SKRIPSI
Oleh :
INTAN GIRI GRESIA NPM. 0941010034
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Disusun Oleh:
INTAN GIRI GRESIA NPM. 0941010034
Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING UTAMA
DR. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001
Mengetahui DEKAN
Disusun Oleh:
INTAN GIRI GRESIA NPM. 0941010034
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi J ur usan Ilmu Administr asi Negarafakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 03 J anuar i 2014
Menyetujui
Pembimbing
Dr. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001
Tim Penguji 1. Ketua
Dr. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001
2. Sekretaris
Dra. Susi Har djati, M.AP NIP. 196902101993032001
3. Anggota
Dra. Sri Wibawani, M.Si NIP. 196704061994032001
Mengetahui,
Dekan
Nama Mahasiswa : Intan Gir i Gresia
NPM : 0941010034
J ur usan : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu Politik
Menyatakan Bahwa Skripsi Ini Telah Direvisi Dan Disahkan
Pada Tanggal 03 J anuar i 2014
Penguji I
Dr. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001
Penguji II
Dra. Susi Har djati, M.AP NIP. 196902101993032001
Penguji III
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, berkat dan anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH
DASAR NEGERI KEDANYANG KECAMATAN KEBOMAS
KABUPATEN GRESIK”.
Dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat beberapa
kekurangan-kekurangan. Selesainya kegiatan hingga penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
adanya arahan dan bimbingan dari Bpk. DR. Lukman Arif, M.Si yang dengan segala perhatian, bimbingan, arahan yang bermanfaat, dan rela meluangkan
waktunya untuk penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaika penulisan skripsi ini, diantaranya :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
4. Bapak Takim, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Kedanyang Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik.
5. Bapak Miskan, selaku Ketua Komite Sekolah SDN Kedanyang Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik.
6. Segenap Guru dan Pegawai SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten
Gresik yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi – informasi
yang terkait dalam penulisan skripsi ini.
7. Doa restu bapak dan ibu yang selalu memberikan motivasi dan arahan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Teman – temanku di Prodig Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, penulis banyak ucapkan terima kasih atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu ktitik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir
kata semoga dengan proposal ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umunya serta para pembaca.
Surabaya, 17 Desember 2013
HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii
2. Peran Serta Masyarakat dalam penyelidikan... 18
3. Pengertian Partisipasi Masyarakat ... 19
a. Konsep melaksanakan partisipasi masyarakat ... 20
b. Keberhasilan partisipasi masyarakat ... 21
c. Alasan utama pentingnya partisipasi masyarakat ... 23
4. Hubungan sekolah dengan sekolah ... 23
5. Pengertian Komite Sekolah ... 24
6. Pembentukan komite Sekolah ... 25
a. Dasar hukum pembentukan komite sekolah ... 25
a. Peran komite sekolah ... 27
A. Gambaran Umum Sekolah Dasar Negeri Kedanyang ... 52
1. Letak dan wilayah administratif ... 52
2. Visi, misi dan tujuan sekolah dasar Negeri Kedanyang ... 53
B. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri Kedanyang ... 55
C. Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Sekolah ... 57
D. Komposisi Pegawai Sekolah Dasar Negeri Kedanyang ... 70
E. Struktur Organisasi Komite Sekolah Dasar Negeri Kedanyang . 74 F. Peran dan Fungsi Komite Sekolah ... 76
1. Peran Komite Sekolah ... 76
2. Fungsi Komite Sekolah ... 76
G. Komposisi Komite Sekolah Dasar Negeri Kedanyang ... 78
dalam program sekolah ... 81
b. Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan
dalam Penyusunan RAPBS ... 83
c. Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan
dalam pengadaan sumber daya manusia pendidikan ... 88
2. Peran komite sekolah sebagai badan pendukung (supporting
agency) ... 87
a. Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam
pengelolaan sumber daya ... 87
b. Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam
pengelolaan sarana dan prasarana ... 89
c. Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam
pengelolaan anggaran ... 91
3. Peran komite sekolah sebagai badan pengontrol
(Controlling Agency) ... 93
a. Peran komite sekolah sebagai badan pengontrol dalam
mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah ... 93
b. Peran komite sekolah perencanaan dalam kontrol
terhadap pelaksanaan program sekolah ... 95
c. Peran komite sekolah pernecanaan dalam kontrol
terhadap output pendidikan ... 96
4. Peran komite sekolah sebagai mediator ... 98
a. Peran komite sekolah sebagai mediator dalam
perencanaan ... 98
b. Peran komite sekolah sebagai Mediator dalam
pelaksanaan program ... 101
agency) ... 106
3. Peran komite sekolah dalam bentuk pengontrol (controlling agency) ... 109
4. Peran komite sekolah dalam bentuk mediator (mediating agency) ... 110
BAB V PENUTUP ... 113
A. Kesimpulan ... 113
B. Saran ... 115
Kebomas Kab. Gresik berdasarkan jenis kelamin ... 70
Tabel 4.2. Komposisi pegawai sekolah dasar negeri Kedanyang Kec.
Kebomas Kab. Gresik berdasarkan tingkat pendidikan ... 71
Tabel 4.3. Komposisi pegawai sekolah dasar negeri Kedanyang Kec.
Kebomas Kab. Gresik berdasarkan pangkat / golongan ... 71
Tabel 4.4. Komposisi pegawai sekolah dasar negeri Kedanyang Kec.
Kebomas Kab. Gresik berdasarkan usia ... 72
Tabel 4.5. Jumlah datar siswa SDN Kedanyang ... 73
Tabel 4.6. Fasilitas di SDN Kedanyang Kec. Kebomas Kab. Gresik ... 74
Tabel 4.7. Komposisi komite sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kec.
Kebomas Kec. Gresik berdasarkan Garis Kelamin ... 78
Tabel 4.8. Komposisi komite sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kec.
Kebomas Kec. Gresik berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 78
Tabel 4.9. Komposisi komite sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kec.
Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 39
Gambar 3.1 Analis Model Interaktif Menurut Miles & Hiberman ... 48
Gambar 4.1 Struktur organisasi Sekolah dasar Negeri Kedanyang ... 56
Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar Neger i Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik
Penelitian ini didasarkan oleh pada masalah terhadap minimnya sarana dan prasarana yang memadai dalam penyelenggraan pendidikan akademik dan non akademik. Oleh karena itu bagaimana peran komite sekolah dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan di SDN Kedanyang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif diskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini seperti pengamatan, wawancara Mendalam, serta Dokumen. analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif ini dapat memperoleh keteraturan dan sistematis yang ketiganya saling berkaitan yaitu meliputi: Reduksi Data,Penyajian Data dan Penarikan Kesimpulan.
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Menyadari pentingnya proses pening-katan kualitas sumberdaya manusia,
maka Pemerintah telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui
berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan
sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan
bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di
Indonesia pendidikan merupakan kebutuhan seluruh warga Negara. Oleh
karena itu, pengembangannya harus konseptual, menyeluruh, fleksibel dan
berkesinambungan. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraannya, maka
salah satu upaya yang ditempuh adalah kebijakan pembentukan Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah yang akhir - akhir ini menjadi agenda
terhangat dalam dunia pendidikan di Indonesia. Konsep baru ini cenderung
disambut dan diapresiasi sebagai sebuah angin segar dalam proses perjalanan
penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan lebih mengintensifkan
Sekolah merupakan salah satu tempat pelaksanaan proses
pembentukan karakter bangsa. Namun pembentukan karakter bangsa ini
bukan hanya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah saja, tetapi semua
komponen yakni orang tua, masyarakat, dan pemerintah harus bersatu padu
membina keberadaan lembaga pendidikan tersebut. Masyarakat terhadap
pendidikan harui di ikutkan mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pendidikan. Oleh sebab itu partisipasi masyarakat yang tercakup dalam
kelompok orang tua dan kelompok masyarakat lainnya di luar sekolah atau
di lembaga pendidikan itu sendiri perlu digalakkan agar sekolah menjadi
pusat pembinaan karakter bangsa.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
44/U/2002 tentang dewan pendidikan dan komite sekolah,
a. bahwa dalam rangka mencpai tujuan pendidikan nasional melalui upaya
peningkatan mutu,pemerataan, efisiensi penyelegaraan pendidikan dan
tercaainya demkratisasi pendidikan, perlu adanya dukungan dan peran
serta masyarakat yng lebih optimal.
b. dukugan peran serta masyarakatperlu di dorong unuk bersinergi suatu
wadah dewan pendidikan dan komite ekolah mandiri.
Di dalam Keputusan Menteri Pendidik-an Nasional Nomor 044
/U/2002, dijelaskan Komite sekolah sebagai lembaga mandiri dan dibentuk
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Komite Sekolah dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pendidik-an
Nasional Nomor 044 /U/2002 dengan harapan agar masyarakat ikut serta
mengambil bagian di dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu
tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggungjawab
dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam
peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan
berwujud material saja, akan tetapi juga diperlukan bantuan yang berupa
pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidik-an Nasional Nomor 044
/U/2002, Komite Sekolah diharapkan dapat melaksanakan peran - peran
sebagai:
1. pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan,
2. pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan
3. pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
4. mediator antara pemerintah (mediating agency) dengan masyarakat di
satuan pendidikan.
Adapun fungsi Komite Sekolah adalah sebagai berikut:
1. membantu sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas),
2. mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu,
3. melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan / organisasi /
dunia usaha / dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan
penyeleng-garaan pendidikan yang bermutu,
4. menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat,
5. memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai:
a. kebijakan dan program pendidikan,
b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS),
c. kriteria kinerja satuan pendidikan,
d. kriteria tenaga kependidikan,
e. kriteria fasilitas pendidikan, dan
f. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;
6. mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
7. menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan, dan
8. melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi banyak faktor yang saling
terkait, tidak bisa dipisahkan. Di antara faktor tersebut adalah keterlibatan
masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan. Mulai bantuan pemikiran, sarana
dan prasarana, pembiayaan serta aspek lain. Sesuai dalam Kepmendiknas
nomor 44 tahun 2002 tentang Komite Sekolah sebagai lembaga resmi yang
menjadi mitra sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sarana dan Prasarana sekolah merupakan salah satu faktor
penunjang dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah.
Tentunya hal tersebut dapat dicapai apabila ketersedian sarana dan prasarana
yang memadai disertai dengan pengelolaan dan pemanfaatan secara
optimal. Untuk mengoptimalkan penyedian, pendayagunaan, perawatan dan
pengendalian prasarana dan sarana pendidikan, sekolah dituntut untuk
memiliki kemandirian dalam mengatur dan mengurus kebutuhan sekolah
menurut kebutuhan berdasarkan aspirasi dan partisipasi warga sekolah
dengan tetap mengacu pada peraturan dan perundang undangan pendidikan
nasional yang berlaku.
Dalam mewujudkan dan mengatur hal tersebut pemerintah melalui
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, diperbarui
tegas disebutkan bahwa; Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana
meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belaja lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Ayat (2): Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
Standart sarana dan prasanara sekolah dasar/ madrasah diatur
tersendiri berdasarkan peraturan menteri pendidikaan nasional republic
Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang standart sarana dan prasarana untuk
sekolah dasar/madrasah tsanawiyah (smp/mts), dan sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA). Pada poin D ketentuan prasarana dan
sarana, sebuah SD/MI sekurang – kurangnya memiliki prasarana sebagai
berikut : Ruang kelas, Ruang perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruang
pimpinan, Ruang guru, Tempat ibadah, Ruang UKS, Jamban, Gudang, Ruang
Tabel 1.1 keterangan prasarana di sekolah dasar negeri kedanyang
Sumber : Sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik (2013)
Dari table tersebut di atas dapat dinyatkan bahwa sarana dan
prasarana yang seharusnya dimiliki oleh sekolah dasar negeri kedanyang
kecamatan kebomas kabupaten gresik berdasarkan PP No. 32 Tahun 2013
Bab VII Pasal 42 ayat (2) dan peraturan menteri pendidikaan nasional
republic Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang standart sarana dan
prasarana untuk sekolah dasar/madrasah tsanawiyah (smp/mts), dan sekolah
menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) Pada poin (D) ketentuan
prasarana dan sarana masih belum sesuai karena masih belum memiliki
prasarana yaitu laboratorium IPA.
