• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan kompetensi guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi : studi kasus guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri dan swasta di Kota Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan kompetensi guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi : studi kasus guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri dan swasta di Kota Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KOMPETENSI GURU SEBELUM DAN SESUDAH

MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI

Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri

dan Swasta di Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh: Antonius Sutrisno

NIM : 071324011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PERBEDAAN KOMPETENSI GURU SEBELUM DAN SESUDAH

MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI

Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri

dan Swasta di Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh: Antonius Sutrisno

NIM : 071324011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati, membimbing, dan menyertai setiap langkahku Bapak Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada saya Romo Antonius Suparyono Pr, yang selalu memberi nasehat, mendoakan dan memberi dukungan

kepada saya

Mbak Tami dan Dik Yudi yang kusayangi Kakek dan Nenekku yang sudah beristirahat di surga Teman-temanku yang selalu memberikan support, dan

(6)

v

MOTTO

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang.

Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu

banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak

akan mengetahui masa depan jika Anda

menunggu-nunggu.

- William Feather

“Maka kata tuanya itu kepadanya: Baik sekali

perbuatanmu itu hai hambaku yang baik dan setia;

engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan

memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN KOMPETENSI GURU SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI

Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta

Antonius Sutrisno 071324011

Universitas Sanata Dharma 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (2) perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (3) perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (4) perbedaan kompetensi sosial guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di SMA negeri dan swasta di kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling, sampel yang diambil sebanyak 18 sekolah dengan jumlah responden 312 guru, dari jumlah populasi sebanyak 3220 guru. Data dalam penelitian ini yaitu kompetensi guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner, yang terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis uji wilcoxon, dengan taraf kesalahan 5%, serta dengan program SPSS versi 16.0 for windows.

Dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.

2. Terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.

3. Terdapat perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.

(10)

ix ABSTRAK

PERBEDAAN KOMPETENSI GURU SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI

Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta

Antonius Sutrisno Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (2) perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, (3) perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi, dan (4) perbedaan kompetensi sosial guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di SMA negeri dan swasta di kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling, sampel yang diambil sebanyak 18 sekolah dengan jumlah responden 312 guru, dari jumlah populasi sebanyak 3220 guru. Data dalam penelitian ini yaitu kompetensi guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner, yang terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis uji wilcoxon, dengan taraf kesalahan 5%, serta dengan program SPSS versi 16.0 for windows.

Dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

5. Terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.

6. Terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.

7. Terdapat perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi.

(11)

x ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF TEACHER,S COMPETENCE BEFORE AND AFTER THE CERTIFICATION PROGRAM

A Case Study: Public and Private Senior High School Teachers in Yogyakarta

Antonius Sutrisno Sanata Dharma University

2011

The purpose of this study is to know (1) the differences in personality competence of teachers before and after the certification program, (2) the differences in pedagogic competence of teachers before and after the certification program, (3) the differences in professional competence of teachers before and after the certification program, and (4) the differences in social competence of teachers before and after the certification program.

This is a descriptive research. The study was conducted in several public and private senior high schools in Yogyakarta. The sampling technique was proporsional random sampling technique. The samples taken 18 schools with 312 teachers out of the total population of 3220 teachers. The data are the competence of teachers before and after taking the certification program. The data were collected by using questionnaires, which validity and reliability were tested previously. The data analysis techniques in this study are the wilcoxon test analysis, with 5% error level, and spss 16.0 for window version.

From the data analysis, it can be concluded as follows:

1. There are some differences in personality competence of teachers before and after the certification program.

2. There are some differences in pedagogic competence of teachers before and after the certification program.

3. There are some differences in professional competence of teachers before and after the certification program.

(12)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

limpahan berkat, rahmat, kasih dan karunianya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kompetensi Guru

Sebelum dan Sesudah Mengikuti Program Sertifikasi” . Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak yang

senantiasa berkenan membantu dengan ikhlas, tidak mungkin skripsi ini dapat

terselesaikan.

Dengan ketulusan dan keredahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik secara langsung

maupun tidak langsung, baik moril maupun materiil sangat membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan sekaligus Ketua

Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., yang juga dosen pembimbing I yang

selalu memberikan dukugan, semangat, masukan, kritikan, dan saran kepada

penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang selalu

memberi masukan, kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd. dan

(13)

xii

Terimakasih telah mendampingi selama kuliah, serta yang telah memberi

banyak hal yang berguna bagi hidup saya.

6. Seluruh staf program studi pendidikan ekonomi (Bu Titin, Pak Wawik) yang

selalu membantu dalam urusan administrasi selama kuliah dan selama

pengerjaan skripsi ini.

7. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SMA N 1 Yogya, SMA N 2 Yogya, SMA N 6

Yogya, SMA N 9 Yogya, SMA N 10 Yogya, SMA N 11 Yogya, SMA Sang

Timur, SMA Stella Duce 2, SMA Marsudi Luhur, SMA BOPKRI 1 atas waktu

dan izin yang diberikan kepada peneliti untuk boleh melakukan penelitian.

8. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SMA BOPKRI 2, SMA BOPKRI 3, SMA

Bhinneka Tunggal Ika, SMA Budya Wacana, SMA Taman Madya, SMA

Pembangunan, SMA PIRI 1, dan SMA PIRI 2, atas waktu dan izin yang

diberikan kepada peneliti untuk boleh melakukan penelitian.

9. Bapak dan ibuku tercinta Bapak Yohanes Mudjiman dan Ibu Margaretha

Sarinah yang selalu tak henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan,

semangat, motivasi, serta nasehat supaya penulis dapat berhasil dalam studi dan

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10.Romo Antonius Suparyono, Pr yang juga telah memberikan bantuan baik moril

maupun materiil, serta yang selalu mendoakan, memberi dukungan, semangat,

serta nasehat agar penulis nantinya bisa menjadi orang yang berhasil, sukses

dalam studi dan karier, sehingga bisa membahagiakan kedua orangtua serta

keluarga besarku semua.

