• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU

YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh

Fransiska Wayan Meila Candraningsih NIM: 091124039

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii 

 

(3)

iii 

(4)

iv 

 

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Semua orang yang telah ikut membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini, terutama kedua orang tuaku yang selalu memberikan semangat selama penulis

menjalankan studi di Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

(5)

 

MOTTO

(6)

vi 

 

(7)

vii 

(8)

viii 

 

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul: PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan katekese orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan masih memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese, jumlah umat yang hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan merasa cepat bosan mendengar materi yang disampaikan oleh katekis. Hal tersebut membuktikan bahwa umat kurang berminat dalam mengikuti katekese. Bertitik tolak pada kenyataan tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu katekis agar dapat meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa.

Persoalan pokok dalam skripsi ini bagaimana menemukan gambaran sosok katekis dalam berkatekese yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese dan membuat umat terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat agar umat dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan di tengah-tengah masyarakat. Untuk membahas masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para pemimpin pendalaman iman lingkungan dan pemberian kuisioner kepada umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi para pemimpin pendalaman iman dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

(9)

ix 

 

ABSTRACT

The title of this thesis is THE EFFECT OF CATECHIST FIGURE TO INTEREST OF PARISHIONERS WHO FOLLOWS ADULT’S CATECHESIS IN THE COMMUNITY OF SAINT JOSEPH BENEDICT SAGAN, ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA PARISH. This title selected based on the fact that the implementation of adult catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan is needed to be concerned. The fact is that just few of people attend in every catechesis gathering. In the process of catechesis, they tend to be passive and feel quickly bored of hearing the material presented by the catechist. It proves that people are not interesting in this process of catechesis. Focuses on this fact, the purpose of this thesis is helping catechists in order to increase the interest of people to attend the adult’s catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan.

The main issue in this thesis is how to find the image of catechists who are able to increase the interest of people to attend the adult’s catechesis and boosted them participate in the church life and their own society so that the presence of the Church is becoming increasingly significant and relevant in the midst of society. To address this problem, the author needs accurate data. Therefore, the author conducted interviews with the leaders of the community and distributed some questionnaire to the people in the community of Saint Joseph Benedict Sagan. In addition, the authors used theoretical description to be able to understand and assess the above issues conceptually.

(10)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena senantiasa telah memberkati, membimbing, menerangi dan mencurahkan Rahmat-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA. Maksud penulisan skripsi ini sebagai sumbangan pemikiran bagi umat lingkungan Santo Yosef Benediktus dalam meningkatkan minat mengikuti katekese di lingkungan. Di samping itu skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat keterlibatan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang dengan setia mendampingi, memberi motivasi, membimbing dan memberi kritikan yang membangun. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada:

(11)

xi 

 

2. Dr. B.Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang memberi semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si, selaku dosen penguji III yang memberi semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang mendidik dan mendampingi penulis selama belajar sampai terselesaikannya skripsi ini.

5. Maria G. Mintarsih, selaku ketua lingkungan Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru yang telah memberi kesempatan dan menolong penulis dengan sepenuh hati untuk melakukan penelitian di lingkungan Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru dan juga kepada umat lingkungan Yosef Benediktus Sagan yang bersedia meluangkan waktu dan berkorban dalam membantu selama proses penelitian sampai terselesaikannya skripsi ini.

6. Teman-teman angkatan 2009 yang selalu memberikan motivasi, dukungan, masukan ide dan juga kerjasama selama belajar di IPPAK sampai terselesaikannya skripsi ini.

7. Teman-teman Asrama Syantikara, unit UBA yang selalu memberikan dukungan bagi penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

(12)

xii 

(13)

xiii 

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Metode Penulisan ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE YANG DAPAT MEMBANTU UMAT UNTUK MEWUJUDKAN GEREJA YANG SIGNIFIKAN DAN RELEVAN ... 11

(14)

xiv 

 

1. Pengertian Katekese ... 12

2. Tujuan Katekese ... 15

3. Tugas Katekese ... 18

B. Katekis ... 21

1. Sosok Katekis ... 21

2. Tugas Katekis ... 26

3. Pembinaan Katekis ... 28

4. Syarat Menjadi Katekis ... 30

C. Katekis demi Mewujudkan Gereja Signifikan dan Relevan di tengah Umat ... 32

1. Katekis di tengah Umat ... 32

2. Katekese di tengah Umat ... 33

3. Gereja Signifikan dan Relevan ... 35

4. Katekese Mewujudkan Gereja yang Signifikan dan Relevan ... 36

BAB III. SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA ... 40

A. Gambaran umum Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 41

1. Sejarah Singkat Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 41

2. Situasi Umat di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 42

3. Keadaan Katekese di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 46

4. Katekis di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 48

B. Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta ... 49

1. Latar Belakang Penelitian ... 49

2. Jenis Penelitian ... 50

(15)

xv 

 

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

5. Populasi dan Sampel ... 52

6. Variabel Penelitian ... 53

a. Sosok Katekis ... 53

b. Minat Umat ... 53

7. Instrumen Pengumpulan Data ... 54

8. Kisi-kisi Penelitian ... 55

9. Teknik Analisis Data ... 58

C. Laporan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta .... 60

1. Hasil penelitian melalui Wawancara 4 Katekis Sukarelawan lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi ... 60

a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 60

b. Keterampilan katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan . 61 c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan .... 62

d. Katekis memberikan kesan dan gambaran mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese ... 63

2. Hasil penelitian berdasarkan angket terbuka terhadap 15 umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi ... 65

D. Pembahasan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat Dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta ... 70

1. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 70

a. Pengalaman katekis menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 70

(16)

xvi 

 

c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 76

d. Kesan katekis mengenai minat umat dalam berkatekese ... 78

2. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 82

3. Pendalaman Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan dan 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 90

a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 90

b. Keterampilan katekis pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 91

c. Spiritualitas katekis pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 93

d. Katekis memberikan kesan mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese ... 94

4. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 94

BAB IV. SOSOK KATEKIS YANG MAMPU MEMBANGUN MINAT UMAT DALAM MELAKSANAKAN KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN ... 97

A. Sosok Katekis yang dapat membangun Minat Umat supaya mampu Terlibat dalam Hidup Menggereja maupun Memasyarakat ... 98

1. Spiritualitas Katekis ... 101

a. Iman seorang katekis ... 101

b. Pengharapan seorang katekis ... 102

c. Cinta Kasih seorang katekis ... 103

2. Program Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 105

(17)

xvii 

 

b. Program Pelaksanaan Pendampingan Pendamping

Dalam Melaksanakan Katekese Orang Dewasa di Lingkungan

Santo Yosef Benediktus Sagan ... 109

1). Pemikiran Dasar Program ... 109

2). Tujuan Pelaksanaan Program Pendampingan ... 111

3). Target Peserta ... 112

4). Tema dan Tujuan ... 112

BAB V. PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 120

LAMPIRAN ... 123

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... (2)

Lampiran 3: Panduan Pertanyaan Wawancara kepada Pemimpin Pendalaman Iman di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (3)

Lampiran 4: Kuisioner Penelitian kepada Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (4)

Lampiran 5: Rincian Materi Kaderisasi Bagi 4 Orang Katekis Sukarelawan dan 10 Orang sebagai Kader Pemimpin Pendalaman Iman di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (6)

Lampiran 6: Daftar Pengurus di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (17)

Lampiran 7: Contoh Satuan Pertemuan Katekese Model Shared Christian Praxis .. (18)

(18)

xviii 

 

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (2009) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

B. Singkatan lain

AG : Ad Gentes: Dekrit Konsili Vatikan II, tentang kerasulan awam, 7 Desember 1965

CT : Catechesi Tradendae: Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979

Dsb : dan sebagainya

EN : Evangelii Nuntiandi: Evangelisasi di Dunia Modern merupakan himbauan apostolik yang diterbitkan pada tanggal 8 Desember 1975 oleh Paus Paulus VI pada tema evangelisasi Katolik

KAS : Keuskupan Agung Semarang KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia KHK : Kitab Hukum Kanonik

KK : Kepala Keluarga

(19)

xix 

 

LG : Lumen Gentium: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II, tentang Gereja, 21 November 1964

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PUK : Pedoman Umum Katekese

SCP : Shared Christian Praxis St. : Santo

(20)

BAB I PENDAHULUAN

   

A.Latar Belakang

Roh Allah yang tinggal dalam diri seseorang merupakan kekuatan dan menjadi tenaga pendorong seseorang untuk mendayagunakan kemampuan yang ada dalam dirinya melalui pikiran dan perasaan sehingga mampu menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011-2015 mengatakan bahwa:

Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.

