudi terhadap Dosen Filsafat Pancasila di IKIP Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISTIK PROSES BELAJAR MENGAJAR FILSAFAT PANCASILA DITINJAU DARI PENDIDIKAN UMUM : Suatu SLudi terhadap Dosen Filsafat Pancasila di IKIP Yogyakarta."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PROSES BELAJAR

MENGAJAR FILSAFAT PANCASILA

DITINJAU DARI PENDIDIKAN UMUM

CSuatu SLudi terhadap Dosen Filsafat Pancasila di IKIP Yogyakarta)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandun*

untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pascasarjana

Bidang Studi Pendidikan Uwum

Oleh :

L. HENDROWIBOWO 9 1 3 2 3 9 5

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEHBIMBING

UMTUK UJIAN TAHAP II

Prof. DR. Achmad Sanusi, SH. Pembimbing I

Prof. DR. Nursid Sumaadmadja

(3)

"Tidaklah ada yang kita perdapat sepanjang umur kita,

selain dari ucapan si Fulan dan si Anu".

(4)

A8STRAK

Judul: KARAKTERISTIK. PROSES BELAJAR MENGAJAR

FILSAFAT PANCASILA DITINJAU DARI

PENDIDIKAN UMUM

Diadakannya

kuliah

Filsafat

Pancasila

di

IKIP

Yogyakarta sejak tahun 1988, dikarenakan lulusan mahasiswa

IKIP

Yogyakarta

kalah

bersaing

dengan

mahasiswa

IKIP

swasta

pada

ujian

penerimaan

pegawai,

khususnya

pada

rnateri ujian Pancasila.

Studi ini diharapkan dapat menjawab

persoalan:

(.1)

bagaimana

pencapaian

tujuan

pendidikan

urnurn

di

IKIP

Yogyakarta dengan dilaksanakannya proses belajar

mengajar

Filsafat

Pancasila?

(2)

karakteristik

manakah

yang

mendukung tercapainya tujuan pendidikan umum tersebut? (3)

karakteristik manakah yang menghambat

tujuan

tercapainya

pendidikan umum tersebut?

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

metode

penyampaian

dalam

proses

belajar

mengajar

Filsafat

Pancasila, dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu CCTV

dan sistem tutorial. Alat penilaiannya beibentuk essay dan

multiple, choice, sedangkan

tujuan

perkuliahan

Filsafat

Pancasila

adalah membina dan mengernbangkan

kepribadian

mahasiswa

agar menjadi manusia utuh.

Berdasarkan hasil penelitian yang

ada

dikemukakan beber; " " '

(5)

Sekiranya metode penyampaian

dalam

proses

belajar

mengajar Filsafat Pancasila dilaksanakan tidak menggunakan

alat bantu CCTV, narnun

dilaksanakan

dengan

tatap

rnuka,

maka akan terjadi suasana dialogis, ada

pertautan

makna

antara dosen dan mahasiswa dan

sekiranya

alat

penilaian

diarahkan pada problem solving,

ada

keseimbangan

antara

domain kognitif, afektif dan psikomotor, rnaka

perkuliahan

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Fokus Penelitian C. Rumusan Masalah

D. Relevansi masalah dengan Pendidikan

Umum

E. Tujuan Penelitian F. Penti ngnya Peneli tian

G. Definisi Operasional Judul

H. Asumsi Penelitian

BAB II PENGERTIAN PENDIDIKAN UMUM SERTA

PERBANDINGAN P4 DENGAN FILSAFAT PANCASILA A. Pendidikan Umum

1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan

Urn urn

2. Landasan Pendidikan Umum

3. Filsafat Pancasila, MKDU dan

Pendidikan Umum

B. Pedornan, Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila

1 . Latar Belakang Adanya P4

Pedornan, Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila

Nilai-nilai Moral yang Terkandung

dalam Pancasila C. Filsafat Pancasila

Pengertian Filsafat dan Nilai-nilai

Filosofis Pendidikan

Tujuan Filsafat

o

xi

Halarnan

(7)

3. Pengertian dan Manfaat Filsafat

Pancasi la 52

4. Inti Sila-sila Pancasila 57 D. Perbedaan antara P4 dengan Filsafat

Pancasila "75

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 77

A. Metode dan Teknik Penelitian 77

1 . Teknik Delphi 78

2. Observasi "79

3. Studi Pustaka 80

B. Subyek Penelitian 81

C. Tahap-tahap Penelitian 82

1. Tahap Orientasi 82

2. Tahap Eksplorasi 84

3. Member Checks 86

4. Triangulasi 86

5. Tahap Penulisan Laporan 87

BAB IV ANALISIS DATA, HASIL-HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN 38

A. Analisis Data 88

1 . Reduksi Data 89

2. Display dan Pengelompokan Data .... 124

3. Interpretasi 128

B. Hasil-hasil Penelitian 145

C. Pembahasan 159

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN ... 168

A. Kesimpulan 168

B. Implikasi

169

C. Saran-saran 170

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila, terdapat dalam Undang-undang no. 2 tahun 1989, mempunyai tujuan sebagai berikut:

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

yaitu manusia

yang

beriman

dan

bertaqwa

terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasrnani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.

(UU RI

no. 2 tahun 1989, pasal 4).

Arah tujuan pendidikan nasional tersebut memberikan petunjuk nyata bagi peran pendidikan umum dalam kawasan pendidikan nasional kita, karena

pendidikan

umum

di

Perguruan

Tinggi

bertujuan

rnempersiapkan mahasiswa agar dalam mernasuki kehidupan masyarakat, mereka dapat mengembangkan kehidupan

pribadi yang memuaskan, menjadi anggota keluarga yang

bahagia, menjadi warga negara yang bertanggung jawab

dari

Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia

yang

bersendikan

falsafah

Pancasila.

(Hamdan

tiansoer,

1983: 8).

Untuk rnencapai tujuan pendidikan umum tersebut, mahasiswa dibekali deng£ui pengetahuan dan pengalaman

sosial secara terorganisasi dalam proses belajarnya, yang

(9)

bekal pemaharnan tentang agarna,

Pancasila,

kewiraan

dan

pengetahuan

yang

menyangkut

sosial,

kebudayaan

serta

pengenalan

terhadap

masalah

lingkungan

kehidupan

manusia,

diharapkan

mahasiswa

kelak

mampu

menemukan

kepribadiannya

dan

dapat

rnenempatkan

dirinya

dalarn

perkembangan masyarakat dan kebudayaan

yang

berlangsung

secara cepat.

Dengan melihat uraian di

atas,

pada

hakikatnya

kedudukan Pancasila dalam

khazanah

Pendidikan

Nasional

Indonesia mempunyai arti luas dan sempit.

Dalam

artinya

yang luas terlihat

dalam

sistern

Pendidikan

Pancasila,

sedangkan

dalam

arti

yang

sempit,

yakni

Pendidikan

Pancasila sebagai studi khusus yang diajarkan sejak mulai

pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Arah

sasaran

dalam

penelitian

ini

berkaitan

dengan

pengertian

Pendidikan Pancasila dalam artinya yang sempit dan

lebih

khusus lagi pada mata kuliah Filsafat Pancasila.

Mata kuliah Filsafat Pancasila (di IKIP Yogyakarta)

merupakan salah satu dari MKDU (Mata Kuliah Dasar

Umum).

Mata Kuliah Dasar

Umum

merupakan

komponen

dalam

kurikulum

pendidikan

tinggi

yang

menunjang

(10)

Dengan demikian MKDU merupakan komponen

pendidikan

di

Perguruan

Tinggi

yang

berupaya

bagi

pembinaan

kepribadian

seorang

warga

negara

sebagai

ciri

khas

bangsa Indonesia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Faridah (1992: 156-157) dalam tesisnya yang berbunyi:

MKDU adalah program pendidikan di pendidikan

tinggi

yang menunjang pembentukan kepribadian dan

kompetensi

seorang lulusan pendidikan tinggi dalam rangka membina

warga

negara

sarjana

Indonesia

menjadi"

manusia

Indonesia seutuhnya melalui pembinaan nilai-nilai dan

semangat menerapkan nilai-nilai.