Ketentuan di atas mengatakan bahwa Sarana dan Prasarana
pendidikan merupakan menjadi salah satu tolok ukur dari mutu
sekolah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan sarana dan prasarana
pengaplikasian pentingnya sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan berbasis sekolah. Bagi Komite sekolah sebagai lembaga resmi
yang menjadi mitra sekolah pemahaman tentang sarana dan prasarana akan
membantu memperluas wawasan tentang bagaimana dapat berperan sebagai
pemberi pertimbangan (advisory agency), pendukung (supporting agency),
pengontrol (controlling agency), dan mediator antara pemerintah (mediating
agency) dengan masyarakat di satuan pendidikan. Sehingga bisa mengelola
sarana dan prasarana dengan baik dan memperbaiki sesuai standart ketentuan
peraturan menteri pendidikan no 24 tahun 2007 guna mencapai tujuan
pendidikan.
Selain beberapa sarana prasarana yang tidak dimiliki, berdasarkan
observasi awal peneliti pada tanggal 22 juli 2013 menemukan fakta di SDN
Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Kondisi prasarana tempat
bermain/berolahraga di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten
Gresik juga hampir setengah dari lapangannya (tempat bermain/berolahraga)
digunakan untuk tempat parkir sepeda peserta didik. Sarana dan Prasarana
tempat bermain / berolahraga dalam Permendiknas 24 Tahun 2007 berfungsi
sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan kegiatan
ekstrakulikuler, tidak digunakan untuk tempat parkir. Dan merupakan ruang
bebas yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat
pohon, saluran air, serta benda – benda lain yang mengganggu kegiatan
Gambar 1.1 Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah
Dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan nasional sesuai
pasal 56 uu republic indnesia nomor 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional pasal 56 menyatakan bahwa
a. masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan
yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan melalui dewam pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
b. Dewan pendidikan skolah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan
memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.
c. Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Ketentuan mengeni pembentukan dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, dan ayat 3
Nasional Republik Indonesia Nomor 44/U/2002 tentang dewan pendidikan
dan komite sekolah, bahwa dalam rangka mencpai tujuan pendidikan nasional
melalui upaya peningkatan mutu,pemerataan, efisiensi penyelegaraan
pendidikan dan tercaainya demkratisasi pendidikan, perlu adanya dukungan
dan peran serta masyarakat yng lebih optimal.
Di sekolah dasar negeri kedanyang sudah terbentuk komite sekolah.
Tujuan dibentuk komite sekolah adalah mewadahi dan menyalurkan aspirasi
dan prakarsamasyarakat dalam melahirkan ebijakan operasional dan program
pendidikan di satuan pendidikan, meningkatkan tanggung jawab dan peran
serta masyarakat dla penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, dan
meniptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokrasi dalam
penyelenggaran dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidik-an Nasional Nomor
044 /U/2002, Komite Sekolah diharapkan dapat melaksanakan peran - peran
sebagai:
5. pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan,
6. pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan
7. pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
8. mediator antara pemerintah (mediating agency) dengan masyarakat di
satuan pendidikan.
Berdasarkan dari kondisi objektif dari latar belakang tersebut maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian : Peran Komite Sekolah Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar Negeri
Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan setidaknya penulis mengerti yang
akan diteliti atau yang akan diselidiki, karena berangkat dari masalah inilah
dapat disusun konsep tentang penelitian yang sangat dibutuhkan dalam proses
penelitian itu sendiri, adapun perumusan masalah tersebut aadalah berikut :
“Bagaimanakah peran Komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Negeri Kedanyang Kecamatan Kebomas
Kabupaten Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Komite
sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah Dasar
Negeri Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan nyata sehingga dapat
dijadikan bahan referensi yang berharga bagi penulis sekaligus
mengembangkan teori dalam disiplin administrasi publik terhadap obyek
penelitian.
b. Bagi instansi
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan dan menjadi
bahan pertimbangaan dalam mengambil keputusan dan menentukan
kebijakan instansi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
c. Bagi universitas
Untuk menambah refereni dan litelatur perbendaharaan pada perpustakaan
yang dapat digunakan sebagai kajian untuk penelitian yang sejenis
khususnya pada fakultas ilmu administrasi di universitas pembangunan
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
A. Peneliti Terdahulu
1. Islam. Tahun 2007. Penelitian tentang Pengembangan Model
Kerjasama antara Komite Sekolah dengan Kepala Sekolah dalam
Mewujudkan Pendidikan Berbasis Masyarakat. Keberhasilan
pendidikan dipengaruhi banyak faktor yang saling terkait, tidak bisa
dipisahkan. Di antara faktor tersebut adalah keterlibatan masyarakat dalam
berbagai bentuk kegiatan. Mulai bantuan pemikiran, sarana dan prasarana,
pembiayaan serta aspek lain. Selain itu, kinerja kepala sekolah juga
menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Kedua unsur ini perlu melakukan
kerjasama kolaboratif dalam penyelenggaraan pendidikan. Penelitian ini
secara khusus bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi model- model
kerjasama antara komite sekolah dengan kepala s ekolah, (2) mengetahui
kesesuaian peran dan fungsi komite sekolah dalam m elakukan kerjasama
dengan kepala sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan menurut
Kepmendiknas Nomor 44 Tahun 2002 tentang Komite Sekolah, (3)
mengelaborasikan model- model kerjasama antara komite sekolah dengan
kepala sekolah dalam mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat
sehingga memunculkan model baru yang ideal.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan
pendekatan kualitatif. Subyek penelitian adalah semua komite sekolah dan
cross-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan
taxonomi analysis. Langkah analisis melalui tiga tahap yaitu, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan simpulan. Analisis menggunakan triangulasi
data agar transferable dan relieble. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kerjasama antara komite sekolah dan kepala sekolah masih belum sesuai
dengan Kepmendiknas nomor 44 tahun 2002. Hal ini dipengaruhi
lemahnya pemahaman tentang peraturan pemerintah tentang kerjasama
secara mutual.
