• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Team Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan Metode Team Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017 - Test Repository"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN METODE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF TINGKIR LOR SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

USWATUN KHASANAH NIM : 115 12 104

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENERAPAN METODE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF TINGKIR LOR SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

USWATUN KHASANAH NIM : 115 12 104

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu

kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari

seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

 Bapak (almarhum) dan ibuku tercinta beserta keluarga besarku yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan dukungan moril maupun

materi untuk kesuksesan saya.

 Teman-teman seperjuangan khususnya rekan-rekan PGMI angkatan 2012.

 Sahabatku yang selalu menyemangatiku dalam keadaan apapun.

 Untuk seseorang yang masih dalam misteri yag dijanjikan Allah yang

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat

dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat

beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir

zaman, aamiin,

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Judul yang

penulis ajukan adalah “Penerapan Metode Team Game Tournament (TGT) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat

Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga Tahun Pelajaran

2016/2017”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

(9)

ix

4. Bapak Wahidin, S.Pd.I., M.Pd. selaku pembimbing yang selalu bijaksana

memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penelitian dan

penulisan skripsi ini.

5. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M. Ag. Selaku dosen Pembimbing Akademik

yang senantiasa memberikan bimbingan dan mendampingi dari semester

awal sampai semester akhir ini.

6. Staf Dosen PGMI IAIN Salatiga yang telah membekali penulis dengan

berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan

skripsi.

7. Bapak Sadi Sarifudin, S.Pd, selaku Kepala Sekolah MI Ma’arif Tingkir

Lor Kota Salatiga yang telah memberikan kesempatan dan waktu untuk

melaksanakan penelitian.

8. Rekan-rekan guru MI Ma’arif Tingkir Lor Kota Salatiga yang telah

memberikan dukungan partisipasinya selama penulis menyelesaikan

skripsi sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.

9. Para siswa kelas V MI Ma’arif Tingkir Lor yang telah mendukung dan

membantu dalam melakukan penelitian.

10.Ayah (almarhum) dan Ibu atas jasa-jasanya, kesabaran, do’a, dan tidak

pernah lelah dalam mendidik dan memberi cinta yang tulus dan ikhlas

kepada penulis semenjak kecil.

11.Semua keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mendukung untuk

(10)

x

12.Sahabat-sahabatku tercinta yang telah banyak memberikan dorongan,

semangat, dan kasih sayang demi lancarnya penyusunan skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan PGMI 2016, yang selama ini telah berjuang

bersama.

14.Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda

kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang

membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya

kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Salatiga, 25 Agustus 2016

(11)

xi ABSTRAK

Uswatun Khasanah. 2016. Penerapan Metode Team Game Tournament (TGT)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi

Hitung Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Tingkir Lor

Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Wahidin, S.Pd.I., M.Pd.

Kata Kunci : Metode TGT. Hasil Belajar Matematika

Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan, apakah dengan penerapan metode Team Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas V MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga tahun pelajaran 2016/2017?

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 24 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setiap akhir siklus diandalkan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.

(12)

xii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

(13)

xiii

2. Subjek Penelitian ... 10

3. Langkah-langkah Penelitian ... 11

4. Instrumen Penelitian ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 15

6. Indikator Keberhasilan Siswa ... 15

7. Analisis Data ... 16

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 20

1. Pengertian Belajar ... 20

2. Ciri-ciri Belajar ... 21

3. Pengertian Hasil Belajar ... 22

4. Hasil Belajar Matematika ... 23

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 24

B. Konsep Matematika ... 25

1. Pengertian Matematika ... 25

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika ... 26

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika ... 27

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika ... 29

C. Materi Operasi hitung bilangan bulat ... 29

D. Metode Pembelajaran Kooperatif Team Game Tournament. 31 1. Pengertian Metode Kooperatif TGT ... 31

(14)

xiv

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kooperatif TGT .... 35

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

F. Kerangka Berfikir ... 39

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga ... 41

B. Pelaksanaan Penelitian ... 45

1. Siklus I ... 45

2. Siklus II ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Setting Penelitian ... 52

B. Diskripsi per Siklus ... 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Profil MI Ma’arif Tingkir Lor ... 40

Tabel 3.2 Bagian ruangan di MI Ma’arif Tingkir Lor ... 43

Tabel 3.3 Fasilitas kantor MI Ma’arif Tingkir Lor ... 43

Tabel 3.4 Profil guru dan karyawan di MI Ma’arif Tingkir Lor ... 44

Tabel 3.5 Daftar nama siswa kelas V di MI Ma’arif Tingkir Lor ... 45

Tabel 4.1 Hasil pengamatan kinerja guru siklus I ... 58

Tabel 4.2 Hasil pengamatan kinerja siswa siklus I ... 59

Tabel 4.3 Hasil tes formatif siklus I ... 60

Tabel 4.4 Hasil Skor Pre-Test dan Post-Test Siklus I ... 62

Tabel 4.5 Hasil pengamatan kinerja guru siklus II ... 68

Tabel 4.6 Hasil pengamatan kinerja siswa siklus II ... 69

Tabel 4.7 Hasil tes formatif siklus II ... 70

Tabel 4.8 Hasil Skor Pre-Test dan Post-Test Siklus II ... 72

Tabel 4.9 Hasil tes akhir siklus II ... 73

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 3 Lembar Pre-Test Siklus I

Lampiran 4 Lembar Post-Test Siklus I

Lampiran 5 Lembar Pre-Test Siklus II

Lampiran 6 Lembar Post-Test Siklus II

Lampiran 7 Dokumentasi Hasil Test Formatif Siklus I

Lampiran 8 Dokumentasi Hasil Test Formatif Siklus II

Lampiran 9 Dokumentasi Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus

Lampiran 10 Dokumentasi Gambar Kegiatan Siklus I dan Siklus II

Lampiran 11 Lembar Pengamatan Guru Pada Siklus I

Lampiran 12 Lembar Pengamatan Guru Pada Siklus II

Lampiran 13 Lembar Pengamatan Siswa Pada Siklus I

Lampiran 14 Lembar Pengamatan Siswa Pada Siklus II

Lampiran 15 Silabus

Lampiran 16 Surat Nota Pembimbing

Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Penelitian MI Ma’arif Tingkir Lor

