PERBEDAAN KOMPETENSI GURU SEBELUM DAN SESUDAH
MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI
Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
dan Swasta di Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh: Antonius Sutrisno
NIM : 071324011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PERBEDAAN KOMPETENSI GURU SEBELUM DAN SESUDAH
MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI
Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
dan Swasta di Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh: Antonius Sutrisno
NIM : 071324011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati, membimbing, dan menyertai setiap langkahku Bapak Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada saya Romo Antonius Suparyono Pr, yang selalu memberi nasehat, mendoakan dan memberi dukungan
kepada saya
Mbak Tami dan Dik Yudi yang kusayangi Kakek dan Nenekku yang sudah beristirahat di surga Teman-temanku yang selalu memberikan support, dan
v
MOTTO
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang.
Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu
banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak
akan mengetahui masa depan jika Anda
menunggu-nunggu.
- William Feather
“Maka kata tuanya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara
viii ABSTRAK
PERBEDAAN KOMPETENSI GURU SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI
Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta
Antonius Sutrisno 071324011
Universitas Sanata Dharma 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (2) perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (3) perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (4) perbedaan kompetensi sosial guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di SMA negeri dan swasta di kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling, sampel yang diambil sebanyak 18 sekolah dengan jumlah responden 312 guru, dari jumlah populasi sebanyak 3220 guru. Data dalam penelitian ini yaitu kompetensi guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner, yang terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis uji wilcoxon, dengan taraf kesalahan 5%, serta dengan program SPSS versi 16.0 for windows.
Dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.
2. Terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.
3. Terdapat perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.
ix ABSTRAK
PERBEDAAN KOMPETENSI GURU SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI
Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta
Antonius Sutrisno Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (2) perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (3) perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, dan (4) perbedaan kompetensi sosial guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di SMA negeri dan swasta di kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling, sampel yang diambil sebanyak 18 sekolah dengan jumlah responden 312 guru, dari jumlah populasi sebanyak 3220 guru. Data dalam penelitian ini yaitu kompetensi guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner, yang terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis uji wilcoxon, dengan taraf kesalahan 5%, serta dengan program SPSS versi 16.0 for windows.
Dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
5. Terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.
6. Terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.
7. Terdapat perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.
x ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF TEACHER,S COMPETENCE BEFORE AND AFTER THE CERTIFICATION PROGRAM
A Case Study: Public and Private Senior High School Teachers in Yogyakarta
Antonius Sutrisno Sanata Dharma University
2011
The purpose of this study is to know (1) the differences in personality competence of teachers before and after the certification program, (2) the differences in pedagogic competence of teachers before and after the certification program, (3) the differences in professional competence of teachers before and after the certification program, and (4) the differences in social competence of teachers before and after the certification program.
This is a descriptive research. The study was conducted in several public and private senior high schools in Yogyakarta. The sampling technique was proporsional random sampling technique. The samples taken 18 schools with 312 teachers out of the total population of 3220 teachers. The data are the competence of teachers before and after taking the certification program. The data were collected by using questionnaires, which validity and reliability were tested previously. The data analysis techniques in this study are the wilcoxon test analysis, with 5% error level, and spss 16.0 for window version.
From the data analysis, it can be concluded as follows:
1. There are some differences in personality competence of teachers before and after the certification program.
2. There are some differences in pedagogic competence of teachers before and after the certification program.
3. There are some differences in professional competence of teachers before and after the certification program.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
limpahan berkat, rahmat, kasih dan karunianya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kompetensi Guru
Sebelum dan Sesudah Mengikuti Program Sertifikasi” . Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak yang
senantiasa berkenan membantu dengan ikhlas, tidak mungkin skripsi ini dapat
terselesaikan.
Dengan ketulusan dan keredahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung, baik moril maupun materiil sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan sekaligus Ketua
Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., yang juga dosen pembimbing I yang
selalu memberikan dukugan, semangat, masukan, kritikan, dan saran kepada
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang selalu
memberi masukan, kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd. dan
xii
Terimakasih telah mendampingi selama kuliah, serta yang telah memberi
banyak hal yang berguna bagi hidup saya.
6. Seluruh staf program studi pendidikan ekonomi (Bu Titin, Pak Wawik) yang
selalu membantu dalam urusan administrasi selama kuliah dan selama
pengerjaan skripsi ini.
7. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SMA N 1 Yogya, SMA N 2 Yogya, SMA N 6
Yogya, SMA N 9 Yogya, SMA N 10 Yogya, SMA N 11 Yogya, SMA Sang
Timur, SMA Stella Duce 2, SMA Marsudi Luhur, SMA BOPKRI 1 atas waktu
dan izin yang diberikan kepada peneliti untuk boleh melakukan penelitian.
8. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SMA BOPKRI 2, SMA BOPKRI 3, SMA
Bhinneka Tunggal Ika, SMA Budya Wacana, SMA Taman Madya, SMA
Pembangunan, SMA PIRI 1, dan SMA PIRI 2, atas waktu dan izin yang
diberikan kepada peneliti untuk boleh melakukan penelitian.
