(Studi Eksperimen Kuasi di PAUD Terpadu Al Mubarokah Kab. Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar
Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh
Pratiwi Bachtia
NIM 1007083
Disusun Oleh:
Pratiwi Bachtiar
NIM. 1007083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pratiwi Bachtiar, 2013
KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DAN
KEMAMPUAN MENGINGAT PADA ANAK USIA DINI
Oleh Pratiwi Bachtiar
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar
© Pratiwi Bachtiar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Bachrudin Musthafa, M.A. Ph.D. NIP 19570310198731001
Pembimbing II.
M. Solehuddin,DR.,M.PD.,MA. NIP 196202081986011002
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi Pendidikan Dasar
Pratiwi Bachtiar, 2013
PENGGUNAAN MEDIA MODIFIKASI MELALUI PENDEKATAN
PEER LESSON SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERHITUNG PERMULAAN DAN KEMAMPUAN MENGINGAT ANAK USIA DINI
Abstrak
Dalam pembelajaran yang mengembangkan kemampuan kognitif di PAUD selama ini yang menjadi permasalahan adalah praktik-praktik pembelajaran yang menekankan pada hasilnya, bukan pada prosesnya. Sehingga hal itu berdampak negatif pada siswa yang menjadi subjek pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson sebagai strategi pembelajaran dengan untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan dan mengingat pada anak usia dini. Penelitian ini adalah sebuah penelitian kuasi eksperimen dengan desain non equivalent control group design. Subjek penelitian adalah 15 orang dari kelompok eksperimen dan 15 orang dari kelompok kontrol siswa kelompok A di PAUD Terpadu Al Mubarokah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, dan dokumentasi foto. Dalam penelitian ini kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung permulaan dan kemampuan mengingat, siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol di awal pembelajaran keduanya mendapatkan pretest dan diakhir pembelajaran mendapatkan posttest.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berhitung permulaan antara kelas kontrol dan eksperimen pada saat posttest dengan skor rata-rata kelas kontrol 28,73, dan kelas eksperimen 39,27, dan terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan mengingat antara kelas kontrol dan eksperimen pada saat postest dengan skor rata-rata kelas kontrol 44,33 dan skor rata-rata kelas eksperimen 58. Setelah dilakukan uji t, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan menggunakan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson dibandingkan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson efektif sebagai alternatif dalam proses pembelajaran pengembangan kemampuan kognitif, khususnya berhitung permulaan dan mengingat untuk anak usia dini. Rekomendasi penelitian ini ditujukan untuk guru-guru TK, Kepala Sekolah TK, dan peneliti selanjutnya.
Pratiwi Bachtiar, 2013
Penggunaan Media Modifikasi Melalui Pendekatan Peer Lesson Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Dan Kemampuan Mengingat Pada Anak Usia Dini (Studi Eksperimen Kuasi Di Paud Terpadu Al Mubarokah Kab. Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN TEORITIS MEDIA MODIFIKASI DENGAN PENDEKATAN PEER LESSON, MINAT BERHITUNG PERMULAAN KEMAMPUAN MENGINGAT A. Konsep Media Pembelajaran. ... 12
1. Pengertian Media... 13
2. Manfaat Media Pembelajaran... 15
3. Pemilihan Media ... 15
4. Jenis-jenis Media ... 17
5. Pengembangan Media ... 18
6. Cara Kerja Media Modifikasi ... 21
Pratiwi Bachtiar, 2013
Penggunaan Media Modifikasi Melalui Pendekatan Peer Lesson Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Dan Kemampuan Mengingat Pada Anak Usia Dini (Studi Eksperimen Kuasi Di Paud Terpadu Al Mubarokah Kab. Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Manfaat Pendekatan Peer Lesson ... 24
2. Langkah Pelaksanaan Pendekatan Peer Lesson ... 25
3. Efektivitas Pendekatan Peer Lesson ... 26
C. Kemampuan Berhitung Permulaan ... 28
1. Tahap Perkembangan Pemahaman Anak Terhadap Penguasaan Berhitung Permulaan ... 31
2. Standar Perkembangan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 33
3. Prinsip Pembelajaran Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 34
D. Kemampuan Mengingat ... 36
1. Pengertian Mengingat ... 36
2. Tahapan Mengingat ... 37
3. Proses Mengingat ... 39
4. Beberapa Konsep Teori Terkait Mengingat ... 41
5. Mengingat Pada Anak ... 41
6. Metode Untuk Mengembangkan Mengingat Pada Pada Anak Usia Dini ... 44
E. Hubungan Kemampuan Berhitung Permulaan Dengan Mengingat Pada Anak Usia Dini ... 47
F. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 48
G. Hipotesis Penelitian... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 50
B. Desain Penelitian ... 51
C. Metode Penelitian ... 54
D. Definisi Operasional ... 55
Pratiwi Bachtiar, 2013
Penggunaan Media Modifikasi Melalui Pendekatan Peer Lesson Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Dan Kemampuan Mengingat Pada Anak Usia Dini (Studi Eksperimen Kuasi Di Paud Terpadu Al Mubarokah Kab. Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 60
G. Tehnik Pengumpulan Data ... 64
H. Analisis Data ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 67
B. Kemampuan Berhitung Permulaan ... 67
1. Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan... 67
2. Efektivitas Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Pada Anak ... 71
C. Kemampuan Mengingat ... 82
1. Peningkatan Kemampuan Mengingat Anak Usia Dini ... 82
2. Efektivitas Peningkatan Kemampuan Mengingat Pada Anak ... 85
D. Pembahasan Deskriptif Selama Observasi ... 89
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 97
A. Simpulan ... 97
B. Rekomendasi ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 99
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengamati perjalanan pendidikan anak usia dini di Indonesia cukup menarik. Kesadaran dan komitmen akan pentingnya pendidikan anak usia dini (PAUD) terus meningkat. Ada beberapa faktor pendorong yang menguatkan kesadaran akan pentingnya PAUD di Indonesia, diantaranya; (1) temuan hasil-hasil riset tentang manfaat PAUD, (2) pengalaman empirik berbagai negara serta semakin dirasakannya dampak PAUD terhadap peningkatan sumber daya manusia. (3) tinjauan agama/religi, (4) tinjauan yuridis,
Hasil riset tentang manfaat PAUD diantaranya menurut Mc. Key, Powel, Houston, et.al dalam Direktorat Jenderal PAUD (2011:34) yang menyatakan bahwa kelompok anak yang mendapatkan layaan PAUD memiliki kemampuan pra-akademik lebih baik. IQ dan skor akademik meningkat tajam meskipun pada keluarga kurang mampu. Hal lain yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa anak yang mendapatkan layanan PAUD ternyata jarang masuk kelas remedial, lebih tekun di kelas, paling sedikit mengulang kelas, kematangan social-emosinya lebih baik, motivasi akademik lebih tinggi, lebih percaya diri, lebih meluangkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) (Stalling & Stipek, 1986)
Pratiwi Bachtiar, 2013
Di tinjau dari aspek agama khususnya agama Islam, pendidikan merupakan salah satu amal /pekerjaan yang tidak ada akhirnya. Disebutkan bahwa menuntut ilmu bagi setiap individu muslim adalah wajib dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan yang dimulai sejak dini diyakini memberi pengaruh jangka panjang bagi kehidupan anak kelak dewasa.
