PENGGUNAAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK
DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh
Krisyudo Eric B.
0606159
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Penggunaan Model
Advance
Organizer
untuk Meningkatkan
Kemampuan Koneksi Matematik dan
Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Oleh Krisyudo Eric B.
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Krisyudo Eric B. 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KRISYUDO ERIC B.
PENGGUNAAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK
DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Drs. H. Erman Suherman, M.Pd.
NIP. 194908041977021001
Pembimbing II
Dr. Elah Nurlaelah, M.Si.
NIP. 196411231991032002
Mengetahui:
Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D
Iii
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan
kemampuan koneksi matematik dan motivasi belajar siswa dengan pembelajaran
model Advance Organizer lebih baik dari peningkatan kemampuan koneksi
matematik dan motivasi belajar siswa dengan pembelajaran tradisional. Selain itu
juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas peningkatannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 32 Bandung, sedangkan
sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-A sebagai kelas tradisional dan
kelas VIII-B sebagai kelas Advance Organizer. Desain penelitian yang digunakan
adalah kelompok kontrol non-ekivalen. Materi yang disajikan dalam penelitian ini
adalah prisma dan limas. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah
instrumen tes kemampuan koneksi matematik dan instrumen non-tes yang berupa
angket motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan koneksi matematik yang mendapatkan pembelajaran
dengan model Advance Organizer lebih baik dari peningkatan kemampuan
koneksi matematik siswa yang mendapatkan pembelajaran tradisional. Kualitas
peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model Advance Organizer tergolong sedang, sedangkan
kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan
pembelajaran tradisional tergolong rendah. Selain itu, hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model Advance Organizer tidak lebih baik dari peningkatan
motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran tradisional. Kualitas
peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Advance Organizer tergolong sedang, sedangkan kualitas peningkatan
motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran tradisional tergolong
Iii
Kata kunci: model Advance Organizer, kemampuan koneksi matematik, motivasi
Iii
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
The purpose of this research was to determine whether the increasing of students’ mathematical connection ability and students’ learning motivation by Advance Organizer learning model are better than the increasing of students’ mathematical connection ability and students’ learning motivation by traditional learning model . In addition, this research also has aim to determine the quality of their
improvement. The population in this research is the eighth grade students of SMP
Negeri 32 Bandung, while the sample in this research was VIII-A as a traditional
class and VIII-B as a Advance Organizer class. The research design used was a
non-equivalent control group. The matter presented in this research is about prism
and pyramid. The research instrument used in this research is mathematical
connection instrument and students’ learning motivation instrument in the form of questionnaire. The results of this research showed that the increasing of students’ mathematical connection ability by Advance Organizer learning model is better
than the increasing of students’ mathematical connection ability by traditional learning model. The quality of improvement from students’ mathematical connection ability by Advance Organizer learning model are classified as
moderate, while the quality of improvement from students’ mathematical connection ability by traditional learning model are classified as low. In addition,
the result of this research also showed that the increasing of the students’ learning motivation by Advance Organizer learning model is no better than the increasing
of students’ learning motivation by traditional learning model. The quality of
improvement from students’ learning motivation by Advance Organizer learning model are classified as moderate , while the quality of improvement from
students’ learning motivation by traditional learning model are classified as low.
iv
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Pembatasan Masalah ... 11
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 12
F. Definisi Operasional ... 12
BAB II KAJIAN TEORI A. Belajar ... 14
B. Pembelajaran Matematika ... 16
C. Koneksi Matematik ... 17
D. Kemampuan Koneksi Matematik ... 20
F. Motivasi Belajar ... 22
G. Pembelajaran Tradisional ... 26
H. Model Pembelajaran ... 27
I. Model Advance Organizer ... 31
J. Teori Belajar yang Mendukung ... 38
K. Hasil Penelitian yang Relevan ... 40
L. Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 42
B. Desain Penelitian ... 42
C. Subjek Penelitian ... 43
D. Instrumen Penelitian ... ... 44
E. Pengembangan Bahan Ajar ... 51
F. Teknik Pengumpulan Data ... 51
G. Prosedur Penelitian ... 52
H. Teknik Pengolahan Data ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian ... 56
1. Analisis Data Hasil Tes Koneksi Matematik ... 57
2. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik ... 64
3. Kualitas Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik .. 67
vi
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Kualitas Peningkatan Motivasi Belajar Siswa ... 78
B. Pembahasan ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
LAMPIRAN ... 89
1
Krisyudo Eric B, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu misi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia adalah “meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan. Sebagai upaya mencapai kualitas pendidikan
yang berstandar nasional dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing bangsa” (Kemendikbud, 2012). Kualitas pendidikan yang tinggi tentu menjadi harapan bangsa ini. Namun, menurut Sukirman (2011) kualitas pendidikan di
Indonesia masih rendah serta belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi
yang harus dikuasai siswa. Masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia,
setidaknya disebabkan oleh enam faktor utama (Sukirman, 2011), yaitu:
1. Belum meratanya pendidikan di Indonesia baik itu secara kualitas maupun
kuantitas.
2. Fasilitas sekolah yang masih belum memadai.
3. Tidak semua siswa memiliki buku-buku pelajaran.
4. Kualitas dan kompetensi guru yang masih harus ditingkatkan.
5. Daya saing siswa rendah.
6. Daya serap siswa rendah.
Untuk mendukung misi Kemendikbud, tentu saja pembelajaran pada setiap
mata pelajaran harus memiliki kualitas yang baik. Salah satu mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Pembelajaran matematika
secara formal dilakukan mulai dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK), yaitu
dimulai dengan mengenal angka, sampai dengan di bangku perkuliahan
dengan tingkat materi yang lebih sulit. Hal tersebut menunjukkan betapa
penting pelajaran matematika sehingga harus dipelajari sejak usia dini.