9. Bapak dan ibuku tercinta Bapak Yohanes Mudjiman dan Ibu Margaretha
Sarinah yang selalu tak henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan,
semangat, motivasi, serta nasehat supaya penulis dapat berhasil dalam studi dan
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10.Romo Antonius Suparyono, Pr yang juga telah memberikan bantuan baik moril
maupun materiil, serta yang selalu mendoakan, memberi dukungan, semangat,
serta nasehat agar penulis nantinya bisa menjadi orang yang berhasil, sukses
dalam studi dan karier, sehingga bisa membahagiakan kedua orangtua serta
keluarga besarku semua.
11.Mbak Tami dan Dik Yudi yang telah banyak memberikan dukungan hingga
xiii
12.Seluruh keluarga besar dan saudara-saudaraku yang telah mendukung dengan
doa dan selalu memberikan semangat, trimakasih untuk semuanya.
13.Sahabat-sahabatku (Suranto, Debby, Lia, Ana,) yang mau menemaniku dalam
penelitian.
14.Teman-temanku di Gereja Katedral Semarang (mas bangkit, mas moko, mas tri,
mas wawan, Itak) yang selalu memberikan dukungan doa dan semangat untuk
segera menyelesaiakan skripsi ini, trimakasih atas supportnya.
15.Teman-teman seperjuangan dan para sahabat-sahabat Pendidikan Ekonomi
semuanya (Anton, Nilla, Fr. Willy, Hendri, Arif, Ugik, Fajar, Bagus, Catrin,
Lia, Resti, Tasya, Isdarini, Enggar, Ina, Ratna, Echa, Hendra, Gita, Shinta,
Mona, Dian, fika, Natalia, dan untuk adik kelasku Yeni dan teman-temanya)
terimakasih buat kebersamaannya selama ini, tetap komunikasi, dan selalu
sukses untuk kita semua.
16.Temanku dari Pendidikan Bahasa Inggris (Rita) yang telah banyak membantu
untuk menerjemahkan abstrak ini hingga selesai, terimakasih.
17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan, waktu, tenaga, pikiranya kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Profesionalisme Guru ... 11
xv
2. Guru Sebagai Profesi ... 12
3. Empat Kompetensi Guru Profesional ... 14
a. Kompetensi Kepribadian ... 15
b. Kompetensi Pedagogik... 16
c. Kompetensi Profesional ... 17
d. Kompetensi Sosial ... 18
B. Pengembangan Profesi Guru Di Indonesia ... 18
1. Pendidikan Profesi Guru (PPG) ... 19
2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) ... 21
C. Program Sertifikasi Guru ... 26
1. Pengertian Sertifikasi Guru ... 26
2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru ... 27
3. Dasar Hukum Sertifikasi Guru dan Penyelenggarakan Sertifikasi- Guru ... 28
4. Pelaksanaan Setifikasi Guru Melalui Uji Kompetensi Portofolio ... 29
5. Pelaksanaan Sertifikasi Guru Melalui Pendidikan dan Latihan Pofesi Guru (PLPG) ... 36
6. Kegiatan Guru Dalam Proses Sertifikasi... 43
D. Kajian Hasil Penelitian Sebelumnya ... 46
E. Hipotesis Penelitian ... 47
BAB III METODE PELAKSANAAN ... 48
A. Jenis Penelitian ... 48
xvi
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 49
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 50
E. Variabel Penelitian ... 52
F. Teknik Pengumpulan Data ... 56
G. Pengujian Instrumen Penelitian... 57
1. Pengujian Validitas Kuisioner... 57
2. Pengujian Reliabilitas Kuisioner ... 63
H. Teknik Analisis Data ... 65
1. Pengujian Prasyarat ... 65
2. Pengujian Hipotesis ... 66
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 69
A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta... 69
1. Sejarah Kota Yogyakarta ... 69
2. Visi dan Misi Kota Yogyakarta ... 71
3. Kota Yogyakarta Sebagai Kota Pendidikan ... 72
4. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta ... 73
B. Deskripsi Sekolah ... 75
C. Deskripsi Responden ... 77
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 88
A. Analisis Data ... 88
B. Pembahasan ... 96
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 107
A. Kesimpulan ... 107
xvii
C. Keterbatasan Penelitian ... 113
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tebel 2.1 Penjelasan diagram alur kegiatan guru dalam sertifikasi ... 43
Tabel 3.1 Jumlah sekolah yang dijadikan sebagai sample dalam Penelitian ... 51
Tabel 3.2 Daftar nama sekolah tempat penelitian ... 51
Tabel 3.3 Indikator kompetensi kepribadian ... 52
Tabel 3.4 Indikator kompetensi pedagogik ... 53
Tabel 3.5 Indikator kompetensi profesional... 55
Tabel 3.6 Indikator kompetensi sosial ... 56
Tabel 3.7 Hasil uji validitas kompetensi kepribadian guru ... 58
Tabel 3.8 Hasil uji validitas kompetensi pedagogik guru ... 59
Tabel 3.9 Hasil uji validitas kompetensi profesional guru ... 60
Tabel 3.10 Hasil uji validitas kompetensi sosial guru ... 62
Tabel 3.11 Rangkuman uji reliabilitas empat kompetensi guru ... 64
Tabel 4.1 Daftar sekolah tempat penelitian... 76
Tabel 4.2 Sebaran kuisioner penelitian ke sekolah ... 77
Tabel 4.3 Jenis kelamin responden ... 79
Tabel 4.4 Umur responden ... 79
Tabel 4.5 Tingkat pendidikan responden ... 80
Tabel 4.6 Tahun lulus sertifikasi responden ... 81
Tabel 4.7 Guru bidang studi responden ... 81
Tabel 4.8 Jumlah jam mengajar responden ... 84
xix
Tabel 4.10 Status kepegawaian responden... 85
Tabel 4.11 Masa kerja responden ... 86
Tabel 4.12 Lulus sertifikasi responden melalui ... 86
Tabel 5.1 Hasil pengujian hipotesis kompetensi kepribadian guru... 89
Tabel 5.2 Hasil pengujian hipotesis kompetensi pedagogik guru ... 91
Tabel 5.3 Hasil pengujian hipotesis kompetensi profesional guru ... 93
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Kuisioner Penelitian ... 116
Lampiran II Surat Ijin Penelitian ... 122
Lampiran III Data Responden Untuk Uji Validitas dan Reliabilitas ... 126
Lampiran IV Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner ... 128
Lampiran V Data Responden Untuk Uji Hipotesis Penelitian ... 136
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kebutuhan masyarakat atas sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas secara perlahan tetapi pasti semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak
hanya membutuhkan SDM yang berorientasi untuk kebutuhan dunia industri.
