• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAKSI MINYAK MENTAH DEDAK PADI (Crude Rice Bran Oil) DENGAN PELARUT HEKSANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EKSTRAKSI MINYAK MENTAH DEDAK PADI (Crude Rice Bran Oil) DENGAN PELARUT HEKSANA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAKSI MINYAK MENTAH DEDAK PADI (Crude Rice Bran Oil) DENGAN PELARUT HEKSANA

SKRIPSI

Oleh

SUWANTY RUMAPEA

160405054

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DESEMBER 2021

(2)

EKSTRAKSI MINYAK MENTAH DEDAK PADI (Crude Rice Bran Oil) DENGAN PELARUT HEKSANA

SKRIPSI

Oleh

SUWANTY RUMAPEA

160405054

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DESEMBER 2021

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

EKSTRAKSI MINYAK MENTAH DEDAK PADI (Crude Rice Bran Oil) DENGAN PELARUT HEKSANA

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Medan, 4 Januari 2022

Suwanty Rumapea NIM. 160405054

(4)
(5)
(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan penyertaan-Nya yang telah memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulissehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Ekstraksi Minyak Mentah Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil) dengan Pelarut Heksana”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan skripsi/tugas akhir di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Selama pelaksanaan dan penulisan skripsi ini, penulis dibantu oleh banyak pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Ir. Lilis Sukeksi, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing atas kesabarannya dalam membimbing penulis pada penyusunan dan penulisan laporan penelitian.

2. Bapak Dr. Ir. Bambang Trisakti, MSi, selaku Koordinator Penelitian Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara . 3. Ibu Ir. Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D, IPM selaku Ketua Departemen Teknik

Kimia Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Ir. Iriany, M.Si dan Ibu Ir. Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D, IPM, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran demi kesempurnaan laporan hasil.

5. Dosen dan Staf Teknik Kimia USU yang telah membantu penulis selama perkuliahan.

6. Kedua orangtua saya Anton Renatal Rumapea dan ibu saya Mudarawati Marpaung, serta adik-adik saya Friyatno Halomoan Rumapea, Rio Rezeky Rumapea dan Velma sri Agustin Rumapea yang banyak memberikan kasih sayang, doa, nasehat, dukungan materil juga spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Partner penelitian saya Dian Novita Sari Sianipar, partner kerja praktek saya Daniel Bonnke dan partner tugas rancangan pabrik saya Era Kristin, Astri Banjarnahor dan Daniel Bonnke yang banyak menemani penulis dalam kuliah

(7)

dijurusan Teknik Kimia serta memberikan masukan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi penulis.

8. Rekan satu angkatan 2016 penulis yang banyak memberikan dukungan motivasi serta warna dikehidupan jurusan Teknik Kimia ini.

9. Teman-teman kuliah saya khususnya Ferdinand, Joanto, Gordon, Alri, Seriaman, Christopel, Astrid, Putri, Astri, Era, Bonnke, Dian dan masih banyak lagi yang penulis tidak bias sebut satu-persatu yang banyak membantu penulis dalam hari- hari di Teknik Kimia dan masa-masa sulit selama ini.

10. Rekan Kost Seruling saya, Ella Manurung terimakasih untuk doa dan terimakasih selalu sabar dalam mendengar keluh kesah saya

11. Orang tua saya selama di Teknik Kimia bang Roy Simanjuntak, kak Rosidawati Nainggolan dan adek Julius Simanjuntak yang telah banyak memberikan doa, nasehat, dukungan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman baik saya Tamara Gultom dan Hikana Simare-mare terimakasih untuk doa dan dukungannya, dan terimakasih selalu sabar dalam mendengar keluh kesah saya dan selalu menghibur saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. BTS (Bangtan Sonyeondan) khususnya Kim Namjooon, Kim Soekjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook yang telah banyak menghibur saya dan telah banyak membantu saya untuk lebih mencintai diri saya sendiri sehingga peulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.

Medan, 4 Januari 2022 Penulis

Suwanty Rumapea

(8)

DEDIKASI

Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus sebagai bukti penyertaan dan pertolongan-Nya dalam masa kuliah saya dan orang-orang hebat yang sangat saya

sayangi dalam hidup saya yang selalu berada di sisi saya dan selalu sabar dalam mendidik dan mengajar saya dan selalu membantu saya dalam mencapai impian

saya :

Bapak Anton Renatal Rumapea & Ibu Mudarwati Marpaung

Terima kasih untuk kasih sayang dan cinta yang kalian beri, terima kasih untuk tidak mematahkan sayapku untuk meraih impianku, terima kasih untuk dukungan dan doa

yang tidak pernah berakhir, terima kasih selalu menerima kegagalanku dan mengajariku untuk bangkit dan terus berusaha.

Saudara-saudaraku terkasih

Friyatno Halomoan Rumapea, Rio Rezeky Rumapea & Velma Sri Agustin Rumapea

Sahabat-sahabatku Terkasih Ferdinand, Joanto, Astri, Gordon, Alri, Seriaman, Christopel

Terima kasih selalu mendukung dan percaya bahwa aku dan kita dapat menyelesaikannya. Semua perjalanan ini terasa lebih ringan dan berwarna karna

ada canda tawa dan air mata yang bersama-sama kita pikul. Terima kasih sudah mendengar keluh kesah ku, menghiburku di kala aku kesusahan dan selalu siap

membantu di kala ada hambatan.

(9)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Suwanty Rumapea

NIM : 160405054

Tempat/Tgl. Lahir : Kuala-lama, 10 Agustus 1998

Nama orang tua : Anton Renatal Rumapea dan Mudarawati Marpaung Alamat orang tua : Kuala-lama, Dusun IX, Kec.

Pantai Cermin, Kab.

Serdang Bedagai Asal Sekolah:

 SD Negeri 101958, Sumatera Utara tahun 2004-2010

 SMP Negeri 1 Pantai Cermin, Sumatera Utara tahun 2010-2013

 SMA Negeri 1 Pantai Cermin, Sumatera Utara tahun 2013-2016

 Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara 2016-2021 Pengalaman Organisasi/Kerja:

1. Bendahara pada Natal Teknik Kimia USU 2019

2. Asisten Laboratorium Mikrobiologi Teknik USU 2018-2020

3. Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU 4. HIMATEK Fakultas Teknik USU 2019 sebagai anggota Bid. Sosroh 5. Kerja Pratek di PT. MUSIMMAS, Tj. Mulia tahun 2020

(10)

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil beras terbesar di dunia.

Dedak padi merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi dan penyosohan beras. Dedak padi memiliki nilai gizi yang tinggi selain protein, dedak padi merupakan sumber vitamin B dan E yang sangat baik. Dedak padi memiliki kandungan minyak bervariasi antara 12-25%

tergantung dari tingkat penyosohan. Stabilisasi merupakan langkah untuk menonaktifkan enzim lipase, enzim yang sangat cepat menghidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas (FFA) dan gliserol, dan menurunkan kualitas minyak secara drastis. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dimana komponen mengalami perpindahan massa dari suatu padatan ke cairan atau dari cairan ke cairan lainnya yang bertindak sebagai pelarut. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperature ruangan. Proses stabilisasi pada penelitian ini dilakukan di dalam oven pada suhu 110ºC selama 30 menit. Proses maserasi dilakukan setelah proses stabilisasi dengan waktu ekstraksi 4, 18, 24, 30, 36 dan 42 jam. Proses distilasi dilakukan setelah proses ekstraksi untuk memisahkan pelarut dengan minyak mentah dedak padi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan rendemen minyak dedak padi tertinggi serta pengaruh perbandingan waktu stabilisasi dan tanpa stabilisasi dedak padi menggunakan pelarut heksana dengan metode maserasi. Hasil penelitian menunjukkan rendemen minyak dedak padi terbaik tanpa stabilisasi sebesar 18,64%, sedangkan dengan perlakuan stabilisasi diperoleh rendemen minyak terbaik sebesar 15,42%. %FFA tertinggi waktu ekstraksi dengan perlakuan stabilisasi sebesar 6,873% sedangkan

%FFA tertinggi dengan perlakuan stabilisasi diperoleh sebesar 6,402%.

Densitas tanpa stabilisasi sesuai dengan SNI yaitu antara 0,910 – 0,920 g/mol, sedangkan dengan perlakuan stabilisasi tidak sesuai dengan SNI pada waktu ekstraksi 42 jam yaitu sebesar 0,931 g/mol.