Walau terbilang lambat, PAUD di Indonesia mulai memiliki kekuatan yuridis. Hal ini tertuang dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 14 butir 14, yang menyatakan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Landasan hukum anak usia dini semakin dipertajam dengan kebijakan pendukung yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam Peraturan Menteri ini dinyatakan bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul athfal (RA), dan bentuk lain yang sederajat; pada jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain (Kober), Taman Penitipan Anak (TPA), dan bentuk lain yang sederajat; sedangkan pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga dan pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Anak usia dini merupakan individu yang unik yaitu antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda. Menurut beberapa ahli, Piaget, Vygotsky, dan Erickson bahwa anak tumbuh sesuai dengan tahap perkembangan dan memiliki karateristik tersendiri sesuai dengan tahap usianya. Perlu disadari bahwa masa-masa awal kehidupan anak merupakan masa-masa terpenting dalam rentang kehidupan seorang anak. Pada masa ini perkembangan otak sedang mengalami masa yang sangat pesat (eksplosif).
guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada disekitar anak, sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya.
Vigotsky (Santrock: 2007) berpendapat bahwa orang lain dan bahasa memegang peran penting dalam perkembangan anak. Vigotsky meyakini bahwa anak belajar melalui interaksi dengan orang-orang dewasa dan teman
sebaya yang berpengalaman, yang menolong mereka berpikir melampaui “zona” di mana mereka mampu bertindak tanpa bantuan. Jika pada masa keemasannya anak tidak mendapatkan stimulasi/rangsangan , maka tugas perkembangan tidak dapat secara optimal atau bahkan mengalami keterlambatan (Martini: 2006). Untuk itulah guru perlu memiliki kemampuan dalam memaknai perkembangan anak didiknya.
Berdasarkan definisi Konsensus Knowles (Mappa,1994: 12) anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran, termasuk diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa saja diajari tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya.
Kemampuan anak untuk menerima berbagai informasi tersebut tentu saja perlu diikuti dengan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Terlebih bagi anak usia dini yang menjadikan bermain sebagai media sekaligus sebagai subtansi pendidikan itu sendiri. Menurut Mayke (Sudono,2000: 3) bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Dengan bermain, anak secara bebas dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual.
Pratiwi Bachtiar, 2013
mengarah pada belajar yang sebenarnya. Menurut Zaini (2008: xvii) ketika siswa pasif atau hanya menerima pelajaran dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan pelajaran yang telah diberikan.
Pembelajaran aktif sendiri merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang siswa pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga keaktifan belajar dapat meningkat.
Fakta di lapangan, masih banyak guru PAUD melakukan pembelajaran seadanya karena tidak memahami metode, strategi pembelajaran pada anak usia dini. Pembelajaran yang yang dilakukan di kelas cenderung monoton, searah (teacher centre), bahkan guru tidak memanfaatkan potensi kreatif dari anak didiknya. Sehingga guru hanya berperan sebatas transfer ilmu kepada anak didiknya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru menjadi proses pemindahan informasi dari orang dewasa kepada anak tanpa melihat aspek psikologis anak. Akibatnya kegiatan bersama guru menjadi tidak menyenangkan bagi anak, bahkan cenderung membosankan.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya saat guru mengajar di PAUD adalah penggunaan media pembelajaran. Anak yang berusia 4 hingga 6 tahun menurut Piaget memiliki cara berpikir pada tahap pra operasional, dimana cara berfikir anak masih tergantung pada obyek konkrit dan rentang waktu kekinian, serta tempat di mana ia berada. Mereka belum mampu berfikir abstrak sehingga simbol-simbol yang konkrit sangat dibutuhkan untuk dapat dipahami mereka. Misalnya dalam mengenalkan angka mesti diiringi dengan obyek nyata berupa gambar atau benda-benda lainnya yang jumlahnya sesuai dengan angka tersebut.
menyajikan informasi kepada anak usia dini harus menggunakan media agar informasi tersebut dapat diterima atau diserap anak dengan baik dan pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan-kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilannya (Zaman dan Eliyawati, 2010: 2 ).