SDM yang dibutuhkan saat ini adalah SDM yang memiliki kompetensi
unggulan terutama dalam hal kemampuan berpikir. Untuk menjadi SDM yang
berkompeten maka SDM tersebut haruslah memperoleh pendidikan terlebih
dahulu. Pendidikan tidaklah diarahkan hanya dalam mencetak tenaga kerja
untuk industri melainkan juga tenaga kerja yang mengoptimalkan kemampuan
berpikir dalam menjalankan pekerjaanya. Hal ini berarti bahwa pendidikan
haruslah diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa mampu belajar
dan memiliki kemampuan berpikir tahap tinggi.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), mengartikan pendidikan sebagai usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini guru mempunyai peran penting
memajukan pembangunan. Selain itu guru juga menjadi komponen utama
dalam kegiatan proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan kata lain
guru merupakan salah satu unsur penting dan berperan aktif dalam
mengembangkan potensi anak didik di bidang pendidikan sehingga guru juga
dituntut menjadi tenaga yang profesional berdasarkan dengan perkembangan
jaman sesuai dengan kebutuhan anak didiknya. Menurut Mulyasa, E. Dr.,
M.Pd. (2008) menyatakan bahwa keberhasilan pembaharuan sekolah sangat
ditentukan oleh gurunya, karena guru adalah pemimpin pembelajaran,
fasilitator, dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Karena itu,
guru harus senantiasa mengembangkan diri secara mandiri serta tidak
tergantung pada inisiatif kepala sekolah dan supervisor. Selain itu komponen
guru sangat mempengaruhi kualitas pengajaran melalui (1) penyediaan waktu
lebih banyak pada peserta didik, (2) interaksi dengan peserta didik yang lebih
intensif dan sering, (3) tingginya tanggung jawab mengajar dari guru. Karena
itu baik buruknya sekolah sangat bergantung pada peran dan fungsi guru.
Dalam kenyataan yang terjadi pada saat ini terciptanya sumber daya
manusia (SDM) yang berkompeten sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya
kemampuan guru melaksanakan fungsinya. Hal ini menunjukkan bahwa guru
merupakan suatu profesi yang tidak semua orang bisa menjadi seorang guru.
Untuk menjadi guru orang dituntut untuk mempunyai keahlian tersendiri dan
ini didapat juga dengan proses pendidikan.
Rendahnya profesionalisme guru tercermin pada fenomena kinerja guru
dalam pengelolaan program pembelajarannya sehari-hari. Dalam melaksanakan
pembelajaran yang mereka miliki, penggunaan metode dan media
pembelajaran kebanyakan masih tradisional dan kurang inovatif. Dalam
menyusun dan melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran pun juga kebanyakan
guru tidak menyusun instrumen tes sendiri, melainkan tinggal menggunakan
instrumen yang sudah ada. Penggunaan media komputer dan internet dalam
pembelajaran masih jarang dilakukan. Riset aksi untuk mengembangkan
profesinya dalam mengelola pembelajaran jarang sekali dilakukan. Kenyataan
yang terjadi saat ini masih banyak fenomena lain yang mencerminkan masih
rendahnya profesionalisme guru.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, di
antaranya faktor eksternal berupa penghargaan atas prestasi guru yang masih
kurang (Raka Joni. 1998). Di samping itu lingkungan eksternal guru,
khususnya sekolah dan dinas pendidikan setempat masih belum
memberdayakan guru secara maksimal, tuntutan administratif lebih diutamakan
daripada pembinaan profesionalisme guru. Teramat penting faktor internal
guru, yakni kemauan untuk menjadi seorang profesional yang masih kurang,
kemalasan berinovasi, kemalasan mengembangkan diri, serta rendahnya
kompetisi berprestasi, semuanya itu menjadi sumber internal rendahnya
profesionalisme guru. Kebijakan sertifikasi yang memberikan peluang kepada
guru untuk diakui sebagai tenaga profesional melalui uji sertifikasi masih
direspon keliru oleh guru. Guru lebih tertarik mengakumulasi bukti sertifikat
berbagai diklat peningkatan profesionalisme guru yang pernah mereka ikuti
guna mendongkrak nilai portofolio mereka daripada menguasai materi diklat.
