BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
A.Gambaran Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Sekolah
Sekolah memiliki potensi yang secara aktif sebagai wahana
masyarakat. Karena itu, pendirian Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Miftahul Ulum Kaliwates Jember adalah lembaga pendidikan formal
yang didirikan di bawah naungan pondok pesantren miftahul ulum.
Pendirian SMP Mifathul Ulum Kaliwates Jember merupakan bentuk
responsif permintaan masyarakat dan wali santri yang peduli akan
pentingnya pendidikan formal dalam pesantren yang bertujuan
menyemarakan dan menghidupkan eksistensi pesantren dalam bidang
pendidikan formal.
Pendirian SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember didirikan pada
tahun 2005 yang bermula dari keinginan untuk membantu masyarakat
sekitar kaliwates dan tegal besar yang termasuk kelas ekonomi ke bawah.
Gedung madrasah diniyah pondok pesantren miftahul ulum adalah awal
untuk terselenggaranya pendidikan di SMP miftahul Ulum Kaliwates
Jember.
Lima tahun berikutnya siswa-siswinya sudah bisa menempati
gedung milik sendiri yang sudah jadi yang dibangun oleh yayasan
dengan tanah asli milik pesantren.
Sebenarnya keunikan dari SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember
adalah ada pada desain kurikulum yang mengintegrasikan kurikulum
SMP, MTS, dan Pesantren dengan perimbangan yang proposional.
Dengan tujuan untuk menyeimbangkan semua potensi anak bangsa agar
memiliki imtaq dan iptek yang seimbang, cerdas, terampil, dan
berimbang.
Sumber Data : Dokumentasi Kantor SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember 18 November 2015.
2. Visi dan Misi Sekolah Visi Sekolah
“Mencetak insan ulul albab (dzikir, pikir, dan amal shaleh)”
Misi Sekolah
a. Melahirkan insan yang bertaqwa kepada Allah Swt yang terhias
dengan akhlakul karimah
b. Menumbuhkan semangat mujahadah demi meraih prestasi
menuju cita-cita dan masa depan yang cerah dengan ridho Allah
Swt
c. Menumbuhkan dan meningkatkan daya kreatif, inovatif, dan
kemandirian kepada anak didik melalui pembelajaran secara
optimal dan berkualitas
d. Memberikan bekal ketrampilan untuk menyongsong masa depan
3. Struktur Organisasi Sekolah Bagan 4.1
Struktur Organisasi SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
Siti Fatimatuz Zahro, S. Pd. I
Wali Kelas
Guru
4. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Miftahul Ulum Keberadaan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional
dan berkompeten harus dimiliki oleh sekolah. Karena seorang guru
adalah tenaga pengajar dan pendidik yang berperan besar bagi
terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari
sisi intelektualitas saja melainkan juga dari tata cara berperilaku
dimasyarakat.
Tabel 4.1
Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
NO Nama Jenis
Kelamin
Ijazah
Terakhir
Jabatan
L P
A B C D E F
1 Fitria Sholeha V S1 Kepala Sekolah
2 Basyruz Zaman V S1 Wakil Kepala Sekolah
3 Dyah Rokhimatul V S1 Guru
4 Mahendra Widodo V S1 Guru
5 Malihatul Uyun V S1 Bendahara
6 Siti Fatimatus Zahro V S1 Kepala Tenaga Admin
7 Umdatul Tasriyah V S1 Bendahara
8 Wiwit Puji Handayani V S1 Guru
A B C D E F
10 Syaifuddin V S1 Guru
11 Ali Akbar V S1 Guru
12 Imam Gozali V S1 Guru
13 Irham Maulana V S1 Guru
14 M. Misbah V S1 Guru
Sumber Data : Dokumentasi Kantor SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember 18 November 2015.
5. Keadaan Siswa
Tabel 4.2
Keadaan Siswa SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
NO
Kelas
Jenis
Kelamin
Jumlah Wali Kelas
L P
1 VII 5 5 10 Dyah Rokhimatul Nikmah, S. Pd
2 VIII 11 10 21 Umdatul Tasriyah, S. Pd
3 IX 5 4 9 Wiwit Puji Handayani, S. Tp
Jumlah 21 19 40
6. Keadaan Sarana
Tabel 4.3
Keadaan Sarana SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
NO Jenis Sarana Letak Keterangan
A B C D
1 Perlengkapan ibadah Masjid PP Mitahul Ulum
2 Komputer TU Kantor SMP Miftahul Ulum
3 Lemari Kantor SMP Miftahul Ulum
4 Timbangan badan Kantor SMP Miftahul Ulum
5 Kursi TU Kantor SMP Miftahul Ulum
6 Meja TU Kantor SMP Miftahul Ulum
7 Kursi Pimpinan Kantor SMP Miftahul Ulum
8 Komputer Kantor SMP Miftahul Ulum
9 Printer TU Kantor SMP Miftahul Ulum
10 Kursi dan meja tamu Kantor SMP Miftahul Ulum
11 Meja pimpinan Kantor SMP Miftahul Ulum
12 Meja dan kursi guru Ruang kelas 9
13 Meja dan kursi siswa Ruang kelas 9
14 Papan tulis Ruang kelas 9
15 Meja dan kursi guru Ruang Kelas 8
16 Meja dan kursi siswa Ruang Kelas 8
A B C D
18 Meja dan kursi guru Ruang kelas 7
19 Meja dan kursi siswa Ruang kelas 7
20 Papan tulis Ruang kelas 7
21 Bell Sekolah Ruang kelas 8
Sumber Data : Dokumentasi Kantor SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember 18 November 2015.
