• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan metode kooperatif tipe TGT pada pembelajaran akuntansi terhadap peningkatan pemahaman siswa : studi kasus SMK Putra Tama, Bantul, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penerapan metode kooperatif tipe TGT pada pembelajaran akuntansi terhadap peningkatan pemahaman siswa : studi kasus SMK Putra Tama, Bantul, Yogyakarta."

Copied!
305
0
0

Teks penuh

(1)

xi

PENGARUH PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TGT PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI TERHADAP PENINGKATAN

PEMAHAMAN SISWA

Studi Kasus : SMK PUTRA TAMA, Bantul, Yogyakarta

Septi Dwi Istriyani Universitas Sanata Dharma

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode kooperatif tipe TGT pada pembelajaran akuntansi pokok bahasan aktiva tetap terhadap peningkatan pemahaman siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat eksploratif.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI Akuntansi, SMK PUTRA TAMA, Bantul, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam tiga siklus yaitu : siklus I, siklus II, dan siklus III. Masing- masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi terhadap guru, observasi terhadap siswa, observasi terhadap kelas, tes, dan angket minat siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

(2)

xii

THE IMPACT OF THE APPLICATION OF COOPERATIVE METHOD TYPE TGT IN LEARNING ACCOUNTING TO INCREASE STUDENT’S

UNDERSTANDING

A Case Study on

PUTRA TAMA Vocational Senior High School in

Bantul, Yogyakarta

Septi Dwi Istriyani Sanata Dharma University

2008

The purpose of this study is to know how the cooperative method type TGT applied in studying accounting with main subject discussion was main fixed asset to increase student’s understanding. This study is a explorative classroom action research.

This study carried out on the student of XI Accounting department of PUTRA TAMA Vocational Senior High School in Bantul, Yogyakarta. This classroom action research divided into three cycles that are the first cycle, second cycle, and the third cycle. Every cycle consists of four steps that are planning, action, observation, and reflection. The technique of collecting data was observation. It was done to teacher, observation for student, observation for class, test, and student interest questionnaire. The obtained data analysed by appliying descriptive analysis.

(3)

TGT PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI TERHADAP

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA

Studi Kasus : SMK PUTRA TAMA, Bantul, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Septi Dwi Istriyani

NIM. 031334056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

TGT PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI TERHADAP

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA

Studi Kasus : SMK PUTRA TAMA, Bantul, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Septi Dwi Istriyani

NIM. 031334056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

Dengan penuh rasa hormat dan ketulusan hati, kupersembahkan skripsi ini untuk :

v Tuhan Yesus Kristus, makasih atas kasih dan pengorbananMu di kayu salib.

v Bapak dan Ibuku tercinta,

terima kasih atas kasih sayang, dukungan, dan doa yang telah diberikan sampai sekarang. Pengorbanan kalian akan selalu terpatri dalam hatiku.

v Suamiku terkasih, terima kasih atas cinta, sayang, dan

kesetiaanmu selama ini. Kau adalah pendamping hidup yang selalu menjadi kebanggaaanku. v Kakakku tersayang, makasih

(8)

v

Ø

Ia ( Tuhan Allah ) menjadikan segala sesuatu indah pada

waktunya ( Pengkhotbah 3 : 11a).

Ø

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku ( Filipi 4 : 13 ).

Ø

Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi

orang lebih baik dari pada perak dan emas ( Amsal 22 : 1).

Ø

Tatap hari esok dengan penuh keyakinan “ Karena masa depan

(9)
(10)

vii

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,19 Januari 2008

(11)

viii

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapat berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(12)

ix

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Seluruh mahasiswa angkatan 2003 yang juga telah memberi masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerjasama yang baik selama ini.

9. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.

10.SMK PUTRA TAMA, Bantul, Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.

11.Ibu C. Kusumastuti, S.Pd. selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini.

12.Siswa-siswa kelas XI Akuntansi sebagai subjek dalam penelitian ini.

13.Orangtuaku, Bapak Giman dan Ibu Sri Muryani yang telah memberikan dukungan materiil, moral, dan doa selama ini.

14.Suami terkasih yang selalu setia mendukung, mendampingi, memberi semangat, dan doa selama ini.

(13)

x

terima kasih atas dukungan doa, semangat, dan bantuan fasilitas yang diterima.

17.Bapak dan Ibu Santosa, mertua yang senantiasa memberi semangat dalam pengerjaan skripsi.

18.Adik-adik ipar, Santi, Yanti, Ardi yang telah membantu semangat dan dukungan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

19.Komunitas PAK B, khususnya Siska, Tiara, Mety, Yeni, Santi, Wawan, Dwi, Ari, Yiska, Wulan, Adel, Anes, Tari, Uke, Wita, Siwi, Ana, Lala, Dewi, Yohana, Brevi, Agus, Yuda, Steve, Ica, Bram, dan teman-teman PAK B lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan selama ini.

20.Komunitas PAK A terima kasih atas bantuannya selama ini.

Yogyakarta, 19 Januari 2008 Penulis

(14)

xi

PENGARUH PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TGT PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI TERHADAP PENINGKATAN

PEMAHAMAN SISWA

Studi Kasus : SMK PUTRA TAMA, Bantul, Yogyakarta

Septi Dwi Istriyani Universitas Sanata Dharma

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode kooperatif tipe TGT pada pembelajaran akuntansi pokok bahasan aktiva tetap terhadap peningkatan pemahaman siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat eksploratif.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI Akuntansi, SMK PUTRA TAMA, Bantul, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam tiga siklus yaitu : siklus I, siklus II, dan siklus III. Masing- masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi terhadap guru, observasi terhadap siswa, observasi terhadap kelas, tes, dan angket minat siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

(15)

xii

THE IMPACT OF THE APPLICATION OF COOPERATIVE METHOD TYPE TGT IN LEARNING ACCOUNTING TO INCREASE STUDENT’S

UNDERSTANDING

A Case Study on

PUTRA TAMA Vocational Senior High School in

Bantul, Yogyakarta

Septi Dwi Istriyani Sanata Dharma University

2008

The purpose of this study is to know how the cooperative method type TGT applied in studying accounting with main subject discussion was main fixed asset to increase student’s understanding. This study is a explorative classroom action research.

This study carried out on the student of XI Accounting department of PUTRA TAMA Vocational Senior High School in Bantul, Yogyakarta. This classroom action research divided into three cycles that are the first cycle, second cycle, and the third cycle. Every cycle consists of four steps that are planning, action, observation, and reflection. The technique of collecting data was observation. It was done to teacher, observation for student, observation for class, test, and student interest questionnaire. The obtained data analysed by appliying descriptive analysis.