Pada halaman berikutnya, Faridah

menyatakan

bahwa

"pendidikan umum di perguruan tinggi dikembangkan melalui

MKDU. Dan MKDU merupakan sarana

pengembangan

pendidikan

umurn di perguruan tinggi".

Dengan demikian jika dirunut dari uraian di atas dapat dikemukan sebagai berikut: perkuliahan Filsafat

Pancasila

(di

IKIP

Yogyakarta)

merupakan

salah

satu

komponen dari MKDU dan MKDU merupakan sarana pengembangan

pendidikan umum di Perguruan Tinggi.

Perkuliahan Filsafat Pancasila i tu sendiri belurn

tentu diadakan di setiap Perguruan Tinggi. Di satu

pihak

ada

yang

rnengatakan

bahwa

Filsafat

Pancasila

perlu

diajarkan di IKIP, di lain pihak ada yang menolak, dengan

alasan sudah

ada

penataran

P4.

Salah

satu

hal

yang

(11)

pendapat tersebut disertai penelitian yang cermat. Studi ini berusaha untuk meneliti alasan-alasan diadakannya kuliah filsafat Pancasila dan meneliti bagaimana upaya yang dilakukan dosen dalam rangka mencapai tujuan pendidikan umum melalui kuliah Filsafat Pancasila.

Pentingnya kita pelajari secara mendalam tentang Pancasila, karena di dalamnya terkandung pokok-pokok tentang kehidupan berrnasyarakat dan bernegara. Untuk

mendalami telahaan Pancasila, kita perlu mengetahui tentang masalah yang menjadi inti dari tiap-tiap sila yang ada dalam Pancasila. Sesuai dengan cara berpikir yang beraturan dalam filsafat itu sendiri (logika), maka perlu pengkajian tiap-tiap sila dengan menguraikan secara filsafati, sehingga dengan demikian diharapkan kita sampai pada pengertian yang substansial tentang nilai-nilai Pancasila. Dengan berpikir sistematis tersebut kita akan sampai pada pilihan nilai-nilai yang mendasar atau yang hakikat dari Pancasila itu.

B. Fokus Penelitian

(12)

yang berkepribadian seutuhnya,

2. Program pendidikan umum

diberikan

kepada

setiap

siswa.

3. Program pendidikan

umum

memberikan

pengetahuan,

nilai-nilai dan ketrampilan yang bersifat umum,

yang.

diperlukan

oleh

setiap

warga

negara

Indonesia, dan

4.

Program

pendidikan

umum

bukan

program

yang

diarahkan untuk rnembina siswa menjadi seorang ahli

atau

spesialis,

baik

dibidang

akademis

maupun

vokasional.

Kriteria tersebut dirumuskan oleh Bunyarnin

Maftuh

untuk

mengukur suatu mata pelajaran atau mata kuliah 'sebagai

pendidikan umum atau tidak.

TR. McConnel

mengatakan

bahwa:

"pendidikan

umum

di samping memperhatikan perkembangan

intelektual,

juga

memperhatikan

perkembangan

emosi,

sosial,

dan

moral

secara integrasi". (Nelson B. Henry,

1952:

11).

Dengan

demikian

tujuan

utama

dari

pendidikan

umum

adalah

mengembangkan kepribadian yang

utuh,

bukan

semata-rnata

pada perkembangan intelektualnya.

Sejalan

dengan

tujuan

tersebut

penelitian

ini

berusaha untuk mengetahui alasan-alasan

diadakan

kuliah

Filsafat Pancasila, untuk mengetahui karakteristik proses

belajar

mengajar

Filsafat

Pancasila

dan

juga

untuk

menemukan

upaya

yang

dilakukan

dosen

untuk

mencapai

tujuan

tersebut,

yakni

manusia

Indonesia

seutuhnya.

(13)

banyak), akan tetapi juga memiliki moral yang baik. yang

tercermin pada prilakunya sehari-hari, dan

memiliki

keahlian serta ke trampi Ian" ,

(Arnsal Arnri,

1994:

151).

Dengan demikian yang menjadi fokus penelitian ini adalah

karakteristik

perkuliahan

Filsafat

Pancasila

dan

alasan-alasan diadakannya kuliah Filsafat Pancasila serta

upaya yang dilakukan dosen Filsafat Pancasila dalam

rnembina mahasiswa, untuk mencapai tujuan Pendidikan Umum.

C. Rumusan Masalah

Tolok ukur utama menganalisis

proses

belajar

mengajar Filsafat Pancasila adalah situasi pedagogis dan

pendekatan obyektif-praktis secara seimbang.

Situasi

Pedagogis adalah situasi pendidikan yang memperlakukan

peserta didik sebagai subyek, bukan sebagai obyek.

Tidak

kita pungkiri bahwa peserta didik adalah pihak yang

dikenai pendidikan. Namun

pendidikan semata.

peserta

didik

bukan

"obyek'

Obyek pendidikan

tersebut bersifat

aktif

dan

kreatif, sehingga reaksi terhadap tindakan

yang

ditujukan kepadanya, tidak semata-rnata tergantung

kepada tindakan itu sendiri, rnelainkan tergantung

dan rnakna yang diberikan peserta didik

kepada

tindakan tersebut. (M.I. .Soelaernan, 1985: 53).

Lebih lanjut, Sanusi (1989: 46), mengatakan:

(14)

dengan potensi, bakat, minat, motif, aspirasi, dan

kepercayaan peserta didik sendiri. Karena itu,

sudah

selayaknya bila proses belajar

mengajar

disesuaikan

dengan sifat-sifat peserta didik.

Asumsi tersebut menuntut adanya situasi

pendidikan

yang mengandung unsur kebebasan peserta didik untuk

menyatakan dirinya

sendiri.

Di

samping

itu,

kriteria

lain agar terjadi situasi pedagogis

dalam

suatu

proses

belajar mengajar, seperti yang disarnpaikan oleh Bapak MI.

Soelaeman dan Bapak Achmad Sanusi

antara

lain:

peserta

didik diperlakukan sebagai subyek, peserta didik bersifat

aktif dan kreatif, ada pertautan

makna

antara

pendidik

dan peserta didik,

sesuai

dengan

sifat

peserta

didik

(potensi, minat) dan partisipasi peserta didik.

Walaupun

begitu,

pendidik

mernelihara

agar

kebebasan

tidak

menyimpang

dari

kebenaran.

Sesuai

dengan

Filsafat

Pancasila, pendidik

berperan

mengarahkan

siswa

kepada

kebebasan nilai-nilai obyektif Pancasila.

Dengan

demikian,

proses

belajar

mengajar

yang

mengandung situasi pedagogis

itu

ditandai

oleh

adanya

situasi

penghormatan

terhadap

perserta

didik

sebagai

manusia. Interaksi yang

terjadi

adalah

interaksi

yang

terbuka dan manusiawi. "Interaksi yang manusiawi itu akan

mernelihara rasa aman, menghindari

konflik

dan

frustasi

(15)

1991: 6). "Peserta didik yang rnerasa jiwanya tertekan,

yang selalu dalam

keadaan

takut

akan

kegagalan,

yang

mengalarni kegoncangan emosi , tidak dapat belajar efektif".

(S. Nasution, 1982: 54). A. Kosasih Djahiri (1985: 33-34)

mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, harus ada

pendekatan

humanistik:

suatu pola berpikir dan pola kerja

yang meminta agar kita :

a. menghargai siswa sebagai manusia yang potensial.

Catatan:

Faham

Pendidikan

sekarang

cenderung

menyatakan bahwa "tidak ada anak yang bodoh",

setiap

siswa akan mampu belajar dan berhasil asal

diberikan

kesempatan

dan

waktu

serta

cara

sesuai

dengan

kernampuannya.

b. rnenghargai/melayani

siswa

secara:

jujur/fair,

obyektif, hangat, terbuka dan bebas tanpa paksaan.

c menciptakan suasana kelas yang:

akrab/kekeluargaan,

bebas

bagi

perasaan

anak

untuk

tanpa

ragu

mengekspresikan ernosi dan

pendapatnya

sehingga

ada

keterbukaan

dan

kesiapan/kemauan

untuk

belajar

(bacanya: kesiapan menerima/mengkaji sesuatu).