2. Maddatuang. Tahun 2012. Penelitian tentang Peranan Komite Sekolah
Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Manajemen
sekolah saat ini memiliki kecenderungan ke arah school based
mana-gement (manajemen berbasis sekolah/MBS). Dalam konteks MBS,
sekolah harus meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam
pengelolaannya guna meningkatkan kualitas dan efisiensinya.
Desentralisasi dan otonomi pendidikan dapat berhasil dengan bilamana
kepemimpinan kepala sekolah diberdayakan agar mampu berperan sesuai
dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. Kepala sekolah harus
bertindak sebagai manajer yang dapat menjalankan fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Kepala
sekolah juga sebagai pemimpinyang efektif yang perlu mengadopsi gaya
Peranan Komite Sekolah di dalam peningkatan efektivitas sekolah
dan hasil belajar siswa dapat dilaksanakan dengan cara memberikan
masukan-masukan dalam rangka pengembangan sekolah.
Masukan-masukan instrumental (instrumental input) dan Masukan-masukan-Masukan-masukan
lingkungan (environmental input) berupa kondisi sosial-ekonomi-budaya,
dan bahkan termasuk keamanan lingkungan sekolah, merupakan masukan
yang sangat berarti dari pihak orangtua siswa dan masyarakat (komite
sekolah).
Hasil penelitian adalah Dalam era desentralisasi seperti saat ini,
sektor pendidikan dikelola se-cara otonom oleh pe-merintah daerah,
praksis pendidikan harus ditingkatkan ke arah yang lebih baik dalam arti
relevansinya bagi kepentingan daerah maupun kepentingan nasional.
Manajemen sekolah saat ini memiliki kecenderungan ke arah school based
management (manajemen berbasis sekolah/-MBS). Dalam konteks MBS,
sekolah harus meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam
pengelolaannya guna meningkatkan kualitas dan efisiensinya.
Desentralisasi dan otonomi pen-didikan dapat berhasil dengan bilamana
kepemimpinan kepala sekolah diberdayakan agar mampu berperan sesuai
dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. Kepala sekolah harus
bertindak sebagai manajer yang dapat menjalankan fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Kepala
sekolah juga sebagai pemimpinyang efektif yang perlu mengadopsi gaya
Peranan Komite Sekolah di dalam peningkatan efektivitas sekolah
dan hasil belajar siswa dapat dilak-sanakan dengan cara memberikan
masukan-masukan dalam rangka peng-embangan sekolah.
Masukan-masukan instrumental (instrumental input) dan Masukan-masukan-Masukan-masukan
lingkungan (environ-mental input) berupa kondisi sosial-ekonomi-budaya,
dan bahkan termasuk keamanan lingkungan sekolah, merupakan masukan
yang sangat berarti dari pihak irangtua siswa dan masyarakat (komite
sekolah). Orang tua dan masyarakat serta elemen pemangku kepentingan
(stakeholder) merupakan masukan lingkungan yang ikut berpengaruh
terhadap kinerja sekolah sebagai suatu sistem.
3. Syar wani Ahmad. Tahun 2011. Penelitian tentang Partisipasi
Masyarakat Ter hadap Penyelenggaraan Pendidikan. Sekolah
merupakan salah satu tempat pelaksanaan proses pembentukan karakter
bangsa. Namun pembentukan karakter bangsa ini bukan hanya diserahkan
sepenuhnya kepada sekolah saja, tetapi semua komponen yakni orang tua,
masyarakat, dan pemerintah harus bersatu padu membina keberadaan
lembaga pendidikan tersebut. Masyarakat terhadap pendidikan harus
diikutkan mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh
sebab itu partisipasi masyarakat yang tercakup dalam kelompok orang tua
dan kelompok masyarakat lainnya di luar sekolah atau di lembaga
pendidikan itu sendiri perlu digalakkan agar sekolah menjadi pusat
pembinaan karakter bangsa. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
partisipasi masyarakat yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan hasil dan evaluasi pelaksanaan. Keterlibatan masyarakat
dalam berbagai perkembangan pembangunan khususnya terhadap
pembinaan sekolah merupakan konsekwensi logis dari pelaksanaan
otonomi daerah. Partisifasi masyarakat ini akan terwujud sebagai suatu
kegiatan dalam pembangunan pendidikan jika ada kemauan, ada
kemampuan, dan ada kesempatan untuk berpartisipasi. Karenanya perlu
diciptakan suatu cara untuk meningkatkan dan menyalurkan partisipasi
dengan berbagai variasi sesuai dengan kondisi daerah masing-masing atau
keadaan masyarakat dan lembaga pendidikan itu berada. Kondisi ini
menuntut para pemegang kebijakan terhadap pendidikan untuk
mendistribusikan peran dan kekuasaannya agar bisa menampung
sumbangan partisipasi masyarakat. Demikian pula pihak masyarakat dalam
hal ini orang tua harus memiliki kemauan dan kemampuan untuk
berpartisipasi terhadap penyelenggraan pendidikan, agar tercipatanya
sekolah sebagai pusat pembentukan karakter bangsa.
Dari ketiga penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian sebeumnya yng dilakukan Islam , memfokuskan (1)
mengidentifikasi model- model kerjasama antara komite sekolah dengan
kepala s ekolah, (2) mengetahui kesesuaian peran dan fungsi komite
sekolah dalam m elakukan kerjasama dengan kepala sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan menurut Kepmendiknas Nomor 44 Tahun
kerjasama antara komite sekolah dengan kepala sekolah dalam
mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat sehingga memunculkan
model baru yang ideal. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh .
Maddatuang, memfokuskan Peranan Komite Sekolah dalam peningkatan
efektivitas sekolah dan hasil belajar siswa. Pada penelitian ketiga yang
dilakukan oleh Syarwani Ahmad, memfokuskan Partisipasi Masyarakat
Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Peran
Menurut Abu Ahmadi (1982;50), mendefinisikan peran sebagai suatu
kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan
berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
Menurut Bilton, et al (1981;18), menyatakan, peran social miri dengan
peran yang dimainkan seorang actor, maksudnya orang yang memiliki posisi –
posisi atau status – status tertentu dalam masyarakat diharapkan untuk
berperilaku dalam cara – cara tertentu yang bisa di prediksikan, seolah – olah
sjumlah “naskah” (scripts) sudah disiapkan untuk mereka.
Menurut Horton dan Hunt (1993;129), seseorang mungkin tidak
memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain
memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang
itu merasakan peran tersebut.
Menurut Friedman, M, 1998 : 286. Peran adalah serangkaian perilaku
baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (
ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu
harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan mereka sendiri atau harapan-harapan orang lain menyangkut peran-peran
tersebut.
Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa peran adalah serangkaian perilaku seseorang yang memiliki posisi –
posisi atau status – status tertentu dalam masyarakat.
2. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan
Menurut Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab XIII Pasal 47 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam
Pendidikan, meliputi :
1. Masyarakat sebagai mitra Pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya
untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
2. Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap
diindahkan.
3. Syarat-syarat dan tata cara dalam penyelenggaraan pendidikan ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Bab XIV Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional Pasal 48
1. Keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijaksanaan Menteri
berkenaan dengan sistem pendidikan nasional diselenggarakan melalui
tokoh-tokoh masyarakat dan yang menyampaikan saran, nasehat, dan
pemikiran lain sebagai bahan pertimbangan.
2. Pembentukan Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional dan pengangkatan
anggota-anggotanya dilakukan oleh Presiden.
3. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Menurut Keith Davis (1979 : 140) dikutip dalam buku yang ditulis
oleh Abu Haraerah (2008 : 109), partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan
mental dan emosi orang – orang dalam situasi kelompok yang mendorong
mereka untuk menyumbangkan pada tujuan – tujuan kelompok dan sama –
sama bertanggung jawab terhadapnya.
Menurut Sastropoetro (1988) dikutip dalam buku yang ditulis oleh
Adi Fahrudin (2012 : 37), bahwa partisipasi adalah keterlibatan spontan dengan
kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk
mencapai tujuan.
Menurut Mubyarto (1985) dikutip dalam buku yang ditulis oleh Adi
Fahrudin (2012 : 37), partisipasi adalah kesadaran untuk membantu berhasilnya
setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti
mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa partisipasi adalah keterlibatan seseorang dengan spontan untuk
menyumbangkan kemampuan disertai tanggung jawab terhadap kepentingan
a. Konsep melaksanakan par tisipasi masayarakat.
Dalam abad informasi menurut tulis Alvin Toffler dalam anticipatory
democracy dikutip buku David Osborne dan Ted Gaebler yang berjudul
mewirausahakan birokrasi (1996 : 282), “tekanan untuk mempercepat
pengambilan keputusan mengalahkan kerumitan yang semakin meningkat dan
ketidakkraban dengan lingkungan keputusan yang harus diambil.” Hasilnya
“menghancurkan beban berat keputusan pendeknya, goncangan politik masa
depan.”
Salah satu cara adalah berusaha utnuk lebih memperkuat pusat
pemerintahan, yang menambah semakin banyak politikus, birokrasi, pakar dan
computer dalam keputusan untuk berlari lebih cepat dari akselerasi
kompleksitas; cara lain adalah dengan mulai mengurangi beban keputusan
dengan membaginya kepada lebih banyak orang, yang memungkinkan lebih
banyak keputusan dibuat “ke bawah” atau pada “pinggiran” ketimbang
mengkonsentrasikannya pada pusat yang terkena stress dan tidak berfungsi
dengan baik.
Dengan melihat penjelasan di atas bisa di simpulkan bahwa kepala
sekolah untuk bisa cepat mengetahui apa saja yang diperlukan oleh peserta
didik dan apa saja yang disarankan oleh masyarakat. Dengan cara mengurangi
beban keputusan dengan membentuk komite sekolah.
Menurut Doug Ross dikutip buku David Osborne dan Ted Gaebler yang
berjudul mewirausahakan birokrasi (1996 : 283) mengatakan, “saya tidak dapat
yang ada di bidangnya sehari – harinya. Jika keputusan harus datang dari saya,
saya masih harus mempelajari masalahnya terlebih dahulu, dan kemudian
keputusan tersebut harus kembali ke bawah, kami tak dapat merespon dengan
cepat terhadap kebutuhan.” Disini meskipun kepala sekolah adalah
pimpinannya. Tetapi kepala sekolah kalau harus mendengarkan satu per satu
pendapat masyarakat dan setelah itu member keputusan memang terlalu lama
karena kepala sekolah sendiri sudah memiliki tupoksi. Oleh karena itu harus
ada yang membantu kepala sekolah untuk mengetahui semua itu. Jadi seperti
komite sekolah inilah yang bisa membantu berkomunikasi.
b. Keberhasilan partisipasi masyarakat
Menurut Najib (2005) dalam kutipan Abu Huraerah (2008: 121 - 122),
keberhasilan partisipasi masyarakat di pengaruhi oleh :
a. siapa penggagas partisipasi : apakah pemerintahan pusat, pemerintah derah
atau LSM. Non- government stakeholders berpeluang untu lebih lanjut.
b. Untuk kepentingan siapa partisipasi itu dilaksakan: apakah untuk
kepentingan pemetintah atau untuk masyarakat.
c. Siapa yang memegang kendali : apakah pemerintah pusat, pemerintah
daerah, atau lembaga donor. Jika pemerintah derah atau LSM yang
memegang kendali cenderung lebih berhasil, karena pemerintah daerah
atau LSM cenderung lebih mengetahui permasalahan, kondisi, dan
d. Hubungan pemerintah dengan masyarakat : apakah ada kepercayaan dari
masyarakat terhadap pemerintahannya, jika hubungan ini baik, partisipasi
akan lebih mudah dilaksaakan.