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru pemerintah
telah ikut ambil bagian dengan dibuatnya Undang-undang Republik Indonesia
nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
yang didalam undang-undang tersebut telah ditentukan mengenai hak dan
kewajiban warga negara untuk memperoleh pendidikan. Undang-Undang
Republik Indonesia (UU RI) nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,
dan peraturan pemerintah Republik Indonesia (RI) nomor 19 Tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan menyatakan bahwa guru adalah pendidik
profesional. Untuk itu guru dituntut untuk memiliki kualitas akademik dengan
minimal lulusan sarjana sesuai dengan bidang yang digelutinya. Tetapi dalam
kenyataannya mayoritas tenaga pendidik di Indonesia atau sebanyak 1,4 juta
orang guru yang mengajar mulai dari tingkat TK hingga SMA/SMK belum
mengantongi ijazah sarjana. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
mencatat jumlah guru di Indonesia sebanyak 2,6 juta. Dari total jumlah itu,
yang mengantongi ijazah sarjana hanya 1,1 juta orang guru, sementara 1,4 juta
orang hanya mengantongi ijazah setara SMA hingga diploma tiga.
(http://www.solopos.com/2010/sukoharjo/57-guru-indonesia-belum-lulus-sarjana 11463)
Pemerintah juga telah menetapkan adanya program sertifikasi guru sesuai
dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen. Program sertifikasi guru diartikan sebagai proses pemberian
sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu,
yaitu memiliki kualitas akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta
dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak. Dalam hal ini guru
yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu
kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 18 Tahun 2007 menyatakan
bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi
untuk memperoleh sertifikat pendidik. Komponen yang diuji dalam penilaian
portofolio mencakup (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan,
(3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5)
penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya
pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman
organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang
relevan dengan bidang pendidikan. Jika kesepuluh komponen tersebut telah
dipenuhi oleh guru maka guru berhak menyandang gelar sebagai guru yang
profesional serta berhak mendapatkan fasilitas sesuai dengan jabatan yang
didapatnya.
Profesionalisme bukan saja sekedar orang memiliki pengetahuan atau
keahlian dalam bidang tertentu tetapi lebih merupakan sikap yang
memperlihatkan tingkah laku yang telah dipersyaratkan (Maister, DH. 1997).
Jadi seorang guru harus memperlihatkan profesionalismenya dalam mendidik
melalui tingkah laku. Hal ini bisa dilihat dari tanggapan guru mengenai
program sertifikasi. Tangapan guru ini tercermin dari sikapnya menghadapi
sertifikasi. Guru yang benar-benar memiliki sikap profesional pasti akan lebih
serius menanggapi program sertifikasi ini, misalnya dengan mengumpulkan
sertifikasi tetapi guru yang tidak profesional akan lebih santai mempersiapkan
program sertifikasi.
Selain itu hal yang lebih penting dalam program sertifikasi guru adalah
peningkatan kompetensi dan profesionalitas sebagai seorang guru, selain
memperoleh tunjangan profesi. Agar menjadi guru yang berkompeten dan
profesional maka seorang guru harus mempunyai empat kompetensi yang
wajib dikuasai empat kompetensi tersebut meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial
dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui uji kompetensi.
Untuk guru dalam jabatan, uji kompetensi dilakukan dalam bentuk penilaian
portofolio melalui program sertifikasi. Jika guru tersebut lulus melalui uji
kompetensi, maka guru sudah harus menguasai empat kompetensi yang
disyaratkan. Namun apabila guru tersebut tidak lulus uji kompetensi melalui
penilaian portofolio maka guru wajib mengikuti pendidikan dan latihan
profesi guru (PLPG) untuk bisa meningkatkan kompetensi dan profesionalitas
sebagai seorang guru.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa program sertifikasi guru dengan
model portofolio yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun 2006 lalu pada
kenyataan tidak menjamin peningkatan kualitas guru. Meski hasil penilaian
portofolio dinyatakan lulus, namun tidak serta merta mampu meningkatkan
kompetensi guru tersebut. Hasil kajian yang dilakukan Ditjen Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas tahun 2008
menunjukkan, meski telah lulus sertifikasi, namun tetap tidak mampu
kompetensinya terus menurun. Kenyataan itu menunjukkan bahwa program
sertifikasi guru yang telah dimulai sejak tahun 2006 itu tidaklah cukup sebagai
upaya mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru. Bahkan sekalipun
guru telah menerima tunjangan profesi bukan berarti mereka telah memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan undang-undang.
(http://matanews.com/2009/11/23/sertifikasi-guru-bukan-jaminan).
Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa guru yang sudah lulus
mengikuti program sertifikasi ternyata belum tentu dapat meningkatan
kompetensi guru sendiri, bahkan dikatakan nilai kompetensi guru terus
menurun. Berdasarkan hasil kajian tersebut menjadikan peneliti sangat tertarik
sekali untuk melakukan penelitian secara lebih luas mengenai perbedaan
kompetensi yang dimiliki guru baik sebelum dan sesudah mengikuti program
sertifikasi, dengan studi kasus guru-guru SMA baik dari sekolah negeri
maupun swasta di kota Yogyakarta.
