• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUPERVISI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN OLEH KEPALA SEKOLAH, GURU PAMONG DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SUPERVISI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN OLEH KEPALA SEKOLAH, GURU PAMONG DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH KEPALA SEKOLAH, GURU PAMONG DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN

MENGAJAR MAHASISWA

T E S I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung Untuk

Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana Bidang Studi Administrasi

Pendidikan

Oleh :

DAMAN HERMAWAN 652/A/XIX-11

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

Disetujui dan disyahkan oleh Pembimbing

Prof. Dr. Achmad Sanusi, S.H., M.P.A. Pembimbing I

Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc. Ed.

<£-Pembimbing II

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G

(3)

Penelitian ini mengungkapkan supervisi program

pengalaman lapangan yang merupakan salah satu aspek pen

ting dalam program pengalaman lapangan yang merupakan

bagian integral dari "struktur program" kurikulum Lemba

ga Pendidikan Tenaga Kependidikan (dalam hal ini IKIP).

Dengan demikian, kualitas keluaran (out put) IKIP akan

dipengaruhi oleh efektivitas program pengalaman lapangan.

Penelitian ini bertitik tolak dari kajian para

pakar

pendidikan yang menyatakan bahwa mutu mengajar gum-guru

di sekolah dianggap masih rendah sebagai akibat dari ren

dahnya mutu lulusan IKIP. Selain daripada itu,kepala se

kolah, guru pamong dan dosen pembimbing di samping

mem-punyai tugas utamanya masing-masing, juga tidak

dipersiapkan dan atau diadakan peningkatan kemampuan kepembim

-bingan sesuai dengan peranannya sebagai supervisor prog

ram pengalaman lapangan. Kemudian, berdasarkan hasil stu

di penjajagan, hasil yang dicapai oleh beberapa

orang

mahasiswa yang berkaitan dengan praktek mengajar

masih

adanya beberapa kelemahan. Yang menjadi pokok permasalah

an dalam penelitian ini (fokus penelitian) adalah

pola

bantuan/layanan yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru

pamong dan dosen pembimbing dalam upaya meningkatkan ke

mampuan mengajar mahasiswa.

(4)

Sesuai dengan sifat masalah dan tujuan penelitian

yaitu untuk memahami apa yang terjadi dalam situasi ter

tentu untuk menangkap makna dari sudut pandangan pelaku

yang menghayati kejadian tersebut, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan inkuiri naturalistik atau peneli

tian kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa para supervi

sor ( kepala sekolah, gum pamong dan dosen pembimbing )

belum sepenuhnya melaksanakan peranannya secara efektif,

meskipun dalam hal-hal tertentu beberapa orang supervi

sor melaksanakan peranannya . tersebut secara efektif.

Oleh karena itu, meskipun program pengalaman lapangan

telah memberikan kontribusi yang berarti

terhadap pe

ningkatan kemampuan mengajar mahasiswa, tetapi belum men

capai hasil sesuai dengan tuntutan persyaratan tugas ja

batan tenaga kependidikan. Efektif

tidaknya bimbingan

atau bantuan supervisor program pengalaman lapangan ter

sebut, berkaitan dengan pemahaman terhadap peranannya

,

kemampuan dan semangat dalam melaksanakannya, serta

komitmen terhadap peranannya tersebut. Di samping ada be

-berapa faktor penyebab kurang berhasilnya kegiatan prog

ram pengalaman lapangan, antara lain (1) kesiapan maha

siswa untuk memulai kegiatan pengalaman lapangan diang

-gap masih kurang, (2) waktu kegiatan pengalaman lapangan

(5)

pembimbing untuk melakukan peranannya sebagai supervisor

program pengalaman lapangan, (4) tidak adanya pedoman

evaluasi yang jelas, dan (5) honorarium sering terlambat.

3erkaitan dengan hasil penelitian yang

diungkap-kan di atas, penelitian ini merekomendasidiungkap-kan : (1) per

lunya upaya meningkatkan semangat, kemampuan dan

kete

rampilan supervisor program pengalaman lapangan, (2) tu

gas dosen pembimbing sebagai supervisor program pengala

man lapangan hendaknya diperhitungkan dan dikaitkan de

ngan beban tugas lainnya sebagai tenaga fungsional, (3)

perlunya penyempumaan mekanisme pelaksanaan program pe

ngalaman lapangan, (4) perlunya dirumuskan pedoman eva

-luasi secara menyeluruh dan rinci, baik yang

berkaitan

dengan kemampuan pribadi, sosial dan terutama kemampuan

(6)

Halaman

JUDUL i

PERSETUJUAH DAN PENGESAHAN ii

KATA PSI7GANTAR iii

DAPTAR ISI vi

DAPTAR TABEL ix

DAPTAR GAMBAR x

BAB I : PSUDAHULUA1T 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Pokus Penelitian 11

C. Pentingnya Penelitian 16

D. Tujuan Penelitian 19

E. Kegunaan Penelitian 21

P. Paradigma Penelitian 22

G. Metode Penelitian 30

H. Lokasi dan Lama Penelitian 31

BAB II : TIHJAUAU PUSTAKA 34

A. Program Pengalaman Lapangan dalam Program Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan 34

B. Manajemen Program Pengalaman La

pangan 45

1. Struktur Organisasi dan Deskrip-• si Tugas Program Pengalaman La

pangan

46

2. Mekanisme Pelaksanaan Program

Pengalaman Lapangan

62

(7)

C. Penilaian Program Pengalaman La

-pangan 63

D. Pendekatan - Pendekatan dalam Studi

Supervisi Program Pengalaman La

pangan 77

1. Pengertian dan Tujuan Supervisi

Program Pengalaman Lapangan .... 77

2. Langkah-langkah Supervisi Prog

ram Pengalaman Lapangan 81 3. Kemampuan yang harus Dimiliki

oleh Supervisor Program Pengalam

an Lapangan 89

E. Hasil Penelitian yang Relevan 94

BAB III : PROSEDUR PEMELITIA1T 97

A. Metode Penelitian 97

B. Populasi dan Sampel 100

C. Teknik Pengumpulan Data 104

1. Observasi 104

2. Wawancara 106

3. Studi Dokumentasi 108

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 110

BAB IV : HASIL P2I7SLITIAK 112

A. Cara-cara Analisis Data 112

B. Analisis Deskripsi Hasil Penelitian 114 1. Analisis Deskripsi Kegiatan Su

pervisi Kepala Sekolah 114

2. Analisis Deskripsi Kegiatan Su

pervisi Guru Pamong 132

3. Analisis Deskripsi Kegiatan Su

pervisi Dosen Pembimbing 150

(8)

C. Rangkuman dan Pembahasan Hasil

-hasil Penelitian 162

1. Persepsi Kepala Sekolah, Guru Pamong dan Dosen Pembimbing ter-hadap PPL dan terter-hadap Peranan-nya sebagai Supervisor Program

Pengalaman Lapangan 163

2. Kegiatan yang Dilakukan oleh Ke pala Sekolah sebagai Supervisor

Program Pengalaman Lapangan .... 167

3. Kegiatan yang Dilakukan oleh Guru Pamong sebagai Supervisor

Program Pengalaman Lapangan .... 177 4. Kegiatan yang Dilakukan oleh Do

sen Pembimbing sebagai Supervi

sor Program Pengalaman Lapangan. 188

BAB V : KESIMPULAIJ DA17 REKOME27DASI 193

A. Kesimpulan 193

B. Rekomendasi 204

C. Penutup 216

DAPTAR KEPUSTAKAA17 217

RI17GKASAI7 222

RIV/AYAT HIDUP 225

(9)

DAPTAR TABEL

Tabel Halaman

1. llama Sekolah Tempat Mahasiswa Program S 1 Helaksanakan Program Pengalaman Lapangan

Periode tahun 1989 - 1990 32 2. Jumlah Populasi Penelitian 102

3. Matriks Pembagian Alokasi V/aktu Program

Pengalaman Lapangan (salah satu altematif) 214

(10)

Gambar Halaman

1. Paradigma Penelitian Supervisi Program Pe -ngalaman Lapangan oleh Kepala Sekolah, Guru

Pamong dan Dosen Pembimbing dalam upaya

Pem-bentukan Kemampuan Mengajar Mahasiswa 24

2. Kriteria Keberhasilan/Produktivitas Pendi

-dikan 3b

3. Struktur Organisasi UPT Program Pengalaman

Lapangan IKIP Bandung 47

4. Skema tentang Proses yang Terjadi Dalam

[image:10.595.84.493.123.705.2]
(11)

PENDABULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu masalah yang dihadapi oleh sistem pen didikan nasional dewasa ini adalah masalah mutu pendidik

an. Oleh karena itu sangat beralasan apabila di dalam

Repelita V, salah satu arah dan kebijaksanaan

pembangun-an nasional sebagaimpembangun-ana tercpembangun-antum dalam GBHU mengenai

sektor pendidikan bahwa "titik berat pembangunan pendi

-dikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang

dan jenis pendidikan serta perluasan kesempatan belajar

pada jenjang pendidikan menengah dalam rangka persiapan

wajib belajar untuk pendidikan menengah tingkat pertama"

(TAP MPR RI. Ho. II/MPR/1988).