Dalam paragrap tersebut tertulis "tidak anak yang

bodoh", ini tidak lepas dengan

konsep

"belajar

tuntas"

(mastery learning).

Hal

ini

tentunya

tidak ditujukan

kepada

sernua

"anak

secara

umum",

sebab

tidak

kita

pungkiri bahwa disekitar

kita,

ada

anak

yang

tingkat

kepandaiannya jauh berbeda

dengan

anak

normal

(misal:

anak ediot, debi 1 dan sebagainya).

Narnun

jika

hal

ini

ditujukan kepada mahasiswa,

peneliti

tidak keberatan,

(16)

dengan predikat kepandaian tingkat tertentu.

Perkuliahan

Filsafat

Pancasila

menggunakan

pendekatan obyektif-praktis. Artinya,

dalam

perkuliahan

Filsafat Pancasila,

pendidik

menghubungkan

nilai-nilai

Pancasila

yang

ideal

dengan

realitas

kehidupan

masyarakat.

Pengungkapan

realitas

pelaksanaan

nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat merupakan tuntutan

yang

sama pentingnya dengan pengungkapan nilai-nilai Pancasila

yang

ideal.

Pendekatan

ini

akan

membawa

irnplikasi

terhadap tujuan, metode, materi dan penilaian.

Tujuan

perkuliahan

Filsafat

Pancasila

adalah

rnembina mahasiswa agar menjadi manusia yang utuh

dan

berkepribadian

Pancasila.

Artinya,

perkuliahan

Filsafat Pancasila

hendak

mengembangkan

pengertian

yang

benar

tentang

Pancasila,

menghayatinya,

dan

mengarnalkannya

secara

konsisten

dalaF kehidupan".

(Acmad Charis Zubair, 1981: 70).

Dengan

mempelajari

Filsafat

Pancasila,

mahasiswa

diharapkan

menjadi

manusia

yang

utuh,

dan

dalarn

kehidupannya

sehari-hari

berlandaskan

pada

Pancasila.

Manusia utuh bukan hanya cerdas, akan tetapi juga memiliki

moral

yang

baik,

yang

tercermin

dalam

perilakunya

sehari-hari, memiliki keahlian dan ketrampilan.

Tujuan tersebut senada dengan

tujuan

pendidikan

umum, yakni:

...

rnembina

kepribadian

manusia

seutuhnya,

yakni

(17)

produktif, warga negara yang bertanggung jawab, dan hamba Tuhan yang taat. (Faridah, 1992: 112).

Dirjen Dikti melalui keputusannya no. 32/DJ/Kep/1983, menyatakan bahwa tujuan pendidikan umum:

Untuk mempersiapakan mahasiswa agar dalarn memasuki kehidupan masyarakat, mereka dapat mengembangkan kehidupan pribadi yang mernuaskan, menjadi anggota keluarga yang bertanggung jawab dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari uraian tersebut di atas, terlihat bahwa tujuan perkuliahan Filsafat Pancasila dan tujuan pendidikan umum mengacu pada pembinaan kepribadian mahasiswa menuju manusia seutuhnya. Konsep manusia (Indonesia) seutuhnya tercermin, dalam Undang-undang RI no. 2 tahun 1989 tentang Sistern Pendidikan Nasional, pasal 4 (lihat hal. 1, Bab I). Untuk mencapai manusia seutuhnya, tentunya tidak hanya dengan kuliah Filsafat Pancasila, namun masih ada mata kuliah lain yang mendukungnya.

Perkuliahan Filsafat Pancasila itu sendiri termasuk

dalam perkulisihan Pendidikan Pancasila. Dengan demikian Pendidikan Pancasila rneliputi perkuliahan Filsafat Pancasila dan rnata kuliah lain tentang Pancasila. (rnisal Pengantar Pancasila, P4).

(18)

Pancasila.

Tidak

ada

satu

metode

yang

tepat

untuk

mencapai semua tujuan tersebut.

Oleh

karena

itu

perlu

penggabungan

berbagai

metode

yang

rnemungkinkan

siswa

berpikir, merasakan, dan mengamalkan Pancasila.

Materi perkuliahan Filsafat Pancasila dikaitkan

dengan kasus nyata yang ada dalam

masyarakat.

Mahasiswa

diminta

untuk

rnenghubungkan

kasus

tersebut

dengan

nilai-nilai Pancasila yang ideal.

Aspek-aspek

yang

dievaluasi

dalam

perkuliahan

Filsafat Pancasila bukan hanya aspek kognisi, tetapi juga

penghayatan dan keyakinan (afeksi)

dan

pengamalan

(psikomotor)

peserta

didik

terhadap

Pancasila

secara

benar. Untuk

itu

diperlukan

alat-alat

penilaian

yang

beraneka macam.

Berdasarkan uraian di atas,

maka

rumusan

masalah

penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.

Bagaimanakah

karakteristik

proses

belajar

mengajar

Filsafat Pancasila ?

2. Bagaimanakah situasi perkuliahan Filsafat Pancasila, jika

ditinjau dari sudut Pendidikan Umum ?

3.

Bagaimanakah

pendapat

mahasiswa

tentang

perkuliahan

Filsafat

Pancasila,

sebagai

salah

satu

mata

kuliah

Pendidikan Urnum ?

(19)

4.

Bagaimanakah

upaya yang

dilakukan

dosen

FilcafaL

Pancasila dalam mengarahkan mahasiswa mencapai

tujuan

Pendilan Umum ?

D. Relevansi Masalah dengan Pendidikan Umum

Tesis ini dikerjakan

untuk

memenuhi

tugas

akhir

studi strata dua program studi

Pendidikan Umum.

Karena

itu,

sudah sewajamya jika masalah

tesis

ini

tidak

keluar dari konteks pendidikan umum.

Ada tiga alasan tesis ini masuk dalarn ruang lingkup

Pendidikan Umum.

Pertarna, ditinjau dari sudut

tujuan

yang

hendak

dicapai, Soerjanto PoesPowardojo (1991: 56) rnengatakan:

Tujuan rnempelajari Filsafat Pancasila, bukan hanya

dalam arti yang sektoral, salah satu aspek kehidupan,

tetapi secara integral

dengan

mengikutsertakan

dan

memperhatikan segala

segi

yang

membentuk

keutuhan

pribadi manusia.

!&

ebih l^njut beliau rnengatakan:

K -t

... bukan hanya membentuk

manusia

untuk

memiliki

kecerdasan intelektual atau ketrampilan kerja saja,

tetapi dalam arti

yang rnenyeluruh,

ialah menjadi

manusia/warga negara yang total,' yang pada umumny*

disebut manusia baik

sebagai

manusia,

sehingoa

kebaikan total itu terwujud dalarn manusia

yang

berbudi luhur, dewasa dalam tindakannya, mempunya-:

(20)

Dengan demikian

perkuliahan

Fiis&fat

Panca-sila

bertujuan (lihat juga

pendapat

A.C.

Zubair

hal.

8) mengembangkan pribadi mahasiswa yang Pancasilais.

Perkuliahan Filsafat Pancasila dalam

konteks

pendidikan

umum, diadakan bukan dirnaksudkan terutama pada bidang

keahlian mengenai

Filsafat Pancasila,

tetapi

lebih

mengutamakan pada pengembangan kepribadian yang utuh.

Dengan demikian perkuliahan Filsafat Pancasila hendak

megembangkan kepribadian Pancasila yang utuh,

bukan

sekedar mengerti Pancasila secara benar,

tetapi juga

mampu menghayati dan mengamalkan secara

konsisten.

Jika

tujuan perkuliahan Filsafat Pancasila hanya

sekedar

mengerti

Pancasila secara benar

tentu

sulit

untuk

memasukkan perkuliahan Filsafat Pancasila sebagai program

pendidikan umum. Seperti pendapat T.R. McConnel yang

rnengatakan bahwa "... general

education

takes as

its

responbility the development of individual on a broader

scale - emotional,

social,

and moral,

as well

as

intelectual - and i

n

an

integrated

way".

(Nelson

8.