Adapun alasan studi kasus yang dipakai dalam penelitian ini adalah
guru-guru SMA negeri maupun swasta di kota Yogyakarta, karena kota Yogyakarta
sering disebut sebagai ”kota pelajar” sehingga banyak orang ingin
memperoleh ilmu di Yogyakarta. Selain itu program sertifikasi guru juga
sudah di lakukan di kota Yogyakarta, sehingga banyak guru yang sudah
mengikuti program sertifikasi dan tercatat guru yang sudah mengikuti dan
lulus program sertifikasi baik melalui portofolio maupun PLPG berjumlah
3.220 guru pada tahun 2007-2010. Hal ini tentu menjadi keberhasilan sebagian
besar guru di kota Yogyakarta karena telah lulus sertifikasi, sehingga
dimiliki oleh guru. Dari sini maka peneliti tertarik untuk meneliti dari jumlah
guru yang telah mengikuti program sertifikasi tersebut apakah benar-benar
terdapat perbedaan kompetensi yang dimiliki ataukah tetap sama seperti hasil
kajian yang dilakukan oleh Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK) Depdiknas tahun 2008. Selain itu, kota Yogyakarta
dipilih karena peneliti berdomisili di kota Yogyakarta, sehingga lebih mudah
melakukan penelitian dan mempermudah transportasi dan pengumpulan data
selama penelitian. Dengan dilakukanya penelitian ini, maka nantinya dapat
diketahui kompetensi guru baik sebelum mengikuti sertifikasi dan sesudah
mengikuti sertifikasi ada perbedaan atau tidak.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “PERBEDAAN KOMPETENSI GURU
SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI”.
Dengan studi kasus dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menegah
Atas (SMA) negeri dan swasta di Kota Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah
mengikuti program sertifikasi?
2. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah
mengikuti program sertifikasi?
3. Apakah ada perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah
4. Apakah ada perbedaan kompetensi sosial guru sebelum dan sesudah
mengikuti program sertifikasi?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas, dapat dirumuskan tujuan
penelitian yang akan dicapai yaitu:
a. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan
sesudah mengikuti program sertifikasi.
b. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan
sesudah mengikuti program sertifikasi.
c. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan
sesudah mengikuti program sertifikasi.
d. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi sosial guru sebelum dan sesudah
mengikuti program sertifikasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengelola Program Sertifikasi
a. Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan
mengenai kebijakan pemerintah dalam program sertifikasi guru.
b. Sertifikasi Guru Untuk Rayon 11
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi serta
sehingga dalam pelaksanaanya dapat berjalan sesuai dengan yang
direncanakan.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi
guru-guru baik yang sudah mengikuti maupun yang belum mengikuti
program sertifikasi, bahwa dengan mengikuti program sertifikasi ini
ternyata dapat meningkatkan kompetensi guru-guru sendiri. Sehingga
dengan melihat hasil penelitian ini diharapkan akan semakin banyak guru
yang termotivasi untuk selalu meningkatkan kompetensinya dengan
bekerja secara profesional dan bertanggung jawab.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti, karena peneliti secara
langsung dapat mengetahui perbedaan kompetensi guru baik sebelum
maupun sesudah mengikuti program sertifikasi. Selain itu peneliti juga
mendapatkan wawasan, pengetahuan serta pengalaman baru karena telah
terjun langsung dalam melakukan penelitian ini.
4. Bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan
sekaligus masukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat menjadi
tambahan referensi dan informasi bagi perpustakaan Universitas Sanata
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profesionalisme Guru
Istilah profesional pada umumnya adalah orang yang mendapat upah atau
gaji dari apa yang dikerjakan, baik dikerjakan secara sempurna maupun tidak.
(Yamin, Martinis, Drs., M.Pd. 2007). Dalam konteks ini bahwa yang
dimaksud dengan profesional adalah guru. Pekerjaan profesional ditunjang
oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari
lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan
kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah (Sanjaya, Wina, Dr. M.Pd. 2008).
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas
pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap
guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika
jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan
wakilnya atau guru senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala
sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya
kinerja guru yang ditandai dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan
tugas secara bertanggung jawab.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dari pengertian di atas seorang
guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah
ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi
pedagogik, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.
1. Pengertian Guru
Pengertian guru menurut wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas, guru (dari Sanskerta: yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya
adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada
pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus
mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas,
setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap
seorang guru.
2. Guru Sebagai Profesi
Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian, tanggungjawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa suatu profesi secara teori tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk itu. (Supriadi,
Sementara profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, menunjuk
pada penampilan atau performance atau kinerja seseorang yang sesuai
dengan tuntutan profesinya. Misalnya, “pekerjaan itu dilaksanakan secara
profesional”. Kedua, menunjuk pada orang yang melakukan pekerjaan itu,
misalnya “dia seorang profesional”.
Istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan atau
performance seseorang dalam melaksanakan pekerjaan atau profesi. Ada
yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan ada pula yang rendah.
Menurut (Supriadi, Dedi. 1998), profesionalisme menuntut tiga prinsip
utama, yakni well educated, well trained, well paid, atau memperoleh
pendidikan yang cukup, mendapatkan pelatihan yang memadai, dan
menerima gaji yang memadai. Dengan kata lain profesionalisme menuntut
pendidikan yang tinggi, kesempatan memperoleh pelatihan yang cukup,
dan akhirnya memperoleh bayaran atau gaji yang memadai. Secara
sederhana tentang ciri-ciri atau karakteristik suatu profesi :
a. Pertama, profesi itu memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi
masyarakat. Sebagai contoh, dokter disebut profesi karena memiliki
fungsi dan signifikasi sosial untuk memberikan layanan kesehatan bagi
masyarakat. Demikian juga guru, memberikanlayanan pendidikan bagi
anak-anak generasi muda bangsa.
b. Kedua, profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui
proses pendidikan dan pelatihan yang cukup yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan yang akuntabel atau dapat
c. Ketiga, profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a systematic
body of knowledge).
d. Keempat, ada kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku
anggota beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode
etik tersebut. Pengawasan terhadap penegakan kode etik dilakukan
oleh organisasi profesi yang bersangkutan.
e. Kelima, sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan
kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau
kelompok memperoleh imbalan finansial atau material.
