i
HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DAN KECEMBURUAN PADA WANITA DEWASA AWAL YANG
BERPACARAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Stenny Prawitasari
NIM: 099114049
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
“ Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN, percayalah
kepada-Nya maka IA akan bertindak (Mazmur 37:5) ”
“ Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang
menaruh harapannya pada TUHAN (Yeremia 17:7) ”
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu
kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur (Filipi 4:6)”
“Bersandarlah kepada TUHAN, percayalah pada dirimu
dan beranilah bermimpi - NN”
v
Karya yang sederhana dan tidak sempurna ini,
saya persembahkan secara khusus kepada :
TUHAN YESUS atas segala berkat dan pernyertaan-Nya
Papa, Mama dan Adek tersayang atas doa dan dukungannya
Yohannes yang selalu menyemangati dan menguatkan
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaiman layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 7 Januari 2014 Penulis
vii
HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DENGAN KECEMBURUAN PADA WANITA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN
Stenny Prawitasari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan tidak aman dengan kecemburuan pada wanita dewasa awal yang berpacaran. Dalam penelitian ini kecemburuan diukur dengan skala Jealousy-Evoking Partner Behavior dan kelekatan tidak aman diukur dengan skala ECR-R ( Experience In Close Relationship Questionnaire Revised). Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 120 wanita dewasa awal yang berpacaran. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Pearson menunjukkan adanya korelasi negatif antara kelekatan tidak aman dan kecemburuan pada wanita (-0.234).
viii
THE RELATION BETWEEN INSECURE ATTACHMENT AND JEALOUSY IN DATING EARLY ADULT WOMEN
Stenny Prawitasari
ABSTRACT
The aim of this research is to determine the relation between insecure attachment with jealousy in dating early adult women. In this research, jealousy was measured by Jealousy-Evoking Behavior Partners Scale and insecure attachment was measured by ECR-R (Experience in Close Relationship Questionnaire Revised). Subjects were evolved for this research were 120 early adult women in romantic relationship. The result with the Pearson’s Analyst showed a negative correlation between insecure attachment and jealousy in women (-0.234).
Keywords : Attachment, Jealousy, Women, Dating
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
ix
Nama : Stenny Prawitasari
Nomor Mahasiswa : 099114049
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“Hubungan Antara Kelekatan Tidak Aman dan Kecemburuan Pada Wanita Dewasa Awal yang Berpacaran”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
x
Kata Pengantar
Pertama-tama penulis mengucap puji syukur dan terima kasih atas berkat dan kasih karunia yang Tuhan Yesus berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kelekatan Tidak Aman dengan Kecemburuan pada Wanita Dewasa Awal yang Berpacaran” oleh karena
pimpinan dan kasih-Nya.
Skripsi ini dapat selesai pula dengan adanya dukungan dari pihak-pihak lain. oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Heri Widodo, S.Psi., M.Psi. atas semangat dan bimbingannya yang dengan sabar telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak pak, maaf selalu merepotkan bapak. Tuhan memberkati selalu pak. 2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si atas bimbingan dan masukannya sebagai
dosen penguji
3. Ibu Agnes Indar Etikawati M.Si., Psi atas bimbingan dan masukannya sebagai dosen penguji
4. Bapak Cornelius Siswo Widyatmoko, M.Psi sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
xi
Tuhan. Makasi mama papaku sayang udah biayain kuliah dan hidup kakak selama di Jogja. Tuhan akan balaskan itu semua melalui berkat Tuhan yang luar biasa
6. Adekku tercinta yang kadang nyebelin tapi juga ngangenin, Meisya Pratantia, atas dukungan dan doanya yang selalu menemani selama ini. Sukses buat kuliahmu ya nyooo.. jangan khawatir masalah perkuliahan hari Sabat, Tuhan pasti memberi jalan keluar yang nggak kita duga. Tetap berdoa dan melayani Tuhan yg utama selain berusaha semaksimal mungkin.
7. Johannes Ruhupatty, orang yang selalu setia menemani saya saat saya dalam keadaan tertekan, sedih, senang dan sukacita. Orang yang selalu memberikan semangat dan dukungan penuh dengan memberikan perhatian, kasih sayang dan pengingat untuk selalu menyerahkan segala sesuatunya sama Tuhan dan meyakinkan Tuhan sudah merencanakan yang terbaik buat saya. Makasi banyak buat semuanya, bersyukur Tuhan mempertemukan kita di kota yang Istimewa ini Tuhan memberkati selalu dan sukses buat tesisnya
8. Buat Ibu dan Bapak Ruhupatty yang di Cirebon yang selalu mendoakan saya, terimakasih banyak bu, pak, semoga sehat-sehat selalu dan TUHAN memberkati.
xii
bisa ketemu kalian disini. Makasi buat dukungannya dan doanya. Semangat buat kalian, aku pasti bakal kangen kalian banget.
10.Teman-teman seperjuangan skripsi, Rani, Ginza, Elok dan Laksmi. Perjuangan kita hampir selesai, walaupun banyak banget rintangan yang kita alami selama ngerjain skripsi, tapi Tuhan sudah berkati kita sampe tahap akhir ini. Sukses buat masa depan kita semua dan makasih buat dukungan yang menguatkan untuk progres skripsi ini.
11.Makasi buat staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mas Muji selama aku jadi asisten praktikum. Buat Mas Doni, Mbak Nanik dan Mas Gandung makasi buat kerjasamanya semua dan maaf sudah merepotkan hehehe Tuhan memberkati selalu.
12.Buat teman-teman relawan di FSG Tunas Bangsa RS. Sardjito, senang bisa berdinamika dengan kalian, mendapat pengalaman yang sangat berharga untuk mendampingi anak-anak penderita kanker darah. Makasi buat dukungannya semua
xiii
14.Keluarga kecilku di Jogja yang luar biasa, seluruh anggota Keluarga Mahasiswa Advent Yogyakarta. Puji Tuhan bisa sama-sama melayani di Yogyakarta dan mendukung satu sama lain buat tetap melayani Tuhan dan mempertahankan iman walaupun jauh dari orang tua dan pergumulan akan hari Sabat. Kalian luar biasa dan Tuhan pasti memberkati kita semua. Makasi buat sharing, canda tawa yang selalu kita lakukan setiap bertemu. Pasti bakal kangen kalian semua. Semangat buat kalian dan tetap pertahankan apa yang sudah kita imani karna Tuhan sudah merancang rencana yang indah buat kita kalau kita percaya kepada Tuhan.
15.Keluarga kecilku yang lain yang nda akan dilupakan, GOBLIN! Teman-teman SMA yang walaupun kita punya kesibukan masing-masing dan berpencar-pencar tapi tetap saling kontak dan mendukung penuh teman-teman yang lainnya. Intan, Sheilla, Diana, Lia, Qonie, Lucia, Dian, Awanis, Riana, Nina, Medi, Dita, David, Herdiko, Adzmy, Adit dan Andira. Kalian semua unik dan ngangenin banget.. makasi buat kebersamaannya sampai bertemu di kota yang udah kita janjikan dulu 16.Sahabat masa kecil yang walaupun jauh tapi tetap selalu dihati.. Keke,
Stevi, Elysa, Cha-Cha, Chyntia makasi buat dukungan dan bantuannya yaa, pengen ketemu kalian semua full team
xiv
18.Buat semua teman-teman yang berpartisipasi membantu mengisi kuesioner, makasi banyak dan pihak-pihak lain yang mendukung dan mendoakan, smoga Tuhan berkati kalian semua. Terimakasih banyak yaa.