Henry,

1952:

11), yang dapat diterjemahkan

sebagai

berikut: pendidikan umum di samping memperhatikan per

kembangan intelektual, juga memperhatikan perkembangan

ernosi, sosial, dan moral secara teri ntegrasi . Jadi tujuan

(21)

pendidikan umum

adalah

mengembangkan

kepribadian

yang

utuh.

Tujuan

perkuliahan

Filsafat

Pancasila

sejalan

dengan pendidikan umum tersebut.

Kedua ditinjau dari sudut materi, perkuliahan Filsafat Pancasila merupakan pendidikan moral dan

pendidikan politik. Sebagai pendidikan moral, perkuliahan

Filsafat

Pancasila

bertolak

dari

peranan

Pancasila

sebagai filsafat hidup yang merupakan sumber nilai.

Nilai-nilai,

norma

yang

rnengikat

manusia

Indonesia

tersebut, berpedornan pada:

1. Moral Ketuhanan. dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Moral Kemanusiaan. dari sila Kemanusiaan yang adil

/

beradab.

3. Moral Persatuan, dari sila Persatuan Indonesia.

4. Moral JLer^J<^at am, dari sila Kerakyatan yang

di-pimpin

oleh

hikrnah

kebi jaksanaan

dalam

per-rnusyawara tan/per waki Ian.

5. Moral Keadilan, dari

sila

Keadilan

sosial

bagi

seluruh rakyat Indonesia. (Sunoto, 1985: 3)

Sebagai

pendidikan

politik,

perkuliahan

Filsafat

Pancasila

bertolak

dari

peranan

Pancasila

sebagai

landasan dan filsafat negara. Hal senada diungkapkan oleh

Rochman Natawidjaja bahwa:

Pendidikan Pancasila perlu ditinjau

dari dua

sisi

yang tidak boleh dan tidak dapat

dipisahkan,

yaitu

sebagai pendidikan pribadi (moral dan

sosial)

dan

sebagai pendidikan

politik.

(Rochman

Natawidjaja,

1991: 2).

(22)

komponen

pokok

pendidikan

umum.

Philip

H.

Phenix

mengemukakan

enam

kompetensi

dasar

yang

hendak

dikembangkan

dalam

pendidikan

umum

dalam

rangka

mengembangkan

pribadi

yang

utuh.

Keenarn

kompetensi

tersebut berkaitan dengan enam klasifikasi makna,

yaitu:

simbolik, ernpirik, estetik, sinoetik, etik, dan sinoptik.

Etik

rneliputi

bidang

moral

dan

pertimbangan

etik,

sedangkan sinoptik rneliputi sejarah, agama, dan filsafat.

Dengan demikian perkuliahan Filsafat Pancasila mengandung

unsur etik dan filsafat, yang dapat dimasukkan dalarn klasifikasi makna etik dan sinoptik.

Ketiga, ditinjau dari proses

belajar

mengajar

di

IKIP Yogyakarta, perkuliahan Filsafat Pancasila merupakan

bagian dari perkuliahan Pendidikan

Pancasila,

dan

mata

kuliah Pendidikan Pancasila

tesebut

merupakan

komponen

MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum).

MKDU

merupakan

program

pendidikan

yang

sengaja

diselenggarakan sebagai upaya pembinaan nilai-nilai

bagi mahasiswa dalarn rangka pengembangan

kepribadian

secara utuh,

maka

dapat

dikemukakan

bahwa

adanya

program MKDU sejalan dengan upaya

pencapaian

tujuan

pendidikan umum. Dengan kata lain,

bahwa

pendidikan

umum di perguruan tinggi dikembangkan melalui MKDU.

Dengan

demikian

dapat

disimpulkan

bahwa;

MKDU

merupakan

suatu

sarana

pengembangan

program

pendidikan umum di perguruan tinggi. (Faridah,

1992:

157) .
(23)

diadakannya

kuliah

Filsafat

Pancasila

di

IKIP

Yogyakarta.

2. Upaya dosen Filsafat Pancasila dalam

rangka

mencapai

tujuan pendidikan umum di IKIP Yogyakarta.

3. Beberapa metode

yang

diterapkan

dalam

pernbelajaran

Filsafat Pancasila.

4. Beberapa alat penilaian yang dipakai

untuk

mengukur

hasil belajar Filsafat Pancasila.

5. Apakah perkuliahan Filsafat Pancasila

sudah

memenuhi

syarat sebagai pendidikan umum.

F. Pentingnya Penelitian

Studi ini diharapkan dapat memberikan surnbangan,

baik

bagi

pengembangan

metode

penyampaian,

alat

penilaian, maupun

situasi

pedagogis

dalarn

perkuliahan

Filsafat Pancasila.

Secara lebih rinci, pentingnya penelitian ini

antara lain:

1. Penelitian ini akan mengungkapkan matode penyampaian

perkuliahan Filsafat Pancasila dalarn kaitannya dengan

suasana dialogis dalam perkuliahan.

2. Prosedur penilaian terhadap hasil test mahasiswa dalam

(24)

psikomotor, yakni apakah ada keseirnbangan penilaian di

antara ranah tersebut.

3. Penelitian tentang perkuliahan Filsafat

Pancasila

di

Indonesia

belum banyak dilaksanakan,

sehingga

hasil

penelitian

ini

dapat

dipergunakan

sebagai

bahan

rnasukan bagi penrngembangan perkuliahan Filsafat

Pancasila.

G. Definisi Operasional Judul

Untuk menghindari kerancuan dalam

penelitian

ini,

maka

istilah

yang

digunakan

didefinisikan

sebagai

berikut:

1.

Penggunaan

istilah

"karakteristik",

kadang-kadang

diartikan sebagai

si fat-si fat,

kadang-kadang diartikan

sebagai ciri khas. Pengertian sifat-sifat dan ciri

khas

itu

sendiri,

sebenarnya

banyak

mengandung

persarnaan. Dalam penelitian ini, karakteristik dirnaksudkan sebagai ciri khas, yakni ciri khas dalarn

perkuliahan Filsafat Pancasila di IKIP Yogyakarta yang

berkaitan dengan metode

penyampaian,

alat

penilaian

yang

digunakan,

dan

situasi

pedagogis

dalam

perkuliahan

Filsafat

Pancasila.

Metode

penyampaian

perkuliahan

dapat

dilaksanakan

dengan

tatap

muka,

dapat pula menggunakan alat bantu CCTV. Alat penilaian

(25)

dapat berbentuk essay dan multiple choice. Situasi pedagogis menurut MI. Soelaeman dan Achmad Sanusi , mempunyai kriteria sebagai berikut: peserta didik diperlakukan sebagai subyek, peserta didik bersifat aktif dan kreatif, ada pertautan makna antara pendidik dan peserta didik, sesuai dengan sifat peserta didik. (potensi, minat) dan partisipasi peserta didik.

Penyyunaan istilah Filsafat, mempunyai arti bermacam-rna^tm. Dalam bahasa Arab padanan kata filsafat adalah

falsafah dan dalam bahasa Inggris: philosophy. Pengertian filsafat diartikan dan dipakai secara berlaianan oleh para filsuf, rnaupun orang yang tertarik pada filsafat. Sesuai dengan latar belakangnya masing-masing, setiap filsuf meninjau filsafat dari titik tolak dan sudut pandang yang berbeda satu dengan lainnya. Menurut pendapat Harold

H. Titus (1979) yang di ter j ernahkan oleh H.M. Rasjidi

(26)

terbuka, toleransi terhadap pendapat orang

lain.

Hal

ini berkaitan

bahwa

ahli

filsafat

selalu

bersifat

kritis. (3)

filsafat

adalah

kumpulan

masalah

yang

rnendapat perhatian manusia

dan

dicarikan

jawabannya

oleh ahli filsafat. Filsafat

mengadakan

penyelidikan

sampai

pada

rnasalah-rnasalah

yang

terdalam

yang

rnendasari suatu hal.

(disarikan

dari

H.M..

Rasjidi,

1984: 11-15). Dari beberapa pengertian tersebut

dapat

disimpulkan bahwa pengertian filsafat bertalian dengan

kegiatan pemikiran manusia yang

bersifat

kritis

dan

rnenyel uruh .