7. Keadaan Prasarana
Tabel 4.4
Keadaan Prasarana SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
NO Nama Prasarana Panjang (m) Lebar (m)
1 Kantor SMP Miftahul Ulum 5 3
2 Masjid PP
Miftahul Ulum
12 9
3 Ruang kelas 7 9,5 8,5
4 Ruang kelas 8 9,5 8,5
5 Ruang kelas 9 9,5 8,5
6 Toilet Putra 2 1,5
7 Toilet Putri 2 1,5
B. Penyajian Data dan Analisis Data
Menganalisis teks dan beragam bentuk data yang lain merupakan tugas
yang menantang bagi peneliti kualitatif. Menentukan bagaimana menyajikan
data dalam bentuk tabel, matriks, dan narasi memberikan tantangan tersendiri.
Sering kali peneliti kualitatif menyamakan analisis data dengan pendekatan
untuk analisis data teks dan gambar. Proses analisis jauh lebih dari itu. Proses
itu juga melibatkan pengorganisasian data, pembacaan pendahuluan pada
databese, pengodean dan pengorganisasian tema, penyajian data, dan
penyusunan penafsiran data. Langkah-langkah ini saling terkait dan
membentuk spiral aktifitas yang semuanya terkait dengan analisis dan
penyajian data.
Adapun dalam penelitian ini menggunakan metode observasi,
interview, dan dokumentasi sebagai alat untuk memperoleh data yang
berkaitan dan mendukung dalam penelitian ini. Akan tetapi lebih memberikan
porsi yang lebih intensif dan berimbang maka juga dilakukan dengan
menggunakan metode dokumentasi.
penelitian ini peneliti berusaha memaparkan gambaran tentang
efektifitas kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah pertama miftahul ulum
1. Efektifitas Kepemimpinan Perempuan Sebagai Kepala Sekolah Dalam Menerapkan Model Kepemimpinan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
Teori atau model kepemimpinan yang berkembang selama ini, ingin
mengetahui bagaimana terjadinya keefektifan kepemimpinan dalam
organisasi.
Teori kepemimpinan ini dapat dilihat dari pribadi pimpinan, perilaku
pemimpin, situasi budaya organisasi, hubungan pimpinan dengan yang
dipimpin, hubungan pimpinan dengan tugas-tugasnya, dan sebagainya.
Dalam kaitannya dengan efektifitas kepemimpinan perempuan sebagai
kepala sekolah dalam menerapkan model kepemimpinan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember adalah dimana
seorang kepala sekolah perempuan menggunakan model kepemimpinan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa :
“Kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah dalam memimpin sekolah di SMP Miftahul Ulum ini sudah baik. Kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru untuk mengajar yang lebih berkualitas. Meskipun disisi lain dari kondisi sekolah yang masih awal perintisan dan masih minimnya sarana dan prasarana tidak membuat para guru dan peserta didik malas belajar. Melakukan kerja sama yang baik dengan para guru, kedekatan, dan kekeluargaan kunci untuk memajukan di sekolahnya”.1
Hasil wawancara dengan bapak Basyruz Zaman selaku wakil kepala
sekolah beliau mengatakan bahwa :
1Observasi,
“Ibu Fitria Sholeha menurut saya lebih ke arah menerapkan model kepemimpinan transformasional dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga ini. Karena, dia mampu merubah cara pandang guru yang awalnya malas-malasan mengajar menjadi lebih disiplin dan memberi bimbingan kepada para guru bahwa mengajar profesional itu penting dan tidak asal masuk dalam mengajar. Selain itu juga, meskipun beliau seorang perempuan, dia berani dalam mengambil keputusan dan tegas terhadap guru-guru yang kurang disiplin”.2
Kepemimpinan kepala sekolah dalam menerapkan model
kepemimpinan ini akan berdampak pada yang dipimpinnya. Seorang kepala
sekolah harus mampu menjadi panutan dan teladan atau uswah bagi yang
dipimpinnya. Dengan upaya tersebut maka dengan sendirinya bawahan akan
meniru pimpinan dan ada rasa tidak enak ketika seorang bawahan melakukan
penyelewengan.
Hal senada diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Siti
Fatimatuz Zahro selaku guru PAI dan Sekretaris beliau mengatakan :
“Menurut saya ibu Fitria Sholeha itu menerapkan model kepemimpinan transformasional. Karena sosok beliau yang tegas mampu merubah guru menjadi disiplin dan menjadikan guru mengajar lebih profesional dengan mengikutkan pelatihan para guru-guru. Selain itu juga ibu Fitri memberikan motivasi kepada guru akan pentingnya kualitas belajar. Meningkatkan kedekatan dengan para guru agar mempermudah melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan sekolah. Dan yang terakhir menurut saya adalah memberikan penyadaran kepada para siswa agar lebih rapi dan disiplin dalam belajar. Karena emang awalnya ibu Fitri menjadi kepala sekolah para murid mayoritas bersekolah tidak
memakai sepatu dan pulang sebelum jam sekolah berakhir”.3
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Fitria Sholeha selaku kepala
sekolah beliau mengatakan :
”Upaya saya untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga saya. Pertama, yaitu saya menerapkan kedisplinan untuk guru-guru. Karena
2
Basyruz Zaman, Wawancara, Jember, 30 November 2015.