(16)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

(17)

xiv

C. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ... 13

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 15

E. Tingkat Pemahaman Siswa... 20

F. Penelitian Tindakan Kelas... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... . 28

A. Jenis Penelitian... . 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... . 28

C. Subjek dan Obyek Penelitian... 28

D. Operasionalisasi Variabel ... 29

E. Prosedur Penelitian... . 30

F. Instrumen Penelitian... 36

G. Analisis dan Interpretasi Data ... . 40

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 41

A. Sejarah SMK Putra Tama... 41

B. Organisasi SMK Putra Tama ... ... 41

C. Sumber Daya Manusia SMK Putra Tama ... ... 42

D. Kurikulum SMK Putra Tama ... ... 45

E. Siswa SMK Putra Tama... ... 46

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... ... 47

A. Deskripsi Penelitian... ... 47

(18)

xv

b. Tindakan... 52

c. Observasi... 56

d. Refleksi... 62

2. Siklus Kedua ... ... 66

a. Perencanaan... 67

b. Tindakan... 70

c. Observasi... 74

d. Refleksi... 81

3. Siklus Ketiga ... ... 85

a. Perencanaan... 86

b. Tindakan... 89

c. Observasi... 92

d. Refleksi... 99

B. Analisis Tingkat Pemahaman... 108

1. Siklus Pertama... 108

a. Ranah Kognitif... 108

b. Ranah Afektif... 111

c. Ranah Psikomotorik... 116

2. Siklus Kedua... 118

a. Ranah Kognitif... 118

(19)

xvi 126

3. Siklus Ketiga... 128

a. Ranah Kognitif... 128

b. Ranah Afektif... 131

c. Ranah Psikomotorik... 136

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 143

A. Kesimpulan... 143

B. Keterbatasan Penelitian... 144

C. Saran... 145

(20)

xvii

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok... 20

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Tindakan dalam Siklus Pertama, Siklus Kedua, dan Siklus Ketiga ... 37

Tabel 5.1 Aktivitas Guru Pada Siklus I ………. 54

Tabel 5.2 Keterlibatan Siswa Pada Siklus Pertama ………... 56

Tabel 5.3 Pengamatan terhadap Kelas ……… 58

Tabel 5.4 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ………….. 61

Tabel 5.5 Aktivitas Guru Pada Siklus II ……….… 72

Tabel 5.6 Keterlibatan Siswa Siklus Kedua ……… 74

Tabel 5.7 Pengamatan terhadap Kelas ……… 76

Tabel 5.8 Kesan Guru Mitra terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ………….. 79

Tabel 5.9 Aktivitas Guru Pada Siklus III ………. 90

Tabel 5.10 Keterlibatan Siswa Siklus Ketiga ……….. 92

Tabel 5.11 Pengamatan terhadap Kelas ……… 94

Tabel 5.12 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus III ………... 96

(21)

xviii

Pada Siklus I ……….. 104 Tabel 5.15 Hasil Analisis Butir Soal Siklus I ………... 104 Tabel 5.16 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT ……….. 107 Tabel 5.17 Hasil Analisis Angket Minat Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Siklus I ……… 111 Tabel 5.18 Penilaian Proses Belajar (Diskusi) Kelompok Ranah Psikomotorik..112 Tabel 5.19 Tabel Hasil Analisis Ketuntasan Belajar dan Perhitungan

Daya Serap Pada Siklus II ……… 114 Tabel 5.20 Tabel Hasil Analisis Butir Soal Siklus II ……… 116 Tabel 5.21 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT ……….. 118 Tabel 5.22 Hasil Analisis Angket Minat Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Siklus II ……… 121 Tabel 5.23 Penilaian Proses Belajar (Diskusi) Kelompok Ranah Psikomotorik..122 Tabel 5.24 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar dan Perhitungan Daya Serap

Pada Siklus III ……… 124 Tabel 5.25 Hasil Analisis Butir Soal Siklus III ……… 126 Tabel 5.26 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran

(22)

xix

Tabel 5.29 Hasil Analisis Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik pada Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 134 Tabel 30 Indikator Keberhasilan Tindakan dalam Siklus Pertama,

(23)

xx

(24)

xxi

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 2 Grouping ( Pembentukan Kelompok )

Lampiran 3 Instrumen Pengamatan terhadap Siswa ( Tingkat Daya Serap) Lampiran 4 Instrumen Pengamatan terhadap Siswa ( Ranah Afektif )

Lampiran 5a Instrumen Pengamatan terhadap Guru dalam Proses Pembelajaran Lampiran 5b Instrumen Pengamatan terhadap Guru ( Catatan Anekdotal ) Lampiran 6 Instrumen Pengamatan terhadap Kelas

Lampiran 7a Instrumen Observasi Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Lampiran 7b Instrumen Penilaian Proses Belajar ( Diskusi kelompok )

Lampiran 8 Instrumen Refleksi Guru Lampiran 9 Instrumen Refleksi Siswa

Lampiran 10 Struktur Organisasi SMK PUTRA TAMA, Bantul, Yogyakarta Lampiran 11 Data Guru Mengajar Tahun Pelajaran 2006/2007

Lampiran 12 Data Pegawai Administrasi SMK PUTRA TAMA Th. 2006/2007 Lampiran 13 Struktur Program KTSP

Lampiran 14a Instrumen Pengamatan terhadap Guru dalam Pembelajaran Siklus I Lampiran 14b Instrumen Pengamatan terhadap Guru (Catatan Anekdotal) Siklus I Lampiran 15 Instrumen Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Lampiran 16 Instrumen Pengamatan terhadap Kelas Siklus I

Lampiran 17 Instrumen Refleksi Guru Siklus I

(25)

xxii

Lampiran 20 Instrumen Pengamatan terhadap Kelas Siklus II Lampiran 21 Instrumen Refleksi Guru Siklus II

Lampiran 22a Instrumen Pengamatan terhadap Guru dalam PembelajaranSiklus III Lampiran 22b Instrumen Pengamatan terhadap Guru (Catatan Anekdotal) Siklus3 Lampiran 23 Instrumen Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

SiklusIII

Lampiran 24 Instrumen Pengamatan terhadap Kelas Siklus III Lampiran 25 Instrumen Refleksi Guru Siklus III

Lampiran 26 Daftar Nilai Kuis Siklus I, Siklus II, Siklus III dan Skor Kelompok Lampiran 27 Hasil Perhitungan Instrumen Refleksi Siswa Siklus I