2
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk dipelajari. Berikut adalah tabel yang memaparkan kutipan-kutipan dari
beberapa tokoh tersebut tentang matematika (Wikipedia, 2012):
Tabel 1.1
Kutipan Beberapa Tokoh Tentang Matematika
Tokoh Kutipan
Albert Einstein
“As far as the laws of mathematics refer to reality, they are not certain; and as far as they are
certain, they do not refer to reality.”
Benjamin Peirce “The science that draws necessary conclusion.”
Carl Friedrich Gauss “The Queen of the Science.”
David Hilbert
“We are not speaking here of arbitrariness in any sense. Mathematics is not like a game whose tasks
are determined by arbitrarily stipulated rules.
Rather, it is a conceptual system possessing
internal necessity that can only be so and by no means otherwise.”
Galileo Galilei
“The universe cannot be read until we have learned the language and become familiar with
the characters in which it is written. It is written
in mathematical language, and the letters are
triangles, circles and other geometrical figures,
without which means it is humanly impossible to
comprehend a single word. Without these, one is wandering about in a dark labyrinth.”
Dari kutipan-kutipan tersebut terlihat bahwa matematika merupakan
3
Krisyudo Eric B, 2013
merupakan ilmu dasar yang dapat menjelaskan segala macam fenomena yang
dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan digunakan untuk menarik
kesimpulan yang diperlukan terhadap suatu permasalahan.
Salah satu yang menjadi perhatian peneliti mengenai pembelajaran
matematika di sekolah adalah pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau sederajat. Jenjang SMP merupakan masa
peralihan dari Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bisa dibilang sebagai peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja.
Perkembangan pola pikirnya pun merupakan peralihan dari pikiran yang
konkret menuju yang lebih abstrak. Untuk mengetahui seberapa tinggi kualitas
pembelajaran matematika pada jenjang SMP di Indonesia sekarang ini, dapat
diketahui dengan melihat hasil Ujian Nasional (UN). Selain itu bisa juga
dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh beberapa organisasi internasional
yang menunjukkan seberapa besar prestasi siswa Indonesia di antara
negara-negara lain dalam bidang matematika.
Berdasarkan hasil UN tahun 2012, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh (Anna, 2012) menyatakan bahwa “Siswa yang mengikuti ujian nasional 2012 tingkat SMP dan sederajat yang tidak lulus terbanyak dalam mata pelajaran Matematika ...”, lalu Anna (2012) menyatakan bahwa “Hasil ujian nasional yang telah diketahui yaitu siswa SMP yang tidak lulus mencapai 15.945 siswa, yang terbanyak gagal dalam mata pelajaran Matematika.” Hal tersebut sesuai dengan data statistik yang dirilis oleh Kemendikbud (2012) bahwa dari 3.697.865 siswa SMP atau
sederajat yang telah mengikuti UN tahun 2012 dan juga Ujian Sekolah, ada
sebanyak 3.681.920 siswa yang dinyatakan lulus, berarti masih ada 15.945
siswa atau sekitar 0,43% dari semua peserta ujian yang dinyatakan tidak lulus.
Tentu saja persentase yang diharapkan oleh semua pihak adalah 100% peserta
ujian lulus semua. Selain hasil UN tersebut, terdapat juga dua hasil studi
4
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dikoordinasikan oleh Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD) dan Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) yang dikoordinasikan oleh The International Association for
the Evaluation of Educational Achievement (IEA). Hasil studi PISA dapat
menunjukkan prestasi siswa SMP di Indonesia dibandingkan dengan
siswa-siswa di negara lain khususnya di bidang literasi matematik. Sedangkan hasil
studi TIMSS dapat menunjukkan prestasi siswa SMP di Indonesia pada bidang matematika secara rata-rata dibandingkan dengan siswa-siswa di negara lain.
PISA mendefinisikan literasi matematik sebagai kemampuan seorang individu
untuk merumuskan, menggunakan dan menginterpretasikan matematika ke
dalam berbagai macam konteks (OECD, 2010). Menurut PISA, aktivitas
penalaran matematik, menggunakan konsep, langkah dan rumus matematik
untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi sebuah fenomena,
termasuk ke dalam literasi matematik. Literasi matematik juga berperan
penting dalam membuat sebuah pertimbangan, sebagaimana yang diungkapkan oleh PISA bahwa “Mathematical literacy also helps individuals recognise the role that mathematics plays in the world and make the
well-founded judgements and decisions needed by constructive, engaged and
reflective citizens” (OECD, 2010: 122). Dalam penilaian PISA, setidaknya ada
lima indikator dalam literasi matematik, yakni kemampuan untuk
menganalisa, mempertimbangkan, mengomunikasikan, memecahkan dan
menerjemahkan masalah matematika yang melibatkan konsep-konsep
matematik seperti konsep kuantitatif, spasial, probabilistik dan konsep-konsep
matematik lainnya (OECD, 2010).
