• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan manusia, sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam adalah bagaimana mengelola sumberdaya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri (Fauzi 2004) .

Menurut Soerjani et al (1987), pembangunan suatu daerah selalu didasarkan pada pemanfaatan sumberdaya alam. Makin banyak suatu daerah mempunyai sumberdaya alam dan makin efisien pemanfaatan sumberdaya alam tersebut, makin baiklah harapan akan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi yang baik dalam jangka panjang. Untuk menjamin kelangsungan pembangunan ekonomi, maka perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan penyelamatan sumberdaya alam perlu dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan hubungan-hubungan ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat yang merugikan kelangsungan pembangunan secara menyeluruh.

(2)

2.2 Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata

Potensi alam dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Potensi wisata adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata.

Menurut Prosiding lokakarya wana wisata (1986) dalam Rimbawanti (2003) mengemukakan bahwa potensi wisata secara umum meliputi berbagai kekhasan yaitu:

1. Estetis : keindahan alam, keunikan gejala alam seperti air terjun, kawah, sumber air panas, dan lain-lain serta keindahan untuk lintas alam

2. Biologis : Keanekaragaman dari jenis-jenis flora dan fauna 3. Historis : Keanekaragaman peninggalan sejarah

4. Scientist : Untuk penelitian ilmu pengetahuan

Potensi wisata yang dikemukaan Yoeti (1997) yaitu obyek pariwisata yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat berupa: 1. Berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada

tempat-tempat tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya, dan lain-lain) seperti: iklim, pemandangan, vegetasi hutan, flora dan fauna, sumber kesehatan.

(3)

2. Merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan, dan dipelajari seperti: monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat budaya, dan perayaan-perayaan tradisional.

UU No. 9 tahun 1990 menyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas:

a) Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

b) Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Cooper et al. (1998), terdapat beberapa komponen obyek wisata yaitu: 1. Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang

merupakan alasan utama kunjungan.

2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata.

3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik, tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada lingkungan setempat.

4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan daerah tujuan wisata.

5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan koordinasi.

(4)

Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Jadi atraksi wisata dibedakan dengan obyek wisata, karena atraksi wisata untuk menyaksikan harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi, monument, dan lain-lain (Yoeti 1997).

2.3 Pariwisata

Menurut Yoeti (2006) prinsip dari sebuah perjalanan dikatakan sebagai kegiatan pariwisata adalah perjalanan tersebut dilakukan untuk bersenang-senang. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, tapi semata-mata sebagai konsumen menikmati perjalan tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam. Sementara itu menurut Wahab (1992) pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.

Selanjutnya Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua, menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan

(5)

dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata.

2.4 Wisata Alam

Menurut Kamus Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia (1989), wisata alam merupakan perjalanan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya sebagai obyek tujuan wisata. Suwantoro (2002) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan). Adanya potensi alam, flora dan fauna, keindahan alam, keunikan budaya, bahasa, latar belakang sejarah, dan keramahan penduduk lokal merupakan daya tarik dari obyek wisata untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara. 2.5 Dampak Ekonomi Wisata

Potensi wisata yang dimiliki suatu kawasan berdampak pada perekonomian. Sebagaimana pernyataan Yoeti (2008), dampak ekonomi itu mencakup spectrum kebijakan yang luas, menyangkut kesempatan berusaha, kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana, pengembangan wilayah,

(6)

perpajakan, perdagangan, dan lingkungan. Lebih lanjut Yoeti menyatakan industri pariwisata, secara khusus dikatakan sangat efektif dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan muda usia serta menyebarkan peluang kesempatan peluang kerja, baik dalam lingkup regional, nasional, maupun internasional. Selain itu, Vanhove (2005) juga mengemukan bahwa dampak ekonomi dari wisata adalah peningkatan atau pembangkit pendapatan, peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan pembayaran, dan perbaikan struktur ekonomi daerah wisata.

2.6 Pertambangan Emas

Pertambangan merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam kelompok stok, dimana sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien akan mengurangi persediaan di masa datang. Sumberdaya ini disebut sebagai sumberdaya tidak dapat diperbarui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible) (Fauzi 2004).

Menurut Ngadiran et al (2002), emas merupakan salah satu bahan galian yang menjadi perioritas sebagai sumber penghasilan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa persoalan dalam pengelolaannya seperti :

1. Keselamatan kerja kurang terjamin karena penambang dalam pengolahan bijih emas menggunakan bahan kimia beracun, seperti sianida dan merkuri.

(7)

2. Modal kerja ditanggung oleh seorang pemilik lubang atau pemilik mesin. Cara patungan diupayakan diantara para penambang sekalipun jumlahnya sangat terbatas. Para penambang sering sekali hutang karena tidak ada bank yang mau memberi kredit.

