• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEDANYANG KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEDANYANG KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

INTAN GIRI GRESIA NPM. 0941010034

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Disusun Oleh:

INTAN GIRI GRESIA NPM. 0941010034

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING UTAMA

DR. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001

Mengetahui DEKAN

(3)

Disusun Oleh:

INTAN GIRI GRESIA NPM. 0941010034

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi J ur usan Ilmu Administr asi Negarafakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 03 J anuar i 2014

Menyetujui

Pembimbing

Dr. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001

Tim Penguji 1. Ketua

Dr. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001

2. Sekretaris

Dra. Susi Har djati, M.AP NIP. 196902101993032001

3. Anggota

Dra. Sri Wibawani, M.Si NIP. 196704061994032001

Mengetahui,

Dekan

(4)

Nama Mahasiswa : Intan Gir i Gresia

NPM : 0941010034

J ur usan : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu Politik

Menyatakan Bahwa Skripsi Ini Telah Direvisi Dan Disahkan

Pada Tanggal 03 J anuar i 2014

Penguji I

Dr. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001

Penguji II

Dra. Susi Har djati, M.AP NIP. 196902101993032001

Penguji III

(5)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, berkat dan anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul “PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH

DASAR NEGERI KEDANYANG KECAMATAN KEBOMAS

KABUPATEN GRESIK”.

Dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat beberapa

kekurangan-kekurangan. Selesainya kegiatan hingga penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

adanya arahan dan bimbingan dari Bpk. DR. Lukman Arif, M.Si yang dengan segala perhatian, bimbingan, arahan yang bermanfaat, dan rela meluangkan

waktunya untuk penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terimakasih yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaika penulisan skripsi ini, diantaranya :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

(6)

4. Bapak Takim, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Kedanyang Kecamatan

Kebomas Kabupaten Gresik.

5. Bapak Miskan, selaku Ketua Komite Sekolah SDN Kedanyang Kecamatan

Kebomas Kabupaten Gresik.

6. Segenap Guru dan Pegawai SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten

Gresik yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi – informasi

yang terkait dalam penulisan skripsi ini.

7. Doa restu bapak dan ibu yang selalu memberikan motivasi dan arahan dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Teman – temanku di Prodig Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, penulis banyak ucapkan terima kasih atas bantuannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu ktitik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir

kata semoga dengan proposal ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan

khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umunya serta para pembaca.

Surabaya, 17 Desember 2013

(7)

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

2. Peran Serta Masyarakat dalam penyelidikan... 18

3. Pengertian Partisipasi Masyarakat ... 19

a. Konsep melaksanakan partisipasi masyarakat ... 20

b. Keberhasilan partisipasi masyarakat ... 21

c. Alasan utama pentingnya partisipasi masyarakat ... 23

4. Hubungan sekolah dengan sekolah ... 23

5. Pengertian Komite Sekolah ... 24

6. Pembentukan komite Sekolah ... 25

a. Dasar hukum pembentukan komite sekolah ... 25

(8)

a. Peran komite sekolah ... 27

A. Gambaran Umum Sekolah Dasar Negeri Kedanyang ... 52

1. Letak dan wilayah administratif ... 52

2. Visi, misi dan tujuan sekolah dasar Negeri Kedanyang ... 53

B. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri Kedanyang ... 55

C. Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Sekolah ... 57

D. Komposisi Pegawai Sekolah Dasar Negeri Kedanyang ... 70

E. Struktur Organisasi Komite Sekolah Dasar Negeri Kedanyang . 74 F. Peran dan Fungsi Komite Sekolah ... 76

1. Peran Komite Sekolah ... 76

2. Fungsi Komite Sekolah ... 76

G. Komposisi Komite Sekolah Dasar Negeri Kedanyang ... 78

(9)

dalam program sekolah ... 81

b. Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan

dalam Penyusunan RAPBS ... 83

c. Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan

dalam pengadaan sumber daya manusia pendidikan ... 88

2. Peran komite sekolah sebagai badan pendukung (supporting

agency) ... 87

a. Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam

pengelolaan sumber daya ... 87

b. Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam

pengelolaan sarana dan prasarana ... 89

c. Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam

pengelolaan anggaran ... 91

3. Peran komite sekolah sebagai badan pengontrol

(Controlling Agency) ... 93

a. Peran komite sekolah sebagai badan pengontrol dalam

mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah ... 93

b. Peran komite sekolah perencanaan dalam kontrol

terhadap pelaksanaan program sekolah ... 95

c. Peran komite sekolah pernecanaan dalam kontrol

terhadap output pendidikan ... 96

4. Peran komite sekolah sebagai mediator ... 98

a. Peran komite sekolah sebagai mediator dalam

perencanaan ... 98

b. Peran komite sekolah sebagai Mediator dalam

pelaksanaan program ... 101

(10)

agency) ... 106

3. Peran komite sekolah dalam bentuk pengontrol (controlling agency) ... 109

4. Peran komite sekolah dalam bentuk mediator (mediating agency) ... 110

BAB V PENUTUP ... 113

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 115

(11)

Kebomas Kab. Gresik berdasarkan jenis kelamin ... 70

Tabel 4.2. Komposisi pegawai sekolah dasar negeri Kedanyang Kec.

Kebomas Kab. Gresik berdasarkan tingkat pendidikan ... 71

Tabel 4.3. Komposisi pegawai sekolah dasar negeri Kedanyang Kec.

Kebomas Kab. Gresik berdasarkan pangkat / golongan ... 71

Tabel 4.4. Komposisi pegawai sekolah dasar negeri Kedanyang Kec.

Kebomas Kab. Gresik berdasarkan usia ... 72

Tabel 4.5. Jumlah datar siswa SDN Kedanyang ... 73

Tabel 4.6. Fasilitas di SDN Kedanyang Kec. Kebomas Kab. Gresik ... 74

Tabel 4.7. Komposisi komite sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kec.

Kebomas Kec. Gresik berdasarkan Garis Kelamin ... 78

Tabel 4.8. Komposisi komite sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kec.

Kebomas Kec. Gresik berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 78

Tabel 4.9. Komposisi komite sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kec.

