• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UPAH MINIMUM, PENDIDIKAN, DAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN GRESIK TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH UPAH MINIMUM, PENDIDIKAN, DAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN GRESIK TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UPAH MINIMUM, PENDIDIKAN, DAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI

KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015-2019

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Nurinsani Hutami Putri 145020101111066

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2022

(2)

PENGARUH UPAH MINIMUM, PENDIDIKAN, DAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN GRESIK

TAHUN 2015-2019

Nurinsani Hutami Putri 1 , Shofwan 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Nurinsaniput@gmail.com

ABSTRAK

Kebijakan upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan nilai upah agar yang diterima tidak menurun, sehingga pekerja dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari- sehari. Melihat kondisi upah minimum Kabupaten Gresik tiap tahunnya terus meningkat dan merupakan upah minimum kabupaten tertinggi daripada daerah kabupaten lainnya. Selain upah, tingkat penyerapan tenaga kerja besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak semuanya dapat terserap dengan baik dalam dunia kerja. Jumlah angkatan kerja menurut pendidikan yang ditamatkan didominasi pendidikan tingkat menengah (SMA/K). Penyerapan tenaga kerja diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan di Kabupaten Gresik yang merupakan salah satu kabupaten yang dipandang memiliki perkembangan industri yang cukup pesat, dan menyumbang dalam penyerapan tenaga kerja tertinggi daripada sektor lainnya. Pada penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode kuantitatif. Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda yaitu melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Data time series menggunakan periode tahun 2015-2019 di Kabupaten Gresik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa variabel upah minimum kabupaten memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, variabel pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, serta variabel jumlah industri tidak memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

Kata kunci: Penyerapan tenaga kerja, upah minimum kabupaten/kota, angkatan kerja, upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja, industri terhadap penyerapan.

A. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari peran manusia dalam mengelolanya, di mana manusia merupakan tenaga kerja yang menjadi input pembangunan, juga konsumen hasil dari pembangunan itu sendiri. Pembangunan ekonomi memiliki tujuan yang penting adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertambahan angkatan kerja yang pertumbuhannya lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Masalah ketenagakerjaan tentunya tidak hanya menjadi fokus penanganan secara nasional, namun secara daerah juga. Salah satu daerah yang fokus pada penanganan mengenai ketenagakerjaan adalah Kabupaten Gresik di Jawa Timur.

Menurut (Hadi Sasana, 2009) bahwa Pengangguran yang jumlahnya bertambah terus menerus tentunya akan menambah beban perekonomian daerah dan mengurangi kesejahteraan rakyat.

Tabel 1. Jumlah Pengangguran Terbuka Kabupaten Gresik Tahun 2015-2019

Tahun Jumlah Pengangguran Terbuka

2015 34.672

2016 32.380

2017 30.089

2018 38.681

2019 36.390

Sumber: BPS, 2019

(3)

Tabel 1 memberikan informasi mengenai kondisi pengangguran terbuka di Kabupaten Gresik yang mmengalami fluktuasi dari tahun 2015-2017 mengalami penurunan namun pada tahun 2018 mengalami kenaikan yang cukup tinggi, disini mencerminkan penyerapan tenaga kerja tidak berjalan baik karena masih banyak pengangguran yang tidak terserap dengan baik.

Tabel 2. Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Gresik Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2019.

Lapangan Usaha Utama Jumlah Tenaga Kerja Pertanian, Perkebunan, Peternakan 90.041

Industri 202.339

Kontruksi 45.060

Perdagangan, Hotel dan Restoran 158.493

Angkutan dan Komunikasi 23.691

Jasa 68.339

Dan Lainnya 32.92

Sumber: BPS, 2019

Menurut Lapangan Usaha Utama penyerapan tenaga kerja terbesar di Kabupaten Gresik yaitu dari Sektor Industri sebanyak 202.339 tenaga kerja. Sektor industri di Kabupaten Gresik dibanding dengan sektor yang lainnya memiliki sumbangan yang lebih tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja. Meskipun ketersediaan lapangan pekerjaan selalu diupayakan sebanding dengan angkatan kerja, namun masalah ketenagakerjaan terkait pengangguran memiliki banyak masalah.

Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan selain menyediakan lapangan pekerjaan yaitu memperbaiki sistem upah melalui kebijakan upah minimum. Perkembangan tingkat upah minimum di Kabupaten Gresik pada tahun 2019 menurut Kabupaten/Kota. Kabupaten Gresik memiliki nilai yang tinggi dibanding Kabupaten yang lain.

Sementara Kota Surabaya memiliki upah yang tinggi di tingkat Kabupaten/Kota.

Tabel 3. Tingkat Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2018 No. Kabupaten/Kota UMK Tahun 2018

1 Kota Surabaya 3.583.312,61

2 Kabupaten Gresik 3.580.370,64

3 Kabupaten Sidoarjo 3.577.428,68

4 Kabupaten Pasuruan 3.574.486,72

5 Kabupaten Mojokerto 3.565.660,82

Sumber: Disnaker Jawa Timur,2018

Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja (Simanjuntak, 1992 dalam Gianie, 2009:1).

Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang pergerakannya relatif stabil dan ditentukan oleh kesepakatan antara pengusaha, pekerja, dan pemerintah. Selain itu upah juga dipengaruhi oleh kinerja dari masyarakat untuk pencapaian hidup yang layak. Upah merupakan salah satu barometer di dalam pengukuran-pengukuran berbagai macam kesejahteraan, oleh karena itu pemerintah berperan aktif untuk mengatur tentang upah. Dalam Undang-Undang No.13 Tahun

(4)

2003 tentang Ketenagakerjaan, pemerintah dengan tegas mengatur tentang Pengupahan.

Pemerintah daerah telah mengatur tentang Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) yang merupakan upah minimum berdasarkan wilayah kabupaten/ kota, untuk melindungi upah tenaga kerja dan diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

Studi Waisgrais (2003) menemukan bahwa kebijakan upah minimum menghasilkan efek positif dalam hal mengurangi kesenjangan upah yang terjadi pasar tenaga kerja. Studi Askenazy (2003) juga menunjukkan bahwa upah minimum memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui akumulasi modal manusia. Implikasi upah minimum terhadap kesejahteraan akan terwujud dalam perekonomian yang kompetitif.

Selain upah, Menurut (Izatun, 2015) tingkat kepadatan penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak semuanya dapat diserap dalam dunia kerja. Selain itu tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah tetapi banyak yang berpendidikan tinggi namun tidak diserap dalam dunia kerja karena tidak berkualitas atau tidak mempunyai skill dan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan keinginan para pencari kerja sehingga tingkat kesejahteraan masyrakat tidak merata (Devanto, 2015).

Tabel 4. Jumlah Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Gresik Tahun 2018-2019

Tingkat Pendidikan

2018 2019

Bekerja Pengangguran Total Bekerja Pengangguran Total

SMP 129,193 4,850 134,043 118,655 3,636 122,291

SMA

Umum 159,816 13,988 173,804 172,729 11,555 184,284 SMA

Kejuruan 76,839 10,264 87,103 90,688 11,304 101,992 Diploma

I/II/III 17,352 565 17,917 11,110 862 11,972 Universitas 86,322 6,293 92,615 67,156 6,170 73,326 Sumber: BPS, 2019

Pada tabel tersebut menjelaskan tingkat pendidikan yang ditamatkan dapat terserap tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan tersebut baik tingkat SMP, SMA Umum, SMA Kejuruan, Diploma I/II/III dan Universitas. Hal ini penting untuk dilihat karena dengan bagaimana meningkatkan pendidikan sehingga kesempatan masuk ke pasar tenaga kerja lebih mudah.

Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan membutuhkan manusia yang berkualitas sebagai modal dasar bagi pembangunan (Imam, 2016). Manusia dalam peranannya merupakan subjek dan objek pembangunan yang berarti manusia selain sebagai pelaku dari pembangunan juga merupakan sasaran pembangunan, oleh karenanya dibutuhkan menciptakan sumber daya manusia yang produktif yang mengacu pada pendidikan. (Desi, 2018). Pendidikan merupakan tujuan pembangunan mendasar suatu wilayah.