Lampiran 28 Hasil Perhitungan Angket Minat Siswa Siklus I

Lampiran 29 Instrumen Penilaian Proses Belajar ( Diskusi kelompok ) Siklus I Lampiran 30 Hasil Perhitungan Instrumen Refleksi Siswa Siklus II

Lampiran 31 Hasil Perhitungan Angket Minat Siswa Siklus II

Lampiran 32 Instrumen Penilaian Proses Belajar ( Diskusi kelompok ) Siklus II Lampiran 33 Hasil Perhitungan Instrumen Refleksi Siswa Siklus III

Lampiran 34 Hasil Perhitungan Angket Minat Siswa Siklus III

(26)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru-guru pada umumnya cenderung mengajar berdasarkan pengalaman dan kebiasaannya. Banyak guru menjalankan teknik pengajaran yang sama meskipun materi pelajaran berbeda. Hal demikian disebabkan ada kecenderungan para guru mengejar penyelesaian materi daripada menanamkan konsep yang lebih mendalam pada diri siswanya.

Metode ceramah dan diskusi merupakan metode yang sering dipakai oleh guru dalam mengajar. Pada saat guru menerapkan metode ceramah ada kecenderungan bahwa siswa tidak mendengarkan, acuh tak acuh dengan materi yang diajarkan, bahkan ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan sama sekali. Sedangkan pada penerapan metode diskusi, sekilas tampak beberapa siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, tetapi lebih banyak siswa tidak aktif terlibat karena malu bertanya, kurang percaya diri, bahkan bosan dengan metode tersebut. Siswa yang aktif dalam diskusi bisa dihitung dengan jari, sementara yang lainnya malu dan kurang percaya diri dan akhirnya terabaikan atau tidak diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa metode ceramah dan diskusi belum sepenuhnya berhasil dan cenderung kurang variatif dalam proses belajar mengajar.

(27)

kelompok tersebut. Siswa yang dianggap pintar oleh kelompok harus mengerjakan sementara yang lainnya cenderung pasif, tidak mau membantu, bahkan siswa tersebut menggantungkan jawaban pada temannya. Akhirnya nilai hasil kerja kelompok tidak menunjukkan nilai seluruh anggota kelompok melainkan hanya beberapa siswa saja yang pantas untuk mendapatkan nilai tersebut. Hal ini dapat terjadi apabila guru kurang mampu mengelola masing-masing kelompok yang dibentuknya dengan baik, misalnya: tidak adanya pembagian tugas bagi masing- masing anggota kelompok dan tidak adanya sanksi yang tegas bagi anggota kelompok yang tidak terlibat atau yang mencontek kelompok lain.

(28)

Metode mengajar yang baik adalah yang dapat melibatkan seluruh siswa dalam kelas, baik secara individu maupun kelompok. Pelibatan siswa secara individual dalam pembelajaran berkaitan dengan peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Sedangkan pelibatan siswa dalam kelompok berhubungan dengan bagaimana siswa bekerja sama dalam pemerolehan pengetahuan dengan siswa yang lain atau siswa dengan guru.

Sebenarnya ada banyak model pembelajaran yang dapat dikembangkan. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini pada dasarnya mengajak siswa untuk belajar bersama-sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang, rendah), bahkan jika memungkinkan anggo ta kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap kelompok akan saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu pelajaran.

(29)

secara bersama-sama ; (3) games yang dirancang untuk mengemas pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi sehat antar siswa yang menang dalam segmen permainan; (5) perhargaan kelompok dalam bentuk pemberian predikat bagi kelompok dengan prestasi terbaik. Dengan penerapan metode pembelajaran tipe TGT, diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran, aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan pada akhirnya mudah untuk memahami materi pelajaran.

(30)

Penelitian ini didukung dengan adanya penelitian sebidang yang dilakukan oleh Etin Solihatin, dkk. (2001) yang pada mahasiswa penyetaraan D-3 tahap II untuk mata kuliah Pendidikan IPS di Universitas Negeri Jakarta. Penelitiannya menemukan bahwa penggunaan model cooperatif learning sangat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20%, dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri (Etin, 2005:13). Penelitian yang dilakukan oleh Van Sickle (1983) dalam penelitiannya mengenai model cooperatif learning dan implikasinya terhadap perolehan belajar siswa dan pengembangan kurikulum dan social studies juga menemukan bahwa sistem belajar kelompok dan debriefing secara individual dan kelompok dalam model cooperatif learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual siswa, berkembangnya sikap ketergantungan yang positif, mendorong peningkatan belajar dan kegairahan belajar siswa, serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum (Etin, 2005:13).

(31)

B. Batasan Masalah

Rendahnya tingkat pemahaman belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran dipengaruhi dua hal, yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa sendiri di mana salah satunya disebabkan karena motivasi belajar yang kurang. Sedangkan faktor eksternal antara lain disebabkan karena dari segi materi yang terlalu berat bagi siswa, pemilihan dan pemanfaatan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang tepat sehingga menyebabkan siswa menjadi bosan bahkan sulit untuk belajar. Penelitian dimaksudkan untuk mengeksplorasi penerapan metode kooperatif tipe TGT dan menyelidiki pengaruhnya terhadap peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan aktiva tetap.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan: bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran akuntansi pokok bahasan aktiva tetap terhadap peningkatan pemahaman siswa?

D. Tujuan

(32)

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti

Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran di kelas yang sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa.

2. Guru dan Calon Guru Bidang Studi Akuntansi

Dengan adanya penelitian ini guru mendapat masukan mengenai metode pembelajaran kooperatif sebagai variasi dalam pembelajaran akuntansi sehingga tidak berkesan monoton dan bermanfaat untuk meningkatkan tingkat pemahaman siswa.

3. Siswa

Peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru melalui model pembelajaran kooperatif akan berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman mereka dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kepedulian tanggung jawab sosialnya.

4. Sekolah SMK PUTRA TAMA, Bantul, Yogyakarta

(33)

5. Universitas Sanata Dharma

(34)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Belajar Mengajar

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru melalui pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik, 1983:21). Sejalan dengan itu, Winkel (1996:59) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Muhibbin Syah (1995:113) mengemukakan bahwa proses belajar merupakan tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Sementara mengajar adalah upaya membantu siswa memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan siswa agar siswa belajar membentuk makna dan pemahamannya sendiri dan juga siswa terlibat dalam aktivitas belajar ( Muhibbin Syah, 1995:183).