Masalah mutu erat kaitannya dengan mutu proses dan mutu lulusan. Baik mutu proses maupun mutu lulusan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain faktor siswa, guru, program dan metoda mengajar, fasilitas dan pern -biayaan, pengelolaan, kepemimpinan dan pengawasan, dan

sebagainya. Meskipun masalah ini bersifat kompleks,

na-mun faktor guru tampaknya salah satu faktor yang amat

dominan pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan.

Berdasarkan laporan umura hasil evaluasi kurikulum

(12)

di-an ddi-an Kebudayadi-an Departemen Pendidikdi-an dan Kebudayaan,

terdapat kelemahan-kelemahan pendidikan itu.. antara lain :

(1) proses belajar menga;jar masih berorientasi ke pada guru, (2) materi pelajaran terlalu sarat, tidak hanya diberikan yang essensial sa;ja, kurang memper -hatikan segi praktis yang penting dalam kehidupan,

(3) proses berpikir yang lebih tinggi dan pemecahan

masalah kurang mendapat tempat, didominasi oleh pe ngembangan kognitif, kurang memperhatikan pengembang an afeksi, dan (4) pengawasan yang bersifat profesi

-onal dilakukan secara kurang intensif ( Made Pidarta, 1986:17).

Kelemahan-kelemahan di atas pada dasarnya terletak

pada kualitas kemampuan yang dimiliki oleh para guru,

se-dangkan kemampuan guru tersebut ditentukan oleh proses

pendidikan yang telah ditempuh sebelumnya. Penelitian yang

pernah dilakukan oleh Dr. Winarno Surahmad, menyatakan

bahwa mutu guru-guru Sekolah Lanjutan masih belum

memuas-kan, sebagai akibat dari kenyataan bahwa IKIP umumnya

menghasilkan guru-guru yang belum siap. Walaupun

kira-kira 70 %guru-guru sekolah menengah memenuhl persyaratan ijazah umum, namun dalam praktek mengajarnya tampak

cara-cara yang dapat mengurangi kualitas pendidikan ( Oemar

Hamalik, Disertasi, 1982:3). Adapun tentang kualitas lu

lusan, menurut hasil penelitian IKIP Bandung tahun 1977

dan 1983, menun^ukkan bahwa kualitas lulusan IKIP belum

mencapai taraf yang diinginkan baik dalam komponen studi

maupun komponen metodologi (M.Pakry Gaffar, 1987:153).

(13)

-lainnya untuk Sekolah Lanjutan dan Pendidikan Luar Biasa (Pedoman Akademik IKIP Bandung, 1988 - 1989). Kemudian,

berkaitan dengan kebijaksanaan pemerintah mengenai

dialihfungsikannya SPG dan SGO, sesuai dengan Surat Kepu

-tusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0854/0/1989,

IKIP berfungsi pula mempersiapkan calon guru Sekolah

Da-sar.

Kelemahan-kelemahan serta tugas baru di atas,

me-rupakan suatu tantangan dan sekaligus merupakan

pendo-rong bagi IKIP untuk selalu berupaya meningkatkan dan

mengembangkan sistem pendidikannya guna memenuhi

kebutuh-an akkebutuh-an tenaga kependidikkebutuh-an baik kualitas maupun kukebutuh-anti-

kuanti-tas. Upaya untuk meningkatkan mutu, IKIP hendaknya

meng-kaji ulang berbagai komponen yang terlibat, baik yang

ada di dalam maupun di luar sistem - pendidikan. Dengan

kata lain, pengkajian dapat dilakukan melalui penerapan

pendekatan sistem. Ini berarti bahwa untuk mencapai

tu-Juan IKIP, make komponen-komponen yang terlibat di

da-lamnya serta sistem lainnya yang berkaitan hendaknya me

rupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan secara

fungsional. Dalam kaitan ini, program pengalaman lapang

an sebagai salah satu komponen yang secara fungsional

dapat menunjang tercapainya tujuan IKIP.

(14)

dari program pendidikan guru (IKIP) yang berwawasan Pen

didikan Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK). Oleh karena

itu, kelulusan program pengalaman lapangan, sebagai

pra-syarat dalam penyelesaian akhir studi mahasiswa untuk

se-tiap jenis dan jenjang program studi.

Program pengalaman lapangan merupakan wahana yang

amat penting sebagai ajang untuk membina kemampuan

pro-fesional mahasiswa, baik dimensi pengetahuan, sikap mau

pun kemampuan mengajar. Melalui program pengalaman la

pangan, mahasiswa calon guru akan melatih diri dengan

mempraktekkan berbagai teori secara integratif mengenai

apa yang telah diperolehnya di dalam perkuliahan, akan

menambah wawasan lebih luas serta memahami dan mengha

-yati pelaksanaan pendidikan dalam situasi dan kondisi

yang nyata. Di samping itu, mahasiswa akan menyadari

se-gala kemampuan dan kelemahannya berdasarkan tuntutan

tu-gasnya di lapangan, sehingga pada akhirnya mereka

diha-rapkan akan lebih terdorong untuk selalu meningkatkan

ke-mampuannya sesuai dengan tuntutan tugaanya kelak dalam

berbagai situasi dan kondisi yang selalu berkembang.

Mutu proses dan hasil program pengalaman lapangan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Faktor internal, antara lain

(15)

spesialisasi bidang studi, penguasaan teori kependidikan,

pengalaman, latar belakang pribadi, motivasi dan usia.

Faktor eksternal, antara lain kurikulum IKIP,

pengelola-an program pengalampengelola-an lappengelola-angpengelola-an, kualifikasi akademik dpengelola-an

karakteristik supervisor

( kepala sekolah, guru pamong,

dosen pembimbing), jumlah dan karakteristik siswa setiap

kelas, jenjang sekolah, situasi dan kondisi sekolah, dan

konteks masyarakat.

Program pengalaman lapangan IKIP Bandung

dikoor-dinasikan oleh Unit Pelaksana Teknis Program Pengalaman

Lapangan (UPT PPL). Unit ini di bawah dan

bertanggung-jawab kepada Rektor melalui Pembantu Rektor I. Pembinaan

sehari-harinya dilakukan oleh Pembantu Rektor I. Pungsi

unit ini adalah : a) merencanakan dan mengatur

pelaksa-naan program pengalaman lapangan kependidikan,

b)mengen-dalikan dan menilai pelaksanaan program pengalaman la pangan kependidikan, c) melakukan urusan tata usaha unit

program pengalaman lapangan. (Dadang Godjali, 1987:2).Di

samping itu, dalam pedoman pembaharuan sistem pendidikan

tenaga kependidikan di Indonesia, tugas UPT PPL dikata

-kan seperti berikut ini.

Memberi penataran khusus bagi guru - guru pamong, Kepala Sekolah, tutor dan tenaga edukatif lainnya

yang terlibat dalam kegiatan pengalaman lapangan,

(16)

tif CBSA (Student Active Learning) (Depdikbud, Buku

III, 1981:23).

Secara teknis operasional, supervisor yang

lang-sung memberikan bantuan/layanan akademik terhadap maha

siswa peserta program pengalaman lapangan adalah guru

pamong dan dosen pembimbing. Sedangkan kepala sekolah,

di samping memberikan layanan akademik, juga berkaitan

dengan kegiatan pengelolaan. Oleh karena itu, perilaku

supervisor tersebut diasumsikan berpengaruh kuat terha

dap perkembangan mahasiswa, baik dimensi pengetahuan ,

sikap, maupun kemampuan mengajarnya. Berdasarkan asumsi

tersebut, maka supervisi program pengalaman lapangan

me-rupakan faktor yang amat penting yang harus dilaksanakan

oleh guru pamong, dosen pembimbing dan kepala sekolah.

Dengan bantuan yang efektif, mahasiswa akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Sebaliknya akan menimbul -kan dampak negatif, bu-kan saja bagi mahasiswa itu sendi-ri, melainkan juga terhadap murid-murid sekolah yang ber-sangkutan apabila supervisor program pengalaman lapangan tersebut tidak melaksanakan perananya secara efektif.

Kepala sekolah adalah kepala dari sekolah tempat

kegiatan program pengalaman lapangan, yang karena

ke-dudukannya itu oleh IKIP diangkat sebagai koordinator guru pamong. Guru pamong adalah guru yang mengajar pada

(17)

-siswa yang berpraktek di sekolahnya sesuai dengan bidang

keahliannya. Sedangkan, dosen pembimbing adalah dosen

IKIP yang berada di jurusan atau fakultas, yang oleh IKIP

diangkat sebagai pembimbing mahasiswa jurusannya yang

berpraktek di sekolah-sekolah.

Kriteria untuk menjadi pembimbing program penga

laman lapangan, berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Program

Pengalaman Lapangan IKIP Bandung ( Dadang Godjali, 1987:

41), harus memenuhi syarat-syarat seperti di bawah ini. 1. Koordinator Guru Pamong

Yang menjadi koordinator guru pamong adalah kepala

sekolah, dimana sekolah yang dipimpinnya itu

dijadi-kan sebagai tempat kegiatan program pengalaman lapang

an mahasiswa IKIP. Karena kedudukannya itu, maka oleh

IKIP diangkat sebagai koordinator guru pamong pada

sekolah yang dipinpinnya.