Lampiran 18 Surat Bukti Pelaksanaan Penelitian MI Ma’arif Tingkir Lor

Lampiran 19 Lembar Konsultasi Pembimbing

Lampiran 20 Riwayat Hidup

(17)
(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya tidak akan pernah lepas dari

matematika. Bukan hanya di lingkungan sekolah saja kita mempelajari

matematika, namun dalam kehidupan sehari-hari atau di luar sekolah pun

matematika sangat penting. Dari matematika tingkat dasar hingga yang sulit

sekalipun. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta

didik mulai dari tingkat sekolah dasar guna membekali peserta didik dengan

kemampuan berfikir logis, analitis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

bekerja sama.

Kata matematika berasal dari bahasa Latin mathematika yang mulanya diambil dari bahasa Yunani yaitu mathematike yang berarti mempelajari. Kata tersebut juga mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu. Kata mathematike berhubungan juga dengan kata lain yang hampir

sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir). Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat,

yang mana banyak definisi-definisi berbeda mengenai pengertian matematika

yang dikemukakan oleh para ahli. Mungkin disebabkan karena ilmu

matematika itu sendiri yang mana merupakan salah satu disiplin ilmu yang

memiliki kajian luas sehingga masing-masing ahli mengemukakan

(19)

2

Menurut Suyitno (2003: 37), matematika adalah ilmu yang

mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Untuk

menunjang kelancaran pembelajaran di samping pemilihan metode yang tepat

juga perlu digunakan suatu pembelajaran yang sangat berperan dalam

membimbing abstraksasi siswa.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru hendaknya memilih dan

menggunakan pendekatan, metode, strategi, dan teknik yang dapat melibatkan

siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. (Nana

Sudjana 2008: 147)

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa adalah sebagai subjek dan

objek dari kegiatan pengajaran. Sehingga inti dari proses pengajaran adalah

kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan. Tercapai atau tidaknya

tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa

setelah proses pembelajaran selesai. Hasil belajar merupakan salah satu

tujuan dari proses pembelajaran. Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan

siswa dan tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran.

Hasil belajar siswa sendiri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

salah satunya metode mengajar dari guru. Metode mengajar sendiri adalah

cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Dalam mengajar, cara-cara

mengajar dan serta cara belajar haruslah dilakukan dengan tepat, efektif, dan

efisien. Guru harus berani mencoba metode dan strategi baru yang dapat

membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan minat

(20)

3

Jadi hasil belajar matematika merupakan tolok ukur atau patokan yang

menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami

suatu materi pelajaran matematika setelah mengalami pengalaman belajar

yang dapat diukur melalui tes.

Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih

menggunakan paradigma pembelajaran lama yang mana guru lebih

mendominasi pembelajaran maka pembelajaran matematika akan cenderung

monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan

tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa,

guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode

yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan

akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan

model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian

dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa),

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan

sumber-sumber belajar yang ada. Daryanto (2012: 240)

Dalam melaksanakan pengajaran matematika di sekolah dasar/

madrasah ibtidaiyah khususnya di MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga masih

terdapat kesulitan untuk materi pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat.

Kesulitan ini berawal dari penguasaan konsep yang kurang secara

menyeluruh. Pemahaman konsep merupakan langkah awal yang diambil

(21)

4

Pemahaman operasi hitung bilangan bulat pada proses pembelajaran

tidak mudah untuk dilakukan oleh anak sekolah dasar. Pemahaman konsep

yang baik secara dasar untuk memahami materi lebih lanjut dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu murid, guru, maupun sarana prasarananya. Maka dari

itu keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada

kelancaran interaksi antara guru dan siswa. Mengingat hal tersebut, seorang

guru sekolah dasar dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu

metode pengajaran di dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam riset yang dilakukan peneliti, sebagian siswa kelas V MI

Ma’arif Tingkir Lor Salatiga untuk pelajaran matematika masih belum

mendapatkan tempat dihati para siswa. Hal ini terbukti pada hasil wawancara

kepada guru wali kelas V yang menyatakan bahwa siswanya masih banyak

yang kesulitan dalam operasi hitung bilangan bulat. Yaitu masih kesulitan

antara perhitungan penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.

Hasil itu menunjukkan katagori sedang yang tentunya belum memenuhi

standar keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu dengan patokan nilai yang

telah ditetapkan dan penguasaan pada materi. Pada umumnya para siswa

menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipahami

sehingga tidak sedikit siswa yang takut terhadap mata pelajaran matematika.

Dengan keadaan yang demikian dan juga kurang semangatnya siswa

mengakibatkan hasil belajar matematika sering rendah. Selain itu proses

belajar mengajar selama ini masih menggunakan sistem belajar yang berpusat

(22)

5

dipakai masih tekstual semua itu harus berubah dan diikuti oleh guru yang

bertanggung jawab atas penyelenggara pembelajaran di sekolah.

Salah satu inovasi yang menarik untuk mengiringi perubahan

pembelajaran yang semua berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa

adalah ditemukannya dan diterapkannya model, strategi maupun metode

pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan konstruktif atau lebih tepat dalam

mengembangkan dan menggali siswa secara kongkrit dan mandiri dibidang

akademik dan sosial, maka sangatlah penting bagi para pendidik terutama

guru untuk memahami materi, siswa dan metodologi pembelajaran dalam

proses pembelajaran terutama terkait dalam pemilihan metode pembelajaran

yang modern salah satunya adalah pembelajaran kooperatif.

Metode Team Game Tournament adalah salah satu pembelajaran

kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa

harus ada perbedaan status, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan yang

dirancang dalam metode Team Game Tournament memungkinkan siswa

dapat belajar lebih rileks dan menyenangkan. Disamping itu juga

menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama dan persaingan sehat serta lebih

bisa diingat oleh siswa.

