OLEH KEPALA SEKOLAH, GURU PAMONG DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN
MENGAJAR MAHASISWA
T E S I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung Untuk
Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana Bidang Studi Administrasi
Pendidikan
Oleh :
DAMAN HERMAWAN 652/A/XIX-11
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Disetujui dan disyahkan oleh Pembimbing
Prof. Dr. Achmad Sanusi, S.H., M.P.A. Pembimbing I
Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc. Ed.
<£-Pembimbing II
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G
Penelitian ini mengungkapkan supervisi program
pengalaman lapangan yang merupakan salah satu aspek pen
ting dalam program pengalaman lapangan yang merupakan
bagian integral dari "struktur program" kurikulum Lemba
ga Pendidikan Tenaga Kependidikan (dalam hal ini IKIP).
Dengan demikian, kualitas keluaran (out put) IKIP akan
dipengaruhi oleh efektivitas program pengalaman lapangan.
Penelitian ini bertitik tolak dari kajian para
pakar
pendidikan yang menyatakan bahwa mutu mengajar gum-guru
di sekolah dianggap masih rendah sebagai akibat dari ren
dahnya mutu lulusan IKIP. Selain daripada itu,kepala se
kolah, guru pamong dan dosen pembimbing di samping
mem-punyai tugas utamanya masing-masing, juga tidak
dipersiapkan dan atau diadakan peningkatan kemampuan kepembim
-bingan sesuai dengan peranannya sebagai supervisor prog
ram pengalaman lapangan. Kemudian, berdasarkan hasil stu
di penjajagan, hasil yang dicapai oleh beberapa
orang
mahasiswa yang berkaitan dengan praktek mengajar
masih
adanya beberapa kelemahan. Yang menjadi pokok permasalah
an dalam penelitian ini (fokus penelitian) adalah
pola
bantuan/layanan yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru
pamong dan dosen pembimbing dalam upaya meningkatkan ke
mampuan mengajar mahasiswa.
Sesuai dengan sifat masalah dan tujuan penelitian
yaitu untuk memahami apa yang terjadi dalam situasi ter
tentu untuk menangkap makna dari sudut pandangan pelaku
yang menghayati kejadian tersebut, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan inkuiri naturalistik atau peneli
tian kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para supervi
sor ( kepala sekolah, gum pamong dan dosen pembimbing )
belum sepenuhnya melaksanakan peranannya secara efektif,
meskipun dalam hal-hal tertentu beberapa orang supervi
sor melaksanakan peranannya . tersebut secara efektif.
Oleh karena itu, meskipun program pengalaman lapangan
telah memberikan kontribusi yang berarti
terhadap pe
ningkatan kemampuan mengajar mahasiswa, tetapi belum men
capai hasil sesuai dengan tuntutan persyaratan tugas ja
batan tenaga kependidikan. Efektif
tidaknya bimbingan
atau bantuan supervisor program pengalaman lapangan ter
sebut, berkaitan dengan pemahaman terhadap peranannya
,
kemampuan dan semangat dalam melaksanakannya, serta
komitmen terhadap peranannya tersebut. Di samping ada be
-berapa faktor penyebab kurang berhasilnya kegiatan prog
ram pengalaman lapangan, antara lain (1) kesiapan maha
siswa untuk memulai kegiatan pengalaman lapangan diang
-gap masih kurang, (2) waktu kegiatan pengalaman lapangan
pembimbing untuk melakukan peranannya sebagai supervisor
program pengalaman lapangan, (4) tidak adanya pedoman
evaluasi yang jelas, dan (5) honorarium sering terlambat.
3erkaitan dengan hasil penelitian yang
diungkap-kan di atas, penelitian ini merekomendasidiungkap-kan : (1) per
lunya upaya meningkatkan semangat, kemampuan dan
kete
rampilan supervisor program pengalaman lapangan, (2) tu
gas dosen pembimbing sebagai supervisor program pengala
man lapangan hendaknya diperhitungkan dan dikaitkan de
ngan beban tugas lainnya sebagai tenaga fungsional, (3)
perlunya penyempumaan mekanisme pelaksanaan program pe
ngalaman lapangan, (4) perlunya dirumuskan pedoman eva
-luasi secara menyeluruh dan rinci, baik yang
berkaitan
dengan kemampuan pribadi, sosial dan terutama kemampuan
Halaman
JUDUL i
PERSETUJUAH DAN PENGESAHAN ii
KATA PSI7GANTAR iii
DAPTAR ISI vi
DAPTAR TABEL ix
DAPTAR GAMBAR x
BAB I : PSUDAHULUA1T 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Pokus Penelitian 11
C. Pentingnya Penelitian 16
D. Tujuan Penelitian 19
E. Kegunaan Penelitian 21
P. Paradigma Penelitian 22
G. Metode Penelitian 30
H. Lokasi dan Lama Penelitian 31
BAB II : TIHJAUAU PUSTAKA 34
A. Program Pengalaman Lapangan dalam Program Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan 34
B. Manajemen Program Pengalaman La
pangan 45
1. Struktur Organisasi dan Deskrip-• si Tugas Program Pengalaman La
pangan
46
2. Mekanisme Pelaksanaan Program
Pengalaman Lapangan
62
C. Penilaian Program Pengalaman La
-pangan 63
D. Pendekatan - Pendekatan dalam Studi
Supervisi Program Pengalaman La
pangan 77
1. Pengertian dan Tujuan Supervisi
Program Pengalaman Lapangan .... 77
2. Langkah-langkah Supervisi Prog
ram Pengalaman Lapangan 81 3. Kemampuan yang harus Dimiliki
oleh Supervisor Program Pengalam
an Lapangan 89
E. Hasil Penelitian yang Relevan 94
BAB III : PROSEDUR PEMELITIA1T 97
A. Metode Penelitian 97
B. Populasi dan Sampel 100
C. Teknik Pengumpulan Data 104
1. Observasi 104
2. Wawancara 106
3. Studi Dokumentasi 108
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 110
BAB IV : HASIL P2I7SLITIAK 112
A. Cara-cara Analisis Data 112
B. Analisis Deskripsi Hasil Penelitian 114 1. Analisis Deskripsi Kegiatan Su
pervisi Kepala Sekolah 114
2. Analisis Deskripsi Kegiatan Su
pervisi Guru Pamong 132
3. Analisis Deskripsi Kegiatan Su
pervisi Dosen Pembimbing 150
C. Rangkuman dan Pembahasan Hasil
-hasil Penelitian 162
1. Persepsi Kepala Sekolah, Guru Pamong dan Dosen Pembimbing ter-hadap PPL dan terter-hadap Peranan-nya sebagai Supervisor Program
Pengalaman Lapangan 163
2. Kegiatan yang Dilakukan oleh Ke pala Sekolah sebagai Supervisor
Program Pengalaman Lapangan .... 167
3. Kegiatan yang Dilakukan oleh Guru Pamong sebagai Supervisor
Program Pengalaman Lapangan .... 177 4. Kegiatan yang Dilakukan oleh Do
sen Pembimbing sebagai Supervi
sor Program Pengalaman Lapangan. 188
BAB V : KESIMPULAIJ DA17 REKOME27DASI 193
A. Kesimpulan 193
B. Rekomendasi 204
C. Penutup 216
DAPTAR KEPUSTAKAA17 217
RI17GKASAI7 222
RIV/AYAT HIDUP 225
DAPTAR TABEL
Tabel Halaman
1. llama Sekolah Tempat Mahasiswa Program S 1 Helaksanakan Program Pengalaman Lapangan
Periode tahun 1989 - 1990 32 2. Jumlah Populasi Penelitian 102
3. Matriks Pembagian Alokasi V/aktu Program
Pengalaman Lapangan (salah satu altematif) 214
Gambar Halaman
1. Paradigma Penelitian Supervisi Program Pe -ngalaman Lapangan oleh Kepala Sekolah, Guru
Pamong dan Dosen Pembimbing dalam upaya
Pem-bentukan Kemampuan Mengajar Mahasiswa 24
2. Kriteria Keberhasilan/Produktivitas Pendi
-dikan 3b
3. Struktur Organisasi UPT Program Pengalaman
Lapangan IKIP Bandung 47
4. Skema tentang Proses yang Terjadi Dalam
[image:10.595.84.493.123.705.2]PENDABULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu masalah yang dihadapi oleh sistem pen didikan nasional dewasa ini adalah masalah mutu pendidik
an. Oleh karena itu sangat beralasan apabila di dalam
Repelita V, salah satu arah dan kebijaksanaan
pembangun-an nasional sebagaimpembangun-ana tercpembangun-antum dalam GBHU mengenai
sektor pendidikan bahwa "titik berat pembangunan pendi
-dikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang
dan jenis pendidikan serta perluasan kesempatan belajar
pada jenjang pendidikan menengah dalam rangka persiapan
wajib belajar untuk pendidikan menengah tingkat pertama"
(TAP MPR RI. Ho. II/MPR/1988).