Kata Kunci: Stabilisasi, Maserasi, Yield.

(11)

ABSTRACT

Indonesia is one of the largest rice procuding countries in the world. Rice bran is a by product of the rice milling and milling process. Rice bran has high nutrional value in addition to protein. Rice bran is an excellent source of vitamins B and E. Rice bran has an oil content varying between 12-25% depending on the degree of grinding. Stabilization is a step to deactive the lipase enzyme, an enzyme that hydrolyzes oil very quickly into free fatty acids (FFA) and glycerol and drastically reduces the quality of the oil. Extraction is a separation process in which the components undergo mass transfer from a solid to a liquid or from a liquid to another liquid which acts as a solvent. Maceration is a simplicia exctraction process using a solvent with stirring at room temperature. The stabilization process in this study was carried out in an oven at 110ºC for 30 minutes. The maceration process was carried out after the stabilization process with extraction times of 4, 18, 24, 30, 36 and 42 hours. The distillation process is carried out after the extraction process to separate the solvent from the crude rice bran oil. This research was conducted to obtain the highest yield of rice bran oil and the effect of comparison of stabilization time and without stabilization of rice bran using hexane solvent with maceration method. The results showed that the best yield of rice bran oil without stabilization was 18,64%, while with stabilization treatment the best oil yield was 15,42%. The highest %FFA extraction time with stabilization treatment was 6,873% while the highest %FFA with stabilization treatment was obtained at 6,402%. The density without stabilization according to SNI was between 0,910 – 0,920 g/mol, while the stabilization treatment did not comply with SNI at the extraction time of 42 hours, which was 0,931 g/mol.

Keywords: Stabilization, Maceration, Yield.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

PENGESAHAN SKRIPSI ii

LEMBAR PERSETUJUAN iii

PRAKATA iii

DEDIKASI v

RIWAYAT HIDUP PENULIS vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR SINGKATAN xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Padi 6

2.2 Dedak Padi 8

2.3 Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) 10

2.4 Pengolahan Minyak Mentah Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil) 12

2.4.1 Stabilisasi Dedak Padi 12

2.4.2 Ekstraksi 12

2.4.2.1 Maserasi 14

2.4.2.2 Ultrasound Assisted Extraction (UAE) 14 2.4.2.3 Microwave Assisted Extraction (MAE) 16

(13)

2.4.2.4 Soxhlet Extraction (Ekstraksi Soklet) 17

2.4.3 Distilasi 18

2.4.4 Heksana 19

2.4.5 Gas Cromatography (GC) 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 22

3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian 22

3.2.1 Bahan Penelitian 22

3.2.2 Peralatan Penelitian 22

3.3 Rancangan Percobaan 23

3.3.1 Stabilisasi 23

3.3.2 Ekstraksi Minyak Mentah Dedak Padi 23

3.4 Prosedur Penelitian 23

3.4.1 Proses Stabilisasi 24

3.4.2 Proses Ekstraksi Minyak Mentah Dedak Padi 24

3.4.3 Proses Distilasi 24

3.4.4 Pengujian Yield 24

3.4.5 Pengujian Densitas 25

3.4.6 Pengujian Kadar Asam Lemak 25

3.5 Flowchart Percobaan 26 3.5.1 Pembuatan Minyak Dedak Padi dengan pelarut Hexane 26 3.5.1.1 Flowchart Stabilisasi 26 3.5.1.2 Flowchart Ekstraksi Minyak Mentah Dedak Padi 26

3.5.1.3 Flowchart Distilasi 27

3.5.2 Flowchart Pengujian Kadar Asam Lemak 28

3.5.3 Flowchart Pengujian Densitas 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 30

4.1 Stabilisasi Pada Minyak Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil) 30 4.1.1 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Yield 31 4.1.2 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap %FFA 32 4.1.3 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Densitas 34

(14)

4.2 Perbandingan Kandungan Asam Lemak dalam Minyak Dedak

Padi (CRBO) 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 39

5.1 Kesimpulan 39

5.2 Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Hasil Proses Penggilingan Padi 6

Gambar 2.2 Tanaman Padi 7

Gambar 2.3 Dedak Padi Halus 10

Gambar 2.4 Minyak Dedak Padi 12 Gambar 2.5 Skema Alat Ultrasound Assisted Extraction (UAE) 16 Gambar 2.6 Skema Alat Microwave Assisted Extraction (MAE) 17

Gambar 2.7 Rangkaian Alat Soxhlet Extraction 18

Gambar 2.8 Skema Diagram Gas Chromatograph (GC) 20

Gambar 2.9 Diagram Analisa Minyak Dedak Padi 21

Gambar 3.1 Flowchart Proses Stabilisasi 26

Gambar 3.2 Flowchart Proses Ekstraksi 26

Gambar 3.3 Flowchart Proses Rotary Evaporator 27

Gambar 3.4 Flowchart Pengujian Asam Lemak 28

Gambar 3.5 Flowchart Pengujian Densitas 29

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Waktu Ekstraksi Terhadap %Yield 31

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Waktu EkstraksiTerhadap %FFA 33 Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Waktu Ekstraksi Terhadap Densitas 35

Gambar L.C. 1 Proses Stabilisasi LC-1

Gambar L.C. 2 Proses Ekstraksi Dengan Menggunakan Maserasi LC-I

Gambar L.C. 3 Proses Setelah Ekstraksi LC-II

Gambar L.C. 4 Proses Destilasi LC-III

Gambar L.C.5 Hasil Proses Destilasi LC-III

(16)

DAFTAR SINGKATAN

C6H14 Hexane.

CRBO Crude Rice Bran Oil.

FFA Free Fatty Acids.

GC Gas Cromatography.

HPLC High Performance Liquid Chromatography.

MAE Microwave Assisted Extraction.

RBO Rice Bran Oil.

UAE Ultrasonic Assisted Extraction.

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Data Penelitian L.A-1

L.A.1 Data Perhitungan %Yield L.A-1

L.A.2 Data Perhitungan % FFA L.A-1

L.A.3 Data Perhitungan Densitas L.A-2

Lampiran B Contoh Perhitungan L.B-1

L.B.1 Perhitungan % Yield L.B-1

L.B.2 Perhitungan %FFA L.B-1

L.B-3 Perhitungan Densitas L.B-1

Lampiran C Dokumentasi Penelitian L.C-I

L.C.1 Proses Stabilisasi L.C-1

L.C.2 Proses Ekstraksi Dengan Menggunakan Maserasi L.C-1

L.C.3 Proses Setelah Ekstraksi L.C-2

L.C.4 Proses Distilasi L.C-3

L.C.5 Hasil Proses Distilasi L.C-3

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Dedak 8

Tabel 2.2 Aplikasi Dedak dalam Berbagai Produk 9

Tabel 2.3 Standar Baku Mutu Minyak Dedak 11 Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Stabilisasi 24 Tabel 3.2 Rancangan Ekstraksi Minyak Mentah Dedak Padi 24 Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Waktu Ekstraksi dengan % Yield 31 Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Waktu Ekstraksi Dengan %FFA 36 Tabel 4.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Mentah Dedak Padi 36 Tabel 4.4 Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Dedak Padi 37 Tabel 4.5 Komponen Identifikasi Etanol Dengan Metode Maserasi 37

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil beras terbesar di dunia.

Produksi padi di Indonesia sekitar 47 juta ton per tahun, atau setara beras sekitar 32 juta ton. Bekatul (dedak padi) merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi dan penyosohan beras. Dari 32 juta ton beras diperoleh hasil samping berupa bekatul sekitar 2,5 juta ton (Suprijana dkk., 2002). Semakin banyak jumlah produksi padi mengakibatkan bertambah besar juga hasil sisa penggilingan padi. Penggilingan padi menghasilkan produk samping seperti menir, beras pecah, sekam, dan bekatul (dedak padi). Menir dan beras pecah digiling menjadi tepung sebagai bahan berbagai kue dan makanan lainnya, sedangkan sekam dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar serta kompos, bekatul saat ini hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak dan belum banyak digunakan sebagai sumber pangan manusia (Hartono, 2017).

Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang sangat penting bagi umat manusia karena lebih dari setengah penduduk dunia tergantung pada tanaman ini sebagai sumber bahan pangan. Padi merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia, karena sebagai sumber energi dan karbohidrat bagi mereka. Selain itu, padi juga merupakan tanaman yang paling penting bagi jutaan petani kecil yang ada di berbagai wilayah di Indonesia (Ningrat dkk., 2021).