Dari uraian di atas penulis tertarik utuk mengadakan penelitian dengan

judul “Penerapan Metode Team Game Tournament (TGT) Untuk

(23)

6

Bulat pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga Tahun Pelajaran 2016/1017.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengajukan

rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah dengan penerapan metode Team Game Tournament (TGT) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi

operasi hitung bilangan bulat di MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini untuk mengetahui

apakah dengan penerapan metode Team Game Tournament (TGT) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi

operasi hitung bilangan bulat di MI Ma’arif Tingkir Lor 01 Salatiga.

D. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan paparan di atas, penulis dapat mengajukan hipotesis

dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu terjadi peningkatan hasil belajar

siswa kelas V dalam mengikuti pembelajaran Matematika materi operasi

(24)

7 E. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi

atau masukan kepada guru/pengajar dalam memberikan

pelajaran-pelajaran yang dinilai sulit dipahami oleh siswa dalam menerima

pelajaran. Metode pembelajaran Team Game Tournament (TGT)

memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan

menyenangkan sehingga lebih bebas dalam menemukan berbagai

pengalaman baru dalam kegiatan belajar.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilaksanakan diharap

memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah.

a. Manfaat Bagi Siswa

Memberikan semangat dan motivasi kepada siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran di kelas dan membantu siswa meningkatkan

hasil belajar pelajaran matematika.

b. Manfaat Bagi Guru

Menambah pengetahuan kepada guru tentang pemanfaatan metode

pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang berhubungan

dengan kegiatan pembelajaran dapat teratasi. Di samping itu juga

menjadikan guru lebih termotivasi untuk menerapkan metode

pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran lebih

(25)

8

c. Manfaat Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang baik dan bermanfaat bagi sekolah

dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan kualitas pendidikan.

F. Definisi Operasional

Berikut ini akan diuraikan penulis mengenai beberapa istilah yang ada

dalam judul untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam pengertian

judul, antara lain:

1. Hasil Belajar

Adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. (Sudjana, 2004: 22)

2. Matematika

Matematika, adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima

pembuktian secara induktif ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

yang terorganisasi. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi,

yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola

pikir yang deduktif. (Heruman, 2007: 1)

3. Metode

Adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan

(26)

9 4. Team Game Tournament (TGT)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan

siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6

orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau

ras yang berbeda. ( Rusman, 2011: 224)

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan

Kelas) yang dilakukan secara seksama antara peneliti dengan pihak yang

diteliti. Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu

Classroom Action Research, yang diartikan penelitian dengan tindakan yang dilakukan di kelas.

Suharsimi (2008: 2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas

melalui paparan gabungan definisi dari kata “penelitian”, “tindakan” dan

“kelas”.

a. Penelitian adalah Kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh

data atau informasi bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal

yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan

(27)

10

c. Kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok siswa yang dalam

waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama

pula.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah

pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Dalam penerapan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat

memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas yaitu rendahnya nilai

pelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas V

MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga dan memperbaiki proses pembelajaran agar

tidak monoton dan membosankan.

2. Subjek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Penentuan subjek penelitian merupakan masalah pokok yang perlu

diperhatikan dalam sebuah penelitian, karena tingkat validitas suatu

penelitian sangat dipengaruhi oleh pengambilan subjek penelitian.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Ma’arif

Tingkir Lor Salatiga tahun pelajaran 2016/1017, yang berjumlah 24

anak dengan jumlah siswa laki-laki 8 anak dan siswa perempuan 16

anak. Dengan kolaborator Ibu Pungki Sofia, S. Pd guru wali kelas V

(28)

11 a. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MI Ma’arif Tingkir Lor

Salatiga.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 25 Juli 2016 sampai

27 Juli 2016.

3. Langkah-Langkah Penelitian

Rancangan pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini

dalam satu siklus terdapat 4 komponen yaitu perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi. Secara rinci berikut prosedur pelaksanaan PTK

digambarkan.

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian (Suyadi, 2010: 50)

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaa

SIKLUS I

Refleksi

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaa

Pengamatan

(29)

12

Langkah-langkah atau siklus I yang digunakan dalam penelitian

tindakan kelas ini meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang disiapkan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah:

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran/ skenario pembelajaran/

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif Team Game Tournament (TGT).

2) Menyiapkan media, bahan dan alat pembelajaran yang akan

digunakan dalam pembelajaran.

3) Menyiapkan soal yang akan digunakan untuk test.

4) Pembentukan kelompok belajar.

5) Menyiapkan instrumen penelitian/ alat pengumpulan data penelitian.

6) Menyiapkan hadiah.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti menyusun pembelajaran metode

pembelajaran kooperatif Team Game Tournament (TGT) dengan tiga tahap penelitian, yaitu pembuka, kegiatan inti dan kegiatan akhir/

penutup. Kegiatan pembuka terdiri dari doa, absensi dan motivasi serta

pelaksanaan test awal. Kegiatan inti meliputi pembentukan kelompok,

permainan (game) dan pertandingan (tournament) dan test akhir.

Kegiatan akhir merupakan kegiatan penutup. Selama pembelajaran

(30)

13

panduan. Kemudian berkonsultasi kepada guru kelas untuk mendapatkan

informasi.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan selama proses kegiatan pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah

disiapkan oleh peneliti. Lembar obervasi tersebut digunakan untuk

mengetahui jalannya pembelajaran dengan metode Team Game

Tournament (TGT). d. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan dan mengidentifikasi

data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah

dilakukan, yaitu dari lembar observasi, hasil catatan lapangan maupun

dari wawancara atau diskusi yang dilakukan dengan guru wali kelas

yang bersangkutan. Diskusi sendiri dilakukan untuk mengevaluasi

hasil yang telah diperoleh, yaitu dengan cara melakukan penilaian

selama kegiatan pembelajaran berlangsung, mengamati masalah yang

muncul dan hal lainnya yang berkaitan dengan hal tersebut. Setelah itu

peneliti merencanakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.

