• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK

DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh

Krisyudo Eric B.

0606159

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

(3)

Penggunaan Model

Advance

Organizer

untuk Meningkatkan

Kemampuan Koneksi Matematik dan

Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Oleh Krisyudo Eric B.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Krisyudo Eric B. 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KRISYUDO ERIC B.

PENGGUNAAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK

DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. H. Erman Suherman, M.Pd.

NIP. 194908041977021001

Pembimbing II

Dr. Elah Nurlaelah, M.Si.

NIP. 196411231991032002

Mengetahui:

(5)

Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D

(6)

Iii

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan

kemampuan koneksi matematik dan motivasi belajar siswa dengan pembelajaran

model Advance Organizer lebih baik dari peningkatan kemampuan koneksi

matematik dan motivasi belajar siswa dengan pembelajaran tradisional. Selain itu

juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas peningkatannya. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 32 Bandung, sedangkan

sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-A sebagai kelas tradisional dan

kelas VIII-B sebagai kelas Advance Organizer. Desain penelitian yang digunakan

adalah kelompok kontrol non-ekivalen. Materi yang disajikan dalam penelitian ini

adalah prisma dan limas. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah

instrumen tes kemampuan koneksi matematik dan instrumen non-tes yang berupa

angket motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

peningkatan kemampuan koneksi matematik yang mendapatkan pembelajaran

dengan model Advance Organizer lebih baik dari peningkatan kemampuan

koneksi matematik siswa yang mendapatkan pembelajaran tradisional. Kualitas

peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan model Advance Organizer tergolong sedang, sedangkan

kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan

pembelajaran tradisional tergolong rendah. Selain itu, hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan model Advance Organizer tidak lebih baik dari peningkatan

motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran tradisional. Kualitas

peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Advance Organizer tergolong sedang, sedangkan kualitas peningkatan

motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran tradisional tergolong

(7)

Iii

Kata kunci: model Advance Organizer, kemampuan koneksi matematik, motivasi

(8)

Iii

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The purpose of this research was to determine whether the increasing of students’ mathematical connection ability and students’ learning motivation by Advance Organizer learning model are better than the increasing of students’ mathematical connection ability and students’ learning motivation by traditional learning model . In addition, this research also has aim to determine the quality of their

improvement. The population in this research is the eighth grade students of SMP

Negeri 32 Bandung, while the sample in this research was VIII-A as a traditional

class and VIII-B as a Advance Organizer class. The research design used was a

non-equivalent control group. The matter presented in this research is about prism

and pyramid. The research instrument used in this research is mathematical

connection instrument and students’ learning motivation instrument in the form of questionnaire. The results of this research showed that the increasing of students’ mathematical connection ability by Advance Organizer learning model is better

than the increasing of students’ mathematical connection ability by traditional learning model. The quality of improvement from students’ mathematical connection ability by Advance Organizer learning model are classified as

moderate, while the quality of improvement from students’ mathematical connection ability by traditional learning model are classified as low. In addition,

the result of this research also showed that the increasing of the students’ learning motivation by Advance Organizer learning model is no better than the increasing

of students’ learning motivation by traditional learning model. The quality of

improvement from students’ learning motivation by Advance Organizer learning model are classified as moderate , while the quality of improvement from

students’ learning motivation by traditional learning model are classified as low.

(9)
(10)

iv

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Definisi Operasional ... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Belajar ... 14

B. Pembelajaran Matematika ... 16

C. Koneksi Matematik ... 17

D. Kemampuan Koneksi Matematik ... 20

(11)

F. Motivasi Belajar ... 22

G. Pembelajaran Tradisional ... 26

H. Model Pembelajaran ... 27

I. Model Advance Organizer ... 31

J. Teori Belajar yang Mendukung ... 38

K. Hasil Penelitian yang Relevan ... 40

L. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 42

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Instrumen Penelitian ... ... 44

E. Pengembangan Bahan Ajar ... 51

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

G. Prosedur Penelitian ... 52

H. Teknik Pengolahan Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian ... 56

1. Analisis Data Hasil Tes Koneksi Matematik ... 57

2. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik ... 64

3. Kualitas Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik .. 67

(12)

vi

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Kualitas Peningkatan Motivasi Belajar Siswa ... 78

B. Pembahasan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 89

(13)

1

Krisyudo Eric B, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu misi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia adalah “meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan. Sebagai upaya mencapai kualitas pendidikan

yang berstandar nasional dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing bangsa” (Kemendikbud, 2012). Kualitas pendidikan yang tinggi tentu menjadi harapan bangsa ini. Namun, menurut Sukirman (2011) kualitas pendidikan di

Indonesia masih rendah serta belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi

yang harus dikuasai siswa. Masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia,

setidaknya disebabkan oleh enam faktor utama (Sukirman, 2011), yaitu:

1. Belum meratanya pendidikan di Indonesia baik itu secara kualitas maupun

kuantitas.

2. Fasilitas sekolah yang masih belum memadai.

3. Tidak semua siswa memiliki buku-buku pelajaran.

4. Kualitas dan kompetensi guru yang masih harus ditingkatkan.

5. Daya saing siswa rendah.

6. Daya serap siswa rendah.

Untuk mendukung misi Kemendikbud, tentu saja pembelajaran pada setiap

mata pelajaran harus memiliki kualitas yang baik. Salah satu mata pelajaran

yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Pembelajaran matematika

secara formal dilakukan mulai dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK), yaitu

dimulai dengan mengenal angka, sampai dengan di bangku perkuliahan

dengan tingkat materi yang lebih sulit. Hal tersebut menunjukkan betapa

penting pelajaran matematika sehingga harus dipelajari sejak usia dini.

(14)

2

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk dipelajari. Berikut adalah tabel yang memaparkan kutipan-kutipan dari

beberapa tokoh tersebut tentang matematika (Wikipedia, 2012):

Tabel 1.1

Kutipan Beberapa Tokoh Tentang Matematika

Tokoh Kutipan

Albert Einstein

As far as the laws of mathematics refer to reality, they are not certain; and as far as they are

certain, they do not refer to reality.”