Dedak padi memiliki nilai gizi yang tinggi selain protein, dedak padi merupakan sumber vitamin B dan E yang sangat baik (Pimpa dkk, 2021). Dedak padi memiliki kandungan minyak bervariasi antara 12-25% tergantung dari tingkat penyosohan dan varietas padi (Hartono dkk., 2017) Dedak padi yang masih baru mengandung asam lemak bebas 4-8%-b Dedak padi tidak dapat disimpan terlalu lama. Disebabkan karena ketidakstabilan dedak padi selama penyimpanan (Mulyadi dan Adiningsih, 2021) dan kandungan asam lemak bebas ini dapat meningkat secara cepat karena adanya enzim lipase yang aktif dalam dedak padi setelah proses penggilingan (Purbasari dkk., 2008). Enzim lipase yang terdapat dalam dedak adalah penyebab ketengikan ini. Lipase akan menghidrolisis minyak (trigliserida) menjadi gliserol dan asam lemak bebas (Hartono dkk., 2017).

(20)

Rice Bran Oil, (RBO) merupakan minyak hasil ekstraksi dedak padi menggunakan pelarut yang mudah menguap. Minyak tersebut dikenal karena titik asapnya yang sangat tinggi (490ºF/254ºC) dan karena cita rasanya yang khas. RBO popular digunakan sebagai minyak pangan di beberapa Negara Asia, Thailand, India, Jepang, Korea dan Cina (Inayati dkk., 2015).

Rice Bran Oil (RBO) adalah minyak nabati unik yang dihasilkan dari lapisan coklat luar beras yang dihilangkan dalam bentuk dedak padi selama proses industri penggilingan padi (Krishnan dkk., 2015). RBO mengandung asam lemak tidak jenuh berupa 38-42% asam oleat dan 32-35% asam linoleat. Asam linoleat secara luas diakui sebagai asam lemak esensial dan mampu menurunkan kolestrol darah, mencegah aterosklerosis dan efek kesehatan lainnya, sehingga RBO adalah jenis minyak nabati yang ideal (Mas’ud, 2017) Rice Bran Oil terkandung dalam dedak padi sekitar 10-26% merupakan salah satu minyak nabati yang bergizi dan menyehatkan, karena mengandung komponen bioaktif seperti -oryzanol, tokoferol, tokotrienol (tocols) dan berperan penting dalam mencegah beberapa penyakit (Mas’ud, 2017) Rice bran oil (RBO) adalah minyak nabati yang sehat, mengandung vitamin, antioksidan dan nutrisi. RBO jauh lebih unggul daripada minyak goreng tradisional dan dapat dianggap sebagai minyak nutraceutical memiliki komponen unik, seperti oryzanol dan tokotrienol. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa RBO mengurangi kolesterol berbahaya tanpa mengurangi kolesterol baik (Putrawan dkk., 2021). Pemanfaatan minyak dedak padi tidak terbatas sebagai minyak goreng saja, namun dapat diproses menjadi berbagai macam produk turunannya, dan dapat dikembangkan sebagai produk suplemen, kesehatan dan kosmetika (Mas’ud, 2017).

Ekstraksi minyak dari dedak padi saat ini merupakan proses yang paling luas dan ekonomis penting dalam memulihkan komponen dedak, sebagian besar minyak dalam butir beras terletak di dedak dan kuman yang biasanya mengandung sekitar 15-22% minyak (Krishnan dkk., 2015).Asam linoleat dan linolenat merupakan asam lemak tidak jenuh berantai panjang dan tergolong asam lemak esensial. Baik asam linoleat maupun asam linolenat sangat penting untuk tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari makanan. Defisiensi asam linoleat dapat menyebabkan dermatitis, kemampuan reproduksi menurun, gangguan pertumbuhan, degenerasi hati (Kilo dkk., 2012) Asam linoleat adalah asam lemak tidak jenuh

(21)

yang mengandung omega-6 dan dapat diperoleh dari glikosida pada tumbuhan dan merupakan asam lemak esensial bagi mamalia, asam lemak ini adalah asam cis-9,12- oktadekadienoat. Berat molekul dari asam lemak ini adalah 280,45 g/mol . Asam linoleat memiliki fungsi yaitu untuk pencegahan terjadinya kerusakan jaringan kulit dan dapat menurunkan kadar kolestrol dalam darah (Ritonga, 2021)

Penelitian terdahulu melaporkan bahwa yield yang dihasilkan dari ekstraksi minyak dedak padi yaitu sebesar 20,35%. Yield yang dihasilkan cenderung menurun pada perbandingan pelarut heksana dengan rasio 1 : 10 dan 1 : 15 yang menyebabkan suspensi yang sangat kental terbentuk dan mempertahankan campuran homogenitasnya, sehingga semakin lama waktu semakin tidak baik minyak dedak padi yang dihasilkan (Djaeni dan Listyadevi, 2019). Selain itu, proses pembuatan minyak mentah dedak padi (crude rice bran oil) dengan pelarut heksana dan etanol dengan metode soklet. Rendemen minyak dedak yang dihasilkan dari ekstraksi menggunakan heksana adalah sebesar 18,34 %, dengan densitas 0,889 g/ml dan % FFA sebesar 44,56 %. Rendemen minyak dedak padi yang dihasilkan dari ekstraksi menggunakan etanol adalah sebesar 13,60 %, dengan densitas 0,815 g/ml dan % FFA sebesar 39,76 %. Pelarut heksana merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dan juga memberikan hasil rendemen minyak yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas dibandingkan pelarut etanol (Nasir dkk., 2009).

Oleh sebab itu, penelitian ini digunakan pelarut heksana dengan rasio 1:5 Atas dasar teori yang telah dipaparkan, maka perlu dilakukan penelitian ekstraksi minyak mentah dedak padi (crude rice bran oil) dari pelarut heksana dengan metode maserasi untuk mendapatkan informasi penting mengenai pengaruh variabel-variabel terhadap minyak mentah dedak padi yang dihasilkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Pembuatan minyak mentah dedak padi biasanya dipengaruhi oleh jenis pelarut, yield, kandungan dalam minyak dedak padi maupun waktu yang digunakan.

Pada penelitian ini akan dipelajari pengaruh perbandingan waktu stabilisasi dan tanpa stabilisasi serta waktu ekstraksi dedak padi dengan pelarut heksana.

(22)

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan rendemen minyak dedak padi tertinggi serta pengaruh perbandingan waktu stabilisasi dan tanpa stabilisasi dedak padi dengan pelarut heksana

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai rendemen minyak dedak padi yang tinggi melalui tanpa stabilisasi dan dengan stabilisasi serta memperoleh kandungan yang terdapat pada minyak dedak padi pada proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut heksana.

1.5 RUANG LINGKUP

Penelitian ekstraksi minyak mentah dedak padi (crude rice bran oil) dari dedak padi dan pelarut heksana dengan metode maserasi ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, dedak padi, dan heksana (C6H14).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Variabel tetap:

(1) Bahan Baku = dedak padi (1) Massa Bahan = 100 gram (2) Volume Pelarut = 500 ml (3) Suhu Ekstraksi = suhu ruangan (4) Stabilisasi = 30 menit (5) Tanpa stabilisasi

Variabel berubah:

(1) Waktu Ekstraksi = 4, 18, 24, 30, 36 dan 42 jam Analisis yang akan dilakukan meliputi:

1. Analisis kualitatif menggunakan GC 2. Analisis kuantitatif menggunakan

(23)

A. Yield.

B. Densitas.

C. Kadar Asam Lemak.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PADI (Oryza Sativa L.)

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Peningkatan produksi tidak sebanding dengan laju pertambahan penduduk saat ini, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk di Indonesia pemerintah mengambil kebijakan melalui impor beras (Qorib dkk., 2016). Padi merupakan salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia (Sabir dkk., 2016). Lebih dari 90% padi dunia diproduksi dan dikonsumsi di Asia. Padi adalah komoditas penting yang dapat diperdagangkan dan sumber mata uang asing untuk banyak negara Asia. Ini telah memainkan peran khusus dalam membentuk pembangunan ekonomi di Asia, di mana ada 250 juta peternakan padi (Mariyono, 2014). Padi adalah tanaman penghasil makanan pokok sebagai sumber kalori yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia (Baptista dkk., 2018).

