• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAPORAN KEUANGAN ETAP DAN NIRLABA Latar Belakang Pelaporan Keuangan ETAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAPORAN KEUANGAN ETAP DAN NIRLABA Latar Belakang Pelaporan Keuangan ETAP"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PELAPORAN KORPORAT

PELAPORAN KEUANGAN ETAP DAN NIRLABA, PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI UNTUK ETAP DENGAN IFRS, PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI

UNTUK ETAP, DAN TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH DAN PELAPORAN KEUANGAN SYARIAH

PELAPORAN KEUANGAN ETAP DAN NIRLABALatar Belakang Pelaporan Keuangan ETAP

Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Mei 2009. SAK ETAP ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 januari 2011 dan penerapan dini diperkenankan.

Standar Akuntansi yang berbasis IFRS (SAK Umum) ditujukan bagi entitas yang mempunyai tanggug jawab publik signifikan dan entitas yang banyak melakukan kegiatan lintas negara. SAK Umum tersebut rumit untuk dipahami serta diterpkan oleh sebagian besar entitas usaha di Indonesia yang berskala kecil dan menengah. Dalam berbagai hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas dibandingkan dengan SAK Umum yang ketentuan pelaporannya lebih kompleks.

Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP, maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Namun, entitas yang mempunyai tanggung jawab publik yang signifikan dapat juga menggunakan SAK ETAP apabila diizinkan oleh regulator. Contohnya adalah Bank Pengkreditan Rakyat yang telah diizinkan oleh Bank Indonesia menggunakan SAK ETAP mulai 1 januari 2010 sesuai dengan SE No.11/37/DKEU tanggal 31 Desember 2009. SAK ETAP diterbitkan sebagai solusi dari beberapa masalah berikut:

 PSAK-IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan menengah dan kecil mengingat ketentuan fair value memerlukan biaya yag tidak murah.

(2)

 PSAK-IFRS rumit dalam implementasinya misal seperti PSAK 50 dan PSAK 55 meskipun sudah disahkan tahun 2006 namun tertunda dalam implementasinya bahkan sampai tahun 2010 telah keluar lagi revisi dari PSAK 50 ini.

 PSAK-IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak professional judgment.

 PSAK-IFRS memerlukan dokumentasi dan IT yang kuat.

Dengan diterbitkannya SAK ETAP diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

 SAK ETAP membuat perusahaan kecil, menengah, mampu untuk menyususn laporan keuangannya sendiri, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana (misalnya dari Bank) untuk mengembangkan usaha.

 Lebih sederhana diabandingkan dengan PSAK-IFRS sehingga lebih mudah dalam implementasinya.

 Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.  Latar Belakang Pelaporan Keuangan Nirlaba

Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. PSAK 45 bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba. Dengan adanya pedoman pelaporan, diharapkan leporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tingi.

 Ruang Lingkup PSAK 45

o Sumber daya entitas nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

o Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut.

o Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat sijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

(3)

PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI UNTUK ETAP DENGAN IFRS

IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).

Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:

1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan.

2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS. 3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim dapat disusun secara bulanan, triwulan, atau periode lainnya yang kurang dari setahun dan mencakup seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan. Secara konsepsual, laporan keuangan interim menyediakan informasi yang lebih tepat waktu tetapi kurang lengkap dibandingkan dengan laporan keuangan tahunan.

SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) ditetapkan oleh ikatan akuntansi indonesia untuk perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

PERBEDAAN SAK ETAP VS PSAK – IFRS

(4)

2. SAK ETAP cenderung menggunakan basis stewardship sebagai pertanggungjawaban pengelola kepada stakeholder sehingga cenderung menggunakan prinsip reliability, sedangkan PSAK – IFRS telah bergeser untuk pemenuhan user dalam pengambilan keputusan sehingga cenderung menggunakan prinsip relevan.

3. SAK ETAP tidak mengatur pajak tangguhan.

4. SAK ETAP hanya menggunakan metode tidak langsung untuk laporan arus kas.

5. SAK ETAP menggunakan cost model untuk investasi ke asosiasi dan menggunakan metode ekuitas untuk anak perusahaan.

6. SAK ETAP tidak secara penuh menggunakan PSAK 50/55.

7. SAK ETAP hanya menggunakan model cost untuk aset tetap, aset tidak berwujud dan properti investasi. PSAK-IFRS boleh memilih cost model atau model reavaluasi.

Tujuan laporan keuangan SAK-ETAP adalah menyediakan informasi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan tujuan laporan keuangan IFRS memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna untuk berbagai pengguna dalam membuat keputusan ekonomi.

Tetapi antara IFRS dan SAK-ETAP memiliki persamaan yaitu sama-sama bertujuan untuk menyediakan/memberikan informasi bagi pengguna yang nantinya digunakan untuk membuat keputusan ekonomi.

(5)

TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH DAN PELAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajibn hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang mengikat pihak-pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam kesepakatan tersebut.