Dengan digunakannya istilah Filsafat Pancasila,

dalam

penelitian ini diartikan sebagai pembahasan

Pancasila

secara filsafati, yaitu "pembahasan

Pancasila

sampai

pada hakikatnya yang terdalam (sampai pada

inti

yang

terdalam)", (Kaelan, 1991: 38).

pengertian filsafat Pancasila merupakan

suatu

pengetahuan yang terdalam yang merupakan hakikat Pancasila yang bersifat essensial, abstrak umum

universal, tetap dan

tidak berubah. (Notonagoro,

1966: 34).

3. Penggunaan istilah pendidikan

umum

sering

digunakan

dalam kerangka pendidikan

di

Indonesia.

Namun

yang

dimaksud pendidikan urnum oleh satu pihak

belum

tentu

sarna dengan yang dimaksud oleh pihak lain. Pendidikan

(27)

umum diartikan sebagai pendidikan yang berlaku urnu

bagi sernua peserta didik yang tidak bersifat khusus

dan diarahkan untuk pengembangan kepribadian peserta

didik secara keseluruhan (utuh).

Pendidikan urnum adalah program pendidikan yang

rnembina kepribadian warga

negara

peserta

didik

menjadi

manusia seutuhnya

melalui

pembinaan

nilai-nilai dan sernangat menerapkan

nilai-nilai

untuk

mencapai

kebahagiaan

hidup

dunia

dan

akhirat. (Faridah, 1992:155).

Pendidikan umurn yang dimaksud dalam penelitian ini,

pendidikan umum di

Indonesia yang

bertujuan untuk

rnembina kepribadian warga negara peserta didik rnenjdi

manusia seutuhnya melalui

pembinaan nilai-nilai

dan

sernangat

menerapkan

nilai-nilai

untuk

mencapai

kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Dengan kata lain,

pendidikan umum

di

Indonesia

berupaya

rnembina

kepribadian manusia Indonesia seutuhnya.

(Menurut

Gordon Allport, "Kepribadian adalah suatu organisasi

yang dinamis dari

sistern psikofisik individu yang

rnenentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara

khas". Oikutip dari buku

Teori-teori

Kepribadian,

karangan E. Koswara, 1991: 11).

Secara

operasional,

penelitian

ini

akan

menganalisis situasi perkuliahan Filsafat Pancasila di

(28)

situasi pedagogis,

alat

penilaian,

rnateri

perkuliahan

ditinjau dari pendidikan umum, yakni

apakah

perkui iafutn

Filsafat

Pancasila

sudah

memenuhi

syarat

sebagai

pendidikan umum.

H. Asumsi Penelitian

Asumsi

penelitian

merupakan

suatu

titik

tolak

pemikiran, yang digunakan sebagai dasar penelitian,

yang

dibutuhkan untuk rnenyelidiki

masalah-masalah

yang

akan

dijawab. Penelitian ini mendasarkan pada asumsi sbb:

1. Pancasila

memandang

manusia

sebagai

rnakhluk

yang

monopluralis.

Hakikat

manusia

yang

rnonopluralistik

berarti

eksistensi manusia bersusun, majemuk,

sarwa

tunggal,

bertubuh jiwa, berakal -

rasa

-

kehendak,

bersifat

perseorangan dan makhluk sosial,' dan kedudukan berdiri

sendiri dan makhluk Tuhan (Notonagoro, 1982: 49).

Secara

lebih

rinci,

hakikat

manusia

terdiri

dari

susunan kodrat jiwa dan tubuh,

sifat

kodrat

sebagai

makhluk individu, dan makhluk

sosial,

dan

kedudukan

kodrat

sebagai

makhluk

yang

berdiri

sendiri

dan

sebagai makhluk Tuhan.

"Aspek jiwa manusia

tersusun

atas

akal,

rasa

dan

kehendak. Sedangkan aspek tubuh manusia tersusun

(29)

mati", (Sunoto, 1985: 63).

2. Pendidikan nasional pada dasarnya adalah proses pembangunan keseluruhan potensi dan aspek kepribadian

manusia. Dalam rangka pembangunan keseluruhan

potensi

dan aspek kepribadian manusia, keberadaan pendidikan umum sangat penting, khususnya di Perguruan Tinggi karena mahasiswa mempunyai latar belakang bidang ke ahlian masing-masing, dan di pihak lain sernua dituntut memiliki kepribadian utuh. Untuk memiliki kepribadian utuh, seseorang tidak hanya belajar tentang keahlian, tetapi belajar pendidikan umum.

3. Para dosen Filsafat Pancasila, mempunyai pandangan-pandangan yang tertentu tentang berbagai persoalan

filsafat Pancasila

secara

konseptual

teoritis

yang

dapat dijadikan rujukan dalam. memilih alternatif

kebijakan pendidikan yang berkenaan dengan mata kuliah

Filsafat Pancasila.

4. Perkuliahan Filsafat Pancasila

akan

berjalan

dengan

baik, jika dilaksanakan dengan:

a. metode penyampaian dalam

proses

belajar

mengajar

(30)

b. dalam sistem tutorial ada pertautan makna antara pembimbing dengan mahasiswa (yang dibimbing).

c. alat penilaian yang berbentuk essay dan multiple choice, mengungkapkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang serta mahasiswa diajiik untuk memecahkan suatu perrnasalahan yang terjadi dalarn masyarakat.

(31)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini mengikuti langkah-langkah kerja penelitian kualitatif. "Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur" (Nasution, 1988: 18). "Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasi1kan ' data deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diarnati". (Moleong, 1993: 3).

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa per-timbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih rnudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, rnetode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajarnan pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Moleong, 1993: 5).

Sesuai dengan sifatnya, maka metodologi penelitian ini disusun sebagai berikut:

A. Metode dan Teknik Penelitian

(32)

Dengan demikian metode deskritif tidak terbatas hanya

sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interprestasi terhadap data. "Penelitian deskritif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang". (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 64).

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalarn pengumpulan data penelitian ini adalah:

1. Teknik Delphi

"Project DELPHI" is the

name

for

a study of the use

of expert opinion that has- been intermittently conducted at The RAND Corporation. The technique; employed is called the DELPHI method. Its object is to obtain the most reliable consensus of opinion of group of experts. (Norman Dalkey and Olaf Helmer, 1963: 458).

Pernyataan di atas jika diterjemahkan mengandung pengertian sebagai berikut: proyek Delphi merupakan

nama

suatu

studi

(penelitian)

dengan

menggunakan

pendapat para ahli, dan telah dipakai secara tidak tetap oleh The RAND Corporation. Teknik yang dipakai

tersebut

disebut

metode

Delphi.

Obyeknya

untuk

rnemperoleh konsensus pendapat yang paling reliabel dari kelornpok para ahli.

Dengan demikian, teknik Delphi adalah suatu teknik penelitian yang meminta kepada sejumlah ahli,

(33)

untuk memberikan pendapat dan pandangan-pandangan secara individual dan bebas. Dalam alinea berikutnya Norman Dalkey dan Olaf Helmer rnenyebutkan "The technique employed involves the repeated individual questioning of the experts (by interview or questionnaire) and avoids direct confrontation of the experts with another". Atau jika diterjemahkan sebagai

be r i k u t:

"teknik yang digunakan rneliputi pertanyaan individual yang diulang-ulang kepada para ahli (dengan interview atau kuissioner) dan menghindari konfrontasi langsung dengan ahli yang lain- nya".

Untuk rnemperoleh pendapat para ahli tersebut, peneliti mengadakan wawancara kepada para dosen Filsafat Pancasila di IKIP Yogyakarta, dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Observasi

Peneliti rnelakukan observasi proses belajar mengajar dalam kelas dari awal semester hingga mid semester. Peneliti mengadakan observasi tentang metode

(34)

Observasi dilaksanakan pada jurusan yang berbeda, artinya pada minggu I pada jurusan A, kemudian minggu berikutnya berganti lagi. Namun tidak semua jurusan dikunjungi oleh peneliti.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka diadakan dengan maksud untuk mendapatkan data tertulis dan otentik tentang obyek kajian yang diteliti. Dengan demikian studi ini digunakan untuk rnemperoleh kerangka kepustakaan yang berhubungan dengan pokok perrnasalahan yang sedang dibahas, serta sebagai bandingan utama dengan keadaan nyata pada obyek penelitian.

