HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI PELABUHAN MANADO
THE RELATIONSHIP BETWEEN PHYSHICAL ACTIVITY AND WORK FATIGUE STEVEDORING IN MANADO HARBOUR
Offelly Christian Karlos, Johan Josephus, Paul Kawatu Bidang Minat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRACT
Background: all types of work will result in fatigue. Fatigue will decrease performance and increase the error rate of work. Fatigue is a common health problem among labor. One cause of fatigue is physical activity. Physical activity performed by the stevedoring very heavy and requires good physical strength, morale and cooperation between members of the other stevedoring also very influential. The purpose of this study was to know the relationship between physical activity and work fatigue stevedoring in manado harbour. Methods: this research used analytical survey research with cross sectional study using the chi-square test. Research was conducted during july of 2013. Fulfilled the sample size in this study were 63 responders and taken by purposive sampling.
Assessment of
physical activity level
performed by using the formula of manual handling activities, and fatigue measurements using reaction timer. Results: based on respondents's physical activity, which has a heavy physical activity by 55 respondents (87.3%), normal physical activity as much as 8 respondents (12.7%). Respondents with a normal fatigue as many as 8 people (12.7%), and respondents with abnormal fatigue by 55 people (87.3%). Physical activity has a working relationship with fatigue (p = 0.000). Conclusions: physical activity in stevedoring in manado harbour is in the category heavy physical activity that is as much as 55 respondents. Fatigue at work on stevedoring manado harbour is in the category of abnormal fatigue as many as 55 respondents. There is a relationship between physical activity at work on stevedoring fatigue in manado harbour.Keywords: Physical Activity, Work Fatigue, Stevedoring.
RINGKASAN
Latar belakang: semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Kelelahan kerja merupakan suatu masalah kesehatan yang umum dijumpai di kalangan tenaga kerja. Salah satu penyebab kelelahan kerja adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan oleh para tenaga kerja bongkar muat sangat berat dan membutuhkan kekuatan fisik yang baik, semangat kerja dan kerjasama antara anggota tenaga kerja bongkar muat yang lain juga sangat berpengaruh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan manado. Metode penelitian: : penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional study dengan menggunakan uji chi-square. Penelitian dilakukan selama bulan juli tahun 2013. Besar sampel yang terpenuhi dalam penelitian ini adalah 63 responden dan diambil secara purpossive sampling. Penilaian tingkat aktivitas fisik dilakukan dengan menggunakan rumus aktivitas manual handling, dan pengukuran kelelahan kerja menggunakan reaction timer. Hasil penelitian: berdasarkan aktivitas fisik responden, yang memiliki aktivitas fisik berat sebanyak 55 responden (87,3%), aktivitas fisik normal sebanyak 8 responden (12,7%). Responden dengan kelelahan kerja normal yaitu sebanyak 8 orang (12,7%), dan responden dengan kelelahan kerja tidak normal sebanyak 55 orang (87,3%). Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan kelelahan kerja (p=0,000). Kesimpulan: aktivitas fisik pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan manado berada pada kategori aktivitas fisik berat yaitu sebanyak 55 responden. Kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan manado berada pada kategori kelelahan kerja tidak normal yaitu sebanyak 55 responden. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan manado.
Pendahuluan
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum (Suma’mur, 1976 dalam Budiono, 2003). Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. (Nurmianto, 2008). Kelelahan kerja merupakan suatu masalah kesehatan yang umum dijumpai di kalangan tenaga kerja. Salah satu penyebab kelelahan kerja adalah aktivitas fisik. (Tarwaka, 2010).
Tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia masih cukup tinggi. Berbagai kecelakaan kerja masih sering terjadi dalam proses produksi terutama di sektor jasa konstruksi. International Labour Organization (ILO) menyebutkan bahwa sekitar kurang lebih 2,2 juta jiwa per tahun di seluruh belahan dunia kehilangan nyawa akibat penyakit yang terkait dengan pekerjaan (Gita. L, 2007). Berdasarkan laporan ILO, setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal sekira 6. 000 kasus. Sementara di Indonesia setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang fatal akibat kecelakaan kerja. Tak hanya itu, menurut kalkulasi ILO, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-negara berkembang juga tinggi, yakni mencapai 4% dari Gross National Product (GNP) (Anonimous,2013). Lebih seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling (Health Safety Executive, 2003 dalam Tarwaka, 2010).