(12)

Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 39

Gambar 3.1 Analis Model Interaktif Menurut Miles & Hiberman ... 48

Gambar 4.1 Struktur organisasi Sekolah dasar Negeri Kedanyang ... 56

(13)
(14)

Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar Neger i Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik

Penelitian ini didasarkan oleh pada masalah terhadap minimnya sarana dan prasarana yang memadai dalam penyelenggraan pendidikan akademik dan non akademik. Oleh karena itu bagaimana peran komite sekolah dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan di SDN Kedanyang.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif diskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini seperti pengamatan, wawancara Mendalam, serta Dokumen. analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif ini dapat memperoleh keteraturan dan sistematis yang ketiganya saling berkaitan yaitu meliputi: Reduksi Data,Penyajian Data dan Penarikan Kesimpulan.

(15)

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses

peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan merupakan suatu proses yang

terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Menyadari pentingnya proses pening-katan kualitas sumberdaya manusia,

maka Pemerintah telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui

berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas melalui

pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan

sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan

bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

Indonesia pendidikan merupakan kebutuhan seluruh warga Negara. Oleh

karena itu, pengembangannya harus konseptual, menyeluruh, fleksibel dan

berkesinambungan. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraannya, maka

salah satu upaya yang ditempuh adalah kebijakan pembentukan Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah yang akhir - akhir ini menjadi agenda

terhangat dalam dunia pendidikan di Indonesia. Konsep baru ini cenderung

disambut dan diapresiasi sebagai sebuah angin segar dalam proses perjalanan

penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan lebih mengintensifkan

(16)

Sekolah merupakan salah satu tempat pelaksanaan proses

pembentukan karakter bangsa. Namun pembentukan karakter bangsa ini

bukan hanya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah saja, tetapi semua

komponen yakni orang tua, masyarakat, dan pemerintah harus bersatu padu

membina keberadaan lembaga pendidikan tersebut. Masyarakat terhadap

pendidikan harui di ikutkan mengembangkan dan meningkatkan kualitas

pendidikan. Oleh sebab itu partisipasi masyarakat yang tercakup dalam

kelompok orang tua dan kelompok masyarakat lainnya di luar sekolah atau

di lembaga pendidikan itu sendiri perlu digalakkan agar sekolah menjadi

pusat pembinaan karakter bangsa.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

44/U/2002 tentang dewan pendidikan dan komite sekolah,

a. bahwa dalam rangka mencpai tujuan pendidikan nasional melalui upaya

peningkatan mutu,pemerataan, efisiensi penyelegaraan pendidikan dan

tercaainya demkratisasi pendidikan, perlu adanya dukungan dan peran

serta masyarakat yng lebih optimal.

b. dukugan peran serta masyarakatperlu di dorong unuk bersinergi suatu

wadah dewan pendidikan dan komite ekolah mandiri.

Di dalam Keputusan Menteri Pendidik-an Nasional Nomor 044

/U/2002, dijelaskan Komite sekolah sebagai lembaga mandiri dan dibentuk

(17)

pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta

pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Komite Sekolah dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pendidik-an

Nasional Nomor 044 /U/2002 dengan harapan agar masyarakat ikut serta

mengambil bagian di dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu

tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggungjawab

dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan

pendidikan. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam

peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan

berwujud material saja, akan tetapi juga diperlukan bantuan yang berupa

pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidik-an Nasional Nomor 044

/U/2002, Komite Sekolah diharapkan dapat melaksanakan peran - peran

sebagai:

1. pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan,

2. pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,

pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan

pendidikan

3. pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

(18)

4. mediator antara pemerintah (mediating agency) dengan masyarakat di

satuan pendidikan.

Adapun fungsi Komite Sekolah adalah sebagai berikut:

1. membantu sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas),

2. mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu,

3. melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan / organisasi /

dunia usaha / dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan

penyeleng-garaan pendidikan yang bermutu,

4. menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat,

5. memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan mengenai:

a. kebijakan dan program pendidikan,

b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS),

c. kriteria kinerja satuan pendidikan,

d. kriteria tenaga kependidikan,

e. kriteria fasilitas pendidikan, dan

f. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;

6. mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

(19)

7. menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidikan, dan

8. melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Keberhasilan pendidikan dipengaruhi banyak faktor yang saling

terkait, tidak bisa dipisahkan. Di antara faktor tersebut adalah keterlibatan

masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan. Mulai bantuan pemikiran, sarana

dan prasarana, pembiayaan serta aspek lain. Sesuai dalam Kepmendiknas

nomor 44 tahun 2002 tentang Komite Sekolah sebagai lembaga resmi yang

menjadi mitra sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Sarana dan Prasarana sekolah merupakan salah satu faktor

penunjang dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah.

Tentunya hal tersebut dapat dicapai apabila ketersedian sarana dan prasarana

yang memadai disertai dengan pengelolaan dan pemanfaatan secara

optimal. Untuk mengoptimalkan penyedian, pendayagunaan, perawatan dan

pengendalian prasarana dan sarana pendidikan, sekolah dituntut untuk

memiliki kemandirian dalam mengatur dan mengurus kebutuhan sekolah

menurut kebutuhan berdasarkan aspirasi dan partisipasi warga sekolah

dengan tetap mengacu pada peraturan dan perundang undangan pendidikan

nasional yang berlaku.

Dalam mewujudkan dan mengatur hal tersebut pemerintah melalui

PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, diperbarui

(20)

tegas disebutkan bahwa; Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana

meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber

belaja lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Ayat (2): Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi

lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang

tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,

ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,

tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain

yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan.

Standart sarana dan prasanara sekolah dasar/ madrasah diatur

tersendiri berdasarkan peraturan menteri pendidikaan nasional republic

Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang standart sarana dan prasarana untuk

sekolah dasar/madrasah tsanawiyah (smp/mts), dan sekolah menengah

atas/madrasah aliyah (SMA/MA). Pada poin D ketentuan prasarana dan

sarana, sebuah SD/MI sekurang – kurangnya memiliki prasarana sebagai

berikut : Ruang kelas, Ruang perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruang

pimpinan, Ruang guru, Tempat ibadah, Ruang UKS, Jamban, Gudang, Ruang

(21)

Tabel 1.1 keterangan prasarana di sekolah dasar negeri kedanyang

Sumber : Sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik (2013)

Dari table tersebut di atas dapat dinyatkan bahwa sarana dan

prasarana yang seharusnya dimiliki oleh sekolah dasar negeri kedanyang

kecamatan kebomas kabupaten gresik berdasarkan PP No. 32 Tahun 2013

Bab VII Pasal 42 ayat (2) dan peraturan menteri pendidikaan nasional

republic Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang standart sarana dan

prasarana untuk sekolah dasar/madrasah tsanawiyah (smp/mts), dan sekolah

menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) Pada poin (D) ketentuan

prasarana dan sarana masih belum sesuai karena masih belum memiliki

prasarana yaitu laboratorium IPA.