Data Badan Pusat Statistik (2020) memperlihatkan bahwa total produksi padi di Indonesia pada tahun 2018 dan 2019 adalah 59.200.534 ton, dan 54.604.033 ton.

Dan produksi padi Sumatera Utara pada tahun 2018 dan 2019 yaitu: 2.108.285 ton dan 2.078.902 ton (BPS, 2020). Hasil proses penggilingan padi dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Hasil Proses Penggilingan Padi (Phongthai dkk., 2017)

(25)

Klasifikasi tanaman padi (Budiwati, 2016) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Poales

Suku : Gramineae Marga : Oryza

Jenis : Oryza sativa L.

Kebudayaan menanam padi pada masyarakat Nusantara sudah terdapat sejak zaman pra sejarah, proses pertanian merupakan kegiatan turun temurun yang dilakukan masyarakat Indonesia (Mudiyono dan Wasino, 2015). Beras merupakan produk utama dari padi yang mempunyai produk samping berupa menir, beras pecah, sekam dan dedak. Menir dan beras pecah dapat digiling menjadi tepung dan diolah menjadi berbagai kue atau bahan makanan lainnya. Sekam dapat dimanfaatkan untuk sumber energi panas, pupuk kompos atau bahan bakar baik dalam bentuk curah maupun briket. Sedangkan dedak saat ini dimanfaatkan untuk pakan ternak dan belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pangan (Hadipernata dkk., 2012). Tanaman padi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tanaman Padi (Sopandie dkk., 2014)

(26)

2.2 DEDAK PADI

Dedak padi merupakan komponen beras mentah yang didapatkan ketika dikeluarkan dari endosperma tepung dalam proses penggilingan padi. Kandungan minyaknya tinggi (15–25%), memiliki kadar air yang rendah (6–7%) dan memiliki konsistensi tepung. Dedak padi adalah produk limbah dalam proses penggilingan telah digunakan sebagai bahan baku dan berpotensi untuk digunakan sebagai bahan makanan dan sumber minyak (Lakkakula dkk., 2003).

Dedak padi yang masih baru mengandung asam lemak bebas 4-8%-b dan kandungan asam lemak bebas ini dapat meningkat secara cepat karena adanya enzim lipase yang aktif dalam dedak padi setelah proses penggilingan. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi dan adanya senyawa-senyawa tak tersaponifikasikan mengakibatkan minyak dedak padi sulit dimurnikan dan tidak dapat digunakan sebagai edible oil (Purbasari dan Silviana, 2008).

Dedak mengandung 14-20% minyak mentah. Minyaknya yang diperoleh dari hasil ekstraksi dedak padi yang dikatakan memiliki komposisi asam lemak seimbang yang membuat gizi minyak berkualitas tinggi (Dubey dkk., 2019).

Informasi kandungan asam lemak dedak padi dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Dedak (Issara dan Rawdkuen 2016)

Asam Lemak Nilai (%)

C14Miristat) C16 (Palmitat)

C16 : 1, 17 (Palmitoleat) C18 (Stearat)

C18 : 1 (Oleat) C18 : 2 (Linoleat) C18 : 3 (Linolenat) C20 (Arakidat) Asam lemak lainnya

0,3 20,3 0,2 2,0 43,7 30,9 1,5 0,7 0,4

Sumber: Issara dan Rawdkuen (2016)

(27)

Namun banyak manfaat dan kegunaan dedak lainnya di kehidupan sehari- hari. Aplikasi dedak dalam berbagai produk diperoleh pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Aplikasi Dedak Padi dalam Berbagai Produk (Issara dan Rawdkuen 2016) Produk Dedak Padi Kegunaan Dedak Padi

Minyak Dedak Padi Wax/Lilin

Suplemen Makanan

Makanan Bayi

Pakan Ternak

Produk Kosmetik

Sarapan cereal, kue, muffin, roti, kerupuk, kue kering, dan pancake Produk Susu

Kegunaan untuk di konsumsi karena dikenal rendah kolesterol yang baik bagi kesehatan.

Bahan pelapis makanan seperti cokelat dan buah-buahan.

Digunakan senyawa bioaktifnya yang diektraksi seperti Gamma-oryzanol, Lecithin dan vitamin E dari dedak untuk menghasilkan suplemen makanan.

Dedak halus sebagai campuran bahan makanan dengan makanan bayi pada umumnya untuk meningkatkan nila gizi.

Yang digunakan adalah dedak padi kasar.

Karena dedak padi mengandung karbohidrat, tocofenol, gamma oryzanol yang baik bagi ternak

Digunakan minyak dedak padi yang diekstraksi sebagai bahan dalam produk lotion karena mengandung nilai Gamma- Oryzanol yang tinggi dan vitamin E yang baik bagi kulit.

Kegunaan untuk di konsumsi karena dikenal mengandung lemak,serta mengandung rendah kelembapan air

Menggunakan beberapa pigmen (warna hitam dari padi hitam) dalam dedak untuk aplikasi produk yogurt.

Umumnya, semakin baik kualitas dedak padi, semakin mudah tengik.

Kualitas dedak padi yang baik mudah terkontaminasi oleh bakteri dan jamur penghasil enzim lipase. Enzim tersebut menguraikan minyak dalam dedak padi menjadi asam lemak yang mudah berbau tengik sehingga kurang disukai ternak (Renstra Sumut, 2018). Gambar dedak padi dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(28)

Gambar 2.3 Dedak Padi Halus (Shafie dan Norhaizan, 2017)

2.3 MINYAK DEDAK PADI (RICE BRAN OIL)

Minyak dedak padi (rice bran oil, RBO) merupakan minyak hasil ekstraksi dedak padi menggunakan pelarut yang mudah menguap. Minyak ini terkenal karena titik asapnya yang sangat tinggi (490oF atau 254ºC ) dan karena cita rasanya yang khas. RBO popular digunakan sebagai minyak pangan di beberapa negara asia semisal, Thailand, India, Jepang, Korea dan Cina (Inayati dkk., 2015).

Di Jepang, RBO dijadikan sebagai minyak untuk memasak dan menjadi minyak makan favorit dan dikenal sebagai “Heart Oil”. RBO digunakan secara luas disebagian besar Negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, Cina, Taiwan, dan Thailand sebagai minyak nabati premium (Nayik dan Muzaffar, 2015).

Produksi minyak dedak padi dunia berkisar antara 1,0-1,4 juta ton pertahun.

India, Cina, Jepang dan Myanmar merupakan produsen utama minyak dedak dunia yang menyumbang 95% produksi dunia. Harga minyak dedak padi di pasar dunia berkisar antara US$12 - 14 per liter (Litbang, 2007).

Minyak dedak memiliki persentase asam lemak tak jenuh ganda/

polyunsaturated (PUFA) yang lebih tinggi dari pada asam lemak jenuh. Dimana asam lemak tak jenuh mengandung 51,2 % asam oleat dalam 80 % ekstraksi dingin dengan pelarut metanol dan 34,8 % asam oleat dalam ektraksi panas dengan pelarut heksana dan 22,1 % asam linoleat dalam ekstraksi dingin dan 27,1 % asam linoleat dalam ekstraksi panas. Sedangkan komposisi asam lemak jenuh pada minyak dedak

(29)

padi adalah 16,2 % asam palmitic dalam ekstraksi dingin dan 14,9 % asam palmitic dalam ekstraksi panas. Sedangkan komposisi lemak tersabunkan dalam minyak dedak padi yaitu 68-71 % trigliserida, 2-3 % digliserida, 5-6 % monogliserida, 2-3

% FFA, 2-3 % lilin, 5-7 % glikolipid, dan 3-4 % fospolid Dedak Padi (Shafie dan Norhaizan, 2017).