Semoga skripsi yang belum sempurna ini dapat menjadi berkat dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xv
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
1. Manfaat Teoritis ... 10
xvi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Dewasa Awal ... 11
1. Pengertian ... 11
2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 14
3. Ciri-ciri Sosio Emosi ... 15
B. Kecemburuan (Jealousy)... 16
1. Pengertian ... 16
2. Komponen Cemburu ... 17
3. Proses Terjadinya Cemburu ... 18
4. Faktor Penyebab ... 19
C. Kelekatan Tidak Aman (Insecure Attachment) ... 23
1. Pengertian ... 23
2. Tipe-tipe Kelekatan ... 26
3. Dampak Kelekatan ... 28
D. Dinamika Hubungan Kelekatan Tidak Aman dan Kecemburuan30 1. Bagan hubungan kelekatan tidak aman dan kecemburuan33 E. Hipotesis ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Variabel Penelitian ... 35
C. Definisi Operasional ... 35
xvii
E. Metode Pengambilan Sample ... 37
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 37
1. Metode Pengumpulan Data ... 37
2. Alat Pengumpulan Data ... 38
G. Kredibilitas Alat Ukur ... 40
1. Validitas ... 40
2. Reliabilitas ... 41
3. Seleksi Item ... 41
H. Metode Analisis Data ... 45
1. Uji Asumsi ... 45
2. Uji Hipotesis ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 46
B. Hasil Penelitian ... 46
1. Data Demografis ... 46
2. Uji Asumsi ... 48
C. Hasil Penelitian ... 50
D. Statistik Deskriptif ... 51
E. Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
xviii
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Sebelum Uji Coba ... 39
Tabel 3.2 : Cetak Biru Kecemburuan Sebelum Uji Coba ... 40
Tabel 3.3 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba I ... 42
Tabel 3.4 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba II ... 42
Tabel 3.5 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba III ... 43
Tabel 3.6 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba IV ... 44
Tabel 3.7 : Cetak Biru Kecemburuan Setelah Uji Coba I ... 44
Tabel 4.1 : Data Demografis Usia Subjek Penelitian ... 47
Tabel 4.2 : Normalitas Variabel Penelitian ... 49
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Laporan Survei Penelitian ... 61
Lampiran 2 : Skala Uji Coba ... 64
Lampiran 3 : Skala Penelitian ... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri
satu sama lain. Mereka saling berinteraksi dalam keseharian untuk memenuhi
kebutuhan satu sama lain. Hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih
dan memiliki ketergantungan yang saling membutuhkan satu sama
lain secara konsisten disebut dengan hubungan interpersonal (Sarwono,
2009).
Hubungan interpersonal memiliki bermacam-macam bentuk, salah
satunya adalah relasi romantis (romantic relationship). Relasi romantis ini merupakan salah satu tugas perkembangan individu yaitu mencari pasangan.
Tugas perkembangan ini juga harus dipenuhi oleh individu dewasa muda
(Papalia, Olds & Feldman, 2007) .
Erikson (dalam Santrock, 1994) menyatakan bahwa masa dewasa
awal adalah masa keintiman versus isolasi. Erikson menambahkan bahwa
dalam masa ini individu menjalin relasi dengan orang lain. Pada masa dewasa
awal, seseorang akan mencoba untuk menjalin hubungan baik dengan sesama.
Hal ini di tambahkan pula oleh Havigurst (dalam Hurlock, 1990) yang
menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang menjadi karakteristik
masa dewasa awal adalah memilih pasangan hidup. Individu memilih
dua individu yang berlawanan jenis yang disebut sebagai berpacaran
(romantic relationship). Hubungan berpacaran ini memiliki dinamika antara dua orang yang berbeda karakteristik yang menyebabkan timbulnya
permasalahan. Permasalahan yang biasa terjadi dalam hubungan berpacaran
salah satunya adalah masalah cemburu.
Cemburu (jealousy) merupakan suatu pengalaman dengan adanya ancaman pada hubungan romantis dan menyebabkan adanya perilaku yang
dirancang untuk dapat tetap mempertahankan hubungan dengan pasangannya
(De Silva dalam Easton & Shackelford, 2009). Cemburu dapat pula
didefinisikan sebagai suatu respons terhadap ketidaksetiaan partner, baik yang
bersifat nyata maupun imajinasi. Rasa cemburu muncul ketika seseorang
merasa terancam akan kehilangan hubungan yang disebabkan oleh orang
yang dianggap sebagai pesaingnya. Kecemburuan pada individu muncul
ketika menjalani hubungan bersama pasangannya yang diliputi dengan
perasaan takut, curiga, tidak percaya, cemas, marah, merasa dikhianati,
merasa ditolak, terancam dan merasa kesepian (Brehm, 1992). Cemburu
dapat pula didefinisikan sebagai suatu respon permusuhan secara emosional
yang nyata terhadap pasangan dan potensi akan adanya ketertarikan pada
pihak ketiga (Bringle & Buunk, 1986).
Cemburu meliputi keseluruhan emosi seperti merasa cemas, takut,
merasa tidak aman, marah, sedih, iri, merasa bersalah dan frustasi (Zammuner
& Fischer dalam Bevan & Hale, 2006). Cemburu terdiri dari komponen
kecemburuan emosional meliputi emosi negatif dari iri hati, kecemasan,
ketidaknyamanan, kemarahan, kecemburuan, ketakutan, ktidaknyamanan,
kekhawatiran dan kekecewaan (Bevan & Hale, 2006). Secara konsisten,
penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki kecemburuan yang sangat
besar secara emosional walaupun tidak menutup kemungkinan wanita juga
memiliki kecemburuan secara seksual. Prof. Heymans (Kartono, 2006)
menyatakan bahwa kaum wanita memiliki perasaan yang pada
pengalaman-pengalaman tertentu sehingga mempunyai emosional yang sangat kuat.
Wanita yang memiliki emosi yang kuat akan lebih cepat bereaksi dan lebih
cepat untuk berkecil hati, bingung takut dan cemas. Hal ini menyebabkan
wanita lebih mudah merasa depresi. Kecemburuan emosional pada wanita
akan berdampak negatif pada wanita tersebut.
Cemburu merupakan salah satu dari tiga prediktor yang kuat terhadap
kekerasan pada wanita (O’Leary, Slep, & O’Leary, 2007). Cemburu memiliki konsekuensi secara positif dan negatif. Efek cemburu secara positif dapat
dilihat sebagai bentuk cinta, afeksi, perhatian dan kesetiaan terhadap
pasangan (Salovey & Rodin, 1985). Namun di sisi lain, kecemburuan yang
tinggi akan menimbulkan adanya kekerasan, perceraian dalam rumah tangga
bahkan sampai kepada kematian (Buss, 2000).
Adanya kasus kematian yang disebabkan adanya perasaan cemburu
dilakukan oleh Melanie Jane Smith. Dalam kasus ini Smith membunuh
seorang wanita bernama Shiers. Pembunuhan ini dilakukan dengan cara
kediaman Shiers dan meninggal karena menghirup asap tersebut. Hal ini
disebabkan adanya kecemburuan pada Smith yang menuduh Shiers telah
berhubungan seksual dengan kekasihnya (di sadur dari The Telegraph News
9:19PM 10 Apr 2001).
Kasus lain berasal dari seorang wanita bernama Yuliati (25) yang
berasal dari Semarang yang merasa curiga dan cemburu karena pasangannya
masih memiliki hubungan dengan mantan istrinya. Kecemburuan ini
menyebabkan Yuliati menaiki Tower Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(Sutet) setinggi 50 meter pada tanggal 7 September 2013 (Di sadur dari
Okezone.news 13:05 Wib).
Berdasarkan data dari Komnas Perlindungan Anak yang menerima
pengaduan sebanyak 2.518 kasus perceraian pada tahun 2011. Kasus
perceraian ini terdapat 819 kasus yang penyebab utamanya adalah
kecemburuan dan lebih dari setengah kasus perceraian tersebut digugat oleh
wanita (disadur dari Gresnews pada Kamis, 29 Maret 2012, 19:10:07 WIB).