Masalah mutu erat kaitannya dengan mutu proses dan mutu lulusan. Baik mutu proses maupun mutu lulusan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain faktor siswa, guru, program dan metoda mengajar, fasilitas dan pern -biayaan, pengelolaan, kepemimpinan dan pengawasan, dan
sebagainya. Meskipun masalah ini bersifat kompleks,
na-mun faktor guru tampaknya salah satu faktor yang amat
dominan pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan laporan umura hasil evaluasi kurikulum
di-an ddi-an Kebudayadi-an Departemen Pendidikdi-an dan Kebudayaan,
terdapat kelemahan-kelemahan pendidikan itu.. antara lain :
(1) proses belajar menga;jar masih berorientasi ke pada guru, (2) materi pelajaran terlalu sarat, tidak hanya diberikan yang essensial sa;ja, kurang memper -hatikan segi praktis yang penting dalam kehidupan,
(3) proses berpikir yang lebih tinggi dan pemecahan
masalah kurang mendapat tempat, didominasi oleh pe ngembangan kognitif, kurang memperhatikan pengembang an afeksi, dan (4) pengawasan yang bersifat profesi
-onal dilakukan secara kurang intensif ( Made Pidarta, 1986:17).
Kelemahan-kelemahan di atas pada dasarnya terletak
pada kualitas kemampuan yang dimiliki oleh para guru,
se-dangkan kemampuan guru tersebut ditentukan oleh proses
pendidikan yang telah ditempuh sebelumnya. Penelitian yang
pernah dilakukan oleh Dr. Winarno Surahmad, menyatakan
bahwa mutu guru-guru Sekolah Lanjutan masih belum
memuas-kan, sebagai akibat dari kenyataan bahwa IKIP umumnya
menghasilkan guru-guru yang belum siap. Walaupun
kira-kira 70 %guru-guru sekolah menengah memenuhl persyaratan ijazah umum, namun dalam praktek mengajarnya tampak
cara-cara yang dapat mengurangi kualitas pendidikan ( Oemar
Hamalik, Disertasi, 1982:3). Adapun tentang kualitas lu
lusan, menurut hasil penelitian IKIP Bandung tahun 1977
dan 1983, menun^ukkan bahwa kualitas lulusan IKIP belum
mencapai taraf yang diinginkan baik dalam komponen studi
maupun komponen metodologi (M.Pakry Gaffar, 1987:153).
-lainnya untuk Sekolah Lanjutan dan Pendidikan Luar Biasa (Pedoman Akademik IKIP Bandung, 1988 - 1989). Kemudian,
berkaitan dengan kebijaksanaan pemerintah mengenai
dialihfungsikannya SPG dan SGO, sesuai dengan Surat Kepu
-tusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0854/0/1989,
IKIP berfungsi pula mempersiapkan calon guru Sekolah
Da-sar.
Kelemahan-kelemahan serta tugas baru di atas,
me-rupakan suatu tantangan dan sekaligus merupakan
pendo-rong bagi IKIP untuk selalu berupaya meningkatkan dan
mengembangkan sistem pendidikannya guna memenuhi
kebutuh-an akkebutuh-an tenaga kependidikkebutuh-an baik kualitas maupun kukebutuh-anti-
kuanti-tas. Upaya untuk meningkatkan mutu, IKIP hendaknya
meng-kaji ulang berbagai komponen yang terlibat, baik yang
ada di dalam maupun di luar sistem - pendidikan. Dengan
kata lain, pengkajian dapat dilakukan melalui penerapan
pendekatan sistem. Ini berarti bahwa untuk mencapai
tu-Juan IKIP, make komponen-komponen yang terlibat di
da-lamnya serta sistem lainnya yang berkaitan hendaknya me
rupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan secara
fungsional. Dalam kaitan ini, program pengalaman lapang
an sebagai salah satu komponen yang secara fungsional
dapat menunjang tercapainya tujuan IKIP.
dari program pendidikan guru (IKIP) yang berwawasan Pen
didikan Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK). Oleh karena
itu, kelulusan program pengalaman lapangan, sebagai
pra-syarat dalam penyelesaian akhir studi mahasiswa untuk
se-tiap jenis dan jenjang program studi.
Program pengalaman lapangan merupakan wahana yang
amat penting sebagai ajang untuk membina kemampuan
pro-fesional mahasiswa, baik dimensi pengetahuan, sikap mau
pun kemampuan mengajar. Melalui program pengalaman la
pangan, mahasiswa calon guru akan melatih diri dengan
mempraktekkan berbagai teori secara integratif mengenai
apa yang telah diperolehnya di dalam perkuliahan, akan
menambah wawasan lebih luas serta memahami dan mengha
-yati pelaksanaan pendidikan dalam situasi dan kondisi
yang nyata. Di samping itu, mahasiswa akan menyadari
se-gala kemampuan dan kelemahannya berdasarkan tuntutan
tu-gasnya di lapangan, sehingga pada akhirnya mereka
diha-rapkan akan lebih terdorong untuk selalu meningkatkan
ke-mampuannya sesuai dengan tuntutan tugaanya kelak dalam
berbagai situasi dan kondisi yang selalu berkembang.
Mutu proses dan hasil program pengalaman lapangan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Faktor internal, antara lain
spesialisasi bidang studi, penguasaan teori kependidikan,
pengalaman, latar belakang pribadi, motivasi dan usia.
Faktor eksternal, antara lain kurikulum IKIP,
pengelola-an program pengalampengelola-an lappengelola-angpengelola-an, kualifikasi akademik dpengelola-an
karakteristik supervisor
( kepala sekolah, guru pamong,
dosen pembimbing), jumlah dan karakteristik siswa setiap
kelas, jenjang sekolah, situasi dan kondisi sekolah, dan
konteks masyarakat.
Program pengalaman lapangan IKIP Bandung
dikoor-dinasikan oleh Unit Pelaksana Teknis Program Pengalaman
Lapangan (UPT PPL). Unit ini di bawah dan
bertanggung-jawab kepada Rektor melalui Pembantu Rektor I. Pembinaan
sehari-harinya dilakukan oleh Pembantu Rektor I. Pungsi
unit ini adalah : a) merencanakan dan mengatur
pelaksa-naan program pengalaman lapangan kependidikan,
b)mengen-dalikan dan menilai pelaksanaan program pengalaman la pangan kependidikan, c) melakukan urusan tata usaha unit
program pengalaman lapangan. (Dadang Godjali, 1987:2).Di
samping itu, dalam pedoman pembaharuan sistem pendidikan
tenaga kependidikan di Indonesia, tugas UPT PPL dikata
-kan seperti berikut ini.
Memberi penataran khusus bagi guru - guru pamong, Kepala Sekolah, tutor dan tenaga edukatif lainnya
yang terlibat dalam kegiatan pengalaman lapangan,
tif CBSA (Student Active Learning) (Depdikbud, Buku
III, 1981:23).
Secara teknis operasional, supervisor yang
lang-sung memberikan bantuan/layanan akademik terhadap maha
siswa peserta program pengalaman lapangan adalah guru
pamong dan dosen pembimbing. Sedangkan kepala sekolah,
di samping memberikan layanan akademik, juga berkaitan
dengan kegiatan pengelolaan. Oleh karena itu, perilaku
supervisor tersebut diasumsikan berpengaruh kuat terha
dap perkembangan mahasiswa, baik dimensi pengetahuan ,
sikap, maupun kemampuan mengajarnya. Berdasarkan asumsi
tersebut, maka supervisi program pengalaman lapangan
me-rupakan faktor yang amat penting yang harus dilaksanakan
oleh guru pamong, dosen pembimbing dan kepala sekolah.
Dengan bantuan yang efektif, mahasiswa akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Sebaliknya akan menimbul -kan dampak negatif, bu-kan saja bagi mahasiswa itu sendi-ri, melainkan juga terhadap murid-murid sekolah yang ber-sangkutan apabila supervisor program pengalaman lapangan tersebut tidak melaksanakan perananya secara efektif.
Kepala sekolah adalah kepala dari sekolah tempat
kegiatan program pengalaman lapangan, yang karena
ke-dudukannya itu oleh IKIP diangkat sebagai koordinator guru pamong. Guru pamong adalah guru yang mengajar pada
-siswa yang berpraktek di sekolahnya sesuai dengan bidang
keahliannya. Sedangkan, dosen pembimbing adalah dosen
IKIP yang berada di jurusan atau fakultas, yang oleh IKIP
diangkat sebagai pembimbing mahasiswa jurusannya yang
berpraktek di sekolah-sekolah.