Selain upah dan pendidikan, terdapat faktor lain yang dapat membantu penyerapan tenaga kerja yaitu jumlah industri. Jumlah unit usaha industri berkaitan erat dengan penyerapan tenaga kerja.

Semakin banyak jumlah unit usaha, maka semakin banyak pula jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam industri (Karib, 2012).

Kabupaten Gresik sendiri merupakan salah satu diantara kabupaten yang dipandang memiliki perkembangan industri yang cukup pesat. Kabupaten Gresik mengalami laju industri yang cukup signifikan, selain itu tenaga kerja yang mudah diperoleh di Kabupaten Gresik karena Kabupaten Gresik memiliki kawasan industri yang strategis sejak puluhan tahun yang lalu. Banyaknya jumlah usaha sektor industri juga menjadi pilihan kedua dari sekian orang yang mencari pekerjaan.

(5)

Jumlah industri dari tahun 2015 hingga tahun 2018 dimana hal ini dari tahun ke tahun jumlah industri memiliki jumlah unit yang berubah. Banyaknya jumlah industri yang ada di Kabupaten Gresik ini merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. seperti yang sudah dijelaskan pada tabel sektor penyerapan kerja dimana sektor industri sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja.

Tercapainya penyerapan tenaga kerja yang baik serta kesejahteraan masyarakat merupakan sebagai tujuan akhir pembangunan ekonomi.

B. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Tenaga Kerja

Menurut UU No 13 Tahun 2003 Pasal 1 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pada UU No. 25 tahun 1997 mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk usia 15 tahun atau lebih, sedangkan pada undang- undang terbaru tentang ketenagakerjaan yaitu UU No. 13 tahun 2013 tidak memberikan batasan umur dalam definisi tenaga kerja, namun pada undang undang tersebut melarang mempekerjakan anak – anak. Anak-anak menurut UU No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun.

Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkata kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force adalah bagian tenaga kerja yang ingin dan yang benar-benar menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain – lain atau penerima pendapatan.

Penyerapan tenaga kerja pada dasarnya tergantung dari besar kecilnya permintaan tenaga kerja.

Penyerapan tenaga kerja secara umum menunjukkan besarnya kemampuan suatu perusahaan menyerap sejumlah tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk. Kemampuan untuk menyerap tenaga kerja besarnya tidak sama antara sektor satu dengan sektor yang lain (Sumarsono, 2003).

Dalam ekonomi Neoklasik bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Sebaliknya permintaan terhadap tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap mengenai pasar tenaga kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah penawaran tenaga kerja sama dengan permintaan. Keadaan pada saat penawaran tenaga kerja selalu sama dengan permintaan dinamakan titik ekulibrium (titik E). dalam hal penawaran dan permintaan, tidak terjadi pengangguran

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

Sesuai dengan pasal 1 angka 1 yang menyebutkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER- 01/MEN/1999 tentang Upah Minimum adalah Upah Bulanan Terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap. Dalam Pasal 97 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menentukan bahwa Pemerintah dalam hal ini Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Propinsi dan/atau bupati/walikota, menetapkan upah minimum berdasarkan KHL dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Hubungan Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Pada penelitian (Simanjutak, 1992) dengan adanya kenaikan upah minimum akan berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi perusahaan, perusahaan akan cenderung untuk yang tinggi pula.

(6)

Kemudian menurut Saputri & Rejekiningsih (2008) variable upah berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan adanya kenaikan upah dapat menyerap tenaga kerja yang banyak. Sedangkan menurut Sobita & Saputra (2014) menyatakan upah riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan kerja. Adanya peningkatan upah tidak memberikan pengaruh sama sekali terhadap penyerapan tenaga kerja.

Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Pendidikan yaitu proses pengembangan sikap serta tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan penelitian. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum menjelaskan Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana guna mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Hubungan Pendidikan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Pratama dan Johanna (2012) yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pengusaha maka kemampuan seseorang pengusaha untuk mengelola usahanya semakin baik sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja. Menurut Ace Suryadi (1994), pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Teori ini menganggap pertumbuhan masyarakat ditentukan oleh produktivitas perorangan. Jika setiap orang memiliki penghasilan yang lebih tinggi karena pendidikannya lebih tinggi, maka pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat ditunjang.