Benjamin Peirce “The science that draws necessary conclusion.”

Carl Friedrich Gauss “The Queen of the Science.”

David Hilbert

We are not speaking here of arbitrariness in any sense. Mathematics is not like a game whose tasks

are determined by arbitrarily stipulated rules.

Rather, it is a conceptual system possessing

internal necessity that can only be so and by no means otherwise.”

Galileo Galilei

The universe cannot be read until we have learned the language and become familiar with

the characters in which it is written. It is written

in mathematical language, and the letters are

triangles, circles and other geometrical figures,

without which means it is humanly impossible to

comprehend a single word. Without these, one is wandering about in a dark labyrinth.”

Dari kutipan-kutipan tersebut terlihat bahwa matematika merupakan

(15)

3

Krisyudo Eric B, 2013

merupakan ilmu dasar yang dapat menjelaskan segala macam fenomena yang

dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan digunakan untuk menarik

kesimpulan yang diperlukan terhadap suatu permasalahan.

Salah satu yang menjadi perhatian peneliti mengenai pembelajaran

matematika di sekolah adalah pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah

Menengah Pertama (SMP) atau sederajat. Jenjang SMP merupakan masa

peralihan dari Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bisa dibilang sebagai peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja.

Perkembangan pola pikirnya pun merupakan peralihan dari pikiran yang

konkret menuju yang lebih abstrak. Untuk mengetahui seberapa tinggi kualitas

pembelajaran matematika pada jenjang SMP di Indonesia sekarang ini, dapat

diketahui dengan melihat hasil Ujian Nasional (UN). Selain itu bisa juga

dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh beberapa organisasi internasional

yang menunjukkan seberapa besar prestasi siswa Indonesia di antara

negara-negara lain dalam bidang matematika.

Berdasarkan hasil UN tahun 2012, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh (Anna, 2012) menyatakan bahwa “Siswa yang mengikuti ujian nasional 2012 tingkat SMP dan sederajat yang tidak lulus terbanyak dalam mata pelajaran Matematika ...”, lalu Anna (2012) menyatakan bahwa “Hasil ujian nasional yang telah diketahui yaitu siswa SMP yang tidak lulus mencapai 15.945 siswa, yang terbanyak gagal dalam mata pelajaran Matematika.” Hal tersebut sesuai dengan data statistik yang dirilis oleh Kemendikbud (2012) bahwa dari 3.697.865 siswa SMP atau

sederajat yang telah mengikuti UN tahun 2012 dan juga Ujian Sekolah, ada

sebanyak 3.681.920 siswa yang dinyatakan lulus, berarti masih ada 15.945

siswa atau sekitar 0,43% dari semua peserta ujian yang dinyatakan tidak lulus.

Tentu saja persentase yang diharapkan oleh semua pihak adalah 100% peserta

ujian lulus semua. Selain hasil UN tersebut, terdapat juga dua hasil studi

(16)

4

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dikoordinasikan oleh Organisation for Economic Cooperation and

Development (OECD) dan Trends in International Mathematics and Science

Study (TIMSS) yang dikoordinasikan oleh The International Association for

the Evaluation of Educational Achievement (IEA). Hasil studi PISA dapat

menunjukkan prestasi siswa SMP di Indonesia dibandingkan dengan

siswa-siswa di negara lain khususnya di bidang literasi matematik. Sedangkan hasil

studi TIMSS dapat menunjukkan prestasi siswa SMP di Indonesia pada bidang matematika secara rata-rata dibandingkan dengan siswa-siswa di negara lain.

PISA mendefinisikan literasi matematik sebagai kemampuan seorang individu

untuk merumuskan, menggunakan dan menginterpretasikan matematika ke

dalam berbagai macam konteks (OECD, 2010). Menurut PISA, aktivitas

penalaran matematik, menggunakan konsep, langkah dan rumus matematik

untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi sebuah fenomena,

termasuk ke dalam literasi matematik. Literasi matematik juga berperan

penting dalam membuat sebuah pertimbangan, sebagaimana yang diungkapkan oleh PISA bahwa “Mathematical literacy also helps individuals recognise the role that mathematics plays in the world and make the

well-founded judgements and decisions needed by constructive, engaged and

reflective citizens” (OECD, 2010: 122). Dalam penilaian PISA, setidaknya ada

lima indikator dalam literasi matematik, yakni kemampuan untuk

menganalisa, mempertimbangkan, mengomunikasikan, memecahkan dan

menerjemahkan masalah matematika yang melibatkan konsep-konsep

matematik seperti konsep kuantitatif, spasial, probabilistik dan konsep-konsep

matematik lainnya (OECD, 2010).

Indonesia sampai saat ini telah berpartisipasi di dalam studi PISA

mulai dari tahun 2000, 2003, 2006 dan terakhir tahun 2009, sedangkan di

dalam studi TIMSS, Indonesia berpartisipasi mulai dari tahun 1999, 2003,

2007 dan terakhir tahun 2011. Dari 10 negara yang tergabung ke dalam

(17)

5

Krisyudo Eric B, 2013

yang berpartisipasi dalam studi PISA hanyalah negara Thailand, sedangkan

negara ASEAN yang berpartisipasi dalam studi TIMSS hanyalah negara

Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand. Sebagai catatan, negara Thailand

tidak berpartisipasi dalam studi TIMSS pada tahun 2003, sedangkan negara

Filipina tidak berpartisipasi dalam studi TIMSS pada tahun 2007 dan tahun

2011. Berikut ini adalah dua buah tabel perbandingan rank (peringkat) dan

skor antara negara Indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya yang berpartisi dalam studi PISA (OECD, 2010; Kemendikbud, 2011) dan TIMSS

(Kemendikbud, 2011; Mullis 2012):

Tabel 1.2

Hasil Studi PISA dari Tahun 2000 – 2009 Antar Negara ASEAN dalam Literasi Matematik

Hasil Studi TIMSS dari Tahun 1999 – 2007 Antar Negara ASEAN

(18)

6

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Catatan: Thailand tidak berpartisipasi dalam studi TIMSS tahun 2003,

sedangkan Filipina tidak berpartisipasi dalam studi TIMSS tahun 2007 dan tahun 2011.