Selanjutnya dalam siklus kedua mengikuti tahap dalam siklus

pertama. Pada siklus kedua dilakukan sebagai perbaikan dan penyempurna

pada siklus pertama terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

(31)

14 4. Instrumen Penelitian

Dalam instrumen penelitian berisikan alat yang digunakan untuk

mengambil data penelitian, misalkan dari:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi berupa lembar data yang digunakan untuk mencatat

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan lembar observasi

dapat diketahui kendala-kendala dan kekurangan yang dihadapi dalam

kegiatan pembelajaran.

b. Wawancara

Merupakan sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada pihak-pihak

yang mampu memberikan informasi dan kepada siswa kelas V guna

mengetahui pendapat ataupun masukan mengenai penerapan metode

Team Game Tournament (TGT). c. Soal Test

Berupa sejumlah soal test yang digunakan untuk mengukur prestasi

belajar siswa. Selain itu juga digunakan untuk mengukur sejauh mana

kemampuan siswa mendalami materi yang dipelajari dan untuk

mengetahui kemajuan belajar siswa. Soal test digunakan saat

pembelajaran yaitu dikerjakan secara berkelompok dan individu.

d. Dokumentasi

Melalui dokumentasi peneliti dapat mengetahui data-data dan

(32)

15

Dokumentasi juga menggambarkan situasi saat pembelajaran

berlangsung.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes

Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis. Tes ini digunakan

untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi pembelajaran

operasi hitung bilangan bulat.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode atau cara-cara

menganalisa dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai

tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok

secara langsung. (Purwanto, 1984: 150). Metode ini penulis gunakan

untuk mengetahui kemampuan siswa ketika mengikuti pembelajaran

matematika materi operasi hitung bilangan bulat.

c. Data Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengetahui data-data yang

berhubungan dengan proses pembelajaran siswa kelas V MI Ma’arif

Tingkir Lor Salatiga.

6. Indikator Keberhasilan Siswa

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil

belajar siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa baik secara individual

(33)

16

Menurut Trianto (2010: 241) berdasarkan ketentuan KTSP

penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing

sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal, dengan

berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu: kemampuan setiap peserta

didik berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya

dukung setiap sekolah berbeda.

Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai

berikut:

a. Secara individu

Siswa telah melampaui batas minimal dari nilai ketuntasan minimal

yang telah ditentukan sekolah yakni  60.

b. Secara klasikal

Indikator keberhasilan guru dalam mengajar adalah 85% dari jumlah

total siswa dalam satu kelas telah mencapai nilai ketuntasan minimal.

7. Analisis Data

Dalam proses analisis data ini dimulai dari menelaah data

keseluruhan yang telah tersedia dari berbagai macam sumber, baik dari

pengamatan, wawancara dan sebagainya. Analisis data sendiri digunakan

untuk membandingkan prestasi belajar sebelum dan sesudah penerapan

metode Team Game Tournament.

Semua data yang diperoleh dipahami dan dipelajari kemudian direkap

(34)

17

menghitung data tersebut peneliti menggunakan rumus statistika rata-rata

kelas. Yang dihitung dengan rumus:

Keterangan:

X : Nilai rata-rata kelas

∑X : Jumlah nilai siswa

N : Jumlah siswa

Untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar dapat

digunakan nilai standar berskala yaitu berupa nilai dari 1-100 selanjutnya

nilai tersebut digolongkan ke dalam beberapa kelompok dengan kategori

sebagai berikut:

80 – 100 : Sangat Tinggi

66 – 80 : Tinggi

56 – 65 : Sedang

40 – 55 : Rendah

≤ 40 : Sangat Rendah

Peneliti akan menggunakan nilai rata-rata kelas utnuk mementukan

tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. dalam hal ini akan digunakan

penilaian berstandar skala dengan rentan nila 1 – 100 seperti di atas.

X=

∑𝑿

(35)

18 H. Sistematika Penulisan

Guna mempermudah pembahasan, maka peneliti membagi pokok

pembahasan menjadi beberapa BAB. Adapun sistematika pembahasannya

adalah sebagai berikut:

1. Bagian awal

Bagian awal yang terdiri halaman sampul, lembar logo, halaman

judul, lembar persetujuan pembimbing, pernyataan keaslian tulisan, motto

dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan

daftar lampiran.

2. Bagian inti

Bab I Pendahuluan berisi: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian,

definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan. Metode

penelitian mencakup: rancangan penelitian, subjek penelitian,

langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, indikator keberhasilan siswa,

teknik pengumpulan data, analisis data.

Bab II Kajian pustaka mencakup: pengertian belajar dan hasil

belajar, konsep matematika, materi operasi hitung bilangan bulat, metode

pembelajaran kooperatif team game tournament, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir.

Bab III Pelaksanaan penelitian meliputi: gambaran umum mi

(36)

19

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan meliputi: diskripsi setting

penelitian, diskripsi per siklus, pembahasan hasil penelitian.

Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran.

(37)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Belajar (menuntut ilmu) wajib untuk dipelajari, sesuai dengan sabda

Rasulullah yang berbunyi:

َمِلْ ُم َو مِلْ ُم ِّ ُ َلَع ٌ َ ْي ِرَ ِمْلِعْلا ُ َلَ

Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki

maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

1. Pengertian Belajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat

tafsirannya tentang “belajar”. Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu

berbeda satu sama lain.

Berikut beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli:

Hamalik (2011:36) belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman. Maksudnya belajar merupakan suatu

proses, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil

belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan

kelakuan.

Menurut Gagne (dalam Susanto, 2013:1) belajar didefinisikan sebagai

suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

(38)

21

Slameto (1991: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang beru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Syah (dalam Sriyanti, 2009: 17) belajar adalah tahapan

perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang dengan sengaja guna

memperoleh pengetahuan dan pemahaman sehingga terjadi perubahan

tingkah laku yang lebih baik lagi.