11.Mbak Tami dan Dik Yudi yang telah banyak memberikan dukungan hingga

(14)

xiii

12.Seluruh keluarga besar dan saudara-saudaraku yang telah mendukung dengan

doa dan selalu memberikan semangat, trimakasih untuk semuanya.

13.Sahabat-sahabatku (Suranto, Debby, Lia, Ana,) yang mau menemaniku dalam

penelitian.

14.Teman-temanku di Gereja Katedral Semarang (mas bangkit, mas moko, mas tri,

mas wawan, Itak) yang selalu memberikan dukungan doa dan semangat untuk

segera menyelesaiakan skripsi ini, trimakasih atas supportnya.

15.Teman-teman seperjuangan dan para sahabat-sahabat Pendidikan Ekonomi

semuanya (Anton, Nilla, Fr. Willy, Hendri, Arif, Ugik, Fajar, Bagus, Catrin,

Lia, Resti, Tasya, Isdarini, Enggar, Ina, Ratna, Echa, Hendra, Gita, Shinta,

Mona, Dian, fika, Natalia, dan untuk adik kelasku Yeni dan teman-temanya)

terimakasih buat kebersamaannya selama ini, tetap komunikasi, dan selalu

sukses untuk kita semua.

16.Temanku dari Pendidikan Bahasa Inggris (Rita) yang telah banyak membantu

untuk menerjemahkan abstrak ini hingga selesai, terimakasih.

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan, waktu, tenaga, pikiranya kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan

(15)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Profesionalisme Guru ... 11

(16)

xv

2. Guru Sebagai Profesi ... 12

3. Empat Kompetensi Guru Profesional ... 14

a. Kompetensi Kepribadian ... 15

b. Kompetensi Pedagogik... 16

c. Kompetensi Profesional ... 17

d. Kompetensi Sosial ... 18

B. Pengembangan Profesi Guru Di Indonesia ... 18

1. Pendidikan Profesi Guru (PPG) ... 19

2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) ... 21

C. Program Sertifikasi Guru ... 26

1. Pengertian Sertifikasi Guru ... 26

2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru ... 27

3. Dasar Hukum Sertifikasi Guru dan Penyelenggarakan Sertifikasi- Guru ... 28

4. Pelaksanaan Setifikasi Guru Melalui Uji Kompetensi Portofolio ... 29

5. Pelaksanaan Sertifikasi Guru Melalui Pendidikan dan Latihan Pofesi Guru (PLPG) ... 36

6. Kegiatan Guru Dalam Proses Sertifikasi... 43

D. Kajian Hasil Penelitian Sebelumnya ... 46

E. Hipotesis Penelitian ... 47

BAB III METODE PELAKSANAAN ... 48

A. Jenis Penelitian ... 48

(17)

xvi

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 49

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 50

E. Variabel Penelitian ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 56

G. Pengujian Instrumen Penelitian... 57

1. Pengujian Validitas Kuisioner... 57

2. Pengujian Reliabilitas Kuisioner ... 63

H. Teknik Analisis Data ... 65

1. Pengujian Prasyarat ... 65

2. Pengujian Hipotesis ... 66

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 69

A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta... 69

1. Sejarah Kota Yogyakarta ... 69

2. Visi dan Misi Kota Yogyakarta ... 71

3. Kota Yogyakarta Sebagai Kota Pendidikan ... 72

4. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta ... 73

B. Deskripsi Sekolah ... 75

C. Deskripsi Responden ... 77

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 88

A. Analisis Data ... 88

B. Pembahasan ... 96

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 107

A. Kesimpulan ... 107

(18)

xvii

C. Keterbatasan Penelitian ... 113

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tebel 2.1 Penjelasan diagram alur kegiatan guru dalam sertifikasi ... 43

Tabel 3.1 Jumlah sekolah yang dijadikan sebagai sample dalam Penelitian ... 51

Tabel 3.2 Daftar nama sekolah tempat penelitian ... 51

Tabel 3.3 Indikator kompetensi kepribadian ... 52

Tabel 3.4 Indikator kompetensi pedagogik ... 53

Tabel 3.5 Indikator kompetensi profesional... 55

Tabel 3.6 Indikator kompetensi sosial ... 56

Tabel 3.7 Hasil uji validitas kompetensi kepribadian guru ... 58

Tabel 3.8 Hasil uji validitas kompetensi pedagogik guru ... 59

Tabel 3.9 Hasil uji validitas kompetensi profesional guru ... 60

Tabel 3.10 Hasil uji validitas kompetensi sosial guru ... 62

Tabel 3.11 Rangkuman uji reliabilitas empat kompetensi guru ... 64

Tabel 4.1 Daftar sekolah tempat penelitian... 76

Tabel 4.2 Sebaran kuisioner penelitian ke sekolah ... 77

Tabel 4.3 Jenis kelamin responden ... 79

Tabel 4.4 Umur responden ... 79

Tabel 4.5 Tingkat pendidikan responden ... 80

Tabel 4.6 Tahun lulus sertifikasi responden ... 81

Tabel 4.7 Guru bidang studi responden ... 81

Tabel 4.8 Jumlah jam mengajar responden ... 84

(20)

xix

Tabel 4.10 Status kepegawaian responden... 85

Tabel 4.11 Masa kerja responden ... 86

Tabel 4.12 Lulus sertifikasi responden melalui ... 86

Tabel 5.1 Hasil pengujian hipotesis kompetensi kepribadian guru... 89

Tabel 5.2 Hasil pengujian hipotesis kompetensi pedagogik guru ... 91

Tabel 5.3 Hasil pengujian hipotesis kompetensi profesional guru ... 93

(21)

xx

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Kuisioner Penelitian ... 116

Lampiran II Surat Ijin Penelitian ... 122

Lampiran III Data Responden Untuk Uji Validitas dan Reliabilitas ... 126

Lampiran IV Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner ... 128

Lampiran V Data Responden Untuk Uji Hipotesis Penelitian ... 136

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kebutuhan masyarakat atas sumber daya manusia (SDM)

yang berkualitas secara perlahan tetapi pasti semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Hal ini sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak

hanya membutuhkan SDM yang berorientasi untuk kebutuhan dunia industri.