Berdasarkan Tabel 1.2, peringkat Indonesia selalu berada di bawah Thailand,

sedangkan berdasarkan Tabel 1.3, peringkat Indonesia selalu berada di bawah

Malaysia, Singapura dan Thailand. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik dari

hasil studi PISA maupun dari hasil studi TIMSS, negara Indonesia selalu

menduduki peringkat paling rendah setiap kali kedua studi tersebut

diselenggarakan, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya

yang ikut berpartisipasi, kecuali dengan Filipina, peringkat Indonesia masih di

atas. Berdasarkan hasil UN, hasil studi PISA dan hasil studi TIMSS yang telah

dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu permasalahan di dalam

proses kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah. Untuk

memecahkan permasalahan tersebut, dapat dilakukan dengan cara

memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses kegiatan pembelajaran di

sekolah khususnya pada kegiatan pembelajaran matematika.

Pernyataan yang lain tentang matematika dikemukakan oleh National

Council of Teachers of Mathematics (NCTM), yaitu suatu organisasi terbesar

di dunia yang berdiri pada tahun 1920 dan didedikasikan untuk meningkatkan

pengajaran dan pembelajaran matematika dari sebelum TK sampai SMA, dan

memiliki misi untuk menjamin pembelajaran matematika yang berkualitas

tinggi untuk semua siswa, berpendapat bahwa “In this changing world, those

who understand and can do mathematics will have significantly enhanced

opportunities and options for shaping their futures” (NCTM, 2000: 5).

Pernyataan dari NCTM tersebut sangatlah jelas bahwa siapa pun termasuk

siswa yang memahami matematika dan dapat menguasai kompetensi

matematik yang ada, akan meningkatkan peluang dan pilihan secara signifikan

(19)

7

Krisyudo Eric B, 2013

bahwa terdapat 10 standar yang berhubungan dengan pemahaman dan

kompetensi matematik siswa. Kesepuluh standar tersebut dibagi ke dalam dua

kategori, yaitu standar isi dan standar proses. Standar isi meliputi materi

Bilangan dan Operasi Hitung, Aljabar, Geometri, Pengukuran, Analisis Data

dan Probabilitas, sedangkan standar proses meliputi kemampuan pemecahan

masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi.

Koneksi matematik menjadi bagian dari standar proses yang telah disebutkan oleh NCTM. Koneksi matematik merupakan bagian dari literasi matematik.

Hubungan tersebut dapat ditunjukkan oleh salah satu aktivitas dalam literasi

matematik, yakni menggunakan konsep matematik untuk menjelaskan suatu

fenomena yang ada, artinya terdapat konsep matematik yang diaplikasikan di

dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut merupakan salah satu dari tiga

kemampuan koneksi matematik yang diungkapkan oleh NCTM (2000).

Koneksi matematik merupakan salah satu standar yang sangat penting untuk

dikembangkan pada diri siswa, sebab ketika siswa dapat mengoneksikan

ide-ide matematik, mereka akan memahami matematika secara lebih dalam dan

lebih lama (NCTM, 2000). Selain itu NCTM (2000) juga menyebutkan bahwa

melalui pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antar ide-ide

matematik, siswa tidak belajar matematika tanpa makna, namun siswa juga

belajar tentang kegunaan matematika itu sendiri. Hal tersebut sangatlah

penting dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, khususnya terhadap

pelajaran matematika. Matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan lebih menarik

dibandingkan dengan matematika yang abstrak dan dikerjakan tanpa suatu

makna yang berarti bagi siswa, serta dapat menimbulkan rasa bosan dan jenuh.

Rasa bosan dan jenuh pada siswa juga dapat terjadi akibat pelajaran

matematika yang diberikan oleh guru, terlalu banyak mengharuskan siswa

untuk menghafal rumus. Hal tersebut dapat terjadi karena guru tidak

(20)

8

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seharusnya matematika itu diajarkan tidak secara terpisah-pisah namun harus

ada kaitannya antara konsep yang akan atau sedang diajarkan kepada siswa

dengan konsep lainnya, sebab matematika itu merupakan ilmu pelajaran yang

terintegrasi sebagaimana disebutkan oleh NCTM (2000: 64) bahwa “...

mathematics is an integrated field of study”. Tanpa koneksi matematik, siswa

harus belajar terlalu banyak konsep dan keterampilan matematik yang

terpisah-pisah, namun dengan koneksi matematik, siswa dapat membangun pengetahuan baru mereka berdasarkan dari pengetahuan sebelumnya yang

telah dimiliki oleh siswa (NCTM, 2000).

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang merupakan lembaga

mandiri, profesional dan independen yang mengemban misi untuk

mengembangkan, memantau pelaksanaan dan mengevaluasi pelaksanaan

standar nasional pendidikan di Indonesia, memaparkan lima hal yang menjadi

tujuan pelajaran matematika. BSNP (2006) menyebutkan bahwa mata

pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media

(21)

9

Krisyudo Eric B, 2013

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari uraian tersebut setidaknya ada lima kemampuan yang diharapkan dapat

dikuasai oleh siswa di dalam pelajaran matematika yaitu kemampuan

pemahaman konsep matematik, koneksi matematik, penalaran matematik,

pemecahan masalah matematik, dan komunikasi matematik. Baik NCTM maupun BSNP, keduanya sama-sama menegaskan bahwa kemampuan koneksi

matematik merupakan salah satu kompetensi yang penting untuk

dikembangkan dan dikuasai oleh siswa.