Kasus tersebut mendukung data survey (Danastri dkk, 2013) yang didapatkan
hasil bahwa dari 96 perempuan terdapat 3 orang yang tidak pernah cemburu
dan 11 dari 93 perempuan menyatakan bahwa mereka sangat sering cemburu.
Dari hasil survei secara keseluruhan diketahui bahwa sebagian besar perilaku
dan karakteristik saingan yang menyebabkan wanita cemburu antara lain
pasangan yang masih memiliki hubungan dan menceritakan mengenai mantan
kekasih atau masa lalu, perilaku pasangan yang berlebihan terhadap lawan
melakukan kontak fisik dengan lawan jenis, pasangan yang menghabiskan
banyak waktu dengan subjek dan karakter saingan yang memiliki nilai lebih
pada penampilan dan kemampuan inteligensi, serta perilaku saingan yang
agresif terhadap pasangan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa adanya kecemburuan
romantis dikaitkan dengan sejumlah dampak negatif seperti depresi,
perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan ketidakpuasan dalam berelasi
(Pines & Aronson, 1983). Pernyataan tersebut juga didukung Guerrero and
Jorgensen (1991) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa kecemburuan
berhubungan negatif dengan kelanggengan pernikahan dan berhubungan
positif dengan masalah perceraian atau perpisahan.
Kecemburuan pada wanita merupakan suatu tanda bahwa pasangan
mereka mungkin memiliki keterlibatan secara emosional dan
menginvestasikan sumber daya yang dimiliki kepada wanita lain (Buss dalam
Easton&Shackelford, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa wanita memiliki
kecemburuan yang sangat besar secara emosional dibandingkan dengan pria
(Sagarin dalam Easton&Shackelford, 2009). Dalam penelitian Easton dan
Shackelford (2009) memprediksikan bahwa wanita memiliki presentase yang
sangat besar dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki kecemburuan yang
tidak wajar akan menggunakan benda yang terdekat yang menimbulkan
adanya kekerasan, mencoba untuk membunuh dan ketika ia benar-benar
wanita dua kali lebih banyak melakukan pembunuhan dibandingkan pria yang
diakibatkan adanya kecemburuan (Harris, 2004)
Penelitian dari Miler (dalam Wisnuwardani, 2002) menunjukkan
bahwa cemburu disebabkan oleh siapa dan apa yang membuat individu
tersebut cemburu. Hansen (dalam Bringle dan Buunk 1991) menyebutkan
bahwa kecemburuan juga dapat disebabkan oleh hobi, teman-teman
pasangan, pekerjaan, bahkan karena keluarga pasangan. Buunk (dalam
Brehm, 1992) menambahkan bahwa wanita merasa cemburu karena
keyakinan pada dirinya bahwa apabila hubungan dengan pasangannya
berakhir, ia akan sulit mendapatkan hubungan lain. Hal ini juga ditambahkan
oleh Guerrero dan Andersen (1998) yang menyatakan bahwa kecemburuan
cenderung terjadi ketika orang menduga bahwa mereka memiliki resiko
kehilangan makna dalam suatu hubungan.
Menurut Miller (dalam Wisnuwardani, 2002) tinggi rendahnya
kecemburuan individu terkait beberapa hal yang berhubungan dengan
ketergantungan (dependency) dalam hubungan dengan pasangan. Salah satu bentuk ketergantungan itu adalah gaya attachment dimana individu yang membutuhkan perhatian akan lebih mudah cemburu dibandingkan dengan
individu yang mandiri.
Bowlby (dalam Wigman, Archer & Kevan, 2008) mengatakan bahwa
kelekatan adalah ikatan kedekatan emosional antara anak dan pengasuhnya.
Adapun kelekatan ini berkaitan atau berkelanjutan hingga individu memiliki
hubungan pada masa dewasa sangat dipengaruhi oleh apa yang terjadi selama
masa kanak-kanak, khususnya dalam hubungan anak-pengasuh (Collins &
Read, 1990). Hal ini juga didukung dengan pernyataan Hazan dan Shaver
(dalam Collins & Read, 1990) yang menyatakan bahwa penggunaan teori
kelekatan bayi digunakan sebagai kerangka kerja untuk meneliti bagaimana
hubungan cinta dewasa terkait dengan interaksi orang tua-anak pada masa
awal. Kelekatan ini terdiri dari dua tipe yaitu kelekatan yang aman dan tidak
aman.
Hazan dan Shaver mulai menerjemahkan tipologi yang dikembangkan
oleh Ainsworth et al. (dalam Collins & Read, 1990) bahwa terdapat tiga jenis
kelekatan pada hubungan orang dewasa. Dalam penelitiannya tersebut
terdapat kategori yang mencirikan diri responden yaitu kelekatan aman
(secure), kelekatan cemas (anxiety) dan kelekatan menghindar (avoidant). Individu yang memiliki kelekatan aman memiliki hubungan yang ditandai
dengan kebahagiaan, kepercayaan, dan persahabatan, sedangkan individu
yang memiliki kelekatan tidak aman memiliki hubungan yang ditandai oleh
emosi tinggi dan rendah, kecemburuan, dan obsesif terhadap pasangan
mereka. Orang dewasa dengan kelekatan cemas memiliki keragu-raguan yang
berlebihan pada dirinya dan merasa disalahpahami oleh orang lain, sedangkan
orang dewasa aman merasa disukai dan percaya bahwa orang lain secara
umum memiliki tujuan dan niat yang baik.
Seseorang yang memiliki gaya kelekatan yang aman memiliki harga
lain sehingga ia akan lebih menghargai komitmen dan akan membentuk
hubungan yang lama serta menghindari permusuhan atau konflik. Hal ini
menunjukkan bahwa kelekatan aman memiliki kecemburuan yang kecil
dikarenakan individu merasa nyaman dalam hubungan interpersonal (Baron
& Bryne, 2005).
Seseorang yang memiliki gaya kelekatan tidak aman akan cenderung
memiliki perasaan yang kurang nyaman dalam menjalani hubungan dengan
pasangannya sehingga mereka tidak memiliki kepercayaan yang besar
terhadap pasangannya serta tidak memiliki ketergantungan yang besar
terhadap pasangannya yang menyebabkan mereka tidak terlalu menginginkan
hubungan yang terlalu dekat atau intim terhadap pasangannya(Baron &
Bryne, 2005).
Seseorang yang memiliki gaya kelekatan kecemasan cenderung
memberikan segalanya bagi pasangan yang ia cintai. Mereka memiliki kadar
kecemasan yang tinggi yang karena mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa
adanya orang lain yang mencintai dirinya dan meninggalkannya. Mereka
khawatir pasangannya tidak mencintai dirinya seperti ia mencintai
pasangannya yang menyebabkan ia merasa cemas, takut akan kehilangan
orang yang ia sayangi sehingga timbullah rasa cemburu yang berlebihan
terhadap pasangannya (Baron & Bryne, 2005).
Penelitian Bringle dan Evenbeck (dalam Mathes, Phillips, Skowran &
positif dan signifikan dengan indikasi harga diri yang rendah, kecemasan,
ketidakpuasan dalam hidup.
Menurut Rydell dan Bringle (2007) kecemburuan terdiri dari dua jenis
yaitu kecemburuan reaktif dan kecemburuan dengan curiga. Kecemburuan
reaktif harus lebih erat berkaitan dengan faktor eksternal (misalnya,
ketergantungan, situasi sosial, hubungan kepercayaan), sedangkan
kecemburuan dengan curiga berkaitan erat dengan faktor internal (misalnya,
ketidakamanan, harga diri). Hal ini juga ditambahkan Mathes dan Savera
(1981) bahwa salah satu bentuk spesifik dari ketidakamanan dan kesepian di
masa lalu mengakibatkan peningkatan pada kecemburuan.