SDM yang dibutuhkan saat ini adalah SDM yang memiliki kompetensi

unggulan terutama dalam hal kemampuan berpikir. Untuk menjadi SDM yang

berkompeten maka SDM tersebut haruslah memperoleh pendidikan terlebih

dahulu. Pendidikan tidaklah diarahkan hanya dalam mencetak tenaga kerja

untuk industri melainkan juga tenaga kerja yang mengoptimalkan kemampuan

berpikir dalam menjalankan pekerjaanya. Hal ini berarti bahwa pendidikan

haruslah diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa mampu belajar

dan memiliki kemampuan berpikir tahap tinggi.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), mengartikan pendidikan sebagai usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini guru mempunyai peran penting

(24)

memajukan pembangunan. Selain itu guru juga menjadi komponen utama

dalam kegiatan proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan kata lain

guru merupakan salah satu unsur penting dan berperan aktif dalam

mengembangkan potensi anak didik di bidang pendidikan sehingga guru juga

dituntut menjadi tenaga yang profesional berdasarkan dengan perkembangan

jaman sesuai dengan kebutuhan anak didiknya. Menurut Mulyasa, E. Dr.,

M.Pd. (2008) menyatakan bahwa keberhasilan pembaharuan sekolah sangat

ditentukan oleh gurunya, karena guru adalah pemimpin pembelajaran,

fasilitator, dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Karena itu,

guru harus senantiasa mengembangkan diri secara mandiri serta tidak

tergantung pada inisiatif kepala sekolah dan supervisor. Selain itu komponen

guru sangat mempengaruhi kualitas pengajaran melalui (1) penyediaan waktu

lebih banyak pada peserta didik, (2) interaksi dengan peserta didik yang lebih

intensif dan sering, (3) tingginya tanggung jawab mengajar dari guru. Karena

itu baik buruknya sekolah sangat bergantung pada peran dan fungsi guru.

Dalam kenyataan yang terjadi pada saat ini terciptanya sumber daya

manusia (SDM) yang berkompeten sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya

kemampuan guru melaksanakan fungsinya. Hal ini menunjukkan bahwa guru

merupakan suatu profesi yang tidak semua orang bisa menjadi seorang guru.

Untuk menjadi guru orang dituntut untuk mempunyai keahlian tersendiri dan

ini didapat juga dengan proses pendidikan.

Rendahnya profesionalisme guru tercermin pada fenomena kinerja guru

dalam pengelolaan program pembelajarannya sehari-hari. Dalam melaksanakan

(25)

pembelajaran yang mereka miliki, penggunaan metode dan media

pembelajaran kebanyakan masih tradisional dan kurang inovatif. Dalam

menyusun dan melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran pun juga kebanyakan

guru tidak menyusun instrumen tes sendiri, melainkan tinggal menggunakan

instrumen yang sudah ada. Penggunaan media komputer dan internet dalam

pembelajaran masih jarang dilakukan. Riset aksi untuk mengembangkan

profesinya dalam mengelola pembelajaran jarang sekali dilakukan. Kenyataan

yang terjadi saat ini masih banyak fenomena lain yang mencerminkan masih

rendahnya profesionalisme guru.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, di

antaranya faktor eksternal berupa penghargaan atas prestasi guru yang masih

kurang (Raka Joni. 1998). Di samping itu lingkungan eksternal guru,

khususnya sekolah dan dinas pendidikan setempat masih belum

memberdayakan guru secara maksimal, tuntutan administratif lebih diutamakan

daripada pembinaan profesionalisme guru. Teramat penting faktor internal

guru, yakni kemauan untuk menjadi seorang profesional yang masih kurang,

kemalasan berinovasi, kemalasan mengembangkan diri, serta rendahnya

kompetisi berprestasi, semuanya itu menjadi sumber internal rendahnya

profesionalisme guru. Kebijakan sertifikasi yang memberikan peluang kepada

guru untuk diakui sebagai tenaga profesional melalui uji sertifikasi masih

direspon keliru oleh guru. Guru lebih tertarik mengakumulasi bukti sertifikat

berbagai diklat peningkatan profesionalisme guru yang pernah mereka ikuti

guna mendongkrak nilai portofolio mereka daripada menguasai materi diklat.

(26)

Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru pemerintah

telah ikut ambil bagian dengan dibuatnya Undang-undang Republik Indonesia

nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)

yang didalam undang-undang tersebut telah ditentukan mengenai hak dan

kewajiban warga negara untuk memperoleh pendidikan. Undang-Undang

Republik Indonesia (UU RI) nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,

dan peraturan pemerintah Republik Indonesia (RI) nomor 19 Tahun 2005

tentang standar nasional pendidikan menyatakan bahwa guru adalah pendidik

profesional. Untuk itu guru dituntut untuk memiliki kualitas akademik dengan

minimal lulusan sarjana sesuai dengan bidang yang digelutinya. Tetapi dalam

kenyataannya mayoritas tenaga pendidik di Indonesia atau sebanyak 1,4 juta

orang guru yang mengajar mulai dari tingkat TK hingga SMA/SMK belum

mengantongi ijazah sarjana. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)

mencatat jumlah guru di Indonesia sebanyak 2,6 juta. Dari total jumlah itu,

yang mengantongi ijazah sarjana hanya 1,1 juta orang guru, sementara 1,4 juta

orang hanya mengantongi ijazah setara SMA hingga diploma tiga.