(35)

dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal- hal yang lebih luas; dan (3) evaluasi yang berisi penilaian pengetahuan yang diperoleh dan apakah transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala- gejala lain.

Menurut Muhibbin Syah (1995:237), proses belajar mengajar secara singkat dapat disebut juga sebagai proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang utuh terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar, di mana tekanan kegiatan adalah pada siswa yang belajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar terjadi suatu hubungan antara guru dengan siswa yang bersifat suatu pengajaran. Suasana yang bersifat pengajaran ini siswa melakukan suatu aktivitas belajar melalui interaksi dengan kegiatan tahapan mengajar yang dilakukan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar selain guru menggunakan suasana yang bersifat pengajaran, dianjurkan memanfaatkan komunikasi banyak arah agar siswa dapat belajar secara aktif. Artinya, selain siswa berkomunikasi dengan guru tetapi siswa juga berkomunikasi dengan siswa yang lain.

B. Pembelajaran Kooperatif

(36)

menga ndung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperatif learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Ide dibalik pembelajaran kooperatif adalah jika siswa ingin berhasil sebagai tim, mereka akan mendorong anggota timnya untuk unggul dan saling membantu agar dapat tercapai tujuan (Slavin, 1995:4). Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya bertanggung jawab pada pembelajarannya sendiri, tetapi juga bertanggung jawab terhadap teman satu timnya dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga keberhasilan tim dapat dicapai.

Ciri pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif adalah heterogen, di mana siswa dalam satu kelompok terdiri dari 2 – 5 siswa mempunyai tingkat kemampuan berbeda atau jenis kelamin berbeda bahkan jika memungkinkan dari suku yang berbeda. Roger dan Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning (Anita Lie, 2002:30). Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran gotong royong harus diterapkan (Anita Lie, 2002:31-34), yaitu :

1. Saling Ketergantungan Positif

(37)

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperatif learning, setiap siswa akan bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.

4. Komunikasi Antar Anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

(38)

C. Tipe -tipe Pembelajaran Kooperatif

Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8). Adapun kelima model tersebut adalah :

1. StudentTeamsAchievement Divisions (STAD)

Dalam model STAD,siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok anggotanya terdiri dari 4 – 5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan pelajaran tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis individual tentang bahan ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

2. TeamsGamesTournaments(TGT)

(39)

3. Jigsaw

Pada model jigsaw siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing- masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi “ahli” pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi “ahli” pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut setiap “ahli” dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para “ahli” tersebut kembali ke kelompoknya masing- masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dan penghargaan kelompok didasarkan pada pada peningkatan nilai individu sama seperti model STAD.

4. Teams Accelerated Instruction (TAI)

(40)

Setiap akan berpindah unit, maka harus mendapat persetujuan dari teman satu kelompoknya. Dengan demikian, siswa dalam kelompok mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya sebelum mengambil kuis dalam unit tersebut. Tes unit akhir dilakukan tanpa bantuan dari teman satu kelompok. Unit-unit yang terkumpul dari masing- masing anggota kelompok dijumlah dan jumlah unit dari setiap kelompok yang memenuhi kriteria mendapat sertifikat atau penghargaan. 5. Cooperative Integrated Readingand Composition (CIRC)

Model CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang khusus diterapkan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam model CIRC, siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok tersebut, mereka saling bertukar informasi mengenai bacaan yang mereka baca, memprediksi bagaimana akhir dari suatu cerita naratif, menuliskan respon mengenai bacaan dan sebagainya. Melalui belajar kelompok siswa juga dilatih untuk mencari ide utama bacaan yang mereka baca.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)

(41)

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut (Slavin, 1995: 84-88) :

1. Presentasi Kelas

Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui presentasi kelas. Hal ini biasanya dilaksanakan melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus memperhatikan. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok. Presentasi materi oleh guru menurut Slavin (1995:77) mencakup tiga hal yaitu pendahuluan, pengembangan, dan memandu latihan.

a. Pendahuluan

Dalam pendahuluan guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan mereka dipelajari hari itu dan mengapa hal itu penting dipelajari. Guru bisa membangkitkan perhatian siswa dengan menggunakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pengembangan

1) Dalam menyampaikan materi guru tidak menyimpang dari materi yang akan diujikan.

2) Guru memperagakan konsep bisa dengan alat peraga.

(42)

4) Guru menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu jawaban salah, kecuali jika memang telah jelas.

5) Segera berganti konsep jika siswa telah menangkap pengertian dari materi yang disampaikan.

c. Memandu latihan

1) Guru mengkondisikan siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

2) Guru memanggil siswa secara acak, hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru.

2. Kelompok (Teams)

Kelompok atau tim terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen berdasarkan kemampuan siswa. Selama kegiatan kelompok berlangsung, masing- masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pelajaran tersebut.

(43)

dalam kelompok, sebaiknya guru berkeliling kelas, memuji pekerjaan siswa, memonitor pekerjaan siswa dan jalannya belajar kelompok.

3. Permainan (Games)

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti kelas presentasi dan belajar dalam kelompok. Di mana permainan ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi sewaktu guru menyajikan materi dan latihan kelompok. Permainan dilakukan di meja turnamen oleh wakil dari masing- masing kelompok.

Permainannya adalah pertanyaan dinomori pada selembar kertas, seorang siswa mengambil nomor kartu dan mencoba menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang diambil itu kemudian me ncocokkan jawaban bersama-sama dengan teman dalam satu meja turnamen. Sebagai suatu aturan tantangan, penantang mengizinkan penantang lain untuk menjawab pertanyaan.

4. Turnamen (Turnament)

(44)

kemampuannya sedang, meja III ada empat siswa kemamp uannya sedang. Meja IV ada tiga siswa kemampuannya rendah, dan meja V ada dua siswa yang kemampuannya rendah).

Jalannya turnamen sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu (pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang benar dalam menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu itu. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.

5. Penghargaan Kelompok

(45)

Tabel 2.1

Kriteria Penghargaan Kelompok Criterion (Team Avarage) Award

30-40 40-45 45-50

Goodteam

Greatteam

Superteam

E. Tingkat Pemahaman Siswa

Menurut Bloom dalam (Nana Sudjana,1995:22-25), secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni: (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

(46)

oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Dalam ranah kognitif, aspek hasil belajar pemahaman lebih tinggi daripada aspek pengetahuan. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimat sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab untuk dapat memahami perlu lebih dahulu mengetahui atau mengenal (Nana Sudjana, 1995:24).