Indonesia sampai saat ini telah berpartisipasi di dalam studi PISA
mulai dari tahun 2000, 2003, 2006 dan terakhir tahun 2009, sedangkan di
dalam studi TIMSS, Indonesia berpartisipasi mulai dari tahun 1999, 2003,
2007 dan terakhir tahun 2011. Dari 10 negara yang tergabung ke dalam
5
Krisyudo Eric B, 2013
yang berpartisipasi dalam studi PISA hanyalah negara Thailand, sedangkan
negara ASEAN yang berpartisipasi dalam studi TIMSS hanyalah negara
Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand. Sebagai catatan, negara Thailand
tidak berpartisipasi dalam studi TIMSS pada tahun 2003, sedangkan negara
Filipina tidak berpartisipasi dalam studi TIMSS pada tahun 2007 dan tahun
2011. Berikut ini adalah dua buah tabel perbandingan rank (peringkat) dan
skor antara negara Indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya yang berpartisi dalam studi PISA (OECD, 2010; Kemendikbud, 2011) dan TIMSS
(Kemendikbud, 2011; Mullis 2012):
Tabel 1.2
Hasil Studi PISA dari Tahun 2000 – 2009 Antar Negara ASEAN dalam Literasi Matematik
Hasil Studi TIMSS dari Tahun 1999 – 2007 Antar Negara ASEAN
6
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Catatan: Thailand tidak berpartisipasi dalam studi TIMSS tahun 2003,
sedangkan Filipina tidak berpartisipasi dalam studi TIMSS tahun 2007 dan tahun 2011.
Berdasarkan Tabel 1.2, peringkat Indonesia selalu berada di bawah Thailand,
sedangkan berdasarkan Tabel 1.3, peringkat Indonesia selalu berada di bawah
Malaysia, Singapura dan Thailand. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik dari
hasil studi PISA maupun dari hasil studi TIMSS, negara Indonesia selalu
menduduki peringkat paling rendah setiap kali kedua studi tersebut
diselenggarakan, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya
yang ikut berpartisipasi, kecuali dengan Filipina, peringkat Indonesia masih di
atas. Berdasarkan hasil UN, hasil studi PISA dan hasil studi TIMSS yang telah
dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu permasalahan di dalam
proses kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah. Untuk
memecahkan permasalahan tersebut, dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses kegiatan pembelajaran di
sekolah khususnya pada kegiatan pembelajaran matematika.
Pernyataan yang lain tentang matematika dikemukakan oleh National
Council of Teachers of Mathematics (NCTM), yaitu suatu organisasi terbesar
di dunia yang berdiri pada tahun 1920 dan didedikasikan untuk meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran matematika dari sebelum TK sampai SMA, dan
memiliki misi untuk menjamin pembelajaran matematika yang berkualitas
tinggi untuk semua siswa, berpendapat bahwa “In this changing world, those
who understand and can do mathematics will have significantly enhanced
opportunities and options for shaping their futures” (NCTM, 2000: 5).
Pernyataan dari NCTM tersebut sangatlah jelas bahwa siapa pun termasuk
siswa yang memahami matematika dan dapat menguasai kompetensi
matematik yang ada, akan meningkatkan peluang dan pilihan secara signifikan
7
Krisyudo Eric B, 2013
bahwa terdapat 10 standar yang berhubungan dengan pemahaman dan
kompetensi matematik siswa. Kesepuluh standar tersebut dibagi ke dalam dua
kategori, yaitu standar isi dan standar proses. Standar isi meliputi materi
Bilangan dan Operasi Hitung, Aljabar, Geometri, Pengukuran, Analisis Data
dan Probabilitas, sedangkan standar proses meliputi kemampuan pemecahan
masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi.
Koneksi matematik menjadi bagian dari standar proses yang telah disebutkan oleh NCTM. Koneksi matematik merupakan bagian dari literasi matematik.
Hubungan tersebut dapat ditunjukkan oleh salah satu aktivitas dalam literasi
matematik, yakni menggunakan konsep matematik untuk menjelaskan suatu
fenomena yang ada, artinya terdapat konsep matematik yang diaplikasikan di
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut merupakan salah satu dari tiga
kemampuan koneksi matematik yang diungkapkan oleh NCTM (2000).
Koneksi matematik merupakan salah satu standar yang sangat penting untuk
dikembangkan pada diri siswa, sebab ketika siswa dapat mengoneksikan
ide-ide matematik, mereka akan memahami matematika secara lebih dalam dan
lebih lama (NCTM, 2000). Selain itu NCTM (2000) juga menyebutkan bahwa
melalui pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antar ide-ide
matematik, siswa tidak belajar matematika tanpa makna, namun siswa juga
belajar tentang kegunaan matematika itu sendiri. Hal tersebut sangatlah
penting dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, khususnya terhadap
pelajaran matematika. Matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan lebih menarik
dibandingkan dengan matematika yang abstrak dan dikerjakan tanpa suatu
makna yang berarti bagi siswa, serta dapat menimbulkan rasa bosan dan jenuh.
Rasa bosan dan jenuh pada siswa juga dapat terjadi akibat pelajaran
matematika yang diberikan oleh guru, terlalu banyak mengharuskan siswa
untuk menghafal rumus. Hal tersebut dapat terjadi karena guru tidak
8
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seharusnya matematika itu diajarkan tidak secara terpisah-pisah namun harus
ada kaitannya antara konsep yang akan atau sedang diajarkan kepada siswa
dengan konsep lainnya, sebab matematika itu merupakan ilmu pelajaran yang
terintegrasi sebagaimana disebutkan oleh NCTM (2000: 64) bahwa “...
mathematics is an integrated field of study”. Tanpa koneksi matematik, siswa
harus belajar terlalu banyak konsep dan keterampilan matematik yang
terpisah-pisah, namun dengan koneksi matematik, siswa dapat membangun pengetahuan baru mereka berdasarkan dari pengetahuan sebelumnya yang
telah dimiliki oleh siswa (NCTM, 2000).