Sebagai umat Allah, manusia diajak untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan mereka dipanggil untuk bersatu membentuk sebuah paguyuban sebagai murid-murid Yesus. Berkat bimbingan dan karya Roh Kudus yang hadir, mereka dibimbing untuk dapat menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah masyarakat, sehingga Kerajaan Allah semakin signifikan dan relevan bagi warganya. Signifikan berarti bahwa kehadiran dan gerak Gereja sungguh penting diperhitungkan oleh warga dan masyarakatnya. Relevan berarti bahwa kehadiran Gereja memiliki kesesuaian dan kegunaan bagi kehidupan konkrit warganya. Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak bila Gereja sungguh-sungguh terlibat dalam pergulatan hidup masyarakat.

(21)

Kristiani yang berusia berapapun (anak-anak, dewasa, orang tua). Melalui kegiatan ini umat dibantu untuk semakin mengenal Yesus dan ajaran-Nya sehingga mereka semakin memperdalam imannya akan Yesus. Melalui katekese ini juga, umat dapat bersatu untuk membentuk suatu paguyuban sebagai pengikut Kristus. Melalui katekese, umat dapat semakin mengenal satu sama lain, terbuka untuk membagikan pengalaman iman mereka dan semakin akrab satu sama lain sebagai saudara seiman demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Kegiatan katekese ini dilaksanakan “dari umat, oleh umat, dan untuk umat” (Heryatno, 2009). Katekese dari umat berarti bahwa materi katekese bersumber dari pengalaman hidup umat dan pengalaman itu digali lebih dalam lagi sehingga makna pengalaman itu dapat menjadi kekuatan untuk saling meneguhkan diri sendiri dan orang lain. Katekese oleh umat, artinya katekese itu sendiri berasal dari umat karena yang melaksanakan katekese ialah umat itu sendiri dan yang menjadi pusat katekese ialah umat. Katekese untuk umat, artinya katekese yang sudah dilaksanakan dapat berguna bagi umat sendiri supaya mereka semakin mengenal dan mencintai Yesus yang mereka imani dan semakin matang dalam iman mereka.

(22)

iman tersebut dilaksanakan di rumah umat secara bergantian setiap minggunya. Selain pendalaman iman lingkungan, mereka juga mengadakan kegiatan lingkungan lainnya, antara lain; perayaan syukur atas pesta santo pelindung lingkungan, hari raya besar (Natal dan Paskah), mendoakan umat yang meninggal, latihan koor, ziarah, doa rosario pada bulan Mei dan Oktober, mengunjungi orang sakit, dsb.

Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan berjumlah sekitar 33 KK dan secara keseluruhan umat berjumlah 134 jiwa termasuk anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Dari 134 jiwa yang tergolong umat dewasa berjumlah ± 66 jiwa. Pada saat pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir ada sekitar 10-16 orang. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah orang dewasa yang ada di lingkungan. Keterlibatan umat untuk mengikuti pendalaman iman lingkungan sangatlah minim. Mereka kurang menyadari bahwa kegiatan pendalaman iman dapat membantu mereka untuk semakin mengenal Yesus yang mereka imani, saling mengakrabkan umat di lingkungan dan terutama membantu mereka untuk semakin mematangkan iman mereka.

(23)

dalam kegiatan menggereja terkecuali dalam mengikuti kegiatan pendalaman iman di lingkungan.

Hal tersebut membuktikan bahwa pendalaman iman memang kurang diminati oleh umat di lingkungan Yosef Benediktus Sagan. Bahkan terjadi pula pada saat pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir terkesan pasif. Mereka kurang terlibat dalam pelaksanaan pendalaman iman. Ketika pemimpin memberikan kesempatan untuk mensharingkan pengalaman, justru umat cenderung tidak mau berbicara.

Dalam hal ini, umat diharapkan untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan katekese. Keaktifan umat sangat penting karena menentukan proses jalannya katekese. Jika umatnya pasif, maka katekese tersebut tidak berjalan dengan baik

(24)

katekese, sehingga katekese terkesan membosankan dan tidak menarik umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

Dalam pelaksanaan katekese, keaktifan umat juga ditentukan oleh seorang katekis sebagai pemimpin sekaligus fasilitator dalam pelaksanaan katekese. Ada kesan bahwa prodiakon dan pemimpin katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan kurang memperhatikan situasi umat sehingga selama pelaksanaan, katekese hanya mengalir begitu saja. Mereka belum sepenuhnya berkarya di tengah umat dan hanya sebatas pada saat proses pelaksanaan katekese saja. Oleh karena itu dalam pelaksanaan katekese dibutuhkan sosok katekis yang sungguh-sungguh memperhatikan situasi umat baik dalam proses pelaksanaan maupun tindak lanjutnya. Selain itu katekis juga diharapkan mampu membangkitkan minat dan semangat umat dalam mengikuti katekese. Salah satunya ialah membuat umat menjadi aktif terlibat baik dalam proses katekese maupun setelah proses katekese agar mereka dapat mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang menjadi harapan Gereja.

Salah satu tugas seorang katekis ialah membangkitkan kesadaran, semangat dan ketelatenan dalam pelayanan. Sebagai petugas pastoral yang juga mengambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, seorang katekis sebenarnya memiliki peluang untuk menyemangati masyarakat dengan semangat pelayanan yang menjiwainya.

(25)

Selain itu ia diharapkan membuat umat yang dilayaninya merasa nyaman dan tertarik untuk terlibat aktif dalam mengikuti katekese sehingga katekese menjadi hidup dan timbul suasana yang menyenangkan dan nyaman bagi siapa saja yang mengikuti katekese.

Katekis adalah sosok yang menjadi panutan bagi hidup umat. Katekis diharapkan memiliki kepribadian yang baik dan dapat menyesuaikan kondisi dimanapun dia berada. Katekis diharapkan profesional dalam tugas pelayanannya. Selain memiliki kepribadian yang baik, katekis juga harus memiliki iman yang mendalam akan Yesus Kristus. Tugas katekis adalah mewartakan sabda Allah. Ia diharapkan memahami ajaran Kristiani dan memiliki pengalaman iman yang mendalam agar mampu memberikan kesaksian bagi umat yang dilayaninya.

(26)

Keberadaan dan jati diri katekis ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupannya sehari-hari, baik dalam keluarga, maupun sebagai anggota Gereja dan anggota masyarakat. Kehadiran sosok katekis hendaknya dapat membuat umat merasa nyaman dan krasan bila ia berada di tengah umat. Sudah umum sosok katekis menjadi sorotan dan pembicaraan banyak pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kalau ia berupaya untuk mengembangkan aneka keutamaan yang mendukung kehidupannya sehari-hari, khususnya sikap dan semangat keteladanan. Dalam aspek kehidupan, ia diharapkan mampu menjadi teladan yang baik bagi umat, bukan malah menjadi sandungan.