2. Guru Pamong

Syarat-syarat menjadi guru pamong untuk program

S 1 dan D 3> seperti tercantum di bawah ini.

a. Lulusan LPTK (IKIP,FKIP,STKIP) minimal Sarjana

Mu-da/D 3;

b. Pengalaman sebagai guru minimal 5 tahun/Gol.II/d ;

c. Bersedia sebagai guru pamong dengan mengisi

(18)

d. Bersedia melaksanakan tugas sebagai guru pamong sesuai dengan keahliannya.

3. Dosen Pembimbing

Syarat-syarat menjadi dosen pembimbing adalah se perti tercantum di bawah ini.

a. Lulusan LPTK (IKIP,PKIP,STRIP) minimal S 1; b. Pengalaman sebagai dosen minimal empat tahun;

c. Pengalaman sebagai dosen PBM Jurusan minimal satu

tahun, Gol. Ill/b;

d. Bersedia melaksanakan ketentuan UPT PPL dengan se-baik-baiknya sesuai dengan keahliannya;

e. Berdedikasi/penuh pengabdian/ penuh tanggung jawab

dalam rangka pembentukan guru profesional.

Dengan kriteria di atas, IKIP (dalam hal ini UPT

PPL) memberi kepercayaan kepada mereka (guru pamong, do

sen pembimbing dan kepala sekolah) untuk dapat melaksa

-nakan peranannya sebagai supervisor program pengalaman

lapangan, yaitu memberi bantuan dalam upaya pembinaan kemampuan profesional mahasiswa selama melaksanakan tu-gasnya di sekolah. Atas dasar kepercayaan itu, maka

pe-ngambilan keputusan mengenai kelulusan serta peringkat

nilai program pengalaman lapangan mahasiswa, semata-mata

didasarkan kepada hasil penilaian yang dilakukan oleh

mereka, baik penilaian sehari-hari (formatif) maupun pe

(19)

nelitian baik melalui pengamatan, v;a\vancara

maupun

me-lalui studi dokumentasi, didapat beberapa masalah seper

ti tercantum di bawah ini.

1. Kepala sekolah, di samping harus melaksanakan peranan

nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan,

juga harus melaksanakan tugas utamanya yaitu

sebagai

administrator pendidikan di lingkungan

sekolah yang

dipimpinnya.

2. Pengangkatan guru pamong~-didasarkan atas pilihan

dan

usulan kepala sekolah yang sebelumnya tidak pernah

di-persiapkan terlebih dahulu untuk berperan sebagai su

pervisor program pengalaman lapangan.

3. Selama menjadi guru pamong

belum pernah memperoleh

pembinaan, khususnya dari fihak IKIP

yang

berkenaan

dengan peranannya sebagai supervisor program penga

laman lapangan.

4. Beberapa orang dosen pembimbing bukan sebagai dosen

mata kuliah Proses Belajar Mengajar dan atau belum

pernah mengajar mata kuliah tersebut.

5. Adanya keterlambatan pembayaran honorarium, baik ter

hadap guru pamong, kepala sekolah maupun dosen

pem

bimbing.

(20)

beberapa kelemahan, antara lain perumusan tujuan

in-struksional khusus (TIK) masih bersifat umum,

stra-tegi belajar-mengajar cenderung berpusat kepada

akti-vitas guru/mahasiswa, materi dan bentuk evaluasi ti

dak mengacu kepada tujuan yang telah dirumuskan.

7. Nilai praktek mengajar mahasiswa selama kegiatan prog

ram pengalaman lapangan yang diberikan oleh guru pa

mong cenderung konstan (tidak menunjukkan kemajuan )

dari mulai praktek mengajar yang pertama sampai de ngan praktek mengajar yang terakhir.

8. Beberapa orang mahasiswa merasa kurang puas atas ni

lai praktek mengajar yang diperolehnya, karena nilai praktek mengajar teman-temannya yang dinilai oleh gu

ru pamong yang sama mendapat nilai yang lebih baik

daripada nilai yang diperolehnya. Sedangkan menurut

mahasiswa tersebut, praktek mengajar temannya itu ti

dak lebih baik daripada praktek mengajarnya.

Berdasarkan masalah - masalah yang diungkapkan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah pola ban-tuan yang bagaimanakah yang dilakukan oleh guru pamong,

dosen pembimbing dan kepala sekolah dalam membina kemam

puan mengajar mahasiswa ? Dengan asumsi bahwa perilaku

supervisi guru pamong, dosen pembimbing dan kepala seko

lah berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan mengajar

(21)

jawab-an atas pertjawab-anyajawab-an tersebut. Seljawab-anjutnya, dengjawab-an kajian

yang lebih mendalam dapat ditemukan makna perilaku su

pervisor (guru pamong, dosen pembimbing dan kepala seko

lah) tersebut, yang kemudian diharapkan dapat lebih me

ningkatkan perilakunya dalam memberikan bantuan terhadap

mahasiswa peserta program pengalaman lapangan dengan

mem-perhatikan faktor-faktor yang terkait.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982), atau pendekatan

inkuiri naturalistik (Lincoln dan Guba, 1985), atau pen

dekatan naturalistik kualitatif (Nasution, 1988).

Menen-tukan fokus merupakan faktor yang amat penting dalam pe

nelitian kualitatif, meskipun fokus itu masih mungkin

mengalami perubahan selama berlangsungnya penelitian itu

(Nasution, 1988:31). Dengan menetapkan fokus sebelum pe

nelitian dilakukan, peneliti akan membatasi studinya

serta dapat membuat keputusan yang tepat tentang data

mana yang akan dikumpulkan dan data mana yang tidak

per-lu dijamah ataupun mana yang akan dibuang. Menurut

Lincoln dan Guba (1985:227-228), tujuan peneliti menetap

kan fokus adalah : (1) penetapan fokus dapat membatasi

studi, (2) penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi

kriteria inklusi-eksklusi atau memasukkan - mengeluarkan

(22)

diperoleh di lapangan.

Kegiatan mahasiswa di dalam program pengalaman

lapangan cukup kompleks dan rumit. "Kompleks" mengandung

arti bahwa kegiatannya tidak saja meliputi proseb bel-ajar-mengajar yang. terjadi di dalam kelas, tetapi juga

mencakup kegiatan-kegiatan lainnya di luar praktek

meng-ajar, seperti kegiatan bimbingan dan penyuluhan,

ketata-usahaan, rapat sekolah, oleh raga, kesenian, pramuka, upacara sekolah dan Iain-lain. "Rumit" mengandung arti bahwa tugas - tugas tersebut menuntut suatu kompetensi,

yaitu kompetensi profesional, kompetensi sosial maupun

kompetensi pribadi. Sedangkan, dalam kesempatan kegiatan program pengalaman lapangan ini, mahasiswa sedang dalam taraf belajar, artinya taraf pembentukan atau pembinaan

kompetensi-kompetensi tersebut. Dalam hal inilah bantuan

dari para pembimbing (guru pamong, dosen pembimbing dan

kepala sekolah) sangat diperlukan. Meskipun kegiatan ma

hasiswa itu kompleks, namun kegiatan praktek mengajar

merupakan kegiatan pokok. Seperti tercantum dalam pe

doman PPSPTK buku III (1981), praktek mengajar diberi

bobot yang lebih besar daripada kegiatan-kegiatan lain

nya.

Kualitas praktek mengajar mahasiswa sangat

di-pengaruhi oleh kemampuarmya.Oleh karena itu bantuan ter

(23)

lapangan,hen-daknya menaruh perhatian yang utama kepada pembinaan ke mampuan mengajarnya, yang pada gilirannya akan meningkat

kan kualitas proses belajarmengajar. Berdasarkan pemi

-kiran tersebut, maka esensi fokus penelitian ini adalah

bagaimana upaya pembinaan kemampuan praktek mengajar ma

hasiswa melalui supervisi program pengalaman lapangan.

Kegiatan supervisi program pengalaman lapangan

melibatkan sejumlah personal, seperti misalnya dosen UPT

PPL, Pembantu Dekan I, Ketua jurusan, dosen pembimbing ,

kepala sekolah dan guru pamong. Diantara sejumlah perso

nal tersebut, guru pamong, dosen pembimbing dan kepala

sekolah, merupakan orang yang paling "depan" dalam upaya

pemberian bantuan/layanan kepada mahasiswa peserta prog

ram pengalaman lapangan. Dengan demikian, masalah pembi

naan kemampuan praktek mengajar mahasiswa, pada

hakekat-nya mempersoalkan bantuan/layanan guru pamong, dosen pem

bimbing dan kepala sekolah yang berperan sebagai super

visor program pengalaman lapangan. Kegiatan-kegiatan ter

sebut hendaknya dapat menciptakan kondisi yang

memungkin-kan pertumbuhan kemampuan mengajar mahasiswa secara

kon-tinu, memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sen

-diri masalah-masalah yang mereka hadapi dengan penuh

ini-siatif dan kreatif.