3. Para penambang bekerja dengan teknik sederhana yang dipelajari secara tradisonal dan turun temurun, sehingga tidak terjadi inovasi. Hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan.

Selanjutnya Ngadiran et al (2002) menyatakan bahwa dampak positif dari penambangan emas mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat. Selain itu juga berdampak negatif seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, termasuk merusak manusia. Apabila kondisi seperti ini berlangsung terus menerus di suatu daerah maka ketahanan daerah tersebut bisa rapuh.

2.7 Konsep Wilingness to Pay

Menurut Yakin (1997), konsep Wilingness to Pay (WTP) atau keinginan untuk membayar didefinisikan sebagai uang yang ingin diberikan seseorang untuk memperoleh suatu peningkatan kondisi lingkungan dan dia masih lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sementara itu, menurut Fauzi (2004) WTP merupakan keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Keinginan membayar tersebut didasarkan pada survey yang diperoleh secara langsung dari responden yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tulisan. Menurut Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2004), pengukuran WTP dapat diterima dengan syarat WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif, batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan adanya konsistensi keacakan pendugaan perhitungannya.

(8)

2.8 Konsep Keberlanjutan

Menurut Komisi Brundtland dalam Fauzi (2004) pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:

1. Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintah dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produk pertanian industri.

2. Keberlanjutan lingkungan: sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan.

3. Keberlanjutan sosial: sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.

2.9 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang identifikasi potensi wisata, penelitian menggunakan WTP, penelitian terhadap dampak ekonomi wisata, dan penelitian terhadap dampak pertambangan emas. 2.9.1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata

Beberapa penelitian yang dilakukan untuk identifikasi potensi wisata dilakukan oleh Rimbawanti (2003) dan Siswanto (2006). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

(9)

Tabel 1. Penelitian Identifikasi Potensi Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Rimbawanti, A Studi Potensi Alam

dan Konsep

Pengembangannya di

Areal HTI PT.

Finnantara Intiga Distrik 1 Mengkiang Unit Sanggau Kec.

Kapuas Kab.

Sanggau Prop.

Kalimantan Barat

Potensi wisata pada kawasan ini berupa: (1) Daya tarik fisik berupa kawasan hutan

tanaman alam Plomas dengan air terjun Plomas dan Batu Mas, air terjun riam Penarik, air terjun Riam Jelipa, air terjun Sedamar, dan aliran sungai Sekayam. (2) Daya tarik sosial: kawasan penelitian

Makam Raja Sanggau, Kebudayaan Dayak dan kebudayaan.

(3) Daya tarik biologis : keragaman flora dan fauna pada kawasan tersebut.

2 Siswanto, H Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata serta Alternatif Perencanaan Paket Wisata di Kabupaten Merangin Propinsi Jambi

Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Merangin terdiri dari obyek wisata alam, buatan, dan budaya. Pada obyek wisata berbentuk darat (alam) memiliki daya tarik wisata paling tinggi adalah teluk, obyek wisata buatan yang memiliki daya tarik paling tinggi adalah Dam, sedangkan untuk obyek wisata gua adalah gua Singering, pada obyek wisata danau adalah Pauh.

2.9.2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay

Penelitian menggunakan konsep WTP telah dilakukan oleh Buckley, et al (2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Buckley, et al

(2008)

Recreational Demand For Form

Commonage In

Irland: A

Contingent Valuation Assesment

Penelitian ini mengukur besarnya WTP pengunjung terhadap akses publik dan pengembangan trek pada lahan pertanian bersama yang digunakan sebagai saarana rekreasi berjalan kaki pada area dataran tinggi dan dataran rendah di Irlandia Barat. Berdasarkan penelitian tersebut 54% sampel dari dataran rendah dan 44% pada dataran tinggi memberikan WTP yang positif terhadap

scenario implementation yang ditawarkan.

Permintaan akan skenario yang ditawarkan pada dataran rendah memiliki preferensi yang lebih baik, hal ini tercermin dari median WTP yang diperoleh sebesar € 12.22 jika dibandingkan dengan € 9.08 yang merupakan median WTP pada area dataran tinggi.

2 Firandari,T Analisis

Permintaan dan

Nilai Ekonomi

Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan

Metode Biaya

Perjalanan

Berdasarkan analisis WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk sampai harga Rp 8.577,00. Hal itu terwujud asalkan tempat wisata PSG-3 dapat mempertahankan kelestarian lingkungannya dan pengelola PSG-3 melakukan pengembangan wisata serta penambahan fasilitas wisata.

(10)

2.9.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata

Penelitian terhadap dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Suasani (2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Suasani, P.S Persepsi Multipihak dan Dampak Sosial Ekonomi Pengelolaan Kampung Wisata Cinangneng (KWC) terhadap Masyarakat Sekitar.