3. Empat Kompetensi Guru Profesional
Kompetensi (competency) didefinisikan dengan berbagai cara,
namun pada dasarnya kompetensi merupakan kebulatan penguasan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk
kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu
program pendidikan. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai
seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19/2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen
pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk
perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat
jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan
indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut.
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan
menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut. (1)
Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum;
bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan
memeliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. (2)
Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik. (3) Memiliki
kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta
didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam
berpikir dan bertindak. (4) Memiliki kepribadian yang berwibawa.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
disegani. (5) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang
mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup
kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi
pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan
indikator esensial sebagai berikut. (1) Memahami peserta didik.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memamahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif;
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. (2)
Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran;
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta
didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun
Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif. (4) Merancang dan melaksanakan
evaluasi pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil
penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan
belajar; dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk
perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. (5)
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai
potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengem-bangkan berbagai potensi nonakademik.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum
matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai
guru. Secara rinci masing-masing elemen kompe-tensi tersebut
memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut. (1)
Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan
metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar;
memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. (2)
Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
me-nambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini
memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut. (1)
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi
secara efektif dengan peserta didik. (2) Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan. (3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
B. Pengembangan Profesi Guru di Indonesia
Pengembangan profesi seperti yang dimaksud dalam petunjuk teknis
jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, “adalah kegiatan guru dalam
rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk
tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi pendidikan”.
Unsur Pengembangan profesi sifatnya wajib bagi guru yang telah
menduduki pangkat/ jabatan guru pembina, hal ini dikarenakan pangkat
jabatan guru pembina diharapkan tumbuh daya analisis, kritis serta mampu
memecahkan masalah dalam lingkup tugasnya.
Beberapa kegiatan guru yang termasuk pengembangan profesi adalah
sebagai berikut:
a. melaksanakan kegiatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) di bidang pendidikan
b. menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan
c. membuat alat peraga atau alat bimbingan
d. menciptakan karya seni seperti lagu, lukisan
e. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
1. Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan peran guru sangat
penting. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, Peraturan Pemerintah no. 74 Tahun 2008 tentang Guru, serta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 8 Tahun 2009 tentang Program
Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan, menegaskan peranan strategis guru
dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru merupakan jabatan
profesional yang menuntut agar guru memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
Terkait dengan hal tersebut di atas, dalam upaya meningkatkan
mutu guru sebagaimana diamanahkan Undang-Undang no. 14 Tahun 2005
dan Peraturan Pemerintah no. 74 Tahun 2008, menyebutkan bahwa guru
harus berpendidikan minimal S1/D-IV dan wajib memiliki sertifikat
pendidik yang diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).
a. Pengertian Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Menurut Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi
setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan
demikian program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program
pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1 kependidikan dan
S-1 atau D-IV non kependidikan yang memiliki bakat dan minat
menjadi guru, agar mereka dapat menjadi guru yang profesional sesuai
dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat
pendidik.
b. Landasan Penyelenggaraan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
1) Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2) Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3) Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 8 Tahun 2009
tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan.
c. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Mengacu pada Undang-Undang no. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum
program pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang
memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan khusus program pendidikan profesi guru seperti yang
tercantum dalam permendiknas no. 8 Tahun 2009 Pasal 2 adalah untuk
menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam
merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran;
menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan
pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian, dan mampu
mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.
2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah
termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain
perlu melakukan refungsionalisasi Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).
a. Kedudukan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya dalam
Peraturan ini disebut LPMP, adalah unit pelaksana teknis departemen
pendidikan nasional.
LPMP dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada direktur jenderal peningkatan mutu pendidik
dan tenaga kependidikan.
b. Tugas Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
LPMP mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu
pendidikan dasar dan pendidikan menengah termasuk taman
kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat di
provinsi berdasarkan kebijakan menteri pendidikan nasional.
c. Fungsi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, LPMP
menyelenggarakan fungsi:
1) pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA,
atau bentuk lain yang sederajat;
2) pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan
dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang
3) supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK,
RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar
mutu pendidikan nasional;
4) fasilitasi sumberdaya pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar
dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat
dalam penjaminan mutu pendidikan; dan
5) pelaksanaan urusan administrasi LPMP.
d. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) melakukan kegiatan
antara lain hal-hal sebagai berikut. (Samani, Muchlas, Prof. Dr, dkk.
2010a, hal. 25-28).
1) Menerima pedoman sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2010 dari
Konsursium Sertifikasi Guru (KSG)/ ditjen PMPTK sebagai
berikut :
Buku 1 : Pedoman penetapan peserta
Buku 2 : Petunjuk teknis pelaksanakan sertifikasi
Buku 3 : Pedoman penyusunan portofolio
Buku 4: Rambu-rambu Pelaksanakan Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG)
2) Membaca secara komprehensif semua buku pedoman sertifikasi
guru dalam jabatan tahun 2010 dan menerapkan dengan taat azas
ketentuan yang terkait dengan bidang tugasnya.