Dari hasil orientasi dan studi penjajagan ter

(24)

dirumuskan masalah pokok penelitian (fokus penelitian) sebagai berikut : Pola bantuan/layanan yang bagaimanakah yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru pamong dan do sen pembimbing dalam upaya pembentukan kemampuan meng

-ajar mahasiswa ? Secara lebih operasional fokus peneli

tian tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaanperta

-nyaan seperti di-bawah ini.

a) Hal-hal yang menyangkut perilaku kepala sekolah se

bagai supervisor program pengalaman lapangan.

1. Bagaimanakah persepsi kepala sekolah tentang prog

ram pengalaman lapangan dan tentang peranannya se

bagai supervisor dalam upaya memperlancar dan

mem-bentuk kemampuan mengajar mahasiswa ?

2. Paktor-faktor apakah yang menjadi dasar

pertimbang-an kepala sekolah dalam memilih dan mengusulkan

guru-guru untuk diangkat sebagai guru pamong ?

3. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh kepala sekolah

sebagai supervisor program pengalaman lapangan

dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar maha

siswa ?

4. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan ke

pala sekolah dalam menilai ujian praktek mengajar

mahasiswa ?

b) Hal-hal yang menyangkut perilaku guru pamong sebagai

(25)

1. Bagaimanakah persepai guru pamong terhadap program

pengalaman lapangan dan terhadap peranannya seba

gai supervisor dalam upaya pembentukan kemampuan

mengajar mahasiswa ?

2. Sifat hubungan yang bagaimanakah yang dilakukan

antara guru pamong dan mahasiswa dalam kaitannya

dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar maha

siswa ?

3. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh guru pamong

sebagai supervisor program pengalaman lapangan da

lam upaya pembentukan kemampuan mengajar mahasis

wa ?

4. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan

guru pamong dalam menilai praktek mengajar maupun

ujian praktek mengajar mahasiswa ?

c) Hal-hal yang menyangkut perilaku dosen pembimbing se

bagai supervisor program pengalaman lapangan .

1. Bagaimanakah persepsi dosen pembimbing terhadap program pengalaman lapangan dan terhadap peranan

nya sebagai supervisor dalam upaya pembentukan ke

mampuan mengajar mahasiswa ?

2. Sifat hubungan yang bagaimanakah yang dilakukan

antara dosen pembimbing dan mahasiswa dalam kait

-annya dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar

(26)

3. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh dosen pembim

bing dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar

mahasiswa ?

4. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan

dosen pembimbing dalam menilai ujian praktek

meng-ajar mahasiswa ?

C. Pentingnya Penelitian

1. Dilihat dari Bidang Administrasi Pendidikan.

Penelitian mengenai supervisi program pengalaman

lapangan merupakan kegiatan penting untuk mendapatkan

gambaran tentang perilaku kepala sekolah, guru pamong

dan dosen pembimbing dalam upaya pemberian bantuan ke pada mahasiswa peserta program pengalaman lapangan.

Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari administrasi. Jones (1969), mengemukakan bahwa su

pervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

se-luruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan

ter-utama untuk mengembangkan efektivitas performans (perso

nel sekolah) yang berhubungan dengan tugas - tugas utama

dalam usaha-usaha pendidikan. Jones memandang supervisi sebagai sub sistem dari sistem administrasi pendidikan. Sebagai sub sistem sudah tentu tidak lepas dengan admi

nistrasi yang juga menyangkut personel non guru. Namun

(27)

performans para personel yang menangani para siswa se

bagai obyek yang digarap oleh sekolah (Made Pidarta,

1986:3).

Kemudian, Oteng Sutisna (1987:248),

mengemuka-kan bahwa supervisi sebagai salah satu

fungsi pokok ad

ministrasi, berupa pelayanan yang langsung berurusan

dengan pengajaran dan perbaikannya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan

bahwa supervisi pendidikan merupakan bagian dari fungsi

administrasi pendidikan.

Supervisi pendidikan merupakan

bantuan/layanan profesional yang langsung ditujukan un

tuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar

melalui peningkatan kemampuan profesional guru, sedang

kan administrasi pendidikan berkaitan dengan keseluruhan

proses sistem pendidikan yang secara tidak

langsung un

tuk meningkatkan proses dan hasil pendidikan serta untuk

menghasilkan belajar - mengajar yang lebih efektif dan

efisien.

Supervisi dalam konteks program pengalaman la

pangan merupakan perkembangan dan implementasi supervisi

pengajaran, yang pada hakekatnya merupakan

suatu proses

bantuan/layanan dalam upaya pembentukan kemampuan me

-ngajar mahasiswa melalui program pengalaman lapangan.De

ngan demikian, supervisi program pengalaman lapangan me

(28)

yang juga merupakan bidang'studi peneliti.

2. Dilihat dari Operasional.

Secara akademik supervisi program pengalaman

lapangan menjadi wewenang dan tanggung jawab kepala se

kolah, guru pamong dan dosen pembimbing. Oleh karena itu berhasil tidaknya program pengalaman lapangan banyak di-pengaruhi oleh perilaku kepala sekolah, guru pamong dan

dosen pembimbing sebagai supervisor. Sehubungan dengan

itu, timbul suatu pertanyaan sebagaimana telah dirumus

kan dalam fokus penelitian, yaitu pola bantuan / layanan

yang bagaimanakah yang dilakukan oleh kepala sekolah,

guru pamong dan dosen pembimbing dalam upaya meningkat

kan kemampuan mengajar mahasiswa ? Untuk menjawab per

-tanyaan tersebut bukanlah hal yang mudah, tetapi harus didukung oleh data yang keabsahannya dapat dipertanggung jawabkan, perlu dianalisis dan kajian yang mendalam, se-hingga jawabannya dapat dipertanggung jawabkan pula. Un tuk keperluan itulah penelitian yang mendalam tentang supervisi program pengalaman lapangan oleh kepala seko lah, guru pamong dan dosen pembimbing, perlu

dilaksana-kan.

Sepengetahuan penulis, penelitian tentang super

visi program pengalaman lapangan khususnya di IKIP

Bandung belum ada yang meneliti, sehingga hasil peneli

(29)

pa-ra pengelola program pengalaman lapangan di dalam raem-buat kebijaksanaannya, khususnya dalam upaya meningkat

kan efektivitas supervisi program pengalaman lapangan.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian

ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku

supervisi program pengalaman lapangan oleh kepala se

-kolah, guru pamong dan dosen pembimbing dalam upaya pem

bentukan kemampuan mengajar mahasiswa.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui peneli

tian ini adalah sebagaimana tercantum di bawah ini.

a) Hal-hal yang menyangkut perilaku kepala sekolah se

bagai supervisor program pengalaman lapangan.

1. Akan mendeskripsikan dan menganalisis persepsi ke

pala sekolah terhadap program pengalaman lapangan dan terhadap peranannya sebagai supervisor program pengalaman lapangan dalam upaya pembentukan ke mampuan mengajar mahasiswa.

2. Akan menganalisis faktor-faktor yang menjadi dasar

pertimbangan kepala sekolah dalam memilih dan

meng-usulkan guru-guru untuk diangkat menjadi guru pa

(30)

3. Akan mendeskripsikan dan menganalisis kegiatan ke

pala sekolah sebagai supervisor program pengalaman

lapangan dalam upaya pembentukan

kemampuan

meng-ajar mahasiswa.

4. Akan menganalisis kriteria yang menjadi dasar per timbangan kepala sekolah dalam menilai ujian prak tek mengajar mahasiswa.

b) Hal-hal yang menyangkut perilaku guru pamong sebagai

supervisor program pengalaman lapangan.

1. Akan mendeskripsikan dan menganalisis persepsi gu

ru pamong terhadap program pengalaman lapangan

dan terhadap peranannya sebagai supervisor dalam

upaya pembentukan . kemampuan mengajar mahasiswa.

2. Akan menganalisis sifat-sifat hubungan yang dila kukan antara guru pamong dan mahasiswa dalam

kait-annya dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar

mahasiswa.

3. Akan mendeskripsikan dan menganalisis kegiatan gu ru pamong sebagai supervisor program pengalaman

lapangan dalam upaya pembentukan kemampuan

meng-ajar mahasiswa.

4. Akan menganalisis kriteria yang menjadi dasar per

timbangan guru pamong dalam menilai praktek

menga-jar (formatif) maupun ujian praktek mengamenga-jar (

(31)

c) Hal-hal yang menyangkut perilaku dosen pembimbing se

bagai supervisor program pengalaman lapangan.

1. Akan mendeskripsikan dan menganalisis persepsi do sen pembimbing terhadap program pengalaman lapang an dan terhadap peranannya sebagai supervisor da lam upaya pembentukan kemampuan mengajar mahasis

wa.

2. Akan mendeskripsikan sifat-sifat hubungan yang di lakukan antara dosen pembimbing dan mahasiswa da lam kaitannya dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar mahasiswa.

3. Akan mendeskripsikan dan menganalisis kegiatan do

sen pembimbing dalam upaya pembentukan kemampuan

mengajar mahasiswa.

4. Akan menganalisis kriteria yang menjadi dasar per timbangan dosen pembimbing dalam menilai ujian praktek mengajar mahasiswa.