Pustaka yang dipakai adalah buku yang berkaitan dengan materi perkuliahan Filsafat Pancasila, antara lain buku karangan Notonagoro yang berjudul

Pancasi1 a Secara Ilmiah Populer dan Beberapa Hal Mengenai Falsa fah Pancasila, buku karangan Soerjanto Poespowardoja, berjudul Filsafat Pancasila, buku karangan Kaelan berjudul Filsafat Pancasila dan diktat,

hand out yang digunakan oleh Jurusan MKDU yang berkaitan dengan kuliah Filsafat Pancasila. Dengan

(35)

yang berkaitan dengan

perkuliahan

Filsafat

Pancasila

dan

buku

tersebut

menjadi

acuan

kuliah

Filsafat

Pancasila di IKIP Yogyakarta.

Setelah

semua

data

terkumpul

dan

bahan

yang

mendukung dinggap memadai , rnaka pembahasan selanjutnya

dilakukan secara kualitatif. B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini melibatkan sejumlah dosen Mata

Kuliah

Dasar

Umurn

khususnya

yang

mengajar

Filsafat

Pancasila, sebab dosen-dosen tersebut

diduga

berhubungan

erat dari besar pengaruhnya terhadap

perkembangan

program

perkuliahan Filsafat

Pancasila.

Untuk

melengkapi

hasil

penelitian,

subyek

penelitian

dosen-dosen

Filsafat

Pancasila dan beberapa mahasiswa pengikut kuliah

Filsafat

Pancasila. Hasil wawancara dari mahasiswa merupakan

suatu

masukan yang panting dan

dapat

digunakan

sebagai

umpan

balik bagi dosen-dosen yang mengajar Filsafat Pancasila.

Penentuan

subyek

penelitian

terhadap dosen

yang

diambil, pada dasarnya dilihat dari

pengalaman mengajar

Filsafat Pancasila itu sendiri, yakni minimal mereka telah

mengajar

Filsafat

Pancasila

dalam

lima

tahun

(lima

semester) dan kedudukan beliau di samping

sebagai

tutor

(36)

video). Dengan demikian diharapkan mereka mempunyai keahlian dalam bidang perkuliahan Filsafat Pancasila dan diakui otoritasnya dalam pendidikan yang berkaitan dengan perkuliahan Filsafat Pancasila.

Mahasiswa yang dijadikan subyek penelitian semuanya ada tiga mahasiswa. Mahasiswa yang diambil sebagai subyek penelitian berdasarkan kesepakatan dengan dosen Filsafcit Pancasila yakni mereka sering berdiskusi satu orang, yang jarang bertanya satu orang, yang sudah berpengalaman menjadi guru (mahasiswa dan sekaligus sebagai tenaga pengajar pada SMP di daerah Slernan) satu orang dan di-tambah satu orang mahasiswa lagi yang sebagai pengampu. Mahasiswa tersebut telah mengikuti kuliah Filsafat Pancasila semester sebelurnnya, sehingga dalam wawancara mahasiswa tidak merasa ewuh pekewuh dengan teman dan dosen Filsafat Pancasila dan dari wawancara ini diharapkan mendapatkan data yang obyektif.

C. Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Orientasi

Setelah sural ijin penelitian detri IKIP Bandung disampaikan oleh peneliti kepada Rektor IKIP Yogyakart£t, kemudian selang beberapa hari peneliti

(37)

menanyakan ke bagian Biro Akademik, apakah

surat

ijin

penelitian dari IKIP Yogyakarta sudah samapai

di

Biro

Akademik. Dari Biro Akademik

diperoleh

jawaban

bahwa

surat sudah sampai di

Biro

Akademik

dan juga sudah

mendapat persetujuan dari Rektor.

Dengan

bekal

surat

tersebut, peneliti menemui

Dekan

Fakultas

Pendidikan

Ilmu

Pengetahuan

Sosial

dan

Dekan

Fakultas

Ilrnu

Pendidikan

untuk

meminta

ijin

mengadakan

wawancara

dengan

beberapa

dosen

di

1ingkungannya.

Di

FPIPS

sebolum

menemui

dosen

Filsafat

Pancasila,

peneliti

mengadakan pertemuan

lebih

dahulu

kepada

Sekretaris

Jurusan

MKDU,

untuk

menanyakan

siapa-siapa

dosen

Filsafat Pancasila

yang

telah

mengajar

selama

lima

tahun.

Dari

Sekretaris Jurusan

pula peneliti mendapat

inforrnasi yang berharga

mengenai

perihal

perkuliahan

Filsafat

Pancasila.

Sekretaris

Jurusan

memberikan

inforrnasi

tentang

pelaksanaan

perkuliahan

Filsafat

Pancasila dan dosen-dosen pengajar Filsafat Pancasila.

Setelah rr.empelajari jadual

perkuliahan

Filsafat

(38)

2. Tahap Eksplorasi

Dalam tahap eksplorasi ini, p>eneliti mengadakan observasi selama setengah semester (lihat Bab III.A.3). Setelah satu bulan berjalan, peneliti mengadakan wawancara baik dengan beberapa mahasiswa maupun dosen Filsafat Pancasila. Wawancara dilakukan dengan mahasiswa untuk rnemperoleh data mengenai tujuan perkuliahan Filsafat Pancasila, aspek yang dipentingkan dalam kuliah Filsafat Pancasila dalam kaitannya dengan taksonomi Bloom, metode penyampaian, kejenuhan mengikuti kuliah Filsafat Pancasila, hal-hal yang diperlukan dalam kuliah Filsafat Pancasila dan alat penilaian yang digunakan.

Wawancara dimulai dengan dua orang mahasiswa secara acak. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti

sebagai latihan

semata,

artinya

mencoba

mengadakan

wawancara dengan melihat reaksi mahasiswa. Peneliti dalam wawancara ini hanya membawa catatan kecil sehingga tidak diketahui oleh mahasiswa. Mereka

m enganggap bahwa peneliti adalah mahasiswa yang berbeda

jurusan dengannya. Dalarn wawancara ini kelihatan tidak

serius, berbicara santai. Hal

ini

diperlukan

penulis

sebagai bahan latihan untuk hari berikutnya ketika

(39)

mengadakan

wawancara sesungguhnya.

Selang

beberapa

minggu kemudian peneliti mengadakan wawancara sungguhar,

dengan empat mahasiswa. Pada saat wawancara

ke empat

mahasiswa tidak secara bersarna-sama

tetapi

bergantian

dengan hari yang berlainan pula.

Dalam

wawancara

ini

peneliti menggunakan daftar pertanyaan sebagai

patokan

peneliti agar tidak menyimpang terlalu jauh pada

pokok

perrnasalahan. Di

samping

daftar

pertanyaan

peneliti

juga mempersiapkan

tape

recorder

dan

alat

tulis

sekedarnya.

Setelah

dimulai

dengan

perkenalan

dan

maksud dari wawancara dilanjutkan dengan

pertanyaan-pertanyaan

yang

sudah

dipersiapkan

sebelurnnya

oleh

peneliti. Hasil dari wawancara yang telah direkan dalarn

tape

recorder,

kemudian sesampai di rurnah dibuat

dalam

bentuk tulisan.

Setelah observasi dalam

pelaksanaan

perkuliahan

dan wawancara kepada mahasiswa

dianggap

selesai

oleh

peneliti, selanjutnya

peneliti

menghubungi

beberapa

dosen Filsafat Pancasila

untuk

mengadakan

wawancara.

Setelah adanya kesepakatan waktu

antara

peneliti

dan

dosen yang bersangkutan, kemudian

peneliti

mengadakan

(40)

bersangkutan.

3. Member Checks

Setelah data terkumpul, data tersebut ditulis dalam bentuk uraian dan dikembalikan lagi kepada

masing-masing responden

untuk

dibaca

dan

diperbaiki

jika ada kalimat atau kata

yang

tidak

sesuai

dengan

maksud

responden.

Setelah

responden

menelaah

hasil

wawancara kemudian responden rnembubuhkan tanda tangan sebagai tanda persetujuan dan menarnbah dengan beberapa cata tan untuk diperbaiki oleh peneliti.

4. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pernbanding terhadap data itu. Teknik triangulasi

yang

paling

banyak

digunakan

ialah

pemeriksaan

melalui sumber lainnya. (Lexy J. Moleong, 1993: 178) .

Triagulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara-cara mengumpulkan sumber-sumber inforrnasi, yakni: a. PengamaUn terhadap proses belajar mengajar Filsafat

Pancasila seperti: menepati jam mengajar, cara-cara mahasiswa rnegajukan tanggapan/per tanyaan, jawaban tutor, suasana belajar mengajar.

b. Wawancara dengan dosen senior lain yang secara

(41)

formal tidak terkait dengan proses belajar

menyajai

Filasafat Pancasila,

namun

secara

akademis

dapat

dijadikan sebagai

pengampu

(mewakili).

c. Wawancara dengan mahasiswa lain yang pernah

mengikuti kuliah Filsafat Pancasila, pada

semester

sebelumnya.

5. Tahap Penulisan Laporan

Setelah tahap-tahap di atas diselesaikan secara

keseluruhan, peneliti membuat laporan akhir. Proses ini

(42)

DAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAH SARAN-SARAN

Berdasarkan hasil

penelitian

dan

pembahasan

yang

telah

dituangkan

dalam

bab

terdahulu,

maka

pada

bab

terakhir ini dikemukakan

beberapa

kesimpulan,

implikasi

dan saran-saran.

A. Kesimpulan

Sesuai

dengan

rumusan

masalah,

hasil-hasil

penelitian dan

pembahasan,

dalam

penelitian

ini

dapat

dikemukakan beberapa kesimpulan: -v,

1. Proses belajar mengajar^di IKIP

Yogyakarta

menekankan

pada

aspek

pengetahuan

dibandingkan

dengan

aspek

nilai-nilai, sehingga sifatnya lebih kognitif.

2.

Upaya dosen-dosen Filsafat Pancasila

dalam

memberikan

contoh-contoh

praktis

sesuai

dengan

pengalaman

kerjanya yang

relatif

lama,

memberi

bekal

kognitif

kepada mahasiswa lebih kuat, dibandingkan dengan

bekal

yang bersifat afektif.

3. Pemanfaatan CCTV dalam proses belajar mengajar Filsafat

Pancasila yang tidak

dialogis,

sikap

mahasiswa

yang

kurang percaya terhadap tutor, dan pemberian nilai yang

bersifat kuantitatif, merupakan titik lemah

bagi

mata

(43)

kuliah Filsafat Pancasila sebagai MKDU.

4. Berdasark.an hal-hal yang dikemukakan di atas, proses belajar mengajar Filsafat Pancasila di IKIP Yogyakarta tidak memenuhi syarat sebagai pendidikan umum.

B. Implikasi

Dengan menelaah hasil-hasil penelitian dan pembahasan maka dari penelitian ini ada beberapa implikasi yang dapat dikemukakan.

Jika diasumsikan bahwa perkuliahan Filsafat Pancasila sebagai pendidikan umum, maka perkuliahan

Filsafat Pancasila menggunakan pendekatan obyektif-praktis

secara seimbang. Dalam pendekatan ini, dosen

tidak

hanya

membicarakan nilai-nilai

ideal

Pancasila,

tetapi

harus

menghadirkan

masalah-masalah

pengamalan

Pancasila,

sehingga perkuliahan Filsafat Pancasila tidak jauh di

langit tetapi lebih membumi. Untuk itulah materi harus

dikembangkan

berdasar

fakta-fakta

yang

terjadi

dalam

masyarakat.

Perkuliahan Filsafat Pancasila harus berjalan dalam

situasi pedagogis, mahasiswa diperlakukan

sebagai

subyek

yang aktif dalam suasana dialogis.

Hubungan

tidak

hanya

satu arah namun berjalan dengan multi arah,

dosen

dengan

(44)

penguasaan materi perkuliahan

(kognitif),

melainkan

apa

yang

dipe lajari •dapat

diwujudkan

melalui

sikap

dan

peri laku

mahasiswa.

sesuai

dengan

nilai-nilai

luhur

Pancasila. Oleh karena itu penilaian tidak hanya dilakukan

terbatas

pada

aspek

kuantitatif,

namun

dosen

perlu

menggunakan cara dan alat penilaian yang

dapat

menjaring

seluruh aspek kepribadian mahasiswa sehingga penilaian itu

dapat dipertanggungjawabkan baik

secara

akadernis

maupun

secara moral.

Sehubungan dengan

ketiga

ranah

tujuan

(kognitif,

afektif dan psikomotor), maka dalam perkuliahan Filsafat

Pancasila disarankan ada keseimbangan dan ketiga.nya

tidak

dipisa^ikar-K Domain afektif tidak

akan

berkembang

dengan

baik, kalau

kognitifnya

tidak

baik.

Moral

tidak

akan

turnbuh begitu saja jika domain kognitif tidak

baik.

Oleh

karena itu harus ada keseimbangan.

Jika

dikehendaki

perkuliahan

Filsafat

Pancasila

menekankan pada aspek kognitif, peneliti memberikan

saran

kepada pengelola Jurusan MKDU IKIP- Yogyakarta,

sebaiknya

perkuliahan Filsafat Pancasila tidak masuk dalam

komponen

MKDU,

melainkan

masuk

dalam

studi

filsafat.

Dengan

demikian penempatan perkuliahan Filsafat Pancasila sebagai

MKDU di IKIP Yogyakarta, perlu ditinjau kembali.

(45)

Sebagaimana

layaknya

penelitian

kualitatif,

penelitian ini terbatas ruang lingkup yang sempit.

Obyek

penelitian

ini terbatas pada satu perguruan

tinggi.

Hasil-hasil penelitian ini akan lebih dipercaya (validitas

eksternal) bila dilakukan penelitian sejenis di

perguruan

tinggi lain, yang tentunya sebentar .lagi seluruh perguruan

tinggi akan memberikan

kuliah Filsafat Pancasila pads.

semester VII

minimal

satu

SKS,

berdasar

Surat

Edaran

Dirjen Dikti no.

1786/D/T/1994,

tanggal

15 April

1994

tentang pemberian

mata kuliah Filsafat Pancasila

di

perguruan tinggi bagi mahasiswa SI.

Di samping hal

tersebut

di

atas,

penelitian

ini

terbatas dalam ruang lingkup "proses pembelajaran Filsafat

Pancasila", sedangkan mata kuliah lain dalam komponen MKDU

tidak termasuk

dalam

penelitian

ini.

Untuk

melengkapi

hasil penelitian, perlu diadakan penelitian

lebih

lanjut

pada mata kuliah lain dalam lingkup komponen MKDU dan juga

perlu diadakan penelitian lebih

lanjut

tentang perilaku

mahasiswa, baik sebelum mengikuti kuliah

Filsafat

Panca

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Sutan

Zanti.

(1983).

Eengantar

kepada.

Filsafat

Pandidikan. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.

Barnadib, Imam. (1976). Filsafat Pandidikan:.

Sistem

dan

Metode.

Yogyakarta:

Yayasan

Penerbit

FIP

IKIP

Yogyakarta.

BERNAS (Surat Kabar

Marian),

"Terjadi

Degradasi

Nilai

Pangamalan Pancasila". 27 Juli 1994.

Dalkey, Norman and Olaf Helmer. (1963).

An

Experimental

Application of The

Delphi

Method

to

the

us

of

Experts, dalam The

Rand

Corporation,

California:

Santa Monica.

Darmodi har jo, Darji. (1902).

Pajicasila

Suatu

Orientasi

Singkat. Jakarta:

Aries Lima.

Direktorat Pembinaan Sarana Akademik.

(1991).

Pembinaan

Mata Kuliah Dasar Umum di Pergu_r.uan Tinggi.

Dirjen

Dikti, Depdikbud. Jakarta.

_ (1991). Jjurusa_n Mata

Kul.iah Dasar Umum.

Dirjen

Dikti, Depdikbud. Jakarta.

Djahiri,

Achmad Kosasih.

(1985).