Ketentuan di atas mengatakan bahwa Sarana dan Prasarana

pendidikan merupakan menjadi salah satu tolok ukur dari mutu

sekolah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan sarana dan prasarana

(22)

pengaplikasian pentingnya sarana dan prasarana pendidikan

persekolahan berbasis sekolah. Bagi Komite sekolah sebagai lembaga resmi

yang menjadi mitra sekolah pemahaman tentang sarana dan prasarana akan

membantu memperluas wawasan tentang bagaimana dapat berperan sebagai

pemberi pertimbangan (advisory agency), pendukung (supporting agency),

pengontrol (controlling agency), dan mediator antara pemerintah (mediating

agency) dengan masyarakat di satuan pendidikan. Sehingga bisa mengelola

sarana dan prasarana dengan baik dan memperbaiki sesuai standart ketentuan

peraturan menteri pendidikan no 24 tahun 2007 guna mencapai tujuan

pendidikan.

Selain beberapa sarana prasarana yang tidak dimiliki, berdasarkan

observasi awal peneliti pada tanggal 22 juli 2013 menemukan fakta di SDN

Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Kondisi prasarana tempat

bermain/berolahraga di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten

Gresik juga hampir setengah dari lapangannya (tempat bermain/berolahraga)

digunakan untuk tempat parkir sepeda peserta didik. Sarana dan Prasarana

tempat bermain / berolahraga dalam Permendiknas 24 Tahun 2007 berfungsi

sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan kegiatan

ekstrakulikuler, tidak digunakan untuk tempat parkir. Dan merupakan ruang

bebas yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat

pohon, saluran air, serta benda – benda lain yang mengganggu kegiatan

(23)

Gambar 1.1 Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah

Dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan nasional sesuai

pasal 56 uu republic indnesia nomor 20 tahun 2003 tentang system

pendidikan nasional pasal 56 menyatakan bahwa

a. masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan

yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program

pendidikan melalui dewam pendidikan dan komite sekolah/madrasah.

b. Dewan pendidikan skolah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan

berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan

memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan

prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi,

dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.

c. Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan

berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan

pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta

pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Ketentuan mengeni pembentukan dewan pendidikan dan komite

sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, dan ayat 3

(24)

Nasional Republik Indonesia Nomor 44/U/2002 tentang dewan pendidikan

dan komite sekolah, bahwa dalam rangka mencpai tujuan pendidikan nasional

melalui upaya peningkatan mutu,pemerataan, efisiensi penyelegaraan

pendidikan dan tercaainya demkratisasi pendidikan, perlu adanya dukungan

dan peran serta masyarakat yng lebih optimal.

Di sekolah dasar negeri kedanyang sudah terbentuk komite sekolah.

Tujuan dibentuk komite sekolah adalah mewadahi dan menyalurkan aspirasi

dan prakarsamasyarakat dalam melahirkan ebijakan operasional dan program

pendidikan di satuan pendidikan, meningkatkan tanggung jawab dan peran

serta masyarakat dla penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, dan

meniptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokrasi dalam

penyelenggaran dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

pendidikan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidik-an Nasional Nomor

044 /U/2002, Komite Sekolah diharapkan dapat melaksanakan peran - peran

sebagai:

5. pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan,

6. pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,

pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan

pendidikan

7. pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

(25)

8. mediator antara pemerintah (mediating agency) dengan masyarakat di

satuan pendidikan.

Berdasarkan dari kondisi objektif dari latar belakang tersebut maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian : Peran Komite Sekolah Dalam

Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar Negeri

Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan setidaknya penulis mengerti yang

akan diteliti atau yang akan diselidiki, karena berangkat dari masalah inilah

dapat disusun konsep tentang penelitian yang sangat dibutuhkan dalam proses

penelitian itu sendiri, adapun perumusan masalah tersebut aadalah berikut :

“Bagaimanakah peran Komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan

Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kecamatan Kebomas

Kabupaten Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Komite

sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah Dasar

Negeri Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian

(26)

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan nyata sehingga dapat

dijadikan bahan referensi yang berharga bagi penulis sekaligus

mengembangkan teori dalam disiplin administrasi publik terhadap obyek

penelitian.

b. Bagi instansi

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan dan menjadi

bahan pertimbangaan dalam mengambil keputusan dan menentukan

kebijakan instansi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.

c. Bagi universitas

Untuk menambah refereni dan litelatur perbendaharaan pada perpustakaan

yang dapat digunakan sebagai kajian untuk penelitian yang sejenis

khususnya pada fakultas ilmu administrasi di universitas pembangunan

(27)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

A. Peneliti Terdahulu

1. Islam. Tahun 2007. Penelitian tentang Pengembangan Model

Kerjasama antara Komite Sekolah dengan Kepala Sekolah dalam

Mewujudkan Pendidikan Berbasis Masyarakat. Keberhasilan

pendidikan dipengaruhi banyak faktor yang saling terkait, tidak bisa

dipisahkan. Di antara faktor tersebut adalah keterlibatan masyarakat dalam

berbagai bentuk kegiatan. Mulai bantuan pemikiran, sarana dan prasarana,

pembiayaan serta aspek lain. Selain itu, kinerja kepala sekolah juga

menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Kedua unsur ini perlu melakukan

kerjasama kolaboratif dalam penyelenggaraan pendidikan. Penelitian ini

secara khusus bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi model- model

kerjasama antara komite sekolah dengan kepala s ekolah, (2) mengetahui

kesesuaian peran dan fungsi komite sekolah dalam m elakukan kerjasama

dengan kepala sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan menurut

Kepmendiknas Nomor 44 Tahun 2002 tentang Komite Sekolah, (3)

mengelaborasikan model- model kerjasama antara komite sekolah dengan

kepala sekolah dalam mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat

sehingga memunculkan model baru yang ideal.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan

pendekatan kualitatif. Subyek penelitian adalah semua komite sekolah dan

(28)

cross-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,

dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan

taxonomi analysis. Langkah analisis melalui tiga tahap yaitu, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan simpulan. Analisis menggunakan triangulasi

data agar transferable dan relieble. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kerjasama antara komite sekolah dan kepala sekolah masih belum sesuai

dengan Kepmendiknas nomor 44 tahun 2002. Hal ini dipengaruhi

lemahnya pemahaman tentang peraturan pemerintah tentang kerjasama

secara mutual.

