• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGATASI KESULITAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MENGGUNAKAN WAWANCARA KLINIS BERBANTUAN TABLET BERBASIS MULTI REPRESENTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGATASI KESULITAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MENGGUNAKAN WAWANCARA KLINIS BERBANTUAN TABLET BERBASIS MULTI REPRESENTASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENGATASI KESULITAN KOMUNIKASI MATEMATIS

SISWA SMA MENGGUNAKAN WAWANCARA KLINIS

BERBANTUAN TABLET BERBASIS

MULTI REPRESENTASI

Nurhayati, Sugiatno, Hamdani

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan

Email:nurhayati0928@rocketmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana wawancara klinis berbantuan tablet berbasis multi representasi mengatasi kesulitan komunikasi matematis siswa pada materi fungsi kuadrat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis berorientasi pemecahan masalah. Subjek penelitian adalah 9 orang siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Pontianak. Hasil analisis data menunjukkan bahwa wawancara klinis berbantuan tablet berbasis multi representasi memberikan dampak yang sangat baik dalam mengatasi kesulitan komunikasi matematis siswa. Kecenderungan komunikasi matematis siswa sebelum diberikan wawancara klinis adalah merepresentasikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat tanpa dapat memperjelas penyelesaian masalah tersebut. Sebaliknya setelah diberikan wawancara klinis, siswa dapat mengomunikasikan gagasan matematis dengan simbolik, tabel, dan grafik untuk memperjelas keadaan atau masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat.

Kata kunci : Wawancara klinis, Komunikasi matematis, Multi Representasi Abstract: This research aims to reveal how clinical interview-assissted tablet-based multiple representation to fixed students difficulties of mathematical communication in quadratic function. The research method that used in descriptive analytical oriented problem solving. The study sample is 9 student in grade XI IPA 6 SMA Negeri 1 Pontianak. The results of data analysis showed tha the impact of clinical intervies-assissted tablet-based multiple representation was very good to solved students difficulties of mathematical communication. The tendency of mathematical communication students clinical interview before given was represent an issue whose settlement relating to the quadratic function without could clarify the completion of problem solving. While the tendency of mathematical communication students having given clinical interview is students can communicate with symbolic, mathematical ideas tables, and charts to clarify the state or the issues relating to the quadratic function.

Keywords: Clinical Interview, Mathematical Communication, Multi Representation

(2)

emampuan mengomunikasikan gagasan matematis dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika (BSNP, 2006: 146). Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa peran guru dalam membangun kemampuan komunikasi matematis siswa khususnya dalam pembelajaran matematika masih sangat terbatas (Umar, 2012: 1). Hasil prariset peneliti di SMA Negeri 1 Pontianak menunjukkan bahwa siswa memiliki kesulitan dalam mengkomunikasikan gagasan matematis yang berkaitan dengan materi fungsi kuadrat.

Dalam mengajarkan matematika, pembelajaran di kelas hampir selalu dilaksanakan secara konvensional. Akibatnya, siswa pada umumnya dapat melakukan berbagai perhitungan matematis, tetapi kurang menunjukkan hasil yang menggembirakan terkait penerapannya dalam kehidupan sehari-hari khusunya kemampuan komunikasi matematis. Jika kesulitan tersebut dibiarkan, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, siswa memerlukan bantuan, baik dalam mencerna bahan pengajaran maupun dalam mengatasi hambatan-hambatan lainnya.

Wawancara klinis merupakan salah satu cara alternatif yang dapat digunakan dalam mengatasi kesulitan komunikasi matematis siswa. Menurut Buschman (2001: 226), wawancara klinis bisa memberikan umpan balik yang berguna bagi siswa dan berharga saat guru memberikan informasi diagnosis pada performa siswa.Selain itu, Schoor (2000: 10) berpendapat bahwa wawancara klinis dapat membantu calon guru untuk mempertimbangkan pendekatan alternatif untuk mengajar dan belajar matematika dan mengembangkan peningkatan kesadaran tentang cara-cara orang belajar matematika.

Ada beberapa penelitian yang menggunakan wawancara klinis, antara lain penelitian Nurhidayati (2013), Gusvita (2012), Lusiana (2012), dan Yanti (2012). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan wawancara klinis dapat membantu kesulitan siswa. Namun demikian, wawancara klinis yang mereka gunakan belum ada yang memanfaatkan bantuan tabletdengan scaffolding multi representasi untuk membantu kesulitan komunikasi matematis siswa. Seperti yang diungkapkan oleh NCTM (2000: 24) bahwa peran teknologi juga sangat penting dalam proses belajar dan mengajar matematika, teknologi berpengaruh terhadap matematika yang diajarkan dan meningkatkan pembelajaran siswa. Selain itu, Luitel (2009: 7 - 10) mengungkapkan bahwa peran representasi dalam proses belajar dan mengajar di kelas sangatlah penting. Yuniawatika (2012: 2) mengatakan bahwa pada proses pembelajaran matematika, kita perlu mengaitkan materi yang sedang dipelajari serta merepresentasikan ide/gagasan dalam berbagai macam cara. Dengan demikian diharapkan bahwa bilamana siswa memiliki akses ke representasi-representasi dan gagasan-gagasan yang mereka tampilkan, mereka memiliki sekumpulan alat yang secara signifikan akan memperluas kapasitas mereka dalam berpikir matematis (NCTM, 2000: 67).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengatasi kesulitan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan wawancara klinis berbantuan tablet berbasis multi representasi.