Guru PAUD juga seringkali dihadapkan pada persoalan memilih media/alat yang sesuai untuk pembelajaran anak usia dini. Kesulitan memilih media/alat itu bukan disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam memilih media tetapi karena media yang dibutuhkan dan sesuai memang tidak tersedia. Untuk memecahkan persoalan tersebut, menurut Eliyawati (2010: 4) guru diharapkan dapat mengadakan media/alat tersebut dengan merancang, mengembangkan dan membuat sendiri media yang diperlukan terutama untuk media/alat pembelajaran sederhana
Kenyataan lain dalam penyediaan media pembelajaran adalah kurangnya minat guru dalam menginovasi media-media yang ada di pasaran yang kemudian dikreasikan, dimodifikasikan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
Sebenarnya media pembelajaran untuk anak PAUD sekarang mudah ditemukan dan didapatkan di pasaran. Namun terkadang media pembelajaran yang berkualitas ternyata membutuhkan biaya yang besar. Guru PAUD sesuai dengan karakternya yang kreatif, tentu tidak perlu berkecil hati dengan kesulitan menyediakan media pembelajaran tersebut. Dengan bahan, alat, dan keterampilan sederhana sesungguhnya seorang guru PAUD mampu menginovasi, menciptakan bahkan memodifikasi media pembelajaran sehingga dapat digunakan di lembaganya. Melalui proses memodifikasi atau menciptakan sendiri media pembelajaran, guru dapat memadukan sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Pratiwi Bachtiar, 2013
Beberapa teori menjelaskan perkembangan kognitif dengan berbagai peristilahan. Seperti aliran behaviorisme berpendapat bahwa pertumbuhan kecerdasan melalui terhimpunnya informasi yang makin bertambah. Sementara Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahapan perkembangan, yaitu sensorimotor, praoperasional, kongkret operasional, formal operasional. Tahapan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kematangan dan pengalaman anak. Kemampuan kognitif menurut Gagne (l976: 71) adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Chatib (2012: 9) menjelaskan kognitif adalah kemampuan olah pikir seseorang untuk mengenali, menganalisis sesuatu, dan akhirnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Diantara kemampuan kognitif yang dikembangkan pada anak usia dini yaitu kemampuan bilangan/ minat berhitung permulaan dan kemampuan mengingat (memory) .
Kemampuan bilangan/ minat berhitung permulaan adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan (Sumantri,1982: 191). Konsep bilangan merupakan bahasa artifial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah dan matematika hanya akan mempunyai arti jika terdapat hubungan pola, bentuk dan struktur. Sementara Kemampuan mengingat pada anak usia dini dimaksudkan adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang telah dialaminya (Walgito, 2005: 162).
6-12 bulan, anak sudah mulai tertarik dengan mempelajari bagian-bagian tubuhnya sebagai bagian dari pengenalan diri dan selanjutnya pengenalan lingkungan sekitarnya. Keinginannya untuk menyelidiki berbagai hal semakin menonjol. Si kecil semakin bertambah usia semakin besar keinginan untuk mengamati dan menyelidiki (eksplorer) untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Amat disayangkan jika semangat dan kecintaan anak terhadap kegiatan kognitif yang dianugerahkan oleh Sang Maha Pencipta menjadi hilang bahkan mati hanya karena kesalahan penanganan yang dilakukan oleh orang dewasa termasuk gurunya. Sriningsih (2008) kegiatan pengembangan kognitif yang dilakukan guru mayoritas melalui proses instan, terfokus pada penguasaan keterampilan dasar berhitung (basic skill) melalui metode drill. Hal itu tentu banyak menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan anak pada masa selanjutnya.
Terkait dengan kemampuan berhitung/bilangan, ada satu fakta yang cukup
memprihatinkan, berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay. Fakta lainnya adalah hasil tes Trends in International Mathematies and Science Study (TIMSS) pada 2003 di 50 negara terhadap para siswa kelas II
SMP menunjukkan, para siswa Indonesia hanya mampu meraih peringkat ke-34 dalam kemampuan bidang matematika. Mereka meraih nilai 411. Nilai tersebut berada di bawah nilai rata-rata internasional, 467 (http://belajarikhlas.multiply.com/journal/item/45,).
Perkembangan kognitif anak usia dini dipengaruhi banyak faktor
Pratiwi Bachtiar, 2013
(Martini: 2006). Untuk itulah guru perlu memiliki kemampuan dalam memaknai perkembangan anak didiknya.
Perkembangan kognitif tidak harus dilakukan dengan proses pembelajaran yang bersifat kaku, serius, atau bahkan cenderung menekan pada anak-anak didiknya. Para peneliti berhasil menemukan adanya hubungan antara perkembangan kognitif dengan partisipasi anak dalam bermain imajinasi, dimana anak mempraktekkan berpikir secara divergen, menggunakan objek bermain dengan berbagai cara, memecahkan berbagai masalah yang muncul dengan kreatif imajinatif(Faizah,2010: 120).
Menstimulasi perkembangan kognitif dapat dilakukan guru dapat melalui cara anak belajar. Oleh karena itu, sebagai upaya menstimulasi perkembangannya tersebut, anak usia dini memerlukan guru-guru yang propesional, yang dapat memadukan pembelajaran yang tepat dan aman bagi anak usia dini tanpa pemaksaan diantaranya dengan menggunakan berbagai sumber dan media belajar.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut tentang “Penggunaan Media Modifikasi Melalui Pendekatan Peer Lesson Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan
Dan Kemampuan Mengingat Pada Anak Usia Dini”.
B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini hanya difokuskan pada efektivitas media modifikasi melalui pendekatan peer lesson sebagai upaya meningkatkan kemampuan minat berhitung permulaan dan mengingat pada anak usia dini di Paud Terpadu Al Mubarokah Desa Jelegong Kecamatan Rancaekek untuk kelompok usia 4-5 tahun.
1.
Usia 4-7 tahun menurut gagasan Piaget adalah sub tahapan kedua daripemikiran pra operasional , artinya mereka hanya percaya pada kinerja
kongkret objek bukannya pada gagasan, mereka fokus pada satu relasi
waktu. Cara berpikir yang masih tergantung pada objek kongkrit dan
rentang waktu kekinian, serta tempat dimana ia berada. Untuk itu,
simbol-simbol yang kongkrit sangat dibutuhkan untuk dapat dipahami mereka. Itu
sebabnya pembelajaran terhadap anak usia dini memerlukan
media/sumber/alat belajar yang kongkrit,nyata, ada terlihat oleh anak.