A. Jenis Akad

Dalam akuntansi syariah, akad harus sesuai dengan syariah yang merujuk pada Al-Qur’an, Ijma dan qiyas. Transaksi/akad dalam syariah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Akad Tabbaru’ merupakan perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak

ditunjukkan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi ini adalah tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan, mengharapkan ridha Allah SWT. Sehingga jika ada biaya transaksi dari akad jenis ini hanya dibolehkan sebesar biaya riil yang dikeluarkan.

3 (tiga) bentuk akad tabarru’:

a. Meminjamkan uang (termasuk akad tabbaru’ karena tidak boleh melebihkan pembayaran atas pinjaman yang kita berikan, setiap kelebihan tanpa ‘iwad adalah riba). Jenis pinjaman: Qardh, Rahn, dan Hiwalah

b. Meminjamkan jasa, jenis pinjaman: Wakalah, Wadi’ah, dan Kafalah c. Memberikan sesuatu

Minimal ada 3 jenis bentuk akad: Waqaf, Hibah, dan Shadaqah

2. Akad Tijarah merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Akad ini terdiri dari akad investasi yang hasilnya tidak pasti seperti akad mudharabah dan musyarakah; serta akad jual beli dan sewa meyewa seperti yang hasil atau keuntungannya pasti seperti akad murabahah, salam, istishna’ da ijarah. Akad yang hasilnya tidak pasti tidak bisa diubah menjadi akad dengan hasil yang pasti karena akan menimbulkan riba. Demikian juga sebaliknya akad dengan hasil pasti tidak boleh diubah menjadi akad dengan hasil tidak pasti karena aka terjadi ghahar atau ketidakjelasan.

(6)

Akad tabarru’ tidak dapat diubah menjai akad tijarah sedangkan akad tijarah dapat diubah menjadi akad tabarru’ (yang semula ditujukan untuk mencari keuntungan menjadi tolong menolong/kebaikan).

B. Kerangka Dasarr Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah 1. Paradigma Transaksi Syari’ah

Transaksi syariah didasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah). Konsekuensinya parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha adalah syariah dan akhlak.

2. Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berasaskan pada prinsip:

a. Prinsip persaudaraan (ukhuwah) prinsip ini didasarkan pada prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf).

b. Prinsip keadilan (‘adalah) yag berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan sesuai dengan posisinya.

Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang adanya unsur: (a) riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun fadhl), (b) kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan), (c) maysir (unsur judi dan sikap spekulatif ), (d) gharar (unsur ketidakjelasan), dan (e) haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional yang terkait). Esensi haram adalah segala unsur yang dilarang secara tegas dalam Alquran dan As-sunnah.

c. Prinsip kemaslahatan (mashlahah) merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah (halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib).

(7)

d. Prinsip keseimbangan (tawazun) yaitu keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian.

Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan pemilik (shareholder). Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi.

e. Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).

3. Karakteristik Transaksi Syariah

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan berikut:

a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridho; b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan

baik (thayib);

c. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan perangkat nilai, bukan berfungsi sebagai komoditas;

d. Tidak mengandung unsur riba;

e. Tidak mengandung unsur kezhaliman; f. Tidak mengandung unsur maysir; g. Tidak mengandung unsur gharar; h. Tidak mengandung unsur haram;

i. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan resiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil-ghurmi (no gain without accompanying risk);

j. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan(ta'alluq) dalam satu akad;

(8)

k. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rakayasa penawaran (ihtikar);

l. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)

4. Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan Etitas Syari’ah

Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi, menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Beberapa tujuan lainnya adalah:

a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah

b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah

c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggungjawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.

d. Informasi tentang tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Komponen laporan keuangan entitas syariah, tediri dari: a. Laporan Posisi Keuangan

Unsur-unsurnya terdiri dari aset, liabilitas, dana syirkah temporerdan ekuitas. Liabilitas dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan.

Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi denga jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syariah mempunyai hak untuk mengella dan menginvestasikan.

b. Laporan Laba Rugi dan Peghasilan Komprehensif Lain

Unsur-unsur didalamnya terdiri dari penghasilan, beban, dan hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemiik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi.

(9)

d. Laporan Arus Kas

e. Lapioran Sumber dan Penyaluran Dana akat f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan g. Catatan atas Laporan Kauangan

Untuk perbankan syariah ditambahn 1 (satu) laporan lagi yaitu laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil.

C. Asumsi Dasar dan Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Asumsi Dasar:

Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, namun, dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas.

Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan: 1. Dapat dipahami

2. Relevan, berarti berguna untuk peramalan dan penegasan atas transaksi yang berkaitan satu sama lain serta dipengaruhi oleh tingkat materialitas. Namun dasar penerapan dalam bagi hasil harus mencerminkan jumlah yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan konsep materialitas.

3. Keandalan, informasi harus disajikan jujur, netral, lengkap, pertimangan sehat dan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan prinsip syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya.

4. Dapat dibandingkan

Keandalan informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal : tepat waktu, dan keseimbangan antara biaya dan manfaat.

D. Akad Mudharabah 1. Penjelasa Akad

Mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan selurh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana.

(10)

Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdaarkan prinsi bagi hasil atau bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omzet). Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.

