• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK EMBARGO AMERIKA SERIKAT TERHADAP POLITIK DALAM NEGERI IRAN DI BAWAH KEPEMIMPINAN MAHMOUD AHMADINEJAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAMPAK EMBARGO AMERIKA SERIKAT TERHADAP POLITIK DALAM NEGERI IRAN DI BAWAH KEPEMIMPINAN MAHMOUD AHMADINEJAD"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK EMBARGO AMERIKA SERIKAT

TERHADAP POLITIK DALAM NEGERI IRAN DI BAWAH KEPEMIMPINAN MAHMOUD AHMADINEJAD

SKRIPSI

Siti Ahadiyah Ramadhani 160906068

Dosen Pembimbing:

Indra Kesuma Nasution, S.IP., M.Si., Ph.D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

SITI AHADIYAH RAMADHANI (160906068)

DAMPAK EMBARGO AMERIKA SERIKAT TERHADAP POLITIK DALAM NEGERI IRAN DI BAWAH KEPEMIMPINAN

MAHMOUD AHMADINEJAD

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai Iran yang kembali melanjutkan program nuklir damainya dan sebagai negara yang telah menandatangi dan meratifikasi NPT (Non-Proliferation Treaty) pada tahun 1970 maka Iran sah untuk mengembangkan teknologi nuklir sipil. Pengembangan kembali teknologi nuklir Iran menjadi pemicu utama pemutusan hubungan diplomatik (embargo) dari negara Amerika Serikat. Amerika memiliki kecurigaan bahwa Iran akan mengembangkan senjata pemusnah massal. Oleh karena itu, selama pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad, Iran dikenakan sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa dan Amerika yang mengakibatkan Iran kesulitan dalam menjalankan politik domestiknya, hal itu pula yang mendasari tujuan penelitian skripsi ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah Hubungan Internasional dengan perspektif realism, Kepentingan Nasional dan Embargo. Terlepas dari embargo, Iran tetap menjalankan program nuklirnya sebagai bagian dari kepentingan nasionalnya.

Kata Kunci : Negara Amerika, Iran, Embargo, Dampak Politik.

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

SITI AHADIYAH RAMADHANI (160906068)

IMPACT OF THE UNITED STATES OF AMERICA EMBARGO ON IRAN ISLAMIC STATE POLITICS UNDER THE LEADERSHIP OF

MAHMOUD AHMADINEJAD

ABSTRACT

This thesis discusses Iran which continues its peaceful nuclear program and as a country that has signed and ratified the NPT (Non-Proliferation Treaty) in 1970, Iran is legitimate to develop civilian nuclear technology. The redevelopment of Iran's nuclear technology is the main triggertermination of diplomatic ties (embargo) from the United States. America has suspicions that Iran will develop weapons of mass destruction. Therefore, during the reign of Mahmoud Ahmadinejad, Iran was subject to sanctions by the United Nations, European Union and America which resulted in difficulties in carrying out Iran's domestic politics. That is what underlies the research objectives of this thesis using descriptive qualitative research methods. The theory used to explain this problem is International Relations with the perspective of realism, National Interests and Embargoes. Despite the embargo, Iran continues to carry out its nuclear program as part of its national interests.

Keywords: American State, Iran, Embargo, Political Impact.

(5)
(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dilaksanakan pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 08 September 2020 Pukul : 13.00 – 14.00 WIB Tempat : Google Meet (Online)

Tim Penguji : Ketua Penguji :

Husnul Isa Harahap, S.Sos., M.Si NIP. 196806301994032001

Penguji Utama :

Indra Kesuma Nasution, S.IP., M.Si., Ph.D NIP. 197903062005011002

Penguji Tamu :

Dra. Rosmery Sabri, MA NIP. 195912151988072001

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah, selalu memberi kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Skripsi ini berjudul : Dampak Embargo Amerika Serikat Terhadap Politik Dalam Negeri Iran di Bawah Kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad. Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama masa penyelesaian skripsi ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, bantuan, bimbingan serta saran selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Kedua Orangtua Tercintaku, Ayah Safril Rasainy dan Ibu Rosnida yang dengan

tulus memberikan kasih dan cintanya begitu besar dalam kehidupan penulis, dan sangat bersyukur karena mereka penulis bisa mengenyam pendidikan hingga ke tingkat Strata Satu.

2. Saudara Laki-laki dan Perempuan, Abang Mhd. Ihsan dan Kakak Sharfina Ulfa Lufthyah yang selalu menyemangati penulis untuk terus berusaha dalam menyelesaikan skripsi ini dan sebagai partner terbaik dalam kehidupan penulis.

Terimakasih juga untuk keluargaku yang tak sempat penulis sebutkan, kalian yang terbaik yang dikirim semesta untuk selalu hadir dalam setiap langkah penulis.

3. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing akademik dan juga selaku dosen pembimbing penulis selama PKL yang selalu memberikan arahan dan nasihatnya selama proses perkuliahan penulis.

4. Bapak Dr. Warjio, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Indra Kesuma Nasution, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah begitu baik memberikan arahan, saran, kritik, dan juga waktu dan pikiran.

(8)

Sekali lagi, penulis sangat berterima-kasih banyak atas ilmu-ilmu yang bapak berikan selama proses pengerjaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen-dosen Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih atas bekal ilmu yang kalian berikan selama perkuliahan penulis di jenjang S1 ini. Jasa kalian sangat luar biasa dalam pendidikan yang penulis tempuh.

7. Seluruh Staff/Pegawai Departemen Ilmu Politik, Pak Burhan dan Kak Ema yang memberikan waktunya untuk mengurus segala administrasi penulis dari awal hingga akhir perkuliahan dengan baik.

8. Bapak Fazri selaku Kabid dan Ibu Neny Tiurma Pasaribuselaku Kasubbid bidang poldagri Kesbangpol Provsu, terima kasih banyak Ibu atas kesempatan pengalaman kerja yang luar biasa diberikan kepada penulis. Wawasan dan ilmu mengenai realita dunia kerja yang dibekalkan kepada saya sangat bermanfaat.

9. Ibu Dina Y. Sulaeman sebagai Founder Lembaga ICMES yang bersedia menjadi narasumber saya dalam penelitian ini, terima kasih ibu sudah membantu penulis dalam memecahkan rumusan penelitian saya. Dan juga terimakasih kepada responden saya melalui situs jejaring sosial “Quora” yaitu Bapak Taufik Hidayat sebagai penulis buku yang bersedia berbagi pengalamannya ketika berkunjung ke Iran.

10. Teruntuk rekan sejawat kuliahku, Restania Pardede, Anggi Noviani dan Jessica Rimta yang selalu menemani hari-hari penulis di masa perkuliahan, semoga kita selalu merangkul satu sama lain demi menggapai cita-cita yang tak terbatas. Penulis sangat bersyukur bisa mengenal kalian dan berbagi suka-duka dengan kalian.

11. Sahabatku, Reihana, Widya Aprilia, dan Masyitah Delta yang selalu mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi. Meskipun kita berbeda peminatan dan universitas namun keutuhan dalam persahabatan itu tidak akan pernah lekang oleh itu semua. Semoga kita tetap selalu bersama dan berhasil menggapai mimpi yang kita rangkai.

12. Kakak virtualku, Gia Febrianti. Sebagai pejuang PTN, beliau mau berbagi akun zeniusnya bersama penulis, penulis sangat beruntung bisa mengenalnya di sosial media. Dari beliau, penulis banyak belajar akan arti berjuang. Terima

(9)

kasih sudah terus menyemangati, mendukung, dan menghibur penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita sukses kedepannya dan bisa bertemu secara langsung ya. Borahae uni.

13. Teman werewolfku, Tatyana, yang selalu menyemangati penulis dan menjadi patner bermain yang pecah, hingga suatu momen kita bisa memenangi event bersama. Salam Slytherin buat namby dan kookie.

14. Teman – teman UKMI As–Siyasah, khususnya Nanda Pramaswari, Viola Rizki, Almawiya Sinta, Nurul Ihsan, terima kasih atas segala waktu yang kita habiskan mulai dari mentoring, liqo’ dan kegiatan–kegiatan di ukmi. Semua itu sangat berkesan bagi penulis, semoga kita tetap menjaga silahturrahmi ini ya.

15. Teman – teman Faksi Ilmu Politik: Budi, Koko, Hendrawan, Marisi, Yuli, Anggi, Jessica, Resta, Yulan, Sri, Kiki, Firdaus dan Noverdios. Terimakasih atas kebersamaan yang kita lalui di pengabdian. Dari mereka penulis banyak belajar akan arti berbagi. Sungguh, pengalaman pengabdian bersama kalian merupakan satu peristiwa yang sulit dilupakan dalam perjalanan kehidupan penulis. Sukses buat kita semua.

16. Abangda Fajar Anugrah Tumanggor dan Abangda Mhd. Zubeir Sipahutar, seniorku di Ilmu Politik stambuk 14. Terimakasih banyak atas segala dukungan yang kalian berikan. Jasa kalian sangat luar biasa dalam perkuliahan penulis.

Semoga Tuhan membalas semua kebaikan kalian ya.

17. Seluruh teman – teman Ilmu Politik 2016 yang namanya tidak dapat Penulis sebutkan secara keseluruhan. Terima kasih atas kebersamaan yang berhasil kita lalui bersama ditiap semester. Semangat terus dan sukses buat kita semua.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa.Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khazanah ilmu pendidikan.

Medan, 5 September 2020

Siti Ahadiyah Ramadhani

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Batasan Masalah ... 10

1.4. Tujuan Penelitian ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

1.6. Literature Review ... 11

1.7. Kerangka Teori ... 14

1.7.1. Teori Hubungan Internasional ... 18

1.7.2. Konsep Kepentingan Nasional ... 20

1.7.3. Konsep Realism ... 22

1.7.4. Embargo... 25

1.8. Metodologi Penelitian ... 28

1.8.1. Jenis Penelitian ... 28

1.8.2. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1.8.3. Teknik Analisis Data ... 30

1.9. Sistematika Penulisan ... 30

BAB II SISTEM POLITIK IRAN 2.1. Tinjauan Umum Iran ... 32

2.2. Latar Belakang Revolusi Islam Iran ... 33

(11)

2.3. Dasar Hukum Iran ... 38

2.4. Konstitusi Iran ... 39

2.5. Pemerintahan dan Politik Iran ... 46

2.5.1. Bentuk Negara Iran ... 46

2.5.2. Ideologi Iran ... 46

2.5.3. Sistem Pemerintahan Iran ... 47

2.5.3.a. Badan Eksekutif Iran ... 47

2.5.3.b. Badan Legislatif Iran ... 51

2.5.3.c. Badan Yudikatif Iran ... 53

2.6. Paradigma Ahmadinejad ... 55

BAB III PERKEMBANGAN NUKLIR DAN HUBUNGAN DIPLOMATIK IRAN DENGAN AMERIKA SERIKAT 3.1. Perkembangan Nuklir Iran ... 59

3.2. Hubungan Diplomatik Iran dengan Amerika Serikat ... 73

3.2.1. Era Sebelum Ahmadinejad ... 73

3.2.1. Era Setelah Ahmadinejad ... 79

BAB IV DAMPAK EMBARGO AMERIKA SERIKAT TERHADAP POLITIK DALAM NEGERI IRAN DI BAWAH KEPEMIMPINAN MAHMOUD AHMADINEJAD 4.1. Dinamika Oposisi Dalam Negeri ... 86

4.2. Perpecahan Kubu Konservatif Pada Pemilihan Parlemen . 87 4.3. Kesenjangan Gender di Struktur Pemerintahan ... 92

4.4. Perdagangan dan Peningkatan Pengangguran pada Civil Society ... 94

4.5. Melonjaknya Pidana Mati dari Laporan Organisasi HAM 99

4.6. Keberhasilan Peluncuran Satelit sebagai Politik Pertahanan 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 103

5.2. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

DAFTAR LAMPIRAN ... 117

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Timeline program nuklir Iran dan upaya untuk membatasinya ... 71

Tabel 4.1. Hasil Pemilu Legislatif Iran 2008 ... 89

Tabel 4.2. Hasil Perolehan Kursi Parlemen 2012... 91

Tabel 4.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berdasarkan Gender ... 92

Tabel 4.4. Populasi Pembagian Kelompok Pekerjaan Tahun 2006-2012... 98

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1. Total Ekspor dan Impor Iran Tahun 1995-2015 ... 96

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Iran bercita-cita berdiri sebagai negara yang berdaulat seutuhnya, maju, dan disegani publik dunia, serta bertekad untuk terus mempertahankan konsep Revolusi Islam Iran 19791. Semenjak Revolusi Islam Iran dicetuskan, setiap pemimpin di negara Persia tersebut diharapkan dapat memegang teguh nilai-nilai revolusi Iran. Namun, pada kenyataannya tidak selalu demikian. Bagi sejumlah pihak2, terutama Ayatullah Khomeini, Iran masih saja kerap lepas dari jalur pemikiran revolusi yang telah digariskan.3 Hingga akhirnya, datanglah sosok pemimpin Iran yang dikenal begitu menjunjung tinggi nilai-nilai Revolusi Islam Iran 1979, sosok tersebut adalah Mahmoud Ahmadinejad.4

Ahmadinejad memimpin Iran selama 2 periode5 yang dimulai dari tahun 2005 sampai dengan 2013. Pada periode awal kepemimpinannya Ahmadinejad mencoba untuk menerapkan apa yang ia sebut dengan “Revolusi Ketiga”6. Salah satu butir penting Revolusi Ketiga itu ialah perlawanan terhadap hegemoni Amerika dan Israel.7 Menurut Ahmadinejad Iran telah jauh dari nilai-nilai

1Konsep revolusi yang menempatkan nilai-nilai dan prinsip Islam sebagai pijakan utama dalam menjalankan roda pemerintahan. (D. Danny H. Simanjuntak. 2007. Ahmadinejad Menentang Amerika: Dari Nuklir Iran, Zionisme, Hingga Penyangkalan Holocaust. Yogyakarta: Narasi, hal 8).

2Kelompok Principlists (pengikut prinsip/fundamentalis) dikenal sebagai Konservatif Iran.

3D. Danny H. Simanjuntak. Op.Cit, hal 9.

4Ibid.

5Masa jabatan Presiden di Iran dalam satu periode adalah 4 tahun.

6Revolusi Pertama ialah Revolusi Islam tahun 1979 yang menggulingkan Dinasti Shah, Revolusi Kedua, sebagaimana dicanangkan Ayatullah Khomeini, merujuk kependudukan gedung Kedutaan Besar AS di Teheran, peristiwa yang membuat Iran dijauhi masyarakat Barat, dan Revolusi Ketiga yang ditujukan untuk memerangi penindasan oleh rezim di dalam negeri maupun rezim internasional. Rezim yang dimaksud salah satunya adalah Amerika Serikat yang dianggap sebagai negara adidaya yang ingin menindas negara lemah. (Gustri Eni Putri. 2016. Pandangan Politik Mahmoud Ahmadinejad Studi Kasus:

Hubungan Iran-Amerika Serikat 2005-2009. Dauliyah Journal of Islamic and International Studies.

Gorontalo:Universitas Islam Indonesia, volume 1 no. 2, hal 164)

7Musa Kazhim, Alfian Hamzah. 2007. Perang Dunia III di Pelupuk Mata: Iran Skenario Penghabisan.

Jakarta: Ufuk Press, hal 159.

(15)

revolusi.8 Bahkan ia mengkritik status quo9 yang dalam sistem internasional hanya menguntungkan negara besar saja sedangkan negara dunia ketiga justru dalam ketidakadilan. Revolusi Ketiga bertujuan membersihkan negara Iran dari pengaruh liberal dan sekuler dan mendirikan pemerintahan yang betul-betul Islami.10

Ada dua hal penting dari sosok Ahmadinejad. Pertama, gagasan revolusionernya untuk mengembangkan teknologi nuklir damai Iran. Iran selalu menyatakan bahwa energi nuklir diperlukan untuk mengantisipasi melonjaknya populasi dan laju industrialisasi domestik. Selain itu, sejak lama Iran juga mengutarakan keinginan untuk mendiversifikasi11 sumber daya energi. Cadangan minyak Iran saat itu sekitar 133 milyar barel. Bila dipompa 1,5 sampai 1,8 milyar barel setahunnya, maka dalam 74-89 tahun mendatang Iran akan tertimpa krisis energi yang mengerikan.12 Bahkan, Roger Stern dari Johns Hopkins University, memperkirakan ekspor minyak Iran akan berkurang drastis pada 2014, kecuali bila ada diversifikasi energi.13

Dalam banyak kesempatan, Mahmoud Ahmadinejad juga menegaskan bahwa krisis energi menghantui Timur Tengah dalam kurun waktu 10 sampai 15 tahun mendatang. Tanpa upaya mengalihkan konsumsi pada sumber-sumber energi alternatif, maka krisis energi itu akan menjadi krisis multidimensional.

Selain Iran, negara-negara Teluk Persia lainnya juga menyadari hal ini. Tetapi, mereka belum menemukan teknologi yang tepat. Profesor studi Timur Tengah di

8Riezky Poetra Phoenna., Harmiyati. 2016. Perubahan Kebijakan Luar Negeri Iran di Era Presiden Hassan Rouhani. Jurnal Hubungan Internasional FISIP. Yogyakarta: UPNY, volume 19 no 1, hal 6.

9Keadaan tetap sebagaimana keadaan sekarang atau sebagaimana keadaan sebelumnya.

10Gustri Erni Putri. Op.Cit, hal 164.

11Diversifikasi energi adalah pemanfaatan berbagai sumber energi dalam rangka optimasi penyediaan energi untuk mewujudkan ketahanan energi nasional.

12Musa Kazhim, Alfian Hamzah. Op.Cit, hal 161.

13Musa Kazhim, Alfian Hamzah. Ibid, hal 162.

(16)

Brown University, William O. Beeman, menyatakan bahwa inilah persisnya yang menjadikan seluruh rakyat Iran berada di belakang program nuklir. Beeman lantas menegaskan bahwa energi nuklir adalah titik pemersatu dan konsensus seluruh rakyat Iran.14

Ahmadinejad tidak melewatkan peluang emas untuk memanfaatkan konsensus ini. Pada 10 Januari 2006, pemerintahan Ahmadinejad membuka segel penutup yang diletakkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA)15 di fasilitas pengayaan uranium Natanz. Belum genap 8 bulan setelah terpilih, tepatnya pada 9 April 2006, Ahmadinejad mengumumkan dimulainya kembali program pengayaan uranium yang dihentikan selama delapan tahun sejak terpilihnya Muhammad Khatami.16

Program nuklir memiliki sejumlah keuntungan bagi Iran, diantaranya sebagai pertarungan mendatang di tingkat regional dan global berporos pada masalah sumber daya energi. Apabila Iran berhasil mengamankan sumber-sumber daya energinya, maka kemandirian Iran sebagai sebuah negara maupun visi peradaban tidak akan lagi terganggu. Selanjutnya, program nuklir adalah konsensus seluruh rakyat Iran dari semua lapisan dan faksi. Tidak ada yang bisa menolak keuntungan program ini bagi masa depan Iran meskipun dari pesaing politiknya. Kubu Ahmadinejad secara jeli menangkap hal ini, dan menjadikannya sebagai poin utama pemerintahannya.17

Di lain sisi, Amerika melalui George W. Bush melarang Iran untuk program pengembangan nuklir, dengan tuduhan bahwa sewaktu-waktu Iran dapat

14Musa Kazhim, Alfian Hamzah. Ibid.

15IAEA didirikan pada 29 Juli 1957 sebagai organisasi internasional yang berupaya mengembangkan standar keselamatan nuklir dan mempromosikan pencapaian dan pemeliharaan tingkat keselamatan yang tinggi dalam aplikasi energi nuklir. (The IAEA Mission Statement. Diakses dalam www.iaea.org).

16Ibid, hal 162-164.

17Ibid, hal 159-160.

(17)

saja mengalihkannya menjadi pengembangan teknologi senjata pemusnah massal yang dapat mengusik keamanan, perdamaian, serta keselamatan dunia, namun Ahmadinejad menentang tuduhan Amerika dengan meyakinkan dunia bahwa, nuklir Iran digunakan untuk proses percepatan pembangunan dan kemajuan rakyat Iran. Hal penting kedua dari sosok Ahmadinejad adalah ia dikenal dengan pernyataan bahwasannya ia menolak kebenaran sejarah Holocaust.18

Pengembangan kembali teknologi nuklir Iran di bawah kepemimpinan Ahmadinejad menjadi pemicu utama yang membuat perseteruan antara Iran- Amerika memanas. Salah satu alasan rasional yang menyebabkan Amerika dan sekutunya melarang Iran mengembangkan senjata nuklir adalah karena kecanggihan program nuklir Iran ditakuti akan menyaingi teknologi nuklir mereka. Program nuklir Iran tidak lepas dari bantuan negara-negara eks komunis yang memilliki hubungan dekat dengan Iran, seperti Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara, serta beberapa negara Eropa seperti Prancis dan Jerman.19

Amerika dan sekutunya dengan berbagai alasan telah berhasil menuntut program nuklir Iran kepada Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan pengembangan nuklir Iran. Terhitung dari tahun 2006 hingga 2010, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan lima resolusi yang berisi tentang sanksi terhadap Iran atas aktivitas nuklirnya.

Pertama, Resolusi 1696 (31 Juli 2006). Resolusi ini dikeluarkan karena IAEA tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai nuklir Iran dan Iran tidak mau melaksanakan saran-saran dari IAEA serta tetap melanjutkan pengayaan

18Peristiwa pembantaian ras Yahudi di Eropa oleh rezim Nazi, pada masa Perang Dunia II. Disebutkan bahwa, terdapat 6 juta jiwa yang menjadi korban dari peristiwa tragis tersebut. Peristiwa Holocaust juga, bukan hanya dialami ras Yahudi, namun juga oleh sejumlah ras lainnya di Eropa, yang dianggap sebagai ras rendahan oleh Nazi.(D. Danny H. Simanjuntak. Op.Cit, hal 10).

19Rizem Aizid. 2013. Singa Padang Pasir Menerkam Amerika & Sekutunya. Yogyakarta: Palapa, hal.171.

(18)

uranium. Resolusi ini dibahas ketika pertemuan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok) ditambah Jerman dan Uni Eropa di Paris pada tanggal 12 Juli 2006. Isi dari resolusi tersebut bahwa Iran harus menuruti langkah yang disarankan oleh IAEA, meyakinkan bahwa nuklirnya memang untuk tujuan damai, melaporkan segala aktivitas, dan menghimbau kepada seluruh negara untuk tidak membantu Iran.20

Iran ternyata masih tidak mau bekerjasama dengan IAEA. Semua yang terkait dengan proses pengayaan tidak dilaporkan. Iran juga tidak melaksanakan beberapa saran yang diberikan oleh IAEA. Akhirnya, keluarlah resolusi kedua yaitu Resolusi 1737 (23 Desember 2006). Resolusi tersebut masih berisi tentang himbauan kepada Iran untuk melaporkan semua aktivitas yang berkaitan dengan pengayaan kepada IAEA, himbauan kepada semua negara untuk tidak menyuplai, menjual, atau menransfer apapun (seperti material, bantuan dana, teknologi) yang akan berkontribusi terhadap pengembangan nuklir Iran, kalaupun ada barang- barang yang akan diperdagangkan maka itu harus atas sepengetahuan IAEA.

Batas waktu bagi Iran untuk melaksanakan isi dari resolusi ini adalah 60 hari.21 Resolusi ketiga dikeluarkan Dewan Keamanan PBB setelah Iran gagal memenuhi himbauan-himbauan yang ada di dalam dua resolusi sebelumnya.

Resolusi 1747 (24 Maret 2007) menjatuhkan sanksi yang lebih berat kepada Iran antara lain larangan melakukan perdagangan senjata, pembekuan aset 28 orang dan organisasi yang berkaitan dengan program nuklir, permintaan terhadap negara-negara agar memberlakukan travel ban22terhadap pihak-pihak yang terkait

20Global Policy Forum. UN Sanctions Against Iran. Diakses dalam www.globalpolicy.org, pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 12.15 WIB.

21Ibid.

22Larangan bepergian.

(19)

sanksi. Resolusi tersebut juga menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran dengan meminta semua negara dan lembaga keuangan internasional untuk tidak membuat komitmen baru dalam bantuan keuangan atau pinjaman kepada Iran.23

Resolusi keempat dikeluarkan Dewan Keamanan PBB pada tanggal 3 Maret 2008 yaitu Resolusi 1803. Setelah beberapa kali laporan IAEA selama tahun 2007, ternyata Iran tidak menunjukkan perkembangan untuk bekerjasama dengan IAEA. Isi dari resolusi ini kurang lebih sama dengan resolusi sebelumnya.

Sanksi menetapkan tambahan berupa larangan perjalanan terhadap lima pejabat Iran, membekukan aset 13 perusahaan Iran dan 13 pejabat Iran di luar negeri, pelarangan penjualan barang-barang yang bisa berfungsi ganda (untuk tujuan damai dan tujuan militer) ke Iran, pemeriksaan kapal-kapal barang dari dan menuju Iran, memonitor aktivitas dua bank Iran, mendorong para pemerintah untuk menarik dukungan pendanaan terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan perdagangan dengan Iran.24

Pada 9 Juni 2010, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK- PBB) mengeluarkan resolusi baru yang memperingatkan Iran untuk menghentikan program nuklirnya. Resolusi bernomor 1929 (2010) tersebut menambah sanksi baru bagi Iran, karena dianggap tidak mau mematuhi resolusi sebelumnya.

Resolusi itu, antara lain, menambah embargo persenjataan dan sanksi di bidang perbankan, serta melarang Iran memproduksi atau menggunakan bahan dan teknologi uranium. Resolusi itu juga memerinci berbagai hal yang terlarang bagi

23Global Policy Forum. Loc.Cit.

24Kompas. 2008. PBB Perberat Sanksi untuk Iran. Diakses dalam https://travel.kompas.com/read/2008/03/04/06061970/pbb.perberat.sanksi.untuk.iran pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 13.10 WIB.

(20)

Iran. Ada 38 poin dalam resolusi itu yang bila dijalankan semua akan menyulitkan kehidupan Iran. Ini resolusi yang kelima mengenai nuklir Iran sejak tahun 2006.25

Desakan Amerika dan sekutunya agar Iran menghentikan program pengembangan nuklirnya diabaikan oleh Ahmadinejad. Sanksi dari DK PBB juga diabaikan oleh Ahmadinejad. Iran dengan tegas menyatakan bahwa ia sama sekali tidak melanggar undang-undang internasional manapun yang menjustifikasi penjatuhan sanksi hukuman terhadapnya, bahkan perjanjian pembatasan penyebaran nuklir memberinya hak untuk melakukan program pengayaan uranium dan memiliki teknologi yang dibutuhkan untuk kepentingan ini, dan selama ini program pengayaan uranium Iran bertujuan untuk penggunaan damai dan pembangkit energi.26 Bahkan Iran mengancam untuk mempertimbangkan ulang kerja sama dengan organisasi IAEA. Iran juga mengancam akan keluar dari Nuclear Non-Proliferation Treaty27.

Upaya Amerika ini tidak mampu memberikan tekanan berarti bagi Iran, karena ketiadaan dukungan luas dari Internasional, sehingga sanksi yang diberlakukan Amerika ini hanya menjadikan Iran semakin memperkuat hubungan dengan negara lain dalam hubungan ekonomi dan perdagangannya. Namun situasi berubah setelah 2010, dimana dukungan internasional atas sikap Amerika ini semakin kuat.

Pada Oktober 2010, Amerika menjatuhkan sanksi atas Iran melalui Naftirantartrade Company, dengan membatasi hubungan dagang antara berbagai

25 M. Hamdan Basyar. 2010. Sanksi Baru untuk Nuklir Iran. Diakses dalam http://www.politik.lipi.go.id/kolom/285-sanksi-baru-untuk-nuklir-iran.html pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 13.33 WIB.

26Adel El-Gogary. 2008. Ahmadinejad: The Nuclear Savior of Tehran Sang Nuklir Membidas Hegemoni AS dan Zionis. Buku Terjemahan oleh Tim Kuwais. Depok: Pustaka IIMAN, hal 231.

27NPT atau Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir adalah perjanjian yang ditujukan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir di dunia.

(21)

perusahaan Amerika dan perbankan Amerika terhadap berbagai transaksi ekonomi yang berhubungan dengan Iran. Kemudian disusul dengan pembaharuan Iran Sanctions Act (ISA)28 pada bulan Mei tahun 2011 dengan menambahkan pokok sanksi atas iran dalam International Emergency Economic Power Act (IEEPA)29 dan Comperhensive Iran Sanctions, Accountability, and Divestment Act (CISADA).30

Pada tahun 2012 Amerika semakin memperketat penjatuhan sanksi atas Iran dengan memberlakukan Iran Freedom and Counter-Poliferations Act of 2012 (NDAA) dan The National Defense Authorization Act of Fiscal Year 2012 (IFCA). Amerika juga menerapkan penekanan untuk meraih dukungan Internasional atas upaya ini dengan memberlakukan Foreign Sanctions Evaders (FSE), dalam upaya ini Amerika menekankan ancaman atas seluruh pihak yang dapat mengganggu upaya sanksi Iran dengan tetap tidak menerapkan sanksi sebagaimana Amerika. Kemudian pada 2013 Amerika memberlakukan Join Plan Action (JPA) bersama komunitas internasional seperti Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Australia, Norwegia, Swiss.31

Setelah upaya Amerika yang cukup lama dirasa tidak efektif sebelum tahun 2010 tersebut, pasca 2010 menunjukkan efektifitas pemberlakukan sanksi atas Iran. Dimana Iran mengalami cukup tekanan ekonomi dalam penerapan

28ISA adalah salah satu UU AS yang memberikan otoritas hukum untuk sanksi sekunder AS yaitu, sanksi yang terutama menargetkan perusahaan-perusahaan non-AS yang terlibat dalam kegiatan terkait dengan Iran. (Kerry B. Contini., Meghan Hamilton. 2016. Sanction & Export Control Update: Iran Sanctions Act Extended for Ten Years; US Treasury Department Updates Iran Frequently Asked Questions and Issues General Licence J-1. Diakses dalam sanctionsnews.bakermckenzie.com).

29IEEPA disahkan pada 28 Oktober 1977, yaitu UU Federal AS yang memberi wewenang kepada presiden untuk mengatur perdagangan internasional setelah mendeklarasikan keadaan darurat nasional sebagai respon terhadap ancaman yang tidak biasa dan luar biasa terhadap AS. (Wikipedia. International Emergency Economic Powers Act. Diakses dalam en.m.wikipedia.org).

30Kenneth Katzman. 2014. Iran Sanctions. Diakses dalam http://www.fas.org/sgp/crs/mideast/RS20871.pdf pada tanggal 20 Oktober 2019 pukul 22.28 WIB.

31Ibid.

(22)

sanksi dengan dukungan internasional tersebut. Situasi ini muncul seiring dukungan Uni Eropa pada Januari 2012, memutuskan untuk menghentikan impor minyak mentah dari Iran karena program nuklirnya yang diperselisihkan, dimana menurut Barat bertujuan untuk membuat bom nuklir, yang akhirnya juga menerapkan sanksi embargo atas Iran.32 Selain itu, Iran juga dihadapkan pada pemutusan keanggotaanya dari jaringan perbankan internasional. Situasi tersebut berujung pada penurunan aktifitas bahkan penutupan industri di Iran.

Melihat persoalan dimana Amerika Serikat semakin menekan Iran bahkan berusaha mengisolasinya dari dunia internasional. Selain itu, dampak sanksi PBB dan embargo ekonomi Amerika semakin menyulitkan Iran ketika negara-negara yang menjadi mitra ekonominya juga mulai meninggalkan Iran dan embargo Amerika semakin massif ketika Iran dibawah pimpinan Ahmadinejad.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul Dampak Embargo Amerika Serikat terhadap Dinamika Politik Dalam Negeri Iran di bawah Kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad.Perlu diketahui bahwa bangsa Iran yang selama 26 tahun (terhitung dari lahirnya Revolusi Islam Iran 1979 hingga terpilihnya presiden Ahmadinejad tahun 2005) membela dengan segala kekuatan, kegigihan, dan ketegaran prestasi dan capaian- capaian revolusi yang secara terus-menerus berhasil mengandaskan semua konspirasi Amerika Serikat kini dituntut untuk melawan segala bentuk ancaman yang ditujukan kepadanya melalui konsistensinya dalam mempertahankan Republik Islam.

32Parisa Hafezi. 2012. Iran stops oil sales to British and French firms. Diakses dalam https://www.reuters.com/article/us-iran-oil-europe/iran-stops-oil-sales-to-british-and-french-firms- idUSTRE81I07W20120219&prev=search pada tanggal 24 Oktober 2019 pukul 17.58 WIB.

(23)

1.2. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang hendak di teliti di skripsi ini ialah: Bagaimana dampak embargo Amerika Serikat terhadap politik dalam negeri Iran di bawah kepemimipinan Mahmoud Ahmadinejad?

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka batasan masalah di dalam penelitian ini adalah penulis hanya berfokus pada dampak embargo Amerika Serikat terhadap politik dalam negeri Iran di bawah kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad pada periode 2012-2013.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dampak embargo Amerika Serikat terhadap politik dalam negeri Iran di bawah kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan bahwa ilmu politik bersifat terbuka, khususnya dalam proposal ini ingin dilihat bagaimana teori hubungan internasional, konsep kepentingan nasional, kepentingan nasional dalam pendekatan realisme dan menjelaskan permasalahan Amerika Serikat dan negara Iran.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan referensi serta sebagai media informasi bagi perkembangan Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(24)

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah minat pembaca untuk lebih menggali bagaimana dampak dari suatu kebijakan terhadap situasi politik dalam negeri suatu negara. Terkhusus dalam bahasan ini dampak embargo terhadap suatu negara.

1.6. Literature Review

Penulis dalam mengerjakan penelitian ini menggunakan kajian penelitian terdahulu sebagai acuan dan tolak ukur dalam menulis untuk referensi, menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian, serta mengisi kekosongan informasi yang dikaji oleh peneliti terdahulu. Penelitian yang berkaitan dengan hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan Iran, dan juga berkaitan dengan embargo telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, sehingga beberapa hal yang menyerupai dapat dijadikan dasar penelitian ini.

Berikut ini adalah beberapa literaturereview yang memiliki fokus dalam lingkup yang sama dengan penelitian saya. Pertama, jurnal dari Gustri Erni Putri yang berjudul “Pandangan Politik Mahmoud Ahmadinejad Studi Kasus:

Hubungan Iran-Amerika Serikat (2005-2009)”.33 Penelitian beliau adalah kualitatif dengan menggunakan teori Politik Internasional dan Pendekatan Mikro dengan unit analisa individu. Secara keseluruhan proses pembentukan pandangan politik Ahmadinejad sangat erat kaitannya dengan perjalanan hidup dan pengalaman politik Ahmadinejad sebelum dan setelah Revolusi Islam Iran, oleh karena itu logika perlawanan terhadap imperialisme dipakai dalam kebijakan luar negeri Iran. Selanjutnya melalui pendekatan mikro dengan unit analisa individu

33Gustri Erni Putri. 2016. Pandangan Politik Mahmoud Ahmadinejad Studi Kasus: Hubungan Iran-Amerika Serikat (2005-2009). Dauliyah Journal of Islamic and International Studies. Gorontalo: Universitas Islam Indonesia, Volume 1 No. 2.

(25)

juga dapat memberikan kontribusi yang penting dalam upaya menjelaskan suatu fenomena internasional. Perbandingan dari penelitian kami adalah beliau menjelaskan tentang memburuknya hubungan Iran-Amerika pada periode 2005- 2009 serta hubungannya dengan pandangan politik Ahmadinejad yang radikal yang pelaksanaannya terlihat dalam sikap dan keputusan politik luar negerinya.

Dilanjutkan dengan pembahasan latar belakang kehidupan Ahmadinejad sebagai pembentuk pandangan politiknya. Dibandingkan dengan penelitian yang saya teliti disini saya lebih melihat kelanjutan dari pandangan politik dan kebijakan luar negeri Ahmadinejad dalam kepentingan nasionalnya yaitu bagaimana dampak dari sebuah kebijakan yang dihasilkan terkhusus pada politik dalam negeri Iran.

Kedua, tesis dari Tide Aji Pratama yang berjudul “Kebijakan Nuklir Iran dalam Menghadapi Respon Barat pada masa Pemerintahan Presiden Mahmud Ahmadinejad 2005-2007”.34 Penelitian beliau adalah kualitatif deskriptif-analitis dengan menggunakan teori Kepentingan Nasional dengan Pendekatan Makro dengan unit analisa negara. Beliau menjelaskan Guidelines dari kebijakan Ahmadinejad dianggap merupakan kebijakan Iran sebagai sebuah entitas negara, mengingat Ahmadinejad tidak berdiri sendiri sebagai sole actor dalam proses pengimplementasian kebijakan nuklir Iran, melainkan juga melibatkan aktor-aktor domestik lainnya. Penelitian beliau berfokus pada persoalan Amerika Serikat dan negara-negara Barat dalam merespon program nuklir Iran, dengan menelaah latar belakang hubungan antara Iran dan Amerika Serikat. Disamping itu, juga dibahas bagaimana pemerintahan Bush melancarkan kebijakannya terhadap Iran dan bagaimana upaya-upaya yang dilakukannya untuk mencegah program nuklir Iran

34Tide Aji Pratama. 2008. Kebijakan Nuklir Iran Dalam Menghadapi Respon Barat Pada Masa Pemerintahan Presiden Mahmud Ahmadinejad 2005-2007. Tesis Departemen Hubungan Internasional FISIP. Jakarta: Universitas Indonesia.

(26)

melalui penerapan sanksi oleh Dewan Keamanan PBB. Dibandingkan dengan penelitian yang saya teliti, saya menambahkan fokus terhadap dampak penerapan embargo Iran selain dari DK PBB, juga dari Amerika dan Uni Eropa pada tahun 2012-2013.

Ketiga, skripsi dari Fajar Anugrah Tumanggor yang berjudul “Dampak Kebijakan Embargo Negara Arab Terhadap Situasi Ekonomi Qatar”.35 Penelitian beliau adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori Hubungan Internasional dengan pendekatan Realisme. Batasan masalah dalam penelitian beliau terhitung dari bulan Juni-Oktober 2017. Penyebab utama pemberlakuan embargo Negara Arab disebabkan oleh dukungan Qatar baik dari segi ideologi maupun dana terhadap organisasi ekstrimis, sektarian, dan radikal yang muaranya ke isu teroris yaitu ikhwanul muslimin36, Qatar menjalin hubungan bilateral dengan Iran dalam bidang energi, Konferensi Tingkat Tinggi Riyadh 2017, Peretasan platform media pemerintahan Qatar. Pemberlakuan embargo menciptakan dampak negatif dimana mengalami penurunan kegiatan ekonomi terhadap minyak dunia, LNG37, dan energi (total ekspor dalam perdagangan ke Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain mencapai kurang dari 8 persen dari perdagangan global Qatar, namun naik 30 persen dengan Iran, Turki, dan Pakistan); penerbangan (berkurang sekitar ½ persen); pelayaran; pangan (perdagangan Qatar turun 40 persen di bulan pertama embargo sehingga harga pangan melonjak 4,5 persen dari tahun ke tahun di bulan Juli); pasar dan saham

35Fajar Anugrah Tumanggor. 2018. Dampak Kebijakan Embargo Negara Arab terhadap Situasi Ekonomi Qatar. Skripsi Departemen Ilmu Politik FISIP. Medan: Universitas Sumatera Utara.

36Ikwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam yang haluan politiknya guna menegakkan syariat Allah.Jamaah ini memandang Islam sebagai dien (jati diri) yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekadar agama yang mengurusi ibadah ritual (salat, puasa, haji, zakat, dll). (Fajar Anugrah, Ibid, hal 5).

37Liquefied Natural Gas adalah gas alam yang dicairkan.

(27)

(pasar saham turun 7,3 persen ke tingkat terendah dalam lebih dari satu tahun dan telah anjlok 9,7 persen dalam 3 hari terakhir pasca pemutusan); dan keuangan, asuransi dan bank. Sedangkan dampak positifnya perekonomian Qatar pada masa embargo mendapat peningkatan di bidang transportasi, perdagangan, pangan, keuangan (bulan Juli pasokan uang tumbuh lebih dari 8,3 persen dari bulan sebelumnya), dan penerbangan komersil atas kerjasama dengan Iran, Turki, dan Pakistan (tingkat penerbangan ke Iran semakin melonjak 100-150 penerbangan setiap hari). Selanjutnya, menjelaskan bahwa pandangan realisme, dimana embargo adalah siasat yang dilakukan oleh negara Arab untuk ‘mematikan’

perkembangan Qatar. Penelitian beliau sama-sama mengambil objek di Negara Timur Tengah namun disamping banyaknya persamaan baik dari segi teoritis, pendekatan dan metodologi, terdapat perbedaan dari fokus permasalahan yang menyebabkan pemberlakuan embargo dan fokus kajian yaitu beliau mengkaji dari sudut perekonomian sedangkan saya dari sudut perpolitikan. Oleh karena itu, penelitian beliau hanya sebagai acuan dan tolak ukur dalam menulis penelitian ini.

1.7. Kerangka Teori

Iran adalah salah satu negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya.Jumlah penduduk Iran berdasarkan perhitungan tahun 2018 sebesar 82.531.700 jiwa dengan jumlah kepadatan sebesar 48/km2.38 Total pendapatan domestik bruto Iran sebesar $484.663 miliar dengan jumlah perkapita sebesar

$5.820.39

38Wikipedia, Iran. Diakses dalam https://en.wikipedia.org/wiki/Iran pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 20.46 WIB.

39International Monetary Fund (IMF), World Economic Outlook Database: Iran GDP, April 2019. Diakses dalam,https://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2019/01/weodata/weorept.aspx?pr.x=48&pr.y=4&sy=201 9&ey=2019&scsm=1&ssd=1&sort=country&ds=.&br=1&c=429&s=NGDPD%2CPPPGDP%2CNGDPDP C%2CPPPPC&grp=0&a= pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 20.35 WIB.

(28)

Secara geografis, Iran merupakan negara yang memiliki beberapa keistimewaan karena letaknya yang sangat strategis. Iran berbatasan dengan Azerbaijan dan Armenia di barat laut, Laut Kaspia di utara, Turkmenistan di timur laut, Pakistan dan Afganistan di timur, Turki dan Irak di barat, perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.40Sebagai wilayah yang dikenal tandus karena termasuk ke dalam kawasan Timur Tengah, maka potensi alam yang ditemukan di Iran kurang lebih sama dengan di negara-negara Timur Tengah. Sumber daya alam dalam bentuk minyak bumi dan gas adalah salah satu contoh potensi alam yang sangat berlimpah di negara tersebut.Cadangan minyak terbesar kawasan Timur Tengah ada di Arab Saudi, yang memiliki sekitar 36% dari total cadangan minyak di Timur Tengah, disusul Irak 16%, Uni Emirat Arab 14%, Iran 13%, Kuwait 13%, Libya 4%, Oman 1%, Qatar 1%, Yaman 1%, dan Aljazair 1%.41 Badan Energi Internasional (IEA)42 meyakini bahwa negara-negara penghasil minyak di Teluk akan memproduksi minyak sekitar 45 juta barel per hari untuk mencukupi kebutuhan. Menurut perkiraan IEA, dunia akan sangat bergantung pada lima negara penghasil minyak yaitu Iran, Irak, Kuwait, Saudi, dan Uni Emirat Arab, yang akan diminta untuk memproduksi dua kali lipat dari kapasitas produksi minyak sehari-hari.43

Iran dengan ibukotanya Teheran, memiliki sebuah pemerintahan yang berbentuk Republik Islam. Pemerintahan Islam tidak sama dengan bentuk pemerintahan lain. Sebagai contoh, pemerintahan Islam bukan merupakan

40Musa Kazhim, Alfian Hamzah. Op.Cit, hal 167-168.

41 Mustafa Balat. 2006. The Position of Oil in the Middle East: Potential Trends. Sila Science University,Turkey, Energy and Environtmental Sources e-Journal, vol. 28, hal 1.

42International Energy Agency atau IEA didirikan pada November 1974 sebagai forum internasional utama dengan mandat luas tentang keamanan energi dan kerjasama kebijakan energi. (Diakses dalam www.iea.org).

43Chalabi, F. J. 2000. Middle East Oil in The Face of World Energy Transition. The Brown e-Journal of World Affairs, hal 43-53.

(29)

pemerintahan yang bersifat tirani, di mana para pemimpin negara dengan pemerintahan tirani dapat bertindak sewenang-wenang atas harta dan kehidupan masyarakat mereka, memperlakukan orang sekehendak mereka, membunuh orang yang mereka inginkan dan memperkaya seseorang yang mereka kehendaki dengan memberikan tanah dan harta milik orang lain.44 Dalam Islam, hakikat pemerintahan adalah ketaatan kepada hukum-hukumnya, yang mana hukum- hukum itu sendiri berfungsi untuk mengatur masyarakat.45

Sejauh ini, Iran telah memiliki dua Pemimpin Agung46, diantaranya Ayatullah Agung Sayyid Ruhollah Khomeini pada tahun 1979-1989, dan Ayatullah Ali Khamenei pada tahun 1989-sekarang.47 Dunia Islam dikejutkan dengan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, yang secara total yang mengubah Iran dari negara sekuler proBarat menjadi negara yang berbasiskan pada teologi Islam Syiah dan menentang kekuatan Barat. Ayatullah Khomeini sebagai penggagas revolusi Islam Iran memiliki perspektif bahwa Amerika Serikat harus dilawan sebagai lambang imperialisme dunia, sekalipun bukan satu- satunya.Karena itu di dalam politik luar negerinya, Iran melancarkan politik anti imperialisme, anti Amerika Serikat.48

Dominasi Barat (Amerika) yang begitu kuat, hilang tanpa bekas.

Mohammad Reza Shah Pahlevi adalah pemimpin Iran sejak 1941, yang memiliki hubungan dekat dengan Inggris dan Amerika Serikat dan kedua negara itu sangat

44Imam Khomeini. 2002. Sistem Pemerintahan Islam. Jakarta: Pustaka Zahra, hal 57.

45Ibid, hal 59.

46Menurut Konstitusi Iran, Pemimpin Agung bertanggung jawab atas penggambaran dan pengawasan

“kebijakan umum Republik Islam Iran,” yang berarti bahwa dia menentukan nada dan arah kebijakan dalam dan luar negeri Iran. (Frontline. The Structure of Power in Iran: an Overview of Iranian Government and Political System. Diakses dalam www.pbs.org).

47Wikipedia, Pemimpin Agung Iran. Diakses dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemimpin-Agung-Iran pada tanggal 12 Oktober 2019 pukul 20.47 WIB.

48Yanyan Mochamad Yani. 2007. Mungkinkah AS Invansi Iran?. Artikel Staf Pengajar Jurusan Hubungan Internasional FISIP UNPAD, hal 2.

(30)

terlibat dalam urusan pemerintahan Shah. Seperti pada tahun 1953, dengan campur tangan dari agen intelijen Inggris dan AS, Reza Pahlevi berhasil mengudeta Perdana Menteri Mohammad Mossadegh49, dan Shah mengambil alih kekuasaan sebagai satu-satunya pemimpin Iran. Dia mencabut undang-undang Mossadegh dan menjadi sekutu Amerika Serikat.50

Pada tahun 1963, Shah meluncurkan Revolusi Putih,51 meskipun program- program ini dipuji oleh banyak orang di Iran, namun para pemimpin Islam bersikap kritis terhadap apa yang mereka lihat sebagai westernisasi Iran. Ruhollah Khomeini, seorang ulama Syiah, sangat vokal dalam kritiknya dan menyerukan penggulingan Shah dan pendirian negara Islam namun perlawanannya membuat Khomeini harus diasingkan ke luar negeri. Selama masa pengasingan, Khomeini berusaha mengirim pesan radio untuk para pendukungnya.52 Singkat sejarah, sistem pemerintahan Reza Pahlevi yang monarkis berhasil dijatuhkan oleh pendukung Gerakan Revolusioner Imam Khomeini53 dan kelompok kiri.54Kemajuan-kemajuan ekonomi yang diraih rezim Reza Pahlevi tidak ada nilainya di mata rakyat Iran.Rakyat Iran tidak percaya lagi pada sistem hukum yang dibangun oleh Barat.55Khomeini berhasil ‘melepas belenggu’

kebergantungan pemerintahan Iran pada Barat.Maka dari itu, Iran melihat perangnya melawan imperialisme sebagai melengkapi revolusi Islamnya.Selain itu, sistem pemerintahan Iran dipandang sangat unik bagi Barat dan kebanyakan

49Mossadegh adalah seorang nasionalis Iran yang bersemangat meyakinkan Parlemen untuk menasionalisasikan kepentingan minyak Inggris yang luas di Iran.

50History. 1979: Shah Flees Iran. Diakses dalam https://www.history.com/.amp/this-day-in-history/shah- flees-iran pada tanggal 26 Juli 2020 pukul 12.04 WIB.

51Sebuah program pemerintah yang luas yang mencakup reformasi tanah, pembangunan infrastruktur, hak suara bagi perempuan, dan pengangguran buta huruf.

52History. 1979: Shah Flees Iran. Loc.Cit.

53Gerakan yang menentang politik anti-Islam dan pro-Amerika dalam artian pendukung Dinasti Pahlevi.

54The Office of the Supreme Leader. 2010. Leadership: Biography. Diakses dalam https://www.leader.ir/en/biographypada tanggal 26 Juli 2020 pukul 11.16 WIB.

55Gustri Eni Putri. Op.Cit, hal 158.

(31)

politisasi dunia.56Sistem pemerintahan itu adalah Wilayatul Faqih57sebagai buah pikiran dan perjuangan Ruhollah Khomeini.

Untuk dapat menjawab rumusan masalah penelitian, peneliti menggunakan Teori Hubungan Internasional, Konsep Kepentingan Nasional melalui Pandangan Realisme, dan Konsep Embargo.

1.7.1. Teori Hubungan Internasional

Istilah hubungan internasional (International Relations) diciptakan oleh Jeremy Bantham. Jeremy Bantham adalah salah seorang yang mempunyai minat yang besar terhadap hubungan antarnegara yang tumbuh semakin populer pada saat itu. Sebagai suatu ilmu, hubungan internasional merupakan satu kesatuan disiplin dan memiliki ruang lingkup serta konsep-konsep dasar.58

Hubungan Internasional adalah cabang dari ilmu politik merupakan suatu studi tentang persoalan-persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara negara- negara dalam sistem internasional, termasuk peran negara-negara, organisasi- organisasi antar pemerintah, organisasi-organisasi non-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan multinasional. Hubungan Internasional menurut K.J Holsti adalah suatu bidang akademis dan kebijakan publik dan dapat bersifat positif atau normatif karena hubungan internasional berusaha menganalisis serta merumuskan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu.59

56Imam Khomeini. Loc.Cit.

57Faqih adalah seseorang yang menguasai prinsip-prinsip dan aturan-aturan hukum Islam serta seluruh aspek keimanan.

58Soeprapto, R. 1997. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi, dan Perilaku. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal.12.

59Fitriyanto. 2011. Intervensi AS ke Kuba: Studi tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik terhadap Pemerintahan Fidel Castro. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Surakarta: UNS, hal 10.

(32)

Hubungan internasional dapat dikatakan suatu kerjasama antar negara yang satu dengan yang lain. Istilah hubungan internasional dapat mengacu pada semua bentuk interaksi antara masyarakat yang berbeda. Sebagaimana manusia tidak dapat lepas dari pergaulan dengan sesama manusia, begitupun negara tidak lepas dari hubungan dengan sesama negara. Hubungan internasional dapat diartikan secara mendasar sebagai usaha negara di dunia untuk saling berhubungan dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan dari kepentingan negara masing-masing.60

Dengan demikian hubungan internasional masing-masing negara bertujuan untuk mencapai kebutuhan negara, sehingga terbentuk suatu kerjasama dalam berbagai bidang baik dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, ideologi, dan lain-lain. Holsti mengatakan bahwa studi hubungan internasional mencakup analisis kebijaksanaan luar negeri atau proses antara bangsa-bangsa mencakup juga studi mengenai serikat perdagangan, turisme, perdagangan internasional, transportasi, komunikasi dan perkembangan nilai dan etika internasional.61

Hubungan Internasional menurut Mc.Clelland merupakan studi tentang interaksi antara jenis kesatuan kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi. Dalam hubungan internasional hubungan antara seseorang dengan orang yang lain merupakan arti utama. Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa kerjasama(cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Hal yang diharapkan dari suatu hubungan atau interaksi berupa kerjasama. Di dalam hubungan internasional

60Ibid.

61Ibid.

(33)

tidak dapat terhindar dari adanya persaingan dan konflik (pertentangan).62 Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa hubungan internasional adalah hubungan antara satu negara dengan negara lain untuk mencapai tujuan dan dalam rangka memenuhi tuntutan serta kepentingan negara sendiri.

1.7.2. Konsep Kepentingan Nasional

Berbagai diskusi politik dewasa ini telah membangkitkan kembali sebuah konsep klasik dalam teori Hubungan Internasional, yaitu kepentingan nasional.

Konsep ini menjadi kata kunci paling penting bagi penganut pendekatan realisme yang memang sangat percaya pada kedaulatan negara sebagai satu-satunya aktor/entitas dalam Hubungan Internasional.63

Kepentingan nasional menurut Hans J. Morgenthau diartikan sebagai kemampuan minimum negara/bangsa dalam melindungi identitas fisik (wilayah, tanah, territorial), identitas politik (rezim ekonomi politik), dan identitas kulturalnya (norma etnis, linguistik, sejarah) dari gangguan negara bangsa lain.64 Sedangkan menurut Jack D. Plano & Roy Olton, kepentingan nasional diartikan sebagai kepentingan vital suatu bangsa yang harus diperjuangkan demi kelangsungan hidupnya. Kepentingan vital dimaksud terdiri dari: kemandirian (independence), pertahanan diri(self preservation), keutuhan wilayah(territorial integrity), keamanan militer (military security), kemakmuran ekonomi (economic well-being).65

62Ibid, hal 11.

63 Ahmad Rizky Mardhatillah Umar. 2014. Book Review: The National Interest in International Relations Theory of Scott Burchill. ASEAN Studies Center FISIP, Universitas Gadjah Mada. Indonesian Journal of International Studies vol. 1 no. 2, hal 185.

64 Agus Subagyo. 2011. Teori Hubungan Internasional. DalamPresentasi Departemen Hubungan Internasional. Cimahi: FISIP UNJANI, hal 13-15.

65Agus Subagyo, Ibid.

(34)

Kepentingan nasional (national interests) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan negara/bangsa atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Lazimnya kepentingan nasional pada tiap negara/bangsa adalah keamanan (security) yang mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah, serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu keamanan (security) dan kesejahteraan (prosperity), pasti terdapat serta merupakan dasar dalam merumuskan atau menetapkan kepentingan nasional bagi tiap negara.66

Dalam hal ini kepentingan nasional dapat dilihat tidak hanya dalam perspektif keamanan, tetapi juga dalam perspektif kesejahteraan. Berdasarkan kedua perspektif tersebut, kepentingan nasional juga dapat dipahami sebagai upaya pemenuhan terhadap hal-hal yang signifikan bagi kelangsungan hidup suatu negara/bangsa. Program nuklir Iran dapat dilihat sebagai sebagai bentuk kebijakan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan kesejahteraan. Keberadaan nuklir sebagai sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik yang dibutuhkan oleh masyarakat Iran. Namun demikian, program nuklir tersebut dapat juga dilihat melalui perspektif keamanan dalam menghadapi ancaman bagi keamanan pasokan energi Iran.67

Kendati sering sekali didiskusikan dalam teori Hubungan Internasional kontemporer, pada dasarnya istilah kepentingan nasional masih dengan serius diperdebatkan. Sebagai contoh, dalam soal keamanan, banyak teoritisi Hubungan Internasional berdebat tentang bagaimana memersepsikan ancaman terhadap negara, yang berarti juga adalah gangguan terhadap kepentingan nasional. Mereka yang dipengaruhi oleh cara berpikir realis tentu akan menekankan ancaman

66Tide Aji Pratama. Op.Cit, hal 16.

67Ibid.

(35)

sebagai sesuatu yang berpotensi mengacaukan stabilitas negara. Bagi mereka, sesuatu bisa dikategorikan sebagai ancaman jika ia mengganggu stabilitas negara, baik eksternal maupun internal. Pendekatan untuk merespons keamanan ini, sebagai konsekuensinya, mengedepankan deterrence dan balance of power yang erat kaitannya dengan use of military forces.68

Dalam hal ini, Iran melihat ancaman itu dalam kerangka keamanan manusia, yakni sesuatu yang bisa mengancam keselamatan para warga negara dan hak-hak asasi mereka. Bagi perspektif ini, kategorisasi ancaman melekat pada sesuatu yang menghalangi pemenuhan hak-hak manusia untuk freedom from fear dan freedom from want.

