• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Pengolahan Tanah dan Kompos Jerami Padi Sesudah Padi di Bayas Jaya Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Pengolahan Tanah dan Kompos Jerami Padi Sesudah Padi di Bayas Jaya Riau"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Upaya memenuhi kebutuhan pangan termasuk jagung nasional dihadapkan pada tantangan besar, yakni kebutuhan yang besar dan terus meningkat sejalan dengan pertum-buhan jumlah penduduk, sementara disisi lain luas lahan pertanian makin terbatas dan kua-litasnya makin merosot. Kondisi ini perlu disikapi dengan bijaksana agar lahan yang ter-batas tersebut dapat menghasilkan produksi yang tinggi dan kelestariannya tetap terjaga. Hal ini penting karena penggunaan lahan yang makin intensif bila tidak dibarengi dengan penerapan kaedah konservasi akan

mendo-rong terjadinya kerusakan lahan baik kimiawi maupun fisik yang pada gilirannya akan mengakibatkan penurunan daya dukung dan produktifitasnya.

Sebagai salah satu bagian dari sistem ketahanan pangan, sub sektor tanaman pa-ngan memiliki peranan yang sangat penting dalam sub sistem produksi/penyediaan bahan pangan. Produksi bahan pangan domestik te-lah menunjang sebahagian besar penyediaan berbagai kebutuhan pangan nasional. Bahkan untuk komoditas beras yang merupakan ke-butuhan pokok masyarakat Indonesia, telah mampu berswasembada sejak tahun 1984

Peningkatan Produktivitas Jagung

Melalui Pengolahan Tanah dan Kompos Jerami Padi

Sesudah Padi di Bayas Jaya Riau

Yunizar

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau

Jl. Kaharuddin Nasution 341 Km.10 Padang Marpoyan Pekanbaru Kotak Pos. 1020, Telp. (0761) 35641,674205,674206

Fax. (0761) 674206; E-mail bptpriau@yahoo.com

Abstrak

Penelitian lapangan telah diksanakan pada musim hujan 2007 di Desa Bayas Jaya Kabupaten Indragiri Hilir Riau yang tanahnya merupakan lahan pasang surut dengan tipologi lahan potensial, tipe luapan B. Secara Klimatologis lokasi termasuk tipe iklim B1 (Oldeman), dimana 9 bulan berturut -turut merupakan bulan basah (CH > 200 mm) dan kurang sari 3 bulan kering berturut-turut. (CH <100 mm). Penelitian ini bertujuan 1) mendapatkan pengolahan tanah yang tepat untuk jagung sesudah padi pada lahan pasang surut tipe potensial dan 2). mendapatkan takaran kompos jerami padi yang tepat untuk jagung sesudah padi pada lahan pasang surut tipe potensial. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Faktorial dalam Kelompok Acak Kelompok dengan dua faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah sistem pengolahan tanah yang terdiri dari 3 taraf yaitu T1: pemakaian herbisida glifosat dengan takaran 5 l/ha; T2: olah tanah dalam barisan dan T3: olah tanah dalam (20–30cm). Sedangkan untuk Faktor Kedua adalah takaran kompos jerami padi dengan taraf M1: tanpa mulsa M2: 2 ton/ha M3: 4 ton/ha dan M4: 6 ton/ha. Pengamatan meliputi tinggi tanaman, tinggi tongkol, Panjang tongkol, Jumlah baris per tongkol, lingkaran tongkol, bobot 100 biji. Sistem pengolahan tanah berinteraksi dengan takaran jerami terhadap panjang tongkol dan hasil jagung. Hasil jagung tertingi diperoleh dari olah tanah dalam barisan dengan pemberian kompos jerami padi dengan takaran 6 t/ha (5,6 t/ha), sedangkan hasil terendah didapatkan dari olah tanah dalam (20 – 30 cm) dengan tanpa kompos jerami padi (3,0 t/ha).

