• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONTRASI UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENGGAMBAR DEKORATIF PADA ANAK KELOMPOK B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONTRASI UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENGGAMBAR DEKORATIF PADA ANAK KELOMPOK B"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONTRASI UNTUK MENINGKATKAN

PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI

MENGGAMBAR DEKORATIF PADA

ANAK KELOMPOK B

Ketut Ria Astuti

1

, Putu Aditya Antara

2

, Putu Rahayu Ujianti

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail

:

riaastuti008@gmail.com

1

,

putuaditya.antara@gmail.com

2

,

rahayuujianti@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode demonstrasi melalui kegiatan menggambar dekoratif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak semester I di TK Kumara Shanti Sedana Singaraja tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan subjek sebanyak 20 orang anak usia 5-6 tahun di TK Kumara Shanti Sedana Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017. Data penelitian tentang perkembangan motorik halus anak dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa format observasi. Data data hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Hasil analisi data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus pada anak di TK Kumara Shanti Sedana Singaraja setelah diterapkan metode demonstrasi melalui kegiatan menggambar dekoratif. Rata-rata presentase perkembangan motorik halus anak pada siklus I sebesar 57,81% yang berada pada kategori rendah, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,31% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan perkembangan motorik halus anak dari kategori rendah menjadi kategori tinggi sebesar 22,5% pada anak TK Kumara Shanti Sedana Singaraja.

Kata-kata kunci: metode demonstrasi, menggambar dekoratif, perkembangan motorik halus.

Abstract

This study aims to determine the method demonstration through drawing decorative in imptove fine motor development of children second semester in TK Kumara Shanti Sedana Singaraja 2016/2017 School years. The type of research in clasroom action research conducted in two cycles and the subject of as many as 20 children aged 5 to 6 years in TK Kumara Shanti Sedana Singaraja 2016/2017 school year. Research data on fine motor development of children collected by observation with an instrument in the form of observational format. The data research results were analized with descriptive analysis and quantitative descriptive method. The results of data analysis showed that an increase in fine motor development in children in TK Kumara Shanti Sedana Singaraja after the applied methods through drawing decorative demonstration. The average percentage of gross motor development of children in frist cycle at 57,81% which is at the low category, an increase in second cycle becomes 80,31% were clas sified in the high category. This, an increase in fine motor development of children from lower category to higher category by 22,5% in children TK Kumara Shanti Sedana Sinagaraja.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan, sosial emosional, bahasa dan komunikasi. Pendidikan anak usia dini dimulai sejak kelahiran hingga sampai anak berusia 6 tahun. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 (dalam Marliza, 2012) Tentang sistem pendidikan nasional bab 1 ayat 14, Menyatakan Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 (dalam Marliza, 2012) Tentang sistem pendidikan nasional bab 1 ayat 14, Menyatakan Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.

Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 tahun. Pendidikan sangat penting di masa taman kanak-kanak karena pada masa ini adalah masa pembentukan perkembangan kepribadian, sikap mental, dan intelektual dibentuk pada usia dini. Kualitas masa awal anak atau masa prasekolah adalah merupakan cerminan kualitas bangsa yang akan datang. Hal ini seorang guru Taman Kanak-Kanak harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menantang peserta didik untuk aktif, sehingga dapat memacu perkembangan fisik serta psikologis anak yang mampu mengembangkan kemampuan motorik halus anak.

Perkembangan motorik halus anak yang masih rendah disebabkan karena pembelajaran yang hanya mengandalkan

penggunaan lembar kerja anak (LKA) atau majalah yang sudah disediakan seperti kegiatan menulis dan mewarnai gambar hanya pada majalah tidak menggunakan media lain. Ketika mempersiapkan aktivitas menulis sebaiknya guru mencari berbagai kegiatan yang bisa dilakukan anak. Namun realitanya, guru secara tidak langsung memaksa anak agar bisa menulis dengan benar tanpa memikirkan cara yang efektif. Terutama menyenangkan bagi anak agar anak tidak merasa terbebani dengan tuntutan guru, untuk mampu memegang pensil dan menulis dengan benar. Proses pembelajaran awal yang menyenangkan sangat berpengaruh pada peningkatan kemampuan motorik halus, hal ini dapat dioptimalisasikan pada awal kehidupan anak. Dengan demikian perlu adanya upaya dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak, salah satu upaya peningkatan motorik halus anak tersebut dapat melalui pembelajaran menggambar dekoratif. Menggambar dekoratif adalah “proses menggambar untuk menghias gambar dan kegiatan menggambar dekoratif”. Kegiatan menggambar dekoratif ini melibatkan unsur otot, syaraf, otak dan jemari-jemari tangan yang memungkinkan untuk mengembangkan motorik halus anak terutama kelenturan dalam menggunakan jari-jemarinya. Setiap anak gemar menggambar dan mewarnai, kegiatan tersebut bemanfaat untuk anak bukan hanya bagi pengembangan seni melainkan dengan kegiatan menggambar, motorik halus anak dilatih dan akan sangat berguna ketika anak mulai belajar menulis di usia sekolah. Menggambar dekoratif bisa diperkenalkan pada anak TK melalui menghias gambar dengan berbagai media seperti krayon atau cat air yang telah disediakan oleh guru sesuai dengan imajinasinya.