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang merupakan lembaga
mandiri, profesional dan independen yang mengemban misi untuk
mengembangkan, memantau pelaksanaan dan mengevaluasi pelaksanaan
standar nasional pendidikan di Indonesia, memaparkan lima hal yang menjadi
tujuan pelajaran matematika. BSNP (2006) menyebutkan bahwa mata
pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
9
Krisyudo Eric B, 2013
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari uraian tersebut setidaknya ada lima kemampuan yang diharapkan dapat
dikuasai oleh siswa di dalam pelajaran matematika yaitu kemampuan
pemahaman konsep matematik, koneksi matematik, penalaran matematik,
pemecahan masalah matematik, dan komunikasi matematik. Baik NCTM maupun BSNP, keduanya sama-sama menegaskan bahwa kemampuan koneksi
matematik merupakan salah satu kompetensi yang penting untuk
dikembangkan dan dikuasai oleh siswa.
Selain kemampuan koneksi matematik siswa, variabel lain yang tidak
kalah penting dalam pembelajaran matematika adalah motivasi, khususnya
motivasi belajar siswa. Ada banyak alasan mengapa sampai saat ini motivasi
belajar siswa masih perlu ditingkatkan. Berikut adalah alasan-alasan yang
menjadi dasar peneliti, bahwa sampai saat ini pun, motivasi belajar siswa perlu
ditingkatkan, yaitu:
1. Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Junarsih,
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan sebanyak 600
pelajar SMP di Kota Bekasi mengalami kegagalan dalam UN adalah
motivasi belajar siswa yang masih kurang (Hamluddin, 2010).
2. Kamalia (2008) menyatakan bahwa berdasarkan hasil wawancara terhadap
guru matematika di SMP Negeri 12 Bandung, hasilnya menunjukkan
bahwa motivasi belajar matematika siswa masih rendah.
3. Widayanti, Slamet Hw dan Masduki (2011) menyatakan bahwa
berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran matematika di
SMP Negeri 3 Mojolaban berlangsung, terdapat kurang dari 30% siswa
yang memiliki daya motivasi belajar yang tinggi.
4. Okprayara (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa motivasi
10
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang masih kurang memperhatikan pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Motivasi belajar siswa juga menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan sebab menurut Ruseffendi (Kamalia, 2008), ada 10 faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu kecerdasan siswa, kesiapan siswa
dalam belajar, bakat yang dimiliki siswa, kemauan belajar siswa, minat siswa,
cara penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana pembelajaran, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat luas. Kemauan belajar siswa seperti
yang telah disebutkan, termasuk ke dalam motivasi belajar siswa. Pernyataan
tersebut didukung oleh Piah (2009) yang menyebutkan bahwa setidaknya ada
tiga faktor yang mempengaruhi kualitas keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran, yaitu:
1. Ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang memadai dan berkualitas.
2. Kemampuan dari pihak guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
3. Keterlibatan dan peran serta orang tua demi keberhasilan pendidikan
anaknya.
Motivasi belajar siswa merupakan bagian dari faktor kedua, sebab untuk
memotivasi siswa dalam belajar diperlukan kemampuan yang memadai dari
seorang guru. Selain itu menurut Prayitno (Silalahi, 2008), siswa yang
memperoleh motivasi belajar yang baik akan melakukan kegiatan belajar yang
lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang
termotivasi. Dengan demikian untuk mendapatkan hasil belajar yang sesuai
dengan apa yang diharapkan, diperlukan suatu motivasi baik itu dari dalam
diri siswa sendiri maupun motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Agar kemampuan koneksi matematik siswa dan motivasi belajar siswa
bisa meningkat, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kedua variabel tersebut. Salah satu model pembelajaran yang
menjadi perhatian peneliti adalah model Advance Organizer. Model Advance
11
Krisyudo Eric B, 2013
psikolog dan pakar pendidikan bernama David Paul Ausubel. Istilah “advance organizer” mengacu pada salah satu jenis bahan pembelajaran yang berisi rangkuman materi yang menunjukkan keterkaitan antara materi yang akan
dipelajari dengan materi yang sudah dikuasai oleh siswa. Rofiq (2009)
menyebutkan bahwa salah satu cara yang dapat ditempuh guru untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara menarik dan
memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari oleh siswa khususnya di awal pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan melalu bantuan
model Advance Organizer. Karena dalam model Advance Organizer terdapat
sebuah media belajar yang dipresentasikan di awal pembelajaran dan bisa
menjadi pusat perhatian siswa. Joyce dan Weil (2003) menyatakan bahwa
yang menjadi perhatian utama dari Ausubel adalah membantu para guru untuk
mengorganisir dan menyampaikan informasi dalam jumlah yang banyak
dengan penuh makna dan seefisien mungkin. Model Advance Organizer
sendiri terdiri dari tiga tahap utama yakni presentasi advance organizer,
presentasi materi atau tugas pembelajaran, dan memperkuat struktur kognitif
siswa (Joyce dan Weil, 2003).
Penelitian yang telah dilakukan terkait dengan model Advance
Organizer ini, salah satunya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh
Shihusa dan Keraro (2009), penelitian tersebut dilakukan terhadap sebanyak
166 siswa SMP kelas tiga di Kenya. Hasil dari penelitian tersebut adalah
bahwa penggunaan model Advance Organizer dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa di dalam pembelajaran biologi. Penelitian lainnya telah
dilakukan oleh Sari (2011), hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan model Advance Organizer lebih baik
daripada peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang
mendapatkan pembelajaran secara tradisional. Oleh karena itulah, berdasarkan
12
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Penggunaan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi Matematik dan Motivasi Belajar pada Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa SMP dengan
pembelajaran model Advance Organizer lebih baik dari peningkatan
kemampuan koneksi matematik siswa SMP dengan pembelajaran
tradisional?
2. Bagaimanakah kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa
SMP dengan pembelajaran model Advance Organizer?
3. Apakah peningkatan motivasi belajar siswa SMP dengan pembelajaran
model Advance Organizer lebih baik dari peningkatan motivasi belajar
siswa SMP dengan pembelajaran tradisional?