2. Pengembangan kemampuan kognitif yang dilakukan guru melalui proses instant dengan metode drill, cenderung monoton, bersifat teacher centre. Guru cenderung tidak mengembangkan cara berpikir kritis, kreatif, dan inovatif tetapi hanya memperkokoh kemampuan otak sebelah kiri.
3. Minimnya penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu pada saat
proses pembelajaran
4.
Proses pembelajaran pada anak usia dini harus melalui pengalamanlangsung (children learn from direct experiences), artinya proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih jelas dan mudah dipahami apabila anak dapat melihat, mencium, dan memegang objek yang sesungguhnya (Musthafa :2010).
5. Media Modifikasi memenuhi unsur membangun atau mengkonstruk pengetahuan anak itu sendiri. Karena pada hakikatnya anak usia dini adalah seorang pembelajar sejati.
6. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan keaktifan siswa
Pratiwi Bachtiar, 2013
1. Bagaimana kondisi awal kemampuan minat berhitung permulaan dan kemampuan mengingat anak usia dini di Paud Terpadu Al Mubarokah untuk kelompok usia 4-5 tahun?
2. Apakah ada peningkatan yang signifikan minat berhitung permulaan antara kelompok anak yang mengunakan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson dengan anak yang belajar tidak menggunakan media modifikasi
melalui pembelajaran kelompok di Paud Terpadu Al Mubarokah untuk kelompok usia 4-5 tahun?
3. Apakah ada peningkatan yang signifikan kemampuan mengingat antara kelompok anak yang menggunakan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson dengan anak yang belajar tidak menggunakan media modifikasi
melalui pembelajaran kelompok di Paud Terpadu Al Mubarokah untuk kelompok usia 4-5 tahun?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini bertujuan umumnya untuk memperoleh data bagaimana penerapan
penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson terhadap
kemampuan mengingat dan minat berhitung pada anak usia dini. Secara khusus
tujuan penelitiaan ini menggambarkan:
1. Kondisi awal kemampuan minat berhitung permulaan dan kemampuan
mengingat di Paud Terpadu Al Mubarokah untuk kelompok usia 4-5 tahun
2. Peningkatan kemampuan minat berhitung permulaan dan kemampuan mengingat melalui penggunaan media modifikasi melalui pendekatan
peer lesson.
3. Keefektifan penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson sebagai upaya peningkatan kemampuan minat berhitung permulaan dan kemampuan mengingat.
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberi manfaat
positif baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat secara teoritis dari
penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan menambah wawasan tentang pendekatan peer lesson sebagai alternatif strategi pembelajaran yang bisa dilakukan guru. Selain itu, pendidik diharapkan termotivasi untuk semakin kreatif, inovatif menemukan bahkan menciptakan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak usia dini. Kemampuan guru menciptakan media-media pembelajaran harus semakin di asah dan ditumbuhkembangkan sehingga bertebaran produk-produk hasil guru paud yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatannya.
Sementara bagi anak didik, diharapkan belajar pendekatan peer lesson melalui penggunaan media modifikasi dapat meningkatkan kemampuan mengingat dan minat berhitungnya.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tesis ini, peneliti membagi ke dalam lima bab. Bab pertama yaitu pendahuluan, yang berisi latar belakang , rumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat dari penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua membahas teori-teori yang berkaitan dengan penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson bagi anak usia dini sebagai upaya meningkatkan kemampuan mengingat dan minat berhitung pada anak usia dini dan hipotesanya. Bab ketiga adalah metode penelitian. Pada bab ini diuraikan dimana lokasi dan sampel penelitian dilakukan, metode penelitian yang digunakan, tahap-tahap pelaksanaan penelitian dari mulai perencanaan awal penelitian hingga tahap-tahap pelaporan, definisi operasional, instrumen penelitian, tehnik pengumpulan data, hingga bagaimana cara analisis data hasil penelitian. Bab keempat mengungkapkan hasil penelitian serta pembahasannya. Dan terakhir bab kelima, berisi simpulan penelitian dan rekomendasi.
Pratiwi Bachtiar, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Sampel Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah PAUD Terpadu Al Mubarokah Desa Jelegong Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. PAUD Terpadu Al Mubarokah sudah lama berdiri (tahun 1999). Di wilayah pedesaan yakni di Kabupaten Bandung Timur termasuk lembaga pendidikan yang senantiasa melakukan inovasi sebagai upaya mengikuti kebijakan pemerintah yang terbaru terkait pendidikan anak usia dini, termasuk menjadikannya sebagai PAUD Terpadu yang melayani anak usia dini dengan layanan TPA (taman penitipan anak) untuk usia 2-8 tahun, Kober (kelompok bermain) untuk usia 2-3.11 tahun, dan TK (taman kanak-kanak) untuk usia 4-6 tahun.
b. PAUD Terpadu Al Mubarokah memiliki jumlah siswa yang senantiasa mengalami peningkatan setiap tahun. Tahun ajaran 2012-2013, jumlah siswanya mencapai 105 siswa, mulai dari usia 2 sampai dengan 6 tahun. Ini bukti kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut
c. Belum pernah ada yang meneliti terkait penggunaan media modifikasi dengan pendekatan peer lesson sebagai upaya meningkatkan minat berhitung
dan kemampuan mengingat pada anak usia dini.