e. Kultural : daerah yang masyarakatnya memiliki tradisi dalam brpatisipasi
(proses pengambilan keputusan melalui musyawarah) cenderung lebih
mudah dan berlanjut.
f. Politik : kepemerintahan yang stabil menganut sistem yang transparan,
menghargai keberagaman dan demokratis.
g. Legalitas : tersedianya (diupayakan) regulasi yang menjamin partisipasi
wagra dalam pengelolaan pembangunan (terintegrasi dalam sistem
keperintahan di daerah).
h. Ekonomi : adanya mekanisme yang menyediakan akses bagi warga untuk
melibatkan atau memastikan bahwa mereka akan memperoleh “manfaat”
(langsung maupun tidak langsung) setel berpatisipasi.
i. Kepemimpinan : adanya kepemimpinan yang disegani dan memiliki
komitmen untuk mendorong serta melaksanakan partisipasi, dapat dari
kalangan pemerintah, LSM, masyarakat itu sendiri atau tokoh masyarakat.
j. Waktu : penerapan partisipasi tidk hanya sesaat, tetapi ditempatkan pada
kurun waktu yang cukup lama.
k. Tersediany jaringan yang menghubungkan antara warga masyarakat dan
c. Alasan Utama Pentingnya Partisipasi Masyarakat
Menurut Diana Conyers dalam Susetiawan (1994: 154 - 155) dalam
kutipan Abu Huraerah (2008 : 118 - 119) ada tiga alasan utama mengapa
partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Meliputi :
1. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat,
yang tanpa kehadiranya program pembangunan serta proyek – proyek akan
gagal.
2. Kedua, yaitu bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau
pogram pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proes persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk – beluk
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek
tersebut.
3. Ketiga, yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak negara, karena timbul anggapan merupkan suatu hak demokrasi jika masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyaraakat mereka sendiri.
4. Hubungan sekolah dengan masyarakat
Menurut Edward L. Dalam kutipan buku Suryosubroto (2012 : 13),
hubungan masyarakat adalah kegiatan untuk menanamkan dna memperoleh
pengertian, dukungan, kepercayaan, serta penghargaan pada dan dari public
suatu badan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Menurut Suryosubroto (2012 : 17), administrasi pendidikan di sekolah
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, menyakut bidang – bidang
materiil, personal dan bidang lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan
sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses
komunikasi antara sekoilah dengan masyarakat dengan maksud meningkatkan
pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta
mendorong minat dan kerjasama warganya dalam usaha memperbaiki sekolah.
Dengan adanya hubungan sekolah dengan masyarakat, sekolah dapat
mengetahui sumber-sumber yang ada dalam masyarakat kemudian
didayagunakan untuk kepentingan kemajuan pendidikan anak di sekolah.
Dilain pihak, masyarakat dapat juga mengambil manfaat dengan turut
mengenyam dan menyerap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dicapai oleh sekolah. Dari sini kehidupan masyarakat akan ditingkatkan oleh
karenanya.
5. Pengertian Komite sekolah
Di dalam Kepmendiknas No.44/U/2002, dijelaskan Komite sekolah
sebagai lembaga mandiri dandibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu
pelayanan dengan memberikanpertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,
sarana dan prasarana, sertapengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan.
Komite sekolah merupakan suatu lembaga nonprofit dan nonpolitis,
dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholders
unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan proses dan hasil
pendidikan.
Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak
mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah manapun lembaga pemerintah
lainnya.
6. Pembentukan komite sekolah
a. Dasar hukum pembentukan komite sekolah
a. Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang -
Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
b. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, tentang Standart Nasional
Pendidikan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun2013, tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standart Nasional
Pendidikan
d. Kepmendiknas No.44/U/2002,tentang Dewan Pendidikan Dan Komite
Sekolah
e. Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2007, tentang Standart Saranan dan
Prasarana untuk SD/ MI,SMP/MTs, SMA/MA
b. Mekanisme pembentukan komite sekolah
Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Mekanisme Pembentukan Komite
Sekolah meliputi :
a. Masyarakat dan/atau kepala satuan pendidikan membentuk panitia
pesriapan. Panitia persiapan berjumlah sekurang – kurangnya 5 (lima)
orang yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru,
kepala satuan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan), pemerhati
pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama ,
dunia usaha, dan industri), dan orang tua peserta didik.
b. Panitia persiapan bertugas mempersiapkan pembentukan komite
sekolah dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1) Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk
pengurus/anggota BP3, majelis sekolah, dan komite sekolah yang
sudah ada) tentang komite sekolah menurut keputusan ini.
2) Menyusun kriteria dan mengindentifikasi calon anggota
berdasarkan usulan dari masyarakat
3) Menyeleksi calon anggota berdasarkan usulan dari masryarakat.
4) Mengumumkan nama – nama calon anggota kepada masyarakat.
5) Menyusun nama – nama anggota terpilih.
6) Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota komite sekolah.
7) Menyampaikan nama pengurus dan anggota kepada kepala satuan
pendidikan.
2.
Panitia persiapan dinyatakan bubar setelah komite sekolah terbentuk.c. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah
Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Tujuan Pembentukan Komte
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan;
2. Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.
d. Kedudukan dan sifat komite sekolah
Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Kedudukan Dan Sifat Komite
Sekolah meliputi :
1. Komite Sekolah berkedudukan di satuan pendidikan.
2. Komite Sekolah dapat terdiri dari satu satuan pendidikan, atau beberapa
satuan pendidikan dalam jenjang yang sama, atau beberapa satuan
pendidikan yang berbeda jenjang tetapi berada pada lokasi yang
berdekatan, atau satuan-satuan pendidikan yang dikelola oleh suatu
penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan lainnya.
3. Badan ini bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan
lembaga pemerintahan.