Mengingat keberadaan katekis yang sangat strategis di kalangan masyarakat dan umat beriman Katolik lainnya, sudah sepantasnya kalau dipikirkan aneka kriteria atau syarat menjadi seorang katekis. Aneka kriteria atau syarat ini bertujuan untuk menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Diharapkan ia tampil sebagai sosok pribadi yang bermutu, baik yang menyangkut hidup rohani maupun pribadinya sehingga ia mampu membawa orang lain untuk sungguh mengenal dan mengimani Yesus Kristus serta membantu umat beriman Katolik lainnya membangun intimitas dengan-Nya (Prasetya, 2007:40-41).

B.Rumusan Masalah

(27)

2. Apakah sosok katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese?

3. Bagaimana membantu meningkatkan sosok katekis demi membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru?

C.Tujuan Penulisan

1. Membantu penulis memperdalam pengetahuan tentang sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. 2. Mengetahui sosok katekis yang dapat meningkatkan minat umat dalam

mengikuti pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta.

3. Mengetahui bagaimana cara meningkatkan sosok katekis demi membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru.

D.Manfaat Penulisan

1. Menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi penulis dan pembaca mengenai sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.

(28)

Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta dalam mengikuti katekese orang dewasa.

3. Membantu mengembangkan sosok katekis lingkungan Yosef Benediktus Sagan dalam rangka membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

E.Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif-analisis berdasarkan penelitian. Melalui metode ini penulis melakukan pengamatan secara langsung (obesevasi) kemudian memaparkan permasalahan yang terjadi di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Setelah itu, penulis membuat penelitian sederhana dengan metode survei menggunakan instrumen wawancara dan kuisioner yang topiknya bersumber dari rumusan masalah. Penulis membahas hasil penelitian dan menarik kesimpulan terhadap penelitian tersebut. Penulis memanfaatkan studi pustaka untuk mendukung pembahasannya.

F.Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis menyampaikan pokok-pokok gagasan yang terkandung pada masing-masing bab:

BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(29)

mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan yang meliputi: katekese, sosok katekis dan katekis demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan.

BAB III menjawab permasalahan kedua yaitu sosok katekis dalam berkatekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese meliputi: Gambaran umum umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, penelitian sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB IV menanggapi permasalahan ketiga tentang sosok katekis yang mampu membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang meliputi: sosok katekis yang dapat membangun minat umat supaya mampu terlibat dalam Gereja maupun masyarakat yang memiliki spiritualitas dalam dirinya, program pelaksanaan katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

(30)

BAB II

SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE YANG DAPAT MEMBANTU UMAT UNTUK MEWUJUDKAN GEREJA YANG SIGNIFIKAN DAN

RELEVAN

Catechesi Tradendae artikel 43 menguraikan bahwa sebagai umat Allah, kita

diajak untuk mendekatkan diri pada-Nya. Hendaknya umat Kristiani baik anak-anak, orang dewasa maupun orang tua terlibat untuk memperdalam dan mengembangkan imannya akan Yesus Kristus. Katekese mempunyai peranan dalam usaha dan proses untuk mendalami dan mematangkan iman dalam Gereja (CT, 43).

Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah secara rutin melaksanakan katekese orang dewasa. Katekese dilaksanakan untuk membantu mengembangkan iman umat akan Yesus Kristus. Tentu saja dalam pelaksanaan katekese yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa ada seorang yang menjadi fasilitator. Fasilitator berperan untuk membantu umat dalam proses pelaksanaan katekese. Fasilitator dalam katekese ialah katekis. Oleh karena itu dalam pelaksanaan katekese, diperlukan sosok katekis yang sungguh mampu membantu proses pelaksanaan katekese. Ia mengajak umat terlibat aktif dan membantu mereka dalam mengembangkan imannya untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.

(31)

pembinaan, syarat menjadi katekis dan katekese di tengah umat demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan.

A. Katekese

1. Pengertian Katekese

Katekese merupakan pendidikan iman secara terus-menerus bagi umat Kristiani baik usia anak-anak maupun usia dewasa. Dalam hal ini, umat Kristiani perlu memahami katekese supaya mereka semakin menyadari bahwa katekese sangatlah penting terutama untuk membantu mengembangkan iman akan Kristus. Rumusan pengertian katekese diambil dari berbagai sumber dari dokumen Gereja yaitu Catechesi Tradendae, Pedoman Umum Katekese, Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Indonesia (PKKI) II, para ahli dan menurut penulis sendiri.

Catechesi Tradendae artikel 18 menguraikan bahwa:

Katekese adalah “Pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, khususnya menyampaikan ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”.

Paus Yohanes Paulus II, menegaskan bahwa katekese adalah pembinaan bagi semua umat Kristiani baik anak-anak, kaum muda maupun dewasa. Pembinaan iman sangat penting bagi semua umat Kristiani terutama untuk mendewasakan iman mereka akan Yesus Kristus. Pembinaan iman dilakukan secara sistematis dan organis supaya dapat membantu umat semakin mendalami ajaran Gereja dan dapat memahami secara penuh ajaran hidup Kristiani. Oleh karena itu, satu kegiatan yang dapat membantu dan membina iman umat adalah katekese.

(32)

sehari-hari. Usaha pembinaan iman dengan menyampaikan ajaran Kristiani bagi umat ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota Gereja.

Sedangkan menurut Pedoman Umum Katekese (PUK), katekese ialah salah satu bentuk pelayanan Sabda di dalam Gereja (PUK 17). Umat Kristiani mendengarkan Sabda Allah tidak hanya melalui perayaan liturgi dalam Gereja tetapi mendengarkan Sabda Allah juga dapat melalui kegiatan katekese. Pada dasarnya, kegiatan katekese ialah mewartakan Kabar Gembira Kristus.

Katekese adalah pewartaan tentang Kristus (PUK, 41). Kristus merupakan pusat dan acuan katekese dan Ia yang menjadi pusat sejarah keselamatan umat manusia. Dalam katekese, Yesus sendirilah yang hadir. Katekese mengajarkan tentang Yesus yang menjadi dasar hidup umat Kristiani. Pengalaman hidup kita dan segala sesuatu lainnya diajarkan dengan mengacu pada Yesus.

Umat Kristiani hidup di dalam iman yang masak, jika mendengarkan sabda Allah dengan penuh hormat, jika selalu mengusahakan pertobatan dan pembaharuan hati, jika rajin mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada Gereja (PUK, 22).

(33)

Katekese ialah komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota kelompok, Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna (PKKI II).

Dalam pelaksanaan katekese, yang berkatekese ialah umat. Artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus yang menjadi pola hidup. Katekese mengajak umat untuk mengkomunikasikan iman mereka kepada peserta lain atau sharing pengalaman imannya agar mereka semakin diteguhkan. Oleh karena itu, umat harus terbuka untuk mengungkap kesaksian iman mereka dalam hidup sehari-hari supaya iman mereka dapat semakin berkembang dan dihayati makin sempurna. Katekese ialah proses pembinaan atau pendidikan iman (Heryatno, 2009). Katekese sangat penting bagi kita umat Kristiani sehingga katekese harus terus-menerus dikembangkan oleh seluruh umat Kristiani agar mereka semakin memiliki iman yang mendalam akan Yesus Kristus sehingga umat dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.

(34)

2. Tujuan Katekese

Setelah berbicara mengenai pengertian katekese, maka bagian ini akan menjelaskan tujuan katekese. Tujuan katekese merupakan hal penting yang harus diketahui oleh umat Kristiani. Jika umat Kristiani melaksanakan katekese tanpa ada tujuannya, maka katekese tidak berjalan dengan baik dan terkesan tidak memiliki arah yang jelas. Rumusan tujuan katekese diambil dari dokumen Gereja yaitu Catechesi Tradendae, Pedoman Umum Katekese, pandangan para ahli dan kesimpulan menurut penulis sendiri. Tujuan katekese juga penting untuk dipahami oleh semua umat Kristiani dan katekis dalam melaksanakan kegiatan katekese sehingga pelaksanaan katekese menjadi terarah. Catechesi Tradendae artikel 5 menguraikan bahwa tujuan mutakhir katekese ialah:

Katekese bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra dengan-Nya. Hanya Dialah, yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Kristus.