Jumlah Industri

Istilah industri berasal dari bahasa Latin yakni industria, yang artinya buruh atau tenaga kerja.

Definisi industri seringkali dipakai secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan menusia yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan.

Menurut Sukirno, definisi industri adalah perusahaan yang menjalankan suatu kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan tersebut diantaranya adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik pembuatan rokok. Industri merupakan suatu kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Hubungan Jumlah Industri Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut penelitian dari (Mahendra, 2012) dengan variable dependen peneyerapan tenaga kerja dan variable independen jumlah industri dan kapasitas produk diketahui bahwa jumlah industri berpengaruh negarif terhadap penyerapan tenaga kerja sedangkan variable kapasitas produk pengaruh positif terhadap peneyrapan tenaga kerja.

Menurut Gunawan dan Saputri, penambahan jumlah unit usaha mempengruhi pada penyerapan tenaga kerja secara positif, meskipun tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa banyak perusahaan sudah berteknologi modern dan pengaruh jumlah unit usaha menjadi tidak signifikan pada penyerapan tenaga kerja.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008) metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang melihat suatu realitas dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, dan terukur. Hubungan variabel bersifat sebab akibat yang mana data penenlitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

(7)

Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah Kabupaten Gresik yang terdiri dari 18 kecamatan, 330 desa, dan 26 kelurahan. Sedangkan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2015-2019.

Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder atau merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder yag digunakan data time series tahun 2015-2019. Data penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Gresik.

Metode Analisis

Dalam penelitian ini metode analisis data menggunakan regresi linear berganda. Regresi yang digunakan untuk mengetahu dan mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Metode analisis regresi berganda terdiri dari analisis deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan uji statistik. Adapun model penelitian sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3

Keterangan:

Y = Penyerapan Tenaga Kerja (Variabel Terikat) α = Konstatnta Intersepsi

β = Koefisien regresi X1 = Upah Minimum X2 = Pendidikan X3 = Jumlah Industri

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda yaitu hubungan linear antara dua atau lebih variabel independen (X) dan satu variabel dependen (Y). Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui arah dari hubungan varaibel bebas dan terikat, apakah memiliki hubungan positif atau negatif serta memprediksi nilai dari variabel terikat apabila nilai variabel megalami kenaikan atau penurunan.

Tabel 1. Hasil Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 85521.732 256270.634 0.334 0.795

UMK 0.117 0.016 2.391 10.467 0.050

PEND -2.546 0.486 -1.893 15.237 0.012

IND 1314.748 513.622 0.419 2.560 0.237

Dari hasil regresi linear berganda tersebut, menghasilkan model persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 85521,732 + 0,117X1 – 2,546X2 + 1314,748X3

(8)

Berdasarkan hasil regresi di atas dapat dilihat hasil uji signifikansi secara parsial dengan melihat dari nilai signifikan, jika nilai signifikan < α = 0,05 maka secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel variabel dependen, begitu sebaaliknya. Dari hasil regresi tersebut menunjukkan bahwa secara parsial variabel upah minimum memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan nilai Sig. 0,050 < α = 0,05. Variabel pendidikan pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan nilai Sig. 0,012 < α = 0,05. Sedangkan variabel jumlah industri terhadap penyerapan tenaga kerja tidak memiliki pengaruh dengan nilai Sig. 0,237 > α = 0,05 maka pengaruhnya tidak signifikan.

Hasil uji signifikansi secara simultan dapat dilihat berdasarkan nilai signifikansi F statistik yang mana bernilai Sig. F 0,041 , jika Sig. F < α = 0,05 maka secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dari hasil regresi tersebut menunjukkan upah minimum, pendidikan, dan jumlah industri secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil koefisien determinasi dalam penelitian ini menunjukkan nilai sebesar 0,951, dilihat dari nilai R-squared pada hasil regresi. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi terhadap variabel penyerapan tenaga kerja dijelaskan 95,1% oleh variabel upah minimum, pendidikan, dan jumlah industri. Sedangkan kontribusi pengaruh sebesar 4,9% lainnya disumbangkan oleh variabel lain yang tidak ada dalam model.