St t; ateg i Pengajaran

Afektif-Nilai-Moral

VCT

dan Games

daLam " VC T7

Bandung: Jrs. PMPKN FPIPS IKIP Bandung

Djamal, Djasmir. (1986)

Karunika.

LHsa±a

t

Par]cas.ila .

Jakarta

Djojonegoro, Wardiman. (1991). J__rodjjktiv.i tas__ Te_knolpgi,

dan

Pendidikan. Jakarta: BPP Teknologi.

Driyarkara.

(1964).

Pej_cj_kan

Filsafat.

Jakarta:

PT.

Pembangunan.

Faisal, Sanafiah. (1990). Penelitian

Kualitatif:

Dasar-dasar dan Apl i_kasi . Malang: Yayasan Asah Asih

Asuh

(YA3).

(47)

Faridah. (1992). Konsep Dasar Pendidi kan Umum dan MKDU serta Kedudukan MKDU dalam Pengembangan Prggrarri Pendidikan Umum. (tesis). PPS IKIP 3andu,:g.

Coetz, J. P. and Lecc:,-".s, f*.. D. (1993). E~hnc-;iraphi and Qualitative and Dssicn ini Educational Research.

! ,". r> -^ * r\ • £ "- •"• --' "•,=- * — ~< - -. -- '- T V "^

riasisubrcto, Subi.'io. (1903). Pokok-pokox .B^Itgurnpulan Data^ Analisis Data, Penafsi ran Data dan Rekcmendasi dalam °enelitian Kualitatif. Banaung;

IKIP Bandung.

Hasan, Fuad. (1976). Berkenaian dengan Eksistensialisme.

Jakarta: Pustaka Java.

Henderson, S.V.P. (1978). Introduction to Philosophy of Education. (Disadur oleh ST. Santi Arbi dan Waini Rasyidin, Ed. M.I. Soelaeman). Bandung: FIP IKIP

Bandung.

Henry, B. Nelson. (1952). Fifty-First Year Rnnk of The National and Study of Education. Chicago: The University of Chicago.

Kaelan. (1991). Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Fakultas

Filsafat UGM.

Kattsoff, Louis 0. (1987). Pengantar Filsafat. (Alih Bahasa Soejono Soemargono). Yogyakarta: Tiara

Wacana.

Kelornpok Pengaji Sejarah dan Filsafat Pandidikan IKIP

Jakarta (1990). Keperluan dan Ke ha rusar, ilmu

Pendidikan. Jakarta: IKIP Jakarta. Langeveld, I . vJ . £->'<.

Pendidikan. (Alih Bahasa M.I. Soelaeman). Bandung:

IKI° Bandung.

Lanur, Alex. (1936). Locjlka Selayang P^andajig.

Yogyakarta-Kanisius

(48)

Pei-k&iTib^nqan Program Pendidikan Umum dal^ur;

Kurikulum Sekolah Menegah Urnum Tingkat Atas jkSMA)... sejak tahun 1945 sampai dengan tahun 1984. (tesis). :-"PS IKIP Bandung.

Miarso, ^usu^hadi (1984). Tekr.olo<_i KonunlkasI Pen didikan untuk Pamera taan Kesempatar P e.idi dikar, ;k

Indonesia, dalam Anolisc. Fendidikan. ja';art;i.

Moiac.ny, Lcxy J. (1991). Msj^Qde ccnel it lan Kuali tatit. Bandung: Remaja

ta.rye<-Muhajir, Noeng. (1990). Metcdologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Miles, Matthew B. dan Huberman, Michael, A. (1984). Qualitative Data Analysis. London: Sage Publicators Nasution, S. (1982). Didaktik Azas-Azas Menaga.jar ,

B a n dung: J e iamars.

Natawidjaja, Rochman. (1991). Stra tegi Perrb^aiaran

Pendidikan Pancasila dalam Si st.Rm Pendidikan

Nasional. IKIP Bandung.

Notonagoro. (1988). Pancasila Dasar Falsafah Negara.

Jakarta: PT. Sina Aksara.

Os'sman, Oetojo dan Alfian (Penyunting) . (1991). Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan

Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta:

3P-7 Pusat.

Phenix, Philip H. (1964). Realms of Meaning, a Philosophy

of The Curriculum for General Education. New York:

McGraw-Hill Book Company.

Poespcwardojo, Soerjanto. (1991). Filsafat Pancasila,

Se_b.uah Pendekatan Sosio-Budaya. Jakarta: Gramedia.

Soaharto. (1976). Pandangan P res iden Soeharto ten Lane, Pancasila. Jakarta: Yayasan Prokiamasi .

S udj a na, Nana & Ibrahim. (1989) . Penelitiar. dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

(49)

Soejono,

Ag.

(1980).

xendahuiuan

.Pejj__ id_i |<aj_

Us_u_i.

Bandung: Bina Ilmu.

Soelaeman,

h.

I. (1977).

Penc ham___ran

F^rome no 1p_c_i s

terhadap Ee.Qdi.dikari. Bandung: IKIP Bandung.

(19S5). Meijjadi Guru. Bandung: Oipcnagr'-Q.

<-'--b/-

Suatu

£ciLl._ah

ie:,

z,arx,

Ma nusia-Re11qi

-p^ndidikan.

Direktorat

Pandidikan

Tinggi

Depdikbud.

Sukarlan, Endang. (1991). Filsafat Pancasila. Yogyakarta:

PIP IKIP Yogyakarta

Sumaatmadja,

Nursid.

(1990).

Konsep

dan

Eksistensi

Pendidikan !Jm.um Bandung: IKIP Bandung.

Sunoto. (1981).

Mengenai .Filsafat Pancasila

Yogyakarta:

Bagian Per.erbitan Fak. Ekonomi - UII.

Supadi,

Imam.

(1987).

Efektivitas

Penggunaan

Media

Eenaawan ciar, Prestasi Belajar Siswa

di

Gbkolah."

Yogyakarta: FTP IKIP Yogyakarta.

Suseno,

Franz

Magnis.

(1992).

F.iisj_fat

sebasai

Limy

Kritis- Yogya karta: Ka nis ius.

Titus, Harold H. (1959). Living Issues i_n Philosophy. New

York: American Bock Coy.

Utomo, Tjipto dan Kees Ruijter. (1989).

Peningkatan

din

Pen.aernb__n__an Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia.

Wahana, Paul us. (1993). Filsafat

Pancasila.

Yogyakarta:

Kanisius.

Wibisono.Christianto. (1^94). "Anatord Global Inc

(I)"

Oetik, no. C59/7h k?-1C, 27 April - 3 Mei 1994.

Wibisono,

koeoto.

dkk.

(llW).

r),;sa.r-dasa;

Filsafat

Jakarta: KarunIka.

-rudkin, Michael. (1971).

Ctmsr.al.

Education.

Middlesex,

(50)

Zubair, Achmad Charis. (1981). Ke Alam Pemikiran Prof DR. Notonagoro. Yogyakarta: Fak. Filsafat UGM.

Referensi

Dokumen terkait

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Mengingat akan besarnja pindjaman-pindjaman luar negeri jang hingga kini telah diterima oleh pemerintah — digunakan untuk keperluan-keperluan ekonomis dun

RESIKO AUDIT.. Unsur Resiko Audit Resiko Bawaa n Resiko Bawaa n Resiko Detek si Resiko Detek si Resiko Pengendali an Resiko Pengendali an.. Jika auditor mempertahankan

40 Di samping itu, keyakinan self-efficacy juga mempengaruhi cara atas pilihan tindakan seseorang, seberapa banyak upaya yang mereka lakukan, seberapa lama mereka akan

duaratus hasilnya adalah duapuluh tigaribu seratus tigapuluh tiga sepertiga rupiah”. Coba ada yang Tanya tidak ? kok ternyata nilai ini [ menunjuk pekerjaan Ry, Rt, dan Sv

Bukan hanya rasanya saja yang berbeda namun saya akan membuat keripik pisang ini berbeda dari segi packing, dan cara pemasarannya juga, yang pasti akan lebih unik dari pada

Penelitian ini termasuk penelitian pe- ngembangan yang pada tahun I penelitian difokuskan pada kegiatan: (a) Mengiden- tifikasi permasalahan pelaksanaan pem- belajaran