Yesus adalah jantung hati katekese. Katekese bertujuan untuk membangun persekutuan dengan Yesus dan menghubungkan umat Allah dengan Pribadi Yesus. Dalam pelaksanaan katekese, kita diundang oleh Yesus untuk memasuki persekutuan yang mesra dengan Dia. Hanya Yesuslah yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Allah dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Mahakudus. Oleh karena itu, ketika kita melaksanakan katekese berarti kita diundang oleh Yesus sendiri untuk memasuki persekutuan dengan-Nya karena Dialah yang menjadi pokok dan pegangan hidup kita.

(35)

kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda ataupun tua (CT, 20).

Maksud katekese ialah mengembangkan pengertian tentang misteri Yesus Kristus dalam cahaya Firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh Firman itu. Berkat bantuan dan karya Allah, manusia diubah menjadi ciptaan baru dan semakin mengikuti Kristus sebagai dasar hidup iman Kristiani. Umat Kristen, baik tua maupun muda diajak untuk memantapkan hidup mereka sebagai pengikut Kristus agar mereka dapat mencapai kepenuhannya yakni mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus.

Katekese mempunyai tujuan untuk membawa orang Kristiani pada kematangan iman dan memungkinkan mereka untuk menerima Roh Kudus dan mendalami pertobatan mereka (PUK, 22).

Iman adalah anugerah dari Allah yang memanggil manusia untuk bertobat. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, katekese memiliki tujuan agar umat dibantu dalam mematangkan dan mendewasakan iman mereka. Berkat pertolongan Roh Kudus, mereka dapat melakukan pembaharuan iman dalam dirinya demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Katekese sebagai salah satu pokok dalam pewartaan Injil yang bertujuan membantu umat menuju kematangan iman mereka, perlu dilaksanakan bukan hanya bagi anak-anak, tetapi bagi seluruh umat dari semua golongan usia, termasuk kaum dewasa. Katekese sebagai pendalaman iman orang dewasa adalah usaha Gereja untuk memperbaharui diri umat.

(36)

diselamatkan-Nya (PUK, 80-81). Dengan demikian umat pun akan terbantu agar semakin terpikat kepada Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus. Umat akan terdorong untuk melaksanakan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari sehingga terjadi pembaharuan hidup (Telaumbanua, 1999: 9).

Katekese umat memiliki tujuan supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari dan kita bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani supaya semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan kita dapat memberikan kesaksian tentang Kristus di tengah dunia (PKKI II).

Katekese umat memiliki tujuan melalui terang Injil yang kita dengarkan pada saat pelaksanaan katekese membuat kita agar semakin meresapi pengalaman hidup kita sehari-hari sebagai umat Kristiani. Dengan terang Injil juga, kita dipanggil untuk bertobat dan mengubah diri kita menjadi lebih baik. Kita percaya bahwa Allah selalu hadir dan ikut berperan dalam hidup sehari-hari kita. Dengan begitu, bukan saja iman kita yang menjadi semakin sempurna dan berkembang tetapi juga kita dapat selalu berharap pada Allah yang selalu hadir menopang, membimbing kita dalam hidup sehari-hari.

(37)

Tujuan katekese ialah membantu umat memperdalam iman mereka dengan cara memahami, mencintai dan menghayati iman akan Kristus dalam hidup sehari-hari dan membantu umat baik secara perorangan maupun bersama (komunal) di dalam mendewasakan imannya. Selain itu, katekese juga membantu umat supaya makin mengenal, mencintai dan mengikuti Yesus Kristus dan membantu mereka untuk terus-menerus melakukan pertobatan (metanoia). Katekese dapat memperluas pengetahuan dan wawasan beriman umat agar aktif memberikan kesaksian iman di tengah hidup masyarakat demi pembangunan hidup bersama. Di samping itu, katekese berusaha meningkatkan kesatuan umat dan mengembangkan Gereja dan yang pokok ialah katekese membantu umat untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia (Heryatno, 2009). Dari berbagai pernyataan di atas mengenai tujuan katekese, penulis menyimpulkan bahwa tujuan katekese tidak hanya sekedar berkumpul dengan saudara seiman tetapi membangun persekutuan dengan Kristus sebagai pedoman hidup umat Kristiani. Dalam katekese, umat diajak untuk mengembangkan iman mereka akan Kristus dengan meresapi pengalaman hidup sehari-hari yang bertolak pada terang Injili sehingga mereka mampu hidup sesuai dengan ajaran iman Kristiani dan mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia.

3. Tugas Katekese

(38)

katekese dan menjalankan tugas katekese demi mengembangkan iman mereka dan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari mereka.

Kita hidup dalam dunia yang serba sulit: kegelisahan menyaksikan hasil-hasil ciptaan manusia yang terbaik lolos dari padanya dan memberontak melawannya menimbulkan iklim ketidak-pastian. Di dunia ini, katekese wajib membantu umat Kristen demi kegembiraan mereka sendiri dan pengabdian kepada semua orang menjadi “terang” dan “garam” di tengah dunia (CT, 56).

(39)

Katekese mempunyai tugas menolong untuk menghayati persekutuan dengan Allah. Katekese juga perlu menyuguhkan warta Kristiani sehingga nampak betapa katekese menjaga nilai yang paling tinggi dari hidup manusia (PUK, 23).

Seseorang memiliki iman yang masak menyatakan untuk selalu hidup dalam peresekutuan dengan Allah. Dalam hal ini, katekese mempunyai tugas untuk mendorong dan menolong umat Kristiani dalam menghayati persekutuan dengan Allah. Dalam katekese terkandung ajaran Kristiani tentang warta iman akan Kristus sehingga katekese menjadi hal yang penting bagi umat dalam mengembangkan iman dan nilai-nilai Kristiani yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu katekese menjaga nilai yang paling tinggi dari hidup manusia yakni nilai Injili dan ajaran Kristiani.

Tugas pengembangan iman, pendidikan liturgis, mengajar berdoa, dan pendidikan hidup berjemaat merupakan tugas yang berkaitan dengan intern Gereja, sedangkan tugas pembinaan moral dan perutusan menyangkut tugas umat di dalam masyarakat. Dengan kata lain, tugas katekese adalah untuk mengembangkan Gereja dengan mewartakan Kristus dan mendidik umat untuk semakin beriman dan bertanggungjawab dalam tugas perutusan Gereja (Telaumbanua, 1999:9-10).

(40)

Katekese mendidik umat supaya makin beriman. Peranan katekese membantu, menyemangati dan meneguhkan umat supaya makin beriman. Yang ditekankan adalah pendidikan yang bersifat utuh yang mencakup secara serentak dan seimbang segi kognitif, afektif dan operatif praktis. Pendidikan ini berpusat pada peserta. Secara aktif mereka mengambil bagian di dalam prosesnya yang bersifat partisipatif-dialogis.

Katekese mengembangkan Gereja. Sebagai tindakan gerejawi, katekese bertujuan untuk mengembangkan, memperbaharui dan menggerakkan Gereja. Pengembangan Gereja tidak hanya dilakukan oleh katekese tetapi juga oleh liturgi, pewartaan, dan pelayanan Gereja lainnya. Pengembangan Gereja merupakan tanggungjawab seluruh umat (Heryatno, 2009).

B. Katekis

1. Sosok Katekis

Di kalangan lingkungan maupun paroki, umat sering menyebut prodiakon dari pada katekis. Dalam kenyataan, banyak katekis yang berkarya di lingkungan maupun di paroki adalah para katekis sukarelawan. Selain sukarelawan, ada juga katekis profesional yaitu, katekis yang menempuh pendidikan dan pelatihan khusus di bidang katekese dan diharapkan menjadi katekis yang sungguh memahami ilmu kateketik.