3
awal saya menjadi seorang pemimpin banyak guru-guru yang sering telat mengajar dan saya melakukan tindakan teguran kepada guru-guru yang sering banyak izin tidak mengajar dengan alasan yang tidak jelas. Jadi untuk menjadikan siswa dispilin saya harus menjadikan gurunya dahulu yang harus disiplin. Karena seorang guru adalah panutan bagi siswa-siswanya. Dengan disiplin maka semuanya akan berjalan dengan baik”. Dengan memberikan penyadaran akan pentingnya kedisiplinan ini akan membuat para guru untuk lebih mementingkan kepentingan lembaga dari pada kepentingan pribadinya dengan enak-enakan tanpa
memikirkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru”.4
Melihat dari penjelasan di atas berdasarkan hasil observasi dan
wawancara bahwa kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
menggunakan model kepemimpinan transformasioanal. Kepala sekolah
menjadi teladan bagi guru sebelum menyuruh guru untuk menjadi teladan
untuk murid-muridnya. Selain itu juga kepala sekolah memberikan
penyadaran untuk lebih meningkatkan kedisiplinan di sekolahnya baik untuk
guru maupun muridnya. Dan memberikan motivasi serta team work untuk
mencapai tujuan sekolah. Dengan hal tersebut, seorang kepala sekolah
mampu untuk memberikan penyadaran dan merubah cara pandang guru untuk
lebih disiplin dalam mengajar. Yang endingnya guru lebih termotivasi dan
mementingkan kepentingan sekolah daripada kepentingan pribadi untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.
4
2. Efektifitas Kepemimpinan Perempuan Sebagai Kepala Sekolah Dalam Memberdayakan Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
Efektifitas seorang pemimpin tidak hanya dilihat dari jenis kelamin
laki-laki ataupun perempuan. Tetapi untuk menjadi seorang kepala sekolah
yang efektif setidaknya harus mempunyai skill dan kompetensi dalam
mengelola sekolah.
Di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember adalah seorang kepala
sekolah perempuan yang menjadi pemimpinnya. Untuk menjadi seorang
kepala sekolah yang efektif tidak harus seorang laki-laki tetapi perempuanpun
bisa untuk menjadi seorang kepala sekolah yang efektif dengan skill dan
kompetensinya dalam mengelola sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Siti Fatimatuz Zahro selaku
guru PAI dan Sekretaris yaitu :
“sekarang sudah ada kesetaraan gender. Jadi sudah tidak ada perbedaan
lagi antara laki-laki dengan perempuan. Mungkin kalau dulu laki-laki yang selalu jadi pemimpin dan berperan banyak dalam publik. Tetapi sekarang perempuan juga mampu menjadi figur di publik. Misalnya, presiden Megawati Soekarno Putri dan RA Kartini.
Kalau pemimpin perempuan sebagai kepala sekolah efektif juga di lembaga sini. Karena juga banyak perubahan dan kemajuan dengan kepemimpina bu Fitri yang sekarang. Misalnya banyak pembangunan gedung-gedung baru, mendisplinkan guru, mengambil keputusan yang tegas ketika guru menyeleweng, dan kalau perempuan mungkin lebih telaten dan ulet untuk membina murid-muridnya”.5
5
Pendapat di atas diperkuat oleh bapak Basyruz Zaman selaku wakil
kepala sekolah beliau mengatakan :
“Kepemimpinan ibu Fitri menurut saya sudah efektif. Karena dia sudah mengabdi untuk lembaga dan menguasai semua aspek apa yang dibutuhkan oleh lembaga. Membagi tugas anatara kepala sekolah dengan semua guru. Lebih banyak meluangkan waktu untuk kepentingan sekolah karena jatah dari ibu Fitri dalam mengajar hanya 6
jam”.6
Pemberdayaan guru merupakan salah satu bentuk reformasi di bidang
pendidikan yang amanat pelaksanaannya ditegaskan dalam undang-undang
nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Kepala sekolah di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember
memberdayakan para guru sehingga tercipta pembelajaran yang berkualitas.
Dengan membagi tugas sesuai dengan kompetensi guru diharapkan guru
mengerti akan tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing.
Kepala sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan di sekolah, dia
harus mampu memberdayakan para guru dalam mengembangkan kariernya.
Yakni dengan meningkatkan kemampuan staf atau bawahan (enabling),
memperlancar (facilitating) tugas-tugas mereka, konsultasi (consulting),
bekerjasama (collaborating), membimbing bawahan, dan mendukung
(supporting).
Hasil wawancara dengan ibu Fitria Sholeha selaku kepala sekolah
beliau mengatakan sebagai berikut :
“Menjadi seorang kepala sekolah yang efektif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di lembaga saya. Menurut saya dengan mengadakan pemberdayaan guru dengan baik maka akan terjadi kerja
6
sama antara kepala sekolah dengan guru. Dengan hal seperti itu, maka akan tercipta pendidikan yang berkualitas.