2. Ciri-ciri belajar

Hamalik (2011: 49) belajar memiliki ciri-ciri (karakteristik) tertentu,

yaitu:

a. Belajar berbeda dengan kematangan

Pertumbuhan adalah saingan utama sebagai pengubah tingkah laku.

Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa

adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan

itu adalah berkat kematangan dan bukan karena belajar. Bila prosedur

latihan tidak secara cepat mengubah tingkah laku, maka berarti

prosedur tersebut bukan penyebab yang penting dan

(39)

22

b. Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental

Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi, disebabkan oleh terjadinya

perubahan pada fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan

berulangkali yang mengakibatkan badan menjadi letih/lelah. Sakit atau

kurang gizi juga dapat menyebabkan tingkah laku berubah, atau karena

mengalami kecelakaan tetapi hal ini tak dapat dinyatakan sebagai hasil

perbuatan belajar.

c. Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap

Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku. Belajar

berlangsung dalam bentuk latihan dan pengalaman. Tingkah laku yang

dihasilkan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku yang nyata dan dapat

diamati.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Susanto (2013: 5)

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,

baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai

hasil dari kegiatan belajar. Selain itu hasil belajar dapat diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah

yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal

(40)

23

Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah

dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam

mempelajari suatu materi tertentu. Selain itu hasil belajar juga bisa

dijadikan tolok ukur untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat

menangkap dan memahami suatu hal yang sudah dipelajari. Menurut Syah

(dalam Sriyanti 2009: 20), Hasil belajar tidak selalu dalam berbentuk nilai

saja, akan tetapi wujud hasil belajar dapat dilihat adanya sembilan wujud

perubahan, yaitu: kebiasaan, ketrampilan, pengamatan, berfikir asosiatif

dan daya ingat, berfikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi,

tingkah laku efektif.

4. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika siswa merupakan suatu tolak ukur untuk

mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran matematika.

Hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam hal

penguasaan materi yang telah dipelajari.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil

yang telah dicapai oleh siswa melalui suatu tes yang dilakukan untuk

mengukur kemampuan dan pemahaman serta penguasaan materi yang

dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika

dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, hasil belajar matematika

adalah hasil yang dicapai setelah seorang siswa melakukan kegiatan atau

usaha belajar matematika dalam pelajaran metematika yang dapat

(41)

24

memahami materi pelajaran matematika yang diberika dalam jangka

tertentu setelah melalui tes. Atau secara sederhana, hasil belajar

matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mempelajari

mata pelajaran matematika yang dapat diukur dengan menggunakan tes.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Wasliman (dalam Susanto 2013:12), menyatakan bahwa hasil belajar

yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai

faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara

rinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

a. Faktor internal: faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya.

Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi

belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan

kesehatan.

b. Faktor eksternal: faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang

memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga

yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri,

perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan

sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam

(42)

25 B. Konsep Matematika

1. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau “mathenein”

yang artinya mempelajari. (Rosma Hartiny, 2010: 11)

Sedangkan menurut beberapa pendapat ahli definisi matematika

adalah sebagai berikut :

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007: 723)

Matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan

antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

b. Suyitno (2003: 37), matematika adalah ilmu yang mempelajari

tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Untuk

menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode

yang tepat juga perlu digunakan suatu pembelajaran yang sangat

berperan dalam membimbing abstraksasi siswa.

c. Russefendi (dalam Heruman, 2010: 1) Matematika adalah bahasa

simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara

induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang

terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur

yang didefinisikan, ke aksiroma atau postulat, dan akhirnya ke

dalil.

d. Menurut Johnson dan Myklebust (dalam Sam’s, 2010: 11)

(43)

26

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantutatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan

pemikiran.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dimengerti bahwa

matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang

struktur-struktur dari sistem-sistem yang mencakup pola hubungan maupun

bentuk, yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan

hubungan-hubungan yang diatur secara logis.

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD

Dalam proses pembelajaran di kelas akan lebih efektif bagi siswa

jika guru dapat menyampaikan mata pelajaran dengan lebih kreatif dan

inovatif. Demikian juga dengan pembelajaran matematika di sekolah

dasar, guru SD harus paham dan mengetahui karakteristik matematika.

Menurut Subarinah (dalam Rosma Hartiny, 2010: 29-30)

matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur

yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti

bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep,

strukturnya dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri

khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh

guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat

mulai dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks.

Setelah mengetahui karakteristik matematika SD, guru SD

(44)

27

mereka dapat mengajarkan matematika SD dengan baik jika

mampertimbangakan karakteristik ilmu matematika dan siswa yang

belajar.

Anak usia SD kelas rendah perlu mendapatkan perhatian sejak dini

pada fase usia ini hamper seluruh aspek perkembangan kecerdasan,

misalnya IO, EO, dan SQ sedang tumbuh dan berkembang. Tahap

berpikirnya masih belum formal dan relatif masih kongkret, bahkan

untuk sebagian siswa SD kelas 1 masih ada yang pada tahap pra

kongkret sehingga belum memahami hukum kekekalan, seperti

kekekalan bilangan (banyaknya benda akan tetap meskipun posisinya

diubah-ubah). Dengan demikian sulit untuk mengerti konsep-konsep

operasi bilangan. Berdasarkan uraian di atas ada perbedaan

karakteristik matematika dan siswa SD.

Salah satu manfaat dalam pembelajaran matematika adalah untuk

mempelajari ilmu-ilmu eksak lainnya akan tetapi dirasakan sulit oleh

para guru untuk menyampaikan pelajaran matematika agar mudah

diterima oleh siswa sehingga guru dan siswa sama-sama senang dalam

proses belajar matematika.

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika

a. Fungsi Pembelajaran Matematika

Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus

(45)

sehari-28

hari melalui materi bilangan, pengukuran, geometri, dan

pengelolaan data matematika juga berfungsi mengembangkan

kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui

model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan

matematika, diagram, grafik atau table. (Departemen Agama RI,

2004)

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Dalam Susanto (2013: 190) Tujuan pembelajaran matematika

di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh depdiknas,

sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,

dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,

atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

(46)

29

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat

kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh

peserta didik pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika.

Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil

belajarnya. Indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya.

Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut

didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut

kemahiran atau kecakapan yang hendak dicapai.

Ruang lingkup matematika dalam kurikulum 2006 KTSP pada

satuan pendidikan SD/MI meliputi bilangan, pengukuran dan geometri,

serta pengolahan data. Kompetensi dalam bilangan mencakup tentang

kemampuan melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung

bilangan. Pengukuran dan geometri mencakup tentang

mengidentifikasi sifat dan unsur bangun datar dan bangun ruang serta

menentukan luas, keliling dan volume dalam memecahkan masalah.

Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan,

menyajikan dan mengolah data.

C. Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat

Ada beberapa operasi hitung yang dapat dikenakan pada bilangan

operasi bilangan bulat, yaitu: (1) penjumlahan, (2) pengurangan, (3)

(47)

30

sangat erat sehingga pemahaman konsep dan ketrampilan melakukan

operasi yang satu akan mempengaruhi pemahaman konsep dan

keterampilan operasi yang lain. (Muchtar A. Karim, 1996: 99)

Operasi penjumlahan pada dasarnya merupakan suatu aturan yang

mengaitkan setiap pasang bilangan dengan bilangan yang lain. Operasi

penjumlahan ini mempunyai beberapa sifat yaitu: sifat pertukaran,

(komutatif), sifat identitas, dan sifat pengelompokan (asosiatif).

Operasi pengurangan merupakan kebalikan dari operasi

penjumlahan, tetapi operasi pengurangan tidak memiliki sifat yang

dimiliki operasi penjumlahan. Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat

pertukaran, sifat identitas, dan sifat pengelompokan.

Operasi perkalian dapat didefinisikan sebagai penjumlahan

berulang. Misalkan pada perkalian 4x3 dapat didefinisikan sebagai

3+3+3+3=12 sedangkan 3x4 dapat didefinisikan sebagai 4+4+4=12.

Secara konseptual, 4x3 tidak sama dengan 3x4, tetapi jika dilihat hasilnya

saja maka 4x3=3x4. Dengan demikian operasi perkalian memenuhi sifat

pertukaran (Muchtar A. Karim, 1996: 101)

Operasi perkalian memenuhi sifat identitas. Ada sebuah bilangan

yang jika dikalikan dengan setiap bilangan, maka hasilnya tetap bilangan

itu sendiri. Bilangan tersebut adalah 1. Jadi jika ax1= a. operasi perkalian

juga memenuhi sifat pengelompokan. Untuk setiap bilangan a, b, dan c

berlaku: (axb)xc=ax(bxc). Misalkan untuk operasi bilangan cacah

(48)

31

mempunyai satu sifat yang berkaitan dengan operasi penjumlahan. Sifat

ini menyatakan untuk bilangan a, b, dan c berlaku ax (b+c)= (axb)+(axc).

Sifat ini disebut dengan sifat penyebaran atau distributif. ( Muchtar A.

Karim, 1996: 101-102).

Operasi pembagian dapat didefinisikan sebagai pengurangan

berulang. Secara matematis ditulis sebagai a:b = a-b-b-b ..= 0. Missal,

24:3= 24-3-3-3-3-3-3-3-3= 0. Berarti 24:3=8. Hasil ini ditunjukkan oleh

banyaknya angka 3 yang muncul sebagai bilangan pengurangannya.

Operasi pembagian adalah kebalikan dari operasi perkalian. Jika sebuah

bilangan a dibagi bilangan b menghasilkan bilangan c (dilambangkan

dengan a:b=c), maka konsepperkalian yang terkait adalah cxb = a. Operasi

pembagian memiliki sifat sebagaimana operasi pengurangan yaitu tidak

memenuhi sifat pertukaran, sifat identitas, dan sifat pengelompokan.

(Muchtar A. Karim, 1996: 102).

D. Metode Pembelajaran Kooperatif Team Game Tournament (TGT)

1. Pengertian metode kooperatif TGT

Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia

pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya

digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti

tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. namun demikian,

penelitian selama dua puluh tahun terakhir ini telah

(49)

32

digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk

mengajarkan berbagai macam mata pelajaran. Mulai dari matematika,

membaca, menulis sampai pada ilmu pengetahuan ilmiah, mulai dari

kemampuan dasar sampai pemecahan masalah-masalah yang

kompleks. Lebih dari pada itu, pembelajaran kooperatif juga dapat

digunakan sebagai cara utama dalam mengatur kelas untuk pengajaran.

(Slavin, 2010: 4)

Dalam Rusman (2010: 203) pembelajaran kooperatif tidak sama

dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar

pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar

pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas dengan efektif. Dalam

pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari

guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa

lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif

daripada pembelajaran oleh guru.

Masih menurut Rusman (2010: 224) pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Team Game Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki

kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru

(50)

33

masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada

setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama

dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok

yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan dikerjakan

bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota

kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka

anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan

jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan

tersebut kepada guru.

2. Komponen Pembelajaran Team Game Tournament (TGT)

Menurut Slavin (2010: 166-167), pembelajaran kooperatif tipe

TGT terdiri dari 5 komponen utama, yaitu: presentasi kelas, tim, game,

turnamen dan rekognisi tim.

a. Presentasi Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi secara garis

besar, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan

diskusi yang dipimpin guru. Pada saat presentasi kelas ini siswa

harus benar-benar fokus terhadap materi yang disampaikan guru,

karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja

(51)

34

b. Tim

Dalam tim biasanya terdiri dari 4-5 siswa yang anggotanya

heterogen dilihat dari kinerja akademik, jenis kelamin, ras atau

etnisitas.