4. Bagaimanakah kualitas peningkatan motivasi belajar siswa SMP dengan
pembelajaran model Advance Organizer?
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka konsep
matematika yang diteliti dibatasi pada salah satu materi matematika semester
dua di kelas VIII.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik
13
Krisyudo Eric B, 2013
Advance Organizer lebih baik dari peningkatan kemampuan koneksi
matematik siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran tradisional.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah kualitas peningkatan kemampuan
koneksi matematik siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan
menggunakan model Advance Organizer.
3. Untuk mengetahui apakah peningkatan motivasi belajar siswa SMP yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model Advance
Organizer lebih baik dari peningkatan motivasi belajar siswa SMP yang
mendapatkan pembelajaran tradisional.
4. Untuk mengetahui bagaimanakah kualitas peningkatan motivasi belajar
siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model
Advance Organizer.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai
pihak, baik siswa, sekolah, peneliti maupun pembaca. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
meningkatkan kemampuan koneksi matematik dan motivasi belajar siswa
untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih optimal pada pelajaran
matematika.
2. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi sekolah
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah khususnya pada pembelajaran matematika.
3. Bagi peneliti dan pembaca, penelitian ini dapat menambah pengetahuan
tentang model Advance Organizer dan pengaruhnya terhadap kemampuan
koneksi matematik dan motivasi belajar siswa.
14
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap
istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan beberapa
penjelasan sebagai berikut:
1. Kemampuan koneksi matematik yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemampuan siswa dalam menerapkan hubungan antar konsep
matematika, menerapkan hubungan antara konsep matematika dengan
mata pelajaran lain dan menerapkan hubungan antara konsep matematika dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Model Advance Organizer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran yang digunakan untuk menguatkan struktur kognitif
siswa sehingga tercipta kebermaknaan dalam belajar dengan cara
mengaitkan antara pengetahuan baru yang akan dipelajari siswa dengan
pengetahuan relevan yang sudah dipelajari siswa.
3. Motivasi belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
dorongan yang timbul pada diri siswa dalam upaya mencapai perubahan
tingkah laku yang diindikasikan dengan lima indikator seperti ketekunan
dalam belajar, ulet dalam menghadapi kesulitan, minat dan ketajaman
perhatian dalam belajar, berprestasi dalam belajar dan mandiri dalam
belajar.
4. Pembelajaran tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran yang dilakukan pada umumnya tanpa menggunakan advance
42
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini diambil
dua kelas secara acak dari semua kelas VIII yang tersedia sebagai sampel yaitu, satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok
kontrol non-ekivalen (the nonequivalent control group design). Desain
penelitian ini termasuk ke dalam desain satu variabel bebas (Ruseffendi,
2005). Desain penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen yang selanjutnya disebut kelas eksperimen, dan kelompok kontrol
yang selanjutnya disebut kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan
berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan model Advance
Organizer, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran
matematika dengan menggunakan pembelajaran tradisional tanpa advance
organizer. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Advance
Organizer, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
koneksi matematik siswa dan motivasi belajar siswa. Di dalam bukunya, Ruseffendi menyatakan bahwa “Pada desain kelompok kontrol non-ekivalen, subjek tidak dikelompokkan secara acak.” (Ruseffendi, 2005: 52). Desain
penelitian ini digunakan oleh peneliti karena memang pada kenyataannya
untuk membuat dua kelompok baru dari subjek yang dipilih secara acak akan
43
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditetapkan oleh sekolah. Lebih lanjut, Ruseffendi (2005) mengungkapkan
bahwa pada desain ini ada pretes, perlakuan yang berbeda dan postes. Namun,
pada penelitian ini, selain pretes dan postes, kelas eksperimen dan kelas
kontrol juga diminta untuk mengisi angket motivasi belajar pada saat sebelum
pembelajaran di mulai dan sesudah pembelajaran sesudah pembelajaran
berakhir. Kemudian, dari kedua kelas tersebut akan dibandingkan peningkatan
kemampuan koneksi matematik dan motivasi belajarnya. Dengan demikian, desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut (Ruseffendi, 2005):
O X O
O X O
Gambar 3.1
Desain Kelompok Kontrol Non-ekivalen
Keterangan:
O : pretes dan pengisian angket sebelum diberi perlakuan serta postes
dan pengisian angket setelah diberi perlakuan
X : perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan
model Advance Organizer
: subjek tidak dipilih secara acak
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini terdiri dari populasi dan sampel. Populasi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat dari Sugiyono (Aziz, 2008) yang
menyebutkan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek maupun subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
44
di SMPN 32 Bandung. Selanjutnya, sampel dalam penelitian ini adalah bagian
dari populasi yang dianggap mewakili karakteristik dari keseluruhan populasi.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Arikunto (Aziz, 2008) yang
menyebutkan bahwa sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Sampel
dalam penelitian ini adalah dua kelas yang dipilih secara acak untuk dijadikan
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin
diteliti, maka dibuatlah seperangkat instrumen penelitian. Instrumen dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tes dan non-tes. Berikut
adalah penjelasannya
1. Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis.
Tes tulis yang diberikan bertujuan untuk melihat kemampuan koneksi
matematik siswa. Tes tulis yang digunakan berupa uraian dengan tujuan
untuk menghindari sistem menebak atau untung-untungan, sehingga hasil
tes mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Hal tersebut sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh Widianingrum (Aziz, 2008) yang
mengatakah bahwa tes uraian dapat menunjukkan secara maksimal apa
yang telah dikuasai oleh siswa, mengorganisasikan buah pemikirannya
serta kemampuan mengekspresikan diri secara tertulis dengan teratur. Tes
uraian tersebut disusun berdasarkan indikator kemampuan koneksi
matematik siswa. Pada penelitian ini diberikan dua macam tes tulis yaitu:
a. Pretes, diberikan sebelum perlakuan, untuk melihat kemampuan awal
45
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Postes, dilaksanakan pada saat setelah perlakuan selesai diberikan
untuk melihat kemampuan koneksi matematik siswa setelah selesai
diberikan perlakuan.