Dalam memberdayakan guru-guru saya terlebih dahulu memberikan teladan sebelum menyuruh guru-guru agar mudah untuk memberdayakannya. Dengan memperhatikan kesejahteraan guru, kesejahteraan murid diharapkan semuanya sama-sama bisa berjalan
dengan baik dan lancar”.7
Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Basyiruz Zaman selaku
wakil kepala sekolah beliau mengatakan :
“Kepala sekolah ibu Fitri dalam memberdayakan guru-guru di sekolah
ini yaitu ada dua, formal dan informal. Pemberdayaan secara formal adalah kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah yang diluar agenda diknas. Misalnya kepala sekolah mengadakan kegiatan untuk guru seperti MGMP, KKG, MKKS dll. Untuk sekolah pinggiran ini malah sudah aktif dalam kegiatan MGMP sedangkan untuk kota masih belum aktif dalam kegiatan tersebut.
Pemberdayaan informal adalah kegiatan yang diadakan oleh diknas dan diselenggarakan terkadang setahun sekali, satu semester sekali ataupun satu bulan sekali. Untuk pemberdayaan informal ini tugas kepala sekolah adalah menyampaikan info dari diknas untuk disampaikan kepada guru-guru dan mengikutkan guru-guru dalam pelatihan, misalanya pelatihan K 13, workshop dll. Dan kemaren saya yang
mewakili sekolah untuk mengikuti pelatihan K 13”.8
Seorang kepala sekolah yang mampu dalam memberdayakan guru
akan berdampak positif bagi sekolah. Dalam upayanya meningkatkan mutu
pendidikan kepala sekolah memberdayakan guru dengan berbagai kegiatan.
Hal senada diperkuat oleh pendapat ibu Siti Fatimatus Zahro selaku
guru PAI dan Sekretaris beliau mengatakan sebagai berikut :
“Ibu Fitria Sholeha dalam memberdayakan guru-guru yaitu dengan
mengikutkan pelatihan dan diklat-diklat. Misalnya pelatihan penggunaan media pembelajaran, metode pembelajaran dan administrasi sekolah. Sedangkan untuk guru pendidikan agama islam (PAI) itu diikutkan diklat MGMP. Dan yang terbaru hari ini ibu kepala sekolah mengirimkan satu guru untuk menjadi perwakilan sekolah
7
Fitria Sholeha, Wawancara, Jember, 23 November 2015.
8
dalam pelatihan kurikulum 2013 yang diikuti oleh lembaga swasta dan
negeri”.9
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan untuk memperkuat
pendapat di atas bahwa :
“Kepala sekolah mengirimkan guru untuk menjadi wakil sekolah dalam agenda dikanas. Kemaren ibu kepala sekolah mengirimkan 1 guru untuk mengikuti agenda pelatihan K 13 yang di ikuti oleh lembaga negeri maupun swasta”. Selain itu juga dalam memberdayakan guru dari faktor kesejahteraan guru harus diperhatikan. Tanpa memperhatikan kesejahteraan guru pemberdayaan kurang bisa berjalan dengan efektif dan semangat. Adanya kompensasi dari kepala sekolah ini menambah semangat kerja para guru dalam menjalankan tugasnya. Jadi seorang kepala sekolah tidak hanya menyuruh para guru dalam menjalankan tugasnya tetapi beliau juga memperhatikan kesejahteraan
guru”.10
Selain itu juga faktor kesejahteraan guru juga diperhatikan oleh kepala
sekolah dalam memberdyakan guru.
Hasil wawancara dengan ibu Siti Fatimatus Zahro selaku guru PAI dan
Sekretaris beliau mengatakan :
“Setiap agenda sekolah itu ada uang transport dari kepala sekolah selain
uang gaji pokok, misalnya untuk agenda sekolah ke diknas, tugas guru untuk keluar itu ada uang transport dari kepala sekolah. Karena dengan memberikan uang transpot itu akan menambah motivasi bagi guru yang menjalankan tugas dari kepala sekolah. Insyaallah dengan pemberdayaan guru yang baik akan berdampak juga untuk
kesejahteraan guru”.11
Kepala sekolah memberikan kompensasi kepada para guru adalah
tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Agar kepala sekolah,
guru, dan murid semuanya bisa sama-sama jalan. Dengan hal tersebut para
9
Siti Fatimatuz Zahro, Wawancara, Jember, 25 November 2015.
10Observasi,
Jember, 19 November 2015.
11
guru diharapkan lebih meningkatkan kinerjanya dalam mengajar dan lebih
semangat dalam mengajar.
Hal senada diperkuat oleh pendapat bapak Basyruz Zaman selaku wakil
kepala sekolah beliau mengatakan :
“Pasti ada kompensasi dari kepala sekolah ketika ada agenda tugas keluar atau ke diknas. Untuk guru yang mendapat tugas keluar ini akan mendapat kompensasi berupa uang, waktu, dan ilmu”. Contohnya kompensasi uang yaitu kita mendapatkan uang transport dari tugas keluar tersebut. Selanjutnya contohnya kompensasi waktu yaitu kita mendapat jatah untuk tidak mengajar dan sementara digantikan guru piket. Dan yang terakhir kompensasi ilmu yaitu kita mendapatkan ilmu
tambahan ketika dikasih tugas keluar”.12
Pemberdayaan guru yang terorganisir dengan baik maka diharapkan
proses belajar mengajar lebih aktif dan interaktif. Guru lebih kompeten dan
profesional dalam mengajar yang pada akhirnya kualitas pendidikan di SMP
Miftahul Ulum akan lebih maju dan meningkat.