(47)

F. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi, 2006:3). Sejalan dengan hal tersebut di atas, penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran (Suhardjono, 2006:57).

1. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas

Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas perlu diketahui ciri-ciri atau karakteristiknya. Adapun karakteristik yang bersifat umum antara lain sebagai berikut:

a. berangkat dari permasalahan faktual yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari- hari.

b. adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas tersebut.

c. adanya proses pelaksanaan penelitian sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan Ebbut, 1985 (Suyanto, K. E dkk, 2006:8). Di dalam dan di antara siklus-siklus itu ada informasi yang merupakan balikan dari apa yang ya ng telah dilakukan oleh peneliti.

(48)

1. perencanaan tindakan

2. pelaksanaan atau implementasi tindakan

3. observasi dan intepretasi, dilanjutkan dengan analisi dan evaluasi 4. refleksi

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 2.1 berikut ini Gambar 2.1

Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan Siklus 1

(49)

Keterangan Gambar 2.1 : 1. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh dari masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian yang sebidang. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk diterapkan di dalam kelas.

2. Pelaksanaan tindakan

Jika perencanaan telah selesai dilakukan, maka skenario tindakan dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual menggunakan metode TGT sesuai dengan rencana yang telah disusun. Untuk menjamin mutu kegiatan pembelajaran, guru atau tim peneliti dapat memodifikasi tindakan walaupun implementasi sedang dalam proses, tetapi jika tidak terlalu mendesak perubahan dapat dilakukan setelah satu siklus selesai.

3. Observasi

(50)

dikembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dilakukan. Dalam hal ini peneliti mengobservasi guru, siswa, dan kelas. Adapun salah satu bentuk observasi yang digunakan adalah catatan anekdotal. Suatu observasi anekdotal yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di dalam kelas

b. Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas c. Hasil pengamatan dicatat dengan lengkap dan hati- hati d. Pengamatan harus dilakukan secara obyektif

4. Refleksi

(51)

Gambar 2.2

Komponen-komponen Refleksi

Keterangan Gambar 2.2 :

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Informasi yang terkumpul perlu diurai, dicari kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Melalui proses refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil

Penyimpulan n Pemaknaan

Penjelasan Tindak Lanjut

Analisis

Siklus

Berikutnya Pemanfaatan

(52)
(53)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Menurut Kemmis dalam Tantra (2006:6), penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang bersifat refleksi mandiri yang dilakukan oleh partisipasi dalam situasi sosial termasuk kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari (a) praktek-praktek sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktek-praktek tersebut, dan (c) situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran Kemmis (Ta ntra, 2006:6).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMK PUTRA TAMA, Jl. MGR. Sugiyopranoto No.2, Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan bulan Juli- Agustus 2007

C. Subjek dan Objek Penelitian

(54)

D. Operasionalisasi Variabel

Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh penerapan metode kooperatif tipe TGT pada pembelajaran Akuntansi pokok bahasan aktiva tetap. Penelitian dimaksudkan untuk menerapkan metode kooperatif tipe TGT dalam proses pembelajaran Akuntansi pada pokok bahasan aktiva tetap. Penerapan metode kooperatif tipe TGT tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus dimana masing- masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada masing- masing tahap digunakan instrumen pengamatan terhadap guru, siswa, dan kelas.

2. Variabel Terikat

(55)

kooperatif tipe TGT yang diterapkan. Ranah psikomotorik bertujuan untuk mengukur keterlibatan dan keaktifan siswa dalam kelompok kooperatif. E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangs ung dalam tiga siklus. Masing- masing siklus terdiri dari empat langkah:

1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa.

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa.

3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi

terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya menumbuhkan tingkat pemahaman siswa.

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a) Siklus pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan/tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) Perencanaan:

(56)

a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasar kemampuannya dan membagi siswa secara heterogen. Kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dilihat dari prestasi akademik, ras, atau etnik. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi presentasi, daftar pertanyaan/soal-soal latihan, lembar kerja siswa, meja turnamen, dan hadiah sebagai penghargaan.

b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliput i: (1) kriteria keberhasilan penerapan proses pembelajaran

kooperatif terhadap tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan (lihat point E: tabel 3.1), Kriteria keberhasilan PTK dapat ditetapkan antara lain dengan menggunakan prinsip belajar tuntas, misalnya 75%. Apabila tingkat perbaikan yang diharapkan dalam hal ini tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa tercapai minimal 75%, maka pencapaian itu dapat dikatakan memenuhi kriteria.

(2) instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas (lihat point E : tabel 3.1 )

(57)

(4) instrumen observasi interaksi antar siswa dalam kegiatan kelompok kooperatif;

(5) lembar penilaian kemampuan kelompok mengerjakan tugas kelompok dalam lembar kerja;

(6) lembar penilaian kemampuan kelompok dalam mengikuti permainan/turnamen.

2) Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah- langkah sebagai beikut:

a) Presentasi Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam presentasi kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung, baik dengan ceramah atau diskusi yang dipimpin guru. Pada saat presentasi kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memaha mi materi yang disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat games karena skor games akan menentukan skor kelompok.

b) Membagi siswa dalam kelompok

(58)

kelompok dengan cara meranking siswa berdasarkan prestasi akademik sebelum penelitian dilakukan. Guru mengklasifikasi siswa berdasarkan prestasi akademiknya, golongan pertama adalah siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi, golongan kedua adalah siswa yang memiliki prestasi akademik sedang, siswa dengan prestasi akademik rendah dan sangat rendah berada pada golongan tiga dan empat. Berdasarkan penggolongan tersebut, kemudian guru membentuk empat kelompok dengan prestasi akademik yang berbeda-beda. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya atau lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat games.

c) Permainan/Games

(59)

d) Turnamen

Turnamen dilakukan pada akhir siklus atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Dalam setiap turnamen, guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Masing-masing kelompok dipertandingkan kemampuannya dalam turnamen tersebut.

e) Penghargaan Kelompok

Berdasarkan skor yang diperoleh dalam games dan turnamen, guru mengumumkan kelompok yang menang, masing- masing team akan mendapat sertifikat penghargaan atau hadiah yang berupa benda/barang yang dapat menunjang belajar siswa (misal : bolpoint, kalkulator, dsb) apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

3) Observasi

(60)

kegiatan kelompok kooperatif. Partisipasi siswa dalam diskusi dapat dilihat dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan interaksi siswa dalam kegiatan kelompok dapat dilihat dari keterlibatan masing- masing siswa dalam kelompoknya. Pengamatan terhadap kelas mencakup seluruh keadaan dan kejadian yang terjadi di kelas selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan bantuan instrumen observasi guru, siswa, dan kelas, serta dilengkapi dengan perekaman dengan video camcorder.