3) Membentuk Panitia Sertifikasi Guru (PSG) di LPMP,
sekurang-kurangnya terdiri atas: seorang ketua, seorang sekretaris, dan tiga
1. Mengidentifikasi dan menampilkan data guru yang memenuhi
syarat sebagai calon peserta sertifikasi guru dalam jabatan.
2. Bersama dengan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/ kota
menghitung dan menyepakati kuota peserta sertifikasi guru
dalam jabatan untuk kabupaten atau kota dan mengirimkan
kuota yang disepakati tersebut kepada ditjen PMPTK.
3. Menerima berkas dari guru sertifikasi dari dinas pendidikan
provinsi, kabupaten/ kota sebagai berikut.
a. Formulir pendaftaran yang telah diisi data oleh peserta
(asli) dari dinas pendidikan kabupaten/ kota dan dinas
pendidikan provinsi (untuk guru SLB)
b. Surat keputusan dinas pendidikan kabupaten/kota tentang
peserta sertifikasi pola penilaian portofolio dan pola
pemberian sertifikat pendidik secara langsung.
c. Surat keputusan dinas pendidikan provinsi tentang peserta
sertifikasi guru SLB pola penilaian portofolio dan pola
pemberian sertifikat pendidik secara langsung.
4. Berkoordinasi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota atau
dinas pendidikan provinsi (untuk guru SLB) melakukan
verifikasi data peserta sertifikasi guru.
5. Menetapkan jadwal formulir pendaftaran dan surat keputusan
tentang penetapan peserta, serta mengkomunikasikan kepada
6. Menetapka jadwal penyerahan cetakan RSG dan
mengkomunikasikan kepada dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota.
7. Melakukan hal sebagai berikut:
a. Entri data pada RSG dalam aplikasi SIM-NUPTK dan
melakukan pemutakhiran data RSG.
b. Mencetak dari RSG dalam aplikasi SIM-NUPTK (tiap
peserta dua rangkap) dan menandatanganinya.
8. Membuat daftar peserta sertifikasi guru tiap kabupaten/kota dan
meng-upload ke website KSG
9. Menyerahkan cetakan yang telah ditandatangani kepada dinas
pendidikan provinsi/ kabupaten/kota.
10.Menyampaikan data peserta ke rayon LPTK penyelenggara
sertifikasi melalui KSG dengan meng-upload ke website KSG
(http://www.ksg.org.id).
11.Menyampaikan daftar peserta sertifikasi guru ke dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan dalam bentuk cetakan
dari RSG dalam aplikasi SIM-NUPTK atau website KSG.
12.Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanakan sertifikasi
guru dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan LPTK
penyelenggara sertifikasi guru.
13.Membat laporan pelaksanaan sertifikasi guru kepada Dirjen
C. Program Sertifikasi Guru 1. Pengertian Sertifikasi Guru
Dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2005, di kemukakan
bahwa sertifikasi adalah prses pemberian sertifikat pendidik untuk guru
dan dosen. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmanai dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
1
Agar pemahaman tentang sertifikasi lebih jelas dan mantap, berikut ini dikutipkan beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen sebagai berikut :
• Pasal 1 butir 11 : Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen.
• Pasal 8 : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendididk, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
• Pasal 11 butir 1 : Sertifikasi pendidik sebagaimana dalam Pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
• Pasal 16 : Guru yang memiliki sertifikat pendidik
memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru
negeri maupun swasta dibayar pemerintah.
1 Sumber : Musliah, Mansur. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik
Undang-undang guru dan dosen menyatakan bahwa sertifikasi
sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan
kesejahteraannya. Oleh karena itu, lewat sertifikasi ini diharapkan guru
menjadi pendidik yang profesional, yaitu yang berpendidikan minimal
S-1/ D-4 dan berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan
dengan sertifikat pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. Atas
profesinya itu, guru berhak mendapatkan imbalan (reward) berupa
tunjangan profesi dari pemerintah sebesar satu kali gaji pokok. Untuk itu,
guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik yang relevan dengan
mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagaimana
dituntut oleh undang-undang guru dan dosen. Pengakuan profesional bagi
guru ini dibuktikan melalui sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik bagi
guru prajabatan diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG),
sedangkan bagi guru dalam jabatan diperoleh melalui uji kompetensi
dalam bentuk penilaian portofolio atau pemberian sertifikat secara
langsung.
2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru
Dalam buku pedoman sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2010,
dinyatakan bahwa secara umum tujuan sertifikasi guru adalah:
meningkatkan kompetensi peserta agar mencapai standar kompetensi yang
ditentukan. Secara khusus program sertifikasi bertujuan untuk :
a. menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional;
c. meningkatkan martabat guru;
d. meningkatkan profesionalitas guru.
Adapun manfaat sertifikasi guru antara lain sebagai berikut.
Pertama, melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang
tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.
Kedua, melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan
kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.
Ketiga, menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK yang bertugas
mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi
penguna layanan pendidikan. Keempat, menjaga lembaga penyelenggara
pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat
menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
3. Dasar Hukum Sertifikasi Guru dan Penyelenggarakan Sertifikasi Guru
Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-Undang nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan pada
tanggal 30 Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah. (Samani,
Muchlas, Prof. Dr, dkk. 2010a, hal. 1-3).