K

(3)

Indikasi keberhasilan penelitian akan

kemampuan komunikasi matematis siswa setelah dilaksanakan wawancara klinis.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis. Metode penelitian ini dipandang sesuai karena berorientasi pada pemecahan masa

bertujuan untuk mendeskripsikan

memecahkan masalah dalam pembelajaran (Sulipan, 2010: 2).

Oleh karena masalah pembelajaran yang ditangani dalam penelitian ini adalah kesulitan komunikasi matematis individu

kuadrat, maka desain penelitian yang dianggap sesuai dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Bagan dari desain studi kasus adalah sebagai berikut.

Subjek penelitian ini adalah 9 siswa k

Pontianak yang terdiri dari 3 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan atas, 3 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan sedang dan 3 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah. Pengambilan sampel penelitian berdasar dari hasil soal tes pertama. Sembilan subjek penelitian tersebut adalah RA, MT, WW, AO, EY, TB, AK, SD, dan TS. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes tertulis (tes pertama dan tes kedua) berbentuk uraian dan teknik komunikasi langsung

Instrument penelitian divalidasi oleh tiga orang dosen Pendidikan Matematika FKIP Untan dengan hasil validasi bahwa instrumen yang digunakan valid. Berdasarkan hasil uji coba soal tes pertama dan soal

Tes Pertama

• Menentukan siswa yang menjadi subjek penelitian untuk diwawancarai secara klinis berbantuan berbasis multi representasi • Mengeksplorasi siswa yang mengalami kesulitan pada materi fungsi kuadrat

Indikasi keberhasilan penelitian akan ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan komunikasi matematis siswa setelah dilaksanakan wawancara klinis.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis. Metode penelitian ini dipandang sesuai karena berorientasi pada pemecahan masa

bertujuan untuk mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan guru untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran (Sulipan, 2010: 2).

Oleh karena masalah pembelajaran yang ditangani dalam penelitian ini adalah kesulitan komunikasi matematis individu siswa dalam materi fungsi kuadrat, maka desain penelitian yang dianggap sesuai dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Bagan dari desain studi kasus adalah sebagai berikut.

Bagan 1Desain studi kasus

Subjek penelitian ini adalah 9 siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Pontianak yang terdiri dari 3 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan atas, 3 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan sedang dan 3 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah. Pengambilan sampel penelitian berdasar dari hasil soal tes pertama. Sembilan subjek penelitian tersebut adalah RA, MT, WW, AO, EY, TB, AK, SD, dan TS. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes tertulis (tes pertama dan tes kedua) berbentuk uraian dan teknik komunikasi langsung dengan wawancara klinis berdasarkan pedoman wawancara. Instrument penelitian divalidasi oleh tiga orang dosen Pendidikan Matematika FKIP Untan dengan hasil validasi bahwa instrumen yang digunakan valid. Berdasarkan hasil uji coba soal tes pertama dan soal tes kedua diperoleh

Tes Pertama

Menentukan siswa yang penelitian untuk

diwawancarai secara klinis berbantuan tablet

Mengeksplorasi siswa yang mengalami kesulitan pada materi

Treatment

• Secara personal subjek penelitian diwawancarai klinis berbantuan tabletberbasis multi representasi

Tes Kedua

• Mengakses efek dari perlakuan berupa wawancara klinis berbantuan tablet multirepresentasi terhadap subjek penelitian

ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan komunikasi matematis siswa setelah dilaksanakan wawancara klinis.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis. Metode penelitian ini dipandang sesuai karena berorientasi pada pemecahan masalah yang upaya yang telah dilakukan guru untuk Oleh karena masalah pembelajaran yang ditangani dalam penelitian ini siswa dalam materi fungsi kuadrat, maka desain penelitian yang dianggap sesuai dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Bagan dari desain studi kasus adalah sebagai berikut.

elas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Pontianak yang terdiri dari 3 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan atas, 3 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan sedang dan 3 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah. Pengambilan sampel penelitian berdasarkan dari hasil soal tes pertama. Sembilan subjek penelitian tersebut adalah RA, MT, WW, AO, EY, TB, AK, SD, dan TS. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes tertulis (tes pertama dan tes kedua) berbentuk uraian dan teknik dengan wawancara klinis berdasarkan pedoman wawancara. Instrument penelitian divalidasi oleh tiga orang dosen Pendidikan Matematika FKIP Untan dengan hasil validasi bahwa instrumen yang digunakan valid. tes kedua diperoleh

Tes Kedua

Mengakses efek dari perlakuan berupa wawancara klinis berbantuan tabletberbasis multirepresentasi terhadap subjek penelitian

(4)

keterangan bahwa tingkat reliabilitas soal yang disusun berturut-turut tergolong sedang dan tinggi dengan koefisien reliabilitas berturut-turut sebesar 0,41 dan 0,72.