Fungsi kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota tim

benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bias

mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi,

tim berkumpul dan mempelajari materi yang telah diberikan.

c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang

dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari

presentasi di kelas. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan

tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus

menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu

tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para

pemain saling menantang jawaban masing-masing.

d. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung.

Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah

guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan

kerja kelompok terhadap lembar-lembar kegiatan. Pada turnamen

(52)

35

Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga

berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang

ini memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja

sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim

mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain

apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. skor tim

dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh oersen dari

peringkat mereka.

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif TGT

a. Kelebihan

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individual

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara

mendalam

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari

siswa

5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

6) Motivasi belajar lebih tinggi

7) Hasil belajar lebih baik

(53)

36

b. Kelemahan

1) Bagi guru

a) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai

kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini

akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai

pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian

kelompok.

b) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup

banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.

Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai

kelas secara menyeluruh.

2) Bagi siswa

a) Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa

dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.

Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah

membimbing dengan baik siswa yang mempunyai

kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu

menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

(

http://www.wawasanpendidikan.com/2015/09/Pengertian-

Langkah-Langkah-Pembelajaran-Teams-Games-Tournament-TGT.html?m=1. Diakses pada hari senin

(54)

37 E. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang menggunakan metode

pembelajaran kooperatif Team Game Torunament (TGT) pernah dikaji oleh Sulis Setyowati (2015), dalam penelitiannya yang berjudul

Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Alat Pernafasan Melalu Teams Game Tournament dengan Ular Tangga Pada Siswa Kelas V MI Al-Mahmud Kumpulrejo 01 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun

2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode

pembelajaran tipe Team Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi alat pernafasan pada siswa kelas V. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar IPA pada tiap siklus.

Dari pra siklus sebelum dilakukan tindakan, siswa yang mencapai

ketuntasan hanya 40% dari keseluruhan jumlah siswa. Sedangkan pada

siklus I setelah menerapkan model pembelajaran teams game tournament

dengan ular tangga, siswa yang tuntas dalam KKM 60 sebanyak 18 siswa

atau 90% dari keseluruhan siswa yang berjumlah 20 siswa dengan nilai

rata-rata kelasnya adalah 72. Pada siklus II pembelajaran menggunakan

model teams game tournament ular tangga, sebanyak 20 siswa atau 100%

telah tuntas dengan rata-rata kelas sebesar 76.

Joni Octami Sapitra (2013) dengan penelitiannya yang berjudul

Penerapan Metode Teams Games Tournament (TGT) Untuk

(55)

38

Madrasah Ibtidaiyah Sudirman Kupang Kec. Ambarawa Kab. Semarang

Tahun 2013. Menjelaskan bahwa hasil belajar siswa selama proses

pembelajaran menggunakan metode TGT mengalami peningkatan, yang

terlihat dari hasil belajar siswa antar skor pra siklus dengan hasil belajar

siswa pada evaluasi pembelajaran siklus I dan hasil belajar siswa pada

evaluasi pembelajaran siklus II. Jumlah siswa yang mencapai tuntas KKM

pada pra siklus yaitu 30%. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas KKM

yaitu 50% sedangkan pada siklus II julah siswa yang tuntas KKM yaitu

80%. Nilai rata-rata siswa pada pra siklus yaitu 57, pada siklus I

meningkat menjadi 64, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai

80.

Penelitian yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif

TGT juga dilakukan oleh Siti Mukaromah (2010), dalam penelitiannya

yang berjudul Penerapan Cooperative Learning Model TGT (Team Game

Tournament) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Krangasem Ketapang,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010.

Menjelaskan bahwa penggunaan metode TGT dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 45% atau

sebanyak 9 siswa, siklus II ketuntasan sebesar 55% atau 11 siswa dan pada

siklus III mencapai 90% atau 18 siswa.

Keberhasilan dari beberapa peneliti tersebut meyakinkan peneliti

(56)

39

pembelajaran serupa. Hasil penelitian tersebut dijadikan sebagai

pendukung untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika materi

operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas V semester 1 MI Ma’arif

Tingki Lor Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui penerapan metode

pembelajaran tipe Team Game Tournament (TGT).

Dengan demikian, keberhasilan yang dilakukan peneliti dengan

menerapkan metode pembelajaran tipe Team Game Tournament (TGT) akan menguatkan beberapa hasil penelitian sebelumnya dan menegaskan

bahwa PTK dengan metode tersebut dapat meningkatkan kualitas hasil

belajar siswa.

F. Kerangka Berfikir

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Dalam proses pembelajaran, belajar berkaitan dengan proses

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru

untuk memperoleh hasil yang terbaik bagi siswa. Agar mencapai tujuan

tersebut, siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri

karena proses pembelajaran akan terjadi jika ada interaksi atau komunikasi

yang baik antarsiswa dan guru sehingga akan memungkinkan siswa

mencapai tujuan belajar yang optimal.

Pemahaman materi yang disampaikan oleh guru pada siswa

(57)

40

mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil

belajarnya. Mata pelajaran matematika di SD khususnya di kelas V

semester 1 MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga pada pokok bahasan operasi

hitung bilangan bulat masih mengalami kesulitan, yang mana siswa takut

pada mata pelajaran matematika, banyak anak yang menyepelekan materi

tersebut, malu bertanya pada guru dan masih banyak lainnya. Untuk

mencapai nilai rata-rata yang masih kurang dari KKM (ketentuan

ketuntasan minimal), maka guru harus lebih memberikan banyak latihan

soal dan menyajikan pelajaran dengan pembelajaran yang inovatif yang

salah satunya dengan menggunakan metode Team Game Tournament agar

(58)

41

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga 1. Letak Geografis MI Ma’arif Tingkir Lor

MI Ma’arif Tingkir Lor adalah sebuah lembaga pendidikan yang

berkarakter islam, memiliki tingkat yang sama dengan sekolah dasar,

yang berluas 470𝑚2. Dengan lingkungan tempat yang aman nyaman

dan suasana damai untuk siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Profil MI Ma’arif Tingkir Lor

MI Ma’arif Tingkir Lor didirikan pada tahun 1963. Terletak di JL.