Kriteria untuk menjadi pembimbing program penga
laman lapangan, berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Program
Pengalaman Lapangan IKIP Bandung ( Dadang Godjali, 1987:
41), harus memenuhi syarat-syarat seperti di bawah ini. 1. Koordinator Guru Pamong
Yang menjadi koordinator guru pamong adalah kepala
sekolah, dimana sekolah yang dipimpinnya itu
dijadi-kan sebagai tempat kegiatan program pengalaman lapang
an mahasiswa IKIP. Karena kedudukannya itu, maka oleh
IKIP diangkat sebagai koordinator guru pamong pada
sekolah yang dipinpinnya.
2. Guru Pamong
Syarat-syarat menjadi guru pamong untuk program
S 1 dan D 3> seperti tercantum di bawah ini.
a. Lulusan LPTK (IKIP,FKIP,STKIP) minimal Sarjana
Mu-da/D 3;
b. Pengalaman sebagai guru minimal 5 tahun/Gol.II/d ;
c. Bersedia sebagai guru pamong dengan mengisi
d. Bersedia melaksanakan tugas sebagai guru pamong sesuai dengan keahliannya.
3. Dosen Pembimbing
Syarat-syarat menjadi dosen pembimbing adalah se perti tercantum di bawah ini.
a. Lulusan LPTK (IKIP,PKIP,STRIP) minimal S 1; b. Pengalaman sebagai dosen minimal empat tahun;
c. Pengalaman sebagai dosen PBM Jurusan minimal satu
tahun, Gol. Ill/b;
d. Bersedia melaksanakan ketentuan UPT PPL dengan se-baik-baiknya sesuai dengan keahliannya;
e. Berdedikasi/penuh pengabdian/ penuh tanggung jawab
dalam rangka pembentukan guru profesional.
Dengan kriteria di atas, IKIP (dalam hal ini UPT
PPL) memberi kepercayaan kepada mereka (guru pamong, do
sen pembimbing dan kepala sekolah) untuk dapat melaksa
-nakan peranannya sebagai supervisor program pengalaman
lapangan, yaitu memberi bantuan dalam upaya pembinaan kemampuan profesional mahasiswa selama melaksanakan tu-gasnya di sekolah. Atas dasar kepercayaan itu, maka
pe-ngambilan keputusan mengenai kelulusan serta peringkat
nilai program pengalaman lapangan mahasiswa, semata-mata
didasarkan kepada hasil penilaian yang dilakukan oleh
mereka, baik penilaian sehari-hari (formatif) maupun pe
nelitian baik melalui pengamatan, v;a\vancara
maupun
me-lalui studi dokumentasi, didapat beberapa masalah seper
ti tercantum di bawah ini.
1. Kepala sekolah, di samping harus melaksanakan peranan
nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan,
juga harus melaksanakan tugas utamanya yaitu
sebagai
administrator pendidikan di lingkungan
sekolah yang
dipimpinnya.
2. Pengangkatan guru pamong~-didasarkan atas pilihan
dan
usulan kepala sekolah yang sebelumnya tidak pernah
di-persiapkan terlebih dahulu untuk berperan sebagai su
pervisor program pengalaman lapangan.
3. Selama menjadi guru pamong
belum pernah memperoleh
pembinaan, khususnya dari fihak IKIP
yang
berkenaan
dengan peranannya sebagai supervisor program penga
laman lapangan.
4. Beberapa orang dosen pembimbing bukan sebagai dosen
mata kuliah Proses Belajar Mengajar dan atau belum
pernah mengajar mata kuliah tersebut.
5. Adanya keterlambatan pembayaran honorarium, baik ter
hadap guru pamong, kepala sekolah maupun dosen
pem
bimbing.
beberapa kelemahan, antara lain perumusan tujuan
in-struksional khusus (TIK) masih bersifat umum,
stra-tegi belajar-mengajar cenderung berpusat kepada
akti-vitas guru/mahasiswa, materi dan bentuk evaluasi ti
dak mengacu kepada tujuan yang telah dirumuskan.
7. Nilai praktek mengajar mahasiswa selama kegiatan prog
ram pengalaman lapangan yang diberikan oleh guru pa
mong cenderung konstan (tidak menunjukkan kemajuan )
dari mulai praktek mengajar yang pertama sampai de ngan praktek mengajar yang terakhir.
8. Beberapa orang mahasiswa merasa kurang puas atas ni
lai praktek mengajar yang diperolehnya, karena nilai praktek mengajar teman-temannya yang dinilai oleh gu
ru pamong yang sama mendapat nilai yang lebih baik
daripada nilai yang diperolehnya. Sedangkan menurut
mahasiswa tersebut, praktek mengajar temannya itu ti
dak lebih baik daripada praktek mengajarnya.
Berdasarkan masalah - masalah yang diungkapkan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah pola ban-tuan yang bagaimanakah yang dilakukan oleh guru pamong,
dosen pembimbing dan kepala sekolah dalam membina kemam
puan mengajar mahasiswa ? Dengan asumsi bahwa perilaku
supervisi guru pamong, dosen pembimbing dan kepala seko
lah berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan mengajar
jawab-an atas pertjawab-anyajawab-an tersebut. Seljawab-anjutnya, dengjawab-an kajian
yang lebih mendalam dapat ditemukan makna perilaku su
pervisor (guru pamong, dosen pembimbing dan kepala seko
lah) tersebut, yang kemudian diharapkan dapat lebih me
ningkatkan perilakunya dalam memberikan bantuan terhadap
mahasiswa peserta program pengalaman lapangan dengan
mem-perhatikan faktor-faktor yang terkait.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982), atau pendekatan
inkuiri naturalistik (Lincoln dan Guba, 1985), atau pen
dekatan naturalistik kualitatif (Nasution, 1988).
Menen-tukan fokus merupakan faktor yang amat penting dalam pe
nelitian kualitatif, meskipun fokus itu masih mungkin
mengalami perubahan selama berlangsungnya penelitian itu
(Nasution, 1988:31). Dengan menetapkan fokus sebelum pe
nelitian dilakukan, peneliti akan membatasi studinya
serta dapat membuat keputusan yang tepat tentang data
mana yang akan dikumpulkan dan data mana yang tidak
per-lu dijamah ataupun mana yang akan dibuang. Menurut
Lincoln dan Guba (1985:227-228), tujuan peneliti menetap
kan fokus adalah : (1) penetapan fokus dapat membatasi
studi, (2) penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi
kriteria inklusi-eksklusi atau memasukkan - mengeluarkan
diperoleh di lapangan.
Kegiatan mahasiswa di dalam program pengalaman
lapangan cukup kompleks dan rumit. "Kompleks" mengandung
arti bahwa kegiatannya tidak saja meliputi proseb bel-ajar-mengajar yang. terjadi di dalam kelas, tetapi juga
mencakup kegiatan-kegiatan lainnya di luar praktek
meng-ajar, seperti kegiatan bimbingan dan penyuluhan,
ketata-usahaan, rapat sekolah, oleh raga, kesenian, pramuka, upacara sekolah dan Iain-lain. "Rumit" mengandung arti bahwa tugas - tugas tersebut menuntut suatu kompetensi,
yaitu kompetensi profesional, kompetensi sosial maupun
kompetensi pribadi. Sedangkan, dalam kesempatan kegiatan program pengalaman lapangan ini, mahasiswa sedang dalam taraf belajar, artinya taraf pembentukan atau pembinaan
kompetensi-kompetensi tersebut. Dalam hal inilah bantuan
dari para pembimbing (guru pamong, dosen pembimbing dan
kepala sekolah) sangat diperlukan. Meskipun kegiatan ma
hasiswa itu kompleks, namun kegiatan praktek mengajar
merupakan kegiatan pokok. Seperti tercantum dalam pe
doman PPSPTK buku III (1981), praktek mengajar diberi
bobot yang lebih besar daripada kegiatan-kegiatan lain
nya.
Kualitas praktek mengajar mahasiswa sangat
di-pengaruhi oleh kemampuarmya.Oleh karena itu bantuan ter
lapangan,hen-daknya menaruh perhatian yang utama kepada pembinaan ke mampuan mengajarnya, yang pada gilirannya akan meningkat
kan kualitas proses belajarmengajar. Berdasarkan pemi
-kiran tersebut, maka esensi fokus penelitian ini adalah
bagaimana upaya pembinaan kemampuan praktek mengajar ma
hasiswa melalui supervisi program pengalaman lapangan.
Kegiatan supervisi program pengalaman lapangan
melibatkan sejumlah personal, seperti misalnya dosen UPT
PPL, Pembantu Dekan I, Ketua jurusan, dosen pembimbing ,
kepala sekolah dan guru pamong. Diantara sejumlah perso
nal tersebut, guru pamong, dosen pembimbing dan kepala
sekolah, merupakan orang yang paling "depan" dalam upaya
pemberian bantuan/layanan kepada mahasiswa peserta prog
ram pengalaman lapangan. Dengan demikian, masalah pembi
naan kemampuan praktek mengajar mahasiswa, pada
hakekat-nya mempersoalkan bantuan/layanan guru pamong, dosen pem
bimbing dan kepala sekolah yang berperan sebagai super
visor program pengalaman lapangan. Kegiatan-kegiatan ter
sebut hendaknya dapat menciptakan kondisi yang
memungkin-kan pertumbuhan kemampuan mengajar mahasiswa secara
kon-tinu, memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sen
-diri masalah-masalah yang mereka hadapi dengan penuh
ini-siatif dan kreatif.