Hasil tes pertama dan tes kedua dianalisis dengan memberikan skor pada jawaban siswa kemudian mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa dilihat dari hasil tes pertama dan tes kedua. Sedangkan hasil wawancara klinis berbantuan tablet berbasis multi representasi dianalisis dengan menggunakan berbagai tahapan yaitu tahap reduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Kemudian, angket respons siswa dianalisis menggunakan skala likert.

Tahap persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Melakukan pra riset di SMA Negeri 1 Pontianak, (2) Menyusun desain penelitian, (3) Seminar desain penelitian, (4) Menyiapkan instrumen penelitian berupa kisi-kisi soal tes pertama dan tes kedua, kisi-kisi-kisi-kisi pedoman wawancara, kisi-kisi-kisi-kisi angket respon, soal tes pertama, soal tes kedua, kunci jawaban tes pertama dan tes kedua, pedoman penskoran, angket respon, dan pedoman wawancara, (5) Memvalidasi instrumen penelitian, (6) Memperbaiki instrument penelitian berdasarkan validasi instrument, (7) Ujicoba soal di SMA Negeri 3 Pontianak dan SMA Negeri 1 Pontianak, (8) Menganalisis data hasil uji coba berbantuan software Anates, dan (9) Memperbaiki soal penelitian berdasarkan hasil ujicoba soal

Tahap pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, antara lain: (1) Memberikan tes pertama kepada 32 siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Pontianak. Untuk penyelesaian soal diberikan waktu 70 menit, (2) Mengoreksi hasil pekerjaan siswa, penskoran, dan menganalisis dengan teknik analisis data yang sesuai, (3) Memilih beberapa siswa untuk di wawancara, (4) Melaksanakan wawancara klinis kepada subjek penelitian, (5) Memberikan tes kedua kepada subjek penelitian, (6) Melaksanakan wawancara mendalam kepada subjek penelitian, (7) Memberikan angket respon kepada subjek penelitian, dan (8) Mengolah data.

Tahap akhir

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir, antara lain: (1) Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif, (2) Melakukan analisis data kuantitatif terhadap hasil tes, wawancara dan angket respon siswa, (3) Mendeskripsikan hasil pengolahan data, (4) Membuat kesimpulan, dan (5) Menyusun hasil laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil tes pertama menunjukkan bahwa subjek penelitian RA, MT, WW, AO, EY, TB, AK, SD, dan TS merupakan siswa yang mengalami kesulitan komunikasi matematis dalam materi fungsi kuadrat. Berikut ini akan disajikan beberapa perubahan yang terjadi pada kasus sebelum dan sesudah menggunakan wawancara klinis.

(5)

Tabel 1 Pemberian Wawancara Klinis Berbantuan TabletBerbasis Multi Representasi Pertanyaan dalam Wawancara Klinis Kemampuan Siswa Sebelum Wawancara Klinis Treatmentyang diberikan Kemampuan Siswa Sesudah Wawancara Klinis  Apa yang terlintas di

pikiran kamu disaat kamu mendengar kata domain suatu fungsi?  Bagaimana cara kamu

menentukan domain suatu fungsi?

 Tidak dapat

menentukan domain fungsi kuadrat baik dalam sajian simbolik maupun grafik

 Tidak dapat

menjelaskan domain fungsi kuadrat

Memberikan topangan kepada siswa agar siswa memahami domain fungsi kuadrat

Memberikan topangan kepada siswa agar siswa memahami domain fungsi kuadrat

 Dapat menentukan domain fungsi kuadrat baik dalam sajian simbolik maupun grafik  Dapat memberikan

penjelasan mengenai domain fungsi kuadrat  Apa yang terlintas di

pikiran kamu disaat kamu mendengar kata range suatu fungsi?  Bagaimana cara kamu

menentukan range suatu fungsi?

 Tidak dapat menentukan range fungsi kuadrat baik dalam sajian simbolik maupun grafik

 Tidak dapat menjelaskan range fungsi kuadrat

Memberikan topangan kepada siswa agar siswa memahami range fungsi kuadrat

Memberikan topangan kepada siswa agar siswa memahami range fungsi kuadrat

 Dapat menentukan range fungsi kuadrat baik dalam sajian simbolik maupun grafik  Dapat memberikan

penjelasan mengenai range fungsi kuadrat  Coba kamu gambarkan grafik fungsi kuadrat?  Tidak dapat menentukan dan member penjelasan mengenai pembuat nol fungsi pada fungsi kuadrat

 Tidak dapat menentukan dan menjelaskan titik puncak pada fungsi kuadrat

 Tidak dapat

menggambar grafik fungsi kuadrat

Memberikan topangan kepada siswa agar siswa memahami mengenai cara menentukan

pembuat nol fungsi pada fungsi kuadrat

Memberikan topangan kepada siswa agar siswa memahami mengenai cara menentukan titik puncak pada fungsi kuadrat

Memberikan topangan kepada siswa agar siswa memahami mengenai cara menggambar grafik fungsi kuadrat

 Dapat menentukan dan memberi penjelasan mengenai pembuat nol fungsi pada fungsi kuadrat

 Dapat menentukan dan memberi penjelasan mengenai titik puncak pada fungsi kuadrat

 Dapat menggambar grafik fungsi kuadrat

 Coba kamu jelaskan dengan menggunakan grafik!  Tidak dapat menjelaskan grafik fungsi kuadrat Memberikan topangan kepada siswa agar siswa memahami grafik fungsi kuadrat

 Dapat memberikan penjelasan mengenai grafik fungsi kuadrat

(6)

Namun, setelah diberi wawancara klinis dan diberi tes kedua diperoleh hasil bagan sebagai berikut.