Selain kemampuan koneksi matematik siswa, variabel lain yang tidak

kalah penting dalam pembelajaran matematika adalah motivasi, khususnya

motivasi belajar siswa. Ada banyak alasan mengapa sampai saat ini motivasi

belajar siswa masih perlu ditingkatkan. Berikut adalah alasan-alasan yang

menjadi dasar peneliti, bahwa sampai saat ini pun, motivasi belajar siswa perlu

ditingkatkan, yaitu:

1. Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Junarsih,

menyatakan bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan sebanyak 600

pelajar SMP di Kota Bekasi mengalami kegagalan dalam UN adalah

motivasi belajar siswa yang masih kurang (Hamluddin, 2010).

2. Kamalia (2008) menyatakan bahwa berdasarkan hasil wawancara terhadap

guru matematika di SMP Negeri 12 Bandung, hasilnya menunjukkan

bahwa motivasi belajar matematika siswa masih rendah.

3. Widayanti, Slamet Hw dan Masduki (2011) menyatakan bahwa

berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran matematika di

SMP Negeri 3 Mojolaban berlangsung, terdapat kurang dari 30% siswa

yang memiliki daya motivasi belajar yang tinggi.

4. Okprayara (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa motivasi

(22)

10

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang masih kurang memperhatikan pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

Motivasi belajar siswa juga menjadi hal yang penting untuk

diperhatikan sebab menurut Ruseffendi (Kamalia, 2008), ada 10 faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu kecerdasan siswa, kesiapan siswa

dalam belajar, bakat yang dimiliki siswa, kemauan belajar siswa, minat siswa,

cara penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana pembelajaran, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat luas. Kemauan belajar siswa seperti

yang telah disebutkan, termasuk ke dalam motivasi belajar siswa. Pernyataan

tersebut didukung oleh Piah (2009) yang menyebutkan bahwa setidaknya ada

tiga faktor yang mempengaruhi kualitas keberhasilan proses dan hasil

pembelajaran, yaitu:

1. Ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang memadai dan berkualitas.

2. Kemampuan dari pihak guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.

3. Keterlibatan dan peran serta orang tua demi keberhasilan pendidikan

anaknya.

Motivasi belajar siswa merupakan bagian dari faktor kedua, sebab untuk

memotivasi siswa dalam belajar diperlukan kemampuan yang memadai dari

seorang guru. Selain itu menurut Prayitno (Silalahi, 2008), siswa yang

memperoleh motivasi belajar yang baik akan melakukan kegiatan belajar yang

lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang

termotivasi. Dengan demikian untuk mendapatkan hasil belajar yang sesuai

dengan apa yang diharapkan, diperlukan suatu motivasi baik itu dari dalam

diri siswa sendiri maupun motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa.

Agar kemampuan koneksi matematik siswa dan motivasi belajar siswa

bisa meningkat, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kedua variabel tersebut. Salah satu model pembelajaran yang

menjadi perhatian peneliti adalah model Advance Organizer. Model Advance

(23)

11

Krisyudo Eric B, 2013

psikolog dan pakar pendidikan bernama David Paul Ausubel. Istilah “advance organizer” mengacu pada salah satu jenis bahan pembelajaran yang berisi rangkuman materi yang menunjukkan keterkaitan antara materi yang akan

dipelajari dengan materi yang sudah dikuasai oleh siswa. Rofiq (2009)

menyebutkan bahwa salah satu cara yang dapat ditempuh guru untuk

membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara menarik dan

memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari oleh siswa khususnya di awal pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan melalu bantuan

model Advance Organizer. Karena dalam model Advance Organizer terdapat

sebuah media belajar yang dipresentasikan di awal pembelajaran dan bisa

menjadi pusat perhatian siswa. Joyce dan Weil (2003) menyatakan bahwa

yang menjadi perhatian utama dari Ausubel adalah membantu para guru untuk

mengorganisir dan menyampaikan informasi dalam jumlah yang banyak

dengan penuh makna dan seefisien mungkin. Model Advance Organizer

sendiri terdiri dari tiga tahap utama yakni presentasi advance organizer,

presentasi materi atau tugas pembelajaran, dan memperkuat struktur kognitif

siswa (Joyce dan Weil, 2003).

Penelitian yang telah dilakukan terkait dengan model Advance

Organizer ini, salah satunya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh

Shihusa dan Keraro (2009), penelitian tersebut dilakukan terhadap sebanyak

166 siswa SMP kelas tiga di Kenya. Hasil dari penelitian tersebut adalah

bahwa penggunaan model Advance Organizer dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa di dalam pembelajaran biologi. Penelitian lainnya telah

dilakukan oleh Sari (2011), hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan model Advance Organizer lebih baik

daripada peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang

mendapatkan pembelajaran secara tradisional. Oleh karena itulah, berdasarkan

(24)

12

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Penggunaan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan Kemampuan

Koneksi Matematik dan Motivasi Belajar pada Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa SMP dengan

pembelajaran model Advance Organizer lebih baik dari peningkatan

kemampuan koneksi matematik siswa SMP dengan pembelajaran

tradisional?

2. Bagaimanakah kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa

SMP dengan pembelajaran model Advance Organizer?

3. Apakah peningkatan motivasi belajar siswa SMP dengan pembelajaran

model Advance Organizer lebih baik dari peningkatan motivasi belajar

siswa SMP dengan pembelajaran tradisional?

4. Bagaimanakah kualitas peningkatan motivasi belajar siswa SMP dengan

pembelajaran model Advance Organizer?

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka konsep

matematika yang diteliti dibatasi pada salah satu materi matematika semester

dua di kelas VIII.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik

(25)

13

Krisyudo Eric B, 2013

Advance Organizer lebih baik dari peningkatan kemampuan koneksi

matematik siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran tradisional.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah kualitas peningkatan kemampuan

koneksi matematik siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan

menggunakan model Advance Organizer.