Dari hasil orientasi dan studi penjajagan ter
dirumuskan masalah pokok penelitian (fokus penelitian) sebagai berikut : Pola bantuan/layanan yang bagaimanakah yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru pamong dan do sen pembimbing dalam upaya pembentukan kemampuan meng
-ajar mahasiswa ? Secara lebih operasional fokus peneli
tian tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaanperta
-nyaan seperti di-bawah ini.
a) Hal-hal yang menyangkut perilaku kepala sekolah se
bagai supervisor program pengalaman lapangan.
1. Bagaimanakah persepsi kepala sekolah tentang prog
ram pengalaman lapangan dan tentang peranannya se
bagai supervisor dalam upaya memperlancar dan
mem-bentuk kemampuan mengajar mahasiswa ?
2. Paktor-faktor apakah yang menjadi dasar
pertimbang-an kepala sekolah dalam memilih dan mengusulkan
guru-guru untuk diangkat sebagai guru pamong ?
3. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai supervisor program pengalaman lapangan
dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar maha
siswa ?
4. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan ke
pala sekolah dalam menilai ujian praktek mengajar
mahasiswa ?
b) Hal-hal yang menyangkut perilaku guru pamong sebagai
1. Bagaimanakah persepai guru pamong terhadap program
pengalaman lapangan dan terhadap peranannya seba
gai supervisor dalam upaya pembentukan kemampuan
mengajar mahasiswa ?
2. Sifat hubungan yang bagaimanakah yang dilakukan
antara guru pamong dan mahasiswa dalam kaitannya
dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar maha
siswa ?
3. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh guru pamong
sebagai supervisor program pengalaman lapangan da
lam upaya pembentukan kemampuan mengajar mahasis
wa ?
4. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan
guru pamong dalam menilai praktek mengajar maupun
ujian praktek mengajar mahasiswa ?
c) Hal-hal yang menyangkut perilaku dosen pembimbing se
bagai supervisor program pengalaman lapangan .
1. Bagaimanakah persepsi dosen pembimbing terhadap program pengalaman lapangan dan terhadap peranan
nya sebagai supervisor dalam upaya pembentukan ke
mampuan mengajar mahasiswa ?
2. Sifat hubungan yang bagaimanakah yang dilakukan
antara dosen pembimbing dan mahasiswa dalam kait
-annya dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar
3. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh dosen pembim
bing dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar
mahasiswa ?
4. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan
dosen pembimbing dalam menilai ujian praktek
meng-ajar mahasiswa ?
C. Pentingnya Penelitian
1. Dilihat dari Bidang Administrasi Pendidikan.
Penelitian mengenai supervisi program pengalaman
lapangan merupakan kegiatan penting untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku kepala sekolah, guru pamong
dan dosen pembimbing dalam upaya pemberian bantuan ke pada mahasiswa peserta program pengalaman lapangan.
Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari administrasi. Jones (1969), mengemukakan bahwa su
pervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
se-luruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan
ter-utama untuk mengembangkan efektivitas performans (perso
nel sekolah) yang berhubungan dengan tugas - tugas utama
dalam usaha-usaha pendidikan. Jones memandang supervisi sebagai sub sistem dari sistem administrasi pendidikan. Sebagai sub sistem sudah tentu tidak lepas dengan admi
nistrasi yang juga menyangkut personel non guru. Namun
performans para personel yang menangani para siswa se
bagai obyek yang digarap oleh sekolah (Made Pidarta,
1986:3).
Kemudian, Oteng Sutisna (1987:248),
mengemuka-kan bahwa supervisi sebagai salah satu
fungsi pokok ad
ministrasi, berupa pelayanan yang langsung berurusan
dengan pengajaran dan perbaikannya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan
bahwa supervisi pendidikan merupakan bagian dari fungsi
administrasi pendidikan.
Supervisi pendidikan merupakan
bantuan/layanan profesional yang langsung ditujukan un
tuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar
melalui peningkatan kemampuan profesional guru, sedang
kan administrasi pendidikan berkaitan dengan keseluruhan
proses sistem pendidikan yang secara tidak
langsung un
tuk meningkatkan proses dan hasil pendidikan serta untuk
menghasilkan belajar - mengajar yang lebih efektif dan
efisien.
Supervisi dalam konteks program pengalaman la
pangan merupakan perkembangan dan implementasi supervisi
pengajaran, yang pada hakekatnya merupakan
suatu proses
bantuan/layanan dalam upaya pembentukan kemampuan me
-ngajar mahasiswa melalui program pengalaman lapangan.De
ngan demikian, supervisi program pengalaman lapangan me
yang juga merupakan bidang'studi peneliti.
2. Dilihat dari Operasional.
Secara akademik supervisi program pengalaman
lapangan menjadi wewenang dan tanggung jawab kepala se
kolah, guru pamong dan dosen pembimbing. Oleh karena itu berhasil tidaknya program pengalaman lapangan banyak di-pengaruhi oleh perilaku kepala sekolah, guru pamong dan
dosen pembimbing sebagai supervisor. Sehubungan dengan
itu, timbul suatu pertanyaan sebagaimana telah dirumus
kan dalam fokus penelitian, yaitu pola bantuan / layanan
yang bagaimanakah yang dilakukan oleh kepala sekolah,
guru pamong dan dosen pembimbing dalam upaya meningkat
kan kemampuan mengajar mahasiswa ? Untuk menjawab per
-tanyaan tersebut bukanlah hal yang mudah, tetapi harus didukung oleh data yang keabsahannya dapat dipertanggung jawabkan, perlu dianalisis dan kajian yang mendalam, se-hingga jawabannya dapat dipertanggung jawabkan pula. Un tuk keperluan itulah penelitian yang mendalam tentang supervisi program pengalaman lapangan oleh kepala seko lah, guru pamong dan dosen pembimbing, perlu
dilaksana-kan.
Sepengetahuan penulis, penelitian tentang super
visi program pengalaman lapangan khususnya di IKIP
Bandung belum ada yang meneliti, sehingga hasil peneli
pa-ra pengelola program pengalaman lapangan di dalam raem-buat kebijaksanaannya, khususnya dalam upaya meningkat
kan efektivitas supervisi program pengalaman lapangan.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku
supervisi program pengalaman lapangan oleh kepala se
-kolah, guru pamong dan dosen pembimbing dalam upaya pem
bentukan kemampuan mengajar mahasiswa.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui peneli
tian ini adalah sebagaimana tercantum di bawah ini.
a) Hal-hal yang menyangkut perilaku kepala sekolah se
bagai supervisor program pengalaman lapangan.
1. Akan mendeskripsikan dan menganalisis persepsi ke
pala sekolah terhadap program pengalaman lapangan dan terhadap peranannya sebagai supervisor program pengalaman lapangan dalam upaya pembentukan ke mampuan mengajar mahasiswa.
2. Akan menganalisis faktor-faktor yang menjadi dasar
pertimbangan kepala sekolah dalam memilih dan
meng-usulkan guru-guru untuk diangkat menjadi guru pa
3. Akan mendeskripsikan dan menganalisis kegiatan ke
pala sekolah sebagai supervisor program pengalaman
lapangan dalam upaya pembentukan
kemampuan
meng-ajar mahasiswa.
4. Akan menganalisis kriteria yang menjadi dasar per timbangan kepala sekolah dalam menilai ujian prak tek mengajar mahasiswa.
b) Hal-hal yang menyangkut perilaku guru pamong sebagai
supervisor program pengalaman lapangan.
1. Akan mendeskripsikan dan menganalisis persepsi gu
ru pamong terhadap program pengalaman lapangan
dan terhadap peranannya sebagai supervisor dalam
upaya pembentukan . kemampuan mengajar mahasiswa.
2. Akan menganalisis sifat-sifat hubungan yang dila kukan antara guru pamong dan mahasiswa dalam
kait-annya dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar
mahasiswa.
3. Akan mendeskripsikan dan menganalisis kegiatan gu ru pamong sebagai supervisor program pengalaman
lapangan dalam upaya pembentukan kemampuan
meng-ajar mahasiswa.
4. Akan menganalisis kriteria yang menjadi dasar per
timbangan guru pamong dalam menilai praktek
menga-jar (formatif) maupun ujian praktek mengamenga-jar (
c) Hal-hal yang menyangkut perilaku dosen pembimbing se
bagai supervisor program pengalaman lapangan.
1. Akan mendeskripsikan dan menganalisis persepsi do sen pembimbing terhadap program pengalaman lapang an dan terhadap peranannya sebagai supervisor da lam upaya pembentukan kemampuan mengajar mahasis
wa.