Bagan 2 Pembahasan

Berdasarkan Bagan 2,

yang diperoleh siswa untuk menjawab soal tes pertama terbilang rendah. Skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 2 dan skor minimal yang diperoleh siswa adalah 0. Sedangkan skor yang paling banyak diperoleh siswa adalah 1. Berdasarkan rubrik penskoran komunikasi matematis, siswa memperoleh skor 1 apabila alasan jawaban mengarah kepada penyelesaian masalah mengenai fungsi kuadrat menggunakan sajian simbol, gr

memperjelas penyelesaian masalah mengenai fungsi kuadrat (hanya sebatas representasi). Hal ini mengindikasikan bahwa siswa hanya mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat menggunakan sebuah represent dan tidak dapat menjelaskannya.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 RA MT

Hasil Tes Pertama dan Kedua

Soal Nomor 1 (Tes Pertama) Soal Nomor 2(Tes Pertama) Soal Nomor 3 (Tes Pertama) Soal Nomor 4 (Tes Pertama)

Namun, setelah diberi wawancara klinis dan diberi tes kedua diperoleh hasil bagan sebagai berikut.

Bagan 2Hasil Tes Pertama dan Tes Kedua

Bagan 2, memperlihatkan bahwa skor komunikasi matematis yang diperoleh siswa untuk menjawab soal tes pertama terbilang rendah. Skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 2 dan skor minimal yang diperoleh siswa alah 0. Sedangkan skor yang paling banyak diperoleh siswa adalah 1. Berdasarkan rubrik penskoran komunikasi matematis, siswa memperoleh skor 1 lasan jawaban mengarah kepada penyelesaian masalah mengenai fungsi kuadrat menggunakan sajian simbol, grafik atau tabel namun belum dapat memperjelas penyelesaian masalah mengenai fungsi kuadrat (hanya sebatas representasi). Hal ini mengindikasikan bahwa siswa hanya mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat menggunakan sebuah represent dan tidak dapat menjelaskannya.

WW AO EY TB AK SD

Hasil Tes Pertama dan Kedua

(Komunikasi Matematis)

Soal Nomor 1 (Tes Pertama) Soal Nomor 1 (Tes Kedua) Soal Nomor 2(Tes Pertama) Soal Nomor 2 (Tes Kedua) Soal Nomor 3 (Tes Pertama) Soal Nomor 3 (Tes Kedua) Soal Nomor 4 (Tes Pertama) Soal Nomor 4 (Tes Kedua)

Namun, setelah diberi wawancara klinis dan diberi tes kedua diperoleh hasil

memperlihatkan bahwa skor komunikasi matematis yang diperoleh siswa untuk menjawab soal tes pertama terbilang rendah. Skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 2 dan skor minimal yang diperoleh siswa alah 0. Sedangkan skor yang paling banyak diperoleh siswa adalah 1. Berdasarkan rubrik penskoran komunikasi matematis, siswa memperoleh skor 1 lasan jawaban mengarah kepada penyelesaian masalah mengenai fungsi afik atau tabel namun belum dapat memperjelas penyelesaian masalah mengenai fungsi kuadrat (hanya sebatas representasi). Hal ini mengindikasikan bahwa siswa hanya mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat menggunakan sebuah representasi

SD TS

Soal Nomor 1 (Tes Kedua) Soal Nomor 2 (Tes Kedua) Soal Nomor 3 (Tes Kedua) Soal Nomor 4 (Tes Kedua)

(7)

Selain itu, Bagan 2 memperlihatkan bahwa terjadi perubahan komunikasi matematis yang dimiliki oleh siswa dalam menjawab soal tes kedua. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah dilaksanakan wawancara klinis. Skor maksimal yang diperoleh oleh siswa adalah 4 dan skor minimal yang diperoleh oleh siswa adalah 3. Sedangkan skor yang paling banyak diperoleh siswa adalah 3. Berdasarkan rubrik penskoran komunikasi matematis, siswa memperoleh skor 3 apabila alasan jawaban mengarah kepada penyelesaian masalah mengenai fungsi kuadrat menggunakan minimal dua representasi yang berbeda serta dapat memperjelas penyelesaian masalah fungsi kuadrat namun masih terdapat kesalahan.

Perubahan skor hasil tes pertama dan tes kedua kesembilan subjek penelitian disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karena adanya wawancara klinis. Penggunaan wawancara klinis merupakan aspek yang penting bagi guru. Guru dapat mengetahui pemahaman dan kesalahpahaman siswa di setiap tahap dalam siklus belajar. Wawancara klinis merupakan teknik yang tepat untuk mengetahui cara berpikir siswa (Heirdsfield, 2002: 1).