Menurut E.Muharam, dkk (dalam Isminah, 2014) “menggambar dekoratif peranannya bisa meluas kesegala bidang, misalnya dipergunakan sebagai bagian dari perlengkapan hidup”. Gambar dekoratif telah memasuki segala aspek kehidupan manusia. Dengan demikian menggambar dekoratif memiliki peran pada semua bidang, tergantung pada kebutuhan manusia. Termasuk peranannya dalam bidang pendidikan untuk keperluan melatih

(3)

kemampuan motorik halus pada suatu pembelajaran di Taman Kanak-kanak.

Tak ada seorang anakpun yang tidak gemar menggambar saat disodorkan secarik kertas, ia akan dengan sigap mencoret – coret apa yang ada dalam imajinasinya di atas kertas tersebut. Karena itu menggambar dianggap dapat dijadikan sebagai ajang mengasah kreatifitas anak. Selain itu aktifitas ini juga bermanfaat untuk

menstimulasi daya imajinasi,

mengembangkan gagasan , menyalurkan emosi menumbuhkan minat seni ,sekaligus mengoptimalkan kemampuan motorik halus, Gerda (dalam Isminah, 2014) “menggambar dekoratif ini melibatkan unsur otot, syaraf otak dan jari jemari tangan”. Anak selayaknya di beri motifasi, dorongan yang dapat memunculkan minat anak terhadap kegiatan menggambar dekoratif. Anak dilatih untuk memegang pensil dengan benar ketika membuat suatu gambar, mewarnai dengan krayon atau kuas,sehingga dapat meningkatkan kelenturan jari- jemari anak. Disinilah unsure-unsur tersebut akan terkoordinasi jika dilakukan dengan intensif.

Kenyataan di TK Kumara Shanti

Sedana khususnya kelompok B

perkembangan motorik halusnya masih rendah dan upaya pemberian kegiatan menggambar dekoratif kurang terprogram . Dalam beberapa kegiatan yang diberikan guru diharapkan bisa meningkatkan motorik halus anak didik, namun masih banyak anak yang belum bisa melakukan dengan benar, misalnya anak kurang merespon dengan baik dalam menentukan kegiatan menulis , menggambar dan lain – lain. Agar kegiatan peningkatan motorik halus anak terlaksana dengan baik maka anak dituntut memiliki kepercayaan diri, berani mencoba, kerjasama, berkonsentrasi sesuai dengan kemampuan anak,dengan harapan bisa meningkatkan perkembangan motorik halus anak .

Berdasarkan observasi di Kelompok B TK Kumara Shanti Sedana perkembangan motorik anak masih ada yang mengalami keterlambatan. Kesempatan gerak anak luas tetapi hal tersebut yang terstimulus atau yang selalu mengalami peningkatan adalah penggunaan otot-otot besar. Dalam hal penggunaan otot-otot kecil yang harus lebih ditingkatkan lagi agar tumbuh

kembang anak dalam hal kemampuan motorik berkembang sesuaidengan tahap usianya, akan tetapi setiap anak memiliki kematangan yang berbeda-beda dalam perkembangan motoriknya. Kematangan anak didukung adanya stimulus atau cara yang tepat untuk lebih meningkatkan kemampuan tersebut.

Perkembangan motorik yang masih rendah di Kelompok B TK Kumara Shanti Sedana adalah kemampuan motorik halus.

Anak-anak dalam menggunakan

kemampuan motorik halus masih ada yang mengeluh dalam hal menyelesaikan kegiatan terutama pada kegiatan menggambar. Anak masih memerlukan bantuan dan arahan dari guru dalam menggunakan motorik halus, seharusnya anak pada usia tersebut sudah bisa menggunakan motorik halus untuk melaksanakan berbagai kegiatan.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan catatan dokumentasi dengan guru kelas B TK Kumara Shanti Sedana, peneliti memperoleh beberapa informasi yaitu, penilaian perkembangan motorik halus di kelas belum mencapai tingkat 4 bintang (««««) berkembang sangat baik. Namun dari jumlah anak kelompok B di TK Kumara Shanti Sedana, yakni 20 orang ditemukan ada terdapat 15 anak yang perkembangan motorik halusnya masih belum berkembang mendapatakan bintang («), sedangkan 5 orang anak dalam perkembangan motorik halus sudah mulai berkembang dan mendapatkan bintang (««). Mulai berkembang mendapat bintang («««), sangat berkembang mendapat bintang (««««) yang perkembangannya sesuai dengan harapan. Observasi yang dilakukan pada hari pertama diketahui ada 6 orang anak yang terlihat aktif ketika di ajak melakukan kegiatan menggambar. Namun masih terlihat anak yang masih belum berkembang perkembangan motorik halusnya dalam melakuka kegiatan menggambar dekoratif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk hal diatas adalah perlu diterapkannya metode yang lebih baik. Adapaun metode yang memungkinkan hal tersebut adalah metode demonstrasi melalui kegiatan yang menyenangkan seperti kegiatan menggambar dekoratif. Pengajaran menggunakan metode

(4)

demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas. Hal ini dipilih karena kegiatan menari dinilai sangat tepat dan efektif diterapkan untuk anak usia dini. Kemampuan melakukan gerakan jari-jemari seorang anak terkait dengan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri. Menggambar dekoratif merupakan kegiatan menggambar hiasan/ ornament pada kertas gambar atau pada benda – benda tertentu dari gambar yang polos sehingga menjadi berwarna/indah.

Dari data tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan motorik halus anak di TK Kumara Shanti Sedana perlu ditingkatkan. melihat permasalahan tersebut, guru seharusnya merubah metode pembelajaran. Agar anak

bisa meningkatkan kemampuan

menggambarnya dengan lingkungan sekitarnya seperti dengan teman sekelasnya, maupun dengan guru. Apalagi kita sebagai guru sudah tahu proses pembelajaran pada anak usia dini adalah dengan bermain sambil belajar, namun sebagai guru kita tidak lupa menyelipkan materi pelajaran dalam permainan tersebut. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti mempunyai solusi agar anak menjadi aktif dalam proses pembelajaran selain itu dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan lingkungan sekitarnya. Solusi yang peneliti dapat berikan yaitu menerapkan metode menggambar dekoratif.

Berdasarkan latar belakang di atas mengenai pentingnya pengembangan motorik halus anak sejak dini, maka peneliti mengangkat judul “Penerapan Metode Demontrasi Untuk Meningkatkan

Perkembangan Motorik Halus Anak Melalui Menggambar Dekoratif Pada Anak Kelompok B”. Adapun batasan masalah Berkenaan dengan luasnya cakupan tentang kemampuan motorik halus anak, maka kemampuan motorik halus dalam penelitian tindakan kelas ini terbatas pada kemampuan menggambar dekoratif. Berdasarkan latar belakang di atas dapat diajukan perumusan masalah sebagai berikut. “Apakah penerapan metode

menggambar dekoratif dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B TK Kumara Shanti Sedana?”

Metode demonstrasi merupakan salah satu cara mengajar dimana seorang guru diminta agar menunjukkan kepada anak suatu benda aslinya atau tidak hanya menjelaskan materi saja tetapi harus ada contoh sebelum melaksanakan kegiatan, suatu proses untuk mengajarkan sesuatu materi pelajaran seringkali tidak cukup kalau guru TK hanya menjelaskan secara lisan saja terutama dalam mengajarkan penguasaan materi pelajaran seringkali tidak cukup kalau guru TK hanya menjelaskan secara lisan saja. Terutama

dalam mengajarkan penguasaan

keterampilan anak TK lebih mudah mempelajarinya dengan cara menirukan seperti apa yang dilakukan oleh gurunya. Misalnya untuk mengajarkan anak TK terampil menggulung, menggunting, melipat, menggambar kertas, guru memerlukan kertas untuk menjelaskan dan menunjukkan bagaimana cara melipat, bagaimana cara menggunting kertas, bagaimana cara menempel, atau

bagaimana menggambar kertas,

bagaimana cara menempel, atau bagaimana menggambari kertas sesuai polanya, ataupun membentuk kertas dan sebagainya.

Menurut Moeslichatoen (dalam Watini 2014) “metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan”. Metode demonstrasi dapat juga dikatakan sebagai suatu metode untuk memperagakan serangkaian tindakan berupa gerakan yang menggambarkan suatu cara kerja atau urutan proses peristiwa/kejadian.

Dengan kegiatan demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran. Anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga ia lebih paham tentang cara mengerjakan sesuatu. Dengan demikian selanjutnya anak dapat meniru bagaimana caranya melakukan hal tersebut seperti yang dicontohkan oleh guru.

(5)

Ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan oleh anak dengan menggunakan metode demonstrasi, misalnya; mengamati cara menggunting pola pada kertas, gambar. Mulai dari cara memegang kertas gambar dengan tangan kiri, memegang gunting di tangan kanan secara benar. Dan mulai menggunting dari titik awal dan diteruskan sampai selesai. Mengamati bagaimana cara guru menempel bentuk sesuai pola. Mengamati bagaimana guru melipat kertas untuk menjadi sesuatu model benda tertentu. Demikian bermacam-macam demonstrasi yang dapat dilakukan guru sesuai dengan tujuan pengajaran diikuti anak-anak dengan penuh perhatian dan suasana yang menyenangkan.

Menurut Moeslichatoen (dalam Watini 2014) menyatakan tujuan dan manfaat metode demontasi, yaitu: tujuan Metode Demonstrasi bagi Anak TK Sesuai dengan manfaat penggunaan metode demonstrasi bagi anak TK yang telah dikemukakan, demonstrasi merupakan salah satu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar anak dapat menguasai materi pelajaran dengan lebih baik. Melalui kegiatan demonstrasi anak dibimbing untuk menggunakan mata dan telinganya secara terpadu, sehingga hasil pengamatan kedua indera itu dapat menambah penguasaan materi pelajaran yang diberikan. Pengamatan kedua indera itu akan saling melengkapi pemahaman anak tentang segala hal yang ditunjukkan, dikerjakan, dan dijelaskan dalam kegiatan demonstrasi tersebut.Jadi tujuan metode demonstrasi adalah peniruan terhadap model yang dapat dilakukan agar anak dapat meniru contoh perbuatan yang didemonstrasikan guru.

Manfaat metode demonstrasi bagi Anak TK metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi, yaitu; pertama, dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Bagi anak melihat bagaimana sesuatu peristiwa berlangsung, akan lebih menarik dan merangsang perhatian, serta lebih menantang daripada hanya mendengar penjelasan guru.Bagi guru TK tidak ada alasan bahwa untuk menciptakan ilustrasi gambar dalam metode demonstrasi memerlukan biaya

yang besar. Barang-barang bekas, kalender yang telah terbuang, oleh tangan-tangan terampilguru TK yang profesional dapat diciptakan menjadi media ilustrasi yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan demonstrasi yang mengandung kegiatan menunjukkan, mengerjakan, menjelaskan dilakukan secara terpadu. Kedua, metode demonstrasi dapat membantu daya pikir anak TK terutama daya pikir anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat. Jadi manfaat metode demonstrasi adalah perhatian anak dapat lebih dipusatkan, proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri anak.

Metode demonstrasi dapat

dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi, yaitu; pertama, dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Bagi anak melihat bagaimana sesuatu peristiwa berlangsung, akan lebih menarik dan merangsang perhatian, serta lebih menantang daripada hanya mendengar penjelasan guru. Kedua, metode demonstrasi dapat membantu daya pikir anak TK terutama daya pikir anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat. Jadi manfaat metode demonstrasi adalah perhatian anak dapat lebih dipusatkan, proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri anak. Tema yang sesuai untuk memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan metode demonstrasi dalam menjelaskan bagi anak TK merupakan tema yang berkaitan dengan cara membuat bentuk atau bangunan. Cara mengunakan alat antara lain 1. Menarik garis lurus dan garis lengkung, 2. Menggunting pola, 3. Membentuk model, binatang, kendaraan dan benda-benda lainnya.

Setiap metode yang digunakan untuk pembelajar terdapat kelebihan dan kekurangannya, begitu juga dengan metode demonstrasi. Memiliki kelebihan dibandingkan metode yang lain. Adapun kelebihan metode demonstrasi, yaitu: menurut Syaiful Bahri Djamarah dkk ( dalam Wahyuningsih, 2011) yang

menyakan, metode demonstrasi

(6)

dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme. (2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. (3) proses pengajaran lebih menarik. (4) siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencobanya melakukannya sendiri. Adapun kelemahan-kelemahan dari metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dkk ( dalam Wahyuningsih, 2011) Kekurangan metode demonstrasi (1) metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif. (2) fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. (3) demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

Menurut Muhammad Ali (dalam Nana Sudjana, 2010) menyatakan langkah-langkah penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: a) merumuskan kecakapan atau ketrampilan yang hendak dicapai setelah demonstrasi, b) mempertimbangkan penggunaan metode yang tepat dan efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan, c) memilih alat yang mudah didapat, dan mencobanya sebelum didemonstrasikan supaya tidak gagal saat diadakan demonstrasi, d) menetapkan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, e) memperhitungkan waktu yang tersedia, f) pelaksanaan demonstrasi, g) membuat perencanaan penilaian terhadap kemajuan peserta didik. Langkah-langkah sebagaimana disebutkan di atas akan dapat mengantarkan peserta didik untuk memperoleh pemahaman dan kecakapan sesuai dengan tujuan demonstrasi itu sendiri.

Kemampuan motorik halus anak sangatlah penting ditingkatkan karena secaratidak langsung perkembangan motorik halusanak akan menentukan keterampilan dalam bergerak misalnya menyikat gigi, mengancingkan baju, menyisir rambut, memakai sepatu sendiri, dan sebagainya. Pergerakan tersebut melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan diawali oleh perkembangan otot-otot

kecil seperti ketrampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang luwes, melatih koordinasi mata anak.

Setiap anak membutuhkan

rangsangan dari para guru maupun orang tua untuk mengembangkan kemampuan motorik halus. Semakin banyak yang dilihat, didengar, serta yang dialami oleh mereka dari pembelajaran motorik di sekolah, semakin banyak pula yang ingin diketahui oleh mereka. Apabila anak kurang mendapatkan rangsangan di sekolah maupun di rumah, maka anak akan merasa

bosan, sehingga perkembangan

motoriknya terganggu. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian motorik halus anak, yaitu:

Menurut Hurlock (dalam Marliza, 2012) “menyatakan bahwa perkembangan motorik adalah suatu perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi”. Menurut Sujiono (2008:3) menyatakan motorik adalah “semua gerakan yang memungkinkan didapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar tumbuh terampil menggerakkan tubuhnya”. Karakteristik tujuan kegiatan pengembangan motorik anak TK adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik anak, melatih anak gerakan-gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh, dan cara hidup sehat.

Untuk mengembangkan kemampuan motorik anak guru dapat menetapkan metode-metode yang menjamin anak tidak mengalami cedera. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan lingkungan yang aman dan menentang, bahan dan alat dipergunakan dalam keadaan baik, serta tidak menimbulkan rasa takut dan cemas dalam menggunakannya. Selain itu, dalam pemilihan metode untuk mengembangkan keterampilan motorik anak, guru perlu menyusaikanya dengan karakteristik anak TK yang selalu bergerak, susah untuk diam, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang bereksperimen dan menguji, mampu mengekspresikan diri secara kreatif, mempunyai imajinasi dan senang

(7)

berbicara. Menurut Sujiono (dalam Marliza, 2012) menyatakan tujuan dari motorik halus adalah untuk membuat anak bisa berkreasi seperti menggunting, menggambar, mewarnai, dan mengayam atau menjahit dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan motorik halus pada anak usia dini adalah untuk menggerakkan anggota tubuh, terjadinya koordinasi antar mata dengan tangan, dan membuat anak berkreasi serta berekplorasi terhadap jari-jemarinya seperti menulis, menggambar, menggengam, melukis. Menurut Sujiono dkk (dalam Marliza, 2012) Tujuan pengembangan motorik adalah untuk mengembangkan motorik anak, melatih anak gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pengembangan motorik adalah

mengembangkan kemampuan gerakan tubuh dan koordinasi serta meningkatkan cara hidup sehat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan motorik anak usia dini adalah proses seorang anak berkembang sejalan dengan kematangan otot dan syaraf serta terampil menggerakkan tubuhnya seperti menggerakkan jari-jemari tangannya menelpel, mengisi pola, melukis, dan menyusun puzzle. Motorik halus adalah pengorganisasian sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil, dan bahwa motorik halus adalah aktifitas motorik yang melibatkan otot-otot kecil atau halus yang mana gerakannya lebih menuntut koordinasi mata dengan tangan dan melibatkan koordinasi syaraf otot (Neoromuscular) Tujuan motorik halus pada anak Taman Kanak-Kanak yaitu untuk melatih kemampuan koordinasi motorik halus anak koordinasi tangan dan mata dapat dikembangkan melalui kegiatan melukis.

Sumantri (dalam Nurul, 2014)

menyatakan bahwa “fungsi

mengembangkan motorik halus anak

adalah untuk mendukung perkembangan aspek lain yaitu bahasa, kognitif dan sosial emosional karena satu aspek dengan aspek perkembangan lain saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan”. Caughlin, (dalam Nurul, 2014) memaparkan tentang pengembangan kegiatan motorik halus anak berdasarkan kronologis usia yaitu: “1. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari, 2. Menjiplak persegi panjang, wajik dan segitiga, 3. Memotong bentuk-bentuk sederhana, 4. Menggambar orang termasuk: leher, tangan, mulut, rambut dan hidung”. Silawati (dalam Ririn, 2015) memaparkan “pada usia 5 tahun telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan”.

Setiap anak gemar menggambar dan mewarnai, kegiatan tersebut bemanfaat untuk anak bukan hanya bagi pengembangan seni melainkan dengan kegiatan menggambar, motorik halus anak dilatih dan akan sangat berguna ketika anak mulai belajar menulis di usia sekolah. Menggambar dekoratif bisa diperkenalkan pada anak TK melalui menghias gambar dengan berbagai media seperti krayon atau cat air yang telah disediakan oleh guru sesuai dengan imajinasinya.

Kegiatan menggambar dekoratif adalah suatu kegiatan menghias gambar. Kegiatan menggambar dekoratif merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Prawira (dalam Ngadi 2011:7) menyebutkan menggambar dekoratif “merupakan kegiatan menggambar hiasan (ornamen) pada kertas gambar atau pada benda-benda tertentu”. Kegiatan dekoratif merupakan kegiatan yang mampu melatih atau meningkatkan kemampuan motorik halus anak, karena melibatkan unsur otot syaraf, otak, dan jari tangan anak.

Dalam Disti dan Tin, 2013 menggambar dekoratif adalah proses menggambar untuk menghias gambar dan kegiatan menggambar dekoratif. Kegiatan menggambar dekoratif ini melibatkan unsur otot, syaraf, otak dan jemari-jemari tangan

yang memungkinkan untuk

mengembangkan motorik halus anak terutama kelenturan dalam menggunakan jari-jemarinya. Menurut Zaidin dalam

(8)

(Sudarsih, 2014) menyatakan langkah – langkah menggambar bentuk, yaitu: 1. Pengamatan : kegiatan mengenali objek yang akan digambar, 2. Sketsa : gambar dasar (gambar yang belum jadi), 3. Menentukan gelap – terang dengan memperhatikan arah cahaya, 4. Menentukan teknik dengan menyesuaikan alat dan bahan yang digunakan, bila menggunakan pensil gambar (warna), teknik arsir atau dusel lebih cepat dilakukan dan dahulukan warna muda dan warna gelap dan tidak harus hitam, 5. Sentuhan akhir dengan memberikan penekanan pada karya gambar bentuk, pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan dengan model, berarti dalam menggambar tersedia benda yang menjadi objek gambar.

Perkembangan Motorik Halus Anak dengan Menggambar Dekoratif akan berkembang secara optimal dengan diberikannya stimulasi yang tepat. Salah satu kegiatan yang dapat diberikan yaitu dengan menggambar dekoratif, karena dengan kegiatan ini anak akan terstimulasi perkembangan motorik halusnya melalui kegiatan menggambar yang menarik dan menyenangkan. Dengan cara menghias gambar sederhana menjadi lebih menarik sesuai dengan kreasi anak, menghias benda-benda yang terlihat polos menjadi menarik dan indah, dan menambahkan ornament-ornamen tertentu ke dalam media buku gambar.

METODE

Penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2016/2017. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Kumara Shanti Sedana.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Kumara Shanti Sedana.dalam kegiatan penerapan media menggambar dekoratif. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok TK Kumara Shanti Sedana.yang berjumlah 23 anak, yang terdiri dari 14 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Menurut Agung (2010:5) ”rencana tindakan

adalah perencanaan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pelaksanaan program pembelajaran yang sedang berjalan”. Kegiatan yang dilakukan pada rencana tindakan ini adalah sebagai berikut. (1) menyusun persiapan mengajar atau rencana kegiatan harian yang akan di ajarkan, (2) menentukan metode pembelajaran, (3) menyiapkan media pembelajaran, (4) menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi.

Pelaksanaan adalah upaya yang dilakukan guru/peneliti untuk melaksanakan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan (Agung, 2010:5). Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah dipersiapkan. Perencanaan pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan oleh pendidik adalah: (1) membuat satuan mingguan, (2) membuat satuan kegiatan harian, (3) membuat skenario penerapan metode demonstrasi. Pelaksanaan Pada tahap ini pendidik melakukan segala yang direncanakan. Semua perencanaan dilakukan di dalam kelas, langkah-langkahnya adalah; (1) pendidik membuka pembelajaran dengan salam, do’a dan nyanyian. Kemudian guru menjelaskan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu menggambar dekoratif, (2) mengadakan interaksi pembelajaran, yaitu guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya,melibatkan anak didik untuk lebih aktif, memanfaatkan sumber pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan, (3) guru membimbing anak didik untuk istirahat makan dan bermain bebas dihalaman, (4) guru menutup pembelajaran yang terdiri dari atas evaluasi akhir, pembahasan singkat, menarik kesimpulan refleksi dan tindak lanjut. Pelaksanaan tindakan dilakukan selama beberapa pertemuan sesuai dengan skenario. Adapun perencanaan pelaksanaan penelitian tentang penerapan metode demonstrasi menggambar dekoratif untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Kumara Shanti Sedana Tahun Pelajaran 2016/2017.

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini mengacu pada teori yang dikemukakan Kemmis &Mc. Taggart (Kanca, 2010:126). Dalam model PTK ini, masing-masing siklus

(9)

terdiri dari empat tahap, yaitu: 1). tahap rencana, 2). tahap tindakan, 3). tahap observasi/evaluasi 4). tahap refleksi. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat digambarkan pada gambar 1.

Gambar. 1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk., 2012:16)

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Dalam buku pengantar metodologi penelitian dikemukakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2010:27). Kisi-kisi yang dibuat peneliti sebagai acuan untuk membuat instrumen penelitian dibuat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Pengamatan Kemampuan Motorik Halus No Indikator

1` Menggambar dan menghias gambar dengan menggunakan buku gambar atau benda-benda tertentu.

2. Membuat gambar dan menghias sesuai yang diinginkan anak atau

kemauan anak.

3. Anak mampu memainakan warna dengan baik.

4. Menghias gambar dengan baik.

(Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 50, 2010:35)

Tabel. 2 Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak.

Persentase Perkembangan Motorik Halus Kriteria Perkembangan Motorik Halus 90 −100 80 − 89 65 − 74 40 − 64 0 − 39 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data perkembangan Motorik halus pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dengan membandingkan rata-rata persentase yang diperoleh pada siklus I yaitu 57,81% dengan kriteria PAP skala lima ternyata rata-rata persentase berada pada kategori 55-64 yang tergolong pada kategori rendah. Pada siklus 2 data hasil perkembangan motorik halus anak dengan membandingkan rata-rata persentase yang diperoleh yaitu 80,31% dengan kriteria PAP skala lima ternyata rata-rata tersebut berada pada kategori 80-89, jadi kemampuan motorik halus pada anak di TK Kumara Shanti Sedana berada pada kondisi tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas, dapat diartikan bahwa penyajian hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi melalui kegiatan menggambar dekoratif dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Hal ini dapat ditunjang oleh beberapa keunggulan yang dimiliki oleh metode

SIKLUS I Pelaksana an Pengamatan Perencanaa n Refleksi Pelaksanaa n SIKLUS II Pengamatan ? Perencanaa n Refleksi

(10)

demonstrasi yakni menurut Suryani (2010:9:7) menyatakan bahwa, Keunggulan dari metode demonstrasi antara lain sebagai berikut. 1) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda/peristiwa, 2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, 3) Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya, 4) Perhatian anak dapat lebih dipusatkan, 5) Anak dapat ikut serta aktif apabila demonstrasi langsung dilanjutkan dengan eksperimen, 6) Mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi sekiranya anak hendak mencoba sendiri, 7) Beberapa persoalan yang belum dimengerti dapat ditanyakan langsung saat suatu proses ditunjukkan sehingga terjawab dengan jelas.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa manfaat metode demonstrasi adalah membantu anak didik atau siswa lebih memahami dan lebih mengerti tentang kegiatan pebelajaran yang disampaikan oleh guru melalui proses membuat sesuatu dan prose bekerjanya sesuatu. Pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran kelas. Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik dan efektif, ada beberapa langkah-langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji coba, dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh peserta didik dan diakhiri dengan evaluasi.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh persentase rata-rata perkembangan kemampuan motorik halus anak Semester I TK Kumara Shanti Sedana Tahun Pelajaran 2016/2017 pada siklus I sebesar 57,81% dan rata-rata persentase peningkatan perkembangan motorik halus anak semester I TK Kumara Shanti Sedana Tahun Pelajaran 2016/2017 pada siklus II sebesar 80,31% dengan kategori tinggi, ini menunjukkan adanya pengembangan persentase rata-rata perkembangan motorik

halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 22,05%. Data dalam Grafik Polygon apabila data di atas divisualisasikan ke dalam bentuk grafik Polygon, maka akan tampak seperti gambar 2.

Gambar 2. Grafik Perkembangan Motorik halus Anak di TK Kumara Shanti Sedana Tahun Pelajaran 2016/2017 pada Siklus I

Gambar. 3 Grafik Perkembangan Motorik halus Anak di TK Kumara Shanti Sedana Tahun Pelajaran 2016/2017 pada Siklus II

(11)

Selanjutnya nilai rata-rata persentase yang diperoleh pada siklus II yaitu 80,31% dengan kriteria PAP skala lima ternyata rata-rata tersebut berada pada kategori 80-89. Jadi kemampuan motorik halus pada anak di TK Kumara Shanti Sedana berada pada kondisi tinggi. Data dalam Grafik Polygon apabila data di atas divisualisasikan ke dalam bentuk grafik Polygon, maka akan tampak seperti gambar 3.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas, dapat diartikan bahwa penyajian hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi Menggambar Dekoratif dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas, terlihat Mo=Me>M ( 14,00=14,00>12,85), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan motorik halus pada siklus II menunjukkan kurve juling negative. Dengan demikian dapat di interpretasikan bahwa skor kemampuan motorik halus pada anak-anak TK Kumara Shanti Sedana cenderung tinggi.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada BAB IV, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui kegiatn menggambar dekoratif dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak di Tk Kumara Shanti Sedana Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak pada siklus I adalah 57,81% yang berada pada kategori rendah dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 80,31% yang berada pada kategori tinggi. Jadi, peningkatan kemampuan motorik halus anak yaitu sebesar 22,5%.

Berdasarkan simpulan diatas dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada para guru disarankan untuk dapat membimbing, melatih dan memberi motivasi pada anak agar berani dalam kegiatan apapun serta lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran ataupun kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan pada anak, khususnya dalam penerapan

kegiatan menggambar dekoratif guru hendaknya memberikan sesuatu yang baru buat anak yang menyangkut dalam menggambar dekoratif sehingga

pembelajaran yang dilakukan

menyenangkan dan menarik minat anak. Kepada kepala sekolah agar melakukan pembinaan secara intensif kepada para guru mengenai metode, kegiatn dan media pembelajaran, sehingga kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajara anak dapat meningkat. Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan perbandingan atau sumber acuan serta sarankan hal-hal yang belum terjangkau untuk dilanjutkan dalam penelitian ini sehingga menjadi lebih sempurna, karena pencapaian kemampuan motorik halus anak baru mencapai kriteria tinggi.

DAFTAR RUJUKAN

Agung. A. A. Gede. 2014. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis

Data dalam PTK”). Makalah

disajikan Pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha. Singaraja 27 September 2010.

---. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan.. Singaraja: Undiksha. Nana Sudjana, 2010. “Metode Demonstrasi

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Salat‘Id Peserta Didik Kelas IVB MI Negeri Pekuncen Tahun Pelajaran 2011/2012”..

Disti Purwasih, Tin Rustini. 2013. “Meningkatkan Kemampuan Motorik

Halus Anak Melalui Kegiatan

Menggambar Dekoratif (Penelitian Tidakan Kelas Pada Kelompok B Tk Bina Pemula Kecamatan Ujung berung Kota Bandung)”. Tersedia pada: https://www.google.com/search?q=D isti+Purwasih+dan+Tin+Rustini+Men ingkatkan+Kemampan+Motorik+Hal us+Anak+Melalui+Kegiatan+Mengg ambar+Dekoratif&ie=utf-8&oe=utf-8. Diakses pada 12 Februari 2016.

(12)

Fadilah Nurul, 2014. “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mewarnai Di Kelompok B

Tk Kklkmd Sedyo Rukun

Bambanglipuro Bantul”. Tersedia pada

eprints.uny.ac.id/13427/1/Nurul%20

Fadhilah_1011 1244028.pdf.

Diakses pada 5 Februari 2016. Hurlock, Elizabeth B. (1978).

Perkembangan Anak Penerjemah Mertasari Tjandra dan Muslichah Zarkasih Jakarta Erlangga.

Marliza. 2014.” Peningkatan Kemampuan

Motorik Halus Anak Melalui

Permainan Melukis Dengan Kuas

Taman Kanak-Kanak Pasaman

Barat”. Tersedia pada

ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/ar ticle/download/1687/1456. Diakses pada 5 Februari 2016.

Ririn, 2015. “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Teknik

Mozaik”. Tersedia pada

eprints.uny.ac.id/13037/1/Ririn%20A rifah.pdf. Diakses tanggal 25 April 2016

Sudarsih, 2014. “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak

Melalui Media Bermain

Menggambar Dekoratif Pada

Kelompok B3 Tk Bhayangkari Kota Curup Kabupaten Rejang Lebong”.

Tersedia pada

repository.unib.ac.id/8505/1/I,II,III,I-14-sud-FK.pdf. Diakses pada 5 februari 2016.

______tentang Motorik halus Anak”. Tersedia pada

https://ml.scribd.com/doc/28521460 5/Bab-202-pdf. diakses pada 29 januari 2015

______2013. “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Menggambar Dekoratif Pada Anak Kelompok B Tk Aisyiyah I Sukodono Kabupaten Sragen”. Tersedia pada

http://eprints.ums.ac.id/30193/1/00_ DEPAN.pdf Diakses Tanggal 21 November 2015

Wahyuningsih, 2011. “Kelebihan dan kekurangan metode demontrasi”.

Tersedia pada

eprints.ums.ac.id/13053/13/pdf. Diakses tanggal 26 April 2016. Watini, 2014 “Peningkatan Kemampuan

Motorik Halus Anak Dengan Metode Demonstrasi Dalam Pemanfaatan Bahan Bekas Pada Kelompok B Di Raudhatul Athfal Jamus Ngluwar Magelang Tahun Ajaran 2013/2014”. Tersedia pada

”http://digilib.uinsuka.ac.id/14013/1/ BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20 PUSTAKA.pdf Diakses tanggal 10 April 2016

Gambar

Tabel  1.  Kisi-kisi  Pedoman  Pengamatan  Kemampuan Motorik Halus    No  Indikator
Gambar 2. Grafik Perkembangan Motorik  halus  Anak  di  TK  Kumara

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu perluasan target OPK dengan menambahkan kelompok KS I alasan ekonomi juga dinilai cukup tepat, karena sekarang mereka diduga telah menjadi “makin miskin.”

Meskipun kecepatan arus relatif berbeda pada masing-masing posisi pengukuran, namun kondisi ini dapat digeneralisasi untuk kecepatan renang ikan yang di uji,

Ketika amil berhasil memperoleh dana zakat dari muzaki, divisi admin dan keuangan berhak menerima laporan jemput zakat tersebut berupa kuitansi, formulir ZIS

3URVHV SHQJRODKDQ ODKDQ VHFDUD PHNDQLV \DQJ GLNKDZDWLUNDQ PHUXVDN SHUDNDUDQ GDQ PHQJKDPEDW SHUWXPEXKDQ WDQDPDQ NDUHW WLGDN WHUMDGL +DO LQL GLVHEDENDQ DGD GXD IDNWRU \DLWX SHUWDPD

Menerapkan metode Web Based Learning atau pembelajaran berbasis Web dapat diimplementasikan pada aplikasi pembelajaran Budaya Batak dimana aplikasi ini dapat digunakan

Sehingga dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel sebanyak 83 unit; (2) Hasil dari pengujian signifikansi parameter individual (uji t) masing-masing variabel

Berdasar pada hasil yang diperoleh pada kemampuan awal siswa dalam hal membaca, maka guru melakukan modifikasi untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan memanfaatkan

Kubo menendang benda yang ada di dekat kakinya sampai terbang di depan. „meteorit‟ klub film terbang jauh dan hancur.. Kubo yang frustasi karena tidak juga menemukan Kirishima