Pasal 8 Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) :
….. guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
Pasal lainnya adalah Pasal 11, ayat (1) Undang-Undang Guru dan Dosen
(UUGD):
….. bahwa sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
Dasar hukum penyelenggara sertifikasi guru adalah Undang-Undang Guru
dan Dosen (UUGD) pasal 11 ayat (2) yang menyatakan :
….. sertifikasi pendidik di selenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan
ditetapkan oleh pemerintah.
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi
bagi guru dalam jabatanyang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007.
4. Pelaksanaan Sertifikasi Guru Melalui Uji Kompetensi Portofolio a. Pengertian Portofolio
Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan
pengalaman berkarya/ prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas
profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini
terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama guru yang
bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran
(kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial). Dalam peraturan menteri
pendidikan nasional Republik Indonesia (RI) no. 18 Tahun 2007
meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3)
pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
(5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7)
karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah,
(9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
b. Fungsi Portofolio
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam
jabatan) adalah untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan
tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik
dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan
dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai
antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas.
Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi
akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi akademik.
Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) wahana guru untuk
menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi
produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan
pendukung; (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan
tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan; (3) dasar menentukan kelulusan seorang
pendidikan atau belum); dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi
peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai
representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru.
c. Persyaratan Sertifikasi Guru Melalui Uji Kompetensi Portofolio 1) Guru tetap yang diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah,
penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan. (1) Memiliki
masa kerja sebagai guru tetap (PNS atau bukan PNS) minimal 4
tahun; (2) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan; (3) Yang belum memiliki kualifikasi akademik S-1/
D-IV, apabila sudah; (a) mencapai usia 50 tahun dan mempunyai
pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau (b) mempunyai
golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara
dengan golongan IV/a; 1. Guru masih aktif mengajar di sekolah di
bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional, 2. Belum
memasuki usia 60 tahun, dan 3. Memiliki atau dalam proses
pengajuan nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan
(NUPTK).
2) Guru yang diberi sertifikat secara langsung; (a) Guru tetap yang
diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara
pendidikan, atau satuan pendidikan, (b) Guru yang diangkat dalam
jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki golongan
serendah-rendahnya IV/c atau yang memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan golongan IV/c, (c) Guru masih aktif
Nasional, (d) Belum memasuki usia 60 tahun, dan (e) Memiliki
atau dalam proses pengajuan Nomor Unik Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (NUPTK).
d. Komponen Portofolio 1) Kualifikasi akademik
Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang
telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik
pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun nongelar (D4 atau Post
Graduate diploma), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti
fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau
sertifikat diploma.
2) Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka
pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat,
piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.
3) Pengalaman mengajar
Pengalaman mengajar, yaitu masa kerja guru (termasuk
guru bimbingan dan konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas
kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari
komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan
yang sah dari lembaga yang berwenang.
4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Komponen dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu
perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran, yaitu persiapan mengelola
pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap
tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini paling tidak memuat
perumusan tujuan/ kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian
materi, pemilihan sumber/ media pembelajaran, skenario
pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar.
Pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan guru alam
mengelola pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual.
Kegiatan ini mencakup tahapan prapembelajaran (pengecekan
kesiapan kelas dan apersepsi), kegiatan inti (penguasaan materi,
startegi pembelajaran, pemanfaatan media/ sumber belajar,
evaluasi, serta penggunaan bahasa), dan penutup.
5) Penilaian dari atasan dan pengawas
Penilaian dari atasan dan pengawas, yaitu penilaian atasan
terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi
aspek-aspek ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab,
kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi, dan
6) Prestasi akademik
Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru,
utamanya yang terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat
pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik
(juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang
pendidikan atau nonkependidikan), pembimbingan teman sejawat
(instruktur, guru inti, tutor), dan pembimbingan siswa kegiatan
ekstra kurikuler (pramuka, drumband, mading, karya ilmiah
remaja-KIR, dan lainlain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa
surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang
dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.
7) Karya pengembangan profesi
Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang
menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang
dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi buku yang
dipublikasikan pada tingkat kabupaten/ kota, provinsi, atau
nasional; artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah/buletin
yang tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional; menjadi
reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak
lokal (kabupaten/kota) yang minimal mencakup materi
pembelajaran selama 1 (satu) semester; media/ alat pembelajaran
kelompok); dan karya seni (patung, rupa, tari, lukis, sastra, dan
lain-lain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan
dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.
8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah
Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam
kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat
kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi, nasional, atau internasional,
baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang
dilampirkan berupa makalah dan sertifikat/ piagam bagi nara
sumber, dan sertifikat/ piagam bagi peserta.
9) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan social
yaitu pengalaman guru menjadi pengurus organisasi kependidikan,
organisasi sosial, dan/atau mendapat tugas tambahan. Pengurus
organisasi di bidang kependidikan antara lain: pengurus Forum
Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS), Forum Kelompok Kerja
Guru (FKKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Himpunan Evaluasi
Pendidikan Indonesia (HEPI), Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN), dan Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan
Indonensia (ISMaPI), dan Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI). Pengurus organisasi sosial antara lain: ketua RT, ketua
RW, ketua LMD/BPD, dan pembina kegiatan keagamaan.