(http://www.solopos.com/2010/sukoharjo/57-guru-indonesia-belum-lulus-sarjana 11463)

Pemerintah juga telah menetapkan adanya program sertifikasi guru sesuai

dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang

guru dan dosen. Program sertifikasi guru diartikan sebagai proses pemberian

sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu,

yaitu memiliki kualitas akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta

(27)

dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak. Dalam hal ini guru

yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu

kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 18 Tahun 2007 menyatakan

bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi

untuk memperoleh sertifikat pendidik. Komponen yang diuji dalam penilaian

portofolio mencakup (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan,

(3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5)

penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya

pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman

organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang

relevan dengan bidang pendidikan. Jika kesepuluh komponen tersebut telah

dipenuhi oleh guru maka guru berhak menyandang gelar sebagai guru yang

profesional serta berhak mendapatkan fasilitas sesuai dengan jabatan yang

didapatnya.

Profesionalisme bukan saja sekedar orang memiliki pengetahuan atau

keahlian dalam bidang tertentu tetapi lebih merupakan sikap yang

memperlihatkan tingkah laku yang telah dipersyaratkan (Maister, DH. 1997).

Jadi seorang guru harus memperlihatkan profesionalismenya dalam mendidik

melalui tingkah laku. Hal ini bisa dilihat dari tanggapan guru mengenai

program sertifikasi. Tangapan guru ini tercermin dari sikapnya menghadapi

sertifikasi. Guru yang benar-benar memiliki sikap profesional pasti akan lebih

serius menanggapi program sertifikasi ini, misalnya dengan mengumpulkan

(28)

sertifikasi tetapi guru yang tidak profesional akan lebih santai mempersiapkan

program sertifikasi.

Selain itu hal yang lebih penting dalam program sertifikasi guru adalah

peningkatan kompetensi dan profesionalitas sebagai seorang guru, selain

memperoleh tunjangan profesi. Agar menjadi guru yang berkompeten dan

profesional maka seorang guru harus mempunyai empat kompetensi yang

wajib dikuasai empat kompetensi tersebut meliputi kompetensi kepribadian,

kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial

dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui uji kompetensi.

Untuk guru dalam jabatan, uji kompetensi dilakukan dalam bentuk penilaian

portofolio melalui program sertifikasi. Jika guru tersebut lulus melalui uji

kompetensi, maka guru sudah harus menguasai empat kompetensi yang

disyaratkan. Namun apabila guru tersebut tidak lulus uji kompetensi melalui

penilaian portofolio maka guru wajib mengikuti pendidikan dan latihan

profesi guru (PLPG) untuk bisa meningkatkan kompetensi dan profesionalitas

sebagai seorang guru.

Namun kenyataan menunjukkan bahwa program sertifikasi guru dengan

model portofolio yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun 2006 lalu pada

kenyataan tidak menjamin peningkatan kualitas guru. Meski hasil penilaian

portofolio dinyatakan lulus, namun tidak serta merta mampu meningkatkan

kompetensi guru tersebut. Hasil kajian yang dilakukan Ditjen Peningkatan

Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas tahun 2008

menunjukkan, meski telah lulus sertifikasi, namun tetap tidak mampu

(29)

kompetensinya terus menurun. Kenyataan itu menunjukkan bahwa program

sertifikasi guru yang telah dimulai sejak tahun 2006 itu tidaklah cukup sebagai

upaya mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru. Bahkan sekalipun

guru telah menerima tunjangan profesi bukan berarti mereka telah memiliki

kompetensi yang dipersyaratkan undang-undang.

(http://matanews.com/2009/11/23/sertifikasi-guru-bukan-jaminan).

Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa guru yang sudah lulus

mengikuti program sertifikasi ternyata belum tentu dapat meningkatan

kompetensi guru sendiri, bahkan dikatakan nilai kompetensi guru terus

menurun. Berdasarkan hasil kajian tersebut menjadikan peneliti sangat tertarik

sekali untuk melakukan penelitian secara lebih luas mengenai perbedaan

kompetensi yang dimiliki guru baik sebelum dan sesudah mengikuti program

sertifikasi, dengan studi kasus guru-guru SMA baik dari sekolah negeri

maupun swasta di kota Yogyakarta.

Adapun alasan studi kasus yang dipakai dalam penelitian ini adalah

guru-guru SMA negeri maupun swasta di kota Yogyakarta, karena kota Yogyakarta

sering disebut sebagai ”kota pelajar” sehingga banyak orang ingin

memperoleh ilmu di Yogyakarta. Selain itu program sertifikasi guru juga

sudah di lakukan di kota Yogyakarta, sehingga banyak guru yang sudah

mengikuti program sertifikasi dan tercatat guru yang sudah mengikuti dan

lulus program sertifikasi baik melalui portofolio maupun PLPG berjumlah

3.220 guru pada tahun 2007-2010. Hal ini tentu menjadi keberhasilan sebagian

besar guru di kota Yogyakarta karena telah lulus sertifikasi, sehingga

(30)

dimiliki oleh guru. Dari sini maka peneliti tertarik untuk meneliti dari jumlah

guru yang telah mengikuti program sertifikasi tersebut apakah benar-benar

terdapat perbedaan kompetensi yang dimiliki ataukah tetap sama seperti hasil

kajian yang dilakukan oleh Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (PMPTK) Depdiknas tahun 2008. Selain itu, kota Yogyakarta

dipilih karena peneliti berdomisili di kota Yogyakarta, sehingga lebih mudah

melakukan penelitian dan mempermudah transportasi dan pengumpulan data

selama penelitian. Dengan dilakukanya penelitian ini, maka nantinya dapat

diketahui kompetensi guru baik sebelum mengikuti sertifikasi dan sesudah

mengikuti sertifikasi ada perbedaan atau tidak.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “PERBEDAAN KOMPETENSI GURU

SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PROGRAM SERTIFIKASI”.