Pembahasan

Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari upah minimum bertanda positif sebesar 0,117 menujukkan adanya hubungan positif dan nilai signifikansi atau probabilitas sebesar 0,050 atau kurang dari α 0,05. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai koefisien upah sebesar 0,117 artinya setiap kenaikan upah sebesar 1 satuan maka akan menaikkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,117, atau setiap kenaikan upah sebesar 1% maka menaikkan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,17%. Hal ini menunjukkan jika upah minimum meningkat, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu oleh (Saputri & Rejekiningsih, 2011) yang berjudul Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Salatiga yang menjelaskan bahwa variabel upah berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Dalam hal ini dijelaskan karena penelitian yang digunakan adalah upah minimum kabupaten (UMK), dimana UMK memiliki pergerakan yang stabil dari tiap tahunnya yang sudah disepakati oleh pihak terkait (pemerintah, pekerja, pengusaha). Selain itu dimungkinkan adanya kinerja aktif dari pekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Peranan tingkat upah akan menyebabkan semakin banyaknya orang yang tergolong masuk ke angkatan kerja. Dan pengaruh positif ini juga didukung oleh adanya upah minimum kabupaten yang tinggi sehingga para pekerja ikut terlibat dalam penyerapan tenaga kerja tersebut.

Teori Mankiw (2003) juga mendukung pernyataan diatas tentang tingkat upah atau upah minimum yaitu teori upah efisiensi dimana upah tidak memiliki dampak penurunan penyerapan tenaga kerja dikarenakan ketika tingkat upah naik maka pekerja mampu memnuhi kebutuhan hidup lebih tinggi dari angka kebutuhan hidup layak. Ketika nutrisi para pekerja lebih baik maka mereka akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dan dampaknya akan meningkatkan output.

Tingginya produktivitas karyawan dalam menghasilkan output dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga tidak terjadi pengurangan penyerapan tenaga kerja.

Pengaruh Pendidikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari pendidikan bertanda negatif sebesar -2,546 menujukkan adanya hubungan negatif dan nilai signifikansi atau probabilitas sebesar 0,012 atau kurang dari α 0,05. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai koefisien upah sebesar -2,546 artinya setiap kenaikan tamatan pendidikan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar 2,546.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2017) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja salah

(9)

satunya disebabkan oleh kondisi masyarakat yang semakin berpendidikan tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan atau kesempatan kerja yang tersedia. Mengingat di Kabupaten Gresik sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor industri sedangkan sektor industri sendiri tidak membutuhkan kualifikasi pendidikan yang tinggi atau berketerampilan rendah.

Pengaruh Jumlah Industri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Dari hasil yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel Jumlah Industri (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (penyerapan tenaga). Hal ini ditunjukkan dari koefisien jumlah industri sebesar 1314,748 menujukkan tidak ada pengaruh dengan probabilitas sebesar 0.237 atau lebih dari α 0,05. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai koefisien upah sebesar 1314,748 artinya setiap peningkatan variabel jumlah industri sebesar 1 satuan maka diikuti penurunan variabel penyerapan tenaga kerja sebesar 1314,748.

Hal ini sejalan dengan penelitian dari (Mahendra, 2012) dimana variabel dependen penyerapan tenaga kerja dan variabel independen jumlah industri dan kapasitas produk diketahui bahwa jumlah industri berpengaruh negarif terhadap penyerapan tenaga kerja sedangkan variabel kapasitas produk pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Jumlah unit usaha sendiri tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Sifat industri yang berbeda sehingga penyerapan tenaga kerja tidak terpengaruh dengan banyak atau sedikitnya keberadaan unit usaha.

Hal ini dikarenakan tanpa adanya penambahan jumlah industri sudah bisa meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Menurut Gunawan dan Saputri, penambahan jumlah unit usaha mempengruhi pada penyerapan tenaga kerja secara positif, meskipun tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa banyak perusahaan sudah berteknologi modern dan pengaruh jumlah unit usaha menjadi tidak signifikan pada penyerapan tenaga kerja

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai pengaruh upah minimum, pendidikan, dan jumlah industri terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Gresik, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Hasil variabel upah minimum (X1), pendidikan (X2), dan jumlah industri (X3) sebagai variabel independen menunjukkan kemampuan dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 95,1% , sedangkan sisanya 4,9% lainnya disumbang oleh variabel lain yang tidak ada dalam model penelitian.