Adanya KWC memberikan peningkatan

pendapatan masyarakat sekitar yaitu pekerja wisata yang terdiri dari guide meningkat pendapatannya sebesar 59,5%, petugas kebersihan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga, petugas keamanan meningkat pendapatannya sebesar 38,2%, petugas makanan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. Petani ubi kayu mengalami peningkatan sebesar 22,71%

dan petani buah-buahan meningkat

pendapatannya sebesar 45,4%. Pengrajin anyaman bambu mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga sedangkan pengrajin obor meningkat pendapatannya sebesar 260%, untuk pedagang makanan mengalami peningkatan pendapatan sebesar 17,1% dan pedagang cinderamata mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. 2 Firandari, T Analisis Permintaan

dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan

Metode Biaya

Perjalanan

Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Pekerja wisata yang terdiri dari petugas kebersihan dan petugas

maintenance masing-masing mengalami

peningkatan pendapatan sebesar Rp 300.000 dan Rp 483.333 per bulan. Selain pekerja wisata peningkatan pendapatan juga dialami oleh masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai pedagang makanan yaitu sebesar Rp 900.000 dan tukang ojek sebesar Rp 340.000 serta tukang parkir sebesar Rp1.500.000.

2.9.4 Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas

Penelitian terhadap dampak kegiatan pertambangan emas telah dilakukan oleh Kardina, D. S. L (2005) dan Siallagan (2010). Hasil penelitian tersebut terdapat pada Tabel 4.

(11)

Tabel 4. Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Kardina, D. S. L. Analisi Kesediaan Membayar Biaya Remediasi Masyarakat Pertambangan Emas Tanpa Ijin terhadap Pencemaran Sungai Cikaniki di Kabupaten Bogor

Sungai Cikaniki yang berada di wilayah Kecamatan Nanggung, telah tercemar akibat proses pengolahan limbah merkuri yang tidak ramah lingkungan, yang dilakukan oleh Peti emas.

2 Siallagan, M.B Analisis Buangan

Berbahaya

Pertambangan Emas di Gunung Pongkor

Proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil tidak memenuhi prosedur yang benar, karena mereka menggunakan bahan kimia berbahaya dalam melakukan proses pengolahan bijih emas yang mereka peroleh dengan cara menambang secara liar. Setelah mereka melakukan pengolahan tersebut mereka tidak mengolah limbah yang dihasilkan secara benar, mereka hanya menampung limbah tersebut atau membuangnya ke tanah kosong, sawah, selokan dan sungai, atau sekedar menjadikannya bentengan di halaman rumah mereka.

2.9.5 Perbaruan (novelty) dari Penelitian

Perbaruan dari penelitian ini adalah menilai potensi wisata pada kawasan wisata Musiduga dimana di dalam kawasan wisata ini juga terdapat penambangan emas ilegal yang dilakukan oleh masyarakat sekitar desa Musiduga yang berindikasi merusak sumberdaya alam dan lingkungan. Adanya kegiatan wisata pada kawasan ini diharapkan dapat dikembangkan secara optmal yang dapat berdampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar berupa peningkatan pendapatan. Kegiatan wisata di Musiduga tersebut diharapkan juga dapat menjadi salah satu alternatif masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata sehingga dapat meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan akibat kegiatan penambangan emas ilegal tersebut.

Gambar

Tabel 1. Penelitian Identifikasi Potensi Wisata
Tabel 3. Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata
Tabel 4. Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas

Referensi

Dokumen terkait

.6 Grafik Pengaruh Penambahan Organik di atas, diketahui apabila pada penambahan molase 60 ml, 50 ml menghasilkan Total sebesar 0,39%. Dengan demikian, penambahan

NO KAB/KOT NAMA NAMA TOKO OBAT NO IZIN ALAMAT KANTOR TELP KANTOR ALAMAT PABRIK PABRIK TELP PENANGGUNG JAWAB..

Akulturasi arsitektur tradisional Makassar dalam perpaduan unsur budaya local dan asing dapat menyatu tetapi makna dan symbol budaya local masih dipertahankan,

Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi perkembangan kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh

[r]

Praksa nam ukazuje na sljedeće: osumnjičena lica se kroz komunikaciju koriste šifrovanim razgovorima; rezultat primjene posebne istražne radnje nadroz i tehničko snimanje

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.3 berupa foto copy Surat Kelahiran atas nama ANJANI PUTRI UTAMI telah membuktikan bahwa anak tersebut lahir di Sukabumi pada hari

Area parkir kendaraan terdapat 3 basement dengan kapasitas parkir mobil yang hanya 240 unit dan parkir motor 278 unit akan menjadikan tidak semua pemilik unit apartemen