3. Untuk mengetahui apakah peningkatan motivasi belajar siswa SMP yang

mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model Advance

Organizer lebih baik dari peningkatan motivasi belajar siswa SMP yang

mendapatkan pembelajaran tradisional.

4. Untuk mengetahui bagaimanakah kualitas peningkatan motivasi belajar

siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model

Advance Organizer.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai

pihak, baik siswa, sekolah, peneliti maupun pembaca. Adapun manfaat dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam

meningkatkan kemampuan koneksi matematik dan motivasi belajar siswa

untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih optimal pada pelajaran

matematika.

2. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi sekolah

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di

sekolah khususnya pada pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti dan pembaca, penelitian ini dapat menambah pengetahuan

tentang model Advance Organizer dan pengaruhnya terhadap kemampuan

koneksi matematik dan motivasi belajar siswa.

(26)

14

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap

istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan beberapa

penjelasan sebagai berikut:

1. Kemampuan koneksi matematik yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemampuan siswa dalam menerapkan hubungan antar konsep

matematika, menerapkan hubungan antara konsep matematika dengan

mata pelajaran lain dan menerapkan hubungan antara konsep matematika dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Model Advance Organizer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran yang digunakan untuk menguatkan struktur kognitif

siswa sehingga tercipta kebermaknaan dalam belajar dengan cara

mengaitkan antara pengetahuan baru yang akan dipelajari siswa dengan

pengetahuan relevan yang sudah dipelajari siswa.

3. Motivasi belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

dorongan yang timbul pada diri siswa dalam upaya mencapai perubahan

tingkah laku yang diindikasikan dengan lima indikator seperti ketekunan

dalam belajar, ulet dalam menghadapi kesulitan, minat dan ketajaman

perhatian dalam belajar, berprestasi dalam belajar dan mandiri dalam

belajar.

4. Pembelajaran tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pembelajaran yang dilakukan pada umumnya tanpa menggunakan advance

(27)

42

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian

yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini diambil

dua kelas secara acak dari semua kelas VIII yang tersedia sebagai sampel yaitu, satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok

kontrol non-ekivalen (the nonequivalent control group design). Desain

penelitian ini termasuk ke dalam desain satu variabel bebas (Ruseffendi,

2005). Desain penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen yang selanjutnya disebut kelas eksperimen, dan kelompok kontrol

yang selanjutnya disebut kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan

berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan model Advance

Organizer, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran

matematika dengan menggunakan pembelajaran tradisional tanpa advance

organizer. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Advance

Organizer, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan

koneksi matematik siswa dan motivasi belajar siswa. Di dalam bukunya, Ruseffendi menyatakan bahwa “Pada desain kelompok kontrol non-ekivalen, subjek tidak dikelompokkan secara acak.” (Ruseffendi, 2005: 52). Desain

penelitian ini digunakan oleh peneliti karena memang pada kenyataannya

untuk membuat dua kelompok baru dari subjek yang dipilih secara acak akan

(28)

43

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditetapkan oleh sekolah. Lebih lanjut, Ruseffendi (2005) mengungkapkan

bahwa pada desain ini ada pretes, perlakuan yang berbeda dan postes. Namun,

pada penelitian ini, selain pretes dan postes, kelas eksperimen dan kelas

kontrol juga diminta untuk mengisi angket motivasi belajar pada saat sebelum

pembelajaran di mulai dan sesudah pembelajaran sesudah pembelajaran

berakhir. Kemudian, dari kedua kelas tersebut akan dibandingkan peningkatan

kemampuan koneksi matematik dan motivasi belajarnya. Dengan demikian, desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut (Ruseffendi, 2005):

O X O

O X O

Gambar 3.1

Desain Kelompok Kontrol Non-ekivalen

Keterangan:

O : pretes dan pengisian angket sebelum diberi perlakuan serta postes

dan pengisian angket setelah diberi perlakuan

X : perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan

model Advance Organizer

: subjek tidak dipilih secara acak

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini terdiri dari populasi dan sampel. Populasi

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat dari Sugiyono (Aziz, 2008) yang

menyebutkan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek maupun subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

(29)

44

di SMPN 32 Bandung. Selanjutnya, sampel dalam penelitian ini adalah bagian

dari populasi yang dianggap mewakili karakteristik dari keseluruhan populasi.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Arikunto (Aziz, 2008) yang

menyebutkan bahwa sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Sampel

dalam penelitian ini adalah dua kelas yang dipilih secara acak untuk dijadikan

kelas kontrol dan kelas eksperimen.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin

diteliti, maka dibuatlah seperangkat instrumen penelitian. Instrumen dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tes dan non-tes. Berikut

adalah penjelasannya

1. Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis.

Tes tulis yang diberikan bertujuan untuk melihat kemampuan koneksi

matematik siswa. Tes tulis yang digunakan berupa uraian dengan tujuan

untuk menghindari sistem menebak atau untung-untungan, sehingga hasil

tes mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Hal tersebut sesuai

dengan apa yang disampaikan oleh Widianingrum (Aziz, 2008) yang

mengatakah bahwa tes uraian dapat menunjukkan secara maksimal apa

yang telah dikuasai oleh siswa, mengorganisasikan buah pemikirannya

serta kemampuan mengekspresikan diri secara tertulis dengan teratur. Tes

uraian tersebut disusun berdasarkan indikator kemampuan koneksi

matematik siswa. Pada penelitian ini diberikan dua macam tes tulis yaitu:

a. Pretes, diberikan sebelum perlakuan, untuk melihat kemampuan awal

(30)

45

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Postes, dilaksanakan pada saat setelah perlakuan selesai diberikan

untuk melihat kemampuan koneksi matematik siswa setelah selesai

diberikan perlakuan.

Kriteria penilaian tes uraian tersebut mengacu pada kriteria yang

dikemukakan oleh Szetela (Aziz, 2008) dan disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 jawabannya tidak lengkap dan membingungkan.