4) Refleksi

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap tingkat pemahaman siswa. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:

a) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya (penyesuaian rencana pembelajaran atau instrumen yang perlu disempurnakan).

(61)

hasil kegiatan kelompok, hasil turnamen dan kaitannya dengan kegiatan kelompok, dan kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.

b) Siklus Kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada siklus kedua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Demikian juga halnya dengan siklus ketiga, hasil refleksi siklus pertama dan kedua akan disempurnakan dalam siklus ketiga. Indikator keberhasilan proses dan hasil belajar pada masing-masing siklus disajikan dalam tabel 3.1.

F. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan instrumen:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(62)

b. Grouping

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Adapun kelompok dibagi berdasarkan hasil kuis atau ulangan terakhir yang telah diranking (lampiran 2).

2. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah direncanakan. Tingkat pemahaman diukur dari tiga aspek yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Instrumen yang diperlukan untuk mengukur ranah kognitif adalah tes atau kuis pada masing- masing siklus. Nilai atau skor yang diperoleh masing- masing siswa diolah dan dianalisis dengan perhitungan tingkat daya serap siswa (lampiran 3). Instrumen untuk mengukur ranah afektif siswa adalah angket minat siswa (lampiran 4) dan instrumen untuk mengukur ranah psikomotorik siswa adalah lembar penilaian proses belajar (diskusi) kelompok (lampiran 7b).

3. Observasi

(63)

a. Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)

Observasi merupakan alat yang efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan di dalam kelas. Salah satu bentuk observasi kelas adalah observasi anekdotal (anecdotal record). Observasi anekdotal memfokuskan pada hal- hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Observasi anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif (lampiran 5 a dan 5 b).

b. Pengamatan terhadap kelas (Observing Classroom)

Pengamatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas (lampiran 6).

c. Pengamatan perilaku siswa (Observing Student)

(64)

4. Refleksi

Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis dan pembuatan kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar refleksi guru (lampiran 8) dan lembar refleksi siswa (lampiran 9).

Tabel 3.1

Indikator Keberhasilan Tindakan dalam Siklus Pertama , Siklus Kedua, dan Siklus Ketiga

Indikator Keberhasilan Tindakan Komponen Siklus I Siklus II Siklus III

Deskriptor Instrumen

Minat siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran

...% ...% ...% Jumlah siswa yang berminat dibagi jumlah seluruh siswa Angket pengamatan terhadap siswa (Ranah Afektif) Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas

...% ....% ....% Jumlah siswa

yang mengajukan pertanyaan/ide dibagi jumlah seluruh siswa Lembar pengamatan keterlibatan siswa Kemampuan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja

....% ....% ....% Jumlah kelompok

yang mengerjakan lembar kerja dengan benar dibagi jumlah semua kelompok Lembar Kerja (Ranah Psikomotorik) Tingkat Pemahaman Siswa

....% ....% ....% Jumlah siswa

yang memperoleh skor nilai diatas 65 dibagi jumlah seluruh siswa

Lembar pengamatan terhadap tingkat daya serap siswa

(Ranah kognitif)

Tingkat Prestasi Kelompok Siswa

....% ....% ....% Jumlah prestasi

kelompok siswa dibagi jumlah seluruh siswa (nilai rata-rata)

Lembar pengamatan terhadap tingkat daya serap siswa

(65)

G. Analisis dan Interpretasi Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian, disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh, yaitu data hasil observasi dan data tingkat pemahaman siswa.

1. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.

2. Analisis tingkat pemahaman

(66)

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah SMK PUTRA TAMA

SMK PUTRA TAMA berstatus swasta pada tahun 1963. Hal tersebut sesuai dengan Surat Keputusan No. 103.15010 yang dikeluarkan pada tanggal 12 Oktober 1963. Pada saat itu kepala sekolah yang menjabat adalah FX. Sukendro, BA. Status swasta disandang oleh SMK PUTRA TAMA sampai tahun 1966. Pada tahun 1967 – 1968 status yang disandang adalah perbantuan, naum status tersebut berubah menjadi Bersubsidi pada tahun 1969 sampai dengan tahun 1985. Perubahan status menjadi Disamakan terjadi pada tahun 1985 ketika B. Budisusilo, BA menjadi kepala sekolah dan masih disandang oleh sekolah tersebut sampai saat ini.

B. Organisasi Sekolah SMK PUTRA TAMA

Organisasi SMK PUTRA TAMA dipimpin oleh Kepala Sekolah yang bertanggung jawab kepada Yayasan dan Dewan Sekolah/Komite Sekolah. Dalam menjalankan tugasnya. Kepala Sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah yang terdiri dari:

1. Wakil Kepala Urusan Kurikulum

(67)

2. Wakil Kepala Urusan Humas

Waka ini bertanggungjawab untuk mengurus masalah kelompok kerja praktik industri, bursa kerja sekolah, dunia usaha industri, dana sosial dan orang tua siswa dan juga mengurusi hal- hal yang berkaitan dengan pihak luar sekolah.

3. Wakil Kepala Urusan Kesiswaan

Waka ini bertanggung jawab untuk mengurus OSIS, BP, Unit Kesehatan Siswa dan piket.

4. Wakil Kepala Urusan Sarana dan Prasarana

Waka ini bertanggung jawab untuk mengurus masalah komputer, laboratorium penjualan, laboratorium koperasi dan laboratorium mengetik. Semua yang tertulis di atas memiliki tanggung jawab di bidangnya masing- masing seperti dalam struktur organisasi (lampiran 10).

C. Sumber Daya Manusia SMK PUTRA TAMA 1. Yayasan

Yayasan yang dimiliki adalah Yayasan Putra Tama dan merupakan yayasan tunggal. Luas lahan Yayasan Putra Tama kurang lebih 3300 meter persegi. Yayasan Putra Tama memiliki dua instansi pendidik an, yaitu : a. SMP PUTRA TAMA yang berstatus “Disamakan”

(68)

Yayasan Putra Tama berdiri di atas tanah milik Yayasan Papa Miskin dengan suatu misi boleh mendirikan bangunan akan tetapi hanya hak pakai.