2. Maddatuang. Tahun 2012. Penelitian tentang Peranan Komite Sekolah

Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Manajemen

sekolah saat ini memiliki kecenderungan ke arah school based

mana-gement (manajemen berbasis sekolah/MBS). Dalam konteks MBS,

sekolah harus meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam

pengelolaannya guna meningkatkan kualitas dan efisiensinya.

Desentralisasi dan otonomi pendidikan dapat berhasil dengan bilamana

kepemimpinan kepala sekolah diberdayakan agar mampu berperan sesuai

dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. Kepala sekolah harus

bertindak sebagai manajer yang dapat menjalankan fungsi-fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Kepala

sekolah juga sebagai pemimpinyang efektif yang perlu mengadopsi gaya

(29)

Peranan Komite Sekolah di dalam peningkatan efektivitas sekolah

dan hasil belajar siswa dapat dilaksanakan dengan cara memberikan

masukan-masukan dalam rangka pengembangan sekolah.

Masukan-masukan instrumental (instrumental input) dan Masukan-masukan-Masukan-masukan

lingkungan (environmental input) berupa kondisi sosial-ekonomi-budaya,

dan bahkan termasuk keamanan lingkungan sekolah, merupakan masukan

yang sangat berarti dari pihak orangtua siswa dan masyarakat (komite

sekolah).

Hasil penelitian adalah Dalam era desentralisasi seperti saat ini,

sektor pendidikan dikelola se-cara otonom oleh pe-merintah daerah,

praksis pendidikan harus ditingkatkan ke arah yang lebih baik dalam arti

relevansinya bagi kepentingan daerah maupun kepentingan nasional.

Manajemen sekolah saat ini memiliki kecenderungan ke arah school based

management (manajemen berbasis sekolah/-MBS). Dalam konteks MBS,

sekolah harus meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam

pengelolaannya guna meningkatkan kualitas dan efisiensinya.

Desentralisasi dan otonomi pen-didikan dapat berhasil dengan bilamana

kepemimpinan kepala sekolah diberdayakan agar mampu berperan sesuai

dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. Kepala sekolah harus

bertindak sebagai manajer yang dapat menjalankan fungsi-fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Kepala

sekolah juga sebagai pemimpinyang efektif yang perlu mengadopsi gaya

(30)

Peranan Komite Sekolah di dalam peningkatan efektivitas sekolah

dan hasil belajar siswa dapat dilak-sanakan dengan cara memberikan

masukan-masukan dalam rangka peng-embangan sekolah.

Masukan-masukan instrumental (instrumental input) dan Masukan-masukan-Masukan-masukan

lingkungan (environ-mental input) berupa kondisi sosial-ekonomi-budaya,

dan bahkan termasuk keamanan lingkungan sekolah, merupakan masukan

yang sangat berarti dari pihak irangtua siswa dan masyarakat (komite

sekolah). Orang tua dan masyarakat serta elemen pemangku kepentingan

(stakeholder) merupakan masukan lingkungan yang ikut berpengaruh

terhadap kinerja sekolah sebagai suatu sistem.

3. Syar wani Ahmad. Tahun 2011. Penelitian tentang Partisipasi

Masyarakat Ter hadap Penyelenggaraan Pendidikan. Sekolah

merupakan salah satu tempat pelaksanaan proses pembentukan karakter

bangsa. Namun pembentukan karakter bangsa ini bukan hanya diserahkan

sepenuhnya kepada sekolah saja, tetapi semua komponen yakni orang tua,

masyarakat, dan pemerintah harus bersatu padu membina keberadaan

lembaga pendidikan tersebut. Masyarakat terhadap pendidikan harus

diikutkan mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh

sebab itu partisipasi masyarakat yang tercakup dalam kelompok orang tua

dan kelompok masyarakat lainnya di luar sekolah atau di lembaga

pendidikan itu sendiri perlu digalakkan agar sekolah menjadi pusat

pembinaan karakter bangsa. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan

(31)

partisipasi masyarakat yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pemanfaatan hasil dan evaluasi pelaksanaan. Keterlibatan masyarakat

dalam berbagai perkembangan pembangunan khususnya terhadap

pembinaan sekolah merupakan konsekwensi logis dari pelaksanaan

otonomi daerah. Partisifasi masyarakat ini akan terwujud sebagai suatu

kegiatan dalam pembangunan pendidikan jika ada kemauan, ada

kemampuan, dan ada kesempatan untuk berpartisipasi. Karenanya perlu

diciptakan suatu cara untuk meningkatkan dan menyalurkan partisipasi

dengan berbagai variasi sesuai dengan kondisi daerah masing-masing atau

keadaan masyarakat dan lembaga pendidikan itu berada. Kondisi ini

menuntut para pemegang kebijakan terhadap pendidikan untuk

mendistribusikan peran dan kekuasaannya agar bisa menampung

sumbangan partisipasi masyarakat. Demikian pula pihak masyarakat dalam

hal ini orang tua harus memiliki kemauan dan kemampuan untuk

berpartisipasi terhadap penyelenggraan pendidikan, agar tercipatanya

sekolah sebagai pusat pembentukan karakter bangsa.

Dari ketiga penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian sebeumnya yng dilakukan Islam , memfokuskan (1)

mengidentifikasi model- model kerjasama antara komite sekolah dengan

kepala s ekolah, (2) mengetahui kesesuaian peran dan fungsi komite

sekolah dalam m elakukan kerjasama dengan kepala sekolah dalam

menyelenggarakan pendidikan menurut Kepmendiknas Nomor 44 Tahun

(32)

kerjasama antara komite sekolah dengan kepala sekolah dalam

mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat sehingga memunculkan

model baru yang ideal. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh .

Maddatuang, memfokuskan Peranan Komite Sekolah dalam peningkatan

efektivitas sekolah dan hasil belajar siswa. Pada penelitian ketiga yang

dilakukan oleh Syarwani Ahmad, memfokuskan Partisipasi Masyarakat

Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Peran

Menurut Abu Ahmadi (1982;50), mendefinisikan peran sebagai suatu

kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan

berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Menurut Bilton, et al (1981;18), menyatakan, peran social miri dengan

peran yang dimainkan seorang actor, maksudnya orang yang memiliki posisi –

posisi atau status – status tertentu dalam masyarakat diharapkan untuk

berperilaku dalam cara – cara tertentu yang bisa di prediksikan, seolah – olah

sjumlah “naskah” (scripts) sudah disiapkan untuk mereka.