Buunk, Guerrero, Sharpsteen dan Kirkpatrick (dalam Knobloch,
Solomon & Cruz, 2001) menyatakan bahwa kecemasan dalam suatu
hubungan secara khusus meningkatkan kecemburuan yang dialami. Secara
konsisten penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki gaya
kelekatan cemas lebih cemburu dibandingkan dengan orang-orang yang
memiliki gaya kelekatan yang aman. Penelitian menyatakan bahwa wanita
lebih banyak memiliki kelekatan yang cemas dibandingkan dengan pria yang
identik dengan kelekatan menghindar (Mikulincer&Goodman, 2006).
Dari berbagai penelitian, peneliti menarik kesimpulan bahwa gaya
kelekatan tidak aman merupakan salah satu penyebab adanya kecemburuan
Dengan demikian, peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan antara
kecemburuan yang terjadi pada wanita yang menjalin hubungan berpacaran
dengan gaya kelekatan yang dialami oleh pasangan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah ada hubungan antara tipe kelekatan tidak aman dengan
kecemburuan pada wanita dewasa awal.
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi
kelekatan tidak aman dengan kecemburuan pada wanita dewasa awal yang
menjalin hubungan berpacaran
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam ilmu
psikologi khususnya dalam bidang psikologi sosial serta hubungan dengan
relasi sesama.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan khususnya bagi wanita yang berpacaran untuk dapat melihat
dampak-dampak yang ditimbulkan akibat rasa cemburu yang dimiliki
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dewasa Awal
1. Pengertian
Masa dewasa awal merupakan suatu masa dimana individu mencari kemantapan dan masa yang reproduktif. Makna dari masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah, ketegangan emosi, periode komitmen, masa ketergantungan dan penyesuaian diri terhadap pola hidup yang baru (Hurlock dalam Jahja 2011). Rentang usia dewasa awal adalah (18-30 tahun).
1.1. Ciri Dewasa Awal
Masa dewasa dapat dikatakan sebagai masa yang sulit karena pada masa ini individu dituntut untuk dapat hidup mandiri dan melepaskan ketergantungannya dengan orang tua.
Hurlock (dalam Jahja, 2011) menguraikan ciri-ciri masa dewasa awal yaitu:
a. Masa Pengaturan
Individu pada masa ini akan “mencoba-coba” sebelum
individu sudah menemukan pola hidup yang sesuai dengan kebutuhannya, maka ia akan mengembangkan pola perilaku, sikap dan nilai yang akan menjadi sesuatu yang khas selama hidupnya.
b. Masa Usia Produktif
Masa-masa ini adalah masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah dan bereproduksi karena organ reproduksi ini sudah sangat produktif untuk menghasilkan keturunan.
c. Masa Bermasalah
Masa ini dikatakan masa yang sulit dan bermasalah dikarenakan individu harus menyesuaikan dirinya untuk penyeseuaian dengan peran barunya yaitu pekerjaan dan perkawinan. Apabila individu tidak dapat menyesuaikan dengan peran barunya tersebut maka hal ini akan menimbulkan masalah karena adanya faktor-faktor seperti kurang siap dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan peran yang baru yang menyebabkan individu kaget dengan peran yang dikerjakan secara bersamaan dan tidak adanya bantuan dari orang tua atau orang lain untuk menyelesaikan masalah tersebut.
d. Masa Ketegangan Emosional
Emosi individu pada masa ini cenderung bergelora dan mudah tegang. Namun pada saat memasuki usia 30-an, individu cenderung tenang dan stabil dalam emosi.
e. Masa Komitmen
Individu akan mulai menyadari mengenai pentingnya arti komitmen sehingga akan membentuk tanggung jawab, komitmen yang baru dan pola hidup yang berbeda pula.
f. Masa Ketergantungan
Pada masa ini individu masih memiliki ketergantungan dengan orang tua atau organisasi yang mengikatnya hingga di akhir usia 20 tahun.
g. Masa Perubahan Nilai
Perubahan nilai yang terjadi pada masa dewasa dikarenakan adanya pengalaman dan hubungan sosial yang semakin luas. Nilai-nilai yang dimaksud disini adalah nilai-nilai yang meningkatkan kesadaran yang positif.
h. Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Saat individu memasuki masa dewasa maka individu tersebut memiliki rasa tanggung jawab yang lebih karena akan memiliki peran ganda sebagai orang tua dan pekerja.
i. Masa Kreatif
minat, kemampuan dan kesempatan yang dimiliki individu tersebut.
2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Hurlock menyebutkan bahwa ada dua hal yang menunjukkan tugas perkembangan dewasa awal. Hal tersebut adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian membuat keputusan. Sedangkan, menurut Erikson (dalam Santrock, 1994), masa dewasa awal adalah masa keintiman versus isolasi. Erikson menambahkan bahwa dalam masa ini, sebelum individu menjalin relasi dengan orang lain, individu tersebut harus terlebih dahulu mengerti siapa dirinya dan bagaimana caranya untuk menjadi mandiri.
Tahap dewasa muda individu mulai karier dan pada tahap ini individu memulai kariernya dan mencari pasangan intim untuk membangun hubungan berpacaran yang lebih serius atau bahkan hingga membangun sebuah rumah tangga (Santrock, 2008)
Masa dewasa awal merupakan masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan remaja. Dalam masa ini individu dituntut untuk tidak bergantung dengan orang tua dan mulai belajar hidup mandiri dikarenakan adanya peran dan tugas yang baru.
baik dan dapat beradaptasi dengan aspek pragmatis kehidupannya. Pada masa dewasa, individu akan menyadari akan adanya perbedaan pendapat dan perspektif orang lain (Santrock, 1995).
3. Ciri-ciri Sosio Emosi
Hasil penelitian menujukkan bahwa 20 tahun pertama dalam kehidupan bisa memprediksi kehidupan sosioemosi pada usia dewasa. (Mc Adams & Olsen; Sroufe, Coffino, & Carlson, dalam Santrock,2012) 3.1 Temperamen
Tempramen merupakan suatu gaya perilaku dan karakteristik respons emosional yang sifatnya individual. Pada masa dewasa awal, sebagian besar individu memperlihatkan adanya perubahan suasana hati dibandingkan ketika masa remaja; dalam masa dewasa ini mereka lebih bertanggung jawab dan lebih jarang berperilaku yang mengandung resiko (Caspi dalam Santrock, 2012).
3.2 Cinta yang romantis
Cinta yang romantis adalah hal yang sangat penting khususnya bagi mahasiswa perguruan tinggi. Hal ini diakibatkan oleh karena dalam penelitian Berscheid, Synder, dan Omoto (dalam Santrock, 1995) ditemukan bahwa lebih dari separuh responden mengatakan bahwa kekasih memiliki hubungan dekat dengan mereka dibandingkan dengan orang tua.
B. Kecemburuan (Jealousy)
1. Pengertian
Cemburu merupakan suatu tanda yang memberitahukan bahwa ada sesuatu yang salah yang terjadi dalam hubungan yang dirasakan oleh salah seorang dalaam konteks hubungan tersebut (Duck, dalam Rahardjo, Rachmatan & Lee, 2011).
Cemburu (jealousy) merupakan respons terhadap ketidaksetiaan partner baik yang bersifat nyata maupun imajinasi. Rasa cemburu muncul ketika seseorang merasa terancam akan kehilangan hubungan yang penting yang disebabkan oleh rival dan yang memiliki hubungan dengan perasaan takut, curiga, tidak percaya, cemas, marah, merasa dikhianati, merasa ditolak, terancam dan merasa kesepian (Brehm, 1992).