3

Siswa memahami dan menjawab pertanyaan dengan

banyak aspek yang relevan dan benar serta penelaahan

yang logis tapi memuat sedikit kesalahan.

4

Siswa memahami dan menjawab pertanyaan dengan

semua aspek yang relevan dan benar dan penelaahan

yang logis.

Sebelum soal pretes dan postes diberikan kepada siswa, terlebih

dahulu dilakukan uji coba soal terhadap siswa di luar sampel untuk

menguji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya.

Jika soal-soal tersebut memiliki validitas, reliabilitas, daya pembeda dan

indeks kesukaran yang cukup sesuai dengan kriteria tertentu, maka

soal-soal tersebut tidak akan diperbaiki, namun jika ada salah satu soal-soal yang

(31)

46

diperbaiki sampai dengan mencapai kriteria yang diinginkan. Berikut

adalah penjelasannya.

a. Validitas

Validitas dalam penelitian ini adalah keabsahan dari instrumen

yang diujikan. Suatu instrumen penelitian disebut valid jika instrumen

tersebut dapat mengukur apa yang semestinya diukur; derajat ketepatan mengukurnya benar; validitasnya tinggi (Ruseffendi, 2005).

Untuk menghitung validitas instrumen dalam penelitian ini, digunakan

rumus koefisien korelasi product-moment Pearson (Suherman, 2003):

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]

Gambar 3.2

Rumus Koefisien Validitas

dengan

= koefisien validitas antara variabel x dan y

n = banyaknya siswa (responden uji coba)

X = skor setiap butir soal masing-masing siswa

Y = skor total masing-masing siswa

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan

ke dalam klasifikasi koefisien validitas menurut Guilford (Suherman,

2003), yaitu:

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Validitas Menurut Guilford

(32)

47

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas sangat tinggi

Validitas tinggi

Validitas sedang

Validitas rendah

Validitas sangat rendah

Tidak valid

Dengan bantuan program ANATES, diperoleh hasil perhitungan

validitas tiap butir soal tes kemampuan koneksi matematik yang

disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Validitas Tiap Butir Soal

No. Soal Validitas Interpretasi

1 0,859 Validitas Tinggi

2 0,928 Validitas Sangat Tinggi

3 0,888 Validitas Tinggi

4 0,906 Validitas Sangat Tinggi

b. Reliabilitas

Reliabilitas dalam penelitian ini adalah ketepatan instrumen

dalam mengukur dan ketepatan siswa dalam menjawab instrumen itu

(Ruseffendi, 2005). Suatu instrumen penelitian disebut reliabel jika

setelah dua kali atau lebih instrumen tersebut diteskan maka akan

menghasilkan hasil yang serupa. Untuk menghitung reliabilitas dalam

penelitian ini, digunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman, 2003):

(33)

48

Gambar 3.3

Rumus Koefisien Reliabilitas

dengan

= koefisien reliabilitas

n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah varians skor tiap butir = varians skor total

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh

diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien reliabilitas menurut

Guilford (Suherman, 2003), yaitu:

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Reliabilitas Menurut Guilford

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

Reliabilitas sangat tinggi

Reliabilitas tinggi

Reliabilitas sedang

Reliabilitas rendah

Reliabilitas sangat rendah

Dengan bantuan program ANATES, diperoleh hasil perhitungan

reliabilitas kemampuan koneksi matematik sebesar 0,93, berarti

reliabilitasnya sangat tinggi.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda dalam penelitian ini adalah kemampuan

(34)

49

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan siswa yang menjawab salah atau tidak menjawab. Suatu

instrumen penelitian disebut memiliki daya pembeda yang baik jika

instrumen tersebut bisa membedakan antara siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, siswa yang memiliki kemampuan sedang dan siswa

yang memiliki kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda

instrumen dalam penelitian ini, digunakan rumus (Suherman, 2003):

̅ ̅

Gambar 3.4 Rumus Daya Pembeda

dengan

̅ = rata-rata jumlah skor kelompok atas

̅ = rata-rata jumlah skor kelompok bawah

b = bobot (skor maksimal tiap butir soal)

Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh dari perhitungan

diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman,

2003):

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

Sangat Jelek

Jelek

Cukup

Baik

(35)

50

Dengan bantuan program ANATES, diperoleh hasil perhitungan daya

pembeda tiap butir soal tes kemampuan koneksi matematik yang

disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No. Soal Daya Pembeda (%) Interpretasi

1 77,78 Sangat Baik

2 77,78 Sangat Baik

3 77,22 Sangat Baik

4 83,33 Sangat Baik

d. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran dalam penelitian ini adalah tingkat kesukaran

dari instrumen yang diujikan. Untuk menghitung indeks kesukaran

instrumen dalam penelitian ini, digunakan rumus (Suherman, 2003):

̅

Gambar 3.5 Indeks Kesukaran

dengan

IK = indeks kesukaran

̅ = skor rata-rata tiap butir soal

SMI = skor maksimum ideal tiap butir soal

Indeks kesukaran diperoleh dari perhitungan diinterpretasikan

(36)

51

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7

Dengan bantuan program ANATES, diperoleh hasil perhitungan

indeks kesukaran tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No. Soal Indeks Kesukaran (%) Interpretasi

1 58,33 Sedang

2 58,33 Sedang

3 55,56 Sedang

4 52,78 Sedang

2. Non-tes

Instrumen non-tes digunakan untuk memperoleh data yang tidak

bisa diperoleh dengan instrumen tes. Instrumen non-tes dalam penelitian

ini adalah angket. Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan

yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban yang

sudah disediakan atau dengan cara melengkapi kalimat yang sudah

disediakan (Ruseffendi, 2005). Angket dalam penelitian ini bertujuan

(37)

52

sebelum maupun setelah pembelajaran dengan menggunakan model

Advance Organizer atau model pembelajaran tradisional diberikan.

E. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan dan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan persiapan mengajar guru untuk tiap pertemuan. RPP yang

dibuat dalam penelitian ini adalah RPP materi Bangun ruang sisi datar.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS merupakan merupakan salah satu komponen penting dalam

pembelajaran karena berfungsi sebagai penuntun siswa dalam mempelajari

materi Bangun ruang sisi datar, di dalamnya memuat

pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa berpikir lebih mendalam.

3. Organizer

Organizer merupakan rangkuman materi pelajaran, yang disusun secara

sistematis dan digunakan untuk memperlihatkan kaitan antara satu konsep

dengan konsep lainnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dari

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Sebelum penelitian

2. Pada saat pemberian perlakuan

3. Setelah pemberian perlakuan

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

(38)

53

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan meliputi:

a. Pengajuan judul penelitian

b. Penyusunan proposal penelitian

c. Observasi ke sekolah

d. Pembuatan instrumen penelitian yang terdiri dari instrumen tes (pretes

dan postes), rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen

penelitian non-tes (angket, observasi kelas dan wawancara).

e. Uji coba instrumen evaluasi, kemudian menghitung validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran.

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan-kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Pengisian angket awal motivasi belajar siswa.

b. Pelaksanaan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

c. Implementasi pembelajaran dengan model Advance Organizer.

d. Pelaksanaan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

e. Pengisian angket akhir motivasi belajar siswa.

3. Tahap akhir

Kegiatan-kegiatan pada tahap akhir meliputi:

a. Menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan uji statistik.

b. Membuat kesimpulan berdasarkan analisisi data.

c. Menyusun laporan penelitian.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan teknik pengolahan

data sebagai berikut:

1. Pengelompokan Data

Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Data kuantitatif

(39)

54

b. Data kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah angket motivasi belajar

siswa.

2. Penafsiran Data

Data yang telah diperoleh kemudian ditafsirkan dengan menggunakan

berbagai uji statistik.

a. Pengolahan data untuk pengujian hipotesis 1) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Data yang

dimaksud adalah data yang diperoleh dari hasil pretes, postes,

angket motivasi belajar siswa baik dari kelas eksperimen maupun

dari kelas kontrol. Apabila data tersebut berdistribusi normal, maka

dilanjutkan dengan uji homogenitas. Akan tetapi, apabila setelah

uji normalitas, salah satu sampel atau kedua sampel berasal dari

populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan uji statistik non-parametrik, yakni uji

Mann-Whitney.

2) Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari

kelas kontrol dan kelas eksperimen sama atau tidak. Syaratnya,

data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

3) Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa dan motivasi

belajar siswa dengan menggunakan model Advance Organizer. Uji

kesamaan dua rata-rata dilakukan terhadap hasil pretes, postes dan

angket motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(40)

55

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data skor hasil pretes digunakan untuk melihat kemampuan

awal koneksi matematik siswa, sedangkan data skor hasil postes

digunakan untuk melihat kemampuan akhir koneksi matematik siswa.

Selain analisis pretes dan postes, dilakukan juga analisis terhadap

indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui

peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa.

Menurut Hake (1999) rumus untuk menghitung indeks gain adalah

Gambar 3.6 Rumus Indeks Gain

Selanjutnya, kriteria indeks gain menurut Hake (1999) adalah sebagai

berikut:

angket akhir motivasi belajar siswa dianalisis sama persis dengan hasil

pretes dan postes. Selain itu dilakukan juga analisis terhadap indeks

gain skor angket motivasi belajar siswa untuk mengetahui peningkatan

(41)

56

Selanjutnya, skala kualitatif tersebut dialihkan ke dalam skala Guttman

(Suherman, 2001):

a. Untuk pernyataan yang bersifat positif, jawaban “ya” diberi skor 1

dan jawab “tidak” diberi skor 0.

(42)

82 Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada keseluruhan

tahapan penelitian yang dilakukan di kelas VIII SMPN 32 Bandung, dapat

disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan model pembelajaran

Advance Organzier sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance

Organizer lebih baik dari peningkatan kemampuan komunikasi matematik

siswa yang mendapat pembelajaran tradisional.

2. Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Advance Organizer tergolong sedang sedangkan kualitas peningkatan

kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran tradisional tergolong rendah.

3. Peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer tidak lebih

baik dari peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran

tradisional.

4. Kualitas peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance

Organizer tergolong sedang sedangkan kualitas peningkatan motivasi

belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan

(43)

83

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan hasil

penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran Advance Organizer

dalam pembelajaran matematika, maka saran yang dapat penulis sampaikan

adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Advance Organizer dapat menjadi salah satu

alternatif pembelajaran matematika.

2. Untuk memaksimalkan peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa

yang ingin dicapai dengan model pembelajaran Advance Organizer, siswa

perlu menguasai materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang

akan diajarkan. Dengan demikian sebaiknya siswa diberi tugas untuk

belajar di rumah dan membaca tentang materi yang berkaitan dengan

materi yang akan diajarkan.

3. Untuk lebih meningkatkan motivasi belajar siswa, peneliti menyarankan

bentuk-bentuk organizer dibuat lebih kreatif dan inovatif.