Sebagaimana dikatakan oleh Indana Zulfa selaku siswi kelas 8 di SMP
Miftahul Ulum adalah sebagai berikut :
“Guru mengajar terkadang ada yang telat mas. Namun tidak ada teguran
dari kepala sekolah karena biasanya telat mengajarnya guru ada tamu di
kantor. Tetapi guru sudah mengajar dengan baik dan sesekali dalam
mengajar ada sebagian yang mengajar dengan menggunakan LCD dan
ada pula yang tidak”.13
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas jadi kepemimpinan
perempuan sebagai kepala sekolah sudah baik karena sudah ada banyak
12
Basyruz Zaman, Wawancara, Jember, 30 November 2015.
13
perkembangan seperti pembangunan-pembangunan, memberi penyadaran
kepada guru untuk lebih disiplin, dan memberikan waktu lebih untuk sekolah.
Sedangkan kepala sekolah dalam memberdayakan guru untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolahnya yaitu dengan mengikut sertakan para guru
untuk mengikuti agenda-agenda dari diknas maupun dari lembaga yaitu
seperti pelatihan-pelatihan dan diklat. Selain itu juga faktor kesejahteraan
guru juga diperhatikan oleh kepala sekolah dengan memberikan uang
transport bagi guru yang mengikuti pelatihan ataupun diklat. Dengan
pemberdayaan guru tersebut tujuannya agar pembelajaran lebih berkualitas
dan guru lebih profesional dalam mengajar yang ditandai dengan siswa
merasakan bahwa guru sudah mengajar dengan baik walaupun terkadang telat
dalam mengajar.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016.
Faktor pendukung kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan memang perlu dan harus ada dalam memajukan sekolah. Karena
seorang kepala sekolah tidak mungkin bekerja sendirian dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Dengan melibatkan guru, murid, dan orang tua maka akan
mempermudah kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai
Berdasarkan Hasil wawancara dengan ibu Fitria Sholeha selaku kepala
sekolah beliau mengatakan bahwa :
“Terkait dalam meningkatkan mutu pendidikan di lembaga saya
pertama, yaitu adanya organisasi formal dan informal. Dengan adanya lembaga formal dan informal itu sangat membantu kepala sekolah dalam menambah wawasannya untuk menjadi kepala sekolah yang baik dan efektif. Selain itu juga dengan gotong-royong dan kekeluargaan akan ada kerja sama antara semua pihak, misalnya antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan siswa, dan lembaga sekolah dengan
orang tua siswa”.14
Seorang kepala sekolah dalam menumbuhkan rasa gotong-royong dan
kekeluargaan adalah hal yang positif untuk menambah kekompakan dan
keharmonisan di sebuah lembaga.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan untuk memperkuat
pendapat kepala sekolah di atas bahwa :
“Faktor pendukung organisasi formal seperti MKKS (musyawaroh
kerja kepala sekolah, KKKS (kelompok kerja kepala sekolah) dan informal seperti MGMP (musyawaroh guru mata pelajaran) sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Miftahul Ulum. Karena dengan organisasi formal dan informal kepala sekolah maupun guru dapat menambah wawasan pengetahuan dan mewujudkannya untuk mengembangkan sekolah. Jika kepala sekolah dan guru mampu mengoptimalkan dengan adanya organisasi formal dan informal maka sekolah akan bisa berkembang lebih baik. Karena seorang kepala sekolah dan guru adalah faktor yang paling urgen dalam menngembangkan potensi peserta didik”.15
Berdasarkan hasil wawancara oleh dengan ibu Siti Fatimatus Zahro
selaku guru PAI dan sekretaris yaitu :
“Gotong royong dan kekeluargaan adalah faktor yang paling penting dan bersentuhan langsung dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini. Meskipun ada dari pemerintah misalnya ada dari gerakan peningkatan kualitas pendidikan yang dicanangkan
14
Fitria Sholeha, Wawancara, Jember, 23 November 2015.
15Observasi,
pemerintah. tetapi itu masih belum menyentuh langsung dengan sekolah kita”.16
Pendapat di atas juga diperkuat oleh Indana Zulfa selaku siswi kelas 8
SMP Miftahul Ulum mengatakan bahwa:
“Gotong-royong dan kekeluargaan. Dengan gotong-royong dan kekeluargaan ini kita akan menyelesaikan bersama-sama masalah yang ada di sekolah ini. Misalnya mengadakan gotong-royong membersihkan sekolah agar pembelajaran menjadi enak dan lebih termotivasi dalam
belajar”.17
Dengan pendapat yang berbeda berdasarkan hasil wawancara dengan
bapak Basyruz Zaman selaku wakil kepala sekolah beliau mengatakan :
“Gerakan peningkatan kualitas pendidikan yang dicanangkan
pemerintah ini masih yang paling penting di lembaga saya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Karena lembaga kita masih belum lembaga bonafit dimana dapat berdiri sendiri dan mengembangkan lembaga sendiri. Jadi kita masih banyak bergantung pada pemerintah
dalam mengembangkan lembaga”.18
Dari hasil observasi dan wawancara di atas bahwa untuk faktor
pendukung kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP
Miftahul Ulum adalah dari faktor gotong-royong dan kekeluargaan,
organisasi formal dan informal, dan gerakan peningkatan kualitas pendidikan
yang dicanangkan pemerintah.