Menurut Davis (dalam Buunk, Angletner, Oubaid&Buss, 1996) memjelaskan bahwa cemburu merupakan suatu reaksi ketakutan dan kemarahan untuk melindungi, memelihara dan menjaga hubungan dalam berelasi. Hal ini juga ditambahkan oleh Hansen bahwa kecemburuan merupakan suatu reaksi untuk melindungi dari perasaan terancam pada nilai suatu hubungan yang dari situasi dimana pasangan terlibat dengan orang lain atau beraktifitas dengan orang lain (Bevan&Hale, 2006) .
Gurnee (dalam East & Walts, 1999) mendefinisikan cemburu sebagai suatu perasaan yang terjadi dan timbul dalam diri individu karena seseorang yang dipersepsikan milik dia ternyata mendapat perhatian dari orang lain.
Dari pengertian cemburu diatas dapat disimpulkan bahwa cemburu merupakan respons terhadap adanya perasaan atau ancaman nyata yang muncul akibat adanya rasa takut kehilangan pasangan dan bentuk dari rasa tidak percaya, cemas, marah dan merasa terancam serta kehilangan nilai dari hubungan tersebut..
2. Komponen Cemburu
Dalam Knobloch, Solomon & Cruz (2001), komponen cemburu dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Cognitive Jealousy
Kecemburuan ini terjadi bila seseorang merasa ragu-ragu dan khawatir dengan kesetiaan pasangannya. Kecemburuan ini menunjukkan adanya ketidakpercayaan terhadap kesetiaan pasangan dalam hubungan (Pfeiffer & Wong dalam Knobloch, Solomon & Cruz, 2001)
b. Emotional Jealousy
amanan dan kekecewaan (Sharpsteen & Kirkpatrick dalam Knobloch, Solomon & Cruz, 2001
3. Proses Terjadinya Cemburu
Menurut White dan Mullen (Panke dan Asendorpf, 2001) proses terjadinya cemburu terdiri dari lima proses, yaitu :
a. Primary Appraisal (penilaian awal)
Proses ini merupakan awal terjadinya kecemburuan pada individu. Primary appraisal dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : 1) faktor hubungan yang meliputi kwalitas dan tipe hubungan, 2) faktor karakteristik ancaman yang meliputi tipe dan beratnya ancaman. b. Secondary Appraisal (penilaian kedua)
c. Emotional Reaction (reaksi emosional)
Keadaan emosional dan intensitas respon individu ketika cemburu sangat beragam dan bermacam-macam. Ketika cemburu seseorang dapat mengalami emosi yang negatif, seperti kemarahan pada pasangan atau pihak ketiga, kecemasan akan kehilangan hubungan dengan pasangan, distress emosional dan fisik, depresi dan sedih. Terkadang individu juga mengalami emosi yang positif, dimana akan muncul perasaan gembira, cinta dan lebih hidup.
4. Faktor Penyebab
Brehm (2002) menyatakann terdapat dua aspek yang dapat menyebabkan seseorang cemburu yaitu :
a. Faktor Personal
Pada dasarnya antara pria dan wanita Baik pria maupun wanita pada dasarnya tidak berbeda kecenderungan dalam hal cemburu. Namun, terdapat perbedaan-perbedaan individual yang dapat menyebabkan seseorang lebih mudah merasakan cemburu yaitu : 1. Dependence
beberapa orang masih tetap mempertahankan hubungan yang mereka jalin meskipun menyakitkan bagi mereka karena individu tersebut berfikir bahwa mereka tidak memiliki alternatif lain di luar hubungan yang mereka jalin (Choice & Lamke dalam Miller, 2002). Sikap dependence juga erat kaitannya dengan sikap posesif yang hadir, dimana seseorang yang bergantung dengan pacarnya akan berusaha sekuat mungkin untuk menjaga dan mengawasi setiap gerak-gerik dari pasangannya (Caroll, 2005 dan Pinto & Hollandsworth dalam Brehm, 1992)
2. Mate Value
melakukan atau mendapatkan orang lain yang lebih baik dari mereka.
3. Sexual Exclusivity
Individu yang memiliki nilai sexual exclusivity menginginkan dan mengharapkan pasangannya tetap setia hanya kepada dirinya saja dan tidak mengizinkan pasangannya untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain atau aktivitas intim lainnya. Hal ini menyebabkan semakin besar orang yang memiliki nilai ini akan mengalami kecemburuan.
4. Past Experience
b. Berdasarkan Sifat Stimulus Terjadinya Kecemburuan
Buss (dalam Brehm 2002) menyatakan bahwa yang dapat menimbulkan kecemburuan diakibatkan oleh adanya ketidaksetiaan (infidelity) yang dilakukan oleh pasangan. Buss membagi stimulus tersebut dalam dua bentuk, yaitu :
1. Kecemburuan Seksual
Kecemburuan seksual adalah kecemburuan yang terjadi dikarenakan adanya ketidaksetiaan seksual yang dilakukan pasangan. Ketidaksetiaan seksual adalah ketidaksetiaan yang dilakukan pasangan bersama pihak ketiga yang melibatkan hubungan fisik, seperti pelukan, ciuman dan hubungan seksual. 2. Kecemburuan Emosional
C. KelekatanTidak Aman (InsecureAttachment)
1. Pengertian
Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby yang kemudian dilengkapi oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969 (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua (Mc Cartney dan Dearing, 2002).
Bowlby berpendapat bahwa seorang bayi dengan kelekatan aman akan merasa bahwa pengasuh adalah sumber kenyamanan dan perlindungan ketika kebutuhan mereka muncul. Sedangkan bayi dengan kelekatan tidak aman tidak mengalami kenyamanan dan perlindungan secara konsisten dari pengasuhnya ketika suatu ancaman muncul (Cassidy & Shaver, 2008). Hal ini juga sejalan dengan Ainsworth (1978) dimana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tipe kelekatan didasarkan pada reaksi bayi ketika berpisah dari pengasuhnya dan ketika bertemu kembali dengan pengasuhnya (Feeney & Noller, 1996). Dengan adanya perbedaan kualitas kelekatan hubungan individu, Aisnworth membagi kelekatan menjadi dua kategori dasar yaitu kelekatan aman dan kelekatan tidak aman. Dalam kategori kelekatan tersebut tidak hanya menggambarkan bagaimana perilaku seseorang dengan pengasuh atau figur lekatnya melainkan bagaimana persepsi seorang bayi adanya pengasuh atau respon bayi terhadap pengasuh. Seseorang yang memiliki kelekatan tidak aman dengan pengasuh utama mereka sejak kecil, akan menemui kesulitan ketika mereka membangun suatu hubungan dengan orang lain di masa depan (Cassidy & Shaver, 2008).
maupun anxiety attachment akan merasa tidak nyaman dengan hubungan yang mereka jalin.
Bartholomew (1991) menyatakan bahwa kelekatan dewasa memiliki dimensi yang mendasar yaitu perspektif individu terhadap orang lain (positif maupun negatif) dan perspektif individu terhadap dirinya sendiri (positif dan negatif). Kelekatan tidak aman merupakan model kerja negatif dari diri individu yang layak menerima cinta dan perhatian dari orang lain (Anxiety) atau orang lain sebagai orang yang memberi cinta dan perhatian (avoidant) yang dikembangkan dari pola pengasuhan yang didapatkan. Menurut Collins dan Read, model kerja atau working model membentuk respons secara kognitif, emosi dan perilaku individu terhadap orang lain (Fenney & Noller, 1996).
Kelekatan tidak aman merupakan suatu persepsi dimana figure lekatnya tidak sensitive, tidak merespon dan tidak berada disekitar individu yang menyebabkan dirinya mengalami distress ketika dihadapkan pada suatu ancaman. Individu yang memiliki kelekatan tidak aman adalah individu yang memiliki pengalaman yang mengancam rasa amannya (Mikulincer & Shaver, 2005). Hal ini menyebabkan individu dengan kelekatan tidak aman memiliki representasi negative terhadap figure lekatnya sehingga menyebabkan timbulnya masalah dalam suatu hubungan.
terhadap orang lain atau diri sendiri yang mempengaruhi respons pikiran, emosional dan perilaku individu terhadap pasangannya.