Adapun populasi dan sampel penelitian ini adalah anak-anak yang tergabung dalam kelompok A1 dengan jumlah 15 orang dan kelompok A2 dengan jumlah 15 orang, dengan usia sekitar 4-5 tahun. Pemilihan sampel dalam penelitian eksperimen ini menggunakan kriteria sebagai berikut:
Pratiwi Bachtiar, 2013
b. Populasi dan sampel penelitian ini terdiri dari 2 rombongan belajar, yaitu kelompok A1 sebagai kelas eksperimen, yang terdiri dari 11 orang anak perempuan, 5 orang anak laki-laki. Sedangkan kelompok A2 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 7 orang anak perempuan, 8 orang anak laki-laki
B. Desain Penelitian
Bentuk desain eksperimen ini yaitu Nonequivalent Control Group Design, dimana terdapat dua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini tidak dipilih secara random. Sebelum diberi perlakukan, kedua kelompok tersebut diberi pretest dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik apabila keadaan kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
A = kelompok Eksperimen
Gambar 3.1 Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
A = kelompok Eksperimen B = Kelompok Kontrol
O1 = Pretest sebelum diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen O2 = Postest setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen
X1 = Perlakuan menggunakan dengan media modifikasi pendekatan peer lesson X2 = Perlakuan tidak menggunakan dengan media modifikasi pendekatan peer lesson
O3 = Pretest pada kelompok kontrol
Kelompok pre test perlakuan post test
A O1 X1 O2
O4 = Postest pada kelompok kontrol
Dalam penelitian ini kelompok anak yang tergabung dalam kelompok A1 dengan jumlah 15 orang sebagai kelas kontrol dan kelompok A2 dengan jumlah 15 orang sebagai kelas eksperimen rata-rata usia mulai di 4-5 tahun. Adapun langkah-langkah dalam mewujudkan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design tersebut ditunjukkan dalam alur penelitian sebagai berikut:
Identifikasi Masalah
Kelompok Kontrol Uji Coba,validasi
penggunaan media modifikasi dengan pendekatan peer lesson sebagai upaya meningkatkan minat berhitung dan kemampuan
mengingat pada anak usia dini.
Penentuan Subjek
Pelatihan Guru Kelompok A Al Mubarokah
Mempersiapkan anak kelompok A
Konsepsi media modifikasi dengan pendekatan peer lesson
Persiapan manajemen kelas Penyusunan Instrumen
Pedoman obervasi minat berhitung
Pedoman observasi kemampuan
Pratiwi Bachtiar, 2013
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson sebagai upaya meningkatkan minat berhitung dan kemampuan mengingat
pada anak usia dini dengan melakukan studi litelatur. Dengan permasalahan di
atas, kemudian peneliti menentukan tempat penelitian yang tepat dengan permasalahan di atas.
Subjek dan sampel penelitian yang terpilih adalah kelompok anak usia 4-5 tahun di salah satu lembaga PAUD di wilayah transisi yaitu PAUD Terpadu Al Mubarokah. Pemilihan kelompok usia tesebut dengan pertimbangan bahwa kelompok usia tersebut masih belum memiliki kecakapan khusus dan dominan dari masing-masing anak. Apalagi penelitian dilakukan pada awal semester satu, dimana proses pembelajaran bersama guru belum memberi dampak banyak.
Sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut, tahap selanjutnya adalah melakukan observasi dan kuisioner terhadap pembelajaran berhitung permulaan yang dilakukan guru. Bersama guru menyepakati pembelajaran melalui penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson sebagai upaya
meningkatkan minat berhitung dan kemampuan mengingat pada anak usia dini. Dalam hal ini peneliti sebagai observer dan partner guru. Pembelajaran disesuaikan dengan jadwal yang direncanakan.
Kemudian peneliti memberikan pelatihan kepada guru tentang pelaksanaan penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson. Peneliti
kemudian melakukan observasi analisis terhadap pelaksanaan penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson yang diimplementasikan oleh guru bersangkutan.
treatment (perlakuan) kepada kelas eksperimen melalui penggunaan media
modifikasi dengan pendekatan peer lesson pada saat pembelajaran. Sementara kelompok kontrol menggunakan pembelajaran kelompok dengan media yang disiapkan oleh guru. Setelah sepuluh kali pertemuan dengan kelompok eksperimen dan kontrol kemudian dilakukan postest kepada kedua kelompok tersebut, dengan tujuan apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berhitung permulaan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen
Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dan pengolahan data dengan membandingkan antara hasil akhir pada pretest dan posttest. Analisis data yang dimaksud adalah langkah akhir untuk dituangkan dalam penulisan laporan penelitian, karena analisis data sebenarnya telah dilakukan sejak diperolehnya data di lapangan.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana peneliti memaksimalkan objektivitas desain penelitian yang dilakukan dengan angka-angka, pengolahan statistik, stuktur dan percobaan terkontrol (Sa’ud,2007:77). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi (quasi eksperimental) dimana subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi,2006:52).
Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan /manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan (Arifin,2011: 74). Sementara menurut Creswell (2010: 216) tujuan dari rancangan eksperimen adalah untuk menguji dampak suatu treatment (suatu intervensi) terhadap hasil penelitian yang dikontrol oleh faktor-faktor lain yang dimungkinkan yang juga mempengaruhi hasil tersebut.
Pratiwi Bachtiar, 2013
kuasi sangat kecil terutama apakah manusia dilibatkan atau tidak sebagai subjek seperti dalam pendidikan (Arifin,2011: 75)
D. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul dan ruang lingkup penelitian maka peneliti menjelaskan definisi operasional yang terkandung dalam judul tersebut sehingga terdapat persamaan pandangan antara peneliti dan pembaca. Definisi operasional penelitian adalah sebagai berikut:
a. Berhitung Permulaan
Berhitung permulaan pada anak usia dini adalah kemampuan anak dalam memahami konsep menghitung penjumlahan dan pengurangan secara sederhana sesuai dengan karakteristik dan kemampuan anak, untuk anak kelompok usia 4-5 Tahun. Berhitung permulaan anak usia dini menurut Lubis, (2002: 53) merupakan kemampuan anak belajar matematika melalui cara yang sederhana dan konsisten dalam suasana yang kondusif dan,menyenangkan. Ada 7 indikator dalam berhitung permulaan anak usia dini; (1) kemampuan anak bermain pola, (2) kemampuan anak bermain klasifikasi, (3) kemampuan anak bermain geometri, (4) kemampuan anak bermain estimasi (memperkirakan), (5) kemampuan anak bermain ukuran, (6) kemampuan anak bermain bilangan, terakhir (7) kemampuan anak bermain statistika.