2. Akan mendeskripsikan sifat-sifat hubungan yang di lakukan antara dosen pembimbing dan mahasiswa da lam kaitannya dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar mahasiswa.
3. Akan mendeskripsikan dan menganalisis kegiatan do
sen pembimbing dalam upaya pembentukan kemampuan
mengajar mahasiswa.
4. Akan menganalisis kriteria yang menjadi dasar per timbangan dosen pembimbing dalam menilai ujian praktek mengajar mahasiswa.
E. Kegunaan Penelitian
Secara konseptual dengan penelitian ini diharap-kan dapat memperkaya wawasan peneliti tentang teori dan konsep supervisi pengajaran pada umumnya yang merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan, teori dan
konsep supervisi program pengalaman lapangan pada
khusus-nya.
peneliti-an ini diharapkpeneliti-an dapat dihasilkpeneliti-an suatu informasi, ya
itu gambaran mengenai pelaksanaan supervisi program pe
ngalaman lapangan yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru pamong dan dosen pembimbing sehingga dapat memper kaya para pengelola program pengalaman lapangan dalam rangka membuat kebijaksanaannya. Demikian pula hasil pe
nelitian ini dapat dijadikan umpan balik (feed back)
ba-gi para supervisor program pengalaman lapangan sebagai titik tolak untuk lebih meningkatkan lagi peranannya se bagai supervisor yang efektif yang pada gilirannta dapat terbentuknya kemampuan mengajar mahasiswa calon guru.
P. Paradigma Penelitian : Kerangka Pemikiran, Premis dan
Pertanyaan Penelitian
Seperti telah disinggung di muka, penelitian ini menggunakan pendekatan "I7aturalistik Inquiry". Menurut
Lincoln dan Guba (1985:222), untuk dapat memahami fokus
penelitian secara lebih tajan dalam penelitian natura
listik kualitatif diperlukan suatu paradigma penelitian, yaitu "statement of a theoritical perspective that will guide the inquiry". Kemudian Ziauddin Sardar (1986:339), menjelaskan mengenai paradigma sebagai berikut : "para -digma merupakan suatu "conceptual gogles", yaitu cara
berpikir masyarakat ilmiah untuk memahami realitas obyek
yang diteliti. Paradigma digunakan untuk menunjukkan
ter-tentu". Sementara itu, Nasution (1988:2), mengemukakan
"tiap peneliti berpegang pada paradigma tertentu. Para
digma ialah suatu perangkat kepercayaan, nilai - nilai,
suatu pandangan tentang dunia sekitar. Paradigma
meng-arahkan penelitian". Mengenai paradigma penelitian yang menggambarkan kerangka berpikir dan premis-premis pene litian ini dapat dilihat pada gambar 1 di halaman 24.
Penelitian ini mempersoalkan supervisi program pengalaman lapangan. Supervisi program pengalaman lapang an yang dimaksud adalah perbuatan yang secara langsung mempengaruhi perilaku mahasiswa peserta program peng alaman lapangan ke arah pembentukan kemampuan
mengajar-nya. Tema sentral masalah penelitian ini mengungkapkan
bahwa program pengalaman lapangan yang dilaksanakan se lama ini belum memperoleh hasil yang memuaskan sebagai-mana yang diharapkan. Apabila keadaan seperti itu terus berlanjut dan tidak ada peningkatan, akan menjadi kenda-la bagi upaya peningkatan mutu pendidikan pada umumnya, peningkatan mutu lulusan IKIP pada khususnya.
Esensi pemikiran yang terkandung dalam rumusan tema sentral di atas adalah bagaimana upaya pembentukan
kemampuan mengajar mahasiswa melalui supervisi program
pengalaman lapangan. Hal ini berarti perlunya mengkaji
ulang pelaksanaan supervisi program pengalaman lapangan
SUPERVISI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN i i A. KETUA JURUSAN PARADIGMA PENELITIAN
SUPERVISI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN OLEH KEPALA SEKOLAH,
GURU PAMONG DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA
'4
> KEPALA SEKOLAH i DOSEN PEMBIM BING 1. Persepsi2. Seleksi GP
3. Kegiatan 1. Persepsi 2. Sifat hubungan 3. Kegiatan 4. Evaluasi 1. Persepsi 2. Sifat hubungan 3. Kegiatan
\ 4. Evaluasi
[image:34.842.114.833.138.498.2]pola bantuan/layanan terhadap mahasiswa peserta program pengalaman lapangan dalam rangka pembentukan kemampuan
mengajarnya. Dalam kegiatan program pengalaman lapangan,
personel yang berperan sebagai supervisor dalam bidang
akademik adalah guru pamong, dosen pembimbing dan ke
pala sekolah.
Efektivitas bantuan / layanan guru pamong, dosen
pembimbing dan kepala sekolah, didasari oleh persepsinya
baik terhadap arti pentingnya program pengalaman lapang an bagi mahasiswa calon guru, maupun terhadap peranan
nya sebagai supervisor program pengalaman
lapangan.Demi-kian pula, hubungan yang efektif
antara
supervisor de
ngan mahasiswa merupakan faktor yang esensial dalam upa
ya pemberian bantuan sehingga diantara mereka (supervi
sor dan mahasiswa) terdapat kebebasan untuk bertanya dan
kesempatan untuk menyampaikan ide atau pendapat,yang pa
da akhirnya akan menambah semangat bagi
mahasiswa dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, pemahaman terha
dap hal-hal tersebut serta hubungan yang efektif antara
supervisor dengan mahasiswa merupakan
kondisi yang
kon-dusif terhadap pemberian bantuan
dalam upaya pembentuk
an kemampuan mengajar mahasiswa.
Bantuan / layanan supervisor hendaknya dilakukan
tersebut, dimulai sejak penyusunan rencana atau program
pengajaran sampai dengan implementasi program. Untuk da
pat memberikan bantuan/layanan secara tepat, supervisor
(guru pamong dan dosen pembimbing) hendaknya
mengobser-vasi kegiatan praktek mengajar mahasiswa kemudian hasilnya dianalisis untuk melihat keobyektifan data
kemudian didiskusikan bersama-sama dengan mahasiswa me ngenai kebaikan dan kelemahannya dan memberi sara-saran
yang dianggap perlu hasil diskusi tersebut merupakan
bahan untuk perbaikan dan peningkatan praktek menga^ar selanjutnya akhirnya setelah mahasiswa dianggap
me-madai untuk ujian, para supervisor (kepala sekolah, guru
pamong dan dosen pembimbing) melakukan penilaian. Dengan
melalui prosedur semacam itu, diharapkan bantuan/layanan supervisor dapat membantu pembentukan kemampuan meng -ajar mahasiswa sesuai dengan tuntutan persyaratan tugaa nya manakala menjadi guru.
Untuk dapat memahami persoalan di atas, dalam pe nelitian ini dirumudkan sejumlah premis yang dijadikan dasar bagi penelitian dalam melakukan proses inkuiri. Premis-premis tersebut adalah seperti berikut ini.
Premis 1.
Program pengalaman lapangan bagi Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan hal yang sangat
inilah mahasiswa calon guru dibina untuk menguasai
kemampuan profesional sebagai guru dan menghayati
pengalaman-pengalaman nyata sebagai guru di sekolah
(Cooper et al, 1973; Depdikbud, 1981).
Premis 2
Salah satu kesempatan terbaik untuk pembentukan ke
mampuan mengajar dan sikap profesional secara
seren-tak adalah dalam latihan praktek mengajar dengan pem
berian bimbingan atau supervisi yang tepat. Di
sam-ping memberikan bimbingan dalam kemampuan mengajar,
sekaligus juga mengembangkan kemampuan calon guru
untuk sedini mungkin mengambil alih prakarsa dan
tanggung jawab peningkatan dirinya. Hal ini dapat
diwujudkan melalui konteks hubungan yang sederajat
antara calon guru dan supervisor. Selanjutnya, su
pervisi itu akan makin penting apabila supervisor
mau dan mampu menjadi model bagi calon guru, baik dalam kemampuan mengajar dan terutama dalam sikap
profesional (Depdikbud, 1984/1985).
Premis 3.
Efektivitas bantuan / layanan guru pamong dan dosen
pembimbing sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
upaya pembentukan kemampuan mengajar calon guru
(Turney et al, 1982b).
Efektivitas pemberian bantuan/layanan sangat
diwar-nai oleh pemahaman supervisor akan arti pentingnya
program pengalaman lapangan, pemahaman akan peranan
nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan,
dan sifat hubungan antara supervisor dengan calon gu
ru. Sedangkan prosesnya dilakukan secara periodik
dan kontinu dengan kegiatan melakukan diskusi awal,
mengobservasi praktek mengajar, menganalisis hasil
observasi, mendiskusikan hasil observasi sekaligus
memberikan umpan balik dalam upaya perbaikan dan pe
ningkatan praktek mengajar mahasiswa (L.Cogan, 1973;
Acheson, et al, 1980; dan Turney, 1982b).