Dengan studi kasus dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menegah

Atas (SMA) negeri dan swasta di Kota Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan sesudah

mengikuti program sertifikasi?

2. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan sesudah

mengikuti program sertifikasi?

3. Apakah ada perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah

(31)

4. Apakah ada perbedaan kompetensi sosial guru sebelum dan sesudah

mengikuti program sertifikasi?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas, dapat dirumuskan tujuan

penelitian yang akan dicapai yaitu:

a. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi kepribadian guru sebelum dan

sesudah mengikuti program sertifikasi.

b. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi pedagogik guru sebelum dan

sesudah mengikuti program sertifikasi.

c. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan

sesudah mengikuti program sertifikasi.

d. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi sosial guru sebelum dan sesudah

mengikuti program sertifikasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengelola Program Sertifikasi

a. Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan

mengenai kebijakan pemerintah dalam program sertifikasi guru.

b. Sertifikasi Guru Untuk Rayon 11

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi serta

(32)

sehingga dalam pelaksanaanya dapat berjalan sesuai dengan yang

direncanakan.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi

guru-guru baik yang sudah mengikuti maupun yang belum mengikuti

program sertifikasi, bahwa dengan mengikuti program sertifikasi ini

ternyata dapat meningkatkan kompetensi guru-guru sendiri. Sehingga

dengan melihat hasil penelitian ini diharapkan akan semakin banyak guru

yang termotivasi untuk selalu meningkatkan kompetensinya dengan

bekerja secara profesional dan bertanggung jawab.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti, karena peneliti secara

langsung dapat mengetahui perbedaan kompetensi guru baik sebelum

maupun sesudah mengikuti program sertifikasi. Selain itu peneliti juga

mendapatkan wawasan, pengetahuan serta pengalaman baru karena telah

terjun langsung dalam melakukan penelitian ini.

4. Bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

sekaligus masukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat menjadi

tambahan referensi dan informasi bagi perpustakaan Universitas Sanata

(33)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profesionalisme Guru

Istilah profesional pada umumnya adalah orang yang mendapat upah atau

gaji dari apa yang dikerjakan, baik dikerjakan secara sempurna maupun tidak.

(Yamin, Martinis, Drs., M.Pd. 2007). Dalam konteks ini bahwa yang

dimaksud dengan profesional adalah guru. Pekerjaan profesional ditunjang

oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari

lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan

kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah (Sanjaya, Wina, Dr. M.Pd. 2008).

Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas

pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,

melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap

guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika

jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan

wakilnya atau guru senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala

sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya

kinerja guru yang ditandai dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan

tugas secara bertanggung jawab.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

(34)

tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dari pengertian di atas seorang

guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah

ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru dan Dosen yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi

pedagogik, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.

1. Pengertian Guru

Pengertian guru menurut wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia

bebas, guru (dari Sanskerta: yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya

adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa

Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada

pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus

mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas,

setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap

seorang guru.

2. Guru Sebagai Profesi

Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut

keahlian, tanggungjawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Lebih lanjut

dinyatakan bahwa suatu profesi secara teori tidak bisa dilakukan oleh

sembarang orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk itu. (Supriadi,

(35)

Sementara profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, menunjuk

pada penampilan atau performance atau kinerja seseorang yang sesuai

dengan tuntutan profesinya. Misalnya, “pekerjaan itu dilaksanakan secara

profesional”. Kedua, menunjuk pada orang yang melakukan pekerjaan itu,

misalnya “dia seorang profesional”.

Istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan atau

performance seseorang dalam melaksanakan pekerjaan atau profesi. Ada

yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan ada pula yang rendah.

Menurut (Supriadi, Dedi. 1998), profesionalisme menuntut tiga prinsip

utama, yakni well educated, well trained, well paid, atau memperoleh

pendidikan yang cukup, mendapatkan pelatihan yang memadai, dan

menerima gaji yang memadai. Dengan kata lain profesionalisme menuntut

pendidikan yang tinggi, kesempatan memperoleh pelatihan yang cukup,

dan akhirnya memperoleh bayaran atau gaji yang memadai. Secara

sederhana tentang ciri-ciri atau karakteristik suatu profesi :

a. Pertama, profesi itu memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi

masyarakat. Sebagai contoh, dokter disebut profesi karena memiliki

fungsi dan signifikasi sosial untuk memberikan layanan kesehatan bagi

masyarakat. Demikian juga guru, memberikanlayanan pendidikan bagi

anak-anak generasi muda bangsa.

b. Kedua, profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

proses pendidikan dan pelatihan yang cukup yang dilakukan oleh

lembaga pendidikan yang akuntabel atau dapat

(36)

c. Ketiga, profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a systematic

body of knowledge).

d. Keempat, ada kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku

anggota beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode

etik tersebut. Pengawasan terhadap penegakan kode etik dilakukan

oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

e. Kelima, sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan

kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau

kelompok memperoleh imbalan finansial atau material.

3. Empat Kompetensi Guru Profesional

Kompetensi (competency) didefinisikan dengan berbagai cara,

namun pada dasarnya kompetensi merupakan kebulatan penguasan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk

kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu

program pendidikan. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai

seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki

seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19/2005

tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen

pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni

kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam

(37)

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk

perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki

seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat

jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan

indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut.

a. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan

menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut. (1)

Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum;

bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan

memeliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. (2)

Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai

pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik. (3) Memiliki

kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta

didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam

berpikir dan bertindak. (4) Memiliki kepribadian yang berwibawa.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang

(38)

disegani. (5) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai

dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan

memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

b. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan

dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang

mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup

kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi

pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan

indikator esensial sebagai berikut. (1) Memahami peserta didik.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memamahami peserta

didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif;

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. (2)

Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan

untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran;

menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta

didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun

(39)

Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator

esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan

pembelajaran yang kondusif. (4) Merancang dan melaksanakan

evaluasi pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil

penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan

belajar; dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk

perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. (5)

Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator

esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai

potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk

mengem-bangkan berbagai potensi nonakademik.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan

dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan

mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum

matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi

materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai

guru. Secara rinci masing-masing elemen kompe-tensi tersebut

memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut. (1)

Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.