Kriteria penilaian tes uraian tersebut mengacu pada kriteria yang
dikemukakan oleh Szetela (Aziz, 2008) dan disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 jawabannya tidak lengkap dan membingungkan.
3
Siswa memahami dan menjawab pertanyaan dengan
banyak aspek yang relevan dan benar serta penelaahan
yang logis tapi memuat sedikit kesalahan.
4
Siswa memahami dan menjawab pertanyaan dengan
semua aspek yang relevan dan benar dan penelaahan
yang logis.
Sebelum soal pretes dan postes diberikan kepada siswa, terlebih
dahulu dilakukan uji coba soal terhadap siswa di luar sampel untuk
menguji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya.
Jika soal-soal tersebut memiliki validitas, reliabilitas, daya pembeda dan
indeks kesukaran yang cukup sesuai dengan kriteria tertentu, maka
soal-soal tersebut tidak akan diperbaiki, namun jika ada salah satu soal-soal yang
46
diperbaiki sampai dengan mencapai kriteria yang diinginkan. Berikut
adalah penjelasannya.
a. Validitas
Validitas dalam penelitian ini adalah keabsahan dari instrumen
yang diujikan. Suatu instrumen penelitian disebut valid jika instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang semestinya diukur; derajat ketepatan mengukurnya benar; validitasnya tinggi (Ruseffendi, 2005).
Untuk menghitung validitas instrumen dalam penelitian ini, digunakan
rumus koefisien korelasi product-moment Pearson (Suherman, 2003):
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]
Gambar 3.2
Rumus Koefisien Validitas
dengan
= koefisien validitas antara variabel x dan y
n = banyaknya siswa (responden uji coba)
X = skor setiap butir soal masing-masing siswa
Y = skor total masing-masing siswa
Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan
ke dalam klasifikasi koefisien validitas menurut Guilford (Suherman,
2003), yaitu:
Tabel 3.2
Interpretasi Koefisien Validitas Menurut Guilford
47
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas sangat tinggi
Validitas tinggi
Validitas sedang
Validitas rendah
Validitas sangat rendah
Tidak valid
Dengan bantuan program ANATES, diperoleh hasil perhitungan
validitas tiap butir soal tes kemampuan koneksi matematik yang
disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Validitas Tiap Butir Soal
No. Soal Validitas Interpretasi
1 0,859 Validitas Tinggi
2 0,928 Validitas Sangat Tinggi
3 0,888 Validitas Tinggi
4 0,906 Validitas Sangat Tinggi
b. Reliabilitas
Reliabilitas dalam penelitian ini adalah ketepatan instrumen
dalam mengukur dan ketepatan siswa dalam menjawab instrumen itu
(Ruseffendi, 2005). Suatu instrumen penelitian disebut reliabel jika
setelah dua kali atau lebih instrumen tersebut diteskan maka akan
menghasilkan hasil yang serupa. Untuk menghitung reliabilitas dalam
penelitian ini, digunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman, 2003):
48
Gambar 3.3
Rumus Koefisien Reliabilitas
dengan
= koefisien reliabilitas
n = banyaknya butir soal
∑ = jumlah varians skor tiap butir = varians skor total
Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh
diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien reliabilitas menurut
Guilford (Suherman, 2003), yaitu:
Tabel 3.4
Interpretasi Koefisien Reliabilitas Menurut Guilford
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
Reliabilitas sangat tinggi
Reliabilitas tinggi
Reliabilitas sedang
Reliabilitas rendah
Reliabilitas sangat rendah
Dengan bantuan program ANATES, diperoleh hasil perhitungan
reliabilitas kemampuan koneksi matematik sebesar 0,93, berarti
reliabilitasnya sangat tinggi.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda dalam penelitian ini adalah kemampuan
49
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan siswa yang menjawab salah atau tidak menjawab. Suatu
instrumen penelitian disebut memiliki daya pembeda yang baik jika
instrumen tersebut bisa membedakan antara siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, siswa yang memiliki kemampuan sedang dan siswa
yang memiliki kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda
instrumen dalam penelitian ini, digunakan rumus (Suherman, 2003):
̅ ̅
Gambar 3.4 Rumus Daya Pembeda
dengan
̅ = rata-rata jumlah skor kelompok atas
̅ = rata-rata jumlah skor kelompok bawah
b = bobot (skor maksimal tiap butir soal)
Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh dari perhitungan
diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman,
2003):
Tabel 3.5
Interpretasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
Sangat Jelek
Jelek
Cukup
Baik
50
Dengan bantuan program ANATES, diperoleh hasil perhitungan daya
pembeda tiap butir soal tes kemampuan koneksi matematik yang
disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal Daya Pembeda (%) Interpretasi
1 77,78 Sangat Baik
2 77,78 Sangat Baik
3 77,22 Sangat Baik
4 83,33 Sangat Baik
d. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran dalam penelitian ini adalah tingkat kesukaran
dari instrumen yang diujikan. Untuk menghitung indeks kesukaran
instrumen dalam penelitian ini, digunakan rumus (Suherman, 2003):
̅
Gambar 3.5 Indeks Kesukaran
dengan
IK = indeks kesukaran
̅ = skor rata-rata tiap butir soal
SMI = skor maksimum ideal tiap butir soal
Indeks kesukaran diperoleh dari perhitungan diinterpretasikan
51
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7
Dengan bantuan program ANATES, diperoleh hasil perhitungan
indeks kesukaran tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No. Soal Indeks Kesukaran (%) Interpretasi
1 58,33 Sedang
2 58,33 Sedang
3 55,56 Sedang
4 52,78 Sedang
2. Non-tes
Instrumen non-tes digunakan untuk memperoleh data yang tidak
bisa diperoleh dengan instrumen tes. Instrumen non-tes dalam penelitian
ini adalah angket. Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan
yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban yang
sudah disediakan atau dengan cara melengkapi kalimat yang sudah
disediakan (Ruseffendi, 2005). Angket dalam penelitian ini bertujuan
52
sebelum maupun setelah pembelajaran dengan menggunakan model
Advance Organizer atau model pembelajaran tradisional diberikan.
E. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan dan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan persiapan mengajar guru untuk tiap pertemuan. RPP yang
dibuat dalam penelitian ini adalah RPP materi Bangun ruang sisi datar.
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
LKS merupakan merupakan salah satu komponen penting dalam
pembelajaran karena berfungsi sebagai penuntun siswa dalam mempelajari
materi Bangun ruang sisi datar, di dalamnya memuat
pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa berpikir lebih mendalam.
3. Organizer
Organizer merupakan rangkuman materi pelajaran, yang disusun secara
sistematis dan digunakan untuk memperlihatkan kaitan antara satu konsep
dengan konsep lainnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dari
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sebelum penelitian
2. Pada saat pemberian perlakuan
3. Setelah pemberian perlakuan
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
53
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan meliputi:
a. Pengajuan judul penelitian
b. Penyusunan proposal penelitian
c. Observasi ke sekolah
d. Pembuatan instrumen penelitian yang terdiri dari instrumen tes (pretes
dan postes), rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen
penelitian non-tes (angket, observasi kelas dan wawancara).
e. Uji coba instrumen evaluasi, kemudian menghitung validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran.
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi:
a. Pengisian angket awal motivasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
c. Implementasi pembelajaran dengan model Advance Organizer.
d. Pelaksanaan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
e. Pengisian angket akhir motivasi belajar siswa.
3. Tahap akhir
Kegiatan-kegiatan pada tahap akhir meliputi:
a. Menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan uji statistik.
b. Membuat kesimpulan berdasarkan analisisi data.
c. Menyusun laporan penelitian.
H. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan teknik pengolahan
data sebagai berikut:
1. Pengelompokan Data
Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
a. Data kuantitatif
54
b. Data kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah angket motivasi belajar
siswa.
2. Penafsiran Data
Data yang telah diperoleh kemudian ditafsirkan dengan menggunakan
berbagai uji statistik.
a. Pengolahan data untuk pengujian hipotesis 1) Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Data yang
dimaksud adalah data yang diperoleh dari hasil pretes, postes,
angket motivasi belajar siswa baik dari kelas eksperimen maupun
dari kelas kontrol. Apabila data tersebut berdistribusi normal, maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Akan tetapi, apabila setelah
uji normalitas, salah satu sampel atau kedua sampel berasal dari
populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan uji statistik non-parametrik, yakni uji
Mann-Whitney.
2) Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari
kelas kontrol dan kelas eksperimen sama atau tidak. Syaratnya,
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
3) Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa dan motivasi
belajar siswa dengan menggunakan model Advance Organizer. Uji
kesamaan dua rata-rata dilakukan terhadap hasil pretes, postes dan
angket motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
55
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data skor hasil pretes digunakan untuk melihat kemampuan
awal koneksi matematik siswa, sedangkan data skor hasil postes
digunakan untuk melihat kemampuan akhir koneksi matematik siswa.
Selain analisis pretes dan postes, dilakukan juga analisis terhadap
indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui
peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa.
Menurut Hake (1999) rumus untuk menghitung indeks gain adalah
Gambar 3.6 Rumus Indeks Gain
Selanjutnya, kriteria indeks gain menurut Hake (1999) adalah sebagai
berikut:
angket akhir motivasi belajar siswa dianalisis sama persis dengan hasil
pretes dan postes. Selain itu dilakukan juga analisis terhadap indeks
gain skor angket motivasi belajar siswa untuk mengetahui peningkatan
56
Selanjutnya, skala kualitatif tersebut dialihkan ke dalam skala Guttman
(Suherman, 2001):
a. Untuk pernyataan yang bersifat positif, jawaban “ya” diberi skor 1
dan jawab “tidak” diberi skor 0.
82 Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada keseluruhan
tahapan penelitian yang dilakukan di kelas VIII SMPN 32 Bandung, dapat
disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan model pembelajaran
Advance Organzier sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance
Organizer lebih baik dari peningkatan kemampuan komunikasi matematik
siswa yang mendapat pembelajaran tradisional.
2. Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Advance Organizer tergolong sedang sedangkan kualitas peningkatan
kemampuan koneksi matematik siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran tradisional tergolong rendah.
3. Peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer tidak lebih
baik dari peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran
tradisional.
4. Kualitas peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance
Organizer tergolong sedang sedangkan kualitas peningkatan motivasi
belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan
83
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan hasil
penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran Advance Organizer
dalam pembelajaran matematika, maka saran yang dapat penulis sampaikan
adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Advance Organizer dapat menjadi salah satu
alternatif pembelajaran matematika.
2. Untuk memaksimalkan peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa
yang ingin dicapai dengan model pembelajaran Advance Organizer, siswa
perlu menguasai materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan. Dengan demikian sebaiknya siswa diberi tugas untuk
belajar di rumah dan membaca tentang materi yang berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan.