E. Akad Musyarakah 1. Penjelasan Akad

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntugan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh pengelola usaha musyarakah.

F. Akad Murabahah 1. Penjelasan Akad

Akad murabahah merupakan akad jual beli, sehingga harus memenuhi persyaratan syariah tentang prinsip jual beli. Secara umum, akad murabahah merupakan transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepkati oleh penjual dan pembeli.

2. Prinsip Jual Beli

Dalam melakukan transaksi murabahah harus memenuhi ruun yang mencakup: 1) pelaku yang sudah baligh dan berakal, 2) barang: merupakan barang halal dan memiliki nilai, dimiliki oleh penjual, spesifikasi baik kualitas jlas, penyerahan terkait dengan keadaan lain, harga barang diketahui, barang ada di tangan penjual, 3) ijab kabul.

G. Akad Salam

Akad salam merupakan akad jual beli dengan penyerahan tunda pembayaran dilakukan pada awal akad. PSAK 103 mendefinisikan akad salam adalah akad jual

(11)

beli barang pesanan dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual dan pelunasan dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. H. Akad Istishna’

Akad istishna merupakan akad jual beli dengan pesanan sebagaimana akad salam, yang memebedakan akad istishna dengan akad salam adalah pada jenis barangnya. Akad salam biasanya digunakan pada pertanian sedangkan akad istishna pada barang-barang manufaktur seperti: konstruksi, gedung, mesin dll. Pembayaran untuk akad salam harus dilakukan saat kesepakatan, sedangkan istishna’ bisa dilakukan seiring dengan proses pembuatan. PSAK 104 tentang istishna’ mendefinisikan akad ini merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.

I. Akad Ijarah

Akad ijarah merupakan bagian dari akad jual beli, hanya saja yang diperjual belikan bukan benda melainkan manfaat dari benda. PSAK 107 mendefinisikan Ijarah sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

J. Akad lain

1. Akad Sharf: akad ini dapat dilakukan jika secara spot yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dilakukan pada saat itu juga dan penyelesaian maksimal 2 hari (sesuai urf). Ketentuan: 1) Pelaku: baligh dan cakap hukum, 2) objek akad: mata uang nilainya diketahui kedua belah pihak, dikuasai penjual, tidak ada khiyar syarat, tunai, 3) ijab kabul.

2. Akad Wadiah: akad ini biasa digunakan untuk tabungan dan rekening giro di perbankan syariah. Ketentuan: 1) Pelaku: baligh dan cakap hukum, 2) objek akad: barang yang dititipkan; benda dan spesifikasinya diketahui kedua belah pihak, 3) ijab kabul.

3. Akad Wakalah: akad ini biasa digunakan untuk mewakilkan pembelian barang, realisasi letter ofcredit. Ketentuan: Pelaku: baligh dan cakap hukum, 2) objek akad: barang yang dikuasakan; diketahui dengan jelas, tidak bertentangan dengan syariah islam, dapat diwakilkan, manfaat barang/jasa dapat dinilai, kontrak dapat dilaksanakan, 3) ijab kabul.

(12)

4. Akad Kafalah: akad ini biasa digunakan dalam jasa garansi bank, akseptasi, kartu kredit pada perbankan syariah.

5. Akad Hawalah: akad yang dapat digunakan untuk pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung atau membayar.

6. Akad Qardh: akad pemberian pinjaman tanpa tambahan ditujukan kepada orang yang membutuhkan, namun jika dibebankan biaya administrasi yang tekait langsung diperbolehkan, atau peminjam memberikan sumbangan.

7. Akad Rahn: akad yang biasa digunakan dalam pegadaian syariah, atau gadai emas.

Referensi

Dokumen terkait

dan perangkat tablet digital dengan berbagai aplikasi. Generasi anak- anak sekarang, yang disebut "Generasi Alpha" sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka

14 Ketiga pendekatan tersebut digunakan bersamaan karena masalah yang dibahas dalam penelitian ini bersumber dari peraturan perundang-undangan yang tidak megatur

Kompetisi berasal dari bahasa Latin to competere yang kalau di Inggriskan menjadi to seek together (mencari bersama), to agree (menyetujui) atau to coincide

Dari penelitian ini, perjalanan perkembangan kota Pontianak dalam tiga periode memperlihatkan terjadinya perubahan nilai-nilai sosial budaya masyarakat tepian sungai

Perancangan model dalam menyelesaikan masalah tertentu ini diperlukan untuk mengukur tingkat kesesuaian kegunaan terhadap teknologi yang dibuat (Kurniabudi and

a) level sekolah atas, b) level sekolah sedang, c) level sekolah rendah, d) secara keseluruhan. Perbedaan pemahaman matematika siswa antara kelompok siswa yang menggunakan

domba tersebut didukung oleh kondisi alam Garut yang cocok untuk perkembangbiakan ternak domba, juga terintegrasi oleh adanya budaya beternak domba di kalangan

suatu penelitian dan penulis mencoba melakukan penelitian yang Berjudul Identifikasi Indeks Kerentanan Seismik Di Bendungan Bili-Bili Kabupaten Gowa Dengan