Pekerjaan bongkar muat di pelabuhan Manado hanya dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang terdaftar di kantor Pelabuhan Manado. Kesiapan sumber daya manusia operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan operasional pelabuhan 24 jam. Kebanyakan aktivitas bongkar muat menggunakan tenaga manusia dan pekerjaan dilakukan dengan memindahkan barang-barang dari gudang penyimpanan ke kendaraan yang mengangkut barang-barang
sampai di dermaga Pelabuhan Manado, setelah barang telah berada di dermaga Pelabuhan Manado pekerjaan dilanjutkan dengan mengangkat atau mengangkut barang dari kendaraan ke dalam kapal yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat. (Anonimous, 2009)
Berdasarkan hasil survei menunjukan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan oleh para TKBM sangat berat dan membutuhkan kekuatan fisik yang baik, semangat kerja dan kerjasama antara anggota TKBM yang lain juga sangat berpengaruh. Pekerjaan bongkar muat dilakukan dengan menggunakan sistem borongan, bekerja sesuai dengan kesepakatan pihak pengguna jasa. Melalui data yang didapat di bagian koperasi TKBM Pelabuhan Manado angka kecelakaan kerja TKBM selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut, pada tahun 2007 tercatat sebanyak 13 kasus, pada tahun 2008 tercatat sebanyak 5 kasus, pada tahun 2009 tercatat sebanyak 3 kasus, pada tahun 2010 tercatat 1 kasus, sedangkan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 3 kasus, dan pada tahun 2012 tercatat 6 kasus kecelakaan kerja di Pelabuhan Manado. (Anonimous, 2012). Berdasarkan wawancara secara langsung kepada TKBM peneliti juga mendapat laporan dari pekerja bahwa waktu kerja melebihi 8 jam per hari dan berlebihnya beban kerja angkat-angkut, maka hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan kerja. Metode
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional study (studi potong lintang). Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh TKBM yang ada
di Pelabuhan Manado yang berjumlah 151
orang. Sampel dalam populasi ini berjumlah
63 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purpossive sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi sampel. Kriteria inklusi sampel yaitu: Bersedia menjadi sampel, tidak sedang dalam pengaruh alkohol, dan hadir pada saat pengambilan data. Kriteria eksklusi sampe yaitu: Pernah sakit (cidera) selama satu minggu terakhir saat pengambilan data, tidak melakukan pekerjaan pada saat dilakukan penelitian, tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Variabel bebas dalam penelitian ini ialah ialah aktivitas fisik TKBM Pelabuhan Manado yaitu aktivitas mengangkat / menurunkan, aktivitasmendorong / menahan, aktivitas membawa / memindahkan. Variabel terikat dalam penelitian ini ialah kelelahan kerja TKBM pelabuhan Manado. Data sekunder berupa identitas responden identitas TKBM, data jumlah TKBM yang ada di Pelabuhan Manado dan diambil dari Kantor bagian Tenaga kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Manado, data aktivitas fisik dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data kelelahan kerja responden diukur dengan menggunakan reaction timer. Data yang telah masuk diinterpretasikan lebih lanjut dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis Univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel yang terdiri dari umur, masa kerja, tingkat pendidikan terakhir, kebiasaan olahraga. Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara aktivitas fisik dengan kelelahan kerja. Analisis data ini menggunakan uji chi-square. Keseluruhan proses analisis data menggunakan komputer dengan aplikasi Software Statistik SPSS Ver. 20 For Windows 7
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Responden Umur
Dalam penelitian ini yaitu yang paling banyak adalah umur 34 tahun dan 34 tahun ke atas yaitu sebanyak 54%. Menurut World Health Organization (WHO) usia produktif seseorang yaitu antara 18-65 tahun. Berdasarkan penelitian Oentoro (2004) dalam Mentari (2012), tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja yang relative lebih muda.
Masa kerja
Responden terbanyak adalah dengan masa kerja 1 – 5 tahun yaitu sebanyak 27 responden. Menurut Setyawati (2010) seseorang yang bekerja dengan masa kerja yang lama lebih banyak memiliki pengalaman dibandingkan yang bekerja dengan masa kerja yang tidak terlalu lama. Orang yang bekerja lama sudah terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukannya sehingga tidak menimbulkan kelelahan kerja bagi dirinya.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini paling banyak adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu 36 responden. Menurut Poerwanto (1989) dalam Setyawati (2012), pendidikan Kaitannya dengan kelelahan kerja adalah makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang berpikir secara luas, makin tinggi daya inisiatifnya dan semakin mudah pula untuk menemukan cara-cara yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya dengan baik (Setyawati, 2012)
Kebiasaan Olahraga
Dalam penelitian ini, sebanyak 27 responden (42,9%) sering melakukan olahraga sebelum bekerja. Latihan yang teratur dalam jangka waktu yang lama dapat menghasilkan peningkatan ukuran dan kekuatan pada tendon dan ligamen, serta peningkatan kekuatan hubungan antara tendon dan tulang atau antara ligamen dan tulang. (Helmi. N. Zairin, 2012) Aktivitas Fisik
Tabel 1. Distribusi gambaran umum aktivitas fisik
Aktivitas Fisik Jumlah % Ringan (<10) 0 0 Sedang (10-<25) 0 0 Normal (25-<50) 8 12,7
Berat (>50) 55 87,3
Jumlah 63 100
Berdasarkan hasil penelitian terhadap para TKBM yang melakukan aktivitas fisik mengangkat, menahan dan memindahkan beban, diketahui bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik berat sebanyak 55 responden (87,3%) sedangkan responden yang memiliki aktivitas fisik normal hanya sebanyak 8 responden (12,7%). Kegiatan yang dilakukan TKBM di pelabuhan Manado, aktivitas fisik kerjanya bersifat Manual Handling sehingga setiap tahap kegiatan sepenuhnya memerlukan kemampuan fisik TKBM. Menurut Manuaba (2006) dalam Artayasa (2008), masalah utama yang dihadapi pada pengangkutan produk di industri primer adalah: sistem angkat-angkut seperti sikap kerja yang tidak alamiah, desain peralatan yang kurang tepat guna, pengorganisasian waktu yang tidak tepat, hanya menggunakan pertimbangan faktor ekonomi dan teknik saja saat memecahkan masalah.