3. Untuk lebih meningkatkan motivasi belajar siswa, peneliti menyarankan
bentuk-bentuk organizer dibuat lebih kreatif dan inovatif.
4. Penelitian terhadap model pembelajaran Advance Organizer disarankan
untuk dilanjutkan pada kajian yang lebih luas, misalnya pada materi,
84
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Anna, L.K. (2012). Banyak Siswa Tak Lulus Ujian Matematika. [Online]. Tersedia: http://e-dukasi.kompas.com/read/2012/06/02/10035432/ Banyak.Siswa.Tak.Lulus.Ujian.Matematika [10 November 2012]
Aziz, T.A. (2008). Pembelajaran Matematika Model Advance Organizer
untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa SMA. Skripsi
pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Fah, T.T. (2011). Pengembangan Kemampuan Analisis Hubungan Matematis
Siswa SMP Melalui Pemaduan Kecerdasan Emosional, Motivasi, dan Minat. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Faruliansyah, Y. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Model Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Fatimah, N.S. (2007). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada SPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Fauzi, M.A. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan
Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif Di Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada SPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
85
Hamludin. (2010). Sekitar 600 Siswa SMP di Bekasi Belum Lulus UN. [Online]. Tersedia: http://www.tempo.co/read/news/2010/05/07/ 083246326/Sekitar-600-Siswa-SMP-di-Bekasi-Belum-Lulus-UN [11 Februari 2013]
Hendron, J. (2003). Advance & Graphical Organizers: Proven Strategies
Enhanced through Technology. [Online]. Tersedia:
http://www.glnd.k12.va.us/resources/graphicalorganizers/ [10 November 2012]
Henita, S. (2009). Pengaruh Model Advance Organizer Dalam Pembelajaran
Matematika Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Joyce, B. dan Weil, M. (2003) Models of Teaching. 5th edition. New Delhi:
Prentice-Hall of India Private Limited.
Kamalia, L. (2008). Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Matematika Siswa SMP dengan Pendekatan Kontekstual Menggunakan Teknik Kooperatif Tipe Two Stay–Two Stray. Skripsi
pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Kemendikbud. (2012). e-Reporting Ujian Nasional. [Online]. Tersedia: http://litbang.Kemendikbud.go.id/hasilun/index.php/hasilun
[10 November 2012]
Kemendikbud. (2011). Survei Internasional PISA. [Online]. Tersedia: http://litbang.Kemendikbud.go.id/detail.php?id=215 [10 November 2012]
Kemendikbud. (2011). Survei Internasional TIMSS. [Online]. Tersedia: http://litbang.Kemendikbud.go.id/detail.php?id=214
86
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemendikbud. (2012). Visi dan Misi Kemendikbud. [Online]. Tersedia: http://Kemendikbud.go.id/Kemendikbud/tentang-Kemendikbud-visi [6 November 2012]
Mullis, I.V.S., et al. (2012). TIMSS 2011 International Results in
Mathematics. Lynch School of Education, Boston College Chestnut
Hill, MA, USA: TIMSS & PIRLS International Study Center.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Nurendisyah. (2009). Model Advance Organizer untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA. Skripsi pada
FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
OECD. (2010). PISA 2009 Results: Executive Summary. Paris: OECD Publishing.
OECD. (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do –
Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I). Paris: OECD Publishing.
Okprayara. (2011). “Peningkatan Motivasi Belajar dan Kompetensi Sistem
Pengisian & Starter Peserta Didik Kelas I Teknik Kendaraan Ringan Semester Genap SMK Negeri 2 Cilacap Tahun 2009/2010 Melalui Model Cooperative Learning”. Jurnal DIDAKTIKA. 3, (9), 97-106.
Piah. (2009). “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat
Peraga TORSO Pada Siswa Kelas V SD”. Wahana Sekolah Dasar. 17,
(1), 58-63.
Rahim, M. (2011). Penerapan Model Pembelajaran ARIAS Melalui
Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak
87
Rofiq, A. (2009). “Peningkatan Motivasi Belajar dan Nilai Nasionalisme
Melalui Pembelajaran Drama Pada Siswa Kelas XII Bahasa SMA
Negeri 1 Petarukan Tahun Pelajaran 200/2009”. Jurnal DIDAKTIKA.
1, (1), 163-182.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sadirman, A.M. (2004). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.
Sari, M.M. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer
dengan Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Setiawan. (2006). Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan
Investigasi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat
Pengembangan dan Penataran Guru Matematika.
Silalahi, J. (2008). “Pengaruh Iklim Kelas Terhadap Motivasi Belajar”. Jurnal Pembelajaran. 30, (2), 100-105.
Shihusa, H. dan Keraro, F.N. (2009). “Using Advance Organizers to Enhance
Students’ Motivation in Learning Biology”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 5, (4), 413-420.
Suherman, E., dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FPMIPA UPI.
88
Krisyudo Eric B, 2013
Penggunaan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Dan Motivasi Belajar Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sukirman. (2011). “Peranan Bimbingan Guru dan Motivasi Belajar Dalam
Rangka Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik SMA Negeri 1
Metro Tahun 2010”. GUIDENA. 1, (1), 23-35.
Tim Penyusun. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Wikipedia. (2012). Mathematics. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/ wiki/Mathematics [6 November 2012]
Widayanti, D.F., Slamet Hw dan Masduki. (2011). Peningkatan Motivasi
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Metode Collaborative Learning dengan Memanfaatkan Microsoft Powerpoint 2007. [Online]. Tersedia: http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/
handle/123456789/332/MAK-FITRI-(126-136).pdf [27 November 2012]
Wijayanti, W. (2010). Usaha Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar
Matematika Siswa SMA Negeri 1 Godean. Skripsi pada FMIPA UNY