Menurut Horton dan Hunt (1993;129), seseorang mungkin tidak

memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain

memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang

itu merasakan peran tersebut.

Menurut Friedman, M, 1998 : 286. Peran adalah serangkaian perilaku

(33)

baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (

ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu

harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi

harapan-harapan mereka sendiri atau harapan-harapan orang lain menyangkut peran-peran

tersebut.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa peran adalah serangkaian perilaku seseorang yang memiliki posisi –

posisi atau status – status tertentu dalam masyarakat.

2. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan

Menurut Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab XIII Pasal 47 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam

Pendidikan, meliputi :

1. Masyarakat sebagai mitra Pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya

untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.

2. Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap

diindahkan.

3. Syarat-syarat dan tata cara dalam penyelenggaraan pendidikan ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.

Bab XIV Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional Pasal 48

1. Keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijaksanaan Menteri

berkenaan dengan sistem pendidikan nasional diselenggarakan melalui

(34)

tokoh-tokoh masyarakat dan yang menyampaikan saran, nasehat, dan

pemikiran lain sebagai bahan pertimbangan.

2. Pembentukan Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional dan pengangkatan

anggota-anggotanya dilakukan oleh Presiden.

3. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Menurut Keith Davis (1979 : 140) dikutip dalam buku yang ditulis

oleh Abu Haraerah (2008 : 109), partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan

mental dan emosi orang – orang dalam situasi kelompok yang mendorong

mereka untuk menyumbangkan pada tujuan – tujuan kelompok dan sama –

sama bertanggung jawab terhadapnya.

Menurut Sastropoetro (1988) dikutip dalam buku yang ditulis oleh

Adi Fahrudin (2012 : 37), bahwa partisipasi adalah keterlibatan spontan dengan

kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk

mencapai tujuan.

Menurut Mubyarto (1985) dikutip dalam buku yang ditulis oleh Adi

Fahrudin (2012 : 37), partisipasi adalah kesadaran untuk membantu berhasilnya

setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti

mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa partisipasi adalah keterlibatan seseorang dengan spontan untuk

menyumbangkan kemampuan disertai tanggung jawab terhadap kepentingan

(35)

a. Konsep melaksanakan par tisipasi masayarakat.

Dalam abad informasi menurut tulis Alvin Toffler dalam anticipatory

democracy dikutip buku David Osborne dan Ted Gaebler yang berjudul

mewirausahakan birokrasi (1996 : 282), “tekanan untuk mempercepat

pengambilan keputusan mengalahkan kerumitan yang semakin meningkat dan

ketidakkraban dengan lingkungan keputusan yang harus diambil.” Hasilnya

“menghancurkan beban berat keputusan pendeknya, goncangan politik masa

depan.”

Salah satu cara adalah berusaha utnuk lebih memperkuat pusat

pemerintahan, yang menambah semakin banyak politikus, birokrasi, pakar dan

computer dalam keputusan untuk berlari lebih cepat dari akselerasi

kompleksitas; cara lain adalah dengan mulai mengurangi beban keputusan

dengan membaginya kepada lebih banyak orang, yang memungkinkan lebih

banyak keputusan dibuat “ke bawah” atau pada “pinggiran” ketimbang

mengkonsentrasikannya pada pusat yang terkena stress dan tidak berfungsi

dengan baik.

Dengan melihat penjelasan di atas bisa di simpulkan bahwa kepala

sekolah untuk bisa cepat mengetahui apa saja yang diperlukan oleh peserta

didik dan apa saja yang disarankan oleh masyarakat. Dengan cara mengurangi

beban keputusan dengan membentuk komite sekolah.

Menurut Doug Ross dikutip buku David Osborne dan Ted Gaebler yang

berjudul mewirausahakan birokrasi (1996 : 283) mengatakan, “saya tidak dapat

(36)

yang ada di bidangnya sehari – harinya. Jika keputusan harus datang dari saya,

saya masih harus mempelajari masalahnya terlebih dahulu, dan kemudian

keputusan tersebut harus kembali ke bawah, kami tak dapat merespon dengan

cepat terhadap kebutuhan.” Disini meskipun kepala sekolah adalah

pimpinannya. Tetapi kepala sekolah kalau harus mendengarkan satu per satu

pendapat masyarakat dan setelah itu member keputusan memang terlalu lama

karena kepala sekolah sendiri sudah memiliki tupoksi. Oleh karena itu harus

ada yang membantu kepala sekolah untuk mengetahui semua itu. Jadi seperti

komite sekolah inilah yang bisa membantu berkomunikasi.

b. Keberhasilan partisipasi masyarakat

Menurut Najib (2005) dalam kutipan Abu Huraerah (2008: 121 - 122),

keberhasilan partisipasi masyarakat di pengaruhi oleh :

a. siapa penggagas partisipasi : apakah pemerintahan pusat, pemerintah derah

atau LSM. Non- government stakeholders berpeluang untu lebih lanjut.

b. Untuk kepentingan siapa partisipasi itu dilaksakan: apakah untuk

kepentingan pemetintah atau untuk masyarakat.

c. Siapa yang memegang kendali : apakah pemerintah pusat, pemerintah

daerah, atau lembaga donor. Jika pemerintah derah atau LSM yang

memegang kendali cenderung lebih berhasil, karena pemerintah daerah

atau LSM cenderung lebih mengetahui permasalahan, kondisi, dan

(37)

d. Hubungan pemerintah dengan masyarakat : apakah ada kepercayaan dari

masyarakat terhadap pemerintahannya, jika hubungan ini baik, partisipasi

akan lebih mudah dilaksaakan.

e. Kultural : daerah yang masyarakatnya memiliki tradisi dalam brpatisipasi

(proses pengambilan keputusan melalui musyawarah) cenderung lebih

mudah dan berlanjut.

f. Politik : kepemerintahan yang stabil menganut sistem yang transparan,

menghargai keberagaman dan demokratis.

g. Legalitas : tersedianya (diupayakan) regulasi yang menjamin partisipasi

wagra dalam pengelolaan pembangunan (terintegrasi dalam sistem

keperintahan di daerah).

h. Ekonomi : adanya mekanisme yang menyediakan akses bagi warga untuk

melibatkan atau memastikan bahwa mereka akan memperoleh “manfaat”

(langsung maupun tidak langsung) setel berpatisipasi.

i. Kepemimpinan : adanya kepemimpinan yang disegani dan memiliki

komitmen untuk mendorong serta melaksanakan partisipasi, dapat dari

kalangan pemerintah, LSM, masyarakat itu sendiri atau tokoh masyarakat.

j. Waktu : penerapan partisipasi tidk hanya sesaat, tetapi ditempatkan pada

kurun waktu yang cukup lama.

k. Tersediany jaringan yang menghubungkan antara warga masyarakat dan

(38)

c. Alasan Utama Pentingnya Partisipasi Masyarakat

Menurut Diana Conyers dalam Susetiawan (1994: 154 - 155) dalam

kutipan Abu Huraerah (2008 : 118 - 119) ada tiga alasan utama mengapa

partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Meliputi :

1. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat,

yang tanpa kehadiranya program pembangunan serta proyek – proyek akan

gagal.