Premis-premis yang dirumuskan di atas, dalam pe
nelitian ini merupakan pedoman dalam melaksanakan proses
inkuiri untuk mempelajari fokus penelitian. Dengan
demi-kian, premis-premis tersebut merupakan alat atau pedoman
bertanya dalam proses pengumpulan data. Adpun pokok
-pokok pertanyaan tersebut adalah seperti berikut ini.
1. Pertanyaan yang menyangkut kegiatan kepala sekolah
sebagai supervisor program pengalaman lapangan.
a. Bagaimanakah persepsi kepala sekolah terhadap :
(a) arti pentingnya program pengalaman lapangan ? •
(b) peranannya sebagai supervisor program pengalam
an lapangan ?
pertimbang-an kepala sekolah dalam memilih dan mengusulkan
guru-guru untuk diangkat menjadi guru pamong ?
c. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai supervisor program pengalaman lapangan
dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar maha
siswa ?
d. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan
kepala sekolah dalam menilai ujian praktek
meng-ajar mahasiswa ?
2. Pertanyaan yang menyangkut kegiatan guru pamong se
bagai supervisor program pengalaman lapangan.
a. Bagaimanakah persepsi guru pamong terhadap :
(a) arti pentingnya program pengalaman lapangan ?
(b) peranannya sebagai supervisor program penga
-laman lapangan ?
b. Sifat hubungan yang bagaimanakah yang dilakukan
antara guru pamong dan mahasiswa dalam keitannya
dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar maha
siswa ?
c. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh guru pamong sebagai supervisor program pengalaman lapangan da
lam upaya peaabentukan kemampuan mengajar mahasis
wa ?
d. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan gu
-tif) maupun ujian praktek mengajar (suma-tif) maha
siswa ?
3. Pertanyaan yang menyangkut kegiatan dosen pembimbing
sebagai supervisor program pengalaman lapangan*
a. Bagaimanakah persepsi dosen pembimbing terhadap :
(a) arti pentingnya program pengalaman lapangan ? (b) peranannya sebagai supervisor program pengalam
an lapangan ?
b. Sifat hubungan yang bagaimanakah yang -dilakukan
antara dosen pembimbing dengan mahasiswa dalam
kaitannya dengan upaya pembentukan kemampuan menga
-jar mahasiswa ?
c. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh dosen pembim
bing dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar
mahasiswa ?
d. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan
dosen pembimbing dalam menilai ujian praktek me
ngajar mahasiswa ?
G. Metode Penelitian
Seperti telah dikemukakan di muka, penelitian ini
menggunakan pendekatan naturalistik / kualitatif, dengan
alasan bahwa peneliti akan mempelajari penomena
sebagai-mana yang terjadi dalam proses supervisi di lapangan me
lalui komunikasi yang intensif dengan sumber data. Data
hasilnya pun dalam bentuk uraian. Dalam penelitian ini,
peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data.
Mengenai uraian pendekatan naturalistik kualita tif sebagai metode dalam penelitian ini, akan dibahas
secara khusus dalam Bab III - Prosedur Penelitian.
H. Lokasi dan Lama Penelitian
Pelaksanaan program pengalaman lapangan mahasiswa
IKIP Bandung untuk tahun akademik 1989/1990 tersebar di
beberapa sekolah yang berada di Kotamadya dan Kabupaten Bandung. Untuk mahasiswa program S 1 dan D 3 berpraktek
pada berbagai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Se
dangkan untuk mahasiswa program D 2 pada Sekolah Lanjut
an Tingkat Pertama (SLTP). Karena penelitian ini merupa
kan studi kasus, maka peneliti hanya mengambil 3 (tiga)
sekolah sebagai sumber data, yaitu ,SMA Negeri 6, SMA
Negeri 13, dan SMA PGII Bandung. Untuk mengetahui gam baran umum mengenai sekolah-sekolah yang digunakan seba gai tempat berpraktek mahasiswa program S 1 periode ta
hun akademik 1989/1990 adalah seperti tercantum pada
TABEL : 1
NAMA SEKOLAH TEMPAT MAHASISWA PROGRAM S I MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN
PERIODE TAHUN 1989/1990
No. ' Nama Sekolah 1 Alamat Sekolah
1. • SMA Negeri 4 • Jl. Gardujati
2. • SMA Negeri 5 • Jl. Belitung 3. • SMA Negeri 6 • Jl. Pasirkaliki 4. ' SMA Negeri 8 • Jl. Solontongan
5. • SMA Negeri 9 • Jl. Suparmin 6. ' SMA Negeri 10 » Jl. Cikutra 7. ' SMA Negeri 13 • Jl. Cijerah
8. ' SMA Negeri 14 ' Jl. Katarnso 9. ' SMA Negeri 15 » Jl. Sarijadi
10. ' SMA Negeri 17 » Jl. Caringin
11. ' SMA Negeri 16 ' Jl, Kebaktian 12. ' SMA Negeri 21 ' Jl. Solontongan
13. '1 SMA Negeri Lembang '' Jl. Raya Lembang 14. ' SMA Negeri Cimindi 1' Jl. Raya Cimindi
15. SKA Negeri I Cimahi '' Jl. Pasar Atas 16. » SMA PGII Jl. Panatayuda
17. ' SMA Muhammadyah 'r Jl. Kancil
18. '' SMA Korpri Jl. Setiabudi 19. ' SMA "YAS" Jl. H. Mustopa
20. « SMA BPI 1,25,3 Jl. Burangrang
21. • SMA Pasundan 1 ' Jl. Balonggede
22. • SMA Pariwisata Cimahi ' Jl. Sangkuriang
23. ' SPG Negeri 1 • Jl. Cibiru 24. ' SPG Negeri 2 ' Jl. Rajamantri
25. • SPG Pasundan ' Jl. Cihampelas
[image:42.595.67.481.159.710.2]27. * SPG PGRI Cimahi ' Jl. Terusan Citeureup
28. » PGA Negeri » Jl. Cijerah
29. • STM Negeri 1 ' Jl. Ciliwung
Penelitian ini membutuhkan waktu delapan belas
bulan yang dibagi ke dalam tiga tahapan :
Tahap I : Orientasi dan penjajagan dilaksanakan pada bulan Juli dan Agustus 1989.
Tahap II : Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Sep
tember dan Oktober 1989.
Tahap III : "Member check" dilaksanakan pada bulan
Nopem-ber 1989.
Penulisan laporan -akhir penelitian dilaksanakan terus
menerus dari bulan Desember 1989 sampai dengan bulan
No-pember 1990. Dengan demikian, seluruh waktu yang
dibutuh-kan untuk menyelesaidibutuh-kan kegiatan penelitian ini adalah
PROSEDUR PENELITIAN
Apabila di Bab I telah dijelaskan kerangka
ber-pikir untuk memperjelas penelitian, sementara di Bab II
dibahas tinjauan teoritis yang relevan dengan fokus pe
nelitian, maka pada Bab III ini dikemukakan prosedur pe
nelitian, yang terdiri atas : metode penelitian,
popula-si dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data,
pe
laksanaan pengumpulan data.
A. Metode Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian per
tama, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Hal ini didasarkan kepada rumusan masalah penelitian yang menuntut peneliti untuk melakukan
eksplorasi dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah
yang diteliti melalui hubungan yang intensif dengan sum
ber data.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan
data yang berupa uraian yang kaya akan deskripsi menge
nai kegiatan atau perilaku subyek yang diteliti persep
sinya atau pendapatnya dan aspekaspek lain yang berka
-itan yang diperoleh melalui wawancara,
observasi
dan
studi dokumentasi.
Uraian sepeti itu biasanya sangat
sulit untuk ditangani melalui prosedur statistik, tetapi
menuntut prosedur metode kualitatif. Yang dimaksud
ngan metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975)
adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan da
ri orang-orang dan perilaku yang diamati. Kemudian, me
nurut S.Nasution (1988:5), "penelitian kualitatif
pada
hakekatnya ialah mengamati orang - dalam lingkungannya,
berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan
tafsiran tentang dunia sekitarnya".
Lincoln dan Guba (1985:102), mengemukakan
bahwa
peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, disain
penelitiannya bersifat "emergent design". Hal ini dise
-babkan karena pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan
peneliti belum memiliki gambaran yang jelas tentang as
pek-aspek masalah yang akan ditelitinya. la akan mengem
bangkan fokus penelitian sementara ia mengumpulkan data.