(2)

(beras) walaupun dalam perjalanannya utama pada dekade-dekade tahun-tahun ter-akhir (sejak tahun 1993) mengalami fluktuasi dan defisit lagi. Selain beras komoditi pangan lainnya seperti jagung, kedelai, kacang tanah dan komoditi sumber karbohidrat lainnya juga telah berperan banyak dalam menunjang keta-hanan pangan nasional. (Jafar, 2002)

Penyiapan lahan tanpa olah (TOT)ta-nah merupakan salah satu alternatif peng-olahan tanah untuk jagung selain penyiapan lahan dengan olah tanah sempurna (OTS). Sistem olah tanah sempurna tanpa disadari memicu terjadinya degradasi lingkungan dan menurunnya produktifitas tanah. Bila dihu-bungkan dengan derasnya gaung kekurangan tenaga kerja di tingkat petani dan diperparah oleh rendahnya minat generasi muda untuk terjun ke bidang pertanian tanaman pangan, dirasakan perlunya teknoklogi alternatif dan prospektif untuk dintroduksikan dan dikem-bangkan pada beberapa agroekosistem budi-daya tanaman pa-ngan yang sekaligus dapat mengkonservasi sumberdaya lingkungan yang diharapkan mampu meningkatkan pendapat-an petpendapat-ani secara berkelpendapat-anjutpendapat-an.

Hasil penelitian menunjukkan pada lahan pasang surut tidak mutlak dilakukan OTS karena cukup air tersedia, rawan hara beracun, tenaga kerja terbatas dan relatif luasnya garapan (Hosen et al.,1998; Lamid et al., 2000). Selanjutnya untuk mengatasi akibat buruk OTS dapat dilakukan dengan penerapan OTK terutama TOT. Aplikasi TOT di lapangan sangat berkait dengan penggunaan herbisida purna tumbuh, sistemik dan non-selektif un-tuk mengendalikan gulma dan sisa tanaman sebelumnya. (Bangun dan Syam, 1989; Lamid, 1998). Penelitian bertujuan 1) mendapatkan pengolahan tanah yang tepat untuk jagung

sesudah padi pada lahan pasang surut tipe potensial, dan 2). mendapatkan takaran kom-pos jerami padi yang tepat untuk jagung sesudah padi pada lahan pasang surut tipe potensial di Bayas Jaya Riau.

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di lahan peta-ni Desa Bayas Jaya Kabupaten Indragiri Hilir Riau pada Musim Hujan 2007. Lokasi pene-litian merupakan lahan pasang surut dengan tipologi lahan potensial. Secara klimatologis lokasi termasuk tipe iklim B1 (Oldeman), di-mana 9 bulan berturut-turut merupakan bulan basah (CH > 200 mm) dan 3 bulan kering (CH <100 mm). Rancangan Percobaan yang digu-nakan adalah Rancangan Faktorial dalam Ke-lompok dengan dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor Pertama adalah sistem pengolahan tanah yang terdiri dari 3 taraf yaitu T1: pe-makaian herbisida glifosat dengan takaran 5 l/ ha; T2: olah tanah dalam barisan dan T3: olah tanah dalam (20–30 cm). Sedangkan untuk faktor kedua adalah takaran jerami padi dengan taraf M1: tanpa kompos jerami padi M2: 2 ton/ha kompos jerami padi M3: 4 ton/ ha kompos jerami padi dan M4: 6 ton/ha kom-pos jerami padi. Jagung varietas Sukmaraga ditanam dengan takaran pupuk 300 kg Urea/ ha, 100 kg SP36/ha dan 100 kg KCl/ha. Penga-matan meliputi tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, panjang tongkol, jumlah baris biji per tongkol, lingkaran tongkol, bobot 100 biji dan hasil biji.

Hasil dan Pembahasan

Pemberian kompos jerami padi belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman maupun tinggi tongkol. Artinya pemberian kompos jerami padi sampai 6 ton/ha belum

(3)

mempengaruhi tinggi tanaman dan tinggi tongkol. Namun demikian terlihat kecendrun-gan penambahan jumlah kompos jerami padi yang diberikan memberikan tinggi tanaman dan tinggi tongkol lebih baik. (Tabel 1). Pem-berian kompos jerami padi yang lebih banyak kemungkinan akan mempengaruhi pertum-buhan tinggi tanaman maupun tinggi tongkol. Pemberian 6 t kompos jerami padi memberi-kan tinggi tanaman, dan tinggi tongkol tertinggi, yaitu 191,90 cm dan 94 cm, sedang-kan tanpa pemberian kompos jerami padi memberikan tinggi tanaman dan tinggi tong-kol terendah, yaitu 172,00 cm dan 76,80 cm (Tabel 1).