E. Kegunaan Penelitian

Secara konseptual dengan penelitian ini diharap-kan dapat memperkaya wawasan peneliti tentang teori dan konsep supervisi pengajaran pada umumnya yang merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan, teori dan

konsep supervisi program pengalaman lapangan pada

khusus-nya.

(32)

peneliti-an ini diharapkpeneliti-an dapat dihasilkpeneliti-an suatu informasi, ya

itu gambaran mengenai pelaksanaan supervisi program pe

ngalaman lapangan yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru pamong dan dosen pembimbing sehingga dapat memper kaya para pengelola program pengalaman lapangan dalam rangka membuat kebijaksanaannya. Demikian pula hasil pe

nelitian ini dapat dijadikan umpan balik (feed back)

ba-gi para supervisor program pengalaman lapangan sebagai titik tolak untuk lebih meningkatkan lagi peranannya se bagai supervisor yang efektif yang pada gilirannta dapat terbentuknya kemampuan mengajar mahasiswa calon guru.

P. Paradigma Penelitian : Kerangka Pemikiran, Premis dan

Pertanyaan Penelitian

Seperti telah disinggung di muka, penelitian ini menggunakan pendekatan "I7aturalistik Inquiry". Menurut

Lincoln dan Guba (1985:222), untuk dapat memahami fokus

penelitian secara lebih tajan dalam penelitian natura

listik kualitatif diperlukan suatu paradigma penelitian, yaitu "statement of a theoritical perspective that will guide the inquiry". Kemudian Ziauddin Sardar (1986:339), menjelaskan mengenai paradigma sebagai berikut : "para -digma merupakan suatu "conceptual gogles", yaitu cara

berpikir masyarakat ilmiah untuk memahami realitas obyek

yang diteliti. Paradigma digunakan untuk menunjukkan

(33)

ter-tentu". Sementara itu, Nasution (1988:2), mengemukakan

"tiap peneliti berpegang pada paradigma tertentu. Para

digma ialah suatu perangkat kepercayaan, nilai - nilai,

suatu pandangan tentang dunia sekitar. Paradigma

meng-arahkan penelitian". Mengenai paradigma penelitian yang menggambarkan kerangka berpikir dan premis-premis pene litian ini dapat dilihat pada gambar 1 di halaman 24.

Penelitian ini mempersoalkan supervisi program pengalaman lapangan. Supervisi program pengalaman lapang an yang dimaksud adalah perbuatan yang secara langsung mempengaruhi perilaku mahasiswa peserta program peng alaman lapangan ke arah pembentukan kemampuan

mengajar-nya. Tema sentral masalah penelitian ini mengungkapkan

bahwa program pengalaman lapangan yang dilaksanakan se lama ini belum memperoleh hasil yang memuaskan sebagai-mana yang diharapkan. Apabila keadaan seperti itu terus berlanjut dan tidak ada peningkatan, akan menjadi kenda-la bagi upaya peningkatan mutu pendidikan pada umumnya, peningkatan mutu lulusan IKIP pada khususnya.

Esensi pemikiran yang terkandung dalam rumusan tema sentral di atas adalah bagaimana upaya pembentukan

kemampuan mengajar mahasiswa melalui supervisi program

pengalaman lapangan. Hal ini berarti perlunya mengkaji

ulang pelaksanaan supervisi program pengalaman lapangan

(34)

SUPERVISI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN i i A. KETUA JURUSAN PARADIGMA PENELITIAN

SUPERVISI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN OLEH KEPALA SEKOLAH,

GURU PAMONG DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA

'4

> KEPALA SEKOLAH i DOSEN PEMBIM BING 1. Persepsi

2. Seleksi GP

3. Kegiatan 1. Persepsi 2. Sifat hubungan 3. Kegiatan 4. Evaluasi 1. Persepsi 2. Sifat hubungan 3. Kegiatan

\ 4. Evaluasi

[image:34.842.114.833.138.498.2]
(35)

pola bantuan/layanan terhadap mahasiswa peserta program pengalaman lapangan dalam rangka pembentukan kemampuan

mengajarnya. Dalam kegiatan program pengalaman lapangan,

personel yang berperan sebagai supervisor dalam bidang

akademik adalah guru pamong, dosen pembimbing dan ke

pala sekolah.

Efektivitas bantuan / layanan guru pamong, dosen

pembimbing dan kepala sekolah, didasari oleh persepsinya

baik terhadap arti pentingnya program pengalaman lapang an bagi mahasiswa calon guru, maupun terhadap peranan

nya sebagai supervisor program pengalaman

lapangan.Demi-kian pula, hubungan yang efektif

antara

supervisor de

ngan mahasiswa merupakan faktor yang esensial dalam upa

ya pemberian bantuan sehingga diantara mereka (supervi

sor dan mahasiswa) terdapat kebebasan untuk bertanya dan

kesempatan untuk menyampaikan ide atau pendapat,yang pa

da akhirnya akan menambah semangat bagi

mahasiswa dalam

melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, pemahaman terha

dap hal-hal tersebut serta hubungan yang efektif antara

supervisor dengan mahasiswa merupakan

kondisi yang

kon-dusif terhadap pemberian bantuan

dalam upaya pembentuk

an kemampuan mengajar mahasiswa.

Bantuan / layanan supervisor hendaknya dilakukan

(36)

tersebut, dimulai sejak penyusunan rencana atau program

pengajaran sampai dengan implementasi program. Untuk da

pat memberikan bantuan/layanan secara tepat, supervisor

(guru pamong dan dosen pembimbing) hendaknya

mengobser-vasi kegiatan praktek mengajar mahasiswa kemudian hasilnya dianalisis untuk melihat keobyektifan data

kemudian didiskusikan bersama-sama dengan mahasiswa me ngenai kebaikan dan kelemahannya dan memberi sara-saran

yang dianggap perlu hasil diskusi tersebut merupakan

bahan untuk perbaikan dan peningkatan praktek menga^ar selanjutnya akhirnya setelah mahasiswa dianggap

me-madai untuk ujian, para supervisor (kepala sekolah, guru

pamong dan dosen pembimbing) melakukan penilaian. Dengan

melalui prosedur semacam itu, diharapkan bantuan/layanan supervisor dapat membantu pembentukan kemampuan meng -ajar mahasiswa sesuai dengan tuntutan persyaratan tugaa nya manakala menjadi guru.

Untuk dapat memahami persoalan di atas, dalam pe nelitian ini dirumudkan sejumlah premis yang dijadikan dasar bagi penelitian dalam melakukan proses inkuiri. Premis-premis tersebut adalah seperti berikut ini.

Premis 1.

Program pengalaman lapangan bagi Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan hal yang sangat

(37)

inilah mahasiswa calon guru dibina untuk menguasai

kemampuan profesional sebagai guru dan menghayati

pengalaman-pengalaman nyata sebagai guru di sekolah

(Cooper et al, 1973; Depdikbud, 1981).

Premis 2

Salah satu kesempatan terbaik untuk pembentukan ke

mampuan mengajar dan sikap profesional secara

seren-tak adalah dalam latihan praktek mengajar dengan pem

berian bimbingan atau supervisi yang tepat. Di

sam-ping memberikan bimbingan dalam kemampuan mengajar,

sekaligus juga mengembangkan kemampuan calon guru

untuk sedini mungkin mengambil alih prakarsa dan

tanggung jawab peningkatan dirinya. Hal ini dapat

diwujudkan melalui konteks hubungan yang sederajat

antara calon guru dan supervisor. Selanjutnya, su

pervisi itu akan makin penting apabila supervisor

mau dan mampu menjadi model bagi calon guru, baik dalam kemampuan mengajar dan terutama dalam sikap

profesional (Depdikbud, 1984/1985).

Premis 3.

Efektivitas bantuan / layanan guru pamong dan dosen

pembimbing sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

upaya pembentukan kemampuan mengajar calon guru

(Turney et al, 1982b).

(38)

Efektivitas pemberian bantuan/layanan sangat

diwar-nai oleh pemahaman supervisor akan arti pentingnya

program pengalaman lapangan, pemahaman akan peranan

nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan,

dan sifat hubungan antara supervisor dengan calon gu

ru. Sedangkan prosesnya dilakukan secara periodik

dan kontinu dengan kegiatan melakukan diskusi awal,

mengobservasi praktek mengajar, menganalisis hasil

observasi, mendiskusikan hasil observasi sekaligus

memberikan umpan balik dalam upaya perbaikan dan pe

ningkatan praktek mengajar mahasiswa (L.Cogan, 1973;

Acheson, et al, 1980; dan Turney, 1982b).

Premis-premis yang dirumuskan di atas, dalam pe

nelitian ini merupakan pedoman dalam melaksanakan proses

inkuiri untuk mempelajari fokus penelitian. Dengan

demi-kian, premis-premis tersebut merupakan alat atau pedoman

bertanya dalam proses pengumpulan data. Adpun pokok

-pokok pertanyaan tersebut adalah seperti berikut ini.

1. Pertanyaan yang menyangkut kegiatan kepala sekolah

sebagai supervisor program pengalaman lapangan.

a. Bagaimanakah persepsi kepala sekolah terhadap :

(a) arti pentingnya program pengalaman lapangan ? •

(b) peranannya sebagai supervisor program pengalam

an lapangan ?