Adapun susunan pengurus yayasan saat ini adalah sebagai berikut : a. Dewan Pembina : Romo Martinus Minarto, Pr (Pastor Paroki Santo Yakobus Bantul)

Romo Aldofus Suratmo, Pr. (Pastor Paroki) b. Dewan Pengurus : Ketua : Drs. Bambang Suma ntri

Sekretaris : Iriyanto

Bendahara : Fransiskus Suharjiman c. Dewan Pengawas : Agustinus Pranyono

Suratman, SH.

Drs. Ibnu Markatab, MM 2. Sumber Daya Manusia

a. Kepala Sekolah

(69)

Dalam menjalankan tugas Kepala Sekolah dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah.

b. Guru

Menurut fungsinya, guru- guru di SMK PUTRA TAMA dapat dibedakan menjadi :

1) Guru Wali

Tugas Guru wali adalah mengelola kegiatan akademik belajar mengajar di kelas serta memberikan bimbingan akademik maupun non akademik. Tugas Guru Wali membantu Kepala Sekolah dalam:

a) Pengelolaan kelas

b) Penyelenggara administrasi sekolah c) Pengisian daftar nilai siswa

d) Pembuatan catatan khusus tentang siswa e) Pencatatan mutasi siswa

f) Pengisian buku laporan pendidikan/rapor g) Pembagian buku rapor

2) Guru Bidang Studi

(70)

3) Guru Piket

Guru piket merupakan guru yang mendapat tugas dan tanggung jawab atas pelaksanaan proses belajar mengajar pada hari/jam sekolah. Jumlah dan nama-nama guru terlampir (lampiran 11). 4) Karya wan

SMK PUTRA TAMA memiliki 14 karyawan yang bertugas membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Empat belas karyawan ini terbagi menjadi beberapa bagian pekerjaan, yaitu bagian Tata Usaha, UKS, Perpustakaan, Satpam, Pesuruh dan Teknisi. Daftar karyawan beserta tugas-tugasnya terlampir (lampiran 12).

D. Kurikulum SMK Putra Tama

Untuk semua program keahlian (Akuntansi, Penjualan dan Broadcast) yang ada di SMK PUTRA TAMA telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun pengertian KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing- masing satuan pendidikan. Pelaksanaan KTSP menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta

didik dan lingkunga nnya 2. Beragam dan terpadu

(71)

5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Belajar sepanjang hayat

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Struktur Program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk semua program keahlian terlampir (lampiran 13).

E. Siswa SMK PUTRA TAMA

Total keseluruhan siswa SMK PUTRA TAMA sampai bulan September 2007 adalah 176 siswa dengan rincian sebagai berikut:

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

X AK 7 14 21

XI AK 7 16 23

XII AK 10 13 23

X BC 6 9 15

XI BC 8 5 13

XII BC 6 9 15

X PJ 19 4 23

XI PJ 6 13 19

XII PJ 9 15 24

TOTAL 78 98 176

(72)

47

BAB V

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian tindakan kelas dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) pada pokok bahasan aktiva tetap ini telah dilaksanakan pada siswa kelas XI Akuntansi, SMK PUTRA TAMA. Penelitian tersebut dilakukan dalam tiga siklus, yaitu Siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2007, Siklus II 23 Agustus 2007, dan Siklus III 24 Agustus 2007. Dalam implementasinya, Siklus I membutuhkan waktu 3x45 menit, Siklus II 2x45 me nit, dan Siklus III 2x35 menit. Adapun penerapan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Siklus Pertama

(73)

diuraikan penerapan metode kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT ) pada siklus pertama:

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berikut ini disajikan langkah- langkah perencanaan yang diterapkan pada siklus I :

1) Peneliti dan guru mitra menggali data awal tentang karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuan akademiknya. Pemetaan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Siswa dengan prestasi atau nilai akademik tinggi akan ditempatkan pada ranking tinggi, siswa dengan prestasi sedang akan ditempatkan pada ranking sedang, dan siswa dengan prestasi rendah ditempatkan pada pada ranking bawah. Siswa pada tiap kelompok diberikan nomor dan selanjutnya dilakukan pengundian pada tiap-tiap kelompok secara acak. Dari hasil pengundian terbentuk empat kelompok dengan kemampuan akademik yang beragam. Empat kelompok yang terbentuk selanjutnya diberi nama hijau, kuning, merah dan pink. Setiap kelompok ditunjuk satu koordinator kelompok yang bertugas membuat papan nama sesuai dengan warna kelompoknya.

(74)

mencakup : Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP), materi presentasi (hand out), Lembar Kerja Siswa (LKS), meja turnamen, dan hadiah. Berikut ini disajikan uraian masing- masing perangkat pembelajaran :

(a) Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP)

RPP dibuat untuk satu kali pertemuan. RPP memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan evaluasi yang kesemuanya telah dibuat secara rinci dan sistematis (lampiran 1). Materi ajar pada siklus pertama adalah pengertian aktiva tetap dan kartu aktiva tetap.

(b) Materi presentasi

(75)

(c) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS meliputi daftar pertanyaan dan soal-soal latihan. LKS dilengkapi dengan lembar kerja yang dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan.

(d) Meja turnamen

Jumlah meja turnamen ada empat buah. Jumlah meja turnamen ini sesuai dengan jumlah kelompok yang dibentuk. Masing-masing meja disusun berjajar dan dilengkapi dengan papan nama kelompok.

(e) Hadiah

Hadiah dimaksudkan sebagai penghargaan bagi kelompok terbaik pada siklus pertama. Hadiah berwujud alat tulis (bolpoin).

3) Peneliti menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data meliputi:

(a) lembar penilaian individu, lembar ini digunakan untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar dan tingkat keberhasilan penerapan proses pembelajaran kooperatif tipe TGT. Cakupan isi lembar penilaian individu antara lain: keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, tingkat daya serap siswa, dan tingkat ketuntasan belajar siswa.

(76)

menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran kooperatif tipe TGT, keterampilan guru dalam mendampingi siswa belajar kelompok, dan keterampilan guru memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam belajar kelompok dan belajar mandiri.

(c) lembar observasi partisipasi siswa dalam diskusi kelas. Cakupan isi lembar observasi partisipasi siswa antara lain : keaktifan dan keterlibatan siswa dalam diskusi kelas, frekuensi keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, dan total skor keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

(d) lembar observasi interaksi antar siswa dalam kegiatan kelompok kooperatif. Cakupan isi lembar observasi interaksi antar siswa dalam kegiatan kelompok kooperatif antara lain: keaktifan siswa mengikuti kegiatan diskusi kelompok, keterlibatan siswa dalam hal : mengambil giliran dan berbagi tugas dalam penngerjaan tugas, mengajukan dan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi diskusi, serta menghargai saran dan pendapat teman satu kelompok.