2. Kedua, yaitu bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau

pogram pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proes persiapan dan

perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk – beluk

proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek

tersebut.

3. Ketiga, yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak negara, karena timbul anggapan merupkan suatu hak demokrasi jika masyarakat

dilibatkan dalam pembangunan masyaraakat mereka sendiri.

4. Hubungan sekolah dengan masyarakat

Menurut Edward L. Dalam kutipan buku Suryosubroto (2012 : 13),

hubungan masyarakat adalah kegiatan untuk menanamkan dna memperoleh

pengertian, dukungan, kepercayaan, serta penghargaan pada dan dari public

suatu badan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Menurut Suryosubroto (2012 : 17), administrasi pendidikan di sekolah

(39)

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, menyakut bidang – bidang

materiil, personal dan bidang lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan

sekolah.

Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses

komunikasi antara sekoilah dengan masyarakat dengan maksud meningkatkan

pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta

mendorong minat dan kerjasama warganya dalam usaha memperbaiki sekolah.

Dengan adanya hubungan sekolah dengan masyarakat, sekolah dapat

mengetahui sumber-sumber yang ada dalam masyarakat kemudian

didayagunakan untuk kepentingan kemajuan pendidikan anak di sekolah.

Dilain pihak, masyarakat dapat juga mengambil manfaat dengan turut

mengenyam dan menyerap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

dicapai oleh sekolah. Dari sini kehidupan masyarakat akan ditingkatkan oleh

karenanya.

5. Pengertian Komite sekolah

Di dalam Kepmendiknas No.44/U/2002, dijelaskan Komite sekolah

sebagai lembaga mandiri dandibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu

pelayanan dengan memberikanpertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,

sarana dan prasarana, sertapengawasan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan.

Komite sekolah merupakan suatu lembaga nonprofit dan nonpolitis,

dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholders

(40)

unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan proses dan hasil

pendidikan.

Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak

mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah manapun lembaga pemerintah

lainnya.

6. Pembentukan komite sekolah

a. Dasar hukum pembentukan komite sekolah

a. Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang -

Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

b. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, tentang Standart Nasional

Pendidikan

c. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun2013, tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standart Nasional

Pendidikan

d. Kepmendiknas No.44/U/2002,tentang Dewan Pendidikan Dan Komite

Sekolah

e. Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2007, tentang Standart Saranan dan

Prasarana untuk SD/ MI,SMP/MTs, SMA/MA

b. Mekanisme pembentukan komite sekolah

Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Mekanisme Pembentukan Komite

Sekolah meliputi :

(41)

a. Masyarakat dan/atau kepala satuan pendidikan membentuk panitia

pesriapan. Panitia persiapan berjumlah sekurang – kurangnya 5 (lima)

orang yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru,

kepala satuan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan), pemerhati

pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama ,

dunia usaha, dan industri), dan orang tua peserta didik.

b. Panitia persiapan bertugas mempersiapkan pembentukan komite

sekolah dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1) Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk

pengurus/anggota BP3, majelis sekolah, dan komite sekolah yang

sudah ada) tentang komite sekolah menurut keputusan ini.

2) Menyusun kriteria dan mengindentifikasi calon anggota

berdasarkan usulan dari masyarakat

3) Menyeleksi calon anggota berdasarkan usulan dari masryarakat.

4) Mengumumkan nama – nama calon anggota kepada masyarakat.

5) Menyusun nama – nama anggota terpilih.

6) Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota komite sekolah.

7) Menyampaikan nama pengurus dan anggota kepada kepala satuan

pendidikan.

2.

Panitia persiapan dinyatakan bubar setelah komite sekolah terbentuk.

c. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah

Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Tujuan Pembentukan Komte

(42)

1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan;

2. Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis

dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

pendidikan.

d. Kedudukan dan sifat komite sekolah

Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Kedudukan Dan Sifat Komite

Sekolah meliputi :

1. Komite Sekolah berkedudukan di satuan pendidikan.

2. Komite Sekolah dapat terdiri dari satu satuan pendidikan, atau beberapa

satuan pendidikan dalam jenjang yang sama, atau beberapa satuan

pendidikan yang berbeda jenjang tetapi berada pada lokasi yang

berdekatan, atau satuan-satuan pendidikan yang dikelola oleh suatu

penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan lainnya.

3. Badan ini bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan

lembaga pemerintahan.

7. Peran, Fungsi dan Tujuan Komite sekolah

a. Peran Komite sekolah

(43)

1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;

2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran

maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan;

4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan

pendidikan.

b. Fungsi Komite sekolah

Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Fungsi Komite Sekolah meliputi :

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;

2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia

usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu;

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat;

4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan mengenai:

a. kebijakan dan program pendidikan;

b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS);

c. kriteria kinerja satuan pendidikan;

(44)

e. kriteria fasilitas pendidikan; dan

f. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;

5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan

pendidikan disatuan pendidikan;

7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

c. Tujuan Komite sekolah

Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Tujuan Komite Sekolah meliputi :

1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan;

2. Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis

dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

pendidikan.

8. Organisasi Komite sekolah

Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Organisasi Komite Sekolah meliputi :

(45)

a. Keanggotaan Komite Sekolah terdiri atas:

1. Unsur masyarakat dapat berasal dari:

a. orang tua/wali peserta didik;

b. tokoh masyarakat;

c. tokoh pendidikan;

d. dunia usaha/industri;

e. organisasi profesi tenaga pendidikan;

f. wakil alumni;

g. wakil peserta didik.

2. Unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan Badan

Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota Komite

Sekolah (maksimal 3 orang).

b. Anggota Komite Sekolah sekurang-kurangnya berjumlah 9 (sembilan)

orang dan jumlahnya gasal.