Minyak dedak padi bersifat non polar (Hapsari dkk., 2013), minyak dedak padi yang baru di ekstrak biasanya berwarna hijau kecoklatan dan berbau khas minyak dedak padi. Minyak mentah dedak padi sulit untuk dimurnikan karena tingginya kandungan asam lemak bebas dan senyawa-senyawa tak tersaponifikasikan (Darsono dan Oktari, 2013). Baku mutu minyak dedak padi dapat dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Baku Mutu Minyak Dedak Padi (Susanti dkk, 2012)

Sumber: Susanti dkk, 2012

Berdasarkan SNI 0610-1989-A, densitas minyak dedak padi yang diperbolehkan antara 0,910-0,920 yang diukur pada temperatur 30 , indeks bias minyak dedak padi antara 1,46-1,47 (Suhartono dkk, 2011). Sedangkan berdasarkan SNI 01-3178-1996 / Rev.92, kadar persen asam lemak bebas minyak dedak padi di bawah 8 % (Suryati dkk, 2015). Gambar minyak dedak padi dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Parameter Nilai (%)

Densitas (gr/ml) 0,89 Bilangan penyabunan 179,17

%FFA (Asam Oleat) 34,49-49,76

Titik nyala ) Min 150

Titik pengasapan 254

(30)

Gambar 2.4 Minyak Dedak Padi (Martinez, 2013)

2.3 PENGOLAHAN MINYAK MENTAH DEDAK PADI (CRUDE RICE BRAN OIL)

2.4.1 Stabilisasi Dedak Padi

Setelah proses penggilingan padi, pada dedak terjadi perubahan ataupun kerusakan minyak menjadi asam lemak bebas dan senyawa volatil lainnya oleh enzim oksidase dan lipase. Setelah proses penggilingan padi hingga mengasilkan limbah dedak untuk menuju proses ekstraksi dedak padi menjadi minyak mentah dedak padi, proses inaktivasi enzim dan penghambatan oksidasi lemak sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan lemak dan senyawa bioaktif yang bermanfaat pada dedak (Loypimai dkk., 2015). Oleh karena itu dedak padi harus segera distabilisasi karena adanya enzim yang bersifat merugikan terutama enzim lipase, enzim yang sangat cepat menghidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas (FFA) dan gliserol, dan menurunkan kualitas minyak secara drastis (Bagchi dkk., 2014).

2.4.2 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan langkah awal yang dilakukan untuk mendapatkan senyawa yang akan diambil. Pemilihan metode ekstraksi disesuaikan dengan adanya senyawa yang terkandung di dalamnya (Agustina dkk., 2018). Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dimana komponen mengalami perpindahan massa dari suatu padatan ke cairan atau dari cairan ke cairan lain yang bertindak sebagai pelarut (Santosa dan Sulistiawati, 2014).

(31)

Berdasarkan jenis fasanya, ekstraksi terdiri dari ekstraksi padat-cair, esktraksi cair- cair, dan ekstraksi cair-gas (absorpsi). Ekstraksi padat-cair (leaching) adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (zat terlarut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan pelarut cair. Proses yang terjadi didalam leaching ini biasanya disebut juga dengan difusi. Prinsip proses ekstraksi yaitu: Pelarut ditransfer dari bulk menuju ke permukaan. Pelarut menembus masuk atau terjadi difusi massa pelarut pada permukaan padatan inert ke dalam pori padatan (intraparticle diffusion). Zat terlarut yang ada dalam padatan larut kedalam pelarut lalu karena adanya perbedaan konsentrasi. Campuran solut dalam pelarut berdifusi keluar dari permukaan padatan inert. Selanjutnya, zat terlarut (solut) keluar dari pori padatan inert dan bercampur dengan pelarut yang ada pada luar padatan (Prayudo dkk., 2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prores ekstraksi antara lain adalah:

1. Jenis Pelarut

Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang diekstrak, jumlah solut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Pelarut yang ideal adalah pelarut yang memiliki sifat tidak korosif dan daya larut yang tinggi.

2. Perbandingan Bahan dan Volume Pelarut

Jika perbandingan pelarut dengan bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut, akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.

3. Suhu

Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut dan temperatur ekstraksi ini sesuai dengan titik didih pelarut yang digunakan.

4. Waktu

Waktu ekstraksi yang semakin lama dapat menyebabkan semakin lama waktu kontak antara bahan dengan pelarut, sehingga semakin banyak ekstrak yang didapatkan.

5. Kecepatan Pengadukan

Pengadukan akan memperbesar frekuensi tumbukan antara bahan dengan pelarutnya.

(32)

6. Ukuran Partikel

Ukuran partikel bahan baku yang semakin kecil akan meningkatkan laju reaksi.

Sehingga rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semakin kecil.

(Melwita dkk., 2014)

2.4.2.1 Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Febryanto, 2017).

Prinsip dari maserasi yaitu penyaringan zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam bahan dalam cairan pelarut yang sesuai pada temperature kamar, terlindung dari cahaya, cairan pelarut akan masuk ke dalam sel melewati dinding isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak ke luar dan diganti oleh cairan pelarut dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan didalam sel. Keuntungan dari proses ini yaitu peralatannya sederhana, akan tetapi kerugian dari proses ini yaitu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengekstraksi sampel, cairan pelarut yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, toraks dan lilin (Azizah dan Reinaldi., 2020)

2.4.2.2 Ultrasonic Assisted Extraction (UAE)

Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE) adalah salah satu metode ektraksi berbantu ultrasonik. Gelombang ultrasonik adalah gelombang suara yang memiliki frekuensi diatas pendengaran manusia (≥ 20 kHz). Ultrasonic bersifat non- destructive dan non-invasive sehingga dapat dengan mudah diadaptasikan ke

(33)

berbagai aplikasi. Dengan bantuan ultrasonik, proses ektraksi senyawa organik pada tanaman dan biji-bijian dengan menggunakan pelarut organik dapat berlangsung lebih cepat. Dinding sel dari bahan dipecah dengan getaran ultrasonik sehingga kandungan yang ada di dalamnya dapat keluar dengan mudah. Di Indonesia, aplikasi ultrasonik telah dilakukan Supardan dkk., (2011) untuk me-recovery minyak dari limbah pabrik kelapa sawit dengan rendemen yang berbeda nyata terhadap ekstraksi tanpa bantuan ultrasonik. Kebanyakan penelitian di Indonesia dilakukan dengan metode sonikasi tidak langsung menggunakan medium air atau dikenal dengan ultrasonic water bath. Metode sonikasi tidak langsung adalah metode sonikasi dengan sensor ultrasonik yang tidak bersentuhan langsung dengan larutan yang akan diekstraksi (Sholihah dkk., 2017).

Metode ini menggunakan kativasi akustik untuk memproduksi gelembung kativasi untuk menghasilkan gaya gesek yang tinggi. Hal tersebut akan membantu merusak dinding sel sehingga pelarut dapat masuk kedalam bahan dan meningkatkan kontak antara pelarut dengan senyawa yang akan di ekstraksi. Keuntungan metode ini adalah dapat meningkatkan hasil ekstraksi, waktu ekstraksi yang singkat, menggunakan suhu rendah, dan volume pelarut yang sedikit. Sedangkan, kekurangan metode ini adalah membutuhkan energi dan biaya yang besar. Rendemen yang dihasilkan dengan menggunakan metode ini lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. Faktor yang mempengaruhi ekstraksi menggunakan UAE yaitu ukuran partikel, jenis pelarut, rasio pelarut dengan bahan, suhu, lama waktu ekstraksi, intensitas akustik, ketinggian sampel (dalam bentuk cair), dan siklus dari paparan gelombang ultrasonik (Maleta dkk., 2018). Gambar skema (UAE) dapat dilihat pada Gambar 2.5.

(34)

Gambar 2.5 Skema Alat Ultrasound Assisted Extraction (UAE) (Qadariyah dkk., 2018)

2.4.2.3 Microwave Assisted Extraction (MAE)

Microwave Assisted Extraction (MAE) merupakan teknik untuk mengekstraksi bahan-bahan terlarut di dalam bahan tanaman dengan bantuan energi gelombang mikro. Teknologi tersebut cocok bagi pengambilan senyawa yang bersifat thermolabil karena memiliki kontrol terhadap temperatur yang lebih baik dibandingkan proses pemanasan konvensional. Selain kontrol suhu yang lebih baik, MAE juga memiliki beberapa kelebihan lain, diantaranya adalah waktu ekstraksi yang lebih singkat, konsumsi energi dan solvent yang lebih sedikit, yield yang lebih tinggi, akurasi dan presisi yang lebih tinggi, adanya proses pengadukan sehingga meningkatkan penomena transfer massa, dan setting peralatan yang menggabungkan fitur sohklet dan kelebihan dari microwave (Purwanto dkk., 2010).

MAE ini menggunakan energi yang ditimbulkan oleh gelombang mikro dengan frekuensi 0,30-300 GHz dalam bentuk radiasi non-ionisasi elektromagnetik.