(77)

dalam lembar kerja kelompok dan daftar skor yang diperoleh siswa dalam presentasi lembar kerja kelompok.

(f) lembar observasi kemampuan kelompok dalam mengikuti turnamen. Cakupan isi lembar observasi kemampuan kelompok dalam mengikuti turnamen adalah daftar skor yang diperoleh masing- masing kelompok dalam turnamen.

b. Tindakan

Pada tahap tindakan peneliti mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan. Langkah- langkah pada tahap ini sebagai berikut:

1) Presentasi kelas

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi pembelajaran tentang pengertian aktiva tetap dan kartu aktiva tetap. Penyajian materi dilakukan guru dengan melaksanakan presentasi di kelas dalam waktu +10 menit. Presentasi ini dilakukan guru dalam bentuk pengajaran langsung dengan metode ceramah dan diskusi kelas. Pada saat presentasi, guru juga memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka bagi seluruh siswa dalam kelas.

2) Membagi siswa dalam kelompok

(78)

tahap ini guru hanya menyebutkan kembali nama- nama kelompok berikut anggota-anggotanya. Kemudian guru mempersilahkan masing- masing siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya dan segera menempati meja yang telah diberi papan nama kelompok. Guru selanjutnya menjelaskan skenario pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan dilakukan.

3) Permainan (games)

(79)

Setelah semua kelompok selesai dalam mengerjakan soal, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

4) Turnamen

(80)

jawaban pertanyaan yang dibacakan harus segera menjawab, bila dalam waktu yang ditentukan tidak menjawab atau jawaban salah maka ia mendapatkan point -10. Untuk siswa yang menjawab dengan benar atau memiliki jawaban benar, ia harus segera membacakan pertanyaan yang ada dalam kartunya dan siswa yang lain harus bersiap menjawab, demikian seterusnya sampai dengan kartu yang terakhir. Dalam turnamen ini berlaku aturan: bila jawaban salah -10, bila jawaban benar 10, dan bila tidak menjawab -10. Selama turnamen berlangsung, masing- masing kelompok harus dapat bekerja sama dengan baik untuk mendapatkan poin tertinggi.

5) Penghargaan kelompok

(81)

c. Observasi

Hasil pengamatan (observasi) dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dipaparkan sebagai berikut :

1) Pengamatan terhadap guru

Pengamatan terhadap guru ini dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan pada siklus pertama. Aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus pertama disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.1

Aktivitas Guru Pada Siklus I

No Deskriptor SIKLUS I

1. Guru menjelaskan pembelajaran berbasis masalah dan kooperatif dengan tipe TGT

Ya

2 Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat umum menjadi sub-sub pokok bahasan yang lebih sempit dan membantu siswa dalam pembelajaran tipe TGT

Ya

3 Guru memberikan materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar melalui presentasi kelas

Ya 4 Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam diskusi

kelompok

Ya

5 Guru mengajarkan pada siswa cara pembentukan kelompok belajar dan memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok.

Ya

6 Guru membantu dan mengarahkan siswa dalam pengerjaan lembar kegiatan

Ya 7 Guru memberdayakan pertanyaan provokatif untuk

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Tidak

8 Guru mendorong siswa untuk mendeskripsikan masalah, mengkaji teori, konsep, prinsip, dan mengumpulkan informasi yang sesuai untuk mendapatkan pemecahan masalah.

Ya

9 Guru memastikan siswa mandiri dalam mencari sumber atau informasi untuk memecahkan masalah

Ya 10 Guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran melalui

permainan dalam meja turnamen

(82)

11 Guru memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam turnamen

Ya

12 Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang memiliki skor terbaik

Ya 13 Guru melakukan evaluasi terhadap hasil belajar

melalui ulangan pada akhir pokok bahasan

Ya Catatan : lihat lampiran 14a dan 14b

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa secara umum guru mampu mengelola pembelajaran koperatif tipe TGT dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan telah dilakukannya 12 dari 13 kegiatan guru yang diamati peneliti. Dalam siklus pertama ini dapat kita lihat bahwa guru mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru melakukan presentasi kelas dengan baik, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok, guru memotivasi siwa untuk belajar mandiri serta terlibat aktif dalam kelompok, guru mendorong siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah, guru melakukan evaluasi proses pembelajaran melalui games dan turnamen yang menjadi bagian dari pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru memotivasi siwa untuk aktif dalam games maupun turnamen, guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor terbaik, dan mengadakan evaluasi hasil belajar melalui kuis pada akhir pembelajaran.

(83)

pengertian, definisi-definisi, penggolongan aktiva tetap, dan macam- macam kartu aktiva tetap, belum masuk pada materi- materi yang lebih sulit, dalam hal ini materi yang berupa hitungan. Hal ini tampak dari pertanyaan yang diajukan guru antara lain: apa yang dimaksud dengan aktiva tetap, apa ya ng dimaksud dengan aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud, sebutkan contoh-contohnya, dsb.

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2.2 Komponen-komponen Refleksi
tabel 3.1), Kriteria keberhasilan PTK dapat ditetapkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli sayur diurutkan dari yang paling penting adalah ketersediaan produk, harga dan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar dan motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok

Variabel yang digunakan untuk mengukur kualitas audit pada penelitian ini terbatas hanya pada 3 variabel, yaitu identitas profesional, locus of commitment dan

Buku yang menguraikan terkait bagaimana lahirnya anggota Parlemen yang aspiratif, dengan menggunakan kajian mulai dari mekanisme rekrutmen anggota Partai

MRI Spine showing paraspinal abscess, compression fractures from Th11 to Th12 and significant compression of the spinal cord.. Drainage abcess

Menyediakan makanan fungsional bagi masyarakat, yaitu produk susu fermentasi yang ditambah buah dan daun sirsak sekaligus sebagai upaya memberikan cara agar susu

Makanan jajanan yang diambil adalah jenis makanan yang diduga mengandung bahan kimia berbahaya seperti boraks, formalin dan rhodamin-B, baik yang dijajakan di luar sekolah

Relasi diatas menyatakan ada tiga aliran aktivitas untuk menciptakan kemampuan teknikal, operasional dan bisnis. Ketiga alian aktivitas ini dapat dibedakan melalui siklus hidup