Demikian pula peneliti kualitatif
tidak
menghampiri
masalah yang akan ditelitinya melalui pertanyaan peneli
tian yang telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari
ja-wabannya atau melalui perumusan hipotesis untuk
dibukti-kan kebenarannya. Bogdan dan Biklen (1982:31) mengemuka
kan bahwa sebagai peneliti kualitatif ia akan
menaruh
perhatian untuk memahami perilaku, pandangan, persepsi,
sikap dan lain-lainnya berdasarkan pandangan subyek yang
diteliti sendiri. Oleh karena itu, peneliti
kualitatif
sub-yek yang diteliti di tempat mereka sehari - hari biasa
berada dan biasa melakukan kegiatan.
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakte
-ristik yang membedakannya dengan penelitian kuantitatif.
Bogdan dan Biklen (1982:27-30), mengemukakan beberapa
karakteristik penelitian kualitatif seperti berikut ini.
1. Qualitative research has the natural setting as
the direct source of data and the researcher is
the key instrument.
2. Qualitative research is descriptive.
3. Qualitative researchers are concerned with pro
cess rather than simply with outcomes or products
4. Qualitative researchers tend to analyze their data inductively.
5. "Meaning" is of essential concern to the qualita tive approach.
Karakteristik-karakteristik tersebut di atas men-jiwai penelitian ini. Karakteristik pertama, peneliti
sebagai instrumen utama mendatangi sendiri secara leng
-sung sumber datanya. Dalam penelitian ini, peneliti mem
pelajari fenomena sebagaimana adanya yang tampak dan
yang terjadi di lapangan. Karakteristik kedua, mengim
-plikasikan bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata daripada ang-.
ka-angka. Jadi hasil analisisnya berupa suatu uraian.
Karakteristik ketiga, keempat dan kelima, menjelaskan
bahwa penelitian kualitatif lebih raenaruh perhatian ke
pada proses, tidak semata-mata pada hasil; dan melalui
analisis induktif peneliti mengungkapkan makna dari ke
Kemudian, Lincoln dan Guba (1985:39-44), mengemu
kakan karakteristik penelitian kualitatif seperti ber
ikut ini.
1. Natural setting.
2. Human instrumen.
3. Utilization of tacit knowledge. 4. Qualitative methods.
5. Purposive sampling.
6. Inductive data analysis.
7. Grounded theory. 8. Emergent design. 9. Negotiated outcomes.
10. Case study reporting mode. 11. Idiographic interpretation. 12. Tentative aplication.
13. Pocus-determined boundaries.
14. Special criteria for trustworthiness.
B. Populasi dan Sampel
Dalam Bab I telah diutarakan bahwa penelitian ini
dilakukan di tiga Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA)
yang berada di Kotamadya Bandung, yaitu Sekolah Menengah
Atas Negeri 6, Sekolah Menengah Atas Negeri 13, dan Se
kolah Menengah Atas Persatuan Guru Islam Indonesia ( SMA
PGII) Bandung. Penentuan obyek penelitian tersebut dida
sarkan kepada Nilai Ebtanas Murni (NEM) calon siswa yang
masuk ke masing-masing sekolah, dengan asumsi bahwa NEM
tersebut merupakan refleksi dari kemampuan berpikir se
tiap calon siswa. Sebagai contoh, misalnya tahun ajaran
1989/1990, NEM calon siswa yang diterima di SMA Negeri 6
berkisar antara 41 -i 54 dengan rata-rata 47, NEM calon
33-47 dengan rata-rata 37, sedangkan NEM calon
siswa yang
diterima di SMA PGII berkisar antara 21-45 dengan
rata-rata 31. Perbedaan masukkan (input) calon siswa tersebut
menuntut layanan yang berbeda dari staf pengajar (guru) terutama dalam kegiatan proses belajar mengajar dari ma sing-masing sekolah termasuk dari mahasiswa yang ber
praktek di sekolah tersebut. Keadaan semacam itu akan
berpengaruh terhadap perilaku supervisor program penga
-laman lapangan (kepala sekolah, guru pamong
dan
dosen
pembimbing) dalam memberikan bantuan terhadap mahasiswa
bimbingannya disesuaikan dengan karakteristik siswa ma
sing-masing sekolah.
Sehubungan dengan populasi dalam penelitian kua
litatif, Goetz dan LeComte (1984),
seperti dikutip oleh
Djam'an Satori (Disertasi, 1989:140), menyatakan bahwa "Whatever the population or populations and determined
to be, their catagories must be discovered and refined
into specific units of analysis that facilitate data re
duction and processing". Sesuai dengan paradigma peneli tian dan masalah yang diteliti, dalam penelitian ini
yang menjadi katagori populasi atau sumber data adalah
kepala sekolah, guru pamong, dosen pembimbing dan maha
siswa yang melakukan kegiatan pengalaman lapangan di se
kolah tersebut di atas. Mengenai jumlah populasi, seper
Tabel : 2
JUMLAH POPULASI PENELITIAN
Jumlah * Jumlah » Jumlah ' Jumlah '
No. * Nama Sekolah 'Kepala ' Guru ' Dosen ' Maha - '
Sekolah • Pamong ' Pembim.' siswa '
1. ' SMA Neg. 6 ' 1 ' 10 ' 10 ' 26
2. • SMA Neg. 13 * 1 ' 9 ' 9 ♦ 24
3. * SMA PGII 1 ' 1 ' 11 • 9 • 26
Jumlah ' 3 ' 30 • 28 ' 76 '
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif,
sampel dalam penelitian ini adalah "purposive sampling".
Dengan pengambilan secara purposif, hal-hal yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim, sehingga hal-hal
yang dicari tampil menonjol dan lebih mudah dicari
mak-nanya. Hasil yang dicapai dengan pengambilan sampel ini
bukan untuk mencari generalisasi, tetapi mungkin dapat
ditransfer pada kasus lain. Lincoln dan Guba (1985:202) mengemukakan bahwa "naturalistic sampling is, then, very different from conventional sampling. ... Its purpose is to maximize information, not facilitate generalization". Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985:201-202)
dalam penelitian naturalistik
spesifikasi
sampel tidak
dapat ditentukan sebelumnya, sesuai dengan ciri - ciri
[image:50.595.72.507.82.718.2]de-sign, (2) serial selection of sample units, (3) conti
-nuous adjustment or 'focusing' of the sample, (4) selec
tion to the point of redudancy".
Bertitik tolak dari pendapat di atas, penentuan
sampel dalam penelitian ini dilakukan sementara peneli
tian berlangsung. Caranya, yaitu peneliti memilih guru
pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa peserta program
pengalaman lapangan yang termasuk "daerah" penelitian
dan menurut pertimbangan peneliti (sebagai human instru
ment) dapat memberikan informasi. maksimum mengenai
se-gala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan supervisi
program pengalaman lapangan; selanjutnya berdasarkan da
ta atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya, peneliti dapat menetapkan unit sampel lainnya yang
di-pertimbangkan akan memberikan data
lebih lengkap. Unit
sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan de
ngan makin terarahnya fokus penelitian. Dalam proses pe
nentuan sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya karena
ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam hubungan ini,, S.Nasution (1988:32-33), menjelaskan bahwa penentu
an unit sampel dianggap telah memadai apabila telah
sampai kepada taraf "redudancy" (ketuntasan atau keje
-nuhan), artinya bahwa dengan menggunakan responden se
lanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sebagai salah satu bagian
penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat
pen-ting. Oleh karena itu keberhasilan suatu penelitian na
turalistik sangat tergantung kepada ketelitian,
keleng-kapan catatan (field notes) yang
disusun oleh peneliti.
Menurut Nasution (1988:56-89), "catatan lapangan terse
but disusun melalui observasi, wawancara dan studi
do-kumenter". Ketiga teknik pengumpulan data tersebut di
gunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi
yang saling melengkapi dan menunjang.
1. Observasi
Dalam penelitian kualitatif, observasi merupakan
salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk memper
oleh informasi dalam kaitannya dengan konteks (hal-hal
yang berkaitan di sekitarnya) sehingga peneliti dapat
memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan. Oleh
karena itu dengan menggunakan teknik observasi peneliti
dapat memperoleh manfaat seperti dikemukakan Patton
(1980) yang disarikan oleh Nasution (1988:59-60), seba gai berikut :
(1) dengan berada di lapangan peneliti
lebih mampu
memahami konteks data dalam keseluruhan situasi ;
(2) pengalaman langsung memungkinkan
peneliti meng
gunakan pendekatan induktif;
(3) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
(4) peneliti dapat menemukan hal - hal yang sedianya
tidak akan terungkap oleh responden dalam
wawan-cara;
(5) peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persep
si responden;
(6) dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat meng
adakan pengamatan tetapi juga memperolehkesan-kesan pribadi.
Kemudian, dibagian lain Nasution (1988:61-62), mengemu
kakan bahwa intensitas partisipasi pengamat dapat dila
kukan dalam lima tingkatan, yaitu dari partisipasi nihil,
partisipasi pasif, sedang, aktif, sampai partisipasi
pe-nuh. Dengan mempertimbangkan kedudukan peneliti dan si
fat penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti me lakukan observasi dengan tingkatan partisipasi pasif dan
patisipasi sedang. Dalam hal ini peneliti melakukan ob
servasi mulai dari kegiatan sebagai penonton, kemudian
sewaktu-waktu turut serta dalam situasi atau kegiatan
yang berlangsung.