Sedangkan untuk faktor penghambat kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan adalah sesuatu yang memperlambat seorang
kepala sekolah dalam mengembangkan lembaga dan upayanya untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dari minimnya sarana dan prasarana
16
Siti Fatimatuz Zahro, Wawancara, Jember, 25 November 2015.
17
Indana Zulfa, Wawancara, Jember, 26 November 2015.
18
memang yang menjadi penghambat dalam mengembangkan sekolah. Adanya
sarana dan prasarana yang lengkap akan mempermudah kepala sekolah dalam
mengembangkan lembaga dan menjadikan siswa lebih termotivasi dalam
belajar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Fitria Sholeha selaku kepala
sekolah beliau mengatakan bahwa :
“Memang yang paling menghambat dalam saya meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah saya adalah dari segi sarana dan prasarana. Minimnya sarana dan prasarana ini sangat sulit untuk mengembangkan potensi siswa. Mungkin nanti jika sarana dan prasarana lengkap maka siswa akan lebih termotivasi untuk lebih giat belajar”.19
Memperkuat pendapat kepala sekolah di atas berdasarkan observasi
yang peneliti lakukan adalah :
“Keberadaan sarana dan prasarana di SMP Miftahul Ulum masih
minim. Misalnya dari pembelajaran seperti ruang kelas yang masih dalam proses penyelesaian pembangunan, belum adanya ruang perpustakaan, dan belum adanya prasarana untuk kegiatan olahraga dalam mengembangkan potensi non akademik siswa”. Tidak adanya sarana dan prasarana yang lengkap ini menjadikan sekolah sulit untuk mengembangkan potensi siswa. Karena dengan minimnya penunjang dalam belajar sulit bagi siswa untuk berkembang dan mendapatkan pengalaman variasi dalam belajar”.20
Berdasarkan hasil wawancara untuk memperkuat observasi peneliti,
bapak Basyruz Zaman selaku wakil kepala sekolah beliau mengatakan bahwa:
“Pertama, kurangnya sarana dan prasarana. Karena dengan sarana dan prasarana yang lengkap dan baik akan menjadikan siswa lebih berkompeten. Kedua, lulusan kurang mampu bersaing. Ya karena lulusan dari kita masih seperempat yang mampu melanjutkan ke sekolah negeri. Dari 20 lulusan kemaren hanya sekitar 6 yang melanjutkan ke sekolah negeri”.21
19
Fitria Sholeha, Wawancara, Jember, 23 November 2015.
20Observasi,
Jember, 19 November 2015.
21
Pernyataan di atas juga diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan
ibu Siti Fatimatuz Zahro selaku guru PAI dan sekretaris beliau mengatakan
bahwa :
“Kurangnya sarana dan prasarana. Karena di lembaga kita sendiri masih
awal perintisan. Jadi dari sarana dan prasarana ini sangat menghambat sekali dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Ya alhamdulillah kepemimpinan bu Fitri yang sekarang sudah banyak perubahan dengan melakukan pembangunan-pembangunan, misalnya
gedung kelas dan kantor yang baru”.22
Sedangkan hasil wawancara dengan Indana Zulfa selaku siswi kelas 8
SMP Miftahul Ulum juga mengatakan senada yaitu :
”Sarana dan prasarana. Ya karena dengan sarana dan prasarana yang
bagus belajar akan menjadi lebih semngat dan banyak siswa yang
mendaftar sekolah disini”.23
Jadi berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMP Miftahul Ulum
bahwa kurangnya sarana dan prasarana di SMP Miftahul Ulum sangat
menghambat kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Karena
memang dari lembaga masih dalam awal perintisan. Dan sekolah sudah mulai
membenahi dari segi sarana dan prasarana. Selain itu juga, lulusan kurang
mampu bersaing termasuk juga dalam faktor penghambat kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan.
22
Siti Fatimatuz Zahro, Wawancara, Jember, 25 November 2015.