(40)

yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan

metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar;

memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan

menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. (2)

Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk

me-nambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini

memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut. (1)

Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi

secara efektif dengan peserta didik. (2) Mampu berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga

kependidikan. (3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

B. Pengembangan Profesi Guru di Indonesia

Pengembangan profesi seperti yang dimaksud dalam petunjuk teknis

jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, “adalah kegiatan guru dalam

rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk

(41)

tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu

yang bermanfaat bagi pendidikan”.

Unsur Pengembangan profesi sifatnya wajib bagi guru yang telah

menduduki pangkat/ jabatan guru pembina, hal ini dikarenakan pangkat

jabatan guru pembina diharapkan tumbuh daya analisis, kritis serta mampu

memecahkan masalah dalam lingkup tugasnya.

Beberapa kegiatan guru yang termasuk pengembangan profesi adalah

sebagai berikut:

a. melaksanakan kegiatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) di bidang pendidikan

b. menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan

c. membuat alat peraga atau alat bimbingan

d. menciptakan karya seni seperti lagu, lukisan

e. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

1. Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan peran guru sangat

penting. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen, Peraturan Pemerintah no. 74 Tahun 2008 tentang Guru, serta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 8 Tahun 2009 tentang Program

Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan, menegaskan peranan strategis guru

dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru merupakan jabatan

profesional yang menuntut agar guru memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki

(42)

Terkait dengan hal tersebut di atas, dalam upaya meningkatkan

mutu guru sebagaimana diamanahkan Undang-Undang no. 14 Tahun 2005

dan Peraturan Pemerintah no. 74 Tahun 2008, menyebutkan bahwa guru

harus berpendidikan minimal S1/D-IV dan wajib memiliki sertifikat

pendidik yang diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).

a. Pengertian Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Menurut Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi

setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk

memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan

demikian program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program

pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1 kependidikan dan

S-1 atau D-IV non kependidikan yang memiliki bakat dan minat

menjadi guru, agar mereka dapat menjadi guru yang profesional sesuai

dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat

pendidik.

b. Landasan Penyelenggaraan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

1) Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

2) Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3) Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

(43)

5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 8 Tahun 2009

tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan.

c. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Mengacu pada Undang-Undang no. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum

program pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang

memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan khusus program pendidikan profesi guru seperti yang

tercantum dalam permendiknas no. 8 Tahun 2009 Pasal 2 adalah untuk

menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam

merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran;

menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan

pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian, dan mampu

mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.

2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah

termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain

(44)

perlu melakukan refungsionalisasi Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan

menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

a. Kedudukan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya dalam

Peraturan ini disebut LPMP, adalah unit pelaksana teknis departemen

pendidikan nasional.

LPMP dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada direktur jenderal peningkatan mutu pendidik

dan tenaga kependidikan.

b. Tugas Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

LPMP mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu

pendidikan dasar dan pendidikan menengah termasuk taman

kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat di

provinsi berdasarkan kebijakan menteri pendidikan nasional.

c. Fungsi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, LPMP

menyelenggarakan fungsi:

1) pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA,

atau bentuk lain yang sederajat;

2) pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan

dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang

(45)

3) supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK,

RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar

mutu pendidikan nasional;

4) fasilitasi sumberdaya pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar

dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat

dalam penjaminan mutu pendidikan; dan

5) pelaksanaan urusan administrasi LPMP.

d. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) melakukan kegiatan

antara lain hal-hal sebagai berikut. (Samani, Muchlas, Prof. Dr, dkk.

2010a, hal. 25-28).

1) Menerima pedoman sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2010 dari

Konsursium Sertifikasi Guru (KSG)/ ditjen PMPTK sebagai

berikut :

Buku 1 : Pedoman penetapan peserta

Buku 2 : Petunjuk teknis pelaksanakan sertifikasi

Buku 3 : Pedoman penyusunan portofolio

Buku 4: Rambu-rambu Pelaksanakan Pendidikan dan Latihan

Profesi Guru (PLPG)

2) Membaca secara komprehensif semua buku pedoman sertifikasi

guru dalam jabatan tahun 2010 dan menerapkan dengan taat azas

ketentuan yang terkait dengan bidang tugasnya.

3) Membentuk Panitia Sertifikasi Guru (PSG) di LPMP,

sekurang-kurangnya terdiri atas: seorang ketua, seorang sekretaris, dan tiga

(46)

1. Mengidentifikasi dan menampilkan data guru yang memenuhi

syarat sebagai calon peserta sertifikasi guru dalam jabatan.

2. Bersama dengan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/ kota

menghitung dan menyepakati kuota peserta sertifikasi guru

dalam jabatan untuk kabupaten atau kota dan mengirimkan

kuota yang disepakati tersebut kepada ditjen PMPTK.

3. Menerima berkas dari guru sertifikasi dari dinas pendidikan

provinsi, kabupaten/ kota sebagai berikut.

a. Formulir pendaftaran yang telah diisi data oleh peserta

(asli) dari dinas pendidikan kabupaten/ kota dan dinas

pendidikan provinsi (untuk guru SLB)

b. Surat keputusan dinas pendidikan kabupaten/kota tentang

peserta sertifikasi pola penilaian portofolio dan pola

pemberian sertifikat pendidik secara langsung.

c. Surat keputusan dinas pendidikan provinsi tentang peserta

sertifikasi guru SLB pola penilaian portofolio dan pola

pemberian sertifikat pendidik secara langsung.

4. Berkoordinasi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota atau

dinas pendidikan provinsi (untuk guru SLB) melakukan

verifikasi data peserta sertifikasi guru.

5. Menetapkan jadwal formulir pendaftaran dan surat keputusan

tentang penetapan peserta, serta mengkomunikasikan kepada

(47)

6. Menetapka jadwal penyerahan cetakan RSG dan

mengkomunikasikan kepada dinas pendidikan

provinsi/kabupaten/kota.

7. Melakukan hal sebagai berikut:

a. Entri data pada RSG dalam aplikasi SIM-NUPTK dan

melakukan pemutakhiran data RSG.

b. Mencetak dari RSG dalam aplikasi SIM-NUPTK (tiap

peserta dua rangkap) dan menandatanganinya.

8. Membuat daftar peserta sertifikasi guru tiap kabupaten/kota dan

meng-upload ke website KSG

9. Menyerahkan cetakan yang telah ditandatangani kepada dinas

pendidikan provinsi/ kabupaten/kota.

10.Menyampaikan data peserta ke rayon LPTK penyelenggara

sertifikasi melalui KSG dengan meng-upload ke website KSG

(http://www.ksg.org.id).

11.Menyampaikan daftar peserta sertifikasi guru ke dinas

pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan dalam bentuk cetakan

dari RSG dalam aplikasi SIM-NUPTK atau website KSG.

12.Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanakan sertifikasi

guru dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan LPTK

penyelenggara sertifikasi guru.

13.Membat laporan pelaksanaan sertifikasi guru kepada Dirjen

(48)

C. Program Sertifikasi Guru 1. Pengertian Sertifikasi Guru

Dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan

dosen yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2005, di kemukakan

bahwa sertifikasi adalah prses pemberian sertifikat pendidik untuk guru

dan dosen. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik

kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmanai dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,

yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.

1

Agar pemahaman tentang sertifikasi lebih jelas dan mantap, berikut ini dikutipkan beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen sebagai berikut :

Pasal 1 butir 11 : Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat

pendidik kepada guru dan dosen.

Pasal 8 : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikasi pendididk, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pasal 11 butir 1 : Sertifikasi pendidik sebagaimana dalam Pasal 8

diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

Pasal 16 : Guru yang memiliki sertifikat pendidik

memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru

negeri maupun swasta dibayar pemerintah.

1 Sumber : Musliah, Mansur. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik

(49)

Undang-undang guru dan dosen menyatakan bahwa sertifikasi

sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan

kesejahteraannya. Oleh karena itu, lewat sertifikasi ini diharapkan guru

menjadi pendidik yang profesional, yaitu yang berpendidikan minimal

S-1/ D-4 dan berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan

dengan sertifikat pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. Atas

profesinya itu, guru berhak mendapatkan imbalan (reward) berupa

tunjangan profesi dari pemerintah sebesar satu kali gaji pokok. Untuk itu,

guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik yang relevan dengan

mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagaimana

dituntut oleh undang-undang guru dan dosen. Pengakuan profesional bagi

guru ini dibuktikan melalui sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik bagi

guru prajabatan diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG),

sedangkan bagi guru dalam jabatan diperoleh melalui uji kompetensi

dalam bentuk penilaian portofolio atau pemberian sertifikat secara

langsung.

2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru

Dalam buku pedoman sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2010,

dinyatakan bahwa secara umum tujuan sertifikasi guru adalah:

meningkatkan kompetensi peserta agar mencapai standar kompetensi yang

ditentukan. Secara khusus program sertifikasi bertujuan untuk :

a. menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional;

(50)

c. meningkatkan martabat guru;

d. meningkatkan profesionalitas guru.

Adapun manfaat sertifikasi guru antara lain sebagai berikut.

Pertama, melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang

tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.

Kedua, melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak

berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan

kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.

Ketiga, menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK yang bertugas

mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi

penguna layanan pendidikan. Keempat, menjaga lembaga penyelenggara

pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat

menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

3. Dasar Hukum Sertifikasi Guru dan Penyelenggarakan Sertifikasi Guru

Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-Undang nomor

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan pada

tanggal 30 Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah. (Samani,

Muchlas, Prof. Dr, dkk. 2010a, hal. 1-3).

Pasal 8 Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) :

….. guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

(51)

Pasal lainnya adalah Pasal 11, ayat (1) Undang-Undang Guru dan Dosen

(UUGD):

….. bahwa sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan

kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

Dasar hukum penyelenggara sertifikasi guru adalah Undang-Undang Guru

dan Dosen (UUGD) pasal 11 ayat (2) yang menyatakan :

….. sertifikasi pendidik di selenggarakan oleh perguruan tinggi yang

memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan

ditetapkan oleh pemerintah.

Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), dan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi

bagi guru dalam jabatanyang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007.

4. Pelaksanaan Sertifikasi Guru Melalui Uji Kompetensi Portofolio a. Pengertian Portofolio

Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan

pengalaman berkarya/ prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas

profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini

terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama guru yang

bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran

(kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi

profesional, dan kompetensi sosial). Dalam peraturan menteri

pendidikan nasional Republik Indonesia (RI) no. 18 Tahun 2007

(52)

meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3)

pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,

(5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7)

karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah,

(9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10)

penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

b. Fungsi Portofolio

Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam

jabatan) adalah untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan

tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik

dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan

dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai

antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas.

Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi

akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar,

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi akademik.

Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) wahana guru untuk

menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi

produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan

pendukung; (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan

tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan

standar yang telah ditetapkan; (3) dasar menentukan kelulusan seorang

(53)

pendidikan atau belum); dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi

peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai

representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru.

c. Persyaratan Sertifikasi Guru Melalui Uji Kompetensi Portofolio 1) Guru tetap yang diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah,

penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan. (1) Memiliki

masa kerja sebagai guru tetap (PNS atau bukan PNS) minimal 4

tahun; (2) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan

pendidikan; (3) Yang belum memiliki kualifikasi akademik S-1/

D-IV, apabila sudah; (a) mencapai usia 50 tahun dan mempunyai

pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau (b) mempunyai

golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara

dengan golongan IV/a; 1. Guru masih aktif mengajar di sekolah di

bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional, 2. Belum

memasuki usia 60 tahun, dan 3. Memiliki atau dalam proses

pengajuan nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan

(NUPTK).

2) Guru yang diberi sertifikat secara langsung; (a) Guru tetap yang

diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara

pendidikan, atau satuan pendidikan, (b) Guru yang diangkat dalam

jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki golongan

serendah-rendahnya IV/c atau yang memenuhi angka kredit

kumulatif setara dengan golongan IV/c, (c) Guru masih aktif

(54)

Nasional, (d) Belum memasuki usia 60 tahun, dan (e) Memiliki

atau dalam proses pengajuan Nomor Unik Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (NUPTK).

d. Komponen Portofolio 1) Kualifikasi akademik

Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang

telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik

pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun nongelar (D4 atau Post

Graduate diploma), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti

fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau

sertifikat diploma.

2) Pendidikan dan pelatihan

Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam

mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka

pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi dalam

melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat

kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun

internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat,

piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.

3) Pengalaman mengajar

Pengalaman mengajar, yaitu masa kerja guru (termasuk

guru bimbingan dan konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai

pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas

(55)

kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari

komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan

yang sah dari lembaga yang berwenang.

4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

Komponen dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu

perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran, yaitu persiapan mengelola

pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap

tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini paling tidak memuat

perumusan tujuan/ kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian

materi, pemilihan sumber/ media pembelajaran, skenario

pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar.

Pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan guru alam

mengelola pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual.

Kegiatan ini mencakup tahapan prapembelajaran (pengecekan

kesiapan kelas dan apersepsi), kegiatan inti (penguasaan materi,

startegi pembelajaran, pemanfaatan media/ sumber belajar,

evaluasi, serta penggunaan bahasa), dan penutup.

5) Penilaian dari atasan dan pengawas

Penilaian dari atasan dan pengawas, yaitu penilaian atasan

terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi

aspek-aspek ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab,

kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi, dan

(56)

6) Prestasi akademik

Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru,

utamanya yang terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat

pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat

kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun

internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik

(juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang

pendidikan atau nonkependidikan), pembimbingan teman sejawat

(instruktur, guru inti, tutor), dan pembimbingan siswa kegiatan

ekstra kurikuler (pramuka, drumband, mading, karya ilmiah

remaja-KIR, dan lainlain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa

surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang

dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.

7) Karya pengembangan profesi

Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang

menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang

dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi buku yang

dipublikasikan pada tingkat kabupaten/ kota, provinsi, atau

nasional; artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah/buletin

yang tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional; menjadi

reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak

lokal (kabupaten/kota) yang minimal mencakup materi

pembelajaran selama 1 (satu) semester; media/ alat pembelajaran

(57)

kelompok); dan karya seni (patung, rupa, tari, lukis, sastra, dan

lain-lain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan

dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.

8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah

Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam

kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat

kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi, nasional, atau internasional,

baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang

dilampirkan berupa makalah dan sertifikat/ piagam bagi nara

sumber, dan sertifikat/ piagam bagi peserta.

9) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial

Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan social

yaitu pengalaman guru menjadi pengurus organisasi kependidikan,

organisasi sosial, dan/atau mendapat tugas tambahan. Pengurus

organisasi di bidang kependidikan antara lain: pengurus Forum

Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS), Forum Kelompok Kerja

Guru (FKKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan

Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Himpunan Evaluasi

Pendidikan Indonesia (HEPI), Asosiasi Bimbingan dan Konseling

Indonesia (ABKIN), dan Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan

Indonensia (ISMaPI), dan Persatuan Guru Republik Indonesia

(PGRI). Pengurus organisasi sosial antara lain: ketua RT, ketua

RW, ketua LMD/BPD, dan pembina kegiatan keagamaan.

Gambar

Tabel 5.4 Hasil pengujian hipotesis kompetensi sosial guru .............................
Gambar 2.1 Diagram Alur Kegiatan Guru Dalam Proses Sertifikasi ................. 45
Tabel 2.1 Penjelasan Diagram Alur Kegiatan Guru Dalam Sertifikasi
Gambar 2.1 Diagram Alur Kegiatan Guru Dalam Proses Sertifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

(peNakilan tetap) dari berbagai negara anggota van8 berasal dari organissi ini telah berkenb g Misinisinya, Pada unuhnva, scbagai. p€nghnbug &taJa negara negara

Mengingat pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, berbagai progam di berlakukan pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa,

Sedangkan fungsi dari setiap kode @ yaitu untuk mengambil nilai dari model yang nantinya akan ditampilkan.. melalui

Komunikasi merupakan cara terbaik bagi komunikator (da’i) untuk dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u (komunikan), sehingga pesan dakwah yang mengajak kepada

Dengan demikian, pembelajaran melalui bermain dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kecerdasan jamak anak di TK "Kids 19" Jakarta.. Kata-kata kunci:

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemberian POC dan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah polong, panjang polong dan jumlah

User Interface pada MoRFi (Mobile Rental Film) diharapkan bisa dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan library pada J2ME seperti LWUIT (LightWeight User Interface

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran pemilihan penyedia barang/jasa pada Dinas Bina Marga Kota Medan paket pekerjaan Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan - Pengaspalan