Pekerja dengan aktivitas fisik kategori sedang selama bekerja berisiko 2,08 kali (95% CI: 1,48 – 2,92) mengalami kecelakaan kerja dibandingkan pekerja dengan aktivitas ringan. Hal ini disebabkan pekerja dengan aktivitas sedang akan lebih cepat mengalami kelelahan secara fisik dibandingkan dengan aktivitas ringan sehingga bisa mengurangi stamina dan konsentrasi pekerja. (Riyadina, 2007).
Kelelahan kerja
Tabel 2. Distribusi gambaran umum kelelahan kerja pada TKBM pelabuhan Manado
Kategori Kelelahan Jumlah Persentase (%) Normal 8 12,7 Tidak Normal 55 87,3 Jumlah 63 100
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden dengan kelelahan kerja normal yaitu sebanyak 8 orang (12,7%), dan responden dengan kelelahan kerja tidak normal sebanyak 55 orang (87,3%). Ini disebabkan pekerja melakukan pekerjaan dengan cara mengangkat, menahan dan memindahkan barang secara manual tanpa menggunakan alat bantu angkat dan barat beban yang diangkat melebihi 50 kg.
Kelelahan kerja merupakan suatu keadaan yang sering ditemukan di kalangan pekerja. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja. (Adi, 2013)
Perasaan kelelahan kerja dapat dicirikan oleh penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan hambatan persepsi, cara berpikir atau perbuataan anti sosial, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif. Di samping itu juga perasaan kelelahan kerja disertai oleh sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan, mudah tersinggung dan penurunan toleransi. Pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Manado yaitu secara manual yang mengerahkan seluruh bagian tubuh, sehingga menimbulkan kelelahan kerja. Dampak dari
kelelahan kerja bagi pekerja yaitu penurunan semangat kerja yang menimbulkan penurunan produktivitas kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati (2012), pemberian makanan tambahan terbukti mampu menurunkan kelelahan pekerja dengan kategori kelelahan sedang menjadi kelelahan ringan. Menurut Artayasa (2008), dengan pendekatan ergonomi total dapat menurunkan kelelahan pekerja sebesar 53,97%
Hubungan antara aktivitas Fisik dengan Kelelahan Kerja
Tabel 1. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kelelahan Kerja pada TKBM di Pelabuhan Manado Aktivitas Fisik Kelelahan Kerja Jumlah % p value OR Tidak Normal Normal n % n % Berat 52 94,5 3 37,5 55 87,3 Normal 3 5,5 5 62,5 8 12,7 0,000 28,889 Jumlah 55 100 8 100 63 100
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diperoleh nilai Signifikan (p) yaitu 0,000 yang menunjukan bahwa nilai p < 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kelelahan kerja pada TKBM pelabuhan Manado. Nilai Odds Ratio sebesar 28,889 yang artinya responden dengan aktivitas fisik berat memiliki peluang 28,889 kali untuk berada pada kategori kelelahan kerja tidak normal.
Jumlah responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat dan berada dalam kategori kelelahan tidak normal sebanyak 52 orang dan yang memiliki tingkat kelelahan normal sebanyak 3 orang. Sebanyak 3 orang yang memiliki aktivitas fisik normal berada pada tingkat kelelahan tidak normal dan sebanyak 5 orang berada pada tingkat kelelahan normal. Adanya hubungan antara kedua variabel tersebut disebabkan karena responden dengan aktivitas berat pada umumnya berada pada tingkat kelelahan tidak normal. Responden dengan aktivitas normal pada umumnya berada pada tingkat kelelahan normal. Kenaikan satu variabel diikuti oleh variabel lainnya.