23
C. Pembahasan Temuan
Berdasarkan analisis data yang berhasil peneliti peroleh dari metode
observasi dan wawancara, yang berkaitan dengan fokus penelitian tentang
Efektifitas kepemimpinan perempuan sebagai kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember
yaitu :
1. Efektifitas Kepemimpinan Perempuan Sebagai Kepala Sekolah Dalam Menerapkan Model Kepemimpinan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
Berdasarkan paparan data di atas maka temuan penelitian pada
fokus pertama tentang efektifitas kepemimpinan perempuan sebagai
kepala sekolah dalam menerapkan model kepemimpinan untuk
meningkatkan mutu pendidikan adalah kepala sekolah menerapkan model
kepemimpinan transformasional yaitu dengan memberikan penyadaran
kepada para guru untuk disiplin mengajar, memberikan motivasi kepada
para guru untuk lebih baik kinerjanya sehingga tercipta kerja sama yang
baik antara kepala sekolah dengan para guru. Hal ini secara teoritik sesuai
dengan yang ada di dalam bukunya Nur Efendi bahwa didalam seorang
pemimpin transformasional dapat mentransformasi para pengikutnya dan
bagaimana kepemimpinan transformasional itu dapat terjadi, yaitu dengan
: a. Meningkatkan kesadaran atas pentingnya suatu tugas pekerjaan dan
tim atau pencapaian tujuan organisasi dan daripada hanya sekedar
kepentingan masing-masing pribadi, c. Mengutamakan
kebutuhan-kebutuhan dan tingkatan kebutuhan-kebutuhan yang paling tinggi.24
Lebih jelasnya berdasarkan pengamatan peneliti secara langsung,
dan didukung dengan hasil wawancara mengenai model kepemimpinan
kepala sekolah SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember yaitu :
a. Penanaman Sikap Disiplin
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa kepala SMP
Miftahul Ulum merupakan pemimpin yang sangat komitmen terhadap
kedisiplinan. Sebelum seseorang memiliki sikap disiplin maka akan
didahului oleh serangkaian sikap yang akan mendorong terbentuknya
sikap disiplin.
1) Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan, perilaku, norma,
kriteria dan standar sehingga menumbuhkan sikap kedisplinan
2) Sikap mental (mental attitude). Sikap mental merupakan sikap taat
dan tertib sebagai hasil dan pengembangan dari latihan,
pengendalian pikiran, dan pengendalian watak.
3) Sikap kelakuan yang wajar yang menunjukkan kesungguhan hati
untuk mentaati segala hal secara hormat dan tertib.
Disiplin merupakan faktor yang penting untuk mencapai
kesuksesan. Dengan menanamkan kedisiplinan yang diberikan kepala
sekolah kepada para guru diharapkan mutu pendikan di SMP Miftahul
Ulum Kaliwates Jember lebih meningkat.
Kepala sekolah SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember
berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.
24
Pertama, menerapkan kedisplinan untuk guru-guru. Memberikan
penyadaran kepada para guru untuk lebih meningkatkan kedisiplinan
dalam mengajar dan memberi arahan untuk menjadikan guru lebih
mengembangkan karier di masa depan. Serta kerja sama antara kepala
sekolah dengan guru dan lebih mementingkan kebutuhan sekolah dari
pada kepentingan pribadi. Maka dengan hal tersebut guru menjadi
disiplin, mematuhi tata tertib sekolah, dan norma-norma maka guru
bisa menjadi contoh dan menjadikan seorang murid mempunyai jiwa
kedisplinan yang tinggi. Hal ini ini dibuktikan dengan mulai jam
masuk sekolah pada pukul 06.30 WIB.
Kedua, adanya penambahan jam khusus yaitu diadakan
bimbingan intensif ketika menghadapi UNAS untuk siswa-siswi kelas
3 dan penambahan kegiatan ekstrakurikuler seperti mengadakan
latihan futsal setiap hari jum’at sebagai peningkatan prestasi non
akademik agar bisa bersaing dengan sekolah lainnya, hadrah al-banjari
sebagai kegiatan ekstrakurikuler untuk mengajarkan kepada
murid-murid cara memainkan alat musik yang menjadi warisan orang islam
dan yang terakhir adalah khat kaligrafi yaitu untuk mengajarkan
kepada murid-murid belajar menulis al-qur’an dengan baik dan benar.
b. Pemberian Motivasi
Kepala sekolah memberikan motivasi kepada bawahannya karena
gairah dan semangat dalam mengajar. Motivasi yang diberikan kepala
sekolah kepada guru yaitu berupa nasihat, teguran, pujian, dan uang.
c. Team Work/Kerja Sama
Kerja sama yang dilakukan kepala sekolah dengan para guru yaitu
membagi tugas sesuai dengan kompetensinya masing-masing guru
serta mementingkan kebutuhan sekolah daripada kepentingan pribadi
diharapkan tujuan sekolah bisa tercapai dan mutu pendidikan yang ada
SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember terus meningkat setiap
tahunnya.
2. Efektifitas Kepemimpinan Perempuan Sebagai Kepala Sekolah Dalam Memberdayakan Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
Berdasarkan paparan data di atas maka temuan penelitian pada
fokus kedua tentang efektifitas kepemimpinan perempuan sebagai kepala
sekolah dalam memberdayakan guru untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah kepala sekolah memberdayakan guru dengan
mengikutkan pelatihan-pelatihan dan diklat. Dengan diadakannya diklat
untuk guru maka kegiatan tersebut tujuannya adalah untuk
mengutamakan pengetahuan, keterampilan dan peningkatan sikap
seseorang guru dalam melaksanakan tugasnya dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Hal ini secara teoritik sesuai
pemberdayaan guru melalui standar kompetensi guru terjadi melalui
beberapa tahapan. Pertama, guru-guru mengembangkan sebuah kesadaran
awal bahwa mereka dapat melalui tindakan untuk meningkatkan
kehidupannya dan memperoleh seperangkat keterampilan agar mampu
bekerja lebih baik. Melalui upaya tersebut, pada tahap kedua, mereka akan
mengalami pengurangan perasaan ketidakmampuan dan mengalami
peningkatan kepercayaan diri. Akhirnya , ketiga, seiring dengan
tumbuhnya keterampilan dan kepercayaan diri, para guru bekerja sama
untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih
sumber-sumber daya yang akan berdampak pada kesejahteraan.25
Selain itu juga, kepala sekolah dalam memberdayakan guru-guru
juga memperhatikan kesejahteraan guru dengan memberikan kompensasi
berupa gaji yang pantas untuk kinerja guru ataupun uang transport bagi
guru yang mendapat tugas kepala sekolah untuk keluar ataupun ada
agenda diknas. Hal ini secara teoritik sesuai dengan yang ada di dalam
bukunya kompri bahwa Kompensasi, pengembangan karier dan pensiun.