(39)

pertimbang-an kepala sekolah dalam memilih dan mengusulkan

guru-guru untuk diangkat menjadi guru pamong ?

c. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh kepala sekolah

sebagai supervisor program pengalaman lapangan

dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar maha

siswa ?

d. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan

kepala sekolah dalam menilai ujian praktek

meng-ajar mahasiswa ?

2. Pertanyaan yang menyangkut kegiatan guru pamong se

bagai supervisor program pengalaman lapangan.

a. Bagaimanakah persepsi guru pamong terhadap :

(a) arti pentingnya program pengalaman lapangan ?

(b) peranannya sebagai supervisor program penga

-laman lapangan ?

b. Sifat hubungan yang bagaimanakah yang dilakukan

antara guru pamong dan mahasiswa dalam keitannya

dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar maha

siswa ?

c. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh guru pamong sebagai supervisor program pengalaman lapangan da

lam upaya peaabentukan kemampuan mengajar mahasis

wa ?

d. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan gu

(40)

-tif) maupun ujian praktek mengajar (suma-tif) maha

siswa ?

3. Pertanyaan yang menyangkut kegiatan dosen pembimbing

sebagai supervisor program pengalaman lapangan*

a. Bagaimanakah persepsi dosen pembimbing terhadap :

(a) arti pentingnya program pengalaman lapangan ? (b) peranannya sebagai supervisor program pengalam

an lapangan ?

b. Sifat hubungan yang bagaimanakah yang -dilakukan

antara dosen pembimbing dengan mahasiswa dalam

kaitannya dengan upaya pembentukan kemampuan menga

-jar mahasiswa ?

c. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh dosen pembim

bing dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar

mahasiswa ?

d. Kriteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan

dosen pembimbing dalam menilai ujian praktek me

ngajar mahasiswa ?

G. Metode Penelitian

Seperti telah dikemukakan di muka, penelitian ini

menggunakan pendekatan naturalistik / kualitatif, dengan

alasan bahwa peneliti akan mempelajari penomena

sebagai-mana yang terjadi dalam proses supervisi di lapangan me

lalui komunikasi yang intensif dengan sumber data. Data

(41)

hasilnya pun dalam bentuk uraian. Dalam penelitian ini,

peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data.

Mengenai uraian pendekatan naturalistik kualita tif sebagai metode dalam penelitian ini, akan dibahas

secara khusus dalam Bab III - Prosedur Penelitian.

H. Lokasi dan Lama Penelitian

Pelaksanaan program pengalaman lapangan mahasiswa

IKIP Bandung untuk tahun akademik 1989/1990 tersebar di

beberapa sekolah yang berada di Kotamadya dan Kabupaten Bandung. Untuk mahasiswa program S 1 dan D 3 berpraktek

pada berbagai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Se

dangkan untuk mahasiswa program D 2 pada Sekolah Lanjut

an Tingkat Pertama (SLTP). Karena penelitian ini merupa

kan studi kasus, maka peneliti hanya mengambil 3 (tiga)

sekolah sebagai sumber data, yaitu ,SMA Negeri 6, SMA

Negeri 13, dan SMA PGII Bandung. Untuk mengetahui gam baran umum mengenai sekolah-sekolah yang digunakan seba gai tempat berpraktek mahasiswa program S 1 periode ta

hun akademik 1989/1990 adalah seperti tercantum pada

(42)

TABEL : 1

NAMA SEKOLAH TEMPAT MAHASISWA PROGRAM S I MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN

PERIODE TAHUN 1989/1990

No. ' Nama Sekolah 1 Alamat Sekolah

1. • SMA Negeri 4 • Jl. Gardujati

2. • SMA Negeri 5 • Jl. Belitung 3. • SMA Negeri 6 • Jl. Pasirkaliki 4. ' SMA Negeri 8 • Jl. Solontongan

5. • SMA Negeri 9 • Jl. Suparmin 6. ' SMA Negeri 10 » Jl. Cikutra 7. ' SMA Negeri 13 • Jl. Cijerah

8. ' SMA Negeri 14 ' Jl. Katarnso 9. ' SMA Negeri 15 » Jl. Sarijadi

10. ' SMA Negeri 17 » Jl. Caringin

11. ' SMA Negeri 16 ' Jl, Kebaktian 12. ' SMA Negeri 21 ' Jl. Solontongan

13. '1 SMA Negeri Lembang '' Jl. Raya Lembang 14. ' SMA Negeri Cimindi 1' Jl. Raya Cimindi

15. SKA Negeri I Cimahi '' Jl. Pasar Atas 16. » SMA PGII Jl. Panatayuda

17. ' SMA Muhammadyah 'r Jl. Kancil

18. '' SMA Korpri Jl. Setiabudi 19. ' SMA "YAS" Jl. H. Mustopa

20. « SMA BPI 1,25,3 Jl. Burangrang

21. • SMA Pasundan 1 ' Jl. Balonggede

22. • SMA Pariwisata Cimahi ' Jl. Sangkuriang

23. ' SPG Negeri 1 • Jl. Cibiru 24. ' SPG Negeri 2 ' Jl. Rajamantri

25. • SPG Pasundan ' Jl. Cihampelas

[image:42.595.67.481.159.710.2]
(43)

27. * SPG PGRI Cimahi ' Jl. Terusan Citeureup

28. » PGA Negeri » Jl. Cijerah

29. • STM Negeri 1 ' Jl. Ciliwung

Penelitian ini membutuhkan waktu delapan belas

bulan yang dibagi ke dalam tiga tahapan :

Tahap I : Orientasi dan penjajagan dilaksanakan pada bulan Juli dan Agustus 1989.

Tahap II : Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Sep

tember dan Oktober 1989.

Tahap III : "Member check" dilaksanakan pada bulan

Nopem-ber 1989.

Penulisan laporan -akhir penelitian dilaksanakan terus

menerus dari bulan Desember 1989 sampai dengan bulan

No-pember 1990. Dengan demikian, seluruh waktu yang

dibutuh-kan untuk menyelesaidibutuh-kan kegiatan penelitian ini adalah

(44)
(45)

PROSEDUR PENELITIAN

Apabila di Bab I telah dijelaskan kerangka

ber-pikir untuk memperjelas penelitian, sementara di Bab II

dibahas tinjauan teoritis yang relevan dengan fokus pe

nelitian, maka pada Bab III ini dikemukakan prosedur pe

nelitian, yang terdiri atas : metode penelitian,

popula-si dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data,

pe

laksanaan pengumpulan data.

A. Metode Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian per

tama, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif. Hal ini didasarkan kepada rumusan mas

alah penelitian yang menuntut peneliti untuk melakukan

eksplorasi dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah

yang diteliti melalui hubungan yang intensif dengan sum

ber data.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan

data yang berupa uraian yang kaya akan deskripsi menge

nai kegiatan atau perilaku subyek yang diteliti persep

sinya atau pendapatnya dan aspekaspek lain yang berka

-itan yang diperoleh melalui wawancara,

observasi

dan

studi dokumentasi.

Uraian sepeti itu biasanya sangat

sulit untuk ditangani melalui prosedur statistik, tetapi

menuntut prosedur metode kualitatif. Yang dimaksud

(46)

ngan metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975)

adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan da

ri orang-orang dan perilaku yang diamati. Kemudian, me

nurut S.Nasution (1988:5), "penelitian kualitatif

pada

hakekatnya ialah mengamati orang - dalam lingkungannya,

berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan

tafsiran tentang dunia sekitarnya".

Lincoln dan Guba (1985:102), mengemukakan

bahwa

peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, disain

penelitiannya bersifat "emergent design". Hal ini dise

-babkan karena pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan

peneliti belum memiliki gambaran yang jelas tentang as

pek-aspek masalah yang akan ditelitinya. la akan mengem

bangkan fokus penelitian sementara ia mengumpulkan data.

Demikian pula peneliti kualitatif

tidak

menghampiri

masalah yang akan ditelitinya melalui pertanyaan peneli

tian yang telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari

ja-wabannya atau melalui perumusan hipotesis untuk

dibukti-kan kebenarannya. Bogdan dan Biklen (1982:31) mengemuka

kan bahwa sebagai peneliti kualitatif ia akan

menaruh

perhatian untuk memahami perilaku, pandangan, persepsi,

sikap dan lain-lainnya berdasarkan pandangan subyek yang

diteliti sendiri. Oleh karena itu, peneliti

kualitatif

(47)

sub-yek yang diteliti di tempat mereka sehari - hari biasa

berada dan biasa melakukan kegiatan.

Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakte

-ristik yang membedakannya dengan penelitian kuantitatif.

Bogdan dan Biklen (1982:27-30), mengemukakan beberapa

karakteristik penelitian kualitatif seperti berikut ini.

1. Qualitative research has the natural setting as

the direct source of data and the researcher is

the key instrument.

2. Qualitative research is descriptive.

3. Qualitative researchers are concerned with pro

cess rather than simply with outcomes or products

4. Qualitative researchers tend to analyze their data inductively.

5. "Meaning" is of essential concern to the qualita tive approach.