2. Tipe-tipe Kelekatan
Menurut Hazan dan Shaver (1987) terdapat tiga tipe kelekatan yaitu :
2.1. Tipe kelekatan aman.
Mereka yang memiliki tipe aman memiliki kepercayaan penuh terhadap orang yang dicintai. Kelekatan ini mendorong individu untuk dekat dengan orang yang dicintai tetapi tetap menjadi dirinya sendiri. Mereka yakin bahwa pasangannya adalah orang yang layak diperhatikan dan sangat memperhatikan dirinya. Mereka merasa nyaman bila bergantung pada yang dicintai. Sebaliknya mereka juga merasa nyaman bila yang dicintai bergantung pada mereka. Mereka tidak merasa khawatir ditinggalkan oleh yang mereka cintai.
2.2Tipe kelekatan menghindar
Tipe kelekatan menghindar ditandai dengan perasaan kurang nyaman mengalami suatu keintiman atau kedekatan dengan orang lain. Mereka enggan untuk percaya dan bergantung pada orang yang dicintai. Mereka akan berusaha menjaga hubungan agar tidak terlalu dekat dan intim dengan pasangannya. Penelitian yang dilakukan Fricker & Moore (2002) menunjukkan bahwa orang yang memiliki tipe kelekatan menghindar mengalami kepuasan hubungan yang rendah. Karena mereka sulit percaya dan intim kepada orang lain, akibatnya mereka sulit menikmati hubungan cinta dengan pasangan. 2.3 Tipe kelekatan cemas
Mereka yang memiliki tipe cemas mempunyai dorongan untuk mem sepenuhnberikan atau menyerahkan dirinya sepenuhnya dengan orang yang dicintai. Hal ini dilakukan karena mereka merasa tidak sanggup untuk hidup sendiri tanpa adanya orang yang dicintai yang mengakibatkan mereka mengalami kecemasan tinggi apabila ditinggalkan oleh pasangannya. Selain itu, mereka juga sangat takut apabila diabaikan dan munculnya kekhawatiran bahwa mereka tidak sungguh-sungguh dicintai oleh pasangan mereka.
ditinggalkan, dan selalu gundah apabila tidak diterima oleh pasangan. Dalam kondisi ini orang dengan tipe kelekatan ini akan sulit untuk bisa merasa berbahagia dalam jalinan cinta dan cenderung memiliki kecemburuan terhadap pasangannya.
3. Dampak Kelekatan
a. Harga diri
Individu yang memiliki harga diri yang tinggi sehingga ia merasa aman untuk berhubungan dengan orang lain sehingga ia akan lebih menghargai komitmen dan akan membentuk hubungan yang lama serta menghindari permusuhan atau konflik (Baron & Bryne, 2005). Individu yang memiliki kelekatan tidak aman menyebabkan ia memiliki harga diri yang rendah dan memiliki pemikiran negatif terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian harga diri memiliki pengaruh terhadap kecemburuan yang dimiliki seseorang.
b. Kenyamanan dengan pasangan
Individu dengan kelekatan tidak aman akan merasa tidak nyaman untuk terlalu dekat dengan pasangan. Namun sebaliknya kelekatan aman merasa sangat nyaman untuk dapat dekat dengan orang lain (Hazan & Shaver dalam Fraley dan Shaver, 2000)
c. Kepercayaan
seseorang dengan kelekatan aman memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap orang lain(Hazan & Shaver dalam Fraley dan Shaver, 2000). d. Kepuasan dalam hubungan
Individu dengan kelekatan yang tidak aman memiliki kepuasan hubungan yang rendah. Namun sebaliknya individu dengan kelekatan aman akan memiliki kepuasan hubungan yang tinggi ( Levy dan Davis dalam Feeney dan Noller, 1990).
e. Ketergantungan dengan pasangan
Individu dengan kelekatan tidak aman memiliki ketergantungan yang rendah terhadap pasangan secara khusus adalah tipe kelekatan menghindar yang memiliki hubungan yang tidak dekat dengan orang lain (Hazan & Shaver dalam Feeney & Noller, 1990 ). Sebaliknya individu dengan kelekatan aman mudah untuk bergantung pada orang lain.
f. Keintiman
D. Dinamika Hubungan Kelekatan Tidak Aman dan Kecemburuan
Individu masing-masing memiliki gaya kelekatan sendiri dan berbeda-beda. Hazan dan Shaver (dalam Collins & Read, 1990) menyatakan bahwa penggunaan teori kelekatan bayi digunakan sebagai kerangka kerja untuk meneliti bagaimana hubungan cinta dewasa terkait dengan interaksi orang tua-anak pada masa awal.
Dalam hubungan relasi yang menjadi salah satu masalah adalah mengenai kecemburuan. Salah satu faktor penyebab kecemburuan adalah dependence. Kelekatan merupakan salah satu bentuk dependency. Kelekatan terdiri dari dua bentuk yaitu kelekatan aman dan kelekatan tidak aman. Kelekatan tidak aman terdiri dari kelekatan cemas (anxiety) dan kelekatan menghindar (avoidant). Kelekatan ini dibentuk saat individu memiliki hubungan dengan pengasuhnya sejak kecil. Kelekatan inilah yang akan berkelanjutan hingga individu tersebut dewasa dan menjadikan orang lain sebagai figur lekatnya.
dengan orang lain sehingga individu memiliki kepercayaan yang rendah dan memiliki ketergantungan yang rendah dengan orang lain. Adanya rasa khawatir dan cemas ditinggalkan dengan pasangan menyebabkan individu dengan gaya kelekatan ini sulit untuk berbahagia, rasa percaya diri yang rendah sehingga mengakibatkan kepuasan dalam hubungan sangat rendah. Hal-hal seperti ini yang memicu adanya kecemburuan pada individu tersebut (Baron & Bryne, 2005). Sebaliknya seseorang yang memiliki kelekatan aman memiliki harga diri yang tinggi, percaya diri, merasa nyaman bergantung dengan orang lain yang menyebabkan individu tidak memiliki rasa khawatir ditinggalkan atau sendirian sehingga individu tersebut memiliki kepuasan dalam hubungan yang tinggi ( Levy&Davis dalam Feeney&Noller, 1990)
dengan kelekatan aman akan memiliki kepuasan dalam menjalin relasi dengan pasangan.
Individu yang memiliki kelekatan tidak aman memiliki keintiman yang rendah dan stress. Pada individu avoidant dengan adanya karakteristik menghindar untuk terlalu dekat dengan pasangan menyebabkan individu ini memiliki keintiman yang rendah. Keintiman yang rendah merupakan salah satu hal yang menyebabkan adanya kecemburuan. Pada individu anxiety dengan adanya kecemasan dan memandang negatif terhadap diri sendiri mengakibatkan individu ini memiliki keintiman yang rendah. Keintiman inilah yang berdampak pada kecemburuan. Sebaliknya individu dengan kelekatan aman memiliki keintiman dengan pasangan sehingga tidak mengalami cemburu yang berdampak negatif.
BAGAN HUBUNGAN KELEKATAN TIDAK AMAN DAN KECEMBURUAN
Harga diri tinggi
Nyaman dengan pasangan
Memiliki kepercayaan dengan pasangan dan diri Puas dalam hubungan
Nyaman bergantung pada pasangan
Memiliki keintiman yang tinggi dengan pasangan
Harga diri rendah
Kurang nyaman dengan pasangan
Kepercayaan yang rendah dengan pasangan dan diri Kurang puas dalam hubungan
Tidak nyaman bergantung pada pasangan
E. Hipotesis
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif ini menggunakan dua jenis
variabel yaitu variabel bebas (independent variable) yakni kelekatan tidak
aman dan variabel terikat (dependent variable) yakni kecemburuan.
Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauhmana variasi pada
satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain
berdasarkan koefisien korelasi (Azwar,2009)
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan konsep yang mengalami variasi nilai (Purwanto
dan Sulistyastuti, 2007). Variabel ada dua macam yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel
merupakan Dalam penelitian ini kedua variabel tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Variabel Bebas : Kelekatan Tidak Aman
2. Variabel Tergantung : Kecemburuan
C. Definisi Operasional
1. Kecemburuan
Cemburu merupakan respons terhadap ketidaksetiaan partner baik
yang bersifat nyata maupun imajinasi. Rasa cemburu muncul ketika
yang disebabkan oleh rival dan yang memiliki hubungan dengan
perasaan takut, curiga, tidak percaya, cemas, marah, merasa dikhianati,
merasa ditolak, terancam dan merasa kesepian. Variabel ini diukur
dengan menggunakan skala Jealousy-evoking Partner Behaviors. Dalam
skala ini semakin tinggi skor menunjukkan bahwa subjek memiliki
kecemburuan yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya.
2. Kelekatan Tidak Aman (Insecure Attachment )
Kelekatan tidak aman merupakan suatu persepsi dan working
model negatif terhadap orang lain atau diri sendiri yang mempengaruhi
respons pikiran, emosional dan perilaku individu terhadap pasangannya..
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala adptasi ECR
(Experiences in Close Relationship). Skala ini dapat menunjukkan tipe
kelekatan yang dimiliki oleh subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh
subjek maka akan semakin tidak aman kelekatan yang dimiliki subjek.
Sebaliknya, semakin rendah skor yang dimiliki subjek maka kelekatan
yang dimiliki subjek akan semakin aman.
D. Subjek Penelitian
Kriteria sampel adalah sebagai berikut :
1. Wanita
2. Umur 18 hingga 30 Tahun
E. Metode Pengambilan Sample
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental
sampling dan penyebaran kuesioner melalui media internet (email). Pada
penelitian ini, pemilihan subjek didasarkan pada beberapa kriteria yang sudah
diketahui sebelumnya.
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini terdapat 2 variabel penelitan yaitu Gaya Kelekatan
Dewasa (Adult Attachment) dan Cemburu (Jealousy). Untuk
mendapatkan data dari kedua variabel tersebut maka peneliti
menggunakan kuesioner dan skala Likert.
Sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya peneliti
melakukan uji coba skala terlebih dahulu terhadap 55 subjek. Setelah
dilakukan uji coba peneliti melakukan pengolahan data dan menganalisis
reliabilitas dan korelasi item totalnya. Dalam pengolahan terdapat
item-item yang gugur dengan korelasi item-item total yang kurang baik (≤ 0.3)
sedangkan item-item yang memiliki korelasi item total yang baik (≥ 0.3)
digunakan untuk pengambilan data pada penelitian yang sesungguhnya.
Pada skala kelekatan dewasa terdapat item yang bersifat favorable
dan unfavorable. Sedangkan pada skala kecemburuan tidak terdapat item
2. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala
adaptasi yaitu ECR (Experiences in Close Relationship) untuk mengukur
kelekatan tidak aman yang secara khusus mengukur tipe kelekatan
avoidant dan anxiety serta Jealousy-Evoking Partner Behavior untuk
mengukur kecemburuan terhadap pasangan.
2.1 ECR (Experiences in Close Relationship)
Skala ECR (Experiences in Close Relationship) ini diadaptasi
dan menggunakan terjemahan bolak balik oleh Bapak Siswo. Pada
Experiences in Close Relationship terdapat 7 alternatif pilihan dalam
jawaban skala yaitu yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak
Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), N (Netral), AS (Agak Setuju), S
(Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Item favorable diberi penilaian dari
angka terkecil, yaitu 1 (STS), sampai angka terbesar, yaitu 7 (SS).
Penilaian untuk item unfavorable dilakukan mulai dari angka
Tabel 3.1
Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Sebelum Uji Coba
Indikator
Skala kecemburuan yang digunakan merupakan skala
adaptasi dengan metode Likert. Jawaban subjek dinyatakan dalam 5
kategori dalam bentuk angka yaitu 1 (Semakin Tidak Cemburu), 2,
3, 4, 5 (Semakin Cemburu) dimana tiap-tiap pilihan adalah
pencerminan dari tingkat kecemburuan yang di rasakan atau
diungkapkan oleh subjek. Dalam skala yang diadaptasi Dijkstra
dkk,2010 tidak terdapat item favorable dan unfavorable. Sikap yang
ditunjukkan subjek mudah untuk diinterpretasikan dengan melihat
jumlah skor total subjek. Semakin besar jumlah total keseluruhan
kecil besar jumlah total keseluruhan menunjukkan sikap cemburu
subjek yang rendah.
Tabel 3.2
Cetak Biru Kecemburuan Sebelum Uji Coba
Indikator No. Item Jumlah
Suspicious behavior 5, 7, 9, 10,14, 18, 28, 32 8
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar,2011).
Validitas isi merupakan validitas yang digunakan dalam
penelitian ini. Validitas isi pada penelitian ini didapatkan dengan
mengkonsultasikan skala dengan orang ahli yaitu dosen pembimbing dan
orang profesional yang merupakan lulusan pendidikan Bahasa Inggris.
Apabila penampilan tes dapat meyakinkan dan memberi kesan mampu
untuk mengungkapkan apa yang akan diukur maka validitas pada tes
tersebut telah terpenuhi (Azwar, 2011).
2. Reliabilitas
Reliabilitas yang dimiliki oleh suatu pengukuran tinggi maka
pengukuran tersebut dapat dikatakan sebagai pengukuran yang reliabel.
Realibilitas memiliki beberapa nama lain seperti keajegan,
keterpercayaan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya namun konsep
pada reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya (Azwar,2011). Reliabilitas pada penelitian ini untuk dapat
melihat korelasi item total menggunakan pendekatan koefisien alpha
cronbach. Reliabilitas yang tinggi dan baik adalah yang memiliki nilai
mendekati 1.
Hasil realibilitas skala Adult Attachment dan Jealousy yang
dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 for Windows menunjukkan
hasil koefisien reliabilitas pada skala ECR sebesar 0.870 dan koefisien
reliabilitas jealousy-evoking behavior scale sebesar 0.952. Koefisien
reliabilitas pada kedua variabel tersebut merupakan koefisien dengan
nilai mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa kedua skala ini memiliki
reliabilitas yang baik.
3. Seleksi Item
3.1 Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Di Uji Coba I
Item-item penelitian ini diujicobakan terhadap 55 orang dan
dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows
untuk melihat Korelasi Item Total (Rit). Suatu item memiliki daya
item-item yang memiliki daya deskriminasi yang kurang baik
berjumlah 10 item yaitu 1, 3, 9, 16, 17, 27, 31, 33, 34.
Tabel 3.3
Cetak Biru kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba
Indikator
3.2 Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba II
Item-item dianalisis kembali agar mendapatkan daya
deskriminasi yang baik yaitu Rit ≥0.3 dan terdapat 1 item yang
gugur yaitu item nomor 7.
Tabel 3.4
Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba II
3.3 Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba III
Item-item dianalisis kembali agar mendapatkan daya
deskriminasi yang baik yaitu Rit ≥0.3 dan terdapat 1 item yang
gugur yaitu item nomor 13.