(41)

terutama di lingkungan. Ia juga dengan rela dan tulus hati membantu umat lingkungan dalam mengembangkan iman mereka akan Kristus. Katekis sukarelawan maupun katekis profesional tidak menjadi persoalan yang utama. Hal yang terpenting ialah kemauan dalam diri dan memahami secara sungguh ajaran iman Kristiani, mau berusaha membantu membangun umat dalam mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.

Katekis merupakan panggilan Allah kepada kaum awam untuk mewartakan kabar sukacita kepada semua orang. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, Yesus berkata kepada murid-Nya: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Itu berarti Yesus sendirilah yang telah memilih para rasul-Nya. Katekis juga rasul Kristus yang dipilih oleh Yesus untuk mewartakan Kabar Gembira dan melayani sesama sehingga dapat menghasilkan buah yang melimpah dalam karya pelayanannya.

Katekis menyadari panggilan dan perutusannya. Ia diharapkan menyadari bahwa menjadi katekis itu bukan karena kemauan sendiri, tetapi pertama-tama sebagai panggilan Allah yang patut disyukuri, seperti para murid yang dipanggil Yesus Kristus. “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk. 1:17). Panggilan ini mengandung konsekuensi bahwa ia diutus mewartakan Kabar Gembira. Panggilan dan perutusan ini diharapkan menjadi keyakinannya.

(42)

Yesus adalah Guru dan Tuhan kita. Seorang katekis, perlu meneladani sikap Yesus sebagai Guru yang mau melayani murid-muridNya. Yesus memberikan teladan bagi umat-Nya agar memiliki sikap saling mengasihi dan melayani satu sama lain sama seperti yang dibuat oleh Yesus. Katekis hendaknya memiliki semangat melayani. Katekis juga dapat dikatakan sebagai seorang guru atau pembimbing yang dianggap sebagai orang yang lebih memahami ajaran Kristiani dibanding umatnya. Oleh karena itu, katekis harus memberikan suatu teladan, sikap yang baik sekaligus pemahaman mengenai ajaran Kristiani yang lebih mendalam lagi untuk membantu mengembangkan iman umat.

Katekis adalah orang beriman. Katekis perlu terbuka terhadap kehadiran dan sapaan Allah serta mau menanggapi atau mengamini tawaran keselamatan Allah itu, baik bagi dirinya sendiri maupun umat beriman Katolik lainnya. Meski kehadiran, sapaan, dan tawaran keselamatan Allah itu tidak jelas, ia berani berkata seperti Maria. “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Katekis diharapkan menjadi sosok orang yang beriman dan sekaligus menjadi contoh orang beriman. Hidup dan tugas perutusannya didasarkan pada Sakramen Baptis dan Penguatan atau Krisma yang telah diterima dan dihidupinya selama ini.

(43)

akan memberikan anugerah bagi mereka yang dengan ikhlas memberikan segala miliknya dan mereka akan mendapat upah di Surga. Katekis diharapkan mampu mengembangkan sikap dan semangat rela berkorban demi kepentingan umat. Di sini, ia mampu menunjukkan sikap dan semangat mencintai tugas perutusannya dalam segala situasi dan siap untuk tidak menerima imbalan karena Tuhanlah yang akan memberikan upah bagi dirinya.

“Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: ‘Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi” (Mat 6:2-4).

Selain itu, katekis terbuka pada karya Roh Kudus. Dalam mewartakan Kabar Gembira, katekis diharapkan menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh Kudus. Dia hadir dan berkarya tidak hanya pada diri katekis itu sendiri, tetapi juga dalam diri para pendengar yang hadir.

Evangelii Nuntiandi artikel 75 menguraikan bahwa:

Roh Kuduslah yang sekarang ini persis seperti awal Gereja, bertindak di dalam setiap penginjil yang membiarkan dirinya dikuasai dan dipimpin oleh Dia. Roh Kudus meletakkan dalam bibirnya kata-kata, yang orang itu tidak dapat menemukannya sendiri, dan sekaligus Roh Kudus menyiapkan jiwa pendengar untuk terbuka dan siap menerima Kabar Baik dan Kerajaaan yang sedang diwartakan.

(44)

umat. Selain itu, ia dapat menghargai setiap peserta kelompok katekese umat dengan segala latar belakang dan situasinya dan ia juga berperan sebagai pengarah dan pemudah untuk menciptakan suasana komunikatif dalam kelompok umat dasar yang dilayani (Lalu, 2005:7-8).

Katekis banyak belajar dari segala sesuatu yang ia alami didalam hidupnya. Ada suka dan duka yang ia alami. Berkat kesederhanaan yang ia miliki, pengalaman duka yang dialami justru bukan membuat dirinya menjadi lemah bahkan ia mampu belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut dan berkat bantuan Tuhan, ia mampu bangkit dan menjadi orang yang luar biasa (Heryatno, 2012: 39-44).

Katekis adalah “pejuang Kerajaan Allah”. Artinya, katekis memiliki tugas mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah lewat perjalanan hidupnya. Selain itu, mewartakan Kerajaan Allah juga dapat melalui gerakan sosial, politik, budaya maupun ekonomi (Heryatno, 2012: 100).

(45)

Dalam penyelenggaraan katekese, katekis diharapkan sungguh memperhatikan kebutuhan umat, kenyataan hidup umat, dan masalah-masalah mereka. Katekis mengajak umat untuk berkumpul dan katekis berusaha secara bersama menciptakan suasana katekese yang komunikatif sehingga peserta semua aktif dalam mengikuti katekese (Heryatno, 2009).

Salah satu bentuk keterlibatan kaum awam di bidang pewartaan, yaitu menjadi katekis. Keberadaan dan jati diri katekis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik. Dalam perjalanan waktu, keberadaan dan jati diri katekis sungguh dapat dirasakan manfaatnya dalam menumbuhkembangkan Gereja Katolik. Keberadaan dan perannya untuk mewartakan kabar Gembira tidak dapat diremehkan. Tanpa mengenal lelah ia menebarkan benih-benih iman, dan akhirnya boleh menuainya dalam diri banyak orang untuk menjadi anggota Gereja (Prasetya, 2007:5-6).

Seorang katekis, yakni seorang yang mendidik ke arah iman. Mendidik merupakan tugas yang sukar. Mendidik meliputi membentuk alam pikiran dan nilai orang-orang, membimbing mereka kepada kebebasan kepada kemampuan mengambil keputusan dan memberikan penilaian secara pribadi dan matang. Kalau mendidik biasa sudah sukar, apalagi mendidik dalam bidang agama (religius). Oleh karena itu katekis memang harus berusaha terus-menerus demi perkembangan iman umat.

2. Tugas Katekis

(46)

perutusannya sebagai katekis. Tidak mudah bagi katekis untuk menjalankan tugas tersebut tetapi berkat pertolongan dari Allah, maka katekis berusaha untuk melaksanakan tugasnya demi kepentingan umat.

Kami wartakan apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Kor. 2:9). Seperti yang dikatakan Yesus, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh:20:29). Hal itu menunjukkan bahwa umat Kristiani harus percaya pada Yesus melalui apa yang mereka rasakan selama ini yakni kasih Allah yang tak berkesudahan. Dalam hal ini, katekis membantu umat untuk mewartakan kasih Allah kepada mereka melalui sabda-Nya. Menjadi pelayan dan saksi misteri kasih Allah adalah tugas seorang katekis. Katekis hendaknya memahami dan mendalami ajaran Kristiani supaya ia dapat menyampaikan kasih Allah melalui sabda-Nya.

(47)

3. Pembinaan Katekis

Supaya katekis dapat melaksanakan tugas perutusannya dengan baik dan bertanggungjawab, katekis perlu dibekali dengan pembinaan. Pembinaan ini sangat penting dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan diri seorang katekis.

Hendaknya para Ordinaris wilayah berusaha agar para katekis disiapkan dengan sungguh-sungguh untuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik, yakni supaya dengan diberikan pendidikan yang terus-menerus mereka memahami dengan baik ajaran Gereja dan mempelajari secara teoritis dan praktis norma-norma yang khas untuk ilmu – ilmu pendidikan (KHK kan. 780).