b. Kemampuan Mengingat
Kemampuan mengingat adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui ( De Porter dan Hernarcki, 2001: 210). Yang dimaksud
kemampuan mengingat disini adalah kemampuan seorang anak yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) informasi yang telah didapatkannya, terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut: (1) kemampuan anak mempelajari benda berdasarkan bentuk, warna, dan jumlah, (2) kemampuan anak menyebutkan warna, bentuk, angka, yang ada dalam media modifikasi, (3)
dan jumlah, (4) kemampuan anak menyusun kembali media modifikasi yang terlebih dahulu di acak, (5) kemampuan anak membedakan bentuk, warna, angka, jumlah yang ada dalam media modifikasi, (6) kemampuan anak mengelompokkan gambar benda berdasarkan bentuk,warna, angka, dan jumlah angka (Walgito,2010: 179).
c. Pendekatan peer lesson dengan penggunaan media modifikasi
Peer Lesson (rekan sebaya) adalah sebuah strategi yang mengembangkan
peer teaching dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk
mengajar pada peserta didik sebagai anggota kelas (Silberman, 2007: 173). Wihardit (Djalil, 1997: 3.38) menyebutkan bahwa “pengertian rekan sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat
kelas yang sama”. Sementara media modifikasi diartikan cara merubah bentuk
sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya. Media modifikasi juga dapat digunakan pada media yang telah tersedia dengan tujuan untuk memudahkan dan menyederhanakan sehingga anak dapat leluasa menggunakannya.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (1999: 160) instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Atau secara spesifik semua fenomena itu disebut variabel penelitian.
Sedangkan alat pengumpul data yang dikembangkan adalah pedoman pengamatan, pertanyaan-pertanyaan yang dibuat pada pedoman pengamatan yang merupakan penjabaran dari indikator-indikator variabel penelitian sehingga diharapkan mendapatkan data yang akurat dan dapat menemukan jawaban dari permasalahan penelitian.
Pratiwi Bachtiar, 2013
skala Likert dengan lima alternatif penilaian untuk mengukur kemampuan anak, yaitu (1) tidak mampu, (2) kurang mampu, (3) cukup mampu, (4) mampu, (5) sangat mampu.
Sebelum pernyataan disusun, peneliti membuat terlebih dahulu kisi-kisi instrument. Kisi-kisi instrumen minimal memuat tiga komponen, yaitu variabel/aspek yang akan diukur dan dihimpun datanya, tehnik pengumpulan data, dan sumber data responden (Syaefudin,2007: 121). Sebelum penelitan dilakukan, peneliti melakukan uji coba instrumen di lokasi yang di anggap mempunyai kesamaan dengan lokasi penelitian inti. Adapun uraian kisi-kisi instrumen untuk
mengamati penelitian ini adalah sebagai berikut:
No Variabel Sub Variabel Indikator Tehnik
mengkontruksi
Kisi-kisi instrumen kemampuan mengingat dan berhitung permulaan
F. Proses Pengembangan Instrumen
Dengan berpedoman pada kisi-kisi yang dibuat, kemudian disusun butir-butir item pernyataan untuk mengungkap perilaku responden. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan variabel, sub variabel, dan indikator yang akan digunakan
sebagai bahan penelitian.
2. Menyusun silabus sesuai dengan variabel, sub variabel, dan indikator yang telah ditentukan
3. Merancang pendekatan peer lesson dengan menggunakan media modifikasi
Pratiwi Bachtiar, 2013
5. Mengadakan uji coba instrumen untuk menggambarkan validitas dan reabilitasnya dari semua item pernyataan.
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Setelah data di dapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengann analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment (Akdon, 2008:144) yaitu:
rhitung =
√
dimana:
rhitung
= koefisien korelasi= jumlah skor item
= jumlah skor total (seluruh item)
n = jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : t hitung = √ √
Dimana: t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden
Distribusi tabel t untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk= n-2), dengan
kaidah keputusan : jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya jika t hitung < t tabel
berarti tidak valid. Adapun hasil validitas kemampuan berhitung permulaan dapat diperhatikan pada tabel 3.2, yaitu dengan membandingkan antara rhitung dan rtabel
dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika rhitung > rtabel, berarti soal tersebut
valid, dan jika rhitung < rtabel berarti soal tidak valid.
r
hitungr
tabel Keterangan1 0,806 0,497 Valid
2 0,864 0,497 Valid
3 0,676 0,497 Valid
4 0,897 0,497 Valid
5 0,760 0,497 Valid
6 0,748 0,497 Valid
7 0,691 0,497 Valid
8 0,765 0,497 Valid
9 0,765 0,497 Valid
10 0,762 0,497 Valid
11 0,815 0,497 Valid
12 0,923 0,497 Valid
13 0,536 0,497 Valid
14 0,792 0,497 Valid
15 0,578 0,497 Valid
Tabel 3.2
Hasil Validasi kemampuan berhitung permulaan Sumber : hasil SPSS 18 (terlampir).
Adapun hasil validitas kemampuan kemampuan mengingat dapat diperhatikan pada tabel 3.3, yaitu dengan membandingkan antara rhitung dan rtabel
dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika rhitung > rtabel, berarti soal tersebut
valid, dan jika rhitung < rtabel berarti soal tidak valid.