Pengolahan tanah juga tidak berpenga-ruh nyata terhadap tinggi tanaman dan tinggi tongkol (Tabel 2). Namun demikian perlakuan olah tanah dalam barisan memberikan tinggi tanaman maupun tinggi tongkol terbaik

(160,86 cm dan 86,80 cm). Hal ini disebabkan kondisi tanah di sekitar perakaran lebih baik dan mengurangi terjadinya evaporasi. Sedang-kan perlakuan olah tanah 20–30 cm memberi-kan tinggi tanaman dan tinggi tongkol teren-dah. Hal ini disebabkan dengan pengolahan yang lebih dalam serta menyeluruh di ham-paran lahan akan menyebabkan luas permu-kaan tanah jadi lebih besar yang akan meng-akibatkan evaporasi tanah akan lebih besar, sehingga kehilangan air dari tanah akan se-makin besar. Apabila curah hujan tidak begitu banyak/mencukupi kebutuhan tanaman, tana-man akan kekurangan air.

Pengaruh takaran kompos jerami padi terhadap jumlah baris per tongkol, diameter tongkol dan bobot 100 biji jagung di Bayas Ja-ya, Riau disajikan pada Tabel 3. Terlihat bah-wa pemberian kompos jerami padi sampai 6 Tabel 1. Pengaruh takaran mulsa jerami padi terhadap tinggi tanaman dan tinggi letak

tongkol jagung di Bayas Jaya, Riau 2007

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT

Takaran mulsa jerami (t/ha) Tinggi tanaman (cm) Tinggi tongkol (cm)

0 172,00 a 76,80 a

2 175,72 a 77,61 a

4 182,20 a 90,10 a

6 191,90 a 94,00 a

Tabel 2. Pengaruh Pengolahan tanah tanah terhadap tinggi tanaman dan tinggi tongkol jagung di Bayas Jaya, Riau, 2007

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT

Penyiapan lahan Tinggi tanaman (cm) Tinggi tongkol (cm)

Glifosat 154,65 a 83,15 a

Olah tanah dalam barisan 160,86 a 86,80 a Olah tanah 20-30 cm 157,00 a 82,44 a

(4)

ton/ha belum mempengaruhi pertumbuhan jumlah baris per tongkol, diameter tongkol maupun bobot 100 biji. Hal ini disebabkan karena pemberian kompos jerami padi baru pada musim pertama sehingga belum berpe-ngaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pola pertumbuhan jumlah baris per tongkol, dia-meter tongkol dan bobot 100 biji nampak ber-banding lurus dengan pemberian kompos je-rami padi, semakin tinggi jumlah pemberian kompos jerami padi. Semakin baik pertum-buhan jumlah baris per tongkol, diameter tongkol dan bobot 100 biji.

Cara penyiapan lahan belum mempe-ngaruhi jumlah baris per tongklol, diameter tongkol dan bobot 110 butir (Tabel 4). Akan tetapi terlihat kecendrungan perlakuan olah

tanah dalam barisan memberikan hasil ter-baik. Untuk perlakuan olah tanah 20–30 cm memberikan hasil terendah, baik untuk jum-lah baris per tongkol, maupun diameter tong-kol dan bobot 100 biji.

Pemberian kompos jerami padi dan pengolahan tanah memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan panjang tongkol jagung di Bayas Jaya Riau (Tabel 5). Panjang tongkol tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan antara pemberian kompos jerami padi sebanyak 4 ton/ha dengan pengolahan tanah dalam barisan (17,1 cm). Sedangkan panjang tongkol terpendek diperoleh pada kombinasi perlakuan antara pengolahan 20 – 30 cm dengan tanpa pemberian kompos jerami padi (14,0 cm). Hal ini disebabkan oleh Tabel 3. Pengaruh takaran mulsa jerami padi terhadap jumlah baris per tongkol,

diameter tongkol dan bobot 100 biji jagung di Bayas Jaya, Riau, 2007

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT

Takaran mulsa jerami

(t/ha) Jumlah baris per tongkol Diameter tongkol (cm) Bobot 100 biji (g)