Sudah sepantasnya para Ordinaris wilayah mengupayakan pembinaan yang berguna bagi katekis, baik yang bersifat formal maupun informal, baik yang bersifat rutin maupun berkala. Pembinaan ini menyangkut, baik pengetahuan maupun keterampilan berpastoral agar pewartaan para katekis sungguh berbobot dan dapat dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu, pendidikan mereka harus dilaksanakan dan disesuaikan dengan kemajuan kebudayaan sedemikian rupa sehingga mereka menjadi rekan sekerja yang tangguh bagi para imam, dan mampu menunaikan sebaik mungkin tugas mereka yang semakin bertambah sulit karena beban-beban baru yang lebih berat. Maka dari itu, hendaknya jumlah sekolah-sekolah, baik tingkat keuskupan maupun regio diperbanyak untuk menampung para calon katekis yang mendalami ajaran Katolik, terutama perihal Kitab Suci dan litrugi; juga mengembangkan metode katekese dan praktek pastoral. Selain itu, juga membina diri menurut adat-perilaku Kristiani, dan tiada hentinya berusaha mengembangkan keutamaan serta kesucian hidup. Kecuali itu, hendaklah diselenggarakan pertemuan-pertemuan atau kursus-kursus untuk pada masa-masa tertentu membantu para katekis menyegarkan diri dalam ilmu-ilmu dan keterampilan-keterampilan yang berguna bagi pelayanan mereka serta memupuk dan meneguhkan hidup rohani mereka (AG, 17).

(48)

katekis menjadi rekan kerja imam yang sungguh-sungguh dapat bekerjasama dengan para imam dan menjalankan kegiatan karya pastoral yang baik dan penuh tanggungjawab.

Dalam hal ini, tingkat keuskupan maupun regio hendaknya memperbanyak sekolah untuk menampung calon katekis muda sebagai penerus katekis yang sudah lanjut usia dan melakukan pembinaan bagi mereka mengenai ajaran Gereja terutama Kitab Suci dan liturgi. Pembinaan yang dimaksud ialah melakukan pertemuan atau kursus bagi para katekis terutama dalam mengembangkan keterampilan dalam berkatekese, memahami pengetahuan tentang ajaran Gereja dan dapat saling meneguhkan hidup mereka dalam melayani jemaat.

Pembinaan katekis dapat dilakukan melalui pembinaan berkala dan pembinaan rutin. Pembinaan berkala ini sangat mudah dilakukan dan menarik karena dapat dilakukan tiga bulan sekali atau enam bulan sekali atau setahun sekali dengan aneka tema dan kepentingannya. Sedangkan, pembinaan rutin umumnya tidak menarik dan banyak kendala yang dihadapi, baik pihak Pastor Paroki maupun pihak katekis sendiri, karena keduanya tidak mempunyai sikap dan semangat kesetiaan terhadap komitmen atas karya pewartaan ini. Padahal, pembinaan rutin inilah yang sangat menunjang tercapainya tujuan untuk mengolah motivasi, spiritualitas, pengetahuan, dan keterampilan katekis (Prasetya, 2007: 53-55, 57).

(49)

lokal, kurangnya sarana dan dana, situasi geografis yang sulit. Namun hal tersebut tidak boleh menyurutkan usaha kita (Lalu, 2005:9-10).

Dalam pembinaan katekis, ada berbagai hal yang harus dikembangkan yakni pengetahuan dan teknik dalam berkatekese. Katekis adalah seorang pendidik yang memperlancar kematangan iman, yang dengan bantuan Roh Kudus diperoleh para katekumen dan mereka yang menerima katekese. Dalam bidang pembinaan ini, realitas pertama yang patut diperhitungkan ialah yang berkaitan dengan pedagogi iman yang orisinil. Katekis dipersiapkan atau dibina supaya mempermudah suatu pertumbuhan dalam pengalaman iman yang tidak ditanamkannya sendiri, karena Tuhanlah yang menaburkannya dalam hati manusia. Tanggungjawab katekis hanyalah mempersuburkan karunia ini dengan memberinya makan dan menolongnya untuk bertumbuh.

Pembinaan berusaha mematangkan kemampuan mendidik dalam diri katekis yang mencakup suatu kesanggupan untuk memperhatikan orang, kemampuan untuk menafsirkan atau menanggapi tugas-tugas mendidik atau prakarsa dalam mengatur kegiatan belajar, dan kesanggupan untuk membimbing kelompok manusia kepada kematangan.

4. Syarat Menjadi Katekis

(50)

yang terbuka akan sapaan Allah, baik melalui doa, membaca dan merenungkan Kitab Suci, maupun dengan cara lain.

Katekis hendaknya memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarganya. Katekis haruslah memiliki nama baik, entah perilakunya, hidup imannya, entah hidup moralnya. Nama baik tidak hanya berlaku untuk pribadinya sendiri karena kesalehan dan aktivitasnya menyangkut juga seluruh anggota keluarganya. Katekis diharapkan menjadi pribadi yang sungguh diterima oleh umat beriman Katolik di lingkungan tempat ia tinggal dan hidup bersama umat.

Katekis hendaknya mempunyai pengetahuan yang memadai. Mewartakan Kabar Gembira tidak cukup hanya mau, tetapi ia diharapkan mempunyai bekal pengetahuan yang memadai misalnya Kitab Suci, teologi, moral, liturgi, dan sebagainya. Katekis juga memiliki keterampilan yang cukup. Dalam mewartakan Kabar Gembira, katekis diharapkan mempunyai aneka keterampilan yang dapat mendukung tugas perutusannya, termasuk dalam menggunakan aneka sarana yang diperlukan dalam proses pewartaannya (Prasetya, 2007:41-42).

Selain itu, katekis diharapkan memiliki sikap keterbukaan terhadap umat dan mau bergaul dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan. Katekis juga diharapkan memiliki mental yang kuat sehingga ketika ia mengalami tantangan, ia tidak mudah putus asa. Katekis diharapkan memiliki jiwa seorang pelayan. Sesuai dengan tugas yang akan ia laksanakan, katekis siap untuk meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk melayani umat.

(51)

yang terbaik demi perkembangan iman umat. Allah akan selalu menyertai langkah perjalanan hidupnya dan katekis pun semakin mengandalkan Allah dalam melakukan segala hal. Hanya Allah lah yang menjadi pedoman dan andalan hidupnya.

C. Katekis demi Mewujudkan Gereja Signifikan dan Relevan di tengah Umat 1. Katekis di tengah Umat

Katekis mengemban tugas mulia. Mulia karena menuntun umat Kristiani supaya hidup terpuji di hadapan manusia dan di hadapan Allah. Katekis juga berperan untuk membantu umat demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan. Sebelum berkatekese di tengah umat, katekis diharapkan mengenal situasi umat yang ada di lingkungannya sehingga katekese yang dilaksanakan sungguh relevan dengan situasi yang dialami umat lingkungannya.

(52)

Selain itu, katekis diharapkan memiliki spiritualitas. Spiritualitas katekis berkaitan erat dengan hal-hal yang dituntut dalam menunaikan panggilan sebagai katekis. Spiritualitas yang dimiliki katekis antara lain berhubungan dengan iman, pelayanan dan kehidupan rohani sebagai seorang katekis. Spiritualitas ialah karunia dari Roh Kudus, oleh karena Roh Kuduslah yang berkarya dalam diri para katekis untuk bersaksi tentang Yesus Kristus di tengah umat.

2. Katekese di tengah Umat

Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan. Umat Allah merupakan istilah dari Perjanjian Lama. Yang paling menonjol dalam sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat terpilih Allah. Sebutan umat Allah amat dipentingkan khususnya untuk menekankan bahwa Gereja bukanlah pertama-tama suatu organisasi manusiawi melainkan perwujudan karya Allah yang konkrit. Tekanan ada pilihan dan kasih Allah. Perlu disadari lebih dahulu bahwa Gereja adalah kelompok dinamis, yang keluar dari sejarah Allah dengan manusia.