No
Validitas
r
hitungr
tabel Keterangan1 0,551 0,497 Valid
2 0,825 0,497 Valid
Pratiwi Bachtiar, 2013
4 0,675 0,497 Valid
5 0,737 0,497 Valid
6 0,709 0,497 Valid
7 0,768 0,497 Valid
8 0,728 0,497 Valid
9 0,630 0,497 Valid
10 0,706 0,497 Valid
11 0,736 0,497 Valid
12 0,899 0,497 Valid
13 0,563 0,497 Valid
14 0,784 0,497 Valid
15 0,768 0,497 Valid
16 0,788 0,497 Valid
17 0,533 0,497 Valid
18 0,706 0,497 Valid
19 0,546 0,497 Valid
20 0,899 0,497 Valid
21 0,563 0,497 Valid
22 0,784 0,497 Valid
23 0,757 0,497 Valid
24 0,685 0,497 Valid
24 0,788 0,497 Valid
26 0,685 0,497 Valid
27 0,635 0,497 Valid
28 0,736 0,497 Valid
29 0,502 0,497 Valid
Tabel 3.3
Sementara reliabilitas instrumen menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 1998). Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali datanya diambil akan tetap mendapatkan hasil yang sama. Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Menurut Suherman (2008: 12) bahwa klasifikasi interpretasi untuk koefisien reliabilitas adalah:
r11 ≤ 0,20 reabilitas sangat rendah 0,20 < r11 ≤ 0,40 reabilitas rendah 0,40 < r11 ≤ 0,70 reabilitas sedang 0,70 < r11 ≤ 0,90 reabilitas tinggi 0,90 < r11 ≤ 1,00 reabilitas sangat tinggi
Berdasarkan hasil ujicoba instrumen, reliabilitas butir soal secara
keseluruhan diperoleh koefisien realibilitas pada Cronbach’s Alpha sebesar
0,947 (hasil SPSS versi 18), yang berarti bahwa pedoman mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi.
G. Tehnik Pengumpulan Data
Sesuai dengan pendekatan penelitian yang akan digunakan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik observasi terhadap siswa-siswi kelompok A PAUD Terpadu Al Mubarokah yang dilengkapi dengan studi dokumentasi.
Pratiwi Bachtiar, 2013
penelitian,namun juga subjek dari penelitian. Peneliti menggunakan lembar observasi dan catatan anekdot.
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung di tempat penelitian, meliputi seluruh aspek yang ada di tempat penelitian yang menunjang dan relevan dengan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar pendekatan peer lesson melalui penggunaan media modifikasi yang dilaksanakan di PAUD Terpadu Al Mubarokah.
H. Analisis Data
Penelitian ini bermaksud melakukan uji hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan anak dalam berhitung permulaan dan mengingat melalui pendekatan peer lesson dengan menggunakan media modifikasi di PAUD Terpadu Al Mubarookah. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan, apakah statistik parametrik atau non parametrik.
Pengujian normalitas data menggunakan test of normality Kolmogorov- Smirnov dengan bantuan SPSS. Menurut Santoso (2002) dasar pengambilan
keputusan bisa dilakukan berdasarkan nilai probabilitas ( asymtotic significance ), yaitu:
1. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi dari data memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari data tidak memenuhi asumsi normalitas.
Statistik uji parametrik yang digunakan untuk menguji berhitung permulaan dan kemampuan mengingat anak usia dini antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah uji t sampel independen dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
̃ = rata-rata skor anak kelompok eksperimen ̃ = rata-rata skor anak kelompok kontrol
= banyaknya jumlah anak pada kelompok eksperimen = banyaknya jumlah anak pada kelompok control = nilai variasi data dari masing-masing kelompok
Kriteria ujinya adalah: tolak jika | | > dimana di dapat dari
daftar distribusi dengan dk= ) dan peluang
Statistik uji nonparametrik yang digunakan untuk menguji berhitung permulaan dan mengingat anak usia dini antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah uji beda dua sampel independen dengan menggunakan rumus uji Mann-Whitney sebagai berikut:
U =
√
Keterangan:
= jumlah data pada kelompok eksperimen = jumlah data pada kelompok kontrol
= jumlah ranking data pada kelompok eksperimen (Santoso,2006:664).
Kriteria ujinya adalah: Jika jika | | >
t= � �̃
Pratiwi Bachtiar, 2013
No Variabel Sub Variabel Tehnik
1. Memahami perkembangan anak secara holistik, 2. Memahami program individual,
3. Memahami pentingnya inisiatif, 4. Bersikap fleksibel,.
5. Mamahami bermain sebagai wahana belajar 6. Memahami kurikulum terpadu,
7. Memahami penilaian yang berkesinambungan
8. Bermitra dengan orang tua dan masyarakat untuk mendukung perkembangan anak usia dini
4. Bermain estimasi (memperkirakan) 5. Bermain ukuran
6. Bermain bilangan 7. Bermain statistika
Pratiwi Bachtiar, 2013
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh selama penelitian dan sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat, maka simpulan penelitian ini bahwa penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson meningkat pada kelas eksperimen dibandingkan dengan siswa yang melakukan pembelajaran konvensional dalam hal kemampuan berhitung permulaan dan mengingat pada anak usia dini.
Hal ini berdasarkan hasil analisis pretest dibandingkan dengan postest, yang diketahui nilai rata-rata posttest meningkat baik variabel berhitung permulaan maupun variabel mengingat. Peningkatan yang signifikan terjadi pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson secara efektif dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan dan mengingat pada anak usia dini.
Keefektifan tersebut dikarenakan pendekatan peer lesson memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran. Proses pembelajaran pada anak harus melibatkan mental dan kerja oleh anak itu sendiri, karena pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mengajak anak untuk aktif melalui pengalaman langsung. Pendekatan peer lesson memiliki kesesuaian dengan cara belajar anak, yakni melalui kegiatan bersama (coorperative play). Berikut paparan simpulan dari hasil penelitian:
1. Kemampuan berhitung permulaan dan kemampuan anak usia dini di kelompok A PAUD Terpadu Al Mubarokah mengingat secara keseluruhan pada awalnya tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol saat dilakukan pretest. 2. Terjadi perbedaan yang bermakna dalam kemampuan berhitung permulaan
Pratiwi Bachtiar, 2013
penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson dibandingkan kelompok kontrol yang tidak menggunakan media modifikasi dengan pendekatan kelompok dalam pembelajarannya.