0 12,33 a 4,43 a 28,43 a

2 12,67 a 4,47 a 28,93 a

4 13,00 a 4,50 a 29,63 a

6 13,67 a 4,63 a 30,17 a

Penyiapan lahan Jumlah baris per

tongkol Diameter tongkol (cm) Bobot 100 biji (g)

Glifosat 12,25 a 4,53 a 27,30 a

Olah tanah barisan 13,5 a 4,5 8 a 29,63 a Olah tanah 20-30 cm 13,0 a 4, 48 a 28,45 a Tabel 4. Pengaruh pengolahan tanah terhadap jumlah baris per tongkol, diameter tongkol dan bobot 100 biji jagung di Bayas Jaya, Riau, 2007

(5)

pengaruh baik dari kompos jerami padi mau-pun olah tanah dalam barisan. Keuntungan dari pemberian kompos jerami padi adalah meningkatnya kapasitas tanah memegang air, mengurangi evaporasi, menambah bahan or-ganik tanah, mengurangi gulma yang pada akhirya akan mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Olah tanah dalam barisan akan mem-buat tanah di sekitar perakaran akan menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar akan le-bih baik yang pada akhirnya akan menyebab-kan serapan hara oleh tanaman amenyebab-kan me-ningkat.

Hasil pipilan kering jagung dipenga-ruhi secara nyata denganpemberian kompos jerami padi dan pengolahan tanah (Tabel 6). Hasil pipilan kering tertinggi diperoleh dari

kombinasi perlakuan pemberian 6 ton kom-pos jerami padi dengan pengolahan tanah da-lam barisan yaitu 5,6 ton/ha. Sedangkan hasil pipilan kering terendah diperoleh dari per-lakuan tanpa pemberian kompos jerami padi dengan pengolahan dalam 20 – 30 cm yaitu 3,1 ton/ha.

Dalam menstabilkan agregat tanah maka senyawa organik memegang peranan sa-ngat penting disamping bahan lain seperti ok-sida besi, okok-sida aluminium serta liat (Lynch

et al., 1985). Pemberian mulsa jerami padi atau dari bahan tanaman lainnya sebagai sum-ber bahan organik tanah akan menyumbang-kan senyawa organik sehingga mampu me-ningkatkan stabilitas agregat. Senyawa orga-nik dapat menstabilkan agregat tanah dengan Tabel 5. Pengaruh interaksi takaran mulsa jerami padi dan pebgolahan tanah terhadap

panjang tongkol jagung di Bayas Jaya Riau, 2007

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT

Penyiapan lahan Takaran Mulsa jerami

(t/ha) Glifosat 5 l/ha Olah tanah dalam barisan Olah tanaha 20-30 cm

0 14,1 c 14,3 c 14,0 c

2 14,1 c 15,5 b 16,1 b

4 16,7 a 17,0 a 16,5 ab

6 16,7 a 17,1 a 16,4 ab

Tabel 6. Pengaruh interaksi takaran mulsa jerami padi dan pengolahan tanah terhadap hasil jagung di Bayas Jaya Riau, 2007

Penyiapan lahan Takaran mulsa jerami

t/ha Glifosat 5 l/ha Olah tanah dalam barisan Olah tanah 20-30 cm

M1 3,3 c 3,4 c 3,1 c

M2 4,4 b 4,5 b 4,1 bc

M3 5,2 a 5,1 a 4,9 b

(6)

cara pengikatan dan menyelubungi ikatan patikel primer tanah atau dengan pengikatan lebih lanjut dari butir-butir agregat yang telah terbentuk (Tisdall, 1994).

Pengolahan tanah yang intensif se-hingga menjadikan tanah mengalami proses oksidasi yang berlebihan akan memacu de-komposisi aerobik terhadap senyawa organik di dalam tanah. Kondisi inilah yang menjadi-kan agregat tanah menjadi rendah nilai stabilitasnya.

Kesimpulan

1. Pemberian kompos jerami padi sampai 6 ton/ha maupun pengolahan tanah tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanam-an, tinggi tongkol jagung, jumlah baris/ tongkol, diameter tongkol dan bobot 100 biji.

2. Kombinasi pemberian kompos jerami padi dengan cara pengolahan tanah memberi-kan pengaruh nyata terhadap panjang tongkol. Panjang tongkol tertinggi diper-oleh dari pemberian kompos jerami 6 ton/ ha dengan olah tanah dalam barisan (17,1 cm). Sedangkan panjang tongkol terendah diperoleh dari tanpa pemberian kompos jerami padi dengan olah tanah dalam 20 – 30 cm (14,0cm).