Keuntungan MAE adalah laju ekstraksi lebih tinggi, konsumsi pelarutnya rendah, dan penggunaan waktu ekstraksi yang lebih signifikan dibandingkan dengan metode maserasi. Tetapi tidak semua ekstraksi menggunakan MAE pada setiap tumbuhan menghasilkan antioksidan yang tinggi juga. Senyawa yang termolabil (tidak tahan

(35)

panas) akan rusak jika diekstraksi menggunakan MAE dengan power dan suhu yang tinggi (Fadiyah dkk, 2020). Gambar skema alat Microwave Assisted Extraction (MAE) dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Skema Alat Microwave Assisted Extraction (MAE) (Purwanto dkk., 2010)

2.4.2.4 Soxhlet Extraction (Ekstraksi Soklet)

Rangkaian soxhlet extractor terdiri dari labu leher bulat, tabung penyedot air untuk jalur distilasi, adaptor ekspansi, kondensor, saluran masuk air pendingin, saluran keluar air pendingin, lengan siphon, sumber panas dan bidal. Dalam metode ini, sampel serbuk dimasukkan dalam kantung berpori atau "timbal" terbuat dari kertas saring atau selulosa yang ditempatkan didalam peralatan Soxhlet.

Ekstraksi pelarut terjadi dalam labu alas bulat dan dipanaskan dengan menggunakan sumber pemanas seperti mantel pemanas. Suhu pemanasan adalah mendekati suhu penguapan pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi. Panas pelarut dalam labu bawah menguap ke kondensor dan kemudian menetes kembali ke timbal sampel. Ketika pelarut mencapai lengan siphon, pelarut kembali jatuh ke labu alas bulat dan akhir dari proses ditunjukkan dengan warna pelarut berubah yang

(36)

kembali seperti semula yang berada di lengan siphon dan zat yang diektraksi berada dilabu leher bulat (Gopalasatheeskumar, 2018). Gambar rangkaian alat Soxhlet Extraction dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Rangkaian Alat Soxhlet Extraction (Triesty dan Mahfud, 2017)

2.4.3 Distilasi

Distilasi merupakan suatu metode untuk memisahkan campuran dari beberapa komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya (Wibowo dkk., 2018). Proses distilasi merupakan suatu proses pemisahan campuran dengan menggunakan titik didih dan relative volatility nya. Zat dengan relative volatility yang tinggi akan naik keatas dan akan dikondensasikan untuk mendapatkan distilat, sedangkan yang gagal menguap akan diambil sebagai residu. Distilasi biasanya menggunakan dua tahapan, yakni menguapkan dan mengembunkan tanpa adanya refluks dan tahapan kedua yakni mengembalikan sebagian uap yang dikondensasi untuk menjaga suhu tray atas dan menaikkan konsentrasi distilat (Suharto dkk., 2020).

Ada 3 tipe metode distilasi yaitu water distillation, water and steam distillation, dan direct steam distillation. Pada metode water distillation bahan secara langsung dikontakkan dengan air mendidih. Pada metode water and steam distillation bahan diletakkan di atas grid dan di bawah grid terdapat air yang dipanaskan, sehingga menghasilkan saturated steam yang akan berkontak dengan

(37)

dan kemudian dari bawah grid langsung dialirkan saturated steam atau superheated steam (Kurniawan dkk, 2008).

2.4.4 Heksana

Heksana adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana merupakan hasil refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi oleh sumber minyak. Umumnya berkisar 50% dari berat rantai isomer dan mendidih pada 60 – 70ºC. Seluruh isomer heksana dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang bersifat inert karena non-polarnya. Banyak dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji, misal kacang-kacangan dan flax. Rentang kondisi distilasi yang sempit, maka tidak perlu panas dan energi tinggi untuk proses ekstraksi minyak. Dalam industri, heksana digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu, produk kulit, dan pengatapan serta untuk pembersihan. heksana juga dipakai sebagai agen pembersih produk tekstil, meubeler, sepatu dan percetakan (Utomo, 2016).

Sifat-sifat fisika dan kimia n-Heksana sebagai berikut:

Bentuk cair

Warna tidak berwarna

Bau seperti benzen

Ambang bau -

pH -

Titik lebur -94,3 °C

Titik didih/rentang didih 69 °C pada 1.013 hPa

Titik nyala -22 °C Metoda: c.c.

Terendah batas ledakan 1,0 %(V) Tertinggi batas ledakan 8,1 %(V)

Tekanan uap 160 HPa pada 20 °C

Kerapatan (densitas) uap relatif -

Densitas 0,66 g/cm3 pada 20 °C

Viskositas pada 20°C 0,326 mPa.s Kelarutan dalam air pada 20 °C 0,0095 g/l

Sifat oksidator tidak ada

(Merck, 2014)

(38)

2.5 GAS CROMATOGRAPHY (GC)

Gas chromatography merupakan pemisahan yang dinamis dimana pemisahan komponen terjadi pada sistem yang heterogen. Gas chromatography banyak digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan jenis produk berdasarkan metode penambahan standar. Pemisahan campuran dalam jumlah mikrogram dengan melewatkan sampel yang diuapkan dalam aliran gas melalui kolom yang mengandung fase cair atau padat stasioner; komponen bergerak dengan laju yang berbeda karena perbedaan titik didih, kelarutan atau adsorpsi. (Santosa, 2020).

Peralatan GC terdiri dari injection system, oven, control system, column, detector, dan data acquisition system. Terdapat tiga bagian terpenting dari alat kromatografi gas yaitu gerbang injeksi (injection port), kolom pemanas (oven column) dan detektor (detector). Pada tiga bagian tersebut pengaturan suhu mempunyai peran yang penting dalam proses analisis. GC menggunakan carrier gas(gas pembawa) UHP (Ultra High Purity 99,99%) (Sopiawati dan Adriany, 2010).

Gambar skema diagram (GC) dapat dilihat pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Skema Diagram (GC) (Sopiawati dan Adriany, 2010)

(39)

Cara kerja GC: GC adalah Gas pembawa disalurkan dari silinder melalui regulator dan pipa ke instrumen Sampel diuapkan dan gas yang dihasilkan masuk ke aliran pembawa memasuki kolom GC Kromatografi Gas menggunakan fase gerak gas untuk mengangkut komponen sampel melalui kolom yang dikemas dengan partikel silika berlapis atau kolom kapiler berongga yang berisi fase diam yang dilapisi ke dinding bagian dalam. Kromatografi gas memiliki oven dengan suhu yang dapat diprogram, suhu oven kromatografi gas biasanya berkisar dari - C dengan pendinginan kriogenik Pemisahan ion fasa dicapai dalam spektrometer massa menggunakan medan listrik (Hussain dkk, 2014)

Gambar 2.9 Diagram Analisa Minyak Dedak Padi (Nasir dkk, 2009)

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.

3.2 BAHAN DAN ALAT PENELITIAN

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan minyak mentah dedak padi adalah:

3.2.1 Bahan Penelitian 1. Aquadest.

2. Dedak Padi.

3. Heksana (C6H14).

4. Indikator phenolfthalein.

5. Natrium Hidroksida.

3.2.2 Alat Penelitian 1. Aluminium foil.

2. Batang Pengaduk.

3. Beaker glass.

4. Corong gelas.

5. Hot plate 6. Erlenmeyer.

7. Gelas ukur.

8. Klem + statif + buret.

9. Kertas saring watman no 1.

10. Labu leher satu.

11. Neraca digital.

12. Oven.

13. Pipet tetes.

14. Refluks Kondensor.

15. Selang

(41)

16. Spatula.

17. Termometer.

3.3 RANCANGAN PERCOBAAN 3.3.1 STABILISASI

Stabilisasi dilakukan dengan variabel tetap berat sampel dan suhu.

3.3.2 Ekstraksi Minyak Mentah Dedak Padi

Ekstaksi minyak mentah dedak padi dilakukan dengan variabel tetap berat sampel dan suhu serta variabel bebas berupa waktu. dan kombinasi perlakuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Ekstraksi Minyak Mentah Dedak Padi Massa dedak (gr) Waktu Stabilisasi (menit) Waktu ekstraksi (jam)

4 18

100 30 24

30 36 42 3.4 PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu proses stabilisasi pada dedak padi, proses ekstraksi minyak dedak padi, distilasi minyak dedak padi untuk memperoleh minyak mentah dedak padi.