4. Penelitian terhadap model pembelajaran Advance Organizer disarankan

untuk dilanjutkan pada kajian yang lebih luas, misalnya pada materi,

(44)

84

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anna, L.K. (2012). Banyak Siswa Tak Lulus Ujian Matematika. [Online]. Tersedia: http://e-dukasi.kompas.com/read/2012/06/02/10035432/ Banyak.Siswa.Tak.Lulus.Ujian.Matematika [10 November 2012]

Aziz, T.A. (2008). Pembelajaran Matematika Model Advance Organizer

untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa SMA. Skripsi

pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Fah, T.T. (2011). Pengembangan Kemampuan Analisis Hubungan Matematis

Siswa SMP Melalui Pemaduan Kecerdasan Emosional, Motivasi, dan Minat. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Faruliansyah, Y. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan

Model Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Fatimah, N.S. (2007). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada SPs UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Fauzi, M.A. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan

Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif Di Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada SPs UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

(45)

85

Hamludin. (2010). Sekitar 600 Siswa SMP di Bekasi Belum Lulus UN. [Online]. Tersedia: http://www.tempo.co/read/news/2010/05/07/ 083246326/Sekitar-600-Siswa-SMP-di-Bekasi-Belum-Lulus-UN [11 Februari 2013]

Hendron, J. (2003). Advance & Graphical Organizers: Proven Strategies

Enhanced through Technology. [Online]. Tersedia:

http://www.glnd.k12.va.us/resources/graphicalorganizers/ [10 November 2012]

Henita, S. (2009). Pengaruh Model Advance Organizer Dalam Pembelajaran

Matematika Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Joyce, B. dan Weil, M. (2003) Models of Teaching. 5th edition. New Delhi:

Prentice-Hall of India Private Limited.

Kamalia, L. (2008). Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar

Matematika Siswa SMP dengan Pendekatan Kontekstual Menggunakan Teknik Kooperatif Tipe Two Stay–Two Stray. Skripsi

pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kemendikbud. (2012). e-Reporting Ujian Nasional. [Online]. Tersedia: http://litbang.Kemendikbud.go.id/hasilun/index.php/hasilun

[10 November 2012]

Kemendikbud. (2011). Survei Internasional PISA. [Online]. Tersedia: http://litbang.Kemendikbud.go.id/detail.php?id=215 [10 November 2012]

Kemendikbud. (2011). Survei Internasional TIMSS. [Online]. Tersedia: http://litbang.Kemendikbud.go.id/detail.php?id=214

(46)

86

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemendikbud. (2012). Visi dan Misi Kemendikbud. [Online]. Tersedia: http://Kemendikbud.go.id/Kemendikbud/tentang-Kemendikbud-visi [6 November 2012]

Mullis, I.V.S., et al. (2012). TIMSS 2011 International Results in

Mathematics. Lynch School of Education, Boston College Chestnut

Hill, MA, USA: TIMSS & PIRLS International Study Center.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Nurendisyah. (2009). Model Advance Organizer untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA. Skripsi pada

FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

OECD. (2010). PISA 2009 Results: Executive Summary. Paris: OECD Publishing.

OECD. (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do –

Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I). Paris: OECD Publishing.

Okprayara. (2011). “Peningkatan Motivasi Belajar dan Kompetensi Sistem

Pengisian & Starter Peserta Didik Kelas I Teknik Kendaraan Ringan Semester Genap SMK Negeri 2 Cilacap Tahun 2009/2010 Melalui Model Cooperative Learning”. Jurnal DIDAKTIKA. 3, (9), 97-106.

Piah. (2009). “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat

Peraga TORSO Pada Siswa Kelas V SD”. Wahana Sekolah Dasar. 17,

(1), 58-63.

Rahim, M. (2011). Penerapan Model Pembelajaran ARIAS Melalui

Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak

(47)

87

Rofiq, A. (2009). “Peningkatan Motivasi Belajar dan Nilai Nasionalisme

Melalui Pembelajaran Drama Pada Siswa Kelas XII Bahasa SMA

Negeri 1 Petarukan Tahun Pelajaran 200/2009”. Jurnal DIDAKTIKA.

1, (1), 163-182.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sadirman, A.M. (2004). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.

Sari, M.M. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer

dengan Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Setiawan. (2006). Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan

Investigasi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat

Pengembangan dan Penataran Guru Matematika.

Silalahi, J. (2008). “Pengaruh Iklim Kelas Terhadap Motivasi Belajar”. Jurnal Pembelajaran. 30, (2), 100-105.

Shihusa, H. dan Keraro, F.N. (2009). “Using Advance Organizers to Enhance

Students’ Motivation in Learning Biology”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 5, (4), 413-420.

Suherman, E., dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FPMIPA UPI.

(48)

88

Krisyudo Eric B, 2013

Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukirman. (2011). “Peranan Bimbingan Guru dan Motivasi Belajar Dalam

Rangka Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik SMA Negeri 1

Metro Tahun 2010”. GUIDENA. 1, (1), 23-35.

Tim Penyusun. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Wikipedia. (2012). Mathematics. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/ wiki/Mathematics [6 November 2012]

Widayanti, D.F., Slamet Hw dan Masduki. (2011). Peningkatan Motivasi

Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Metode Collaborative Learning dengan Memanfaatkan Microsoft Powerpoint 2007. [Online]. Tersedia: http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/

handle/123456789/332/MAK-FITRI-(126-136).pdf [27 November 2012]

Wijayanti, W. (2010). Usaha Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar

Matematika Siswa SMA Negeri 1 Godean. Skripsi pada FMIPA UNY

Gambar

Tabel 1.1 Kutipan Beberapa Tokoh Tentang Matematika
Gambar 3.1 Desain Kelompok Kontrol Non-ekivalen
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Tes Uraian
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

1. Variable bebasnya adalah latihan passing dengan menggunakan alat bantu tali. Variable terikatnya adalah hasil short passing pada cabang olahraga sepakbola. Batasan

Dynamics Of Nitrate And Nitrite Content During Storage Of Homa Made And Small Scale Industrially Produced Raw Vegetables Juices And Their Dietary Intake. Journal of Food

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml ditambahkan 2,5 ml asam sulfanilat, setelah lima menit ditambahkan 2,5 ml N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dilarutkan dan

[r]

kan adalah: (1) setiap program peningkatan mutu pendidikan di madrasah harus dilakukan secara sistemik dan sistematik, (2) penerapan program peningkatan mutu yang dilakukan

Konsep solidaritas merupakan kepedulian secara bersama kelompok bersama yang menunjuk pada suatu hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada persamaan

cukup besar namun belum menunjukkan adanya keberhasilan yang maksimal karena jiwa kewirausahaan yang ditanamkan dalam diri belum sepenuhnya ada dalam diri wirausaha, dimana