2. Kepengurusan Komite Sekolah:

a. Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. Ketua:

2. Sekretaris;

3. Bendahara;

b. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota;

c. Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan.

3. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).

(46)

b. Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama dan tempat kedudukan:

2. Dasar, tujuan dan kegiatan;

3. Keanggotaan dan kepengurusan;

4. Hak dan kewajiban anggota dan pengurus;

5. Keuangan;

6. Mekanisme kerja dan rapat-rapat;

7. Perubahan AD dan ART serta pembubaran organisasi.

9. Sar ana dan Prasarana

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan No 24 Tahun 2007 sebuah

SD sekarang memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :

1. Ruang kelas

a. Fungsi ruang kealas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori,

praktek yang tdak memerlukan peralatan khusus, atau praktek

dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.

b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan

belajar.

c. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.

d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/ peerta didik. Untuk

romongan belajar dengan peseta didik kurang dari 15 orang, luas

(47)

e. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan

yang memadai untuk membaca buku dan untuk mmberikan

pandangan ke luar ruangan.

f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan

guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat

dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

g. Ruang kelas dilengkapi sarana seperti (kursi peserta didik, meja

peserta didik, kursi guru, meja guru, lemari, rak hasil karya peserta

didik, papan panjang, alat peraga, papan tulis, tempat sampah,

tempat cuci tangan, jam dindin dan soket listrik).

2. Ruang perpustakaan

a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik

dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka

dengan membaca, mengamati, mendengar dan sekaligus tempat

petugas mengelola perpustakaan.

b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang

kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.

c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk member pencahayaan

yang memadai untuk membaca buku.

d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.

e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana (buku teks pelajaran, buku

(48)

lain, rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca, kursi baca,

kursi kerja, meja kerja, lemari katalog, lemari, papan pengumuman,

meja multimedia, peralatan multimedia, buku ivestaris, tempat

sampah, soket listrik dan jam dinding).

3. Laboratorium IPA

a. Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.

b. Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung

kegiatan dalam bentuk percobaan.

c. Setiap satuan pendidika dilengkapi sarana laboratorium IPA (lemari,

model lerangka manusia, model tubuh manusia, globe, mode tata

surya, kaca pembesar, cermin, datar, cermin cekung, cermin

cembung, lensa datar, lensa cekung, lensa cembung, magnet batang,

dan poster IPA).

4. Ruang pimpinan

a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegitan

pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang

tua murid, unsur komite sekolah, petuas dinas pendidikan, atau tamu

lainnya.

b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.

c. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat

dikunci dengan baik.

d. Ruang pimpinan dilengkai sarana (kursi pimpinan, meja

(49)

kenegaraan, tempat sampah, mesin ketik (komputer), filing abinet.

Brankas dan jam dinding).

5. Ruang guru

a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta

menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.

b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/ pendidik dan luas minimum

32 m2.

c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar

lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

d. Ruang guu dilengkapi sarana (kursi kerja, meja kerja, lemari, papan

statistik, papan pengumuman, tempat sampah, tempat cuci tangan,

jam dinding dan penanda waktu).

6. Tempat beribadah

a. Tempat beribadah befungsi sebagai tempat warga sekolah

melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing – masing

pada waktu sekolah.

b. Banyak tempat beribadah sesuai dngan kebutuhan tiap satuan

pendidikan, dengan luas minimum 12 m2.

c. Tempat beribadah dlengkapi sarana (lemari, perlengkapan ibadah

(50)

7. Ruang UKS

a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan diri peserta

didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.

b. Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.

c. Luas minimum ruang UKS 12 m2.

d. Ruang UKS dilengkapi sarana (tempat tidur, lemari, meja, kursi,

catatan kesehatan peserta didik, perlengkapan P3K, tandu, selimut,

tensimeter, thermometer badan, timbangan badan, pengukur tinggi

badan, tempat sampah, tempat cuci tangan dan jam dinding).

8. Jamban

a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan kecil.

b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pri, 1

unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban

untuk guru. banyak minimum jamban setiap sekola 3 unit.

c. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.

d. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah

dibersihkan.

e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

f. Jamban dilengkapi sarana (kloset jongkok, temat air, gayung,

gantungan pakaian dan tempat sampah).

9. Gedung

a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan

(51)

sekolah yang tidak/belum berfungsi d satuan pendidikan, dan temat

menyimpanan arsip sekolaj yang telah berusia lebih dari 5 tahun.

b. Luas minimum gudang 18 m2.

c. Gudang dapat dikunci.

d. Gudang dilengkapi sarana (lemari dan rak).

10.Ruang sirkulasi

a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung

antar ruang dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat

berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sisal peserta didik di

luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak

memungkinkan kegiatan – kegiatan tersebut berlangsung di

haalaman sekolah.

b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan

ruang – ruang di dalam bangunan sekola dengan luas minimum 30%

dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m,

dan tinggi minimum 2,5 m.

c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang – ruang

yang baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan

yang cukup.

d. Koridor tanpa dindin pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi

paar pengaman dengan tinggi 90 – 110 cm.

e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan

(52)

f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan

bertingkat tidak lebih dari 25 m.

g. Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm,

lebar anak tangga 25 – 30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang

kokoh dengan tinggi 85 – 90 cm.

h. Tangga yang memiliki leih dari 16 anak tangga harus dilengkapi

bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.

i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dna penghawaan

yan cukup.

11.Tempat bermain/berolahraga

a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain,

berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan egiatan

ekstrakulikuler.

b. Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m2/ peserta

didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang

dari 167, luas minimum tempat bermain/berolahraga 500 m2. Di

dalam luasan tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga

berukuran 20 m x 15 m.

c. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian

ditanami pohon penghijauan.

d. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak

mengganggu proes pembelajaran di kelas.

(53)

f. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar,

drainase baik, dan tidk terdapat pohon, saluran air, serta benda –

benda ain yang mengganggu kegiatan olahraga.

g. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana (tiang bendera,

bendera, peralatan sepak bola, peralatan senam, peralatan atletik,

peralatan seni budaya, peralatan ketrampilan, pengeras suara dan tipe

recorder).