K. Zumri, no 11, Tingkir Lor, Tingkir, Salatiga.

Tabel 3.1

Profil MI Ma’arif Tingkir Lor

No Identitas Sekolah

1 Nama Sekolah MI Ma’arif Tingkir Lor

2 N.I.S 111233730010

(59)

42

12 Akreditasi B

13 Berdiri tahun 1963

14 Kegiatan belajar mengajar Pagi dan Sore

15 Lokasi Ds. Sanggrahan Tingkir Lor

16 Organisasi Komite

3. Visi dan Misi MI Ma’arif Tingkir Lor

a. Visi MI Ma’arif Tingkir Lor

Visi dari MI Ma’arif Tingkir Lor adalah unggul dalam prestasi,

santun dalam budi dan berakhlaq mulia

b. Misi MI Ma’arif Tingkir Lor

1) Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan IPTEK

2) Meningkatkan prestasi di semua bidang kegiatan peserta didik

3) Memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT

4) Meningkatkan akhlakul karimah peserta didik

5) Meningkatkan kemampuan guru menuju profesionalisme

6) Melaksanakan manajemen secara menyeluruh dan serasi

4. Fasilitas

a. Bangunan

Tabel 3.2

Bagian ruangan di MI Ma’arif Tingkir Lor

No Ruang Jumlah

1 Kelas 6

2 Laboratorium komputer 1

3 Perpustakaan 1

4 Unit kesehatan sekolah (UKS) 1

(60)

43

Fasilitas kantor MI Ma’arif Tingkir Lor

1 Computer dan printer 1 unit

dikemukakan adalah guru dan tenaga kependidikan yang lain

seperti karyawan, secara keseluruhan guru dan karyawan MI

Ma’arif Tingkir Lor ada 11 orang, yang berstatus PNS sebanyak 5

orang dan yang lain berstatus wiyata bhakti. Daftar personalia

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

(61)

44

No Nama Jabatan

1 Sadi Sarifudin, S.Ag Kepala sekolah

2 Rohmawati, S. Pd.I Guru

11 Kholison Penjaga sekolah

d. Karakteristik Siswa Kelas V

Siswa kelas V MI Ma’arif Tingkir Lor berjumlah 24 siswa,

terdiri dari 8 Laki-laki dan 16 perempuan. Nama-nama siswa yang

terdapat di kelas V tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Daftar nama siswa kelas V di MI Ma’arif Tingkir Lor

tahun 2016/2017

No Nama Jenis Kelamin

1 M. Isa Firdaus Laki-laki

2 Ahmad Zulfikri Laki-laki

3 Fitri puji astuti Perempuan

(62)

45

5 Lutfia AN Perempuan

6 Silma Rosida Perempuan

7 Rizki Maulana Laki-laki

8 M. Ragil Saputra Laki-laki

9 Ariana Ramadhani Perempuan

10 Syifa Tharisa Putri Perempuan

11 Nazia Nurida Ananda Perempuan

12 Anas Jevier Saputra Perempuan

13 Keisya Arla Tamasaka Laki-laki

14 Zaenab Perempuan

15 Muh. Ihya Faisol Husain Laki-laki

16 Nur Azizatun Nikmah Perempuan

17 Endra Bagus Ananta Laki-laki

18 Naila Zeevel Baby Al-varrisy Perempuan

19 Anisa Maharani Perempuan

20 Nisfi Lina Lutfiani Perempuan

21 Hartanto Saputra Laki-laki

22 Sofiaturrohman Perempuan

23 Zaina Nasfainur Aufa Fazilah Perempuan

24 Refa Anggraeni Perempuan

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksasanakan di MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga.

Dengan mengambil mata pelajaran matematika kelas V semester I dengan

materi operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan metode Team Game Torunament (TGT).

Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Di dalam satu siklus

(63)

46

observasi. Penelitian tersebut menggunakan jam pelajaran matematika

sesuai jadwal pelajaran matematika kelas V.

Waktu pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

1. Kegiatan siklus I, hari senin tanggal 25 Juli 2016

2. Kegiatan siklus II, hari Rabu tanggal 27 Juli 2016

Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yg dilaksanakan

peneliti adalah sebagi berikut:

1. Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Juli 2016.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V semester I di MI

Ma’arif Tingkir Lor Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. Pelaksanaan

penelitian siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyiapkan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) yang

disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2) Menyiapkan materi matematika pokok bahasan operasi hitung

bilangan bulat.

3) Menyiapkan perangkat pembelajaran dengan pokok bahasan

operasi hitung bilangan bulat yang meliputi: absensi, lembar

pengamatan guru dan siswa, LKS, soal evaluasi.

Gambar

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian (Suyadi, 2010: 50)
Tabel 4.7 hasil tes formatif siklus II
Gambar Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Gambar Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Buku yang menguraikan terkait bagaimana lahirnya anggota Parlemen yang aspiratif, dengan menggunakan kajian mulai dari mekanisme rekrutmen anggota Partai

Pada hari ini, Senin tanggal Tiga Puluh bulan Maret tahun Dua Ribu Lima Belas, kami Kelompok Kerja (Pokja) Pekerjaan Konstruksi Dana Alokasi Khusus (DAK) Dinas Pekerjaan Umum,

[r]

Pembahasan tentang proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat

Virtual lab dengan mata kuliah Logika dan Algoritma ini terdiri dari tiga kali pertemuan, di dalamnya terdapat modul yang berisi materi seperti teori dasar graf, pewarnaan graf

Dan hal terindah yang selalu mereka persembahkan kepada saya yaitu doa yang selalu membimbing saya selama masa studi sampai akhirnya menjadi seorang Sarjana bahkan takkan

Pengumpulan data menggunakan instrument Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk remaja umur 13-15 tahun (Yang didapat dari Nurhasan dan D. Dengan demikian

Visi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2014 membutuhkan dukungan pemangku kepentingan terkait, termasuk Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana