• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu jenis media massa yang akrab dengan pemiliknya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu jenis media massa yang akrab dengan pemiliknya"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Radio merupakan salah satu jenis media massa yang akrab dengan pemiliknya dan praktis, sehingga tampil sebagai teman pribadi yang bisa didengarkan di rumah, di meja belajar, di kantor, di mobil, di kamar tidur, di dapur dan lain-lain sambil melakukan aktivitas sehingga tidak mengurangi ruang gerak pendengarnya, sesuai dengan salah satu keunggulan radio yaitu bersifat fleksibel. Radio menjadi teman yang tidak saja bisa menghibur, tetapi juga mampu memberitahukan kita semua kejadian di sekitar dan belahan dunia manapun. Masyarakat saat ini bisa menyalakan radio untuk mendengarkan berita, dengan kata lain radio bukan lagi sekedar media hiburan, tempat mendengarkan musik, tetapi juga sumber informasi layaknya surat kabar dan televisi. Bahkan saat seseorang kehilangan dompet atau STNK maupun kehilangan anggota keluarga, radio bisa menjelma menjadi “penolong” yang dapat membantu dalam menyebarkan informasi terhadap khalayak pendengarnya.

Salah satu unsur yang menjadi daya tarik radio adalah musik. Orang menyetel radio untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan. Selain musik , efek suara dan kata-kata juga merupakan daya tarik yang menjadikan radio semakin hidup ditelinga dan dalam imajinasi pendengar. Suara dan kata-kata yang disampaikan oleh seorang penyiar dalam membawakan program acara kemudian ditambah dengan efek suara seperti suara kereta api, anak nangis, hiruk pikuk orang, hujan, petir dan lain-lain

(2)

mengajak pendengar untuk berimajinasi seolah-olah berada dalam situasi yang diciptakan sehingga semakin menarik untuk didengarkan. Dalam sejarah radio siaran terkenal seorang produser radio siaran yang juga terkenal sebagai bintang film, yakni Orson Welles, yang telah membuat drama radio yang menggemparkan masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1938, suatu adaptasi dari karangan H G. Wells yang berjudul “The War Of The Worlds”, yakni sebuah cerita fiktif tentang penyerbuan makhluk-makhluk planet Mars ke dunia. Program tersebut dilakukan dengan gaya semi pemberitaan dan mengakibatkan suatu kepanikan, walaupun ada pengumuman selama dan setelah program itu disiarkan bahwa cerita itu hanyalah fiksi, tetapi kepanikan tetap berlangsung hingga pagi berikutnya (Prayudha,2005:6). Salah satu contoh peristiwa yang dapat mempengaruhi khalayak tersebut menyebabkan radio mendapat julukan the fifth estate atau kekuatan kelima, dimana radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial.

Jika dibandingkan bidang radio siaran di Indonesia dengan di Amerika Serikat sebagai tempat lahirnya radio siaran dengan Inggris yang juga termasuk Negara yang maju dalam bidang ini, maka Indonesia tidak ketinggalan dalam hal dimulainya radio siaran, meskipun pada kenyataannya waktu itu sedang berada dalam masa penjajahan. Radio siaran yang pertama di Indonesia ialah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu), yang resminya didirikan pada tanggal 16 juni 1925, lima tahun setelah di Amerika Serikat, tiga tahun setelah Inggris dan Uni Soviet (Sejarah Radio di Indonesia, Djakarta,1953). Berbeda dengan televisi yang menjaring pemirsa jauh lebih luas dan lebih umum segmennya, dengan program-program sajian on-air yang mereka udarakan, radio telah berkembang menjadi suatu media yang memusatkan

(3)

perhatian pada kelompok-kelompok pendengar yang lebih kecil, dimana kelompok tersebut dijadikan sebagai target pendengar.

Banyak riset yang dilakukan untuk menentukan jenis-jenis program yang menarik dengan tipe-tipe pendengar yang berbeda. Suatu format pada dasarnya merupakan pengaturan elemen-elemen program yaitu musik, identitas stasiun, informasi, dan spot komersil, kedalam suatu susunan yang menarik untuk mempertahankan segmen pendengar yang dicari stasiun penyiaran radio. Stasiun penyiaran radio membentuk formatnya untuk memberikan demografi yang benar seperti yang diharapkan misalnya usia, jenis kelamin, dan status ekonomi sosial.. perbedaan populasi dan demografi pendengar akan dipengaruhi oleh ketertarikan pendengar terhadap program-program yang disajikan, misalnya di pagi hari membutuhkan info kemacetan lalu lintas, berita-berita dalam maupun luar negeri, dan lain lain. Radio merupakan sumber informasi dan sekaligus sebagai sarana hiburan. Dua sisi inilah yang menjadi kecenderungan masyarakat dalam memanfaatkan radio.

Salah satu radio yang memberikan informasi dan hiburan di kota Medan adalah Radio Suara Medan FM dengan gelombang 94,7 FM yang dipancarluaskan dari JL. Setia Budi No. 102 Medan mampu menghadirkan program-program yang bervariasi.

Radio Suara Medan beroperasi sejak Juli 2003 dan hadir dengan format musik dangdut dengan sasaran khalayak status ekonomi sosial golongan B, C, D dan E. jangkauan siaran mencakup ke segala penjuru kota dan kabupaten disekitarnya, diorentasikan untuk mengcover wilayah Sumatera Utara ke bagian Timur. Dua tahun Suara Medan mengudara sudah mampu menarik perhatian khalayak pendengar radio yang dibuktikan dengan hasil survey yang dilakukan oleh AC Nelson 21 September

(4)

2005 dan berada di peringkat ke empat untuk kategori Status Ekonomi Sosial C D E. format musik dangdut 98% dan Melayu/India 2% menjadikan Radio Suara Medan menjadi pilihan untuk memperoleh hiburan sekaligus informasi bagi penggemar musik dangdut yang sebahagian besar pendengarnya adalah kalangan menengah kebawah. Namun kebutuhan akan hiburan dan informasi tetap saja akan dibutuhkan setiap kalangan. Berdasarkan hal tersebut Radio Suara Medan dengan segmen pendengar masyarakat menengah kebawah ini menyajikan salah satu acara yang bersifat informasi dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya seputar kesehatan melalui Talk Show yang diberi nama Dokter Praktek Interaktif Melalui Telepon yang disingkat dengan Dokter Pintar.

Acara Dokter Pintar hadir setiap hari sabtu pukul 12.00 – 13.00 Wib yang dipandu oleh seorang penyiar, dimana menghadirkan seorang dokter yang menjadi narasumber dalam acara tersebut. Dokter Pintar merupakan sebuah acara talk show yang disampaikan secara sederhana yang menghadirkan narasumber tetap yaitu dr. H. Sutoyo Eliandy dari tim PEDIS (PEDULI INFORMASI MEDIS). Hadirnya program Dokter Pintar dikarenakan radio Suara Medan merasa perlunya menyampaikan informasi kepada pendengar selain hiburan guna untuk menambah tingkat pengetahuan masyarakat khususnya seputar kesehatan. Setiap minggunya topik yang dibawakan selalu berbeda-beda, diantaranya penyakit asma, Keluarga Berencana, kanker payudara, luka bakar, penyakit keputihan, maupun isu mengenai penyakit yang sedang hangat dibicarakan pada saat itu, dan lain-lain. Selama acara berlangsung pendengar diberikan kesempatan untuk bertanya seputar kesehatan baik mengenai topik yang diangkat maupun yang tidak berkaitan, yang disampaikan melalui telepon dan sms.

(5)

Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah acara Dokter Pintar di radio Suara Medan memberikan kepuasan kepada khalayak dalam hal ini adalah pendengar radio yang tergabung dalam fans club. Adapun alasan mengapa fans club yang akan menjadi objek penelitian karena pendengar yang tergabung dalam fans club adalah pendengar yang frekuensi mendengarkan radio lebih tinggi dan juga bersifat heterogen yang terdiri dari berbagai usia, agama, suku, pendidikan, dan mata pencaharian yang menurut peneliti akan sangat membantu dalam pengambilan data.

I.2. Perumusan Masalah

Pentingnya perumusan masalah dalam penelitian adalah karena hasilnya akan menjadi penuntun dalam mengkonstruksi suatu hipotesis (Mantra, 2004:48). Dalam merumuskan masalah, berarti peneliti merumuskan secara tegas masalah-masalah yang terkandung dalam suatu fenomena. Perumusan masalah mempunyai konsekuensi terhadap relevansi maksud dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, dan metode penelitian. Bentuk perumusan masalah dapat berupa pertanyaan atau suatu pernyataan yang menggugah perhatian (Ginting, 2005:52).

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana acara Talk Show Dokter Pintar di Radio Suara Medan FM Medan terhadap kepuasan khalayak?”

(6)

Guna menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan program acara Talk Show dalam penelitian ini yakni nara sumber, informasi dan frekuensi penyiaran.

2. Yang dimaksud dengan kepuasan khalayak yakni memperoleh pengetahuan, informasi, pemahaman.

3. Objek penelitian adalah pendengar yang bergabung dalam Fans Club Suara Medan. 4. Penelitian dilakukan bulan Oktober - November 2009.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara program acara Talk Show Dokter Pintar dan kepuasan khalayak.

b. Untuk mengetahui kemampuan radio Suara Medan FM dalam memenuhi kebutuhan informasi kesehatan masyarakat melalui acara Talk Show Dokter Pintar.

I.4.2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini berguna bagi radio Suara Medan FM apakah program acara yang disiarkan menarik minat masyarkat.

b. Penelitian ini berguna bagi dokter selaku narasumber apakah solusi yang diberikan dapat memenuhi kepuasan khalayak.

(7)

c. Secara praktis, penelitian ini akan berguna bagi radio Suara Medan FM sebagai bahan masukan dalam memproduksi setiap acara, sehingga dapat memberikan kepuasan bagi khalayak.

I.5. Kerangka Teori

Kerangka teori pada prinsipnya bukan sekedar kumpulan definisi dari berbagai macam buku, namun lebih pada upaya penggalian teori yang dapat digunakan peneliti untuk menjelaskan hakekat dari gejala yang ditelitinya. Teori memberikan kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam melihat permasalahan. Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan, dan mengarahkan pertanyaan penelitian yang diajukan, serta membimbing kita dapat memberikan makna terhadap data (Prasetyo,2005:64-65).

Teori merupakan proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori tediri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dalam teori juga terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia yang dapat diobservasi (suyanto dkk,2005:34).

Sedangkan Kerlinger dalam Jalaluddin Rakhmat (2002:6) menyebutkan bahwa teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

(8)

Teori memiliki dua fungsi, yakni merupakan alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang sistematis dan sebagai pembimbing dalam penelitian. Dari teori dapat dijabarkan hipotesis baru. Bila ada teori yang berlawanan, maka penelitian dapat dijabarkan hipotesis baru. Bila ada teori yang berlawanan, maka penelitian dapat menguji mana diantara teori-teori tersebut yang benar (Rakhmat, 2002:6-7).

Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : I.5.1. Komunikasi

Kata komunkasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. . (Mulyana, 2005:41)

Harold Lasswell dalam karyanya Structure and Function of Communication in Society mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (who says what in which channel to whom and with what effect) (Effendy,2000:10). Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Lasswell ada lima yaitu: 1. Komunikator (communicator, source, sender)

2. Pesan (message)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Efek (effect, impact, influence)

(9)

Wibur Schramm, seorang ahli komunikasi, dalam karyanya, “Communication Research in the United States”, menyatakn bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. (Effendy,2000:13)

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, kegairahan dan sebagainnya yang timbul dari lubuk hati.

Jadi komunikasi itu akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan dengan tujuan unuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku dari si komunikan.

I.5.2. Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut diketahui bahwa komunikasi massa tersebut disampaikan kepada khalayak yang banyak dan menggunakan media massa seperti radio siaran, dan televisi, surat kabar dan majalah serta media film (Rakhmat, seperti yang dilansir Komala, dalam Karlinah, dkk.1999). definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner.

(10)

Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry (Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk.1999). (Ardianto, 2004:3)

Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:

 Komunikator terlembaga

 Pesan bersifat umum

 Komunikannya anonim dan heterogen

 Media massa menimbulkan keserempakan

 Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan

 Komunikasi massa bersifat satu arah

 Stimulasi alat indra “terbatas”

 Umpan balik tertunda

Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide dan sikap kepada banyak orang, biasanya dengan menggunakan mesin, atau media yang diklasifikasikan kedalam media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar, majalah dan film (Suprapto, 2006:11).

Tak diragukan lagi bahwa komunikasi melalui media massa dapat menembus bagian kehidupan. Disaat mendengarkan radio siaran, membaca surat kabar, menonton televisi walaupun motif setiap orang dalam terpaan diri pada isi media berbeda-beda.

(11)

I.5.3. Teori Uses and Gratification

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenal pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Comunications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik Blumer dan katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin,2003:181).

Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari teori jarum hipodermik. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul istilah uses dan gratifications (Rakhmat,2002:65).

Uses dan Gratifications Model merupakan pengembangan dari jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi ini memusatkan perhatian pada pengguna (Uses) media untuk mendapatkan kepuasan (Gratifications) atas kebutuhan seseorang. Sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan individu. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia

(12)

secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Elvinaro Adrianto dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” mengatakan bahwa Penelitian yang menggunakan uses dan gratification memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan (Ardianto dkk,2004:70).

Teori Uses and Gratification lebih menekankan pada pendekatan manusiawi didalam melihat media. Artinya manusia punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media (Nurudin,2004:181). Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media.

Menurut teori ini konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media dan bebas memilih media mana yang mampu memuaskan kebutuhan informasi khalayak, serta bagaimana media itu akan berdampak bagi khalayak itu sendiri.

Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif seleksi media berlaku untuk semua jenis media baik media cetak maupun media elektronik, seperti radio. Unsur motif dalam tindakan seleksi media biasanya dilakukan untuk memuaskan kebutuhan.

Media massa yang ada saling bersaing untuk memberikan kepuasan terbaik bagi para penggunanya. Mereka saling berkompetisi dengan sumber informasi lainnya dalam memberikan kepuasan kepada khalayak.

Katz, Blumler, Gurevitch menggambarkan sejumlah logika yang mendasari penelitian uses and gratification sebagai berikut: (1) kondisi sosial psikologis seseorang

(13)

menyebabkan adanya (2) kebutuhan yang menciptakan (3) harapan-harapan terhadap (4) media massa dan sumber-sumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya dalam buku Teori Komunikasi:Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa (Severin, 2001:355).

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan oleh seseorang (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial .

Mengapa khalayak aktif memilih media? Alasannya adalah karena masing-masing orang berbeda tingkat pemanfaatan medianya. Televisi Metro TV tentu akan banyak dipilih oleh mereka yang ingin mencari kepuasan dalam perolehan informasi dan berita dibanding dengan khalayak yang ingin memperoleh suatu pelarian dari rasa khawatir. Orang yang senang sinetron akan memanfaatkan dan mencari kebiasaan pada media yang bisa memberikan kebutuhannya tersebut dibanding media lain. Ini berarti pemirsa menjadi pihak yang aktif dalam memanfaatkan media massa.

Keaktifan khalayak terlihat jelas dalam pemilihan media yang digunakan, dimana khalayak akan mengontrol apa yang mereka dengarkan, saksikan, dan baca. Khalayak bebas dalam mengontrol media yang digunakan. Pengontrolan disesuaikan dengan dan motif.

(14)

Menurut Nurudin (2004:183) teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan berikut ini:

Gambar 1

Katz, Blumer & Gurevitch dalam Ardianto (2004:71) menjelaskan mengenai asumsi dasar dari pendekatan Uses and Gratifications:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemiliham media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus saling bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhannya yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana

Kebutuhan khalayak: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Integratif Personal 4. Integratif Sosial 5. Pelepasan ketegangan/ melarikan diri dari kenyataan Lingkungan Sosial: 1. Ciri-ciri demografis 2. Afiliasi kelompok 3. Ciri-ciri kepribadian Sumber pemuasan non media: 1. Keluarga, teman 2. Komunikasi interpersonal 3. Hobi, tidur Penggunaan media massa: 1. Jenis media: SK, TV, Radio, buku 2. Isi media 3. Terpaan media 4. Konteks sosial dan terpaan media Pemuasan media: 1. Informasi 2. Hiburan 3. Identitas sosial 4. Hubungan sosial

(15)

kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

I.5.4. Radio siaran

Radio siaran digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa yang yang selanjutnya disebut sebagai radio siaran (broadcasting) mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Pada tahun 1916 Lee De Forest dianggap sebagai pelopor radio siaran karena melalui radio siaran eksperimennya telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes kepada masyarakat umum, sehingga dijuluki the father of radio siaran atau bapak radio siaran yang menyiarkan berita radio siaran, sedangkan eksperimen menyiarkan music adalah Dr. Frank Conrad pada tahun 1919. (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk.1999) (Ardianto, 2004:117)

Karakteristik radio siaran sebagai berikut :

1. Imajinatif, karena hanya indra pendengar yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk berimajinasi.

2. Auditori, sifat auditori sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar. Karena kemampuan manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui radio

(16)

siaran diterima dengan selintas. Pendengar tidak akan dapat mendengar kembali informasi yang tidak jelas diterimanya, karena ia tidak bisa meminta penyiar untuk mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia merekamnya.

3. Akrab, sehari-hari kita jarang mendengarkan acara radio secara khusus duduk dan telinga kita didekatkan pada pesawat radio. Pada umumnya kita mendengarkan radio sambil mengerjakan pekerjaan lainnya.

4. Gaya Percakapan, komukator radi siaran seolah-olah bertamu kerumah atau menemani pendengarnya dimanapun berada, maka dalam keadaan demikian tidak mungkin ia berbicara secara bersemangat dan berteriak. Sekalipun pesannya didengar oleh ribuan orang, tetapi pendengar berada ditempat yang terpisah dan bersifat pribadi.

I.5.5. Talk Show

Talk show merupakan perpaduan antara seni panggung, dan teknik wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah atau disela-sela pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jadi sifatnya santai. Pemandu acara dalam talk show memiliki peran ganda, yaitu selain sebagai pembawa acara, sekaligus pewawancara (Wahyudi.1996:90).

Metode talk show menurut Klaus Kastan dikenal dengan istilah talk show skill, berupa kemampuan pemandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi :

1. Mengambil Keputusan

2. Menyusun Topik dan Pertanyaan Dengan Cepat

3. Memotong Pembicaraan Narasumber Yang Melenceng

(17)

5. Memadukan Kemasan Program Secara Interaktif.

Perbedaan paling penting antara talk show dan wawancara berita adalah talk show bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktualitas topik perbincangan, dan jam tayangnya fleksibel. Talk show dapat dimasukkan kedalam kategori program special atau program wawancara sebagai acara. Bahkan ada yang menyebut setiap siaran kata adalah talk show, karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan Show (gelaran). Dua komponen yang selalu ada dalam program talk show adalah obrolan dan musik yang berfungsi sebagai selingan (Masduki, 2001:44-45).

I.6. Kerangka Konsep

Variabel penelitian yang terdapat pada judul atau masalah penelitian perlu dibatasi pengertiannya untuk menghindari salah maksud dalam menafsirkan konsep tersebut antara peneliti dan pembaca hasil penelitiannya, serta untuk membatasi penelitian itu sendiri. Tidak semua judul atau masalah dibatasi konsepnya secara harafiah, tetapi hanya konsep yang akan diuji. Pembatasan konsep dalam penelitian tidak saja menghindari salah maksud dalam memahami konsep penelitian dan membatasi penelitian, tetapi batasan konsep amat diperlukan untuk penjabaran variabel penelitian maupun indikator variabel (Bungin,2005:92).

Objek kajian dipahami dan ditata berdasarkan konsep-konsep. Setiap objek dan setiap hubungan antar objek mempunyai nama dan nama itulah yang disebut konsep. Konsep adalah suatu makna yang berbeda di alam pikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata. Konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang memang merujuk ke gejala nyata ke alam empiris. Konsep adalah sarana merujuk kedunia empiris,

(18)

dan bukan merupakan refleksi sempurna dunia empiris bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri (Suyanto,2005:49).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel dapat dijelaskan sebagai ciri atau aspek dari fakta sosial yang dapat dibuat bervariasi, dengan kata lain variabel adalah fakta sosial yang memiliki nilai lebih dari satu. Variabel adalah suatu konsep. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua kosep dapat dinyatakan sebagai variabel. Variabel adalah suatu konsep yang dapat mewujud kedalam dua atau lebih dari dua kesatuan variasi (Suyanto,2005:46).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Anteseden, adalah variabel yang memiliki kedudukan sebagai variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat. Keberadaan variabel antara variabel bebas dan variabel terikat tergantung dari keberadaan variabel ini karena variabel bebas harus mempengaruhi variabel antara terlebih dulu baru kemudian variabel antara ini yang dapat menimbulkan perubahan pada variabel terikat (Prasetyo,2005:69-70). Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, yaitu pendengar radio yang tergabung dalam fans club yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

b. Variabel Bebas (X), yakni merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian (Prasetyo,2005:67).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program acara Talkshow Dokter Pintar di Radio Suara Medan FM.

(19)

c. Variabel Terikat (Y), adalah variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian (Prasetyo,2005:68).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan khalayak pendengar radio yang tergabung dalam fans club radio Suara Medan terhadap Talkshow Dokter Pintar.

I.7. Model Teoritis

Gambar 2. Model Teoritis Variabel Bebas (X)

Acara Talkshow Dokter Pintar

Variabel Bebas (Y) Kepuasan khalayak

Variabel Anteseden (Z) Karakteristik Responden

(20)

I.8. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel terkait sebagai berikut:

Variabel Teoritis Variabel Operasionalisasi Variabel Bebas (X)

Program Acara Talkshow Dokter

Pintar 1. Narasumber: a. Kredibilitas  Keahlian  Cerdas  Mampu  Ahli  Tahu banyak  Kepercayaan  Jujur  Etis  Sopan  Tulus b. Attraksi  Kesamaan persepsi  Bahasa 2. Informasi/tema 3. Frekuensi penyiaran

(21)

 Hari

 Jam penyiaran

 Durasi

4. Format Variabel Terikat (Y)

Kepuasan khalayak

1. Mendapat pengetahuan tentang kesehatan

2. Mendapat informasi tentang permasalahan

kesehatan

3. Dapat memahami permasalahan kesehatan

Variabel Anteseden Karakteristik Responden 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Tingkat Pendidikan 4. Pekerjaan

I.9. Definisi Operasional

Dalam penelitian lapangan konsep yang relevan dan berkedudukan sentral dalam penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Pengarahan yang tepat atas prosedur penelitian, menuntut ketegasan apakah gugus realita yang akan diteliti, sebagaimana digambarkan menurut konsepnya memang betul-betul ada. Definisi operasional tidaklah mungkin ditetapkan jika konsep itu tidak merujuk sama sekali pada suatu realitas tertentu. Sebuah konsep baru akan disebut konsep yang operasional jika konsep itu sudah menyatakan secara eksplisit konsekuensi metode operasinya (Suyanto,2005:50-51).

(22)

Adapun definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Variabel Bebas (X)

1. Narasumber, merupakan individu yang menjadi sumber informasi dalam acara Talkshow Dokter Pintar di radio Suara Medan FM.

a. Kredibilitas, merupakan seperangkat persepsi responden terhadap sifat-sifat narasumber.

 Keahlian adalah merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang narasumber.

 Cerdas adalah kecerdasan yang dimiliki oleh narasumber dalam menjawab pertanyaan seputar kesehatan.

 Mampu adalah kemampuan narasumber dalam menjelaskan informasi seputar kesehatan.

 Ahli adalah keahlian narasumber dalam memberikan solusi kesehatan.

 Tahu banyak adalah pengetahuan narasumber mengenai isu atau informasi mengenai dunia kesehatan.

 Kepercayaan, merupakan suatu sifat yang harus dimiliki oleh seorang narasumber.

 Jujur adalah kejujuran narasumber dalam menyampaikan informasi kesehatan.

 Etika adalah etika yang dimiliki narasumber dalam menyampaikan informasi.