(53)

sempurna (1Kor 15:28). Oleh karena itu dengan sebutan “umat Allah” belum terungkap seluruh kekayaan hidup rohani Gereja (KWI. 2007:333-334).

Umat Allah ialah seluruh umat beriman Katolik, baik Hierarki maupun kaum awam yang karena “Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (Ef 4:5). Umat Allah mempunyai martabat dan tugas perutusan yang sama. Tugasnya adalah mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan rajawi Yesus Kristus (Prasetya, 2007:15-16).

Dalam kehidupannya sebagai umat beriman Katolik, berdasarkan sakramen Baptis, Penguatan atau Krisma, dan Ekaristi, kaum awam diharapkan mau mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai imam, nabi, dan raja, seperti dikatatakan Konsili Vatikan II:

Kaum beriman Kristiani, yang berkat Baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus (LG 31).

Melalui tugas perutusan tersebut, mereka dipanggil untuk mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang lebih mengarah pada kehidupan dan perkembangan internal Gereja. Salah satu kegiatan tersebut ialah melaksanakan katekese yang bertujuan untuk mengembangkan iman dalam diri umat dan mewujdukan Gereja yang signifikan dan relevan.

(54)

dibangun. Katekese memang harus kontekstual dan menyentuh hati umat (Heryatno, 2009).

Katekese memiliki tujuan untuk membantu mengembangkan iman umat akan Yesus dan mengarahkan umat untuk membantu mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. Materi katekese tidak dapat dipisahkan dari kenyataan hidup umat. Katekese harus signifikan dan relevan. Dalam berkatekese, umat diajak merefleksikan pengalaman imannya dan membagikan kepada sesamanya yang bertujuan untuk saling meneguhkan satu sama lain. Melalui katekese juga, umat dibimbing dan diajak untuk melihat kemajuan zaman yang semakin berkembang agar mereka secara bijaksana dan tetap berpegang teguh pada Tuhan di zaman yang semakin modern sehingga mereka tidak mudah terjerumus oleh berbagai tawaran dunia yang menyesatkan.

3. Gereja Signifikan dan Relevan

Gereja lahir mengemban perutusan Yesus Kristus, yakni menghadirkan Kerajaan Allah. Dari perutusan inilah Gereja membentuk jatidirinya sekaligus jatidiri tersebut memuat perutusan Gereja. Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah supaya Gereja semakin signifikan dan relevan bagi warga dan masyarakat.

(55)

Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak bila Gereja sungguh-sungguh terlibat dalam pergulatan hidup masyarakat (ARDAS KAS 2011-2015).

Umat Allah Keuskupan Agung Semarang mau menjadi umat yang dinamis yang selalu memperbaharui diri menuju cita-cita terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia. Dengan memberikan tekanan pada signifikansi dan relevansi Gereja bagi warganya dan bagi masyarakat, Arah Dasar KAS 2011-2015 menunjukkan upaya untuk semakin “bertolak ke tempat yang dalam”. Hal tersebut dimaknai baik dengan berani masuk pada kedalaman relasi dengan Allah melalui pendalaman dan perayaan iman. Selain itu juga, umat Kristiani berani terjun dalam pergulatan masyarakat di bidang sosial, politik, kemasyarakatan, pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel serta pelestarian keutuhan alam ciptaan. Berdasarkan semangat Injil dan iman yang tangguh, umat KAS berusaha untuk berperan aktif dalam mengembangkan tatanan hidup baru demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia.

4. Katekese Mewujudkan Gereja yang Signifikan dan Relevan

(56)

ini, peserta katekese harus menjadi subjek yang aktif, sadar, dan ikut bertanggung jawab, bukan sekedar penerima yang diam dan pasif (Komkat KWI, 155).

Agar katekese berjalan dengan baik, maka katekese harus disesuaikan berdasarkan keadaan kelompok atau usia. Dalam hal ini, penulis membahas secara lebih dalam mengenai katekese orang dewasa karena orang dewasa dipandang sudah matang dan lebih tahu tentang ajaran Kristiani dibandingkan usia anak-anak dan remaja.

Percakapan iman dengan orang dewasa harus memperhitungkan secara serius pengalaman kondisi dan tantangan yang mereka hadapi dalam hidup mereka. Katekese orang dewasa harus secara sistematis menampilkan iman Kristiani dalam keutuhan dan keasliannya sesuai dengan pemahaman Gereja agar dapat menjawab secara lebih mendalam kebutuhan-kebutuhan zaman kita. Katekese ini harus memberi prioritas pada warta keselamatan, sambil memberi perhatian pada banyaknya kesulitan, keragu-raguan, salah pengertian, praduga, dan penolakan yang dialami dewasa ini. Katekese ini juga harus memperkenalkan kepada orang dewasa pada bacaan Kitab Suci dan praktek doa yang penuh iman. Semuanya itu hendaknya dilakukan ketika melaksanakan katekese agar katekese dapat membuahkan hasil dan dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan bagi umat demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia.

(57)

“visi” hidup mereka dan “Tradisi” dan “Visi” Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia. Model katekese ini bermula dari pengalaman hidup peserta, yang direfleksi secara kristis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi Kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Maka, sejak awal orientasi pendekatan ini pada “praxis” peserta (Sumarno, 2012).

(58)

untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaannya yang berlainan. Langkah IV (empat) yakni menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit yang bertujuan untuk mengajak peserta, berdasar nilai Tradisi dan visi Kristiani, menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup yang hendak digarisbawahi, sikap-sikap pribadi yang picik yang hendak dihilangkan dan nilai-nilai baru yang hendak diperkembangkan. Langkah V (lima) yakni mengusahakan suatu aksi konkrit yang bertujuan untuk mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitasnya dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi Kristiani. Keprihatinannya adalah praktis, yakni mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan metanoia: pertobatan pribadi dan sosial yang berkelanjutan.

(59)

BAB III

SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU

YOGYAKARTA

Arah Dasar KAS memberikan tekanan pada signifikansi dan relevansi Gereja bagi umatnya dan bagi masyarakat. Keterlibatan umat Kristiani di dalam Gereja dan masyarakat adalah tanda kehadiran Kerajaan Allah yang signifikan dan relevan. Maka, tempat katekese adalah membantu mewujudkan Gereja yang dicita-citakan yakni Gereja yang signifikan dan relevan. Katekese sangatlah penting bagi umat Kristiani, maka umat Kristiani haruslah terlibat dalam mengikuti katekese. Umat merupakan salah satu pusat katekese tetapi jika pelaksanaan katekese tanpa kehadiran katekis atau fasilitator maka katekese tidak dapat berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaan katekese, katekis bersama umat secara bersama-sama membangun dan mewujudkan Gereja yang siginifikan dan relevan.

(60)

A. Gambaran umum Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan 1. Sejarah Singkat Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan

Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh dari ketua lingkungan, maka penulis dapat mengetahui tentang sejarah terbentuknya lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan atau lebih dikenal dengan sebutan lingkungan Yosben berlindung dibawah Santo Yosef dan Santo Benediktus. Sebelum tahun 1977 umat Katolik di wilayah Sagan Porbonegaran masih merupakan satu kring besar, yaitu kring St. Yosef Benediktus. Setelah umat Katolik di wilayah Sagan Porbonegaran semakin berkembang banyak maka mulai tahun 1977 kring Santo Yosef Benediktus dibagi menjadi 4 blok yang kemudian dalam perkembanganya dibagi menjadi 3 lingkungan yaitu Lingkungan Elisabet, Lingkungan Santo Yosef Benediktus, dan Lingkungan Veronika.