Wawancara klinis merupakan teknik yang tepat untuk mengatasi kesulitan komunikasi matematis siswa karena wawancara klinis memperluas pengalaman guru tentang bagaimana cara berpikir matematis siswa. Akibatnya, guru mengetahui letak kesalahan dan kesulitan siswa dalam mengkomunikasikan gagasan matematis yang berkaitan dengan fungsi kuadrat (Heirdsfield, 2002: 13). Mengetahui kesulitan, letak kesalahan, pemikiran dan pengetahuan siswa adalah hal yang penting bagi seorang guru (Crespo dan Nicol, 2003: 1). Russ, Lee, dan Sherin (2012: 2) menambahkan bahwa wawancara klinis merupakan jendela bagi guru untuk dapat mengakses pemikiran dan pengetahuan siswa. Dengan demikian, dari informasi yang telah didapat, guru memiliki kesempatan untuk memikirkan cara yang tepat untuk mengatasi kesulitan yang dialami oleh siswa (Buschman, 2001: 224).Selain itu, hasil penelitian Nurhidayati (2013), Gusvita (2012), Lusiana (2012), dan Yanti (2012) menunjukkan bahwa penggunaan wawancara klinis dapat membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa.

Kedua, kelebihan dalam penelitian ini adalah penggunaan media tablet yang menunjang kemudahan siswa dalam memahami materi fungsi kuadrat. Hal ini sesuai dengan hasil angket respons siswa yang menyatakan bahwa media yang digunakan dalam kegiatan ini dapat memudahkan siswa untuk memahami materi fungsi kuadrat. Kemudain Anthony (2009: 157) menambahkan bawa penggunaan teknologi dapat membantu siswa dalam belajar matematika. Penggunaan suatu media sangat bermanfaat untuk mengomunikasikan ide-ide yang biasanya sulit untuk dijelaskan.

Ketiga, dalam pelaksanaan wawancara klinis peneliti menggunakan sajian multi representasi untuk mempermudah siswa dalam memahami materi fungsi kuadrat. Kastberg (2002: 7) mengungkapkan bahwa representasi memainkan seluruh peranan dalam komunikasi matematis. Karena representasi digunakan untuk menyampaikan perkiraan dari pemikiran siswa. Representasi yang digunakan oleh siswa menunjukkan pemahaman konseptual yang dimiliki mereka. Menurut Hwang, et al. (2007: 2), untuk lebih memahami kendala pembelajaran dan mengolah kemampuan berpikir kreatif siswa, guru perlu menilai

(8)

solusi dari prosedur penyelesaian siswa secara rinci terutama multi representasi. Kemampuan siswa untuk memahami konsep-konsep matematika tergantung pada kemampuan mereka untuk menerjemahkan konsep-konsep tersebut ke dalam berbagai macam representasi. Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika bila mereka diajarkan dengan berbagai macam representasi dari konsep tersebut Muti representasi terbukti dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman konseptual matematis (Gagatsis, Christou, dan Elia, 2004: 1-8).

Pada saat pelaksanaan wawancara klinis, hal yang dilakukan peneliti terhadap setiap subjek penelitian berbeda-beda. Untuk subjek RA, sebelum diberikan wawancara klinis RA mengalami kesulitan dalam merepresentasikan fungsi kuadrat dalam sajian simbolik untuk nomor 1, sajian tabel untuk nomor 3, dan sajian grafik untuk nomor 2,3, dan 4. Pada saat wawancara klinis, dilakukan beberapa hal yaitu: (1) Peneliti menjembatani (scaffolding) RA untuk memahami domain dan range fungsi kuadrat menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (2) Peneliti menjembataniRA untuk mengetahui perbedaan sistem bilangan menggunakan bantuan tabletdengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (3) Peneliti menjembataniRA untuk memahami cara membuat suatu grafik fungsi kuadrat, (4) Peneliti menjembatani RA untuk memahami informasi yang didapat dari berbagai macam sajian fungsi kuadrat secara simbolik, (5) Peneliti menjembataniRA untuk memahami unsur-unsur yang terkandung di dalam fungsi kuadrat menggunakan bantuan tabletdengan penyajian konsep secara gabungan simbolik dan grafik, (6) Peneliti menjembatani RA untuk memahami kaitan antara tabel dan grafik fungsi kuadrat dengan penyelesaian dari pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat.

Untuk subjek MT, sebelum diberikan wawancara klinis MT mengalami kesulitan dalam merepresentasikan secara tabel pada soal nomor 3 dan secara grafik pada soal nomor 2, 3, dan 4. Pada saat wawancara klinis, dilakukan beberapa hal yaitu: (1) Peneliti menjembatani MT untuk memahami domain dan range fungsi kuadrat menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (2) Peneliti menjembataniMT untuk mengetahui perbedaan sistem bilangan menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (3) Peneliti menjembataniMT untuk memahami cara membuat suatu grafik fungsi kuadrat, (4) Peneliti menjembatani MT untuk memahami informasi yang didapat dari berbagai macam sajian fungsi kuadrat secara simbolik, (5) Peneliti menjembataniMT untuk memahami unsur-unsur yang terkandung di dalam fungsi kuadrat menggunakan bantuan tabletdengan penyajian konsep secara gabungan simbolik dan grafik, (6) Peneliti menjembatani MT untuk memahami kaitan antara tabel dan grafik fungsi kuadrat dengan penyelesaian dari pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat.