Tabel 3.5
Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba III
Indikator
3.4 Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba IV
Item-item dianalisis kembali agar mendapatkan daya
deskriminasi yang baik yaitu Rit ≥0.3 dan terdapat 1 item yang
gugur yaitu item nomor 11. Secara keseluruhan item-item yang
gugur berjumlah 13 iatem yang pada akhirnya digunakan untuk
pengambulan data pada penelitian yang sebenarnya sebanyak 23
Tabel 3.6
Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba IV
Indikator
3.5 Tabel Cetak Biru Kecemburuan Setelah Diuji Coba
Item-item dianalisis kembali agar mendapatkan daya
diskriminasi yang baik yaitu Rit ≥0.3 dan diketahui terdapat 4 item
yang gugur yaitu nomor 1, 3, 28 dan 42. Secara keseluruhan
item-item yang gugur berjumlah 4 item-item yang pada akhirnya digunakan
untuk pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya sebanyak
38 item.
Tabel 3.7
Cetak Biru Kecemburuan Setelah Uji Coba
Indikator No. Item Jumlah
H. Metode Analisis data
1. Uji Asumsi
1.1 Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan untuk
mengecek apakah data penelitan tersebut berasal dari populasi yang
sebarannya normal (Santoso, 2010). Uji normalitas ini dilakukan
dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan
metode Kolmogorov-Smirnov. Data yang penyebarannya normal
adalah data yang memiliki p > 0.05
1.2 Uji Linearitas
Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah
hubungan antarvariabel yang hendak dianalisi mengikuti garis lurus.
Uji linearitas ini dilakukan pula dengan menggunakan program SPSS
16.0 for Windows.
2. Uji Hipotesis
Uji korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian di laksanakan pada tanggal 10 Juli hingga 29 Juli 2013
dengan menyebarkan 140 skala. Skala ini terbagi dalam dua bentuk
penyebarannya yaitu dalam bentuk hardcopy dan softcopy. Skala yang
berjumlah 140 disebarkan gugur sebanyak 20 buah skala. Hal ini diakibatkan
adanya data subjek yang tidak lengkap, jawaban subjek pada skala yang tidak
terisi secara lengkap sehingga peneliti hanya menganalisi skala berjumlah 120
buah skala.
B. Hasil Penelitian
1. Data Demografis
Subjek pada penelitian ini memiliki beberapa kriteria dan salah
satunya yaitu umur. Subjek harus berumur 18 hingga 30 tahun yang
merupakan usia masa dewasa awal. Berikut adalah tabel data demografi
Tabel 4.1
Data Usia Subjek Penelitian
Usia Jumlah Presentase
18 4 3 %
19 12 10 %
20 16 13 %
21 22 18 %
22 31 26 %
23 16 13 %
24 6 5 %
25 1 1 %
26 5 4 %
27 2 2 %
28 1 1 %
29 2 2 %
30 2 2 %
2. Uji Asumsi
2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek
apakah data penelitian yang diteliti berasal dari populasi yang
sebarannya normal. Pada Uji Normalitas ini jika p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti memiliki sebaran data
yang normal, namun sebaliknya jika p < 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa data yang diteliti memiliki sebaran data yang
tidak normal (Santoso, 2010).
Berikut adalah hasil perhitungan tiap variabel dalam
perhitungan SPSS 16.0 yang menyatakan bahwa nilai p [ Asymp.
Sig. (2-tailed) ] pada Variabel X ( Adult Attachment) adalah 0.393
sedangkan nilai p [ Asymp. Sig (2-tailed) ] pada Variabel Y
(Jealousy) adalah 0.140 yang berarti bahwa kedua variabel
tersebut memiliki sebaran data yang nomal karena nilai p
Tabel 4.2
Normalitas Variabel Penelitian
Pengukuran P Keterangan
Xtotal 0.393
Ytotal 0.140 Sebaran data normal
Xanxiety 0.387
Xavoidant 0.740
2.2 Uji Linearitas
Uji asumsi linearitas digunakan untuk mengetahui apakah
hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis
lurus. Uji asumsi ini menunjukkan bahwa peningkatan atau
penurunan kuantitas si suatu variable akan diikuti secara linear
oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lain
(Santoso, 2010).
Berdasarkan hasil olah data pada scatterplot menunjukkan
bahwa penelitian ini tidak memiliki korelasi yang ditunjukkan
dengan sebaran data yang cenderung menurun kebawah. Hal ini
menunjukkan bahwa kelekatan tidak aman pada wanita memiliki
hubungan namun negatif dengan kecemburuan wanita terhadap
pasangannya.
C. Hasil Penelitian
Teknik uji korelasi merupakan teknik analisis untuk melihat
bagaimana kecenderungan pola dalam variabel berdasarkan kecenderungan
pola variabel yang lain. Teknik yang sering digunakan untuk menghitung
koefisien korelasi adalah teknik korelasi Product Momen Pearson
(Santoso,2010). Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur derajat hubungan
atau kekuatan asosiasi linier antara dua variabel yang menunjukkan arah
hubungan (positif dan negatif) antara variabel dependen dengan variabel
independen (Purwanto & Sulistyastuti, 2007). Jika besarnya nilai koefisien
korelasi antara dua variabel adalah nol berarti antara dua variabel tersebut
tidak ada hubungan. Jika besarnya nilai koefisien korelasi antara dua variabel
adalah +1 maka dua variabel tersebut memiliki hubungan yang sempurna.
Nilai koefisien korelasi yang semakin besar (mendekati +1) maka derajat
hubungan tersebut semakin tinggi begitu pula sebaliknya (Purwanto &
Sulistyasuti,2007). Pada hasil penelitian ini analisis korelasi menggunakan
SPSS 16.0 ditemukan bahwa korelasi pada variabel X dan Y adalah -0.234
D. Statistik Deskriptif (Hasil Tambahan)
1. Paired sample T-Test
Berdasarkan dari hasil perhitungan pada penelitian di atas dengan
mengunakan SPSS 16.0 diperoleh hasil bahwa mean avoidant (44.39)
lebih besar dari mean anxiety (18.83). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pada penelitian ini secara garis besar cenderung subjek memiliki
kelekatan avoidant atau menghidar
2. One Sample T-Test
Teknik ini digunakan untuk melihat besar kecilnya nilai mean
teoritis dan nilai besar mean empiris. Rumus untuk mencari mean teoritis
adalah :
( (Skor rendah x jml soal) + (skor tinggi x jml soal)) : 2
Tabel 4.3
Hasil Pengukuran Statistik Deskriptif
Pengukuran Mean Empiris Mean Teoritis P
X 31.61 92 0.000
Xanxiety 18.83 28 0.000
Xavoidant 44.39 64 0.000
Berdasarkan nilai p pada tabel diatas menunjukkan bahwa p <
0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean yang
signifikan diantara dua kelompok pembanding.
E. Pembahasan
Dalam penelitian ini dengan menggunakan program SPSS 16.0
ditunjukkan hasil analisis korelasi Pearson koefisien korelasi sebesar -0.234
dengan p 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya korelasi negatif
kelekatan tidak aman dengan kecemburuanHal ini dapat diinterpretasikan
bahwa apabila seseorang memiliki kelekatan yang tidak aman maka ia akan
cenderung mengalami ketidakcemburuan. Namun hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Hipotesis yang berbunyi “Semakin tinggi kelekatan tidak aman yang dimiliki seseorang maka akan semakin tinggi
kecemburuan seseorang terhadap pasangan”ditolak.
Dalam perhitungan SPSS 16.0 yang menyatakan bahwa nilai p [
Asymp. Sig. (2-tailed) ] pada Variabel X ( Adult Attachment) adalah 0.393
sedangkan nilai p [ Asymp. Sig (2-tailed) ] pada Variabel Y (Jealousy) adalah
0.140 yang berarti bahwa kedua variabel tersebut memiliki sebaran data yang
nomal karena nilai p masing-masing variabel lebih besar dari 0.05 ( p > 0.05).
Selain itu dalam variabel kelekatan (attachment) memperoleh hasil bahwa
mean avoidant (44.39) lebih besar dari mean anxiety (18.83). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pada penelitian ini secara garis besar cenderung subjek