(42)

3.4.1 Proses Stabilisasi

Proses stabilisasi dilakukan dengan memasukan dedak padi sebanyak 100 gram ke dalam oven pada suhu 110 oC selama 30 menit untuk menonaktifkan enzim lipase penyebab ketengikan pada dedak padi sebelum proses ekstraksi.

3.4.2 Proses Ekstaksi Minyak Mentah Dedak Padi

Penelitian ini dilanjutkan dengan memvariasikan suhu ekstraksi dan waktu ekstraksi. Tahap pertama dalam pembuatan minyak mentah dedak padi adalah timbang dedak padi sebanyak 100 gram, ditambahkan pelarut heksana sebanyak 500 ml, homogenkan di dalam labu leher tiga, lalu didiamkan dengan waktu (4, 18, 24, 30, 36 dan 42 jam), disaring dengan kertas saring whatman no 1 untuk memperoleh pelarut dengan minyak mentah dedak padi.

3.4.3 Proses Distilasi

Filtrat diambil lalu dimasukkan ke dalam labu alas pemanas, lalu dihubungkan labu pemanas dan penyuling dengan kondensor, lalu kondensor dialirkan dengan air pendingin, lalu pasang alat penampung cairan kondensat dari kondensor setelah itu pasang alat pemanas hingga pelarut pada labu pemanas menguap, lalu catat suhu serta hitung volume minyak. Lalu lakukan perhitungan rendemen crude rice bran oil dari 12 run yang ada. Percobaan dengan rendemen terbaik dari ke-12 perlakuan kemudian dianalisa kadar FFA, komposisi CRBO, densitas CRBO.

3.4.4 Penentuan Yield

Penentuan yield pada minyak dedak padi sebagai berikut :

Ditimbang sampel sebelum di ekstraksi. Ditimbang wadah pada hasil ekstraksi minyak dedak padi, ditimbang wadah beserta minyak dedak padi. Lalu tentukan %Yield dengan cara :

%𝐲𝐢𝐞𝐥𝐝 =

(3.1)

(43)

3.4.5 Penentuan Densitas

Penentuan densitas pada minyak dedak padi sebagai berikut:

Ditimbang piknometer kosong (a). Isi piknometer kosong dengan aquadest, ditimbang beratnya (b) Isi piknometer kosong dengan sampel minyak ditimbang beratnya (c). Lalu tentukan volume air dengan cara:

(3.2)

hitung densitas minyak dengan cara :

(3.3)

3.4.6 Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas

Pengujian kadar asam lemak bebas pada minyak dedak padi sebagai berikut:

Sebanyak 3-5 gr sampel minyak dedak padi dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml ditimbang. Tambahkan campuran larutan etanol masing-masing 25 ml ke dalam erlenmeyer tersebut, lalu dikocok hingga minyak dedak melarut sempurna.

Kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP dan dikocok. Setelah itu titrasi sampel dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Lalu catat hasil titrasi.

%FFA=

(3.4)

Dimana:

N = normalitas NaOH V = Volume titran W = berat sampel

(44)

3.5 FLOWCHART PENELITIAN

Flowchart penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 hingga Gambar 3.5.

Gambar 3.1 Flowchart Proses Stabilisasi

Gambar 3.2 Flowchart Proses Ekstraksi Mulai

Masukkan sampel sebanyak 100 gram ke dalam oven dengan T=110 dan t = 30 menit

Selesai

Mulai

Masukkan sampel sebanyak 100gram lalu tambahkan heksana sebanyak 500ml

Lalu dihomogenkan pada labu leher I

Lalu didiamkan pada waktu 4,18, 24, 30, 36 dan 42 jam.

Lalu disaring dengan kertas watman no 1

Selesai

(45)

Gambar 3.3 Flowchart Proses Distilasi Mulai

Masukkan hasil ekstraksi minyak dedak padi kedalam labu pemanas

Hubungkan labu pemanas dan penyuling dengan kondensor

Hubungkan kondensor dengan air pendingin

Pasang alat penampung cairan kondensat pada lubang pengeluaran kondensat dari kondensor

Selesai

Pasang alat pemanas, hingga pelarut pada labu pemanas akan menguap

Lalu dicatat suhu dan volume minyak

(46)

Ya

Tidak

Ya

Ya

Gambar 3.4 Flowchart Pengujian Asam Lemak Mulai

Masukkan 3-5 gr sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml lalu ditimbang

Tambahkan etanol masing – masing 25 ml kedalam Erlenmeyer

Tambahkan 3 tetes indicator phenolphthalein lalu dikocok

Apakah terjadi perubahan warna menjadi

merah muda?

Selesai

Titrasi sampel dengan NaOH 0,1 N

(47)

Gambar 3.5 Flowchart Pengujian Densitas Mulai

Timbang piknometer kosong

Timbang piknometer berisi aquadest

Timbang piknometer berisi minyak dedak padi

Selesai

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Stabilisasi pada Minyak Mentah Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil)

Untuk menjaga kualitas minyak dedak padi tetap baik maka perlu dilakukan proses stabilisasi dengan menonaktifkan enzim lipase yang ada, segera setelah proses penggilingan berlangsung (Rahkadima dkk, 2018). Stabilisasi yang buruk atau tidak ada menyebabkan peningkatan kandungan asam lemak bebas dan mempengaruhi proses ekstraksi, kuantitas, dan kualitas minyak. Dalam ekstraksi dedak padi, kandungan FFA dalam dedak padi selama proses ekstraksi. Oleh karena itu FFA tidak akan diekstraksi dalam ekstraksi dedak padi dan minyak akan rendah FFA.

Namun, peningkatan kandungan FFA dalam dedak karena pengaruh aktivasi lipase jumlah minyak yang di ekstraksi dalam ekstrak dedak padi (Amarasinghe dkk, 2009).

Proses stabilisasi yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu dengan melakukan pemanasan dedak dengan berat masing-masing sampel 100 gr dalam oven pada suhu konstan 110oC dengan waktu stabilisasi yaitu 30 menit, % yield terbaik dapat dilihat berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan persamaan 3.1 diperoleh % yield yang diperoleh dengan perlakuan tanpa stabilisasi sebesar 18,64% untuk % yield yang terbaik dengan perlakuan stabilisasi diperoleh % yield sebesar 15,42%.

Dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Perbandingan Ekstraksi dengan %Yield Sampel Waktu ekstraksi (jam) %Yield

1. 4 7,24

2. 18 10,82

3. 24 11,66

4. 30 13,4

5. 36 15,84

6. 42 18,64

7. 4 5,14

8. 18 8,42

9. 24 10,88

10. 30 13,84

11. 36 15,42

12. 42 7,4

(49)

4.1.1 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Yield

Proses maserasi merupakan proses atau metode ekstraksi yang cukup sederhana tanpa sistem pemanasan atau dikenal dengan ekstraksi dingin. Jadi pada proses ini sampel dan pelarut tidak mengalami proses pemanasan sehingga dapat digunakan pada senyawa yang tidak tahan panas. Kekurangan dalam metode ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup lama (Badaring dkk., 2020). Pemilihan metode ekstraksi maserasi karena mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut pada suhu kamar. Sedangkan metode sokletasi merupakan metode cara panas yang dapat menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisiensi bahan), waktu yang digunakan lebih cepat, dan sampel diekstraksi secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang (Puspitasari dan Proyogo, 2017).

Perbandingan waktu ekstraksi terhadap %yield dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap % Yield

Yield merupakan perbandingan antara massa produk terhadap massa bahan awal yang menunjukkan effektifitas suatu proses (Silalahi dkk., 2018). Penelitian stabilisasi dedak padi bertujuan mengetahui pengaruh stabilisasi terhadap kandungan minyak dedak, kadar FFA dan densitas. Proses stabilisasi diharapkan dapat

7.24

10.82 11.66 13.4

15.84

18.64

5.14

8.42

10.88

13.84 15.42

7.4

0 5 10 15 20

0 10 20 30 40 50

% Yield

waktu (jam)

% Yield Tanpa Stabilisasi

(50)

meningkatkan kadar minyak pada dedak padi dan meminimalkan kadar FFA dedak padi. Proses stabilisasi dedak dilakukan untuk menonaktifkan enzim lipase yang ada pada dedak padi sehingga dapat menghambat peningkatan jumlah asam lemak bebas atau terjadinya proses ketengikan (Hadipernata dkk., 2012)

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa perbandingan waktu ekstraksi tanpa stabilisasi mengalami peningkatan %yield, sedangkan waktu ekstraksi dengan stabilisasi mengalami penurunan %yield pada waktu ke 42 jam. Pada %yield tertinggi yaitu pada waktu tanpa stabilisasi sebesar 18,64% sedangkan dengan stabilisasi diperoleh %yield tertinggi yaitu 15,42%. %yield terendah dengan waktu maserasi tanpa stabilisasi yaitu 7,24%, sedangkan waktu maserasi dengan stabilisasi

% yield yang diperoleh yaitu 5,14%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu maserasi maka semakin tinggi % yield yang diperoleh, pada gambar 4.1 dengan stabilisasi waktu maserasi 42 jam mengalami penurunan %yield yang mengindikasikan zat terlarut sudah jenuh. Menurut Chairunnisa dkk., (2019) menyatakan bahwa waktu maserasi yang terlalu lama tidak akan berpengaruh lagi karena jumlah pelarut dalam zat terlarut telah jenuh dan dapat merusak senyawa bioaktif yang terlarut. Dengan demikian, meningkatnya %yield hingga waktu dengan stabilisasi 36 jam dan tanpa stabilisasi 42 jam pada penelitian ini didukung dengan teori yang ada.