(61)

2. Situasi Umat di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan

Berdasarkan data sensus anggota yang tercatat pada tahun 2013, jumlah KK umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ada 38 KK dan 134 jumlah umat seluruhnya termasuk anak-anak dan remaja. Tidak semua umat aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sebagian besar asli penduduk Yogyakarta, ada juga umat yang berasal dari berbagai daerah dan kebanyakan adalah orang muda yang kuliah, bekerja di Yogyakarta lalu tinggal di sekitar lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan baik kost maupun di asrama Syantikara.

Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan mempunyai struktur kepengurusan yang dibentuk melalui pemilihan bersama. Kepengurusan di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan terkoordinir dengan baik. Kepengurusan di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan terdiri dari pengurus inti yaitu: ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris dan seksi-seksi dalam bidang tertentu, yaitu: seksi liturgi dan pewartaan, seksi sosial, seksi koor, seksi tata laksana, seksi tata laksana kapel Bintang Samudra, seksi humas, pangrutiloyo, seksi pendampingan keluarga, seksi inisiasi, seksi koperasi dan koordinator parkir Gereja. Masing-masing seksi memiliki tugas dan tanggungjawab sesuai bidangnya. Kerjasama dalam kepengurusan lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan berjalan dengan baik, komunikasi antar pengurus inti maupun penanggung jawab para seksi berjalan dengan lancar.

(62)

membantu tercapainya tujuan bersama. Di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, kepengurusan dibentuk agar lingkungan mereka dapat terkoordinir dengan baik supaya mencapai tujuan bersama yakni mewujudkan Gereja signifikan dan relevan dengan melibatkan diri untuk Gereja.

Suatu kegiatan di lingkungan maupun paroki dapat disebut karya katekese, apabila terjadi komunikasi iman dari tiap anggota atau warganya. Komunikasi iman ini pada akhirnya akan meneguhkan dan memperdalam iman serta menjadikannya sebagai saksi Kristus melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan. Berperan dalam karya katekese berarti pula turut ambil bagian dalam kehidupan menggereja (Sumarno, 2010).

Kehidupan lingkungan diwujudkan melalui kegiatan inti paroki atau wilayah. Kegiatan intilah yang akan menggambarkan profil hidup umat. Kegiatan inti tersebut meliputi empat bidang utama yaitu membangun jemaat yang berupa

community gerejawi (koinonia), mengembangkan pewartaan-kesaksian iman

(kerygma), mengembangkan perayaan iman (liturgia) dan mengembangkan

(63)

Dalam pendalaman iman, umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan juga bersaksi (kerygma) tentang pengalaman iman mereka. Melalui sharing yang mereka ungkapkan, terbukti bahwa umat percaya bahwa Allah berkarya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Melalui Sabda Allah, mereka diteguhkan dan dikuatkan dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan berbagai godaan dan persoalan. Dalam mengatasi segala godaan dan tantangan diperlukan pembekalan pembinaan iman dengan mendengarkan dan menghayati Sabda Allah serta dukungan umat Katolik lainnya.

Selain melaksanakan pendalaman iman, umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan juga mengadakan perayaan Ekaristi (liturgia) yaitu Ekaristi pada saat peringatan arwah umat lingkungan yang sudah meninggal, pesta nama lingkungan dan misa syukur yang dimohon dari keluarga umat tertentu. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sering mendapat tugas koor di gereja Santo Antonius Kota Baru, Kapel Maria Bintang Samudra, Kapel Panti Rapih dan koor untuk perayaan-perayaan khusus di lingkungan. Latihan koor diadakan sebanyak dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari Selasa dan Jum’at. Hal itu merupakan keterlibatan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dalam bidang liturgi.

(64)

mengadakan lomba menjelang acara tertentu dengan mengikutsertakan masyarakat non Katolik dan mengunjungi orang sakit. Dalam menjalin kebersamaan, keakraban antar umat lingkungan, mereka sering mengadakan ziarah bersama ke goa Maria, kunjungan ke biara-biara, retret dan pada saat hari raya Natal dan Paskah mereka juga mengadakan acara bersama dengan mengundang lingkungan lainnya.

Orang muda di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan juga terlihat aktif. Mereka juga mengadakan pendalaman iman khusus untuk orang muda dan yang masih berjiwa muda. Pendalaman iman bagi orang muda biasanya dilaksanakan satu bulan sekali pada Minggu kedua. Pada Minggu keempat, orang tua dan orang muda bergabung menjadi satu untuk melaksanakan pendalaman iman bersama yang bertujuan untuk menjalin kebersamaan antar orang tua dan orang muda lingkungan.

(65)

banyak dihadiri oleh umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dibandingkan kegiatan lainnya seperti, koor, ziarah, perayaan misa di lingkungan, dsb. Kehadiran umat yang sedikit dan pasif dalam pendalaman iman menjadikan suatu permasalahan bagi lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Mereka kurang menyadari bahwa keterlibatan dalam pendalaman iman sangatlah penting baik bagi diri sendiri maupun lingkungan. Persekutuan tidak hanya berkumpul, besenang-senang atau bepergian bersama-sama dengan umat lingkungan. Persekutuan adalah berkumpul dengan saudara seiman untuk semakin bersatu dalam Kristus. Dengan sikap terbuka umat mau membagikan pengalaman iman mereka, saling meneguhkan satu sama lain sehingga dapat membangun umat yang satu sebagai warga lingkungan maupun Gereja.

3. Keadaaan Katekese di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan

Seperti yang sudah dikatakan pada bab sebelumnya bahwa umat Allah hendaknya ikut ambil bagian dalam perkembangan internal Gereja terutama dalam hal perkembangan iman mereka. Sebagai umat Allah, umat lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan sudah ikut ambil bagian dalam perkembangan internal Gereja yakni melaksanakan kegiatan katekese yang bertujuan untuk mengembangkan iman akan Kristus supaya imannya semakin mendalam sehingga dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.

(66)

Dalam katekese, umat diajak untuk mensharingkan pengalamannya tetapi tidak semua umat terlibat aktif dan yang aktif hanya orang-orang itu saja. Hal ini memang menjadi suatu permasalahan dalam pelaksanaan katekese yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Umat yang hadir pada saat katekese hanya sedikit dan masih ada yang pasif. Oleh karena itu, dalam hal ini umat diharapkan memiliki kesadaran dalam diri mereka masing-masing untuk mau melibatkan dirinya dalam mengembangkan iman mereka.

PKKI II menegaskan bahwa katekese diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara umat. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah melaksanakan komunikasi iman mereka melalui sharing dalam pendalaman iman. Sebelum sharing biasanya pemimpin memberikan pertanyaan panduan kepada umat yang bertujuan untuk membantu umat masuk dalam sharing pengalaman hidup mereka. Umat sharing secara bergantian tetapi ada umat yang masih pasif. Umat yang pasif, masih merasa ragu dan malu untuk membagikan pengalaman imannya. Untuk mengatasi hal tersebut, pemimpin menunjuk umat yang pasif tersebut lalu menyuruh mereka mengungkapkan satu atau dua kalimat yang berhubungan dengan tema pada saat itu.

(67)

Santo Yosef Benediktus Sagan diajak untuk menjadi saksi akan iman mereka. Melalui katekese, mereka diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup sehari-hari dan menghubungkan dengan Kitab Suci. Penghayatan iman umat akan semakin berkembang secara sempurna jika umat sungguh-sungguh mendalami iman mereka sesuai dengan Kitab Suci dan saling meneguhkan satu sama lain.

Agar katekese berjalan dengan baik dan lancar, umat ikut terlibat dalam kegiatan katekese, misalnya: sharing, doa, bernyanyi, dsb. Oleh karena itu, katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak akan berjalan dengan baik dan la

Gambar

Tabel 1: Distribusi sampel katekis sukarelawan
Tabel 3: Kisi-kisi penelitian wawancara terhadap sosok katekis
Tabel 4: Kisi-kisi penelitian menggunakan kuisioner terhadap umat lingkungan
Tabel 5   Pengalaman menjadi pemimpin PI di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan
+7

Referensi

Dokumen terkait