3. Terjadi perbedaan yang bermakna dalam kemampuan mengingat anak usia dini pada kelompok eksperimen yang mendapat perlakuaan penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson dibandingkan kelompok kontrol yang tidak menggunakan media modifikasi dengan pendekatan kelompok dalam pembelajarannya.
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan dalam penggunaan media modifikasi melalui pendekatan peer lesson sebagai upaya meningkatkan kemampuan berhitung permulaan dan mengingat anak usia dini, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru PAUD:
- Guru PAUD seyogyanya membuka wawasan keilmuan pendidikan anak usia dini terkait strategi, metode, ataupun pendekatan pembelajaran untuk dilaksanakan di lingkungan belajarnya, sehingga pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini dilakukan sesuai dengan cara-cara kepatutan bagi anak - Guru PAUD dituntut untuk kreatif menginovasi media-media yang ada di
pasaran yang kemudian dikreasikan, dimodifikasikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak usia dini
Pratiwi Bachtiar, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira.
Adhipura, A. A. N. (2001). Pengembangan Model Layanan Bimbingan Berbasis Nilai Budaya Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas Anak. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
Budiningsih, A. (2005). Belajar danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Creswell.J.W. (2010). Research Design Pendekatan Kualtatif, Kuantitatif, dan Mixed. Diterjemahkan oleh: Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chatib,M. (2012). Sekolah Anak-Anak Juara. Bandung:Kaifa.
Chourmain,I. (2011). Pendekatan-pendekatan Alternatif PAUD. Jakarta: Rieneka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta.
Direktorat Tenaga Teknis. (2003). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0 – 6 Tahun. Jakarta: Ditjen PLSP – Depdiknas.
Direktorat Jenderal PAUDNI. (2011). Kerangka Besar Pembangunan PAUD Indonesia Periode 2011-2025. Jakarta.
Faizah,D.U. (2010). Keindahan Belajar Dalam Perspektif Pedagogi. Jakarta: PT Unggul Permana Selaras.
Gestwicki,C. (2007). Developmentally Appropiate Practice. Curriculum And Development In Early Education. Canada: Thomson Delmar Learning.
Gulo, D. (1982). Kamus Psikologi. Bandung: Tonis.
Hurlock, E.B. (1991). Perkembangan Anak. Diterjemahkan oleh: Dra. Istiwidiyanti & Drs. Soedjarwo, M.Sc. Jakarta: Erlangga.
Irwanto. (2002) Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo
Jalal, F. (2002). “Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya PADU”. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 9 – 18.
Jensen, E. (2002). Otak Sejuta Gigabyte. Bandung: Kaifa.
Lie, A. (2007). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mappa, S. & Basleman, A. (1994). Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Depdikbud.
Maryani. (2010) Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika melalui Permainan Praktis di Kelompok Bermain Jurnal Pendidikan Penabur No.15/Tahun ke-9/Desember 2010.
Morrison,G.S.(2012). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Diterjemahkan oleh: Suci Romadhona & Apri Widiastuti. Jakarta:PT Indeks.
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(2012). Manajemen PAUD.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munandar, S.C.U. (1982). Pemanduan Anak Berbakat Suatu Studi Penjajakan. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Musfiroh,T. (2009). Menumbuhkembangkan Baca Tulis Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.
Nurbayani,Y. (2011) Pengaruh Penerapan Bermain Dengan Dadu Geometri Terhadap Keterampilan Sosial Dan Kemampuan Permulaan Anak Usia Dini. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan
Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pratiwi Bachtiar, 2013
Putra, Y. (2008). Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya.
Putra,N. (2012). Penelitian Kualitatif PAUD. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sadiman, A.(2006). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Saguni,F. (2006). “Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar”. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. (3). 147-151.
Santoso,A. (2009). Modul Ruang Lingkup Psikologi SDM.Jakarta: Universitas Mercubuana .
Santrock,J. W. (2007). Perkembangan anak. Diterjemahkan oleh: Mila Rachmawati,S.Psi dan Anna Kuswanti. Jakarta: Erlangga.
Seefeldt,C & Wasik,B.A. (2008). Early Education. Three-,Four-,and Five-Year-Olds Go to School. Diterjemahkan Oleh: Pius Nasar. Jakarta: PT. Indeks.
Silberman,M. (2007). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Penerjemah Sarjuli dkk. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Sriningsih,N. (2008). Implementasi Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan
Sudono, A. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo.
Suyadi.(2011). Manajemen PAUD TPA-KB-TK/RA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Supriadi, D. (2001). Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.
Sujiono dan Sujiono. (2010). Bermain Kreatif membangun Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Tedjasaputra,M. S. (2001). Bermain,Mainan, Dan Permainan Untuk PAUD. Jakarta: Grasindo.
Warshiti,T. (2009). Kontribusi Bimbingan Orang Tua Dan Guru Terhadap Perilaku Sosial Emosional Anak Usia Dini :Studi Deskriptif Analitik Terhadap Perilaku Sosial-Emosional Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Tahun Ajaran 2008/2009. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Walgito,B. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Yuspendi.(2010). Pelaksanaan Program Pendidikan Kelompok Bermain Berdasarkan Developmentally Appropriate Practice :Studi kasus pada 8 anak di Happy Kids Playgroup Kotamadya Bandung Tesis UPI Bandung: tidak Diterbitkan.
Yulia,S. (2010). Belajar Dengan Menggunakan Media Balok Dalam
Meningkatkan Kreativitas Dan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini: Studi Eksperimen Kuasi Pada Kelompok B Taman
Kanak-Kanak Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun Ajaran 2010/2011. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Zaman,B. (2010). Media pembelajaran anak Usia Dini. PG-PAUD: Tidak Diterbitkan.
Zaini, H dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
_______ (2003). “Perluasan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini”. Buletin PADU
Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 9 – 18.
__________ (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk bagi Orangtua dan Guru. Jakarta: PT. Grasindo.
Pratiwi Bachtiar, 2013