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka data
yang akan dikumpulkan melalui observasi meliputi hal-hal
seperti berikut ini.
1) Data yang menyangkut bantuan/layanan kepala sekolah .
a. Proses penyusunan rencana/program kegiatan.
b. Pengenalan atau orientasi terhadap mahasiswa.
c. Monitoring atau pengawasan terhadap guru pamong.
d. Diskusi dengan guru pamong, mahasiswa dan dosen
pembimbing.
a. Hubungan antara guru pamong dengan mahasiswa.
b. Kegiatan memberi tugas menyusun satuan pelajaran
dan memeriksanya kembali.
c. Kunjungan atau observasi kelas.
d. Diskusi individual dengan mahasiswa.
3) Data yang menyangkut bantuan/layanan dosen pembimbing;
a. Kunjungan atau observasi kelas.
b. Diskusi individual dengan mahasiswa.
c. Diskusi dengan kepala sekolah.
2. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif untuk mengetahui
ba-gaimana persepsi responden tentang dunia kenyataannya,
peneliti harus berkomunikasi langsung dengan responden
melalui wawancara. Oleh karena itu aspek penting dalam
penelitian kualitatif yang berkaitan dengan teknik wa
wancara adalah bahwa peneliti harus berusaha mengetahui
bagaimana responden memandang dunia dari segi perspek
tifnya, menurut pikiran dan perasaannya yaitu infor
masi "emic" (Nasution, 1988:71).
Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan wa
wancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang berfokus
dan berisi pertanyaan - pertanyaan yang tidak mempunyai
struktur tertentu, akan tetapi terpusat kepada
satu po
kok masalah tertentu, serta wawancara bebas yang berisi
yang lain, sepanjang berkaitan dengan dan menjelaskan
aspek-aspek masalah yang diteliti.
Dalam wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman
wawancara meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu
terikat pada pedoman tersebut. Secara garis besar, se
suai dengan masalah penelitian, data yang ingin dikumpul
kan melalui wawancara adalah seperti berikut ini.
1) Data yang menyangkut bantuan/layanan kepala sekolah .
a. Persepsi kepala sekolah terhadap arti pentingnya
program pengalaman lapangan dan terhadap peranan
nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan.
b. Dasar pertimbangan kepala sekolah dalam memilih
dan mengusulkan guru untuk diangkat menjadi guru
pamong.
c. Kegiatan monitoring atau pengawasan terhadap guru
pamong.
d. Hal-hal yang berkaitan dengan diskusi dengan maha
siswa.
e. Kriteria yang digunakan kepala sekolah dalam me
nilai ujian praktek mengajar mahasiswa.
2) Data yang menyangkut bantuan/layanan guru pamong .
a. Persepsi guru pamong terhadap arti pentingnya
program pengalaman lapangan dan terhadap peranan
nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan
c. Kegiatan dalam memberi tugas menyusun satuan pel ajaran dan memeriksanya kembali.
d. Data yang berkenaan dengan kegiatan kunjungan atau
observasi kelas.
e. Data yang berkaitan dengan diskusi individual de ngan mahasiswa.
f. Data yang berkaitan dengan kriteria yang diguna
-kan dalam menilai praktek mengajar (formatif) mau
pun ujian praktek mengajar (sumatif) mahasiswa.
3) Data yang menyangkut bantuan/layanan dosen pembimbing.
a. Persepsi dosen pembimbing terhadap arti pentingnya
program pengalaman lapangan dan terhadap peranan
nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan
b. Data yang berkaitan dengan kunjungan sekolah.
c. Data yang berkaitan dengan kunjungan atau observa
si kelas.
d. Data yang berkaitan dengan diskusi individual de
ngan mahasiswa.
e. Data yang berkaitan dengan kriteria yang digunakan
dalam menilai ujian praktek mengajar.
3. Studi Dokumenter
Meskipun data dalam penelitian naturalistik
ke-banyakan diperoleh dari sumber manusia melalui observasi
diantaranya adalah dokumen. Yang dimaksud dengan dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat dan dokumen resmi. Sekalipun tulisan - tulisan pribadi
banyak mengandung unsur - unsur subyektif dan dapat
di-sangsikan kebenarannya, namun penelitian kualitatif ti
dak begitu menghiraukan apakah isinya
benar
dan
obyek-tif, karena yang dipentingkan ialah pandangan "emic" se-seorang tentang dunia sekitamya (Nasution, 1988:85-86).
Adapun dokumen yang diteliti dan data yang diharapkan
diperoleh daripadanya antara lain seperti berikut ini.
a. Rencana kegiatan yang telah disusun, untuk memperoleh
data tentang kegiatan apa saja yang telah dan akan
dilakukan oleh mahasiswa.
b. Catatan guru pamong dan dosen pembimbing untuk mem
peroleh data tentang faktor-faktor yang
menjadi
per-hatiannya selama memberikan bantuan kepada mahasiswa.
c. Satuan pelajaran mahasiswa,
untuk
memperoleh
data
tentang bentuk dan isi satuan pelajaran sebagai hasil bimbingan guru pamong maupun dosen pembimbing.
d. Buku Latihan Praktek Kependidikan (BLPK),' untuk me
ngetahui tentang nilai yang dicapai oleh mahasiswa
sehari-hari, sebagai hasil penilaian guru pamong.
e. Barita acara dan format penilaian ujian praktek meng
ajar, untuk mengetahui nilai yang diberikan oleh se
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan
data tidak memiliki suatu pola uang pasti, sebab disain
serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan —
ber-sifat "emergent". Akan tetapi untuk mempermudah peneliti
dalam pengumpulan data, peneliti mengikuti prosedur se
perti yang dikemukakan oleh Nasution (1988:33-34), yaitu
(a) tahap orientasi, (b) tahap eksplorasi, dan (c) tahap
"member check".
Tahap 1 : Tahap orientasi
Pada tahap ini, peneliti sudah memiliki gambaran
umum tentang masalah yang akan diteliti, akan tetapi pe neliti masih memikirkan apa yang akan ditetapkan sebagai fokus penelitian. Oleh karena itu peneliti terus ber upaya untuk memperoleh informasi baik melalui wawancara,
observasi dengan dan terhadap responden meskipun
masih
bersifat umum. Informasi yang diperoleh selanjutnya di-analisis untuk menemukan hal - hal yang menarik, penting
dan berguna untuk selanjutnya diteliti secara mendalam.
Hal itulah yang dipilih sebagai fokus penelitian.
Tahap 2 : Tahap eksplorasi
Dalam tahap ini, peneliti telah memiliki fokus
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Setelah menganalisis dan membahas hasil-hasil pe
nelitian pada Bab IV, di bagian ini
dirumuskan beberapa
kesimpulan dan rekomendasi.
A. Kesimpulan
a. Kesimpulan Umum
Apabila memperhatikan hasil-hasil penelitian
dan
pembahasannya, maka dapatlah dikatakan
bahwa makna yang
dapat diungkapkan oleh penelitian ini yaitu
para super
visor program pengalaman lapangan ( kepala sekolah, guru
pamong dan dosen pembimbing) yang menjadi obyek
peneli
tian belum melaksanakan peranannya secara efektif. Oleh karena itu, meskipun program pengalaman lapangan telah
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan me
ngajar mahasiswa, tetapi belum mencapai hasil sesuai de
ngan tuntutan persyaratan tugas jabatan tenaga kependi
-dikan. Dalam hal-hal tertentu beberapa orang supervisor
telah melaksanakan peranannya secara efektif sehingga memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pening
-katan kemampuan mengajar mahasiswa apabila dibandingkan
dengan beberapa orang supervisor lain yang kurang efek
-tif dalam melaksanakan peranannya. Hal ini nampak dalam
mana mahasiswa yang mendapat bantuan atau bimbingan yang
efektif lebih bersemangat, mengetahui dan memahami akan
keberhasilan dan kelemahan mengajarnya, yang pada
akhir-nya lebih berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkanakhir-nya.
Sedangkan mahasiswa yang tidak mendapat
bimbingan yang
efektif kurang bersemangat, tidak mengetahui dan memaha
mi akan kemajuan dan kelemahan mengajarnya, sehingga ti
dak ada upaya untuk lebih meningkatkannya.
Dengan demi
kian, makna lain yang dapat
diungkapkan oleh penelitian
ini yaitu dengan bimbingan atau bantuan supervisor yang
efektif, memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap
peningkatan kemampuan mengajar mahasiswa daripada bim
-bingan atau bantuan supervisor yang kurang efektif. Akan
tetapi apabila memperhatikan nilai yang dicapai oleh ma
hasiswa baik nilai praktek mengajar sehari-hari maupun