2) Variabel upah minimum kabupaten/kota memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, untuk variabel pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedangkan untuk variabel jumlah industri tidak memiliki pengaruh sginifikan pada penyerapan tenaga kerja

Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan peneliti, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang diberikan sebagai berikut:

1) Pemerintah perlu mininjau upah minimum agar tetap stabil pada tahun selanjutnya, karena upah minimum dapat mendukung perusahaan dalam penyerapan tenaga kerja, sehingga penawaran tenaga kerja yang ada dapat terserap sesuai dengan permintaan tenaga kerja menurut kebutuhan masing-masing usaha, baik dari kualitas atau kemampuan yang dimiliki tenaga kerja.

2) Pemerintah perlu menciptakan lapangan pekerjaan menurut pendidikan yang ditamatkan. Di Kabupaten Gresik sendiri dengan jenjang pendidikan yang tinggi tidak dapat terserap ke pasar

(10)

tenaga kerja, karena kurangnya permintaan tenaga kerja. Sehingga pemerintah harus turun andil dalam menyelesaikan penyediaan lapangan pekerjaan

3) Pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dengan industri-industri yang ada dengan program pemerintah dalam membantu kesulitan melalui pinjaman modal untuk perluasan kerja, membangkitkan industri yang mengalami penurunan. Serta melakukan program kerja sama dengan industri untuk pelatihan bagi beberapa sekolah agar dapat memiliki pengalaman dan pembelajaran langsung praktek yang bertujuan meningkatkan kemampuan tenaga kerja, sehingga dapat membantu dalam penyerapan tenaga kerja.

UCAPANTERIMAKASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penelitian sehingga jurnal ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih secara khusus kami sampaikan kepada jajaran Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTARPUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2015-2019. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Jakarta.

Buchari, Imam. 2013. Pengaruh Upah Minimum dan Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Maufaktur di Pulau Sumatera Tahun 2012-2015. Eksis. Vol.

Xi No 1. April 2013.

Kaufman, B., & Hotchkiss, J. L. 1999. The Economics of Labor Markets (Fifth Edition). Georgia:

The Dryden Press

Kuncoroyakti, Dorojatun. 2016. Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri.

Mankiw, N. G. 2018. Macroeconomics (Tenth Edit). US: Macmillan International Higher Education

Patinkin, D. 1949. Involuntary Unemployment and the Keynesian Supply Function. The Economic Journal, 59(235), 360‑383.

Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2004. Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil dalam Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1. No. 2.

Semarang.

Sadono Sukirno. 1981.Pengantar Teori Makro Ekonomi. (Jakrta: Lembaga Penerbitan Universitas Ekonomi Universitas Indonesia.

Simanjuntak. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta. LPFE UI.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Amalia Levanoni, sikap para petinggi Mamlûk yang se­ belumnya menyerahkan urusan kepemimpinan kepada Syajarat al­ Durr dan tanggapan Syajarat al­Durr yang menerima

Produk Nvidia yang sangat terkenal adalah GPU GeForce (disini Nvidia sebagai OEM), sementara produk akhir dapat ditemukan pada VGA-card yang diproduksi oleh ASUS, MSI,

Wawancara terstruktur digunakan pada teknik pengumpulan data apabila peneliti telah mengetahui informasi yang akan diperoleh.. Dengan demikian peneliti telah mempersiapkan

Terjadinnya pola interaksi individu dengan kelompok memperlihatkan variasi interaksi baru dalam dunia maya dan sekaligus fakta bahwa antar individu dengan kelompok

 Deflasi di Provinsi Sulawesi Selatan terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan -0,82 persen; dan kelompok

Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah menulis sebab keterampilan menulis menunjang keterampilan lainnya (Mulyati, 2008:10). Mengingat

Pernyataan Ketika sedang marah pada seseorang, saya akan mempertimbangkan tindakan saya dengan hati-hati Apabila saya tertekan, saya akan berusaha mengingat hal-hal yang membuat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai yang ditanam sesudah padi sawah dengan cara TOT lebih baik dibanding dengan cara pengolahan tanah karena pada