7. Peran, Fungsi dan Tujuan Komite sekolah
a. Peran Komite sekolah
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan;
4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan
pendidikan.
b. Fungsi Komite sekolah
Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Fungsi Komite Sekolah meliputi :
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia
usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu;
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat;
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai:
a. kebijakan dan program pendidikan;
b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS);
c. kriteria kinerja satuan pendidikan;
e. kriteria fasilitas pendidikan; dan
f. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;
5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan disatuan pendidikan;
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
c. Tujuan Komite sekolah
Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Tujuan Komite Sekolah meliputi :
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan;
2. Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.
8. Organisasi Komite sekolah
Menurut Kepmendiknas No.44/U/2002 Organisasi Komite Sekolah meliputi :
a. Keanggotaan Komite Sekolah terdiri atas:
1. Unsur masyarakat dapat berasal dari:
a. orang tua/wali peserta didik;
b. tokoh masyarakat;
c. tokoh pendidikan;
d. dunia usaha/industri;
e. organisasi profesi tenaga pendidikan;
f. wakil alumni;
g. wakil peserta didik.
2. Unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan Badan
Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota Komite
Sekolah (maksimal 3 orang).
b. Anggota Komite Sekolah sekurang-kurangnya berjumlah 9 (sembilan)
orang dan jumlahnya gasal.
2. Kepengurusan Komite Sekolah:
a. Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas:
1. Ketua:
2. Sekretaris;
3. Bendahara;
b. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota;
c. Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan.
3. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).
b. Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat:
1. Nama dan tempat kedudukan:
2. Dasar, tujuan dan kegiatan;
3. Keanggotaan dan kepengurusan;
4. Hak dan kewajiban anggota dan pengurus;
5. Keuangan;
6. Mekanisme kerja dan rapat-rapat;
7. Perubahan AD dan ART serta pembubaran organisasi.
9. Sar ana dan Prasarana
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan No 24 Tahun 2007 sebuah
SD sekarang memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :
1. Ruang kelas
a. Fungsi ruang kealas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori,
praktek yang tdak memerlukan peralatan khusus, atau praktek
dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/ peerta didik. Untuk
romongan belajar dengan peseta didik kurang dari 15 orang, luas
e. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku dan untuk mmberikan
pandangan ke luar ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan
guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat
dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
g. Ruang kelas dilengkapi sarana seperti (kursi peserta didik, meja
peserta didik, kursi guru, meja guru, lemari, rak hasil karya peserta
didik, papan panjang, alat peraga, papan tulis, tempat sampah,
tempat cuci tangan, jam dindin dan soket listrik).
2. Ruang perpustakaan
a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik
dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka
dengan membaca, mengamati, mendengar dan sekaligus tempat
petugas mengelola perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang
kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk member pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana (buku teks pelajaran, buku
lain, rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca, kursi baca,
kursi kerja, meja kerja, lemari katalog, lemari, papan pengumuman,
meja multimedia, peralatan multimedia, buku ivestaris, tempat
sampah, soket listrik dan jam dinding).
3. Laboratorium IPA
a. Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.
b. Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung
kegiatan dalam bentuk percobaan.
c. Setiap satuan pendidika dilengkapi sarana laboratorium IPA (lemari,
model lerangka manusia, model tubuh manusia, globe, mode tata
surya, kaca pembesar, cermin, datar, cermin cekung, cermin
cembung, lensa datar, lensa cekung, lensa cembung, magnet batang,
dan poster IPA).
4. Ruang pimpinan
a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegitan
pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang
tua murid, unsur komite sekolah, petuas dinas pendidikan, atau tamu
lainnya.
b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.
c. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat
dikunci dengan baik.
d. Ruang pimpinan dilengkai sarana (kursi pimpinan, meja
kenegaraan, tempat sampah, mesin ketik (komputer), filing abinet.
Brankas dan jam dinding).
5. Ruang guru
a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/ pendidik dan luas minimum
32 m2.
c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang guu dilengkapi sarana (kursi kerja, meja kerja, lemari, papan
statistik, papan pengumuman, tempat sampah, tempat cuci tangan,
jam dinding dan penanda waktu).
6. Tempat beribadah
a. Tempat beribadah befungsi sebagai tempat warga sekolah
melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing – masing
pada waktu sekolah.
b. Banyak tempat beribadah sesuai dngan kebutuhan tiap satuan
pendidikan, dengan luas minimum 12 m2.
c. Tempat beribadah dlengkapi sarana (lemari, perlengkapan ibadah
7. Ruang UKS
a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan diri peserta
didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
b. Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
c. Luas minimum ruang UKS 12 m2.
d. Ruang UKS dilengkapi sarana (tempat tidur, lemari, meja, kursi,
catatan kesehatan peserta didik, perlengkapan P3K, tandu, selimut,
tensimeter, thermometer badan, timbangan badan, pengukur tinggi
badan, tempat sampah, tempat cuci tangan dan jam dinding).
8. Jamban
a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan kecil.
b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pri, 1
unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban
untuk guru. banyak minimum jamban setiap sekola 3 unit.
c. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.
d. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah
dibersihkan.
e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
f. Jamban dilengkapi sarana (kloset jongkok, temat air, gayung,
gantungan pakaian dan tempat sampah).
9. Gedung
a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan
sekolah yang tidak/belum berfungsi d satuan pendidikan, dan temat
menyimpanan arsip sekolaj yang telah berusia lebih dari 5 tahun.
b. Luas minimum gudang 18 m2.
c. Gudang dapat dikunci.
d. Gudang dilengkapi sarana (lemari dan rak).
10.Ruang sirkulasi
a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung
antar ruang dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sisal peserta didik di
luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak
memungkinkan kegiatan – kegiatan tersebut berlangsung di
haalaman sekolah.
b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan
ruang – ruang di dalam bangunan sekola dengan luas minimum 30%
dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m,
dan tinggi minimum 2,5 m.
c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang – ruang
yang baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan
yang cukup.
d. Koridor tanpa dindin pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi
paar pengaman dengan tinggi 90 – 110 cm.
e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan
f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan
bertingkat tidak lebih dari 25 m.
g. Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm,
lebar anak tangga 25 – 30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang
kokoh dengan tinggi 85 – 90 cm.
h. Tangga yang memiliki leih dari 16 anak tangga harus dilengkapi
bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dna penghawaan
yan cukup.