Untuk subjek WW, sebelum diberikan wawancara klinis WW mengalami kesulitan dalam merepresentasikan secara tabel pada soal nomor 1 dan 4 kemudian secara grafik pada soal nomor 1, 2, 3, dan 4. Pada saat wawancara klinis, dilakukan beberapa hal yaitu: (1) Peneliti menjembatani WW untuk memahami domain dan range fungsi kuadrat menggunakan bantuan tabletdengan

(9)

penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (2) Peneliti menjembataniWW untuk mengetahui perbedaan sistem bilangan menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (3) Peneliti menjembataniWW untuk memahami cara membuat suatu grafik fungsi kuadrat, (4) Peneliti menjembatani WW untuk mengetahui cara menentukan bahwa suatu fungsi kuadrat merupakan kuadrat sempurna dari fungsi kuadrat yang lain dengan penyajian konsep secara simbolik, (5) Peneliti menjembatani WW untuk memahami informasi yang didapat dari berbagai macam sajian fungsi kuadrat secara simbolik, (6) Peneliti menjembatani WW untuk memahami unsur-unsur yang terkandung di dalam fungsi kuadrat menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik dan grafik, (7) Peneliti menjembatani WW untuk memahami kaitan antara tabel dan grafik fungsi kuadrat dengan penyelesaian dari pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat.

Untuk subjek AO, sebelum diberikan wawancara klinis AO mengalami kesulitan dalam merepresentasikan secara tabel pada soal nomor 1, 3, dan 4, sedangkan secara grafik pada soal nomor 1,2,3, dan 4. Pada saat wawancara klinis, dilakukan beberapa hal yaitu: (1) Peneliti menjembatani AO untuk memahami domain dan range fungsi kuadrat menggunakan bantuan tabletdengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (2) Peneliti menscaffolding AO untuk memahami cara membuat tabel dari suatu fungsi, (3) Peneliti menjembataniAO untuk memahami cara membuat suatu grafik fungsi kuadrat, (4) Peneliti menjembatani AO untuk mengetahui cara menentukan bahwa suatu fungsi kuadrat merupakan kuadrat sempurna dari fungsi kuadrat yang lain dengan penyajian konsep secara simbolik, (5) Peneliti menjembatani AO untuk memahami informasi yang didapat dari berbagai macam sajian fungsi kuadrat secara simbolik, (6) Peneliti menjembataniAO untuk memahami unsur-unsur yang terkandung di dalam fungsi kuadrat menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik dan grafik, (7) Peneliti menjembatani AO untuk memahami kaitan antara tabel dan grafik fungsi kuadrat dengan penyelesaian dari pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat.

Untuk subjek EY, AK, dan SD sebelum diberikan wawancara klinis EY, AK, dan SD mengalami kesulitan dalam merepresentasikan secara tabel pada soal nomor 1, 3, dan 4, sedangkan secara grafik pada soal nomor 1, 2, 3, dan 4. Pada saat wawancara klinis, dilakukan beberapa hal yaitu: (1) Peneliti menjembatani EY, AK, dan SD untuk memahami cara menentukan pembuat nol fungsi dari suatu fungsi kuadrat dengan penyajian konsep secara simbolik, (2) Peneliti menjembatani EY, AK, dan SD untuk memahami domain dan range fungsi kuadrat menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (3) Peneliti menjembataniEY, AK, dan SD untuk mengetahui perbedaan sistem bilangan menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (4) Peneliti menjembatani EY, AK, dan SD untuk mengetahui cara membuat tabel suatu fungsi, (5) Peneliti menjembataniEY, AK, dan SD untuk memahami cara membuat suatu grafik fungsi kuadrat, (6) Peneliti menjembatani EY, AK, dan SD untuk mengetahui cara menentukan bahwa suatu fungsi kuadrat merupakan

(10)

kuadrat sempurna dari fungsi kuadrat yang lain dengan penyajian konsep secara simbolik, (7) Peneliti menjembatani EY, AK, dan SD untuk memahami informasi yang didapat dari berbagai macam sajian fungsi kuadrat secara simbolik, (8) Peneliti menjembataniEY, AK, dan SD untuk memahami unsur-unsur yang terkandung di dalam fungsi kuadrat menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik dan grafik, (9) Peneliti menjembatani EY, AK, dan SD untuk memahami kaitan antara tabel dan grafik fungsi kuadrat dengan penyelesaian dari pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat

Untuk subjek TB, sebelum diberikan wawancara klinis TB mengalami kesulitan dalam merepresentasikan secara tabel pada soal no 3 dan 4, secara grafik pada soal nomor 2, 3, dan 4. Pada saat wawancara klinis, dilakukan beberapa hal yaitu: (1) Peneliti menjembatani TB untuk memahami cara menentukan pembuat nol fungsi dari suatu fungsi kuadrat dengan penyajian konsep secara simbolik, (2) Peneliti menjembatani TB untuk memahami domain dan range fungsi kuadrat menggunakan bantuan tabletdengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (3) Peneliti menjembataniTB untuk memahami cara membuat suatu grafik fungsi kuadrat, (4) Peneliti menjembatani TB untuk mengetahui cara menentukan bahwa suatu fungsi kuadrat merupakan kuadrat sempurna dari fungsi kuadrat yang lain dengan penyajian konsep secara simbolik, (5) Peneliti menjembatani TB untuk memahami informasi yang didapat dari berbagai macam sajian fungsi kuadrat secara simbolik, (6) Peneliti menjembataniEY untuk memahami unsur-unsur yang terkandung di dalam fungsi kuadrat menggunakan bantuan tabletdengan penyajian konsep secara gabungan simbolik dan grafik, (7) Peneliti menjembatani TB untuk memahami kaitan antara tabel dan grafik fungsi kuadrat dengan penyelesaian dari pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat.