3. Kombinasi pemberian kompos jerami padi dengan cara pengolahan tanah memberi-kan pengaruh nyata terhadap hasil pipilan kering jagung. Hasil pipilan kering jagung tertinggi diperoleh dari pemberian kompos jerami padi 6 ton/ha dengan olah tanah dalam barisan (5,6 t/ha). Sedangkan hasil pipilan kering jagung terendah diperoleh dari tanpa pemberian kompos jerami padi dengan olah tanah 20 – 30 cm (3,1 t/ha).

Daftar Pustaka

Bangun, P dan M.Syam, 1989. Pengendalian gulma pada padi. Hlm. 579 – 600, da-lam Padi, buku 2, M. Ismunadji et al

(penyunting). Puslitbangtan Bo-gor. Bistok, HS. 1997. Pengaruh Pemberian Pupuk

Kandang, Terra Contem dan Blue Green Algae terhadap Karakteristik fisik Ultisol (Tidak dipublikasikan (UKSW).

Hosen. N., Z. Lamid, Zul Irfan dan Asyiardi, 1998. Kajian ekonomi penggunaan herbisida pada Persiapan Lahan Tanpa Olah Tanah dan Pengendalian Gulma pada Budidaya Padi Pasang Surut di Sumatera Selatan. Hal. 516 – 523

dalam Prod. Seminar Nasional VI Budidaya Tanaman Pangan – Olah Ta-nah Konservasi, Z. Irfan (Penyunting) HIGI. Padang.

Jafar, M,H. 2002. Manfaat dan prospek budi-daya olah tanah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Budidaya Olah tanah Konservasi, Kon-tribusi Olah Tanah Konsevasi dalam Memperkokoh Ketahanan Pangan di Indonesia, Himpuna Gulma Indonesia, Fakultas Pertanian UPN Jogyakarta, 30 Juli 2002.

Lamid, Z., E. Saragih dan R Sutanto, 2000. Peluang Penggunaan Herbisida Glifo-sat dalam Pengembangan Budi daya Pengolahan Tanah Konservasi Tana-man pangan pada lahan Pasang Surut. Hlm, 253 – 264. Dalam Prosid. Sem. Nas. Penelitian dan Pengembangan Lahan Rawa, Buku 1. E. E Ananto et al. (Penyunting) Puslitbang. Tanaman Pangan Bogor.

Lynch, JM and Elain 1985. Microorganism and soil agregate Stablity. Advances in Soils science. Vol. 2.

Tisdall. J. 1994. Mycorhizae and soils conser-vation, 15 th World Congress of Soil Science. Vol. 14a Acapulco, Mexico.

Referensi

Dokumen terkait

tinggi tertentu dan Pejabat Fungsional Utama tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. •   Pengisian JPT dilakukan melalui promosi dari PNS yang berasal dari

Kepras adalah penebangan sisa tanaman rata dengan permukaan tanah, yang bertujuan untuk merawat tunggul tebu bekas tebangan agar tunas baru dapat tumbuh sehat, seragam/homogen

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti, pengembangan modul layanan bimbingan dan konseling bidang pribadi berbasis nilai wasaka suku banjar di SMAN 12

Türkçe öğretiminde, proje tabanlı öğrenme yöntemiyle desteklenen basamaklı öğretim programıyla öğretim yapılan deney grubu ile mevcut programdaki eğitim

L.2.5 Ekstraksi Biji Kelor Moringa oleifera dengan Pelarut NaCl Biji kelor - Sebanyak 1 g serbuk biji kelor diekstrak dalam 100 mL larutan NaCl dengan konsentrasi 1 M -

Tujuan penelitian untuk mengamati aktivitas enzim monooksigenase pada populasi nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.. Penelitian dilaksanakan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana variabel independen yaitu biaya penyusunan (X1), luas wilayah (X2), jumlah tenaga ahli (X3), sumber biaya (X4), jenis bantuan

salina sebagai bahan fortifikasi pangan dapat diaplikasikan dalam bentuk serbuk, tablet, kapsul, minuman kaleng, permen dan bahan campuan yang ditambahkan pada makanan lainnya