11.Tempat bermain/berolahraga
a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain,
berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan egiatan
ekstrakulikuler.
b. Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m2/ peserta
didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang
dari 167, luas minimum tempat bermain/berolahraga 500 m2. Di
dalam luasan tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga
berukuran 20 m x 15 m.
c. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian
ditanami pohon penghijauan.
d. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak
mengganggu proes pembelajaran di kelas.
f. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar,
drainase baik, dan tidk terdapat pohon, saluran air, serta benda –
benda ain yang mengganggu kegiatan olahraga.
g. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana (tiang bendera,
bendera, peralatan sepak bola, peralatan senam, peralatan atletik,
peralatan seni budaya, peralatan ketrampilan, pengeras suara dan tipe
recorder).
C. Kerangka Ber fikir
Kerangka berfikir merupakan penjelasan spesifik mengenai alur pikir
teoritik terhadap pemecahan masalah yang diteliti, penjelasan tentang teori
dasar yang digunakan untuk menggambarkan alur teori atau jalinan teori yang
mengarah kepada pemecahan masalah
Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori,
maka dapat dapat dibuat kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang - Undang No. 2 Tahun
1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2007 tentang standart sarana dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. J enis Penelitian
Metode penelitian adalah penentuan metode yang sering juga disebut
sebagai strategi pemecahan masalah, sebab dalam tahap ini mempermasalahkan
bagaimana masalah penelitian yang ada dipecahkan atau ditemukan jawabannya.
Untuk memilih metode yang tepat dalam penelitian maka tergantung dari
maksud dan tujuan penelitian, karena penelitian ini merupakan penelitian yang
dilakukan variable mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variable yang lain, maka penelitian yang bersifat
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Sesuai dengan pendapat Moleong (2007 : 06), dalam penelitian kualitatif
metode yang sesuai penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan,
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian yang digunakan penelitian kualitatif dengan maksud ingin
memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang Peran Komite
Sekolah Dasar Di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik
dengan kepala sekolah melalui Kepmendiknas Nomor 44 Tahun 2002 tentang
Komite Sekolah.
Sedangkan menurut Moleong (2007 : 06), bahwa penelitian kualitatif
dirinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Devinisi ini lebih
melihat perspektif dalam penelitian yaitu memandang dalam suatu upaya
membangun pandangan subyek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata,
dan gambaran holistik.
Sedangkan menurut Denzin dan Lincon dalam Moleong (2007 : 05),
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan sebagai metode yang ada. Dari segi penelitian ini, para penulis masih
tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat dapat
digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian
kualitatif adalah sebagai macam metode penelian. Dalam penelitian kualitatif
metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara , pengamatan, dan
pemanfaatan dokumen.
Peneliti kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal ini
merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah
dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau
sekelompok orang.
Dari kajian tentang definisi-devinisi tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud menggambarkan
dan memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian, misalnya
perilaku, perspsi, motivasi tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan
cara-cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunaskan oleh peneliti untuk
mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data
yang akurat. Agar dapat memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran
yang sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih dan menetapkan
lokasi penelitian ini di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.
Selain itu, pemilihan lokasi penelitian ini dimaksudkan agar peneliti dapat lebih
memahami tentang Peran Komite Sekolah Dasar di SDN Kedanyang Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik dengan kepala sekolah di SDN Kedanyang
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik melalui Kepmendiknas Nomor 44 Tahun
2002 tentang Komite Sekolah.
C. Fokus Penelitian
Masalah yang akan diteliti yang pada awalnya masih umum dan samar –
samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam
lapangan, fokus ini masih mungkin mengalami perubahan selama berlangsung
penelitian itu.
Menurut Moleong (2007 : 94), menyatakan bahwa ada dua maksud
tertentu yang ingin dicapai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan
memnfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini
fokus akan membatasi bidang inkuri sehingga peneliti tidak perlu kesana kemari
untuk mencari subyek penelitian. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk
memenuhi kreteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi
seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data yang
dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah atau mana yang akan dibuang.
Adapun fokus penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui pelaksanaan
Peran Komite Sekolah Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidik-an Nasional
Nomor 044 /U/2002 yang meliputi :
1. Peran komite sekolah dalam bentuk pemberi pertimbangan (advisory
agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan
pendidikan,
2. Peran komite sekolah dalam bentuk pendukung (supporting agency), baik
yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
3. Peran komite sekolah dalam bentuk pengontrol (controlling agency) dalam
rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan,
4. Peran komite sekolah dalam bentuk mediator antara pemerintah (mediating
agency) dengan masyarakat di satuan pendidikan melalui menjadi
perantara/penghubung antara sekolah dengan masyarakat, sekolah dengan
sekolah lain, sekolah dengan dinas pendidikan, sekolah dengan lembaga –
lembaga di luar sekolah.
D. Sumber Data dan J enis Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2007 : 157), sumber data utama dalam
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.
Data primer adalah data dan informasi yang yang diambil secara langsung
dari sumbernya atau melalui pengumpulan data dari pihak – pihak yang terkait
denganperan komite sekolah dasar di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas
Kabupaten Gresik melalui Kepmendiknas Nomor 44 Tahun 2002 tentang Komite
Sekolah, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang ada
pada lembaga atau instansi serta bahan lainnya yang berkaitan dengan variabel
penelitian atau sumber data tertulis yang diperoleh dari catatan ataupun database
di SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.
Adapun jenis data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis
data, antara lain :
1. Sumber Tertulis
Data dan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber yang relavan dan
kompeten, datanya yang berupa dokumen-dokumen, laporan-laporan dan
arsip-arsip lain yang ada relevensinya dengan penelitian ini.
2. Data Statistik
Memperoleh data statistik yang ada di SDN Kedanyang Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik yang berkaitan dengan Variabel penelitian.
Data statistik tersebut berupa :
a. Daftar pegawai-pegawai SDN Kedanyang Kecamatan Kebomas