C. Kerangka Ber fikir

Kerangka berfikir merupakan penjelasan spesifik mengenai alur pikir

teoritik terhadap pemecahan masalah yang diteliti, penjelasan tentang teori

dasar yang digunakan untuk menggambarkan alur teori atau jalinan teori yang

mengarah kepada pemecahan masalah

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori,

maka dapat dapat dibuat kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai

(54)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang - Undang No. 2 Tahun

1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2007 tentang standart sarana dan

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. J enis Penelitian

Metode penelitian adalah penentuan metode yang sering juga disebut

sebagai strategi pemecahan masalah, sebab dalam tahap ini mempermasalahkan

bagaimana masalah penelitian yang ada dipecahkan atau ditemukan jawabannya.

Untuk memilih metode yang tepat dalam penelitian maka tergantung dari

maksud dan tujuan penelitian, karena penelitian ini merupakan penelitian yang

dilakukan variable mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variable yang lain, maka penelitian yang bersifat

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Sesuai dengan pendapat Moleong (2007 : 06), dalam penelitian kualitatif

metode yang sesuai penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan,

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian yang digunakan penelitian kualitatif dengan maksud ingin

memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang Peran Komite

Sekolah Dasar Di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik

dengan kepala sekolah melalui Kepmendiknas Nomor 44 Tahun 2002 tentang

Komite Sekolah.

Sedangkan menurut Moleong (2007 : 06), bahwa penelitian kualitatif

(56)

dirinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Devinisi ini lebih

melihat perspektif dalam penelitian yaitu memandang dalam suatu upaya

membangun pandangan subyek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata,

dan gambaran holistik.

Sedangkan menurut Denzin dan Lincon dalam Moleong (2007 : 05),

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan sebagai metode yang ada. Dari segi penelitian ini, para penulis masih

tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat dapat

digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian

kualitatif adalah sebagai macam metode penelian. Dalam penelitian kualitatif

metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara , pengamatan, dan

pemanfaatan dokumen.

Peneliti kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal ini

merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah

dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau

sekelompok orang.

Dari kajian tentang definisi-devinisi tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud menggambarkan

dan memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian, misalnya

perilaku, perspsi, motivasi tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan

cara-cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang

(57)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunaskan oleh peneliti untuk

mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data

yang akurat. Agar dapat memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran

yang sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih dan menetapkan

lokasi penelitian ini di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.

Selain itu, pemilihan lokasi penelitian ini dimaksudkan agar peneliti dapat lebih

memahami tentang Peran Komite Sekolah Dasar di SDN Kedanyang Kecamatan

Kebomas Kabupaten Gresik dengan kepala sekolah di SDN Kedanyang

Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik melalui Kepmendiknas Nomor 44 Tahun

2002 tentang Komite Sekolah.

C. Fokus Penelitian

Masalah yang akan diteliti yang pada awalnya masih umum dan samar –

samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam

lapangan, fokus ini masih mungkin mengalami perubahan selama berlangsung

penelitian itu.

Menurut Moleong (2007 : 94), menyatakan bahwa ada dua maksud

tertentu yang ingin dicapai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan

memnfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini

fokus akan membatasi bidang inkuri sehingga peneliti tidak perlu kesana kemari

untuk mencari subyek penelitian. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk

memenuhi kreteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi

(58)

seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data yang

dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah atau mana yang akan dibuang.

Adapun fokus penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui pelaksanaan

Peran Komite Sekolah Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidik-an Nasional

Nomor 044 /U/2002 yang meliputi :

1. Peran komite sekolah dalam bentuk pemberi pertimbangan (advisory

agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan

pendidikan,

2. Peran komite sekolah dalam bentuk pendukung (supporting agency), baik

yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidikan.

3. Peran komite sekolah dalam bentuk pengontrol (controlling agency) dalam

rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran

pendidikan di satuan pendidikan,

4. Peran komite sekolah dalam bentuk mediator antara pemerintah (mediating

agency) dengan masyarakat di satuan pendidikan melalui menjadi

perantara/penghubung antara sekolah dengan masyarakat, sekolah dengan

sekolah lain, sekolah dengan dinas pendidikan, sekolah dengan lembaga –

lembaga di luar sekolah.

D. Sumber Data dan J enis Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2007 : 157), sumber data utama dalam

(59)

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.

Data primer adalah data dan informasi yang yang diambil secara langsung

dari sumbernya atau melalui pengumpulan data dari pihak – pihak yang terkait

denganperan komite sekolah dasar di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas

Kabupaten Gresik melalui Kepmendiknas Nomor 44 Tahun 2002 tentang Komite

Sekolah, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang ada

pada lembaga atau instansi serta bahan lainnya yang berkaitan dengan variabel

penelitian atau sumber data tertulis yang diperoleh dari catatan ataupun database

di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.

Adapun jenis data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis

data, antara lain :

1. Sumber Tertulis

Data dan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber yang relavan dan

kompeten, datanya yang berupa dokumen-dokumen, laporan-laporan dan

arsip-arsip lain yang ada relevensinya dengan penelitian ini.

2. Data Statistik

Memperoleh data statistik yang ada di SDN Kedanyang Kecamatan

Kebomas Kabupaten Gresik yang berkaitan dengan Variabel penelitian.

Data statistik tersebut berupa :

a. Daftar pegawai-pegawai SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas

Gambar

Tabel 1.1 keterangan prasarana di sekolah dasar negeri kedanyang
Gambar 1.1 Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Analisis Model Interakif Menurut Miles dan Huberman
+7

Referensi

Dokumen terkait

menganalisis suatu statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas

Jika batas atas dan bawah irisan berubah untuk sembarang irisan di D maka daerah D harus dibagi dua atau lebih... Luas D dihampiri oleh jumlah luas

Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kesadaran merek All New Honda City yang berada pada tingktan Top Of Mind (ingatan pertama) sebesar 28

kebiruan yang merupakan pantulan cahaya dari bulan di langit.Sedangkan pada objek selanjytnya yaitu tanah disekitar jalan lebih cendrung berwarna biru kecoklatan. Dari

Immunomodulatory activity in vivo from EPS was measured using phagocytic activity and phagocytic capacity macrophage cells from mice peritoneal cavity

Orangtua akan marah pada saya apabila pekerjaan yang saya lakukan tidak bagus.. Orangtua selalu menjelaskan alasannya, ketika saya dilarang

 Mahasiswa mampu mengevaluasi konsep perencanaan bangunan infrastruktur air dalam suatu wilayah sungai (WS), meliputi irigasi dan saluran (drainase), waduk

Factors Factors Affecting Affecting Channel Channel CHOICE CHOICE Factors Factors Affecting Affecting Channel Channel CHOICE CHOICE Producer Factors Producer Factors