 Sopan adalah perlakuan sopan yang dimiliki narasumber dalam menjawab pertanyaan pendengar.

(23)

 Tulus adalah ketulusan narasumber dalam menyampaikan informasi kepada pendengar.

b. Atraksi, merupakan daya tarik yang dimiliki oleh seorang narasumber.

 Kesamaan adalah kesamaan persepsi antara narasumber dan responden dalam membahas masalah kesehatan.

 Bahasa adalah bahasa yang digunakan, dalam arti responden mengerti apa yang disampaikan narasumber.

2. Informasi atau tema merupakan keseluruhan informasi kesehatan yang disampaikan di program acara Talkshow Dokter Pintar.

- Terkini, dalam arti isi informasi yang disampaikan merupakan topik yang sedang hangat dibicarakan

3. Frekuensi penayangan, merupakan waktu program acara Talkshow Dokter Pintar tersebut disiarkan.

 Hari, apakah pemilihan hari sudah sesuai dengan waktu pendengar.

 Jam penyiaran, merupakan pemilihan waktu penyiaran dalam menayangkan acara Talkshow

 Durasi, merupakan lamanya waktu yang penayangan dalam memberikan pemenuhan informasi bagi pendengar.

(24)

2). Varibel Terikat (Y)

o Mendapat pengetahuan tentang kesehatan, Bagaimana pengetahuan masyarakat setelah mendengarkan Program Wawancara “Dokter Pintar” di Radio Suara Medan FM.

o Mendapat informasi tentang permasalahan kesehatan, Apakah masyarakat mendapatkan informasi yang jelas tentang permasalahan kesehatan dari narasumber melalui Program wawancara “Dokter Pintar” di Radio Suara Medan FM.

o Dapat memahami permasalahan kesehatan, bagaimana pemahaman masyrakat tentang permasalahan kesehatan setelah mendengarkan Program wawancara “Dokter Pintar” di Radio Suara Medan FM.

3). Variabel Antara (Karakteristik Responden)

Merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

a. Jenis Kelamin: penggolongan seks responden yang terbagi atas pria atau wanita. b. Usia: umur responden saat mengisi kuesioner, antara 20-65 tahun.

c. Tingkat Pendidikan: pendidikan terakhir dari responden pada saat mengisi kuesioner.

(25)

I.10. Hipotesis

Hipotesis dipandang sebagai kongklusi yang sifatnya sementara atau jawaban sementara bagi masalah yang dihadapi. Hipotesis juga mempunyai fungsi sebagai pengarah yang memberikan batasa-batasan mengenai macam-macam data yang harus dikumpulkan, cara-cara pengumpulan data, dan model analisis yang digunakan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis hubungan yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, yang memerlukan pembuktian secara empiris (Mantra,2004:59).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ηо : Tidak terdapat hubungan antara motivasi konsumsi acara Talkshow Dokter Pintar dengan kepuasan khalayak.

Ηạ : Terdapat hubungan antara motivasi konsumsi acara Talkshow Dokter Pintar dengan kepuasan khalayak.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sembelit pada ibu post partum 3 hari di Desa Margorejo

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status Kriteria Hasil: o Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

Pokok Bahasan : Ruang lingkup, Sistem, Peran Dan Fungsi Manajemen SDM Dalam Organisasi Sub Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Sistem Manajemen SDM (Sesi 2)1. Kegiatan Pembelajaran

Kompetisi di industri perbankan sudah sangat ketat sehingga bank syariah tidak dapat lagi sekedar mengandalkan produk-produk standar untuk menarik nasabah.Pengembangan produk

N., (2016) Perbandingn Efektivitas Pendidikan Kesehatan Gigi Menggunakan Media Video dan Flip Chart Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak.. Jurnal

Pen- gukuran daya dukung habitat dilakukan secara kuantitatif melalui pengukuran produktivitas tumbuhan pakan MEP yang dalam hal ini dibatasi pada produktivitas buah dan

say {Dewi Sukma}{Hai Nyai Emas Padmawati, beritahukanlah pada rajamu.} say {Dewi Sukma}{Utuslah seseorang untuk mengambil pusaka Lalayang Salaka Domas di Jabaning Langit}. say

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di