Karakteristik-karakteristik tersebut di atas men-jiwai penelitian ini. Karakteristik pertama, peneliti

sebagai instrumen utama mendatangi sendiri secara leng

-sung sumber datanya. Dalam penelitian ini, peneliti mem

pelajari fenomena sebagaimana adanya yang tampak dan

yang terjadi di lapangan. Karakteristik kedua, mengim

-plikasikan bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata daripada ang-.

ka-angka. Jadi hasil analisisnya berupa suatu uraian.

Karakteristik ketiga, keempat dan kelima, menjelaskan

bahwa penelitian kualitatif lebih raenaruh perhatian ke

pada proses, tidak semata-mata pada hasil; dan melalui

analisis induktif peneliti mengungkapkan makna dari ke

(48)

Kemudian, Lincoln dan Guba (1985:39-44), mengemu

kakan karakteristik penelitian kualitatif seperti ber

ikut ini.

1. Natural setting.

2. Human instrumen.

3. Utilization of tacit knowledge. 4. Qualitative methods.

5. Purposive sampling.

6. Inductive data analysis.

7. Grounded theory. 8. Emergent design. 9. Negotiated outcomes.

10. Case study reporting mode. 11. Idiographic interpretation. 12. Tentative aplication.

13. Pocus-determined boundaries.

14. Special criteria for trustworthiness.

B. Populasi dan Sampel

Dalam Bab I telah diutarakan bahwa penelitian ini

dilakukan di tiga Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA)

yang berada di Kotamadya Bandung, yaitu Sekolah Menengah

Atas Negeri 6, Sekolah Menengah Atas Negeri 13, dan Se

kolah Menengah Atas Persatuan Guru Islam Indonesia ( SMA

PGII) Bandung. Penentuan obyek penelitian tersebut dida

sarkan kepada Nilai Ebtanas Murni (NEM) calon siswa yang

masuk ke masing-masing sekolah, dengan asumsi bahwa NEM

tersebut merupakan refleksi dari kemampuan berpikir se

tiap calon siswa. Sebagai contoh, misalnya tahun ajaran

1989/1990, NEM calon siswa yang diterima di SMA Negeri 6

berkisar antara 41 -i 54 dengan rata-rata 47, NEM calon

(49)

33-47 dengan rata-rata 37, sedangkan NEM calon

siswa yang

diterima di SMA PGII berkisar antara 21-45 dengan

rata-rata 31. Perbedaan masukkan (input) calon siswa tersebut

menuntut layanan yang berbeda dari staf pengajar (guru) terutama dalam kegiatan proses belajar mengajar dari ma sing-masing sekolah termasuk dari mahasiswa yang ber

praktek di sekolah tersebut. Keadaan semacam itu akan

berpengaruh terhadap perilaku supervisor program penga

-laman lapangan (kepala sekolah, guru pamong

dan

dosen

pembimbing) dalam memberikan bantuan terhadap mahasiswa

bimbingannya disesuaikan dengan karakteristik siswa ma

sing-masing sekolah.

Sehubungan dengan populasi dalam penelitian kua

litatif, Goetz dan LeComte (1984),

seperti dikutip oleh

Djam'an Satori (Disertasi, 1989:140), menyatakan bahwa "Whatever the population or populations and determined

to be, their catagories must be discovered and refined

into specific units of analysis that facilitate data re

duction and processing". Sesuai dengan paradigma peneli tian dan masalah yang diteliti, dalam penelitian ini

yang menjadi katagori populasi atau sumber data adalah

kepala sekolah, guru pamong, dosen pembimbing dan maha

siswa yang melakukan kegiatan pengalaman lapangan di se

kolah tersebut di atas. Mengenai jumlah populasi, seper

(50)

Tabel : 2

JUMLAH POPULASI PENELITIAN

Jumlah * Jumlah » Jumlah ' Jumlah '

No. * Nama Sekolah 'Kepala ' Guru ' Dosen ' Maha - '

Sekolah • Pamong ' Pembim.' siswa '

1. ' SMA Neg. 6 ' 1 ' 10 ' 10 ' 26

2. • SMA Neg. 13 * 1 ' 9 ' 9 ♦ 24

3. * SMA PGII 1 ' 1 ' 11 • 9 • 26

Jumlah ' 3 ' 30 • 28 ' 76 '

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif,

sampel dalam penelitian ini adalah "purposive sampling".

Dengan pengambilan secara purposif, hal-hal yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim, sehingga hal-hal

yang dicari tampil menonjol dan lebih mudah dicari

mak-nanya. Hasil yang dicapai dengan pengambilan sampel ini

bukan untuk mencari generalisasi, tetapi mungkin dapat

ditransfer pada kasus lain. Lincoln dan Guba (1985:202) mengemukakan bahwa "naturalistic sampling is, then, very different from conventional sampling. ... Its purpose is to maximize information, not facilitate generalization". Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985:201-202)

dalam penelitian naturalistik

spesifikasi

sampel tidak

dapat ditentukan sebelumnya, sesuai dengan ciri - ciri

[image:50.595.72.507.82.718.2]
(51)

de-sign, (2) serial selection of sample units, (3) conti

-nuous adjustment or 'focusing' of the sample, (4) selec

tion to the point of redudancy".

Bertitik tolak dari pendapat di atas, penentuan

sampel dalam penelitian ini dilakukan sementara peneli

tian berlangsung. Caranya, yaitu peneliti memilih guru

pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa peserta program

pengalaman lapangan yang termasuk "daerah" penelitian

dan menurut pertimbangan peneliti (sebagai human instru

ment) dapat memberikan informasi. maksimum mengenai

se-gala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan supervisi

program pengalaman lapangan; selanjutnya berdasarkan da

ta atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya, peneliti dapat menetapkan unit sampel lainnya yang

di-pertimbangkan akan memberikan data

lebih lengkap. Unit

sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan de

ngan makin terarahnya fokus penelitian. Dalam proses pe

nentuan sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya karena

ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam hubungan ini,, S.Nasution (1988:32-33), menjelaskan bahwa penentu

an unit sampel dianggap telah memadai apabila telah

sampai kepada taraf "redudancy" (ketuntasan atau keje

-nuhan), artinya bahwa dengan menggunakan responden se

lanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan

(52)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai salah satu bagian

penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat

pen-ting. Oleh karena itu keberhasilan suatu penelitian na

turalistik sangat tergantung kepada ketelitian,

keleng-kapan catatan (field notes) yang

disusun oleh peneliti.

Menurut Nasution (1988:56-89), "catatan lapangan terse

but disusun melalui observasi, wawancara dan studi

do-kumenter". Ketiga teknik pengumpulan data tersebut di

gunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi

yang saling melengkapi dan menunjang.

1. Observasi

Dalam penelitian kualitatif, observasi merupakan

salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk memper

oleh informasi dalam kaitannya dengan konteks (hal-hal

yang berkaitan di sekitarnya) sehingga peneliti dapat

memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan. Oleh

karena itu dengan menggunakan teknik observasi peneliti

dapat memperoleh manfaat seperti dikemukakan Patton

(1980) yang disarikan oleh Nasution (1988:59-60), seba gai berikut :

(1) dengan berada di lapangan peneliti

lebih mampu

memahami konteks data dalam keseluruhan situasi ;

(2) pengalaman langsung memungkinkan

peneliti meng

gunakan pendekatan induktif;

(3) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau

(53)

(4) peneliti dapat menemukan hal - hal yang sedianya

tidak akan terungkap oleh responden dalam

wawan-cara;

(5) peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persep

si responden;

(6) dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat meng

adakan pengamatan tetapi juga memperoleh

kesan-kesan pribadi.

Kemudian, dibagian lain Nasution (1988:61-62), mengemu

kakan bahwa intensitas partisipasi pengamat dapat dila

kukan dalam lima tingkatan, yaitu dari partisipasi nihil,

partisipasi pasif, sedang, aktif, sampai partisipasi

pe-nuh. Dengan mempertimbangkan kedudukan peneliti dan si

fat penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti me lakukan observasi dengan tingkatan partisipasi pasif dan

patisipasi sedang. Dalam hal ini peneliti melakukan ob

servasi mulai dari kegiatan sebagai penonton, kemudian

sewaktu-waktu turut serta dalam situasi atau kegiatan

yang berlangsung.

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka data

yang akan dikumpulkan melalui observasi meliputi hal-hal

seperti berikut ini.

1) Data yang menyangkut bantuan/layanan kepala sekolah .

a. Proses penyusunan rencana/program kegiatan.

b. Pengenalan atau orientasi terhadap mahasiswa.

c. Monitoring atau pengawasan terhadap guru pamong.

d. Diskusi dengan guru pamong, mahasiswa dan dosen

pembimbing.

(54)

a. Hubungan antara guru pamong dengan mahasiswa.

b. Kegiatan memberi tugas menyusun satuan pelajaran

dan memeriksanya kembali.

c. Kunjungan atau observasi kelas.

d. Diskusi individual dengan mahasiswa.

3) Data yang menyangkut bantuan/layanan dosen pembimbing;

a. Kunjungan atau observasi kelas.

b. Diskusi individual dengan mahasiswa.

c. Diskusi dengan kepala sekolah.

2. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif untuk mengetahui

ba-gaimana persepsi responden tentang dunia kenyataannya,

peneliti harus berkomunikasi langsung dengan responden

melalui wawancara. Oleh karena itu aspek penting dalam

penelitian kualitatif yang berkaitan dengan teknik wa

wancara adalah bahwa peneliti harus berusaha mengetahui

bagaimana responden memandang dunia dari segi perspek

tifnya, menurut pikiran dan perasaannya yaitu infor

masi "emic" (Nasution, 1988:71).

Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan wa

wancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang berfokus

dan berisi pertanyaan - pertanyaan yang tidak mempunyai

struktur tertentu, akan tetapi terpusat kepada

satu po

kok masalah tertentu, serta wawancara bebas yang berisi

(55)

yang lain, sepanjang berkaitan dengan dan menjelaskan

aspek-aspek masalah yang diteliti.

Dalam wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman

wawancara meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu

terikat pada pedoman tersebut. Secara garis besar, se

suai dengan masalah penelitian, data yang ingin dikumpul

kan melalui wawancara adalah seperti berikut ini.

1) Data yang menyangkut bantuan/layanan kepala sekolah .

a. Persepsi kepala sekolah terhadap arti pentingnya

program pengalaman lapangan dan terhadap peranan

nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan.

b. Dasar pertimbangan kepala sekolah dalam memilih

dan mengusulkan guru untuk diangkat menjadi guru

pamong.

c. Kegiatan monitoring atau pengawasan terhadap guru

pamong.

d. Hal-hal yang berkaitan dengan diskusi dengan maha

siswa.

e. Kriteria yang digunakan kepala sekolah dalam me

nilai ujian praktek mengajar mahasiswa.

2) Data yang menyangkut bantuan/layanan guru pamong .

a. Persepsi guru pamong terhadap arti pentingnya

program pengalaman lapangan dan terhadap peranan

nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan

(56)

c. Kegiatan dalam memberi tugas menyusun satuan pel ajaran dan memeriksanya kembali.

d. Data yang berkenaan dengan kegiatan kunjungan atau

observasi kelas.

e. Data yang berkaitan dengan diskusi individual de ngan mahasiswa.

f. Data yang berkaitan dengan kriteria yang diguna

-kan dalam menilai praktek mengajar (formatif) mau

pun ujian praktek mengajar (sumatif) mahasiswa.

3) Data yang menyangkut bantuan/layanan dosen pembimbing.

a. Persepsi dosen pembimbing terhadap arti pentingnya

program pengalaman lapangan dan terhadap peranan

nya sebagai supervisor program pengalaman lapangan

b. Data yang berkaitan dengan kunjungan sekolah.

c. Data yang berkaitan dengan kunjungan atau observa

si kelas.

d. Data yang berkaitan dengan diskusi individual de

ngan mahasiswa.

e. Data yang berkaitan dengan kriteria yang digunakan

dalam menilai ujian praktek mengajar.

3. Studi Dokumenter

Meskipun data dalam penelitian naturalistik

ke-banyakan diperoleh dari sumber manusia melalui observasi

(57)

diantaranya adalah dokumen. Yang dimaksud dengan dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat dan dokumen resmi. Sekalipun tulisan - tulisan pribadi

banyak mengandung unsur - unsur subyektif dan dapat

di-sangsikan kebenarannya, namun penelitian kualitatif ti

dak begitu menghiraukan apakah isinya

benar

dan

obyek-tif, karena yang dipentingkan ialah pandangan "emic" se-seorang tentang dunia sekitamya (Nasution, 1988:85-86).

Adapun dokumen yang diteliti dan data yang diharapkan

diperoleh daripadanya antara lain seperti berikut ini.

a. Rencana kegiatan yang telah disusun, untuk memperoleh

data tentang kegiatan apa saja yang telah dan akan

dilakukan oleh mahasiswa.

b. Catatan guru pamong dan dosen pembimbing untuk mem

peroleh data tentang faktor-faktor yang

menjadi

per-hatiannya selama memberikan bantuan kepada mahasiswa.

c. Satuan pelajaran mahasiswa,

untuk

memperoleh

data

tentang bentuk dan isi satuan pelajaran sebagai hasil bimbingan guru pamong maupun dosen pembimbing.

d. Buku Latihan Praktek Kependidikan (BLPK),' untuk me

ngetahui tentang nilai yang dicapai oleh mahasiswa

sehari-hari, sebagai hasil penilaian guru pamong.

e. Barita acara dan format penilaian ujian praktek meng

ajar, untuk mengetahui nilai yang diberikan oleh se

(58)

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan

data tidak memiliki suatu pola uang pasti, sebab disain

serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan —

ber-sifat "emergent". Akan tetapi untuk mempermudah peneliti

dalam pengumpulan data, peneliti mengikuti prosedur se

perti yang dikemukakan oleh Nasution (1988:33-34), yaitu

(a) tahap orientasi, (b) tahap eksplorasi, dan (c) tahap

"member check".

Tahap 1 : Tahap orientasi

Pada tahap ini, peneliti sudah memiliki gambaran

umum tentang masalah yang akan diteliti, akan tetapi pe neliti masih memikirkan apa yang akan ditetapkan sebagai fokus penelitian. Oleh karena itu peneliti terus ber upaya untuk memperoleh informasi baik melalui wawancara,

observasi dengan dan terhadap responden meskipun

masih

bersifat umum. Informasi yang diperoleh selanjutnya di-analisis untuk menemukan hal - hal yang menarik, penting

dan berguna untuk selanjutnya diteliti secara mendalam.

Hal itulah yang dipilih sebagai fokus penelitian.

Tahap 2 : Tahap eksplorasi

Dalam tahap ini, peneliti telah memiliki fokus

(59)
(60)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Setelah menganalisis dan membahas hasil-hasil pe

nelitian pada Bab IV, di bagian ini

dirumuskan beberapa

kesimpulan dan rekomendasi.

A. Kesimpulan

a. Kesimpulan Umum

Apabila memperhatikan hasil-hasil penelitian

dan

pembahasannya, maka dapatlah dikatakan

bahwa makna yang

dapat diungkapkan oleh penelitian ini yaitu

para super

visor program pengalaman lapangan ( kepala sekolah, guru

pamong dan dosen pembimbing) yang menjadi obyek

peneli

tian belum melaksanakan peranannya secara efektif. Oleh karena itu, meskipun program pengalaman lapangan telah

memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan me

ngajar mahasiswa, tetapi belum mencapai hasil sesuai de

ngan tuntutan persyaratan tugas jabatan tenaga kependi

-dikan. Dalam hal-hal tertentu beberapa orang supervisor

telah melaksanakan peranannya secara efektif sehingga memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pening

-katan kemampuan mengajar mahasiswa apabila dibandingkan

dengan beberapa orang supervisor lain yang kurang efek

-tif dalam melaksanakan peranannya. Hal ini nampak dalam

(61)

mana mahasiswa yang mendapat bantuan atau bimbingan yang

efektif lebih bersemangat, mengetahui dan memahami akan

keberhasilan dan kelemahan mengajarnya, yang pada

akhir-nya lebih berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkanakhir-nya.

Sedangkan mahasiswa yang tidak mendapat

bimbingan yang

efektif kurang bersemangat, tidak mengetahui dan memaha

mi akan kemajuan dan kelemahan mengajarnya, sehingga ti

dak ada upaya untuk lebih meningkatkannya.

Dengan demi

kian, makna lain yang dapat

diungkapkan oleh penelitian

ini yaitu dengan bimbingan atau bantuan supervisor yang

efektif, memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap

peningkatan kemampuan mengajar mahasiswa daripada bim

-bingan atau bantuan supervisor yang kurang efektif. Akan

tetapi apabila memperhatikan nilai yang dicapai oleh ma

hasiswa baik nilai praktek mengajar sehari-hari maupun

nilai ujian praktek

Gambar

GambarHalaman
Gambar 1PARADIGMA PENELITIAN
TABEL:
Tabel:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan tersebut dikarenakan banyaknya pengrajin bambu yang bekerja secara individual, memproduksi bambu secara tradisional dan masih melayani kebutuhan lokal,

Weeding. Perawatan dan penyiangan bahan pustaka : Pengembangan koleksi modul 9. A.L.A Glosary of Library Terms. Chicago :American Library Association. University William

Pavingisasi rt.4 rw.1 kel.plombokan kec.semarang utara Terwujudnya pembangunan sarana prasarana dengan penataan lingkungan permukiman jalan paving di rt.4 rw.1

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter quantitative easing Amerika Serikat terhadap lima variabel terpilih yakni ekspor,

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan contoh regulasi dalam tubuh manusia antara lain regulasi suhu tubuh dengan peningkatan suhu tubuh direspon dengan berdirinya

4 sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah (Hasbullah, 1999 : 21). Banyak ibu yang cenderung beranggapan bahwa prestasi anaknya

komunikasi menggunakan kata verba bantu (jyodoushi) dalam kalimat yang menyatakan anggapan atau perkiraan berdasarkan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Pengaruh Computer Anxiety dan