Aktivitas fisik merupakan salah satu dari faktor-faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja. Faktor-faktor lainnya yaitu aktivitas
kerja mental, stasiun kerja tidak ergonomis, sikap paksa, kerja statis, kerja bersifat monotomi, lingkungan kerja ekstrim, psikologis, kebutuhan kalori kurang, waktu kerja-istirahat tidak tepat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fahri (2010), kebisingan dan tekanan memiliki hubungan yang sedang dengan terjadinya perasaan kelelahan kerja.
Menurut Tyas (2009), pekerjaan angkat angkut menimbulkan kelelahan karena disebabkan oleh berat beban angkatan, jarak angkut, serta frekuensi angkat-angkut sedangkan faktor-faktor lain yang menyebabkan kelelahan cepat terjadi karena kondisi ruangan yang panas, dan kelelahan juga mungkin disebabkan karena jarak rumah dengan tempat kerja yang jauh, serta pekerja bekerja di luar pabrik.
Menurut Santoso (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Angkat-angkut terhadap kelelahan otot tangan karyawan unit logistik PT. Indo Acidatama TBK Kemiri Kebak Kramat di Karanganyar”, dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari angkat-angkut yang melebihi batas akan menimbulkan kelelahan otot karyawan. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa ada pengaruh angkat-angkut terhadap kelelahan otot tangan karyawan.
Berdasarkan penelitian mengenai pendekatan ergonomi total yang dilakukan Artayasa (2008), penurunan kelelahan dimungkinkan kerena telah diadakan perbaikan cara angkat dan angkut serta penyesuaian berat beban yang diangkat dan diangkut dengan kemampuan tubuh; adanya pengaturan waktu kerja dan istirahat; pemberian teh manis setelah dua jam kerja; pembuatan undakan yang ergonomis pada tegalan yang memiliki kemiringan yang tajam
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas fisik pada TKBM di Pelabuhan Manado berada pada kategori aktivitas fisik berat yaitu sebanyak 55 responden. 2. Kelelahan kerja pada TKBM di
Pelabuhan Manado berada pada kategori kelelahan kerja tidak normal yaitu sebanyak 55 responden.
3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kelelahan kerja pada TKBM di Pelabuhan Manado.
Saran
1. perlu dilakukan olaraga atau peregangan otot sebelum melakukan aktivitas fisik mengangkat, menahan dan memindahkan beban pada TKBM di pelabuhan Manado 2. Memperhatikan waktu istirahat, kondisi tempat kerja, beban angkat, serta alat bantu yang di gunakan pada TKBM agar kelelahan kerja yang berujung pada kecelakaan kerja tidak akan semakin meningkat
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel-variabel berbeda, agar dapat ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja.
Daftar Pustaka
Adi, D. 2013. Hubungan Antara Iklim Kerja, Asupan Gizi Sebelum Bekerja, Dan Beban Kerja Terhadap Tingkat Kelelahan Pada Pekerja Shift Pagi Bagian Packing Pt.X, Kabupaten Kendal. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Anonimous, 2009. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan. Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri
Anonimous, 2012. Profil Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Manado. Manado: Koperasi TKBM Pelabuhan Manado.
Anonimous, 2013. Kecelakaan Kerja Tinggi (online)
(http://menteri.depnakertrans.go.id/?sho w=news&news_id=960)
Artayasa, 2008. Pendekatan Ergonomi Total Meningkatkan Kualitas Hidup Pekerja Wanita Pengangkut Kelapa Di Banjar Semaja Antosari Selemadeg Tabanan Bali (diakses 21 Oktober 2013)
Budiono. S, Jusuf, Pusparini. A, 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Fahri, S. 2010. Kebisingan Dan Tekanan Panas Dengan Perasaan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Drilling Pertamina EP Jambi. PROSIDING SEMINAR NASIONAL
UNIMUS 2010,
Gita, L. 2007. Media Relations Officer ILO. Jakarta.
Mentari, A. 2012. Hubungan Karakteristik Pekerja dan Cara Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pemanen Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Adolina Tahun 2012. (diakses tanggal 2 Juli 2013) Nurmianto, E. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar
dan Aplikasinya. Surabaya: Prima Pinting.
Riyadina, W. 2007. Kecelakaan Kerja dan Cedera yang Dialami oleh Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 25-31
Setyawati, 2010. Selintas tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books. Sukmawati, 2012. STUDI PERBEDAAN
KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi) (diakses tanggal 2 September 2013)
Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: HARAPAN PRESS
Tyas, 2009. Pengaruh Pekerjaan Angkat-Angkut Terhadap Kelelahan Kerja pada Waktu Aktivitas Pengisian Acetic Acid ke Dalam Jerigen di Unit Filling PT. Indo Acidatama tbk, Kemiri Kebakkramat Karanganyar. (diakses tanggal 2 September 2013).