Salah satu mereka untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi, dan
kepuasan kerja para tenaga kependidikan adalah melalui kompensasi.
Kompensasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima guru
sebagai balas jasa untuk kerja mereka.26
25
Kompri, Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah (Jakarta: Pustaka Pelajar,
2015), 186.
Lebih jelasnya berdasarkan pengamatan peneliti secara langsung,
dan didukung dengan hasil wawancara mengenai pemberdayaan guru di
SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember yaitu :
a. Pelatihan dan diklat
Dengan adanya pelatihan dan diklat bagi guru ini tentunya
akan menambah keterampilan dan memperbaiki kinerja guru dalam
mengajar. Pelatihan dan diklat yang diberikan kepala sekolah kepada
para guru yaitu untuk mengembangkan karier dari guru itu sendiri.
Guru yang terampil dan ahli dalam bidangnya akan menambah rasa
percaya diri guru dalam mengajar.
b. Gaji
Gaji merupakan salah satu unsur yang penting yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan, sebab gaji adalah alat untuk
memenuhi berbagai kebutuhan pegawai, sehingga dengan
gaji yang diberikan pegawai akan termotivasi untuk bekerja lebih giat.
Gaji yang diberikan kepala sekolah kepada para guru ini untuk
mensejahterakan para guru. Dengan gaji yang cukup dan sesuai
dengan kinerja guru maka diharapkan kinerja guru lebih baik dan
lebih termotivasi dalam mengajar.
c. Uang Transport
Uang transport adalah bentuk kompensasi yang diberikan
kepala sekolah kepada guru bagi yang mendapat tugas ke diknas
diberikan kepala sekolah kepada guru ini akan menambah motivasi
guru dalam menjalankan tugasnya dan sebagai balas jasa kepada
sekolah.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepemimpinan Perempuan Sebagai Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SMP Miftahul Ulum Kaliwates Jember Tahun 2015/2016
Berdasarkan paparan data di atas maka temuan penelitian pada
fokus ketiga tentang faktor pendukung kepemimpinan perempuan sebagai
kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Miftahul Ulum
Kaliwates Jember adanya faktor pendukung kepala sekolah seperti
gotong-royong dan kekeluargaan, organisasi formal dan informal, dan
gerakan peningkatan kualitas pendidikan yang dicanangkan pemerintah,
hal ini secara teoritik sesuai dengan yang ada di dalam bukunya E.
Mulyasa bahwa faktor dominan (kekuatan dan peluang) kepala sekolah
dalam paradigma baru manajemen pendidikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan mencakup: gerakan peningkatan kualitas pendidikan yang
dicanangkan pemerintah, gotong royong dan kekeluargaan, organisasi
formal dan non formal, dan input manajemen.27
Untuk lebih jelasnya berdasarkan pengamatan peneliti secara
langsung, dan didukung dengan hasil wawancara mengenai pemberdayaan
guru di SMP Miftahul Ulum Kaliwates yaitu :
27
E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyusun MBS dan KBK
a. Gotong royong dan kekeluargaan
Kegiatan gotong royong dan kekeluargaan yang dilakukan di SMP
Miftahul Ulum Kaliwates Jember diadakan setiap satu bulan sekali
tepatnya pada hari jum’at atau disebut dengan jum’at bersih. Dengan
kegiatan gotong-royong akan menambah kedekatan dan kebersamaan
baik antara guru maupun murid. Kekeluargaan ditunjukan dengan
misalnya menjenguk temannya yang lagi sakit, dan ta’ziah kepada
siswa maupun guru yang ditinggal keluarganya.
b. Organisasi Formal dan Informal
Organisasi formal seperti KKG, MGMP, dan MKKS sangat
membantu sekali baik bagi guru maupun kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerjanya.
Sedangkan faktor penghambat kepemimpinan perempuan sebagai
kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Miftahul Ulum
adanya penghambat seperti sarana dan prasarana dan lulusan kurang
mampu bersaing, hal ini secara teoritik sesuai dengan yang ada di dalam
bukunya E. Mulyasa Faktor penghambat (kelemahan dan tantangan)
kepala sekolah profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan
mencakup: sistem politik kurang stabil, wawasan kepala sekolah yang
masih sempit, pengangkatan kepala sekolah yang belum transparan,
kurang sarana dan prasarana, lulusan kurang mampu bersaing, dan belum