Untuk subjek TS, sebelum diberikan wawancara klinis TS mengalami kesulitan dalam merepresentasikan secara simbolik pada soal nomor 3 dan 4, secara tabel pada soal nomor 1, 3, dan 4, sedangkan secara grafik pada soal nomor 1, 2, 3, dan 4. Pada saat wawancara klinis, dilakukan beberapa hal yaitu: (1) Peneliti menjembatani TS untuk memahami cara menentukan pembuat nol fungsi dari suatu fungsi kuadrat dengan penyajian konsep secara simbolik, (2) Peneliti menjembatani TS untuk memahami domain dan range fungsi kuadrat menggunakan bantuan tabletdengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (3) Peneliti menjembataniTS untuk mengetahui perbedaan sistem bilangan menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan simbolik, tabel, dan grafik, (4) Peneliti menjembatani TS untuk mengetahui cara membuat tabel suatu fungsi, (5) Peneliti menjembataniTS untuk memahami cara membuat suatu grafik fungsi kuadrat, (6) Peneliti menjembatani TS untuk mengetahui cara menentukan bahwa suatu fungsi kuadrat merupakan kuadrat sempurna dari fungsi kuadrat yang lain dengan penyajian konsep secara simbolik, (7) Peneliti menjembatani TS untuk memahami informasi yang didapat dari berbagai macam sajian fungsi kuadrat secara simbolik, (8) Peneliti menjembataniTS untuk memahami unsur-unsur yang terkandung di dalam fungsi kuadrat menggunakan bantuan tablet dengan penyajian konsep secara gabungan

(11)

simbolik dan grafik, (9) Peneliti menjembatani TS untuk memahami penyelesaian soal penerapan fungsi kuadrat dengan penyajian konsep gabungan secara simbolik, tabel, dan grafik, (10) Peneliti menjembatani TS untuk memahami kaitan antara tabel dan grafik fungsi kuadrat dengan penyelesaian dari pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat.

Hasil angket respons yang diberikan peneliti kepada 9 subjek penelitian memperkuat bahwa wawancara klinis berbantuan tablet berbasis multi representasi merupakan teknik yang tepat untuk mengatasi kesulitan komunikasi matematis yang dialami siswa. Diketahui bahwa 9 subjek penelitian memberikan respons yang positif terhadap pelaksanaan kegiatan wawancara klinis ini. Rata-rata subjek penelitian merasa bahwa mereka lebih berani dan lebih mampu mengkomunikasikan gagasan matematis mereka setelah kegiatan wawancara klinis ini. Siswa juga merasa senang dan merasa bahwa kegiatan wawancara klinis ini sangat bermanfaat bagi mereka. Mereka beranggapan bahwa kebutuhan dan bimbingan yang tidak mereka peroleh dalam kelas diperoleh mereka dalam kegiatan ini serta mereka dapat mengkonsultasikan masalah yang mereka hadapi selama ini. Selain itu, wawancara klinis ini juga membuat mereka lebih memahami materi fungsi kuadrat dan media yang digunakan dalam wawancara klinis ini dapat memudahkan mereka dalam memahami materi fungsi kuadrat.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan umum bahwa wawancara klinis berbantuan tablet berbasis multi representasi dapat membantu mengatasi kesulitan komunikasi matematis siswa dalam materi fungsi kuadrat dengan langkah-langkah: (1) Memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemikiran siswa dan kesulitan komunikasi matematis siswa dalam materi fungsi kuadrat, dan (2) Memberikan

treatment kepada siswa untuk mengatasi kesulitan yang siswa alami.Komunikasi matematis siswa dalam materi fungsi kuadrat terbilang rendah. Skor yang paling banyak diperoleh siswa dalam menjawab soal tes pertama yaitu 1. Hal ini mengindikasikan bahwa kecenderungan komunikasi matematis siswa hanya sekedar merepresentasikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat tanpa dapat memperjelas penyelesaian masalah tersebut.

Kecenderungan komunikasi matematis siswa sebelum diberikan wawancara klinis adalah merepresentasikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat tanpa dapat memperjelas penyelesaian masalah tersebut. Sedangkan kecenderungan komunikasi matematis siswa setelah diberikan wawancara klinis adalah siswa dapat mengomunikasikan gagasan matematis dengan simbolik, tabel, dan grafik untuk memperjelas keadaan atau masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat. Hal ini menandakan bahwa wawancara klinis memberikan dampak positif yang sangat baik untuk mengatasi kesulitan komunikasi matematis siswa dalam materi fungsi kuadrat. Adapun perubahan persentase rerata skor komunikasi matematis yang diperoleh siswa yaitu dari 30,56% menjadi 82%.

(12)

Respons siswa sangat baik dalam pelaksanaan wawancara klinis berbantuan

tablet berbasis multi representasi. Kecenderungan siswa merasa bahwa: (1) mereka lebih berani dan lebih mampu mengkomunikasikan gagasan matematis mereka setelah kegiatan wawancara klinis ini, (2) kegiatan wawancara klinis ini sangat bermanfaat bagi mereka, (3) kebutuhan dan bimbingan yang tidak mereka peroleh dalam kelas diperoleh mereka dalam kegiatan ini serta mereka dapat mengkonsultasikan masalah yang mereka hadapi selama ini, dan (4) lebih memahami materi fungsi kuadrat dan media yang digunakan dalam wawancara klinis ini dapat memudahkan mereka dalam memahami materi fungsi kuadrat. Hal ini dapat dilihat dari rerata skor hasil angket respon dengan persentase respons sebesar 89%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) penelitian ini sebaiknya tidak dilaksanakan pada bulan Ramadhan karena memerlukan waktu yang cukup lama dalam pengerjaan tes pertama dan tes kedua, (2) penelitian ini sebaiknya dilaksanakan tidak lama dari waktu saat materi ini diberikan untuk menghindari efek lupa pada siswa, (3) guru sebaiknya menggunakan wawancara klinis dalam mengatasi kesulitan yang dialami oleh siswa untuk membantu siswa mengatasi kesulitan yang mereka alami, dan (4) bagi peneliti yang ingin mengkaji penelitian ini lebih lanjut, sebaiknya memperhatikan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini

DAFTAR RUJUKAN

Anthony, Glenda dan Malshaw, Margareth. 2009. Characteristics of Effective Teaching of Mathematics: A View from the West.[On-line] Available:

educationforatoz.org/[Akses: 20 Maret 2013]

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Buschman, Larry. 2001. Using Student Interviews to Guide Classroom Instruction: An Action Research Project.[On-line] Available:

www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/recordDetail[Akses: 5 Maret 2013] Crespo, Sandra and Nicol, Cynthia. 2003. Learning to Investigate Students’

Mathematical Thinking: The Role of Student Interviews.[On-line] Available: www.msu.edu [Akses: 29 Juli 2013]

Hwang, et al. 2007. Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System. [On-line] Available: www.ifets.info/journals/10_2/17.pdf[Akses: 20 Maret 2013]

(13)

Kastberg, Signe e. 2002. Understanding Mathematical Concepts: The Case Of The Logarithmic Function. [On-line] Available: jwilson.coe.uga.edu. [Akses: 28 Juli 2013]

Luitel, Bal Chandra. 2009. Representation: Revisited. [On-line] Available:

www.geocities.ws/.../Representation-revisited.pdf[Akses: 7 Maret 2013] NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics.USA: NCTM

Russ, Rosemary S. Lee, Victor R and Sherin, Bruce R. 2012. Framing in Cognitive Clinical Interviews About Intuitive Science Knowledge: Dynamic Student Understandings of The Discourse Interaction. [On-line] Available: digitalcommons.usu.edu [Akses: 29 Juli 2013]

Schorr, dkk. 2010. Using the Clinical Interview Method to Examine Children’s Mathematical Thinking.[On-line] Available:

ccnmtl.columbia.edu/.../VITAL_AERA_2010_A[Akses: 5 Maret 2013] Sulipan. 2010. Penelitian Deskriptif Analitis Berorientasi Pemecahan Masalah.

[On-line] Available: goeroendeso.files.wordpress.com/ [Akses: 19 Maret 2013]

Umar, Wahidin. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika. Dalam STKIP Siliwangi (ed.) Infinity. Bandung: STKIP Siliwangi Bandung. (1) Jurnal

Yuniawatika. 2011. Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi React Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Sekolah Dasar. [On-line] Available: jurnal.upi.edu/[Akses: 4 Maret 2013]

Gambar

Tabel 1 Pemberian Wawancara Klinis Berbantuan Tablet Berbasis Multi  Representasi  Pertanyaan dalam  Wawancara Klinis Kemampuan Siswa  Sebelum Wawancara  Klinis Treatment yang diberikan Kemampuan Siswa  Sesudah Wawancara Klinis  Apa yang terlintas di

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah ikhlas yang terdapat dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi seorang muslim (pendidik dan anak didik)

Dan sihir, sebagai sesuatu yang dapat dipelajari (jadi bersifat “ilmiah”), adalah hasil kemampuan yang masih dibatasi oleh gejala lingkungan hidup lahiri, sedangkan mukjizat

Nilai yang mendeteksi 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi model dependen (Gujarati,

Mengenai adanya nabi yang diturunkan di Jawa, atau sebenarnya di mana saja, ada beberapa cara pendekatan yang bisa digunakan yang diambil dari al-Qur’an sendiri, bahwa tidak ada

Indonesia, sedangkan variabel net profit margin, return on equity, debt equity ratio, current ratio, secara parsial tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan

DAU, DAK, Dana Bagi Hasil bersama dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber dana daerah yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan di tingkat

Variabel pengetahuan,sikap,perilaku mempunyai hubungan bermakna secara statistik dan praktis terhadap pemanfaatan PIK-R, Pengetahuan tinggi berpeluangmemanfaatkan PIK

Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan responden dengan kondisi fisik baik lebih banyak dibandingkan dengan reponden dengan