1.7.3. Konsep Realism

Realisme adalah perspektif yang mula-mula mencoba untuk melakukan konseptualisasi utuh mengenai kepentingan nasional. Sesuai dengan namanya, realism bertujuan untuk menjelaskan Hubungan Internasional apa adanya (as it is) dengan pandangan dunia Hobbesian yang anarkis, self-governed, selalu dihantui oleh kecurigaan, rasa was-was diserang, dan oleh karenanya negara bersifat anarkis dalam politik internasional. Pandangan ini melihat bahwa kepentingan nasional harus dilihat dari kepentingan negara, karena sejak 164869, negara adalah supremasi politik tertinggi di masyarakat dan anarkisme dalam politik internasional hanya bisa ditanggulangi melalui negara. Oleh karena negara adalah satu-satunya aktor, keputusan luar negeri hanya mengakui negara sebagai satu-

68 Ahmad Rizky Mardhatillah Umar. Loc.Cit.

69Sebuah frase yang muncul pertama kali dalam Perjanjian Westphalia tahun 1648 yang menyudahi peperangan panjang atas nama agama di Eropa. Di sini jelas bahwa hanya negara sebagai institusi yang berhak untuk melakukan pembatasan karena ia adalah pemegang otoritas politik dan hukum yang mengatasi masyarakat. (Ismatu Ropi. 2020. Konstitusi dan Noklematur Kebebasan Beragama:

Pengalaman Berbagai Negara. Jurnal Ilmu Ushuludin. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah , volume 7 nomor 1, hal 62.

(36)

satunya entitas. Oleh sebab itu, kepentingan nasional tak lain adalah kepentingan negara yang dilandaskan oleh kekuasaan yang mereka miliki.70

Pandangan semacam ini, sebagaimana dikutip oleh Burchill, direpresentasikan dengan sangat baik oleh Hans J. Morgenthau. Menurutnya, perilaku negara dalam Hubungan Internasional adalah untuk menjaga agar elemen-elemen kekuatan yang dimiliki negara tetap dapat menjamin kedaulatannya di antara negara lain dan sebagai konsekuensinya untuk menjaga konstelasi kekuatan politik di tingkat internasional tetap seimbang.71

Selanjutnya, pandangan ini tentu saja sangat populer dan sangat disukai oleh lingkaran militer. Bagi militer atau intelektual yang dekat dengan mereka, keamanan nasional dihitung dari kapasitas persenjataan, personil, dan aspek deterrence (rasa jera). Politik luar negeri harus bisa membangkitkan ketakutan dari negara lain sehingga mereka tidak berani melakukan serangan atau membangkitkan ancaman terhadap negara lain. Dalam perspektif ini, struktur internasional yang anarkis menjadi kata kunci untuk menjelaskan peran penting negara.72

Melalui konsep ini, peneliti akan mengkaji persoalan embargo negara Iran menggunakan kacamata realisme. Realisme merupakan pendekatan yang digunakan dalam studi politik luar negeri yang asumsinya berdasarkan pada pandangan anarki, self help, dan pemahaman aktor rasional dari negara.

Ditambah, realisme didasarkan pada suatu keadaan yang terjadi (realitas), bukan seharusnya seperti yang diyakini kaum idealis. Dengan demikian, realis

70Op.Cit, hal. 186.

71Ibid.

72Ibid.

(37)

mengklaim bahwa agar bisa bertahan, negara harus bertindak sebagai pemaksimalan kekuatan.73

Menurut realis, kebijakan luar negeri suatu negara sangat dipengaruhi oleh kondisi posisinya di dalam sistem internasional dan distribusi kekuasaan di dalamnya. Inilah yang sering disebut dengan konsep 3s: statism, survival, self- helps. State (statism)adalah aktor utama dalam hubungan internasional yang anarkis. Asumsi ini berasal dari kenyataan bahwa untuk survive dan mencapai level subsisten, manusia perlu hidup bersatu berdasarkan suatu solidaritas kelompok. Kohesi dalam grup ini juga berpotensi untuk berkonflik dengan kelompok-kelompok lain. State merupakan pengelompokan manusia (groupism) yang paling penting dewasa ini, dan sumber kohesi in-group yang paling kuat adalah nasionalisme. Sementara itu, aktor-aktor yang lain dinilai kurang penting.74

Negara sebagai satu komunitas politik yang independen mempunyai kedaulatan terhadap suatu wilayah dalam dunia yang anarkis. Perlu dijelaskan bahwa anarki bagi realis bukan keadaan benar-benar chaos dan tidak ada aturan, tetapi ketiadaan kekuasaan sentral. Berbeda dengan struktur organisasi dalam politik domestik yang hirarkis, dalam hubungan internasional, struktur dasarnya adalah anarkis di mana negara-negara adalah berdaulat dan menganggap kekuasaan tertinggi ada di tangan mereka dan tidak mengenal kekuasaan lebih tinggi di atas mereka. State diasumsikan seperti black-box yang mewakili keseluruhan kepentingan suatu negara.75

Dalam konteks internasional yang anarkis, prioritas politik luar negeri negara-negara dengan demikian adalah menjaga kelangsungan hidupnya atau

73Fajar Anugrah T. Op.Cit, hal 36.

74Ibid.

75Ibid, hal 37.

(38)

survival dari ancaman negara lain, yang juga merupakan inti dari kepentingan nasional.76

1.7.4. Embargo

Embargo adalah larangan pertukaran barang dan jasa yang diberlakukan oleh pemerintah dengan negara atau negara tertentu. Embargo bukanlah kekerasan seperti senjata dan bom, tetapi embargo masih berpotensi merugikan masyarakat dan perekonomian negara yang terlibat. Embargo dapat memutus aliran barang dan jasa penting ke warga sipil di negara yang diembargo, berpotensi sampai tingkat yang membahayakan.

Embargo memiliki tiga jenis bentuk yang berbeda. Pertama, Embargo Perdagangan, yaitu melarang ekspor barang atau jasa tertentu. Kedua, Embargo Strategis, yaitu hanya melarang penjualan barang atau jasa terkait militer. Ketiga, Embargo Sanitasi, yang diberlakukan untuk melindungi manusia, hewan, dan tumbuhan. Contoh dari embargo sanitasi ini adalah, pembatasan perdagangan sanitasi yang diberlakukan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization) melarang impor dan ekspor hewan dan tumbuhan yang terancam punah.

Selama embargo, tidak ada barang atau jasa yang dapat diimporatau diekspor ke negara yang diembargo. Embargo sendiri merupakan hambatan perdagangan yang ditegakkan secara hukum. Dalam kebijakan luar negeri, embargo biasanya merupakan hasil dari ketegangan hubungan diplomatik, ekonomi atau politik antara negara-negara yang terlibat.

Menurut World Economic Forum yang berbasis di Jenewa, hasil dari embargo multinasional tidak pernah menjadi permainan zero-sum77. Didukung

76Ibid.

Gambar

Tabel 3.1. Timeline program nuklir Iran dan upaya untuk  membatasinya
Tabel 4.1. Hasil Pemilu Legislatif Iran 2008  Orientasi Kandidat Kursi
Tabel 4.2. Hasil Perolehan Kursi Parlemen 2012  Daftar Partai   Calon Terdaftar  Perolehan Kursi
Tabel 4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berdasarkan Gender (2005- (2005-2012)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pegadaian Dalam Memenuhi Kebutuhan Likuiditas Masyarakat Terkait Pemenuhan Aspek Kepatuhan, maka diketahui bahwa belum ada penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. © Tiara Ayudia Virgiawati 2014 Universitas

lembaga (badan) yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang keuangan yang secara.. langsung maupun tidak langsung menghimpun dana dengan cara

“Adapun hal-hal yang perlu atau pantas untuk ditayangkan di televisi adalah hal-hal yang diperkirakan ketika hal itu ditayangkan nanti akan mendapat respon yang lebih baik

Variabel LDR, IPR, LAR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO, dan FBIR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Rasio Kecukupan Modal Inti (TIER

Tes Kemampuan akhir siswa dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran materi redoks dengan menerapkan model kooperatif tipe course

“Analisis Volume Perdagangan Saham dan Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011”, Jurnal Fakultas

Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam tubuh terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak terlalu berarti dalam keseimbangan cairan