4.1.2 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap %FFA

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam lemak bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral (Nurhasnawati dkk., 2015). Kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak nabati dapat menjadi salah satu parameter penentu kualitas minyak tersebut. Besarnya asam lemak bebas dalam minyak ditunjukkan dengan nilai angka asam. Angka asam yang tinggi mengindikasikan bahwa asam lemak bebas yang ada di dalam minyak nabati juga tinggi sehingga kualitas minyak justru semakin rendah (Sopianti dkk., 2017).

(51)

Pengujian FFA (Free Fatty Acid) digunakan untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas yang terkandung di dalam minyak. Kenaikan nilai FFA menunjukkan minyak mengalami kerusakan akibat hidrolisis. Semakin tinggi nilai FFA dalam minyak maka kualitas minyak rendah dan sebaiknya semakin rendah nilai FFA dalam minyak maka kualitas minyak bagus. Nilai FFA yang tinggi dalam minyak jika dikonsumsi dapat menimbulkan rasa gatal di tenggorokan (Silalahi dkk., 2017). Perbandingan waktu ekstraksi terhadap %FFA dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap %FFA

Gambar diatas Menunjukkan bahwa perbandingan waktu ekstraksi tanpa stabilisasi dan dengan stabilisasi terhadap %FFA mengalami peningkatan. Dimana

%FFA tertinggi waktu ekstraksi tanpa stabilisasi yaitu sebesar 6,873%, sedangkan

%FFA tertinggi waktu ekstraksi dengan perlakuan stabilisasi diperoleh %FFA sebesar 6,402%. %FFA cenderung meningkat seiring dengan tingginya waktu ekstraksi yang dilakukan menggunakan solvent heksane. Kandungan asam lemak bebas disebut bilangan asam/nilai asam. FFA meningkat selama penyimpanan. Oleh karena itu kualitas minyak bergantung pada kandungan asam lemak bebasnya (Krishnan dkk., 2015). Besar kecilnya %FFA mempengaruhi kualitas minyak, dimana semakin tinggi kandungan %FFA maka minyak akan sulit dimurnikan karena masih banyaknya pengotor seperti fosfotida, partial gliserida, wax dan senyawa yang

4.331

5.461 5.649

6.120 6.591 6.873

3.484

5.084 5.273 5.461 5.838

6.402

0 1 2 3 4 5 6 7 8

0 10 20 30 40 50

% FFA

Waktu (jam)

% FFA Tanpa Stabilisasi % FFA Dengan Stabilisasi

(52)

tersaponifikasi yang masih tercampur dalam proses ekstraksi dan menyebabkan kualitas minyak dedak padi semakin rendah (Latifah, 2018)

Berdasarkan SNI 01-3178-1996/Rev.92 %FFA minyak yang diperbolehkan berkisar antara 5% – 8%. Dari data di atas dapat disimpulkan pada waktu tanpa stabilisasi 4, 18, 24, 30, 36 dan 42 jam diperoleh % FFA tertinggi sebesar 6,873%, sedangkan waktu ekstraksi dengan perlakuan stabilisasi dengan waktu ekstraksi masing-masing 4, 18, 24, 30, 36 dan 42 jam diperoleh %FFA masing – masing sebesar 3,483%, 5,084%, 5,272%, 5,460%, 5,837% dan 6,402%. Dari hasil yang didapatkan dari penelitian ini pada waktu ekstraksi dengan perbandingan perlakuan dengan stabilisasi dan tanpa stabilisasi telah sesuai standar, dimana batas %FFA berdasarkan SNI yaitu sebesar 5%-8%, dimana data diatas tidak melebihi batas SNI tersebut.

4.1.3 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Densitas

Densitas atau massa jenis memiliki makna sebagai hubungan dari massa dengan volume. Benda yang memiliki densitas yang besar akan memiliki kerapatan massa yang besar. Dengan begitu semakin mampat antar partikel penyusun benda, maka nilai densitasnya semakin besar untuk benda yang sama. Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang mmemiliki massa jenis lebih rendah. Nilai densitas banyak digunakan untuk menentukan jenis suatu materi. Dalam mengetahui nilai densitas, dapat dengan membagi massa dengan volume benda (Alim dkk., 2017). Pengaruh waktu ekstraksi terhadap densitas dapat dilihat pada gambar berikut:

(53)

Gambar 4.3 Pengaruh Waktu Ekstrasi Terhadap Densitas

Dari grafik diatas dapat dilihat hubungan waktu ekstraksi tanpa perlakuan stabilisasi dan dengan perlakuan stabilisasi terhadap densitas mengalami peningkatan, pada waktu ekstraksi tanpa perlakuan stabilisasi 4 jam diperoleh densitas sebesar 0,909, pada waktu ekstraksi 18, 24, 30, 36 dan 42 jam diperoleh densitas berturut-turut yaitu sebesar 0,911, 0,913, 0,916, 0,918, dan 0,920, sedangan pada waktu ekstraksi dengan perlakuan stabilisasi 4, 18, 24, 30, 36 dan 42 jam diperoleh densitas berturut-turut sebesar 0,901, 0,912, 0,915, 0,915, 0,917 dan 0,919.

Berdasarkan SNI 0610-1989-A densitas minyak yang diperbolehkan berkisar antara 0,910 – 0,920. Dari garfik tersebut dapat disimpulkan densitas tanpa stabilisasi dan dengan stabilisasi sesuai dengan SNI

0.909 0.912 0.914 0.916 0.918 0.921

0.901

0.913 0.915 0.915

0.917 0.919

0.895 0.9 0.905 0.91 0.915 0.92 0.925

0 10 20 30 40 50

Densitas

waktu (jam)

Densitas Tanpa Stabilisasi Densitas Dengan Stabilisasi

Gambar

Gambar 2.2 Tanaman Padi (Sopandie dkk., 2014)
Gambar 2.3 Dedak Padi Halus (Shafie dan Norhaizan, 2017)
Gambar 2.4 Minyak Dedak Padi (Martinez, 2013)
Gambar 2.5 Skema Alat Ultrasound Assisted Extraction (UAE)   (Qadariyah dkk., 2018)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar pemikiran yang telah dipaparkan, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai ekstraksi minyak biji alpukat dengan menggunakan pelarut n- heptana sehingga dapat

Terkait dengan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi optimum yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi minyak biji kopi dengan

Pada proses ekstraksi minyak bekatul padi menggunakan pelarut n-heksan dan etanol yang dilakukan secara bertingkat, diketahui bahwa rasio bekatul dengan n- heksan

Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-Heksana) terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit (Suratmin Utomo).. PENGARUH KONSENTRASI

Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-Heksana) terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit (Suratmin Utomo).. PENGARUH KONSENTRASI

Pada proses ekstraksi minyak bekatul padi menggunakan pelarut n-heksan dan etanol yang dilakukan secara bertingkat, diketahui bahwa rasio bekatul dengan n- heksan terbaik

Pada penelitian ini sistem ekstraksi gula dari tetes tebu diteliti dengan menggunakan pelarut minyak sayur, n- heksana, dan n-butanol karena n-heksana dan n-butanol

Ekstraksi padat cair leaching adalah proses pemisahan suatu zat terlarut yang terdapat dalam suatu padatan dengan mengontakkan padatan tersebut dengan pelarut solvent sehingga padatan